X ekonomi SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan sistem pembayaran yang berlaku di masyarakat. 2. Mendeskripsikan jenis alat pembayaran yang berlaku di masyarakat. A. Pengertian Sistem Pembayaran Di antara kalian, pasti pernah berbelanja ke sebuah pusat perbelanjaan. Berbagai kebutuhan masyarakat dapat ditemukan di sana, mulai dari makanan, pakaian sampai kebutuhan barang elektronik. Untuk mendapatkan barang yang diinginkan, kalian diharuskan untuk mengeluarkan sejumlah uang tertentu sesuai dengan harga barang tersebut. Uang yang kalian bayarkan merupakan salah satu jenis alat pembayaran yang lazim digunakan di masyarakat. Dengan adanya alat pembayaran tersebut, kegiatan transaksi yang melibatkan antara penjual dan pembeli dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, dapat kita simpulkan bahwa alat pembayaran memegang peranan yang penting dalam menunjang keberhasilan transaksi. Keberhasilan transaksi inilah yang akhirnya melahirkan sistem pembayaran. Sistem pembayaran merupakan suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa oleh otoritas tertentu dengan cara kerja berupa pemindahan sejumlah nilai uang tertentu dari satu pihak ke pihak yang lain. Di Indonesia, otoritas yang bertanggung jawab dalam melaksanakan dan merancang sistem pembayaran adalah Bank Indonesia. Kela s K-13 Bank Indonesia memiliki peran sebagai operator, regulator, dan pengguna sistem pembayaran baik dalam bentuk sistem pembayaran tunai maupun nontunai. Selain bank sentral, pihak lain yang mendukung kelancaran sistem pembayaran ini adalah bank umum atau bank komersial. Komponen yang membentuk terciptanya sistem pembayaran adalah sebagai berikut. 1. Payment Instruments atau Alat Pembayaran Setiap jenis transaksi memerlukan alat pembayaran yang memenuhi standar fisik, hukum, dan peraturan baik dalam bentuk alat pembayaran tunai maupun nontunai. Alat pembayaran tunai contohnya adalah uang, sementara alat pembayaran nontunai contohnya adalah kartu kredit. 2. Interbank Fund Transfer System atau Sistem Transfer Dana Antarbank Sistem ini memungkinkan terjadinya pemindahan dana dari bank yang satu ke bank yang lain. Faktor penting yang memengaruhi pengoperasian sistem transfer antarbank adalah penggunaan teknologi informasi. Di Indonesia sistem ini dikenal dengan sistem pengolahan data elektronik dan telekomunikasi yang disebut Real Time Gross Settlement (RTGS). RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi dan bersifat real time. Melalui mekanisme BI-RTGS, rekening peserta dapat didebit dan dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. 3. Payment Systems Operators atau Lembaga yang Memproses Sistem Pembayaran Di Indonesia, lembaga yang dapat menjadi operator teknis dalam proses sistem pembayaran adalah Bank Indonesia, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) untuk transaksi keuangan di pasar modal, dan switching atau Penyelenggara Kliring Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK). 4. Delivery Channel atau Saluran Pembayaran Beberapa saluran pembayaran yang digunakan dalam sistem pembayaran di Indonesia di antaranya kartu debit, kartu kredit, teller input, mesin ATM, mobile banking, internet banking, phone banking, dan electronic data capturing (EDC). B. Peranan Sistem Pembayaran Dalam perekonomian, sistem pembayaran memberikan peranan yang penting adalah sebagai berikut. 2 1. Menjamin kelancaran pasar sebagai tempat transaksi. 2. Membantu menentukan efisiensi transaksi yang dilakukan dan diselesaikan. 3. Memengaruhi tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan efisiensi pasar keuangan. 4. Mendorong mobilitas aliran dana secara lebih cepat melalui layanan sistem pembayaran yang lebih beragam. Sistem pembayaran modern yang didukung oleh teknologi informasi memang memberikan kemudahan, kecepatan, dan kelancaran transaksi. Akan tetapi, keberhasilannya sangat ditentukan pada keandalan infrastruktur jaringan komunikasi. Kinerja yang kurang baik atas jaringan komunikasi dapat menimbulkan sejumlah risiko, mulai dari risiko operasional yang berpotensi memperlambat mekanisme settlement dana, risiko likuiditas karena pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajiban pada waktunya, hingga risiko sistemik yang dapat menggoncang stabilitas sistem keuangan. Risiko-risiko tersebut menjadi tanggung jawab penyelenggara sistem pembayaran. Di sinilah tanggung jawab Bank Indonesia sebagai bank sentral yang menyelenggarakan sistem pembayaran. Bank Indonesia memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan mengatur dan menjaga kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Bank sentral adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. Selain itu, dalam menjalankan perannya sebagai operator, regulator, dan pengguna sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki kewajiban yaitu sebagai berikut. 1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam bentuk regulasi atau bentuk lainnya. 2. Memberikan izin penyelenggaraan sistem pembayaran. 3. Konsultasi dan fasilitasi penyelenggaraan sistem pembayaran. 4. Pengawasan (oversight) terutama kepada penyelenggara sistem pembayaran untuk menilai kesesuaian sistem yang dikelolanya dengan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran. 5. Sosialisasi dan edukasi sistem pembayaran kepada masyarakat luas. Selain menyelenggarakan sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia juga bertanggung jawab dalam penyediaan sistem pembayaran nontunai. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai yang besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan sistem kliring. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam memproses aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk high value payment system (HPVS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi lebih dari 100 juta dan bersifat segera (urgent). 3 C. Rupiah Sebagai Alat Pembayaran Mata uang rupiah merupakan mata uang negara Republik Indonesia. Kedaulatan rupiah sebagai alat tukar telah ditegaskan oleh Bank Indonesia selaku pemangku kebijakan moneter. Sebagai alat pembayaran yang bersifat tunai, rupiah memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan transaksi yang dilakukan oleh masyarakat. Rupiah sebagai uang merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan oleh masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang berada di negara kesatuan Republik Indonesia. Pentingnya rupiah sebagai mata uang dapat terlihat dari beberapa kriteria. Salah satu kriteria tersebut adalah fungsinya. Fungsi rupiah sebagai uang dibagi menjadi dua fungsi yaitu fungsi asli dan fungsi turunan. 1. Fungsi Asli Uang a. Alat tukar, artinya uang akan berfungsi apabila ditukarkan dengan barang atau jasa. b. Alat satuan hitung, artinya uang dapat berfungsi untuk menentukan nilai suatu barang. Sebagai contoh ketika membeli 1 liter bensin nilainya adalah Rp7.000,00. 2. Fungsi Turunan Uang a. Alat pembayaran, yaitu berfungsi membayar kewajiban-kewajiban tertentu. Sebagai contoh untuk membayar uang sekolah, membayar pajak, dan membayar tagihan listrik. b. Alat penimbun kekayaan, yaitu uang yang disimpan dapat membentuk atau menimbun kekayaan masyarakat. Sebagai contoh uang ditabung untuk nantinya digunakan untuk membeli rumah. c. Alat pemindah kekayaan, yaitu fungsi uang yang dapat dipindahkan ke bentuk lain. Sebagai contoh tanah di desa dapat dijual untuk membeli tanah yang ada di kota jika ada keluarga yang ingin pindah dari desa ke kota. Selain dari fungsinya, rupiah sebagai uang juga harus memenuhi beberapa syarat sehingga rupiah tersebut dapat diakui sebagai alat pembayaran yang sah di masyarakat. Syarat rupiah sebagai uang adalah sebagai berikut. a. Acceptability, artinya diterima oleh semua kalangan baik sebagai alat tukar, alat satuan hitung, dan standar pembayaran dalam proses pertukaran barang maupun jasa. b. Durability, artinya tahan lama yaitu tidak mudah rusak sebab jika kondisi uang tidak lekas rusak, nilai uang tidak lekas merosot. c. Stability of value, artinya memiliki nilai tetap, maksudnya adalah nilai uang di masa ini 4 memiliki nilai sama di masa mendatang sehingga masyarakat percaya menyimpan uang tidak akan dirugikan. d. Kontinuitas, yakni adanya kelangsungan pemakaian. e. Portability, artinya uang itu bersifat fleksibel, praktis, dan mudah dibawa ke manamana sehingga ketika pemilik melakukan transaksi besar tidak mengalami kesulitan. f. Divisibility, artinya uang mudah untuk dibagi. Ketika melakukan transaksi sekecil apa pun, uang mempunyai pecahan dan nilainya tidak berkurang. D. Alat Pembayaran Nontunai Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan semakin lazim dipakai oleh masyarakat. Alat pembayaran nontunai memerlukan penggunaan satu atau lebih bank untuk menyelesaikan transaksi. Pembayaran nontunai tidak dapat dicapai hanya dengan bertukar alat pembayaran antara pembayar dengan penerima pembayaran, tetapi perlu ada transfer uang deposit antara bank pembayar dan bank penerima pembayar. Hal inilah yang melahirkan kegiatan transfer antarbank sebagai instrumen pembayaran nontunai. Secara umum, ada tiga bentuk media pembayaran nontunai yang digunakan di masyarakat, yaitu sebagai berikut. 1. Media Pembayaran Berbasis Kertas Media Pembayaran Berbasis Kertas (paper-based payment) terbagi atas cek dan bilyet giro. a. Cek, yaitu surat perintah tidak bersyarat untuk membayarkan sejumlah uang dengan jumlah tertentu kepada nama yang tertera pada cek tersebut. Penggunaan cek hanya dapat digunakan apabila pihak yang menerbitkan cek memiliki produk bank berupa giro. b. Bilyet giro, yaitu perintah pemindahbukuan sejumlah dana kepada penerima dana yang nama dan nomor rekeningnya tertera pada bilyet giro tersebut. Sama halnya dengan cek, penggunaan bilyet giro dapat dilakukan apabila pihak tersebut memiliki produk bank berupa giro. 2. Media Pembayaran Elektronik Media pembayaran elektronik (electronic payment) adalah instruksi antarbank tanpa ketergantungan pada pengolahan pengiriman kertas. Sebagai contoh adalah sms banking, transfer via BI-RTGS, dan e-money. 3. Media Pembayaran Berbasis Kartu Media pembayaran berbasis kartu (card-based payment) adalah alat pembayaran berbasis 5 kartu yang digunakan untuk pembayaran konsumen pada titik penjualan tertentu. Sebagai contoh kartu debit dan kartu kredit. a. Kartu debit merupakan kartu atau media yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dengan sistem pemotongan atau pengurangan saldo pada produk tabungan yang ada di bank nasabah. b. Kartu kredit merupakan kartu atau media yang telah disepakati oleh nasabah dengan bank penerbit kartu untuk mengalihkan pembayaran transaksi yang dilakukan nasabah bank tersebut secara sementara kepada bank yang bersangkutan untuk kemudian nasabah akan membayar tagihan tersebut kepada bank tersebut sesuai dengan kesepakatan kredit yang dilakukan. 6