BAB I

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KOMUNIKASI
1. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal
dari
bahasa
Latin
communis
yang
berarti
“sama”,
communico,
communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make
common) (Mulyana, 2004). Menurut Frank E. X. Dance dalam bukunya
Human Communication Theory terdapat 126 buah definisi komunikasi
yang diberikan beberapa ahli. Definisi komunikasi dalam arti sempit
adalah penyampaian pesan melalui media elektronik, sedangkan dalam arti
luas, komunikasi merupakan interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih
(Mulyana,2004). Menurut Hovland (1953), komunikasi adalah dimana
seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk
kata- kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain.
Komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan perasaan (Hurlock,
1978). Komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang
disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang tersebut
mampu memenuhi kebutuhannya (Hidayat, 2008). Komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan
apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa atau hasil apa
9
(who, says what, in which channel, to whom, with what effect) (Lasswell,
1960).
Kesimpulan dari beberapa pengertian komunikasi di atas adalah
secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian pesan
dengan tujuan membentuk perilaku orang lain. Pengertian komunikasi
anak adalah proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak
kepada orang lain sehingga dapat memenuhi kebutuhannya.
Komunikasi yang dilakukan oleh anak memiliki fungsi. Fungsi
tersebut akan membantu anak bersosialisasi dengan lingkungannya dan
dapat memenuhi kebutuhan anak.
2. Fungsi Komunikasi
Fungsi dalam komunikasi tidak independent, melainkan berkaitan
dengan fungsi- fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang
dominan. Menurut Gorden (1978), fungsi komunikasi ada empat, yaitu
a. Komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep
diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari ketegangan dan tekanan, antara lain komunikasi bersifat
menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui
komunikasi kita bekerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga,
kelompok belajar, teman sebaya, RT, RW, desa, kota, dan negara
secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
10
b. Komunikasi ekspresif
Komunikasi ini dapat dilakukan baik secara sendirian ataupun
dalam
kelompok.
Komunikasi
ini
tidak
otomatis
bertujuan
mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi
tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan- perasaan
(emosi) kita. Perasaan sayang, peduli, marah, rindu, gembira, sedih,
dan benci dapat disampaikan melalui kata- kata, akan tetapi lebih
banyak disampaikan melalui pesan- pesan nonverbal.
c. Komunikasi ritual
Komunikasi ini biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu
komunitas melakukan upacara- upacara, mulai upacara kelahiran,
sunatan, ulang tahun, pernikahan, sampai upacara kematian.Pada
upacara tersebut orang mengucapkan kata- kata atau menampilkan
perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Komunikasi ini menegaskan
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara,
ideologi, atau agama mereka.
d. Komunikasi instrumental
Komunikasi ini mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sifat dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan suatu tindakan,
dan juga untuk menghibur. Tujuan tersebut bersifat persuasif
(membujuk).
Komunikasi
menciptakan
dan
ini
membangun
tidak
hanya
hubungan,
digunakan
namun
juga
untuk
untuk
11
menghancurkan tujuan tersebut. Komunikasi berfungsi sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan- tujuan pribadi dan pekerjaan. Baik
tujuan jangka pendek atau jangka panjang.
Fungsi- fungsi dalam komunikasi akan dapat dilakukan dengan
lancar apabila memperhatikan prinsip- prinsip komunikasi. Hal tersebut
akan menjadikan komunikasi menjadi lebih efektif.
3. Prinsip- Prinsip Komunikasi
Menurut Mulyana (2004), ada 12 prinsip dalam berkomunikasi,
yaitu
a. Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan simbolisasi
atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan
sekelompok orang. Lambang meliputi kata- kata (pesan verbal),
perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
b. Setiap perilaku mempunyai potensi
Kita
tidak
dapat
tidak
berkomunikasi
(We
cannot
communicate). Komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna
pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
c. Komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan
Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa
yang dikatakan (secara verbal), sedangkan dimensi hubungan
menunjukkan bagaimana cara mengatakannya dan juga bagaimana
12
hubungan para peserta komunikasi tersebut, dan bagaimana seharusnya
pesan tersebut ditafsirkan.
d. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan,
dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika kita
melamun sementara orang memperhatikan kita) hingga komunikasi
yang benar- benar direncanakan dan disadari (ketika menyampaikan
suatu pidato).
e. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ ruang, waktu,
sosial, dan psikologis.
f. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Saat kita berkomunikasi, kita memprediksi efek perilaku
komunikasi kita. Komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama,
artinya orang- orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana
orang yang menerima pesan akan merespons. Kita dapat memprediksi
perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya, misalnya
kita mengetahui bagaimana tatakrama dalam berbahasa ketika kita
berhadapan dengan orang tua kita.
g. Komunikasi itu bersifat sistemik
Ada dua sistem dasar dalam berkomunikasi, yaitu sistem
internal dan dan sistem eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem
nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika berkomunikasi. Sistem
13
internal ini membentuk individu yang unik, termasuk ciri- ciri
kepribadian, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa,
motif, keinginan, cita- cita, dan semua pengalaman masa lalunya.
Sistem eksternal terdiri dari unsur- unsur dalam lingkungan di
luar individu, termasuk kata- kata yang dipilih untuk berbicara, isyarat
fisik peserta komunikasi, penataan ruangan, cahaya, temperatur
ruangan, dan kegaduhan di sekitarnya. Lingkungan dan objek
mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan
kita juga mempengaruhi cara kita berperilaku.
h. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektiflah
komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya
sesuai dengan harapan orang- orang yang sedang berkomunikasi.
Kesamaan berbahasa akan membuat orang- orang yang berkomunikasi
lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan
orang- orang yang tidak memahami bahasa yang sama.
i. Komunikasi bersifat nonsekuensial
Sifat sirkuler (komunikasi dua arah) digunakan untuk menandai
proses komunikasi, unsur-unsur proses komunikasi sebenarnya tidak
berpola secara kaku.
j. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional
Komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai
akhir,
melainkan
merupakan
proses
yang
berkesinambungan
14
(continuous).
Komunikasi
sebagai
proses
yang
dinamis
dan
transaksional adalah bahwa para peserta berubah pengetahuannya
hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya.
k. Komunikasi bersifat irreversible
Komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Kita
harus berhati- hati untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang
lain, sebab dapat menimbulkan efek, meskipun kita berusaha untuk
meralatnya
l. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Banyak persoalan dan konflik disebabkan oleh komunikasi,
tetapi komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk
menyelesaikan persoalan atau konflik, karena persoalan atau konflik
tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural.
Prinsip- prinsip komunikasi tersebut harus terdapat unsur- unsur
komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan apabila terdapat unsur
komunikasi.
4. Unsur Komunikasi
Unsur komunikasi menurut Massofa (2008), yaitu
a. Komunikator (pengirim pesan) dan komunikan (penerima pesan)
b. Pesan dibagi menjadi dua, yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal.
Pesan verbal adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan satu
kata atau lebih. Pesan verbal terdiri dari pesan verbal yang disengaja
dan tidak sengaja. Pesan nonverbal adalah semua pesan yang
15
disampaikan tanpa kata- kata atau selain kata- kata yang digunakan
secara harfiah. Pesan nonverbal dibagi menjadi dua, yaitu pesan
nonverbal sengaja dan tidak disengaja.
c. Saluran
Saluran berupa udara yang mengalirkan getaran suara dan tentu saja
dengan organ penginderaan kita. Semakin banyak saluran yang
digunakan semakin banyak jumlah rangsangan komunikasi yang
disampaikan.
d. Gangguan
Faktor yang mempengaruhi informasi yang disampaikan kepada
penerima. Ada dua jenis gangguan, yaitu gangguan teknis dan
gangguan sematik.
e. Mendengar
Proses fisiologi otomatik penerimaan rangsangan pendengaran
f. Waktu
Menunjukkan hubungan yang terjadi pasti mengalami perubahan pada
setiap interaksi. Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu
pesan. Ketegangan yang ditimbulkan oleh banyaknya tugas dan
sempitnya waktu, ikut berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas
komunikasi.
Salah satu unsur komunikasi adalah pesan, yang meliputi pesan
verbal dan nonverbal. Pesan tersebut digunakan anak sekolah dasar untuk
16
berkomunikasi dengan temannya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan
meneliti komunikasi verbal dan nonverbal pada anak sekolah dasar.
5. Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anak Sekolah Dasar
Komunikasi verbal (verbal communication) merupakan salah satu
bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui lisan
(Purwanto, 1997), sebagai contoh berbicara dengan orang lain, menelepon
teman, presentasi makalah, menonton televisi, membaca surat kabar, dan
mendengarkan radio. Komunikasi verbal walaupun kecil presentase
keberhasilannya dibanding komunikasi nonverbal, tetaplah dibutuhkan
karena ada beberapa situasi yang tidak dapat kita sampaikan secara
nonverbal.
Melalui
komunikasi
ini
diharapkan
komunikan
akan
memahami apa yang disampaikan komunikator. Komunikan diharapkan
membaca atau mendengar apa yang dikatakan.
Komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata- kata
(Mulyana, 2004). Menurut Samovar dan Porter (1991), komunikasi
nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam
suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
komunikator atau komunikan, hal ini mencakup perilaku yang disengaja
maupun tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara
keseluruhan, kita mengirim banyak komunikasi nonverbal tanpa
menyadari bahwa komuniksi tersebut bermakna bagi orang lain.
17
Menurut Istiyanto (2008), tujuan komunikasi nonverbal adalah
memberi informasi, mengatur alur percakapan, ekspresi emosi, memberi
sifat, melengkapi komunikasi verbal, mempengaruhi orang lain, dan
mempermudah tugas- tugas khusus.
Perilaku nonverbal menurut Mulyana (2004), mempunyai fungsifungsi, yaitu perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal
(misalnya kita menganggukkan kepala ketika kita mengatakan “Ya”),
memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal (contohnya
ketika kita melambaikan tangan seraya mengucapakan “Selamat Jalan”),
perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal (misalnya
menunjuk letak ruang dekan dengan jari tangan tanpa mengucapakan
sepatah kata pun), perilaku nonverbal meregulasi perilaku verbal
(contohnya melihat jam tangan ketika pelajaran akan berakhir sehingga
guru segera menutup pelajarannya), perilaku nonverbal dapat membantah
atau bertentangan dengan perilaku verbal (misalnya seorang guru melihat
jam tangan dua- tiga kali, padahal ia tadi mengatakan bahwa ia
mempunyai waktu berbicara dengan kita sebagai muridnya).
Kita dapat mengklasifikasikan komunikasi nonverbal dengan
berbagai cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal
menjadi tiga bagian, yaitu pertama bahasa tanda (sign language), misalnya
bahasa isyarat tuna rungu. Kedua bahasa tindakan (action language) adalah
semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk
memberikan sinyal, contohnya berjalan, dan ketiga bahasa objek (object
18
language) adalah benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publik,
seperti bendera, gambar, musik (misalnya marching band), dan
sebagainya.
Menurut Samovar dan Porter (1991), membagi- bagi komunikasi
nonverbal menjadi dua kategori besar, yaitu pertama perilaku yang terdiri
dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah,
kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa (kecepatan berbicara,
intonasi suara, volume suara, dialek, siulan, desahan, gerutuan, dan
sebagainya), dan kedua ruang, waktu, dan diam.
Komunikasi verbal dan nonverbal dipengaruhi oleh interaksi anak
dengan temannya. Semakin banyak hubungan anak dengan temannya dan
semakin besar keinginan mereka diterima sebagai anggota kelompok maka
semakin kuat motivasi mereka untuk berbicara atau berkomunikasi. Anak
mempelajari kata- kata baru dalam kosa kata umum serta menambah kosa
kata khusus. Kosa kata khusus ini meliputi kosa kata etiket (ucapan terima
kasih dan minta tolong, kosa kata warna, kosa kata bilangan, kosa kata
uang, kosa kata waktu, kata- kata populer dan hinaan, dan kosa kata
rahasia dapat berupa lisan, tulisan, dan kinetik. Selain itu, dengan
berkembangnya sosial anak maka mereka akan meniru kebiasaan
kelompok, seperti mode baju, berjalan, dan berbicara.
Kebiasaan kelompok tersebut akan berpengaruh pada diri anak,
yang meliputi pengaruh baik maupun buruk. Pengaruh baik teman adalah
dalam hal pengembangan diri dan harga diri. Teman membantu anak
19
membentuk opini tentang dirinya dengan melihat dirinya seperti apa yang
dilihat orang lain. Pengaruh buruk teman antara lain dalam bentuk
pemaksaan nilai- nilai, ancaman, dan pemerasan.
Pengaruh teman tersebut akan menjadi penghambat dalam
berkomunikasi. Hambatan komunikasi yang dilakukan anak, baik verbal
maupun nonverbal dikarenakan tidak semua pesan dimengerti dengan baik
oleh orang lain atau temannya.
6. Hambatan Proses Komunikasi
Pada saat pelaksanaan berkomunikasi, baik verbal dan non verbal,
seringkali tidak semua pesan dapat diterima dan dimengerti dengan baik.
Hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat komunikasi antara
komunikator dan komunikan. Faktor- faktor penghambat komunikasi
menurut Istiyanto (2008), adalah masalah dalam mengembangkan pesan
dikarenakan munculnya keragu- raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa
dengan situasi yang ada atau dengan komunikan, juga adanya pertentangan
emosi atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan, masalah
dalam menyampaikan pesan, masalah dalam menerima pesan (seperti
suasana yang tidak nyaman dan konsentrasi yang tidak terpusat), dan
masalah dalam menafsirkan pesan (dipengaruhi oleh perbedaan latar
belakang, penafsiran kata, dan perbedaan reaksi emosional).
Hambatan- hambatan tersebut dipengaruhi oleh faktor- faktor yang
mempengaruhi
komunikasi
pada
anak.
Faktor
tersebut
akan
mempengaruhi isi pesan dan cara bagaimana pesan tersebut disampaikan.
20
7. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Faktor- Faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Perry dan
Potter (2005), adalah :
a. Perkembangan
Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan secara langsung
berhubungan dengan perkembangan neurologi dan intelektual (Whaley
dan Wong, 1995). Lingkungan seorang anak harus juga menawarkan
stimulasi untuk perkembangan normal. Lingkungan yang disediakan
oleh orangtua memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk
berkomunikasi.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Persepsi
terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan
persepsi antar individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam
berkomunikasi.
c. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut
adalah apa yang dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan
pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide. Nilai juga mempengaruhi
interpretasi pesan.
21
d. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa
tertentu.
Emosi
dapat
menyebabkan
seseorang
salah
menginterpretasikan sesuatu atau tidak mendengar pesan.
e. Latar belakang sosiokultural
Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukkan dirinya melalui
tingkah laku. Bahasa, pembawaan, nilai, dan gerakan tubuh
merefleksikan asal budaya. Budaya mempengaruhi cara anak
berhubungan dengan orang lain dalam berbagai situasi.
f. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi. Laki- laki
dan perempuan memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama
lain mempengaruhi proses komunikasi secara unik. Sejak berusia 3
tahun, anak perempuan bermain dengan teman baiknya dan
menggunakan bahasa untuk mencari konfirmasi, meminimalkan
perbedaan, dan menetapkan atau menguatkan keintiman. Anak lakilaki
menggunakan
bahasa
untuk
menetapkan
kebebasan
dan
menegosiasikan aktivitas status dalam kelompok besar, meskipun
ketika mereka ingin berteman, mereka umumnya melakukannya
dengan adu otot.
g. Pengetahuan
Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak
22
jelas jika kata- kata dan ungkapan yang digunakan komunikator tidak
dikenal oleh komunikan.
h. Peran dan hubungan
Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan
dan peran mereka. Seseorang akan merasa lebih nyaman ketika akan
menunjukkan ide untuk individu yang dapat mengembangkan
hubungan positif dan memuaskan.
i. Lingkungan
Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam
lingkungan yang nyaman. Lingkungan yang ada disekitar anak,
terutama kelompok sosial yang dimiliki anak yang berupa interaksi
anak dengan temannya sangat berpengaruh terhadap diri anak.
Gangguan lingkungan tersebut dapat mengganggu pesan yang
disampaikan.
j. Ruang dan teritorial
Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan
sekitarnya. Teritorial sangat penting karena membuat orang merasa
memiliki identitas, keamanan, dan kontrol. Ruang yang terganggu
akan menghalangi komunikasi efektif.
23
B. TEMAN
1. Pengertian Teman
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial (Kusmiati dan Desmaniarti,
1990). Lingkungan anak merupakan dunia di luar diri anak dan
pembelajaran yang berasal dari pengalaman anak (Nuryanti, 2008).
Lingkungan tersebut sangat berpengaruh terhadap kelompok sosial anak.
Kelompok sosial anak terdiri atas anggota- anggota yang sering
berhadapan muka satu dengan yang lain dan dapat membantu memenuhi
kebutuhan sosial anak. Kelompok sosial anak terdiri dari teman bermain
atau teman baik, tetapi anak menganggap bahwa semua anggota kelompok
sebagai “teman”.
Teman adalah seseorang yang dekat denganmu, dapat memahami
perasaanmu tanpa kamu ucapkan, tempat berbagi rahasia, dan bertukar
pikiran (Nina, 2007). Teman adalah orang yang serupa dengan dirinya
sendiri dan yang dapat memenuhi kebutuhan sosialnya (Hurlock, 1980).
Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa teman
adalah seseorang yang dekat dengan diri kita, dapat memenuhi kebutuhan
sosial kita, dan merupakan tempat bertukar pikiran sehingga saling
memahami perasaan antara satu dengan yang lainnya. Teman yang
bersama anak memiliki bermacam– macam karakteristik sehingga anak
dapat mengetahui jenis teman yang sedang bersamanya.
24
2. Jenis Teman
Teman pada masa kanak- kanak dapat dibagi menjadi tiga
klasifikasi yang masing- masing mempengaruhi sosialisasi pada periode
yang berbeda. Ketiga jenis teman dan karakteristiknya menurut Hurlock
(1978) adalah kawan, teman bermain, dan sahabat. Kawan yaitu orang
yang memuaskan kebutuhan anak akan teman melalui keberadaannya di
lingkungan anak. Anak dapat mengamati dan mendengarkan mereka tetapi
tidak memiliki interaksi langsung dengan mereka. Mereka terdiri atas
berbagai usia dan jenis kelamin. Teman bermain merupakan orang yang
melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan anak. Mereka terdiri atas
berbagai usia dan jenis kelamin, tetapi biasanya anak memperoleh
kepuasan yang lebih besar dari mereka yang memiliki usia dan jenis
kelamin yang sama, serta mempunyai minat yang sama. Sahabat adalah
orang yang dengan anak tidak hanya dapat bermain tetapi juga
berkomunikasi melalui pertukaran ide dan rasa percaya, memberikan
nasihat, dan kritik. Anak yang mempunyai usia, jenis kelamin, dan taraf
perkembangan yang sama lebih dipilih sebagai sahabat.
Berdasarkan ketiga jenis teman tersebut dan karakteristiknya maka
pola kebutuhan akan teman pada anak akan terpenuhi. Hal tersebut akan
membantu anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
3. Pola Kebutuhan Akan Teman
Pada masa bayi awal, bayi merasa puas berteman dengan siapa pun
yang dapat mereka lihat dan dengar. Sebelum mencapai usia satu tahun,
25
bayi membutuhkan teman bermain selain kawan. Orang dewasa dan anakanak yang lebih tua merupakan teman yang lebih disukai selama paruh
akhir tahun pertama dan kedua. Bayi yang seusia tidak dapat memenuhi
kebutuhan egosentrisnya, demikian juga dengan anak yang lebih muda.
Anak yang berusia satu sampai dua tahun berorientasi pada keluarga
dalam memilih teman.
Pada masa kanak- kanak awal, biasanya yang menjadi teman
adalah orang dewasa yang ada di lingkungan keluarganya, saudara
kandungnya, dan anak- anak yang berasal dari lingkungan di sekitar
rumahnya atau dari sekolah. Usia 2 sampai 4 tahun, anak sadar bahwa
keluarganya tidak mempunyai waktu cukup untuk bermain dengan dia,
akibatnya anak sangat mengharapkan hubungan dengan teman sebayanya.
Anak memiliki minat yang lebih besar untuk bermain bersama anak- anak
yang sejenis karena dia juga akan belajar melalui tekanan sosial untuk
bermain sesuai dengan jenis kelaminnya.
Pada masa kanak- kanak akhir, anak mulai tertarik pada permainan
kelompok. Anak usia sekolah memilih anak yang memiliki jenis kelamin,
ukuran tubuh, usia kronologis, usia mental, kematangan sosial, dan minat
yang sama dengan mereka. Hampir semua anak menyukai teman bermain
yang berhasil dalam permainan karena memiliki wibawa di mata
kelompok. Melalui hubungan dengan mereka, anak merasa bahwa
wibawanya meningkat. Anak dari tahun ke tahun, kebutuhan akan sahabat
26
bertambah kuat, dan mencapai puncaknya ketika perubahan masa pubertas
mulai timbul.
Pada masa pubertas, minat untuk bermain turun karena terjadi
perubahan fisik yang melemahkan energinya. Kecemasan meningkat
sehingga anak lebih membutuhkan teman akrab daripada teman bermain.
Anak lebih memilih sahabat dari anggota kelompoknya atau dari orang
dewasa yang mau memahami dia dan menerima kepercayaannya.
Teman yang bersama anak harus dapat memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan anak akan teman akan terpenuhi bila temannya memiliki sifatsifat tertentu yang dapat memuaskan kebutuhannya.
4. Sifat Yang Penting Untuk Memenuhi Kebutuhan Akan Teman
Teman harus memiliki sifat tertentu bila ingin memuaskan
kebutuhan anak. Beberapa sifat yang dapat membantu memenuhi
kebutuhan anak akan teman menurut Hurlock (1978), yaitu
a. Memiliki minat dan afeksi terhadap anak
Anak harus merasa bahwa dia merupakan pihak yang menerima
perhatian dan afeksi. Namun, minat dan afeksi yang diberikan harus
sesuai dengan tingkat perkembangannya, jika tidak, kebutuhan anak
akan teman tidak akan terpenuhi.
b. Kesamaan minat
Minat yang sama akan menimbulkan perasaan senang berada bersama
orang lain dan ini akan memudahkan dalam berkomunikasi serta
27
pengungkapan afeksi. Hal ini berlaku untuk semua hubungan teman,
tetapi terutama untuk hubungan persahabatan.
c. Kesamaan nilai
Anak lebih menghargai dan lebih menyukai orang yang melihat
sesuatu berdasarkan kerangka acuan yang sama dengan mereka dan
yang berbicara dengan bahasa yang sama. Hal ini berlaku baik untuk
hubungan teman bermain maupun hubungan persahabatan, karena nilai
yang sama akan membuka peluang bagi timbulnya permainaan yang
menyenangkan dan komunikasi yang baik.
d. Kedekatan geografis
Bila seseorang ingin memuaskan kebutuhan anak akan teman, dia
harus hadir pada saat anak membutuhkan dia karena anak tidak dapat
pergi dari suatu tempat ke tempat yang lain tanpa menggunakan
tranportasi umum atau diantar oleh anggota keluarga atau tetangga
yang sudah dewasa, teman mereka harus tinggal di daerah yang mudah
di capai oleh anak dengan berjalan kaki atau bersepeda.
Apabila salah satu dari sifat tersebut berubah maka akan
mempengaruhi hubungan anak dengan temannya. Anak akan beralih ke
teman yang memiliki sifat yang sama sehingga anak akan melakukan
pergantian teman.
5. Pergantian Teman Pada Masa Kanak-Kanak
Teman seorang anak selalu datang dan pergi. Menurut Hurlock
(1978), sebab anak melakukan pergantian teman adalah
28
a. Perubahan minat
Bila minat dalam kegiatan bermain, tugas sekolah, atau topik
pembicaraan berubah, anak akan beralih ke teman yang memiliki
minat sama dengan mereka.
b. Perubahan nilai
Adanya perubahan minat dan dengan semakin matangnya perilaku,
anak akan mempertimbangkan arti penting berbagai kegiatan bermain
atau cara berperilaku dalam situasi sosial. Mereka akan memilih teman
yang memiliki nilai sama dengan mereka.
c. Perilaku antisosial
Anak yang perilakunya antisosial pada saat teman seusianya mulai
menampilkan perilaku yang lebih sosial akan melihat bahwa bekas
teman dan sahabatnya beralih ke teman yang memiliki perilaku lebih
sosial dibandingkan dengan perilakunya.
d. Kurangnya wawasan sosial
Anak yang wawasan sosialnya kurang berkembang dibandingkan
dengan teman seusianya dianggap sebagai orang yang kurang
bijaksana. Apabila mereka tidak memperlihatkan rasa simpati terhadap
teman mereka, kemungkinan besar mereka akan mengalami penolakan.
e. Tekanan dari orang lain
Tekanan orang tua atau teman sebaya untuk memilih teman bermain
atau sahabat yang lain karena jenis kelamin, ras agama, status sosial
ekonomi sering menyebabkan anak memutuskan hubungan dengan
29
teman lama dan menjalin hubungan dengan teman yang disetujui orang
tua atau teman sebayanya.
f. Mobilitas sosial dan geografis
Bila keluarga anak mengalami penaikan atau penurunan status dalam
skala sosial atau pindah ke lingkungan atau masyarakat baru maka
anak terpaksa mencari teman baru.
C. ANAK USIA SEKOLAH
1. Pengertian Anak Usia Sekolah
Menurut Nuryanti (2008), usia sekolah adalah anak pada usia 6- 12
tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika
anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri
dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang
lainnya. Menurut Soeparwoto (2006), usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar- dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri
pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu.
Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia
sekolah adalah anak dengan usia 6- 2 tahun yang sekolah menjadi
pengalaman inti anak dan merupakan masa memperoleh dasar– dasar
pengetahuan dan mulai bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri.
Pada usia sekolah ini yang menjadi titik pusat perkembangannya adalah
perkembangan fisik, kognisi, dan psikososial.
30
2. Perkembangan Anak Usia Sekolah
Menurut Piaget perkembangan kognisi pada anak usia 6- 12 tahun
adalah operasional kongkret yang menurut Suriadi dan Yulianni (2006),
dengan ciri- ciri, yaitu spatial thinking (kemampuan untuk mengenal
tempat, mengetahui jarak melalui peta), mengetahui sebab dan akibat,
pengelompokkan (misalnya mawar adalah kelompok dari bunga),
membuat urutan dan menyisipkan ditengah-tengah urutan suatu objek atau
benda secara tepat, inductive dan deductive reasoning (kemampuan untuk
membuat kesimpulan berdasarkan hal- hal yang khusus dan hal-hal yang
umum), konservasi (kemampuan untuk memahami ukuran walaupun
bentuk objek diubah), memahami angka dan matematika (kemampuan
untuk berhitung dan mengoperasikan fungsi matematika).
Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia ini adalah
industry vs. inferiority (tekun vs. rendah diri) yang menurut Suriadi dan
Yulianni (2006), perkembangan sosioemosional pada anak usia sekolah
adalah
a. Harga diri
Faktor yang menentukan harga diri anak adalah kemampuan anak
untuk bekerja produktif. Hal tersebut akan membuat anak percaya diri,
mandiri, bangga terhadap dirinya, dan mudah menerima perubahan.
b. Pertumbuhan emosi
Anak telah menginteralisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat
memverbalisasikan konflik emosi yang dialaminya. Anak dapat
31
mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon
terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu,
anak dapat mengontrol emosi negatif, seperti marah, takut, dan sedih.
c. Teman sebaya
Pada masa ini anak lebih banyak bergaul dengan teman sebaya.
Menurut W. F. Connell (1972), teman sebaya adalah kelompok anakanak yang berumur sama atau berasosiasi sama. Teman sebaya
memberikan
motivasi,
belajar,
kepemimpinan,
ketrampilan,
berkomunikasi, bekerjasama, dan belajar aturan- aturan yang ada.
Selain memberikan pengaruh positif, teman sebaya juga memberikan
pengaruh negatif. Anak dapat diterima dalam kelompok apabila anak
mengikuti aturan- aturan atau nilai- nilai yang berlaku dalam
kelompok, walaupun aturan tersebut tidak diinginkan oleh anak dan
anak tidak berdaya menolaknya.
Perkembangan anak usia sekolah, baik dari perkembangan kognisi
maupun perkembangan sosioemosional akan mempengaruhi tugas
perkembangan anak. Tugas perkembangan tersebut harus dilalui anak dan
apabila
berhasil
melaluinya
anak
akan
siap
menghadapi
tugas
perkembangan selanjutnya.
3. Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst
(1972), yaitu anak belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk
permainan anak- anak, membangun sikap menyeluruh terhadap diri-
32
sendiri sebagai organisme yang tumbuh, belajar bergaul dengan teman
sebaya, belajar memainkan peran, mengembangkan kecakapan dasar
dalam membaca, menulis, dan menghitung, mengembangkan konsep yang
diperlukan untuk sehari- hari, mengembangkan nurani, moralitas, dan
suatu skala nilai, mencapai kemandirian pribadi, dan membentuk sikap
terhadap kelompok dan lembaga sosial.
Menurut Collins (1984), tugas perkembangan pada masa ini
meliputi aspek fisik, kognisi, dan sosial. Aspek fisik dengan meningkatkan
kekuatan dan koordinasi otot, yaitu meningkatkan kemampuan beberapa
aktivitas dan tugas fisik. Aspek kognisi pada taraf operasional konkret,
berfokus pada kejadian saat ini, menambah pengetahuan dan keterampilan
baru, dan mengembangkan perasaan mampu (self efficacy). Aspek sosial
dengan mencapai bentuk relasi yang tepat dengan keluarga, teman dan
lingkungan, mempertahankan harga diri yang sudah dicapai, mampu
mengkompromikan antara tuntutan individualitasnya dengan tuntutan
konformitas, dan mencapai identitas diri yang adekuat.
Pada perkembangan bahasa, anak mulai meningkatkan penggunaan
berbahasa
dan
mengembangkan
pengetahuan
strukturalnya.
Anak
menerima bahasa sebagai alat untuk menggambarkan dunia dengan cara
subjektif dan menyadari bahwa kata- kata mempunyai arti yang berubahubah bukan absolut. Anak juga memahami bahwa satu kata memiliki
banyak arti.
33
Tugas perkembangan anak dapat disimpulkan menjadi tugas
perkembangan dari aspek fisik, kognisi, dan sosial. Tugas- tugas
perkembangan tersebut harus diselesaikan oleh anak ketika menyelesaikan
masa anak.
D. Kerangka Teori
Komunikasi
Faktor- faktor komunikasi :
1. Perkembangan
2. Persepsi
3. Nilai
4. Emosi
5. Latar belakang sosiokultural
6. Jenis kelamin
7. Pengetahuan
8. Peran dan hubungan
9. Lingkungan sosial (teman)
10. Ruang dan teritorial
Komunikasi verbal dan
nonverbal
Bagan I. Kebutuhan akan teman terhadap komunikasi verbal dan nonverbal
pada anak usia sekolah
Sumber Mulyana (2004), Perry & Potter (2005), dan Massofa (2008)
34
E. Kerangka Konsep
Komunikasi Verbal
Pengaruh Teman Pada
Anak Sekolah Dasar
Komunikasi Nonverbal
Bagan II Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
Variabel independent pada penelitian ini adalah pengaruh teman pada anak
sekolah dasar karena variabel ini mempengaruhi variabel lainnya
(Nursalam, 2003).
2. Variabel Dependent
Variabel dependent pada penelitian ini adalah komunikasi verbal dan
nonverbal karena variabel tersebut dipengaruhi atau yang yang menjadi
akibat dari adanya variabel independent (Nursalam, 2003).
G. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengaruh teman dengan komunikasi verbal pada
anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Petompon 01 Semarang.
2. Ada hubungan antara pengaruh teman dengan komunikasi nonverbal pada
anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Petompon 01 Semarang.
35
Download