BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kegiatan investasi pada instrumen keuangan menjadi suatu pilihan yang banyak dipilih oleh para pemilik modal untuk dapat mengembangkan aset yang mereka miliki. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2013: 5). Ketika seorang investor ingin menginvestasikan asset nya, ada hal-hal penting yang harus diperhatikan yaitu mengenai risiko dan return nya. Seorang investor yang rasional seharusnya dapat terlebih dahulu mengetahui risiko yang akan dihadapi. Pasar modal merupakan tempat dimana para investor bisa melakukan aktifitas investasi tersebut. Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek (Sunariyah, 2006: 4). Semakin modern kehidupan perekonomian Indonesia, semakin besar peran pasar modal dibanding peran bank komersial. Berinvestasi di pasar modal merupakan cara yang dapat dilakukan investor untuk mendapatkan keuntungan yang relatif cepat. Namun, risiko nya pun bisa dibilang cukup besar jika dibandingkan berinvestasi pada deposito. Oleh karena itu, untuk memperkecil risiko tersebut, investor hendaknya melakukan diversifikasi, dimana investor tidak melakukan investasi hanya pada satu macam efek atau saham saja, tetapi pada berbagai macam efek. Sayangnya, investor yang memiliki modal terbatas akan sulit atau bahkan tidak bisa melakukan diversifikasi. Untuk itu, investor perlu sarana supaya dapat menyalurkan dananya dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang tinggi. Saat ini, di Indonesia sedang marak membicarakan salah satu produk investasi pasar modal yang dianggap ideal oleh para investor (domestik), mengingat tingkat keuntungan yang ditawarkan relatif cukup tinggi. Produk investasi tersebut adalah reksa dana (mutual fund), yang merupakan instrumen baru bagi masyarakat umum Indonesia, dimana sebelumnya hanya akrab dengan produk bank seperti tabungan, deposito, dan giro. Secara sederhana reksa dana dapat dikatakan sebagai suatu wadah dari dana masyarakat yang diinvestasikan pada saham, obligasi, deposito berjangka, dan bentuk sekuritas lainnya dalam bentuk portofolio yang mempunyai tujuan investasi yang sama, dialokasikan oleh Manajer Investasi sebagai lembaga institusi reksa dana di bawah pengawasan Bapepam, dan dananya disimpan pada Bank Kustodian (Suta, 2000). Masyarakat sebagai investor memerlukan pengetahuan dan kemampuan untuk memantau keadaan pasar yang selalu berfluktuatif agar tidak mengalami kerugian atau bahkan kehilangan dana yang telah ditanamkan. Namun, terbatasnya kemampuan, informasi, pengetahuan, waktu serta modal menyebabkan masyarakat merasa enggan untuk berinvestasi. Sebagai solusi dari berbagai keterbatasan tersebut disediakan alternatif lain guna memudahkan investor dalam berinvestasi, yaitu reksa dana. Reksa dana merupakan peluang investasi lain dengan risiko yang lebih terukur dengan modal yang terjangkau bagi masyarakat. Dan dalam reksa dana, investor tidak perlu meluangkan banyak waktu guna memantau keadaan pasar. Dengan kata lain, reksa dana dipilih karena murah, mudah dan dikelola oleh ahlinya (Filbert, 2013). Potret buram reksadana terjadi setelah Februari 2005, ketika Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai titik tertinggi pada Rp 113,6 triliun. Namun gelombang redemption (penjualan kembali unit penyertaan) yang terjadi pada bulan-bulan berikutnya telah menghempaskan NAB pada level terendah, pada Januari 2006, NAB berada di posisi Rp 28, 56 triliun, turun drastic 75% dari posisi Februari 2005.1 Ada beberapa faktor yang menjadikan penyebab keterpurukan industri reksadana tahun 2005. Misalnya, kesalahan dalam penjualan, sehingga investor yang terjaring kebanyakan tidak berani mengambil risiko yang tinggi (Darmawan, 2006). Industri reksadana kembali membaik di tahun 2006 dimana terjadi pergeseran pamor reksadana pendapatan tetap menjadi reksadana saham yang 1 www.bapepam.go.id/e-monitoring bapepam. Diakses pada 23 Mei 2015, 15.40 WIB berkembang. Perkembangan industri reksadana sejak tahun 2005 hingga bulan November 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1: Perkembangan Reksadana di Indonesia 2006-2013 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2013 Keterangan: *Produk Konvensional, **Per November Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27, bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portfolio efek oleh manajer investasi. Secara khusus pengertian reksadana itu sendiri adalah kumpulan dana dari sejumlah investor yang dikelola oleh manajer investasi (fund manager), untuk diinvestasikan ke dalam portfolio efek (Huda dan Nasution, 2007:95). Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu Reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Umumnya, reksa dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27 di atas, ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Pertama, seorang pemodal yang ingin menginvestasikan modal nya ke dalam bentuk reksa dana, jelas saja harus memiliki dana, namun para investor juga tidak perlu menyediakan modal yang banyak untuk berinvestasi pada reksa dana. Modal yang dibutuhkan untuk berinvestasi bisa dengan modal yang rendah. Berinvestasi pada reksa dana sudah bisa dilakukan dengan modal minimum seratus ribu rupiah, walaupun ada juga hingga harga jutaan, tergantung dari jenis reksa dana yang dipilih. Jadi, pemodal dapat memulai berinvestasi tanpa harus mengumpulkan dulu modal yang besar. Kedua, dana diinvestasikan dalam portofolio efek. Karena merupakan kumpulan atau portofolio efek, investasi pada reksa dana cukup terdiversifikasi. Pemodal dapat memilih jenis reksa dana yang cocok untuk penerapan alokasi aset dan sesuai dengan profil risikonya. Porsi yang digunakan untuk membeli saham pun tidak digunakan untuk membeli saham hanya dari satu perusahaan, tapi beberapa perusahaan. Dengan demikian, ini sejalan dengan petuah investasi “jangan letakkan semua telur dalam satu keranjang”. Diversifikasi dilakukan dengan tujuan untuk secara bersamaan meminimalisir risiko sekaligus mengoptimalkan return investasi. Harapannya, jika investasi tersebut terdiversifikasi, terdapat sebagian investasi yang kurang baik kinerjanya atau memberikan return negatif (merugi), bagian lain dari investasi itu bisa menutupi kerugian tersebut atau bahkan secara keseluruhan masih memberikan return yang positif walaupun lebih kecil karena dikurangi biaya untuk menutup kerugian tadi.2 Ketiga, dana dikelola oleh manajer investasi. Reksadana sangat cocok bagi mereka yang tidak punya waktu, pengetahuan, serta pengalaman yang cukup untuk secara aktif mengelola investasinya. Reksa dana dikelola oleh tim Manajer Investasi yang memiliki keahlian mengelola portofolio efek dan juga akses yang luas terhadap informasi pasar efek dari hasil penelitiannya sendiri ataupun informasi publik dari pihak ketiga. Manajer Investasi dalam Undang-Undang No 8 tahun 1995 pasal 1 ayat 1 didefinisikan sebagai pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank yang 2 http://www.portalreksadana.com/node/80, diakses pada 5 Juli 2015, 21.00 WIB melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Reksa dana memiliki Manajer Investasi yang berbeda untuk mengelola dana yang dihimpun dari investor. Perbedaan kinerja dari Manajer Investasi ini menghasilkan NAB dan return yang diberikan untuk setiap perusahaan reksa dana berbeda pula. Hal ini dikarenakan Manajer Investasi memiliki cara, strategi serta kebijakan yang berbeda dalam mengelola reksa dana. Sehingga investor harus selektif dalam memilih reksa dana terbaik dari sekian reksa dana yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Seleksi dapat dilakukan dengan melihat kinerja dari reksa dana, dimana reksa dana berkinerja baik ketika reksa dana memiliki performance yang lebih baik dari indeks pasar (Filbert, 2013). Kinerja reksa dana sendiri dapat diukur dengan menghitung tingkat return yang dihasilkan serta tingkat risiko yang diambil oleh Manajer Investasi (Intan, dkk; 2012). Walaupun telah dikelola oleh ahlinya, reksa dana tetap memiliki risiko karena faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan. Pengukuran kinerja reksa dana dengan mempertimbangkan faktor risiko memberikan informasi lebih bagi investor mengenai tingkat risiko yang diambil Manajer Investasi untuk mampu menghasilkan return yang diberikan. Dengan mengetahui kinerja dari reksa dana yang akan dipilih, investor diharapkan tidak mengalami kerugian karena berinvestasi pada reksa dana dengan kinerja buruk. Tabel 1.2: Komposisi NAB Reksa Dana Indonesia per Februari 2014 No. Komposisi NAB Reksa Dana Pasar Uang Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa Dana Saham Reksa Dana Campuran Reksa Dana Indeks Reksa Dana Terproteksi Reksa Dana Terproteksi Syariah Reksa Dana Pasar Uang Syariah Reksa Dana Pendapatan Tetap 9 Syariah 10 Reksa Dana Saham Syariah 11 Reksa Dana Campuran Syariah 12 Reksa Dana Indeks Syariah 13 ETF Pendapatan Tetap 14 ETF Indeks 15 ETF Saham Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah NAB (dalam rupiah) 13.739.416.463.870,23 26.528.448.273.050,07 83.571.999.353.789,44 18.647.035.696.341,21 334.093.808.398,47 40.735.847.483.223,70 1.360.222.667.202,07 28.057.135.099,34 7,05% 13,60% 42,86% 9,56% 0,17% 20,89% 0,70% 0,01% 517.049.991.649,19 0,27% 2.599.453.081.049,70 4.519.076.424.189,19 336.875.989.622,39 1.588.631.896.751 116.119.314.921,57 384.554.886.723,78 1,33% 2,32% 0,17% 0,81% 0,81% 0,20% Presentase Seperti yang terdapat pada tabel NAB reksa dana di atas, melampaui reksa dana jenis lainnya, porsi terbesar dimiliki oleh reksa dana jenis saham dengan persentase sebesar 42,86%. Reksa dana saham dipilih oleh peneliti sebagai objek penelitian karena reksa dana saham memberikan tingkat return serta tingkat risiko yang paling tinggi dibandingkan dengan reksa dana jenis lainnya. Hukum “high risk high return” pun semakin membuat peneliti tertarik terhadap reksa dana saham mengingat seberapa besar return yang mampu dihasilkan oleh Manajer Investasi dengan tingginya risiko yang dihadapi. Seperti yang ditunjukkan tabel 1.2, porsi terbesar komposisi NAB reksa dana berasal dari reksa dana saham. Hal ini mencerminkan bahwa reksa dana saham lebih menarik bagi investor dibandingkan reksa dana jenis lainnya. Hal ini dikarenakan reksa dana saham mengalokasikan dana investor pada saham minimal 80% dari keseluruhan dana yang terkumpul. Reksa dana saham berpotensi memberikan return yang lebih tinggi mengingat fluktuatifnya pergerakan harga saham di pasar. Apabila Manajer Investasi dapat dengan jeli memilih saham dengan potensi return yang tinggi, maka return yang diberikan kepada investor pun turut meningkat. Selanjutnya, terdapat beberapa variabel yang berpengaruh pada kinerja reksa dana saham yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor untuk mengetahui reksa dana saham dengan kinerja baik sebelum melakukan investasi pada reksa dana. Yang pertama adalah market timing ability yang merupakan kemampuan Manajer Investasi dalam melakukan penyesuaian portofolio aset untuk mengantisipasi perubahan atau pergerakan yang akan terjadi pada harga pasar secara umum. Penelitian yang dilakukan oleh Waelan (2008) menunjukkan bahwa beberapa Manajer Investasi dari reksa dana yang diteliti menunjukkan kemampuan market timing walaupun sangat kecil dan tidak signifikan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan (2012) menunjukkan bahwa market timing ability berpengaruh positif dan cukup tinggi dengan adanya 31 dari 51 perusahaan reksa dana yang diteliti memiliki kemampuan tersebut. Yang kedua adalah stock selection ability dengan pengertian kemampuan Manajer Investasi dalam memilih saham-saham yang tepat untuk dimasukkan atau dikeluarkan dari portofolio sahamnya sehingga memberikan return yang lebih baik dari return pasar serta meningkatkan kinerja reksa dana. Penelitian yang dilakukan oleh Waelan (2008) menunjukkan bahwa Manajer Investasi tidak memiliki kemampuan dalam memilih saham karena return reksa dana saham yang diberikan justru lebih kecil daripada return pasar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Samajpati (2010) menyatakan bahwa Manajer Investasi memiliki kemampuan dalam memilih saham-saham yang akan diperjualbelikan meskipun kecil dan tidak substansial. Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya industri reksa dana, penelitian mengenai evaluasi kinerja reksa dana dan identifikasi manajer investasi yang berhasil dalam mengelola reksa dana semakin berkembang dan menarik baik bagi investor dan akademisi. Dari sudut pandang investor, evaluasi kinerja reksa dana dapat memberikan informasi yang berguna yang digunakan untuk mengambil keputusan investasi pada reksa dana. Ketertarikan akademisi meneliti reksa dana disebabkan oleh adanya kemampuan peramalan manajer investasi yang dapat menghasilkan kinerja reksa dana yang outperform terhadap kinerja pasar. Hal ini bertentangan dengan efficient market hypothesis. Efficient market hypothesis atau hipotesis efisien pasar atau dikenal juga sebagai teori random-walk adalah proposisi yang menyatakan harga saham saat ini merefleksikan secara penuh informasi yang tersedia mengenai nilai perusahaan dan tidak ada cara lain untuk menghasilkan keuntungan melebihi pasar secara keseluruhan dengan menggunakan informasi tersebut. Teori ini membahas salah satu isu yang sangat fundamental pada manajemen keuangan mengenai fluktuasi harga di pasar modal dan bagaimana positioning fluktuasi tersebut. Kedua isu ini memiliki implikasi penting baik itu investor dan manajemer keuangan. Terminologi efisiensi pasar pertama kali muncul pada jurnal E.F Fama tahun 1965 yang mengatakan bahwa di pasar yang efisien secara rata-rata kompetisi akan menyebabkan pengaruh penuh pada informasi baru mengenai nilai intrinsik untuk direfleksikan secara instant pada harga aktual saham. Banyak investor mencoba untuk mengidentifikasi saham yang under valued, dan yang diharapkan untuk meningkat nilainya dimasa mendatang, khususnya saham yang peningkatannya lebih besar dibanding lainnya. Banyak juga investor, termasuk manajer investasi yang percaya bahwa mereka dapat memilih saham yang akan outperform di pasar. Mereka menggunakan beragam teknik forecast dan valuasi untuk membantunya dalam menghasilkan keputusan investasi. Hipotesis efisiensi pasar menyatakan bahwa tidak satupun teknik tersebut di atas efektif (perolehan gain tidak melebihi biaya transaksi dan riset yang timbul), dan karenanya tidak satupun dapat memprediksi kinerja pasar yang outperformed. Dalam mengelola portofolio reksadana, manajer investasi melakukan time picking. Time picking dapat menjelaskan kapan saat yang tepat untuk berada di dalam dan di luar pasar atau diartikan kapan saat yang tepat untuk membeli asset serta saat yang tepat juga untuk menjual asset. Time picking secara umum lebih di kenal dengan sebutan market timing. Market timing dapat menjelaskan apakah manajer investasi yang mengelola portofolio reksadana secara aktif telah melakukan perubahan komposisi aset untuk portofolionya di waktu yang tepat (Manurung, 2007:327). Penelitian yang berfokus menemukan bukti kemampuan market timing dan selectiviy manajer investasi telah banyak dilakukan. Hasilnya memberikan temuan yang berbeda-beda. Penelitian Chu dan McKenzie (2008) menemukan adanya kemampuan market timing dan selectivity manajer investasi dalam mengelola reksa dana, sedangkan penelitian yang dilakukan DuguleanÓ‘, Dumitrache, Grimm, Fischer (2009); Deb, Banerjee, & Chakrabarti (2007); Raju dan Rao (2009) menunjukkan bahwa manajer investasi hanya memiliki kemampuan market timing. Beberapa penelitian lainnya bahkan tidak menemukan adanya kemampuan market timing dan selectivity manajer investasi (Chopra, 2011; Frensidy & Assan, 2009; dan Prasastini, 2009). Dalam penelitian ini akan dilakukan identifikasi manajer investasi yang berhasil dalam mengelola reksa dana. Hasil penelitian yang berbeda-beda di atas mengenai kemampuan market timing dan selectiviy manajer investasi di beberapa industri reksa dana, melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini akan menyediakan bukti ada tidaknya kemampuan market timing dan selectivity manajer investasi dalam mengelola reksa dana saham dengan mengambil sampel reksa dana saham di Indonesia. Mengetahui apakah manajer investasi memiliki kemampuan market timing dan stock ability dalam mengelola investasinya adalah hal yang penting. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengukur kedua kemampuan tersebut adalah metode yang dikembangkan oleh Treynor – Mazuy. Indikator kemampuan market timing manajer investasi dalam mengelola reksa dana saham dengan metode Treynor-Mazuy ditunjukkan dengan nilai koefisien γ yang bernilai positif dan signifikan. Indikator kemampuan selectivity manajer investasi dalam mengelola reksa dana saham dengan metode TreynorMazuy ditunjukkan dengan nilai koefisien α yang bernilai positif dan signifikan. Bagi seorang investor, menilai reksadana tidak cukup hanya dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh manajer investasi saja. Konsistensi juga merupakan hal penting dalam penilaian reksadana. Dalam artian, jika saat ini reksadana memiliki kemampuan market timing serta stock ability, harapannya adalah reksadana tersebut bisa konsisten di masa yang akan datang. 1.2 Rumusan Masalah Investasi sendiri dikelola oleh manajer investasi yang seharusnya memiliki kemampuan market timing dan stock ability. Namun, tidak sedikit pula para manajer investasi yang tidak memiliki kemampuan tersebut, padahal mengelola investasi bukanlah hal yang mudah jika dilakukan oleh pihak yang kurang kompeten. Selain itu, hal lain yang bisa menjadi pertimbangan bagi investor yang ingin berinvestasi tidak cukup hanya kemampuan yang dimiliki manajer investasi saja, namun juga harus konsisten dari tahun ke tahun. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1) Bagaimana kemampuan market timing dan stock selection manajer investasi setiap reksa dana saham untuk setiap tahun? 2) Bagaimana kemampuan market timing dan stock selection manajer investasi masing – masing reksa dana saham? 1.4 Tujuan Penelitian Setiap penelitian mempunyai tujuan yang mendasari perlunya penelitian tersebut dilakukan. Mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian ini sebagaimana yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk menganalisis kemampuan market timing dan stock selection manajer investasi setiap reksa dana saham untuk setiap tahun. 2) Untuk menganalisis konsistensi kemampuan market timing dan stock selection masing-masing manajer investasi seluruh reksa dana saham. 1.5 Manfaat Riset 1.5.1 Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi tentang perkembangan market timing, stock selection, serta konsistensi reksadana saham di Indonesia bagi pengembangan ilmu ekonomi secara umum maupun ekonomi Islam secara khusus. 1.5.2 Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan para investor dan pelaku pasar lain yang ingin menanamkan modalnya pada reksadana saham, dalam proses pengambilan keputusan, dan memberikan masukan informasi bagi manajer investasi. 1.5.3 Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak tentang market timing, stock selection, dan konsistensinya pada reksadana saham, serta menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Diharapkan pada penelitian selanjutnya menambahkan jumlah periode penelitiannya ke depan dan mencoba melakukan pengukuran dengan metode lainnya. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah 1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 50 reksadana. Data yang digunakan adalah data sekunder dan bersifat time series. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria: 1. Reksa dana saham konvensional bersifat terbuka (open-end-fund). 2. Reksa dana masih aktif dalam periode penelitian. Data sekunder kuantitatif yang digunakan adalah: 1. Data mingguan NAB (Nilai Aktiva Bersih) per unit reksa dana saham. 2. Rata-rata indeks Surat Berharga Indonesia (SBI) untuk mengukur risk free rate. 3. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mengukur return pasar. 1.6.2 Batasan Masalah Penelitian ini membatasi masalah yang diteliti pada jenis reksa dana yang diteliti dan periode penelitian yang digunakan. Dari berbagai macam reksadana yang ada yaitu reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan reksadana pasar uang, penelitian ini mengkaji reksadana saham yang aktif dan terdaftar pada Bapepam selama periode penelitian. Untuk periode penelitian dibatasi antara tahun 2010 hingga tahun 2014.. Alasan pemilihan objek penelitian reksadana saham karena investasi dalam reksadana ini sekurangkurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari reksadana lainnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.3 Metode pengukuran market timing dan stock selection ability dibatasi dengan menggunakan metode Treynor – Mazuy. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I. PENDAHULUAN Terdapat enam sub-bab dalam bagian pendahuluan. Keenam sub-bab tersebut adalah latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang berisi tentang landasan konseptual dan kaitannya dengan landasan kontekstual, serta pengamatan atas fenomena yang terjadi dan menarik perhatian hingga mendasari dilakukannya penelitian. Rumusan masalah yang berangkat dari latar belakang diuraikan, untuk kemudian dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Selanjutnya jawaban dari pertanyaan penelitian tersebut menjadi tujuan penelitian. Kontribusi hasil penelitian dirumuskan dalam manfaat penelitian. Ruang lingkup dan batasan penelitian memberikan penjelasan 3 http://www.idx.co.id/, diakses pada 24 Februari 2015, 11.40 WIB mengenai wilayah dan batasan dari objek yang akan diteliti. Sistematika penulisan berisi urutan penulisan dalam laporan penelitian. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini memuat uraian sistematis terkait hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, tinjauan pustaka juga memuat konsep dan teori yang mendasari penelitian. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan desain penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, sumber dan metode pengumpulan data, serta metode yang digunakan untuk menganalisis data. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan diuraikan profil dari sampel, deskripsi dari data-data yang diperoleh, analisis data, dan hasil penelitian. Selanjutnya data yang sudah diolah sedemikian rupa dilakukan pembahasan secara mendalam pada bagian ini. Pembahasan ini juga berisi jawaban dari pertanyaan penelitian. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN Bagian ini merupakan bagian akhir dari penulisan laporan penelitian yang berisi simpulan dari pembahasan. Selain itu juga akan diungkap keterbatasan penelitian, implikasi, dan saran-saran untuk objek yang diteliti maupun untuk pihak-pihak lain terutama terkait keperluan untuk penelitian selanjutnya.