BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
A. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal menjelaskan bahwa manajemen memberi sinyal untuk
mengurangi
asimetri
informasi.
Jika
manajemen
mempunyai
lebih
banyakinformasi mengenai kinerja dan prospek perusahaan daripada
pemegangsaham, mereka dapat memberi sinyal dengan mencatat akrual
diskresioner.Apabila kinerja dan prospek perusahaan adalah baik, manajemen
dapat memberisinyal dengan mencatat akrual diskresioner positif untuk
menunjukkanbahwa laba periode kini serta yang akan datang lebih baik dari
pada yang diimplikasikan oleh laba non-diskresioner periode kini. Apabila
kinerja dan prospek perusahaan adalah buruk, manajemen memberikan sinyal
denganmencatat akrual diskresioner negatif untuk menunjukkan bahwa laba
periode kini serta yang akan datang lebih buruk daripada laba nondiskresionerperiode kini. Manajer perusahaan memberikan sinyal kabar baik
maupunsinyal kabar buruk kepada pihak luar perusahaan. Jika kinerja
perusahaanburuk, manajer melakukan manajemen laba untuk memberikan
sinyal kabarburuk dengan tujuan memberikan informasi kepada pasar bahwa
manajermempunyai integritas, bertindak jujur, dan mempunyai keyakinan
dapatmengatasi masalah yang dihadapi. Selain untuk menunjukkan kualitas
8
9
manajerial,dengan memberi sinyal buruk sebagaimana adanya, manajer
berharapmemperoleh apresiasi pasar untuk menahan penurunan harga saham
perusahaan(Chen et al. 2002 dalam Lo 2005).
Menurut Jama‟an (2008), teori signal dapat membantu pihak
perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan
mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas
informasi
laporan
keuangan.
Untuk
memastikan
pihak-pihak
yang
berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan
pihak perusahaan, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas
memberikan pendapat tentang laporan keuangan.
Menurut Jogiyanto (2010), informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu
pengumuman akan memberikan
signal
bagi
investor
dalam
pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung
nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak
investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan
tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan
dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang
tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya
memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang
dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam
10
maupun pihak luar. Semua
investor memerlukan informasi
untuk
mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan
diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang
diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka
perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka
dan transparan.
B. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku
agen dengan pemilik serta entitas lain dalam kontrak (misal kreditur) selaku
principal. Principal ini mengetahui segala informasi termasuk aktivitas
manajemen, yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan.
Teori keagenan digunakan untuk membatu auditor sebagai pihak
ketiga dalam memahami konflik kepentingan yang dapat muncul anatara
principal
dan
agen.
Principal
selaku
investor
bekerjasama
dan
menandatangani kontrak kerja dengan agen atau manajemen perusahaan
untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan adanya auditor yang
independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan
yang dibuat oleh manajemen. Sekaligus dapat mengevaluasi kinerja agen
sehingga akan menghasilkan sistem informasi yang relvan yang berguna bagi
investor, kreditor dalam mengevaluasi keputusan rasional untuk investasi.
Agency Theory merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang
memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu Agent untuk melakukan semua
11
kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil
keputusan. Menurut (Sinkey, 1992:78; Jensen danSmith, 1984:7).
Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki
akses langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi
terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana
ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak
eksternal perusahaan, termasuk investor.Untuk memperkecil asimetris
informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan
untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan
kepada
berbagai
peraturan
dan
ketentuan yang berlaku.Upaya
ini
menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini
harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya
enforcementnya. Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh
pemegang saham; biaya
yang dikeluarkan oleh manajemen untuk
menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen
dan pengendalian internal; serta biaya yang disebabkan karena menurunnya
nilai kepemilikan pemegang saham sebagai bentuk „bonding expenditures’
yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat
untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang
saham. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio
leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi,
12
karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih
tinggi. Menurut (Jensen dan Meckling, 1976:354).
Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan
pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur
[Schipper dalam Marwata (2001:18) dan Meek, et al dalam Fitriani
(2001:14)]. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Pendapat lain mengatakan
bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan besar perusahaan akan
mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha
untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa
depan. Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi
kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih
metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang
biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat
leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interestcoverage, modal kerja dan
ekuitas pemegang saham [Watts and Zimmerman dalam Scott (1997:92)].
Oleh karena itu semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin
besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga
perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi
[Belkaoui & Karpikdalam Marwata (2001:25)]. Supaya laba yang dilaporkan
tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk
mengungkapkan informasi).
13
C. Kebijakan Dividen
1. Pengertian Dividen dan Kebijakan Dividen
Menurut Dyckman,et al.(2001:439) dividen merupakan distribusi
laba kepada pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham
perusahaan penerbit.
Menurut Lease et al.(2000:29) yang mengartikan kebijakan dividen
sebagai “the practice that managemen follows in making dividend payout
decisioner or, in other worlds, the size and pattern of cash distributions
over time to shareholder”.
Kesimpulan dari kebijakan deviden adalah pembagian laba kepada
pemegang saham dalam bentuk aktiva yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut dan diberikan kepada para pemegang saham sesuai dengan
saham yang diberikan sebelumnya.
Kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan
dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam
perusahaan (Riyanto, dalam Rizal,2007). Dalam keputusan pembagian
dividen, kelangsungan hidup dari perusahaan perlu menjadi sebuah
pertimbangan. Jika sLiatu perusahaan menjalankan kebijakan untuk
membagi dividen tunai maka dana yang dapat digunakan perusahaan
untuk membiayai investasinya
semakin rendah. Hal ini dapat
mengakibatkan tingkat. pertumbuhan perusahaan di masa datang menjadi
14
rendah, dan hal ini akan berdampak pada harga saham. Dengan demikian
perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan dividen yang optimal.
Menurut Yuniningsih (2008), kebijakan dividen yang optimal
adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen pada
saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga
memaksimumkan harga Eaham. Besar kecilnya jumlah dividen yang
akan dibayarkan tergantung dari kebijakan masing-masing perusahaan
sehingga pertimbangan manajemen pada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) sangat diperlukan.
Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kebijakan pembagian
dividen suatu perusahaan (Riyanto dalam Rizal, 2007), yaitu:
1. Posisi likuiditas perusahaan
Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor penting yang
harus
dipertimbangkan
sebelum
mengambil
keputusan
untuk
menetapkan besamya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang
saham. Semakin kuat posisi likuiditas perusahaan maka semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang
Jika perusahaan telah menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan
diambil dari laba ditahan, maka perusaham harus menahan sebagian
besar pendapatannya untuk keperluan terse but, sehingga hanya
sebagian kecil pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen.
15
3. Tingkat peliumbuhan perusahaan
Dana yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan pertumbuhan yang
cepat relatif lebih besar dibandingkan perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan lambat. Dengan demikian perusahaan yang bertumbuh
pesat cenderung menahan pendapatannya dibandingkan membaginya
dalam bentuk dividen.
4. Pengawasan terhadap perusahaan
Ini
terutama
berkaitan
dengan
kebi.lakan
perusahaan
untuk
membiayai ekspansinya dengan sumber dana intemal saja agar kontrol
dari kelompok dominan di dalam perusahaan tetap bisa dijalankan.
Dengan kebijakan ini, perusahaan lebih suka menahan earningnya
untuk membiayai ekspansinya dibandingkan membagikan dividen.
2.
Ukuran Kebijakan Dividen
Tatang (2013:22-23) ukuran kebijakan dividen terbagi dua, pertama
disebut sebagai imbalan hasil dividen (dividen yield), yang mengkaitkan
besaran divide dengan harga saham perusahaan. Rumus dividen yield
adalah sebagai berikut:
Kedua disebut sebagai rasio pembayaran dividen (dividen
payoutratio). Rasio pembayaran dividen diukur dengan cara membagi
besarnya dividen per lembar saham dengan laba bersih per lembar saham,
rumus DPR adalah sebagai berikut:
16
D. RASIO AKTIVITAS
1.
Pengertian Rasio Aktivitas
Menurut Dewi (2013:19-21) Adalah menggambarkan aktivitas
yang dilakukan perusahaan dalam menjalannkan operasinya baik dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan pembelian dan
kegiatan lainnya.
Toto (2008:33‟) perusahaan menggunakan asset dalam rangka
menciptakan pendapatan. Asset secara umum adalah bentuk investasi.
Setiap bentuk investasi memerlukan dana. Dana diperoleh dari modal
pemilik. Setiap investasi perlu dilihat sampai seberapa jauh peranannya.
Kasmir (2008:172) adalah yang menunjukan sebuah keefektifan
sebuah perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinnya.
Jadi kesimpulan rasio aktivitas adalah menggambarkan aktivitas
yang dilakukan oleh perusahaan untuk menciptakan atau mendapatkan
pendapatan dan menggunakan aktiva yang dimilikinya.
2.
Tujuan Rasio Aktivitas
Kasmir (2008:173) berikut ini adalah beberapa tujuan yang hendak
dicapai perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas antara lain :
a.
Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode
atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam
satu periode.
17
b.
Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of
receivabel), dimana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari
(beberapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.
c.
Untuk menghitung berapa hari rata-rata sedian tersimpan dalam
gudang.
d.
Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal
kerja berputar dalam satu periode atau beberapa penjualan yang
dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang
e.
Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva
tetap berputar dalam satu periode.
f.
Untuk
mengukur
penggunaan
semua
aktiva
perusahaan
dibandingkan dengan penjualan.
3.
Manfaat Rasio Aktivitas
Kasmir (2008:174) manfaat yang dapat dipetik dari rasio aktivitas adalah:
a.
Dalam bidang piutang
Perusahaan atau manajemen dapat mengetahui berapa lama piutang
mampu ditagih selama satu periode. Kemudian, manajemen juga
dapat mengetahui berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini
berputar dalam satu periode.
b.
Dalam bidang sedian
Manajemen dapat mengetahui hari rata-rata sedian tersimpan dalam
gudang. Hasil ini dibandingkan dengan target yang telah ditentukan
atau rata-rata industri.
18
Kasmir (2008:176-186), rasio ini meliputi :
a.
Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode sekali atau berapa kali dana
yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
Semakin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah dan tentunya kondisi ini
bagi perusahaan semakin baik.
b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang ditanam dalam persedian ini berputar dalam suatu periode. Rasio
ini dikenal dengan nama rasio perputaran persedian. Semakin kecil
rasio ini, semakin jelek demikian pula sebaliknya.
c.
Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan
modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Apabila perputaran
modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan
modal kerja.
19
d. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode, atau
untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas
aktiva tetap sebelumnyaataubelum.
e. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua
aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
E. Rasio Likuiditas
1. Pengertian Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008:110) rasio likuiditas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban)
jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban
(utang) pada saat ditagih. Caranya adalah dengan membandingkan
seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di pasiva
lancar (utang jangka panjang).
Toto (2008:13) likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendek.Likuiditas sangat mendasar bagi
20
perusahaan, dalam rutinitas sehari-hari, likuditas antara lain akan
tercermin dalam bentuk kemampuan perusahaan dalam membayar
kreditor tepat waktu atau membayar gaji tepat waktu.
Brigham
(2007:103)
rasio
likuiditas
adalah
rasio
yang
menunjukkan tentang hubungan antara kas perusahaan dan hartanya
lancer lainnya dengan utang lancar.
Darsono (2005:74) rasio likuiditas adalah yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa rasio
likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
pembiayaan utang jangka pendek dengan cara menunjukan tentang
hubungan antara kas perusahaan dengan utang lancar.
2.
Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
(Kasmir 2008:132) tujuan dan manfaat yang dipetik dari hasil
rasio likuiditas yaitu sebagai berikut :
a.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
b.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
c.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan
atau piutang.
21
d.
Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang.
e.
Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masingmasing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
3.
Jenis-jenis Rasio Likuiditas
Secara umum, jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan
perusahaan adalah sebagai berikut:
a.
Rasio Lancar (Current ratio)
b.
Rasio Sangat Lancar (Quick ratio)
c.
Rasio Kas (Cash Ratio)
d.
Inventory to Net Working Capital
Dari ke lima rasio likuiditas tersebut, analisis rasio profitabilitas
yang digunakan dalam penelitian ini hanya diwakili oleh Current Ratio
(CR) dan Cash Ratio (CaR).
a.
Current Ratio (CR)
CR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
Menurut Kasmir (2008:134) rasio lancar (curent ratio)
merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang
22
tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh
tempo.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin aman bagi kreditor.
Angka satu kali (1X) mencerminkan aset lancar sama dengan utang
lancar. Jadi masih terlalu mepet, walaupun sudah menggambarkan
ketersediaan aset yang ada mampu untuk menutup utang lancar.
Angka diatas 1,5X lebih aman untuk digunakan sebagai batas bawah
(Toto 2008:21).
Dwi (2008:85) CR sangat berguna untuk mengukur likuiditas
perusahaan, akan tetapi dapat menjebak. Hal ini dikarenakan CR
yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih atau
persediaan yang tidak terjual, yang tentu saja tidak dapat dipakai
untuk membayar utang.
CR dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:
b. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari
tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening
giro atau tabungan.
23
F. Penelitian Terdahulu
Menurut Rizki pebriani utami (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
pengaruh Rasio Keuangan terhadap dividen pada sector industry manufaktur
yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2003- 2007. Hasil penelitiannya
adalah hasil analisi regresi bahwa dari delapan rasio keuangan tersebut secara
serentak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap DPR sedangkan
secara parsial, variable yang berpengaruh secara signifikan terhadap DPR
hanya EPS dan TATO.
Menurut Niko Nurcahyo (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Kinerja LIkuiditas, aktivitas, rentabilitas, dan analisis hubungan
modal kerja terhadap laba perusahaan pada industry otomotif di BEI. Hasil
penelitiannya adalah bahwa kinerja kesebelas perusahaan cukup tinggi baik
itu dalam rasio likuiduitas, aktivitas, dan rentabilitas. Dari uji hipotesis
didapati bahwa ada hubungan positif antara pasar modal kerja dengan laba
usaha yang diperoleh perusahaan.
Menurut sontha vitra tarida (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
pengaruh rasio keuangan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini
menunjukan lima rasio keuangan secara bersama-sama mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap DPR, sedangkan secara parsial hanya ROA dan DR
yang berpengaruh signifikan terhadap DPR
Menurut Nur Diana (2012)dalam penelitiannya yang berjudu lpengaruh
kinerja keuangan terhadap kebijakan dividen pada industry barang konsumsi
yang terdaftar diBEI .Hasil penelitian ini menunjukan selama periode
24
penelitian variable CR,ROE,DER,TATO,EPS secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio (DPR).
Menurut Anggraini Ayu Lestari (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul analisis factor-faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio pada
perusahaan yang sahamnya aktif di BEI. Hasil analisis menunjukkan bahwa
tidaksemua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan. Hanya
variable Cash Position yang berpengaruh signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio. Pengaruh variable bebas terhadap variable terikat sebesar
0,25%, artinya Cash Position mempengaruhi variable terikat sebesar 0,25%
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variable variabel lain.
25
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Rizki
Pebriani
Utami
(2012)
Nico
Nurcahyo
(2009)
Sontha
Vitra
Tarida
(2012)
Variabel Penelitian
Independen:
Rasio keuangan
Dependen:
Dividen
Independen:
Likuiduitas, aktivitas,
rentabilitas, modal kerja
Dependen:
Laba perusahaan
Independen:
Rasio keuangan
Dependen :
Kebijakan dividen
Independen :
Nur Diana CR,EPS,TATO,DER,R
(2012)
OE
Dependen:
Dividen payout ratio
Anggraini Independen :
ayulestari( Cash position,
2012)
profitability, ROE, debt
to total assets, dan firm
size
Dependen:
Divifiden payout ratio
Sumber : Dari beberapa jurnal.
Hasil Penelitian
adalah hasil analisi regresi bahwa dari
delapan rasio keuangan tersebut secara
serentak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap DPR sedangkan
secara
parsial,
variable
yang
berpengaruh secara signifikan terhadap
DPR hanya EPS dan TATO.
adalah bahwa kinerja kesebelas
perusahaan cukup tinggi baik itu dalam
rasio likuiduitas, aktivitas, dan
rentabilitas. Dari uji hipotesis didapati
bahwa ada hubungan positif antara
pasar modal kerja dengan laba usaha
yang diperoleh perusahaan.
Secara simultan lima rasio keuangan
mempunyai pengaruh terhadap DPR.
Secara parsial hanya ROA dan DR
yang berpengaruh signifikan terhadap
DPR
variable CR,ROE,DER,TATO,EPS
secarasimultanmempunyaipengaruh
yang signifikanterhadapdividen
payout ratio (DPR)
Hasil analisi smenunjukkan bahwa
tidak semua faktor yang diteliti
mempunyai pengaruh yang signifikan.
Hanya variable Cash Position yang
berpengaruh
signifikan
terhadap
Dividend Payout Ratio. Pengaruh
variable lbebas terhadap variable
terikat sebesar 0,25%, artinya Cash
Position mempengaruh ivariabel
terikat sebesar 0,25% sedangkan
sisanya dijelaskan oleh variable
variabel lain.
26
G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Pembagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan berasal dari periode saat
ini maupun laba periode sebelumnya yang dibagikan kepada pemegang
saham sebagai hasil atas investasi. Indikator kebijakan dividen, yaitu: hasil
dividen (dividen yield) dan Rasio Pembayaran Dividen (Dividen Payout
Ratio)
2.2
Model penelitian
Perputaran
Aktiva Tetap
Perputaran
Persedian
Dividen Payout Ratio
(Y)
Current Ratio
(CR)
Cash Ratio
1.
Pengaruh Rasio Perputaran Aktiva Tetap Terhadap DPR
Menggunakan perputaran aktiva dalam investasi di pasar modal
untuk
menganalisis
dan
menginterprestasikan
posisi
keuangan
perusahaan jangka pendek. Investor perlu memperhatikan perputaran
akitva sebagai salah satu indikator aktivitas karena rasio tersebut
mencerminkan kemampuan aset lancar dalam ,mendapatkan pendapatan
aset tetapnya.
27
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, maka dapat diangkat
hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Rasio perputaran aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap
DPR
2.
Pengaruh Rasio Perputaran Persedian Terhadap DPR
Menggunakan perputaran persedian dalam investasi di pasar
modal
untuk
menganalisis
dan
menginterprestasikan
persedian
perusahaan jangka pendek. Investor perlu memperhatikan perputaran
persedian sebagai salah satu indikator karena rasio aktivitas tersebut
mencerminkan kemampuan aset lancar dalam ,mendapatkan pendapatan
aset tetapnya.
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, maka dapat diangkat
hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H2 : Rasio perputaran persediaan berpengaruh parsial terhadap
DPR
3.
Pengaruh CR Terhadap DPR
Menggunakan rasio lancar dalam investasi di pasar modal untuk
menganalisis dan mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek. Investor perlu memperhatikan rasio lancar
sebagai salah satu indikator karena rasio lancar tersebut mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam ,membayar kewajibannya.
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, maka dapat diangkat
hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
28
H3 : CR berpengaruh terhadap DPR
4.
Pengaruh Cash Ratio Terhadap DPR
Menggunakan rasio kas dalam investasi untuk
mengetahui
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Investor
perlu memeperhatikan rasio kas sebagai salah satu indikator karena rasio
kas tersebut menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan
untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, maka dapat diangkat
hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
H4 : cash ratio berpengaruh signifikan terhadap DPR
Download