1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan sehari

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari-hari, manusia melibatkan bagian-bagian tubuh yang
berkolaborasi untuk bergerak dan melakukan suatu aktivitas seperti berjalan,
berlari, mengangkat benda, dan bahkan untuk hal yang dianggap ringan
seperti berdiri. Adanya interaksi dan integrasi antara tulang, jaringan
penghubung dan otot merupakan suatu elemen penting dalam proses
terjadinya suatu aktivitas manusia. Aktivitas yang dilakukan berupa gerakangerakan yang dapat membantu manusia menyelesaikan perkerjaan dalam
kehidupan sehari-hari.
Salah satu kegiatan yang paling sering dijumpai adalah duduk ke berdiri.
Mulai dari karyawan, dosen, mahasiswa, polisi, pelukis, bahkan ibu rumah
tangga melakukan kegiatan duduk. Posisi duduk selain berguna untuk
mengurangi pengeluaran energi saat beraktifitas, juga merupakan posisi tubuh
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan merupakan salah satu bagian dari
‘hidup’ sehari-hari seperti saat dirumah, di sekolah, di kampus, di kantor,
travelling, dan sebagainya. Rata-rata manusia tidur 8 jam perharinya, dan
menghabiskan waktu 80% dari 16 jam setiap hari nya untuk duduk, yang
artinya dalam kurun waktu 72 tahun, manusia menghabiskan waktu selama
38 tahun untuk duduk (Goossens, 1994). Gerakan duduk ke berdiri
melibatkan otot kaki, pantat, dan tubuh bagian atas, dengan membentuk sudut
berbeda pada lutut dan tubuh bagian atas di tiap fase gerakannya. Dengan
tinggi nya intensitas gerakan ini dilakukan, tidak jarang muncul keluhan
seperti rasa nyeri pada anggota tubuh.
Sebagian besar masyarakat berpendapat jika rasa nyeri anggota tubuh
timbul saat melakukan olahraga, bekerja atau mengangkat beban kerja yang
berat saja. Namun, rasa nyeri itu justru dapat timbul akibat kesalahan dalam
1
2
melakukan aktivitas dasar pada kegiatan sehari-hari. Kegiatan ini masih
sedikit mendapat perhatian untuk diteliti karena dianggap sesuatu yang
sepele.
Namun jika diselidiki lebih dalam, nyeri pada punggung dan tulang ekor
dapat disebabkan oleh sikap duduk dan cara berdiri yang salah. Cara berdiri
yang salah dan tergesa-gesa juga dapat menyebabkan tubuh kehilangan
keseimbangan. Tidak semua manusia dapat melakukan gerakan duduk ke
berdiri secara normal dan mudah. Pasien stroke dan parkinson contohnya,
yang mengalami disfungsional pada anggota gerak tubuhnya, tidak dapat
melakukan gerakan duduk ke berdiri seperti manusia normal pada umumnya.
Penerapan ilmu biomekanika terhadap suatu aktivitas gerakan manusia,
bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai pergerakan anggota tubuh,
kecepatan, gaya, batas kekuatan, dan resiko yang dapat ditimbulkan untuk
melakukan gerakan tersebut. Analisa biomekanika dapat meningkatkan
performansi gerakan agar gerakan menjadi lebih efisien dan menghindarkan
atau menghilangkan resiko cedera (Knudson, 2007). Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini, memungkinkan manusia untuk
mencari informasi mengenai gerakan manusia, salah satunya menggunakan
rangkaian gambar atau biasa disebut Human Motion Analysis. Human Motion
Analysis dapat diaplikasikan pada aktivitas olahraga, robotika, hingga
industri. Metode ini sangat berguna bagi kebutuhan manusia, seperti untuk
merancang sistem kerja alat bantu berdiri pasien pasca stroke, yang mana
tidak mampu melakukan aktivitas duduk ke berdiri secara normal agar
mengurangi resiko cedera pada anggota gerak atau bagian tubuh yang terlibat
dalam aktivitas ini. Dalam pengembangan alat bantu berdiri pasien dengan
disfungsional tubuh, diperlukan informasi seperti kecepatan gerakan yang
dilakukan, besaran sudut lutut dan tubuh atas, dan dimensi tubuh yang
berkorelasi dengan gerakan duduk ke berdiri utuk menghasilkan suatu alat
bantu yang nantinya dapat disesuaikan dengan kondisi duduk pasien.
3
Untuk mengetahui segala informasi yang nantinya dapat dijadikan
informasi perancangan alat bantu berdiri pasien dengan disfungsional tubuh,
langkah
yang
ditempuh
adalah
dengan
menganalisa
biomekanika
mempengaruhi kegiatan tersebut menggunakan Human Motion Analysis.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah analisis gerakan duduk ke berdiri dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya menggunakan Human Motion Analysis.
1.3
Asumsi dan Batasan Masalah
Asumsi dan batasan masalah penelititan ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel yang digunakan adalah : Body Mass Index (BMI), jenis kelamin,
berat badan, dan tinggi badan.
2. Subjek penelitian adalah Mahasiswa yang berdomisili di Yogyakarta
dengan rentang usia 19-23 tahun, sehat jasmani, dan tidak mengalami
cacat fisik.
3. Objek yang diamati adalah sudut lutut, sudut tubuh bagian atas dan
kecepatan gerakan.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat korelasi antara
variabel dan faktor apa saja yang berpengaruh pada gerakan dari duduk ke
berdiri yang nantinya dapat digunakan untuk mengembangkan alat bantu
berdiri pasien pasca stroke.
4
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan tentang tahapan gerakan duduk ke berdiri
manusia.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan duduk ke berdiri.
3. Mengetahui tingkat korelasi variabel gerakan duduk ke berdiri.
4. Sebagai bahan informasi biomekanika untuk perancangan alat bantu
berdiri pasien pasca stroke.
5. Sebagai sumber referensi untuk mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Download