BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal menjelaskan bahwa manajemen memberi sinyal untuk mengurangi asimetri informasi. Jika manajemen mempunyai lebih banyakinformasi mengenai kinerja dan prospek perusahaan daripada pemegangsaham, mereka dapat memberi sinyal dengan mencatat akrual diskresioner.Apabila kinerja dan prospek perusahaan adalah baik, manajemen dapat memberisinyal dengan mencatat akrual diskresioner positif untuk menunjukkanbahwa laba periode kini serta yang akan datang lebih baik dari pada yang diimplikasikan oleh laba non-diskresioner periode kini. Apabila kinerja dan prospek perusahaan adalah buruk, manajemen memberikan sinyal denganmencatat akrual diskresioner negatif untuk menunjukkan bahwa laba periode kini serta yang akan datang lebih buruk daripada laba nondiskresionerperiode kini. Manajer perusahaan memberikan sinyal kabar baik maupunsinyal kabar buruk kepada pihak luar perusahaan. Jika kinerja perusahaanburuk, manajer melakukan manajemen laba untuk memberikan sinyal kabarburuk dengan tujuan memberikan informasi kepada pasar bahwa manajermempunyai integritas, bertindak jujur, dan mempunyai keyakinan dapatmengatasi masalah yang dihadapi. Selain untuk menunjukkan kualitas 8 9 manajerial,dengan memberi sinyal buruk sebagaimana adanya, manajer berharapmemperoleh apresiasi pasar untuk menahan penurunan harga saham perusahaan(Chen et al. 2002 dalam Lo 2005). Menurut Jama‟an (2008), teori signal dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan. Menurut Jogiyanto (2010), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam 10 maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan. B. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan pemilik serta entitas lain dalam kontrak (misal kreditur) selaku principal. Principal ini mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajemen, yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Teori keagenan digunakan untuk membatu auditor sebagai pihak ketiga dalam memahami konflik kepentingan yang dapat muncul anatara principal dan agen. Principal selaku investor bekerjasama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen atau manajemen perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Sekaligus dapat mengevaluasi kinerja agen sehingga akan menghasilkan sistem informasi yang relvan yang berguna bagi investor, kreditor dalam mengevaluasi keputusan rasional untuk investasi. Agency Theory merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu Agent untuk melakukan semua 11 kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Menurut (Sinkey, 1992:78; Jensen danSmith, 1984:7). Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal perusahaan, termasuk investor.Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya enforcementnya. Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham; biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal; serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham sebagai bentuk „bonding expenditures’ yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, 12 karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Menurut (Jensen dan Meckling, 1976:354). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur [Schipper dalam Marwata (2001:18) dan Meek, et al dalam Fitriani (2001:14)]. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan. Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interestcoverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham [Watts and Zimmerman dalam Scott (1997:92)]. Oleh karena itu semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi [Belkaoui & Karpikdalam Marwata (2001:25)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi). 13 C. Kebijakan Dividen 1. Pengertian Dividen dan Kebijakan Dividen Menurut Dyckman,et al.(2001:439) dividen merupakan distribusi laba kepada pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit. Menurut Lease et al.(2000:29) yang mengartikan kebijakan dividen sebagai “the practice that managemen follows in making dividend payout decisioner or, in other worlds, the size and pattern of cash distributions over time to shareholder”. Kesimpulan dari kebijakan deviden adalah pembagian laba kepada pemegang saham dalam bentuk aktiva yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut dan diberikan kepada para pemegang saham sesuai dengan saham yang diberikan sebelumnya. Kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan (Riyanto, dalam Rizal,2007). Dalam keputusan pembagian dividen, kelangsungan hidup dari perusahaan perlu menjadi sebuah pertimbangan. Jika sLiatu perusahaan menjalankan kebijakan untuk membagi dividen tunai maka dana yang dapat digunakan perusahaan untuk membiayai investasinya semakin rendah. Hal ini dapat mengakibatkan tingkat. pertumbuhan perusahaan di masa datang menjadi 14 rendah, dan hal ini akan berdampak pada harga saham. Dengan demikian perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan dividen yang optimal. Menurut Yuniningsih (2008), kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen pada saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga memaksimumkan harga Eaham. Besar kecilnya jumlah dividen yang akan dibayarkan tergantung dari kebijakan masing-masing perusahaan sehingga pertimbangan manajemen pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sangat diperlukan. Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kebijakan pembagian dividen suatu perusahaan (Riyanto dalam Rizal, 2007), yaitu: 1. Posisi likuiditas perusahaan Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besamya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Semakin kuat posisi likuiditas perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang Jika perusahaan telah menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, maka perusaham harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk keperluan terse but, sehingga hanya sebagian kecil pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen. 15 3. Tingkat peliumbuhan perusahaan Dana yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan pertumbuhan yang cepat relatif lebih besar dibandingkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan lambat. Dengan demikian perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung menahan pendapatannya dibandingkan membaginya dalam bentuk dividen. 4. Pengawasan terhadap perusahaan Ini terutama berkaitan dengan kebi.lakan perusahaan untuk membiayai ekspansinya dengan sumber dana intemal saja agar kontrol dari kelompok dominan di dalam perusahaan tetap bisa dijalankan. Dengan kebijakan ini, perusahaan lebih suka menahan earningnya untuk membiayai ekspansinya dibandingkan membagikan dividen. 2. Ukuran Kebijakan Dividen Tatang (2013:22-23) ukuran kebijakan dividen terbagi dua, pertama disebut sebagai imbalan hasil dividen (dividen yield), yang mengkaitkan besaran divide dengan harga saham perusahaan. Rumus dividen yield adalah sebagai berikut: Kedua disebut sebagai rasio pembayaran dividen (dividen payoutratio). Rasio pembayaran dividen diukur dengan cara membagi besarnya dividen per lembar saham dengan laba bersih per lembar saham, rumus DPR adalah sebagai berikut: 16 D. RASIO AKTIVITAS 1. Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Dewi (2013:19-21) Adalah menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalannkan operasinya baik dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan pembelian dan kegiatan lainnya. Toto (2008:33‟) perusahaan menggunakan asset dalam rangka menciptakan pendapatan. Asset secara umum adalah bentuk investasi. Setiap bentuk investasi memerlukan dana. Dana diperoleh dari modal pemilik. Setiap investasi perlu dilihat sampai seberapa jauh peranannya. Kasmir (2008:172) adalah yang menunjukan sebuah keefektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinnya. Jadi kesimpulan rasio aktivitas adalah menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk menciptakan atau mendapatkan pendapatan dan menggunakan aktiva yang dimilikinya. 2. Tujuan Rasio Aktivitas Kasmir (2008:173) berikut ini adalah beberapa tujuan yang hendak dicapai perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas antara lain : a. Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. 17 b. Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivabel), dimana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (beberapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih. c. Untuk menghitung berapa hari rata-rata sedian tersimpan dalam gudang. d. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau beberapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang e. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. f. Untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan. 3. Manfaat Rasio Aktivitas Kasmir (2008:174) manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas adalah: a. Dalam bidang piutang Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang mampu ditagih selama satu periode. Kemudian, manajemen juga dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. b. Dalam bidang sedian Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sedian tersimpan dalam gudang. Hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan atau rata-rata industri. 18 Kasmir (2008:176-186), rasio ini meliputi : a. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode sekali atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persedian ini berputar dalam suatu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persedian. Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula sebaliknya. c. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) Merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. 19 d. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode, atau untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sebelumnyaataubelum. e. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. E. Rasio Likuiditas 1. Pengertian Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2008:110) rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di pasiva lancar (utang jangka panjang). Toto (2008:13) likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek.Likuiditas sangat mendasar bagi 20 perusahaan, dalam rutinitas sehari-hari, likuditas antara lain akan tercermin dalam bentuk kemampuan perusahaan dalam membayar kreditor tepat waktu atau membayar gaji tepat waktu. Brigham (2007:103) rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan tentang hubungan antara kas perusahaan dan hartanya lancer lainnya dengan utang lancar. Darsono (2005:74) rasio likuiditas adalah yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam pembiayaan utang jangka pendek dengan cara menunjukan tentang hubungan antara kas perusahaan dengan utang lancar. 2. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas (Kasmir 2008:132) tujuan dan manfaat yang dipetik dari hasil rasio likuiditas yaitu sebagai berikut : a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. b. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. c. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. 21 d. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. e. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masingmasing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar. 3. Jenis-jenis Rasio Likuiditas Secara umum, jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan adalah sebagai berikut: a. Rasio Lancar (Current ratio) b. Rasio Sangat Lancar (Quick ratio) c. Rasio Kas (Cash Ratio) d. Inventory to Net Working Capital Dari ke lima rasio likuiditas tersebut, analisis rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini hanya diwakili oleh Current Ratio (CR) dan Cash Ratio (CaR). a. Current Ratio (CR) CR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Menurut Kasmir (2008:134) rasio lancar (curent ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang 22 tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Semakin tinggi rasio ini akan semakin aman bagi kreditor. Angka satu kali (1X) mencerminkan aset lancar sama dengan utang lancar. Jadi masih terlalu mepet, walaupun sudah menggambarkan ketersediaan aset yang ada mampu untuk menutup utang lancar. Angka diatas 1,5X lebih aman untuk digunakan sebagai batas bawah (Toto 2008:21). Dwi (2008:85) CR sangat berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan, akan tetapi dapat menjebak. Hal ini dikarenakan CR yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja tidak dapat dipakai untuk membayar utang. CR dapat dihitung dengan rumus dibawah ini: b. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan. 23 F. Penelitian Terdahulu Menurut Rizki pebriani utami (2012) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh Rasio Keuangan terhadap dividen pada sector industry manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2003- 2007. Hasil penelitiannya adalah hasil analisi regresi bahwa dari delapan rasio keuangan tersebut secara serentak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap DPR sedangkan secara parsial, variable yang berpengaruh secara signifikan terhadap DPR hanya EPS dan TATO. Menurut Niko Nurcahyo (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kinerja LIkuiditas, aktivitas, rentabilitas, dan analisis hubungan modal kerja terhadap laba perusahaan pada industry otomotif di BEI. Hasil penelitiannya adalah bahwa kinerja kesebelas perusahaan cukup tinggi baik itu dalam rasio likuiduitas, aktivitas, dan rentabilitas. Dari uji hipotesis didapati bahwa ada hubungan positif antara pasar modal kerja dengan laba usaha yang diperoleh perusahaan. Menurut sontha vitra tarida (2012) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini menunjukan lima rasio keuangan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR, sedangkan secara parsial hanya ROA dan DR yang berpengaruh signifikan terhadap DPR Menurut Nur Diana (2012)dalam penelitiannya yang berjudu lpengaruh kinerja keuangan terhadap kebijakan dividen pada industry barang konsumsi yang terdaftar diBEI .Hasil penelitian ini menunjukan selama periode 24 penelitian variable CR,ROE,DER,TATO,EPS secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio (DPR). Menurut Anggraini Ayu Lestari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul analisis factor-faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio pada perusahaan yang sahamnya aktif di BEI. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidaksemua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan. Hanya variable Cash Position yang berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Pengaruh variable bebas terhadap variable terikat sebesar 0,25%, artinya Cash Position mempengaruhi variable terikat sebesar 0,25% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variable variabel lain. 25 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Rizki Pebriani Utami (2012) Nico Nurcahyo (2009) Sontha Vitra Tarida (2012) Variabel Penelitian Independen: Rasio keuangan Dependen: Dividen Independen: Likuiduitas, aktivitas, rentabilitas, modal kerja Dependen: Laba perusahaan Independen: Rasio keuangan Dependen : Kebijakan dividen Independen : Nur Diana CR,EPS,TATO,DER,R (2012) OE Dependen: Dividen payout ratio Anggraini Independen : ayulestari( Cash position, 2012) profitability, ROE, debt to total assets, dan firm size Dependen: Divifiden payout ratio Sumber : Dari beberapa jurnal. Hasil Penelitian adalah hasil analisi regresi bahwa dari delapan rasio keuangan tersebut secara serentak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap DPR sedangkan secara parsial, variable yang berpengaruh secara signifikan terhadap DPR hanya EPS dan TATO. adalah bahwa kinerja kesebelas perusahaan cukup tinggi baik itu dalam rasio likuiduitas, aktivitas, dan rentabilitas. Dari uji hipotesis didapati bahwa ada hubungan positif antara pasar modal kerja dengan laba usaha yang diperoleh perusahaan. Secara simultan lima rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap DPR. Secara parsial hanya ROA dan DR yang berpengaruh signifikan terhadap DPR variable CR,ROE,DER,TATO,EPS secarasimultanmempunyaipengaruh yang signifikanterhadapdividen payout ratio (DPR) Hasil analisi smenunjukkan bahwa tidak semua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan. Hanya variable Cash Position yang berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Pengaruh variable lbebas terhadap variable terikat sebesar 0,25%, artinya Cash Position mempengaruh ivariabel terikat sebesar 0,25% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variable variabel lain. 26 G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pembagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan berasal dari periode saat ini maupun laba periode sebelumnya yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai hasil atas investasi. Indikator kebijakan dividen, yaitu: hasil dividen (dividen yield) dan Rasio Pembayaran Dividen (Dividen Payout Ratio) 2.2 Model penelitian Perputaran Aktiva Tetap Perputaran Persedian Dividen Payout Ratio (Y) Current Ratio (CR) Cash Ratio 1. Pengaruh Rasio Perputaran Aktiva Tetap Terhadap DPR Menggunakan perputaran aktiva dalam investasi di pasar modal untuk menganalisis dan menginterprestasikan posisi keuangan perusahaan jangka pendek. Investor perlu memperhatikan perputaran akitva sebagai salah satu indikator aktivitas karena rasio tersebut mencerminkan kemampuan aset lancar dalam ,mendapatkan pendapatan aset tetapnya. 27 Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, maka dapat diangkat hipotesis penelitian ini sebagai berikut: H1 : Rasio perputaran aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap DPR 2. Pengaruh Rasio Perputaran Persedian Terhadap DPR Menggunakan perputaran persedian dalam investasi di pasar modal untuk menganalisis dan menginterprestasikan persedian perusahaan jangka pendek. Investor perlu memperhatikan perputaran persedian sebagai salah satu indikator karena rasio aktivitas tersebut mencerminkan kemampuan aset lancar dalam ,mendapatkan pendapatan aset tetapnya. Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, maka dapat diangkat hipotesis penelitian ini sebagai berikut: H2 : Rasio perputaran persediaan berpengaruh parsial terhadap DPR 3. Pengaruh CR Terhadap DPR Menggunakan rasio lancar dalam investasi di pasar modal untuk menganalisis dan mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Investor perlu memperhatikan rasio lancar sebagai salah satu indikator karena rasio lancar tersebut mencerminkan kemampuan perusahaan dalam ,membayar kewajibannya. Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, maka dapat diangkat hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 28 H3 : CR berpengaruh terhadap DPR 4. Pengaruh Cash Ratio Terhadap DPR Menggunakan rasio kas dalam investasi untuk mengetahui seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Investor perlu memeperhatikan rasio kas sebagai salah satu indikator karena rasio kas tersebut menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, maka dapat diangkat hipotesis penelitian ini sebagai berikut: H4 : cash ratio berpengaruh signifikan terhadap DPR