( Cordyline fruticosa Goepp) Tanaman andong biasa di tan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman
2.1.1 Habitat Tanaman Andong (Cordyline fruticosa Goepp)
Tanaman andong biasa di tanam sebagai tanaman hias di pekarangan,
taman atau kuburan, dipakai sebagai tanaman pagar atau pembatas di perkebunan
teh. Andong berasal dari Asia Timur dan biasa di temukan dari dataran rendah
sampai ketinggian 1.900 m dpl (Dalimartha, 2006).
2.1.2
Sistematika tumbuhan
Tumbuhan Andong memiliki sistematika sebagai berikut (Depkes, 2001):
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Liliales
Suku
: Liliaceae
Marga
: Cordyline
Jenis
: Cordyline fruticosa Goepp.
2.1.3 Sinonim
Cordyline fruticosa Backer., Cordyline sieberi Kunth., Cordyline
terminalis Planch., Cordyline terminalis (L) Kunth., Colodracon jacquinii
Planch., Dracaena terminalis L., Taestsia fruticosa Merr., (Depkes, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Nama asing
Limietstruik (Belanda), Grenzdrachenbaum (Jerman), Lily plam (Inggris)
(Heyne, 1981)
2.1.5 Nama daerah (Depkes, 2001).
Sumatera
: Bak Juang (Aceh), Linjuang (Medan), Tumjuang (Palembang).
Jawa
: Hanjuang (Sunda), Andong (Jawa Tengah), Kayu Urip (Madura),
Andong (Jakarta).
Bali
: Endong
Kalimantan
: Renjuang (Dayak)
Nusa Tenggara : Endong
Sulawesi
: Tabango (Gorontalo), Palili (Makasar), Panjureng (Bugis).
Maluku
: Weluga (Ambon)
2.1.6 Morfologi Tanaman Andong
Tanaman andong merah termasuk perdu tegak dengan tinggi 2-4 m, jarang
bercabang, batang bulat, keras, bekas daun rontok berbentuk cincin. Daun tunggal
dengan warna hijau ada juga yang berwarna merah kecoklatan. Letak daun
tersebar pada batang, terutama berkumpul di ujung batang. Helaian dan panjang
berbentuk lanset dengan panjang 20—60 cm dan lebar 5-13 cm. Ujung dan
pangkalnya runcing, tepi rata, pertulangan menyirip dan tangkai daunnya
berbentuk talang. (Dalimartha, 2006).
2.1.8 Khasiat Tumbuhan
Berkhasiat
sebagai
menghentikan
perdarahan
(hemostatis)
dan
meghancurkan darah beku pada memar. (Dalimartha, 2006). Daun Andong
berkhasiat sebagai obat luka dan wasir (Depkes, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kandungan kimia
Tanaman andong (Cordyline fruticosa. Goepp) mengandung saponin, tannin,
flavonoida, polifenol, steroida, polisakarida, kalsium oksalat dan zat besi (Dalimartha,
2006).
2.2.1
Saponin
Senyawa golongan ini banyak terdapat pada tumbuhan tinggi. Saponin
adalah suatu glikosida yang bila dihidrolisa menghasilkan bagian aglikon yang
disebut sapogenin dan bagian glikon. Saponin merupakan senyawa dengan rasa
yang pahit dan mampu membentuk larutan koloidal dalam air serta
menghasilkan busa jika dikocok dalam air. Senyawa ini dapat mengiritasi
membran mukosa dan pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan hemolisa
darah merah. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan dari larutan berair
sehingga dalam bidang farmasi digunakan sebagai penstabil sediaan suspensi
(Tyler, 1976).
2.2.2 Tanin
Tanin merupakan kelompok besar dari senyawa komplek yang tersebar
hampir pada semua tumbuhan dan biasanya terdapat pada bagian daun, buah, akar
serta batang. Secara kimia, tanin merupakan senyawa komplek yang tersusun dari
polifenol yang sukar dipisahkan dan tidak membentuk kristal. Tanin dan senyawa
turunannya bekerja dengan jalan menciutkan selaput lendir pada saluran
pencernaan dan di bagian kulit yang luka. Pada perawatan untuk luka bakar, tanin
dapat
mempercepat
pembentukan
jaringan
yang
baru
sekaligus
dapat
melindunginya dari infeksi atau sebagai antiseptik (Tyler, 1976).
Universitas Sumatera Utara
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam
industri, tanin mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap
pakai karena kemampuannya menyambung silang protein. Tanin dapat
diidentifikasi dengan cara penambahan pereaksi ferri klorida, menghasilkan warna
hijau kehitaman atau biru kehitaman. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin
yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan, yaitu (Harborne, 1987):
a. Tanin terkondensasi
Tanin jenis ini hampir terdapat di dalam paku-pakuan dan
gimnospermae serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada
jenis tumbuhan berkayu. Nama lain untuk tanin terkondensasi ialah
proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas maka
beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidin (Harborne, 1987).
b. Tanin terhidrolisis
Tanin yang terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tumbuhan
berkeping dua. Tanin jenis ini terutama terdiri atas dua kelas, yang
paling sederhana ialah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini inti
yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih.
Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat yaitu
asam heksahidroksidifenat dan berikatan dengan glukosa (Harborne,
1987).
Universitas Sumatera Utara
2.2.3
Flavonoida
Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar luas
pada tumbuhan hijau dan mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang
tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 Yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga (Markham, 1988).
Flavonoida merupakan senyawa fenolik yang mempunyai lima belas atom
C, terdiri dari dua cincin benzen yang dihubungkan oleh tiga atom C rantai
alifatis. Flavonoida dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6.
Senyawa ini sering terdapat sebagai glikosida. Sebagai pigmen bunga, flavonoida
berfungsi dalam menarik burung dan serangga yang berperan untuk proses
penyerbukan bunga. Beberapa fungsi lainnya adalah untuk mengatur fotosintesis,
kerja antimikroba dan antivirus serta memiliki kemampuan dalam mengusir
serangga (Robinson, 1995).
Umumnya senyawa flavonoida dalam tumbuhan terikat dengan gula
disebut sebagai glikosida dan aglikon flavonoida yang berbeda-beda mungkin
saja terdapat pada satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida.
Oleh karena itu dalam menganalisis flavonoida biasanya lebih baik memeriksa
aglikon yang telah dihidrolisis dibandingkan dalam bentuk glukosida dengan
kerumitan strukturnya. Flavonoida berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri
dan inflamasi (Harbone, 1987).
2.2.4
Steroida
Steroid adalah triterpenoid yang kerangka dasarnya system cincin
siklopentana perhidrofenantren. Uji yang biasa digunakan adalah reaksi
Universitas Sumatera Utara
Lieberman Bourchard yang dengan kebanyakan triterpen dan steroid memberikan
warna hijau biru (Harbone, 1987).
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehid atau asam karboksilat (Harbone, 1987).
2.2.5 Glikosida
Glikosida adalah suatu senyawa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan
bagian gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula disebut aglikon. Gula
yang dihasilkan biasanya adalah glukosa, ramnosa, dan lain sebagainya. Jika
bagian gulanya adalah glukosa maka disebut glukosida, sedangkan jika bagian
gulanya selain glukosa disebut glikosida.
Menurut fransworth (1996), Pembagian glikosida berdasarkan atom yang
menghubungkan bagian gula dan bagian bukan gula adalah sebagai berikut :
1. O-glikosida : Jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom O
2. S-glikosida : Jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom S
3. N-glikosida : Jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom N
4. C-glikosida : Jika bagian gula dan bukan gula dihubungkan oleh atom C
2.3 Ekstrak
2.3.1 Pengertian
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
Universitas Sumatera Utara
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena
panas (Depkes RI, 1995).
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah
sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung,
ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang
digunakan air, etanol dan campuran air etanol (Depkes RI, 1979).
2.3.2 Metode Ekstraksi
Menurut Depkes RI (2000), beberapa metode ekstraksi:
1. Cara dingin
i.
Maserasi, adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar).
ii.
Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan.
2. Cara panas
Universitas Sumatera Utara
i.
Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
ii.
Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
iii.
Digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50oC.
iv.
Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).
v.
Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
titik didih air.
2.4 Bakteri
Bakteri termasuk dalam golongan procaryotes, ukurannya sangat kecil
(dalam ukuran mikron) sehingga hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop.
Bakteri memiliki inti sel yang terdiri atas DNA dan RNA namun tidak memiliki
pembungkus inti. Dinding selnya terdiri atas peptidoglikan, berkembang biak
dengan membelah diri (binary fission), dapat dibiakkan pada perbenihan buatan
serta dapat dihambat dengan antibiotika. Beberapa bakteri ada yang dapat
bergerak aktif karena memiliki flagella (Tim Mikrobiologi FK Universitas
Brawijaya, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh:
1. Zat makanan (nutrisi)
Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen,
sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi,
tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan
pertumbuhannya.
2. Keasaman dan kebasaan (pH)
Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum pertumbuhan antara 6,5-7,5,
namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau
sangat alkali.
3. Temperatur
Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi
kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bakteri psikofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 030oC, temperatur optimum adalah 10-20oC.
b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 560oC, temperatur optimum adalah 25-40oC.
c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur
50-100oC, temperatur optimum adalah 55-65oC.
4. Oksigen
Beberapa spesies bakteri dapat hidup dengan adanya oksigen dan
sebaliknya spesies lain akan mati. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen,
bakteri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Aerobik
yaitu
bakteri yang
membutuhkan
oksigen untuk
pertumbuhannya.
b. Anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.
c. Anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan
oksigen ataupun tanpa oksigen.
d. Mikroaerofilik yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan
adanya sedikit oksigen.
5. Tekanan osmosa
Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis
terhadap isi sel bakteri.
6. Kelembaban
Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada
lingkungan yang lembab. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis
bakterinya (Pelczar, 1988).
Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu:
a. Bentuk basil
Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk menyerupai batang atau
silinder, membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun berbentuk rantai
pendek atau panjang. Bentuk basil dapat dibedakan atas:
- Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung
tumpul.
- Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.
- Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung
tajam.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: Escherichia coli, Bacillus anthracis, Salmonella typhimurium, Shigella
dysenteriae.
b. Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang
hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat
dibedakan atas:
- Monokokus yaitu kokus yang terlepas satu sama lain.
- Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua.
- Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.
- Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan merupakan suatu
untaian.
- Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandengan panjang berupa
rantai.
- Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.
Contoh: Monococcus gonorhoe, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus lactis,
Staphylococcus aureus, Sarcina luten.
c. Bentuk spiral
Dapat dibedakan atas:
- Spiral yaitu bentuk yang menyerupai spiral atau lilitan.
- Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.
- Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral
dalam kemampuannya melenturkan dan melengkukkan tubuhnya sambil
bergerak.
Contoh: Spirillum, Vibrio cholerae, Spirochaeta palida (Volk, 1989).
Universitas Sumatera Utara
2.5 Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif mempunyai struktur dinding sel yang tebal (15-80
µm) dan berlapis tunggal (mono). Komponen utama penyusun dinding sel adalah
peptidoglikan dan asam teikoat (Pelczar et al, 1986 )
2.5.1 Bakteri Staphylococcus aureus
Sistematika Staphylococcus aureus (Dwidjoseputro, 1988).
Division
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Family
: Micrococaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, aerob atau
anaerobfakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter
0,8 – 1,0 µm, tidak membentuk spora dan tifak bergerak, koloni berwarna kuning.
Bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 370C tetapi paling baik membentuk pigmen
pada suhu 20-250C. koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus,
menonjol dan berkilau membentuk berbagai pigmen. Bakteri ini terdapat pada
kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui
kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz,
2001).
Universitas Sumatera Utara
2.6 Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif mempunyai struktur dinding sel yang tipis ( 10- 15
µm) dan berlapis tiga (multi). Dinding sel meliputi peptidoglikan dan selaput luar
mengandung tiga polimer yaitu lipoprotein, fosfolipida dan lipopolisakarida (LPS)
(Pelczar et al, 1986 ). Bakteri gram negatif yang dipakai dalam penelitian ini
adalah bakteri Escherichia coli,dan Shigella dysenteriae.
2.6.1 Bakteri Escherichia coli
Berikut sistematika bakteri Escherichia coli (Dwidjoseputro, 1998):
Kingdom
: Prokaryota
Divisi
: Bacteriophyta
Kelas
: Bacteria
Bangsa
: Eubacteriales
Suku
: Bacteriaceae
Marga
: Escherichia
Jenis
: Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang
dengan panjang sekitar 2 mikrometer dan diamater 0,5 mikrometer, bersifat
anaerob fakultatif, biasanya dapat bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri
ini umumnya hidup pada rentang 20-400 C, optimum pada 370C.
Escherichia coli merupakan bakteri yang secara normal terdapat di dalam
usus dan berperan dalam proses pembusukan sisa-sisa makanan. Keberadaan
bakteri ini merupakan parameter ada tidaknya materi fekal di dalam suatu habitat
khususnya air. Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang ada dalam
Universitas Sumatera Utara
tinja manusia dan dapat mengakibatkan gangguan pencernaan seperti diare
(Anonim, 2008).
2.6.2 Bakteri Shigella dysenteriae
Berikut sistematika bakteri Shigella dysenteriae (Dwidjoseputro, 1998):
Kingdom
: Prokaryota
Divisio
: Bacteriophyta
Kelas
: Bacteria
Bangsa
: Eubacteriales
Suku
: Bacteriaceae
Marga
: Shigella
Jenis
: Shigella dysenteriae
Shigella dysenteriae merupakan bakteri gram negatif, fakultatif anaerobik,
berbentuk batang yang tidak bergerak, tidak membentuk spora. Bakteri ini
berukuran sekitar 0,5-0,7 mikrometer dan tumbuh baik pada suhu 370C (Anonim,
2007). Bakteri ini dapat menyebabkan disentri basiler. Disentri adalah salah satu
dari berbagai gangguan pencernaan yang ditandai dengan peradangan usus
terutama kolon, disertai nyeri perut dan buang air besar yang sering mengandung
darah dan lendir (Pelczar, 1988).
2.7 Fase Pertumbuhan Bakteri
Bakteri mengalami pertumbuhan melalui beberapa fase, yaitu:
1) Fase lag
Pada saat dipindahkan ke media yang baru, bakteri tidak langsung tumbuh
dan membelah, meskipun kondisi media sangat mendukung untuk
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan. Bakteri biasanya akan mengalami masa penyesuaian untuk
menyeimbangkan pertumbuhan.
2) Fase log
Selama fase ini, populasi meningkat dua kali pada interval waktu yang
teratur. Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring lajunya
aktivitas metabolisme sel.
3) Fase tetap
Pada fase ini terjadi kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi
dari media untuk tetap hidup. Sebagian bakteri mati sedangkan yang lain
tumbuh dan membelah sehingga jumlah sel bakteri yang hidup menjadi
tetap.
4) Fase kematian
Pada fase ini, sel bakteri akan mati lebih cepat daripada terbentuknya sel
baru. Laju kematian mengalami percepatan yang eksponensial (Lee,
1983).
Gambar 1. Kurva Fase Pertumbuhan Bakteri
Universitas Sumatera Utara
2.8 Media Pertumbuhan Bakteri
Pembiakan bakteri dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat
hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri. Zat hara diperlukan
untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan
pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara
sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen. Dalam
bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam
amino dan vitamin. Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori,
yaitu:
I. Bedasarkan asalnya, media dibagi atas:
1) Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang
ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat,
magnesium fosfat.
2) Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui
secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam.
Contohnya: ekstrak daging, pepton (Lay, 1994).
II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi:
1) Media selektif
Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu
bahan yang dapat menghambat perkembang biakan mikroorganisme yang
tidak diinginkan dan membolehkan perkembang biakan mikroorganisme
tertentu yang ingin diisolasi.
2) Media diferensial
Universitas Sumatera Utara
Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganisme dari
berbagai jenis dalam suatu lempengan agar.
3) Media diperkaya
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh
dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat
dalam jumlah sedikit (Irianto, 2006).
III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas (Irianto, 2006):
1) Media padat/ solid
2) Media semi solid
3) Media cair
2.9 Metode Isolasi Biakan Bakteri
a) Cara gores
Ose yang telah steril dicelupkan ke dalam suspensi mikroorganisme yang
diencerkan, lalu dibuat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling
menutupi di atas permukaan agar yang telah padat.
b) Cara sebar
Suspensi mikroorganisme yang telah diencerkan diinokulasikan secara
merata dengan menggunakan hockey stick pada permukaan media padat.
c) Cara tuang
Pengenceran inokulum yang berturut-turut diletakkan pada cawan petri
steril dan dicampurkan dengan medium agar cair, lalu dibiarkan memadat.
Koloni yang berkembang akan tertanam di dalam media tersebut (Stanier,
1982).
Universitas Sumatera Utara
2.10 Pengukuran Aktivitas Antimikroba
Penentuan kepekaan bakteria patogen terhadap antimikroba dapat
dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yaitu dilusi atau difusi.
Penting sekali menggunakan metode standar untuk mengendalikan semua faktor
yang mempengaruhi aktivitas antimikroba.
a. Metode Dilusi
Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara
bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri
uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang
menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan
penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja (Jawetz, 2001).
b. Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram
kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium
padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah
inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur
kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya
sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat).
Meskipun demikian, standarisasi faktor-faktor tersebut memungkinkan melakukan
uji kepekaan dengan baik (Jawetz, 2001).
c.
Cara turbidimetri
Pada cara ini digunakan media cair. Pertama dilakukan penuangan media
kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan suspensi bakteri, kemudian
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pemipetan larutan uji, dilakukan inkubasi. Selanjutnya dilakukan
pengukuran kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri
diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok, misalnya nephelometer
setelah itu dilakukan penghitungan potensi antimikroba (Depkes RI, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Download