BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Lembaga Keuangan 2.1.1 Pengertian Lembaga Keuangan Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga yang menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, dimana pada umumnya lembaga ini diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Bentuk umum dari lembaga keuangan ini adalah termasuk perbankan, building society (sejenis koperasi di Inggris) , Credit Union, pialang saham, aset manajemen, modal ventura, koperasi, asuransi, dana pensiun, dan bisnis serupa lainnya. Di Indonesia lembaga keuangan ini dibagi kedalam 2 kelompok yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi, pegadaian, dana pensiun, reksa dana, dan bursa efek). Menurut keputusan menteri keuangan Republik Indonesia Nomor 792 Tahun 1990, lembaga keuangan diberikan batasan sebagai semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai investasi perusahaan, namun peraturan tersebut tidak berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan hanya untuk investasi perusahaan. Dalam kenyataannya, kegiatan pembiayaan lembaga keuangan bisa 1 diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan distribusi barang dan jasa. Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu bank dan bukan bank. Mengingat kegiatan utama dari lembaga keuangan adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana, maka perbedaan antara bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat dilihat melalui kegiatan utama mereka tersebut. Lembaga keuangan bank Penghimpunan dananya secara langsung berupa simpanan dana masyarakat (tabungan, giro dan deposito) dan secara tidak langsung dari masyarakat (kertas berharga, penyertaan, pinjaman/kredit dari lembaga lain). Penyaluran dananya untuk tujuan modal kerja, investasi dan konsumsi, kepada badan usaha dan individu, untuk jangka pendek, menengah dan panjang. Lembaga keuangan bukan bank Penghimpunan dananya hanya secara tidak langsung dari masyarakat (terutama melalui kertas berharga dan bisa juga dari penyertaan, pinjaman/kredit dari lembaga lain). Penyaluran dananya untuk tujuan investasi, kepada badan usaha dan jangka menengah dan panjang. Meski penjelasan menunjukkan adanya dua perbedaan antara lembaga keuangan bank dan bukan bank, perbedaan yang utama antara keduanya adalah pada penghimpunan dana. Dalam hal penghimpunan dana, secara tegas disebutkan bahwa bank dapat menghimpun dana baik secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat, sedangkan lembaga keuangan bukan bank hanya dapat menghimpun dana secara tidak langsung dari masyarakat. Dalam hal penyaluran dana, penjelasan diatas memberikan 2 pembedaan secara tegas. Bank dapat menyalurkan dana untuk tujuan modal kerja, investasi, konsumsi, sedangkan lembaga keuangan bukan bank terutama untuk tujuan investasi. Hal ini tidak berarti bahwa lembaga keuangan bukan bank tidak tidak diperbolehkan menyalurkan dana untuk tujuan modal kerja dan konsumsi. Dalam perkembangannya hingga saat ini , penyaluran dana lembaga keuangan bukan bank untuk tujuan modal kerja dan konsumsi tidak kalah intensifnya dengan tujuan investasi. Hal yang sama dapat dilihat juga pada pihak yang menerima penyaluran dana. Penyeluran dana lembaga keuangan bukan bank dalam kenyataannya juga tidak hanya kepada badan usaha saja, melainkan juga pada individu. Penyaluran tersebut juga tidak hanya untuk jangka menengah saja, melainkan juga untuk jangka pendek. 2.1.2 Fungsi Lembaga Keuangan Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara pemilik modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana dari investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang dalam perekonomian, dimana uang dari individu investor dikumpulkan dalam bentuk tabungan sehingga risiko dari para investor ini beralih pada lembaga keuangan yang kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang membutuhkan. Ini adalah merupakan tujuan utama dari lembaga penyimpan dana untuk menghasilkan pendapatan. Contoh dari lembaga keuangan adalah bank. 3 Lembaga keuangan baik bank dan bukan bank mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arang peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga perantara (financial intermediaries) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancara perekonomian. Bank dan lembaga keuangan bukan bank pada dasarnya berfungsi mentransfer dana-dana (loanable funds) dari penabunga atau unit surplus (lenders) kepada peminjam (borrowers) atau unit defisit. Dana tersebut dialokasikan dengan negosiasi antara pemilik dana dengan pemakai dana melalui pasar uang dan pasar modal. 2.2 Bank 2.2.1 Pengertian Bank Pengertian Bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Peran utama bank adalah sebagai financial intermediate maupun institute of development, atau memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank, bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga dalam kegiatan itu diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. 4 Hal tersebut merupakan komitmen baik setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia. Bank merupakan sektor yang sangat penting dan berpengaruh dalam dunia usaha. Banyak orang dan organisasi yang memanfaatkan jasa Bank untuk menyimpan atau meminjam dana. Oleh karena itu, bank memainkan peran penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sistem moneter melalui kedekatan hubungannya dengan badan-badan pengatur dan instansi pemerintah. Dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat tersebut, pemerintah banyak mengeluarkan peraturan di bidang Perbankan. Dapat dipahami apabila terdapat perhatian yang meluas terhadap Kesehatan Bank, terutama yang berkaitan dengan likuiditas dan solvabilitas Bank serta tingkat risiko relatif yang melekat pada tipe usaha yang dijalankan Bank yang bersangkutan. Menurut Siamat (dalam Mubarokah, 2007) dilihat dari fungsinya bank dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1. Sebagai tempat penyimpanan uang, berupa deposito dan tabungan, dengan kewajiban memberikan bunga bagi pemilik dana dan mengembalikan dana sesuai dengan bentuk perjanjiannya. 2. Sebagai perantara lalu lintas pembayaran atau sebagai penghubung transaksi antar nasabah. 3. Sebagai penyalur kredit, melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka bisnis mereka masing-masing yang memerlukan dana dan pembiayaan. 5 Menurut Totok (dalam Mubarokah, 2007), ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman bank dapat dibedakan menjadi: 1. Bank konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. 2. Bank syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Prinsip utama bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah hukum Islam yang bersumber dari Al Quran dan hadits. 2.2.2 Fungsi Bank Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan memerikan jasa-jasa keuangan baik unit surplus maupun unit defisit melaksanakan fungsi dasar adalah : 1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. 2. Menciptakan uang. 3. Menerbitkan surat 6 4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabah, antara lain : a) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diaskep oleh bank. b) Surat-surat pengakuan hutang. c) Kertas pembendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah. d) Sertifikat Bank Indonesia. e) Obligasi. f) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun. g) Instrumen surat berharga lain berjangka waktu sampai dengan 1 tahun. 5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan nasabah. 6. Menerima pembayaran dan tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga. 7. Melakukan kegiatan penitipan dana untuk kepentingan pihak lain berdasarkan surat kontrak. 8. Melakukan penempatan dana dan menambah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. 9. Melakukan kegiatan pajak piutang, kartu kredit dan kegiatan wali amanat. 10. Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. 7 11. Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang. Futama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai : 1. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik lagi simpanannya di bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dan pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. 2. Agent of Development Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling 8 mempengaruhi satu dengan lainnya. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. 3. Agent of Service Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasajasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan, dan jasa penyelesaian tagihan 2.2.3 Peranan Bank Bank memiliki peran yang sangat penting dalam sistem keuangan, peran tersebut adalah : 1. Pengalihan Aset (aset transmutation) 9 Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank telah berperan sebagai pengalihaset dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers). Dalam kasus yang lain, pengalihan aset dapat pula terjadi jika bank menerbitkan sekuritas sekunder (giro, deposito berjangka, dana pensiun dan sebagainya) yang kemudian dibeli oleh unit surplus dan selanjutnya ditukarkan dengan sekuritas primer (saham, obligasi, promes, commercial paper dan sebagainya) yang diterbitkan oleh unit defisit. 2. Transaksi (transaction) Bank memberikan berbagai kemudahan pada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank (giro, tabungan, deposito, saham) merupakan pengganti dari uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran. 3. Likuiditas (likuidity) Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produkproduk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya. Produk-produk masingmasing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas pemilik dana, mereka dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. 10 4. Efisien (efficiency) Bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanannya. Peranan bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai broker (brokerage) adalah mempertemukan pemilik dan pengguna modal. Lembaga keuangan memperlancar dan mempertemukan pemilik dan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetri antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peranan lembaga keuangan menjadi penting untuk memecahkan masalah ini. Indonesia, dengan pasar yang belum efisien, dan adanya informasi yang tidak sempurna, mengalami ekonomi biaya tinggi. Ekonomi biaya tinggi akan menyebabkan Indonesia tidak dapat bersaing dalam pasar global. 2.3 Kredit 2.3.1 Pengertian Kredit Kata kredit sesungguhnya berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti kepercayaan atau “credo” yang berarti saya percaya. Karena itu dasar pemberian kredit kepada seseorang atau badan usaha landasannya adalah kepercayaan, bahwa si penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan, apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa uang, barang atau jasa, dan lainlainnya. Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan 11 persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pinjaman melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pengertian kredit menurut Firdaus dan Arianti (2004:2) : “kredit adalah suatu rekapitulasi yang dimiliki seseorang yang memungkinkan dia bisa memperoleh uang, barang-barang atau buruh/tenaga kerja, dengan jalan menukarkannya dengan suatu janji untuk pembayaran di suatu waktu yang akan datang.” 2.3.2 Jenis-Jenis Kredit Selanjutnya untuk memahami lebih mendalam apa yang dimaksud dengan kredit, dibawah ini disebutkan jenis-jenis kredit sebagai berikut: a. Dilihat Dari Segi Kegunaan 1) Kredit Investasi, Merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. 2) Kredit Modal Kerja, Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. b. Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit 1) Kredit Produktif, Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha/produksi/ investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. 12 2) Kredit Konsumtif, Kredit yang digunakan untuk konsumsi pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. 3) Kredit Perdagangan Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. c. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu 1) Kredit Jangka Pendek, Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahuN dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. 2) Kredit Jangka Menengah, Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. 3) Kredit Jangka Panjang, Merupakan kredit yang pengembaliannya paling panjang, jangka waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, manufaktur atau kredit konsumtif seperti kredit perumahan. d. Dilihat Dari Segi Jaminan 1) Kredit dengan Jaminan, Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau jaminan orang. Artinya 13 setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai dengan jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan calon debitur. 2) Kredit tanpa Jaminan, Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, character, serta loyalitas atau nama bank calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihal lain. e. Dilihat Dari Segi Sektor Usaha 1) Kredit Pertanian, Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau sektor pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka jangka pendek atau jangka panjang. 2) Kredit Peternakan, Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 3) Kredit Industri, Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana, baik industri kecil, industri menengah, dan industri besar. 4) Kredit Pertambangan, Merupakan kredit yang diberikan untuk usaha tambang, jenis tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas, minyak, dan timah. 5) Kredit Pendidikan, Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa. 6) Kredit Profesi, Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, dokter atau pengacara. 14 7) Kredit Perumahan, Yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang. 8) 2.3.3 Dan sektor-sektor lainnya. Fungsi Kredit Menurut Firdaus dan Ariyanti (2004:3), fungsi-fungsi kredit adalah sebagai berikut : a. Kredit dapat memajukan arus tukar menukar barang dan jasa. b. Kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran yang idle (sejumlah dana yang tidak digunakan). c. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru. d. Kredit sebagai alat pengendalian harga. e. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat atau kegunaan potensipotensi ekonomi yang ada. 2.3.4 Tujuan Kredit Pemberian kredit mempunyai tujuan tertentu dan tujuan tersebut tidak lepas dari misi bank tersebut. Adapun tujuan utama kredit sebagai berikut : 1. Mencari Keuntungan 15 Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Kemudian hasil lainnya bahwa nasabah yang memperoleh kredit pun bertambah maju dalam usahanya. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir. 2. Membawa Usaha Nasabah Yaitu untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Membantu Pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor. 2.3.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Adapun penjelasan untuk analisis 5 C menurut Kasmir (2006:91) adalah sebagai berikut : a. Character 16 Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobby dan sosial standingnya. b. Capacity Untuk melihat kemampuan nasabah dalam bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. c. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba). d. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan baiknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadisuatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan. 17 e. Condition of Economy Dalam melihat kredit hendaknya juga dinilai dari kondisi ekonomi sekarang dan kemungkinan untuk masa mendatang sesuai sektor masingmasing serta diakibatkan dengan prospek usaha dari sektor yang dijalankan. Menurut Kasmir (2006:93), prinsip-prinsip pemberian kredit berdasarkan analisis 7 P adalah sebagai berikut : a. Personality yaitu mengenai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. b. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Berdasarkan golongan-golongan tersebut tentu akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank. Kredit untuk pengusaha lemah sangat berbeda dengan kredit untuk pengusaha yang modalnya kuat baik dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainnya. c. Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam 18 apakah tujuan untuk konsumtif atau tujuan produktif atau untuk tujuan perdagangan. d. Prospect yaitu untuk menilai nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek bukan hanya bank yang rugi akan tetapi nasabah juga. e. Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik, sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. f. Profitability untuk menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank. 19 g. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi. 2.3.6 Pengertian Kredit Macet Kredit Macet adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank yang seperti sudah diperjanjikan. 2.3.7 Gejala-Gejala Kredit Macet Gejala-gejala kredit macet antara lain disebabkan oleh : 1. Menurunnya Pendapatan Bersih Turunnya pendapatan bersih dapat disebabkan oleh menurunnya penerimaan atau naiknya biaya. 2. Menurunnya Penjualan Secara Tajam Turunnya penjualan secara tajam adalah wajar dalam siklus hidup perusahaan, tetapi jika penurunan penjualan secara sangat tajam merupakan tanda perusahaan akan menemui titik kritis. 3. Menurunnya Perputaran Persediaan Perputaran persediaan yang cepat akan memberikan kelancaran bagi perusahaan. Tetapi jika perputaran tersebut kecepatannya menurun berarti banyak barang yang tidak laku, berarti perusahaan diambang kesulitan. 20 4. Meningkatnya Penjualan Secara Tajam Naiknya penjualan secara tajam disebabkan perusahaan ingin mempunyai uang secara cepat guna melakukan penjualan sehingga harga jual dibawah harga pokok. 5. Menurunnya Perputaran Piutang Perputaran piutang yang cepat juga akan memberikan bagi perusahaan untuk segera melikuiditas. Tetapi jika piutang sulit ditagih akan menimbulkan bagi perusahaan dalam melanjutkan operasionalnya. 6. Menurunnya Modal Lancar Turunnya modal lancar dapat disebabkan karena melakukan pembelian, membekaknya hutang kepada pihak ketiga dan mungkin karena pemborosan. 7. Nasabah Mulai Ingkar Janji 8. Nasabah Membuat Laporan Fiktif 9. Nasabah Tidak Terbuka Dengan mengrahasiakan sesuatu hal yang erat kaitannya dengan penggunaan kredit. 2.3.8 Penyebab Kredit Macet Penyebab macetnya kredit dapat berupa hal-hal yang bersifat teknis perusahaan maupun kejadian diluar kemampuan perusahaan (faktor eksternal/forse majeure), yaitu sebagai berikut : a. Faktor Internal 21 1. Aspek Pemasaran Aspek pemasaran merupakan penyebab kesulitan yang sering sulit diatasi. Ada satu ungkapan yang mengatakan “menjual lebih sulit dari pada membuat”. Jadi kurang lakunya produk yang dihasilkan dapat disebabkan karena kondisi perusahaan. 2. Aspek Pengaturan Keuangan Kebijaksanaan yang kurang serasi dalam mengatur alat likuid perusahaan dan permodalan, khususnya modal pihak ketiga dapat menimbulkan kesulitan yang dapat mengganggu likuiditas ataupun rentabilitas. 3. Aspek Dana Kesulitan keuangan mungkin disebabkan kekurangan dana untuk skala perusahaan tersebut baik dana untuk keperluan modal kerja maupun tambahan investasi. 4. Aspek Teknis Hal-hal yang menyebabkan kesulitan di dalam kaitan dengan teknis ini dapat merupakan kondisi intern, misalnya : desain model, dan sebagainya yang tidak menarik lagi dan ketuaan mesin. Di samping itu ada pula sebab-sebab ekstern, misalnya : perkembangan teknologi, seperti penciptaan mesin-mesin baru sehingga operasi perusahaan tidak efisien lagi dan produknya sudah ketinggalan dan kesulitan bahan baku. 5. Aspek Manajemen Kesulitan yang diakibatkan oleh organisasi dan manajemen, antara lain berupa : konflik diantara pimpinan, tenaga yang kurang terampil dan kurang berpengalaman, itikad yang tidak baik, seperti manipulasi dan 22 korupsi serta tidak efisien (pemborosan bahan, kelebihan tenaga kerja dan sebagainya). b. Faktor Eksternal 1. Kebijakan Pemerintah (devaluasi atau menurunnya nilai rupiah, revaluasi atau menaiknya nilai rupiah, kenaikan BBM, kenaikan bahan baku, peraturan pemerintah dalam rangka peremajaan alatalat). 2. Perkembangan Teknologi 3. Persaingan 4. Bencana Alam 2.4 NPL (Non Performance Loan) Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Menurut Riyadi (2006), risiko kredit yaitu risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya. Ada pendapat lain mengenai NPL, yaitu: “Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada 23 bank sesuai dengan perjanjian. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet”. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : NPL = KREDIT BERMASALAH / TOTAL KREDIT X 100% Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL (Non Performing Loan) dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL Rasio Predikat NPL ≤ 5% Sehat NPL > 5% Tidak Sehat Sumber : Bank Indonesia Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL (Non Performing Loan) Berdasarkan tabel di atas, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. 24 2.5 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 mengenai Tingkat Kesehatan Perbankan adalah hasil penilai kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar (CAMELS), dalam penelitian ini hanya berfokus pada analisis CAMEL. Faktor – faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Permodalan (Capital) Penilaian terhadap faktor permodalan mencangkup komponen-komponen, sebagai berikut: a. kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan Bank dalam mengcover asset bermasalah. b. kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan Bank. 2. Kualitas Asset (Asset Quality) Penilaian terhadap faktor kualitas aset meliputi penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: a. kualitas aktiva produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). 25 b. kecukupan kebijakan dan pro sedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. 3. Manajemen (Management) Penilaian terhadap faktor manajemen meliputi penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: a. kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko; b. kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya 4. Rentabilitas (Earning) Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: a. pencapaian return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), dan tingkat efisiensi Bank. b. perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional. 5. Likuiditas (Liquidity) Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: a. rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan. 26 b. kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. 6. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk) Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar sebagaimana meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut: a. kemampuan modal Bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar. b. 2.6 kecukupan penerapan manajemen risiko pasar. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Sebagai lembaga pemberi jasa-jasa keuangan dalam lalu lintas pembayaran, maka bank memberikan berbagai fasilitas kepada nasabah, Loanable funds dari bank terbesar diberikan dalam bentuk fasilitas kredit. Akan tetapi, sebagian dana itu disisihkan dalam bentuk penanaman lain, yaitu surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan modal bank pada lembaga keuangan yang bukan bentuk bank atau perusahaan lain. Aktiva yang produktif atau productive assets sering juga disebut dengan earning assets atau aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana bank tersebut diatas adalah untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. 27 Aktiva produktip adalah penaman bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Pengelolaan aktiva produktif adalah bagian dari assets management yang juga mengatur tentang cash reserve (liquidity assets) dan fixed assets (aktiva tetap dan inventaris). Ada empat macam aktiva produktif atau aktiva yang menghasilkan (earning assets), yaitu : a. Kredit yang diberikan b. Surat-surat berharga c. Penempatan dana pada bank lain d. Penyertaan Keempat jenis aktiva diatas kesemuanya menggunakan loanable funds atau excess reserve sehingga dengan memperhatikan bahwa sumber dana terbesar untuk penempatan aktiva itu adalah berasal dari dana pihak ketiga dan pinjaman, maka resiko yang mungkin timbul atas penempatan/alokasi dan tersebut harus diikuti dan diamati terus melalui analisis-analisis resiko. Semua dalam usaha menanamkan dana tersebut mengundang resiko dimana tidak terbayar kembali atas kredit yang telah diberikan. Sementara itu penanaman dalam bentuk kredit merupakan bagian terbesar dari aktiva operasional dan aktiva secara keseluruhan. Karena itu pengamatan dan analisis tentang bagaimana kualitas dari aktiva produktif harus dilakukan terus menerus. 28 Kredit menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Disamping itu kredit juga merupakan jenis kegiatan penanaman dana yang sering menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah besar. Maka tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola kredit. Usaha bank yang berhasil mengelola kreditnya akan berkembang, sedangkan usaha bank yang selalu dirong-rong kredit bermasalah akan mundur. Berfungsi sebagai cadangan biaya antisipasi terhadap kerugian, yang ditempatkan pada pos aktiva pada suatu neraca pada laporan keuangan. Biasanya PPAP diperhitungkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap penambahan dan pengurang dari suatu laporan laba rugi bisnis anda. Sesuai dengan PBI : 13/26/PBI/2011, Kewajiban membentuk PPAP berupa PPAP umum dan PPAP khusus, dijabarkan sebagai berikut : 1. PPAP umum ditetapkan paling kurang sebesar 0,5% (lima permil) dari Aktiva Produktif yang memiliki kualitas Lancar. 2. PPAP khusus ditetapkan paling kurang sebesar: a. 10% (sepuluh perseratus) dari Aktiva Produktif dengan kualitas Kurang Lancar b. 50% (lima puluh perseratus) dari Aktiva Produktif dengan kualitas Diragukan c. 100% (seratus perseratus) dari Aktiva Produktif dengan kualitas Macet 29 2.7 Kolektibilitas Kolektibilitas adalah Suatu pembayaran pokok atau bunga pinjaman oleh nasabah sebagaimana terlihat tata usaha bank berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/268/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998, maka kredit dibedakan menjadi : 1. Lancar (Pass) apabila menurut kriteria : a. Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu. b. Memiliki Mutasi rekening yang aktif. c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan uang tunai. 2. Kurang Lancar (Substandard) apabila memenuhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 90 hari. b. Frekuensi mutasi rendah. c. Terjadi pelanggaran terhdap kontrak yang telah di janjkan lebih dari 90 hari d. Terjadi Mutasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. e. Dokumentasi pinjaman lemah. 3. Diragukan (Doubfull) apabila memenuhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180 hari. b. Terjadinya wanprestasi lebih dari 180 hari. c. Terjadi cerukan yang bersifat permanen. d. Terjadi kapitalisasi bunga 30 e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjajian maupun pengikat pinjaman. 4. Macet (Loss) apabila memenuhi criteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah mencapai 270 hari hari. b. Kerugian operasional di tuntut dengan pinjmaan baru c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar dan jaminan tidak dapat di cairkan pada niai wajar. Berikut Klasifikasi Kredit Bank: 1. Kolektibilitas 1 (lancar), 1 s/d 3 bulan menunggak 2. Kolektibilitas 2 (kurang lancar), 3 s/d 6 bulan menunggak 3. Kolektibilitas 3 (diragukan), 7 s/d 9 bulan menungak 4. Kolektibilitas 4 (macet), 10 bulan ke atas Implikasi klafisikasi kredit bagi bank sebagai Pembentukan Cadangan Penghapusan Kredit (biaya): 1. Kol 1 : 0,5 % dari posisi kredit 2. Kol 2 : 10 % dari posisi kredit 3. Kol 3 : 50 % dari posisi kredit Kol 4 : 100 % dari posisi kredit 4. 31