BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu indikator

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu indikator terpenting untuk menilai keberhasilan kualitas
pelayanan obstetri dan ginekologi dapat tercermin dalam penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Naka
Kematian Bayi mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per
100.000 kelahiran hidup untuk Angka Kematian Ibu. Penyebab Angka
Kematian ibu yaitu perdarahan, pre/eklamsia, partus lama, Abortus dan infeksi
(Kementrian Kesehatan RI, 2009). Menurut Laporan Kematian Ibu (LKI)
Kabupaten/ Kota se Jawa Timur penyebab kematian ibu yaitu 29,35% karena
perdarahan, 27,27% karenan pre/eklamsia, 6,06% karena infeksi dan sisanya
karena faktor yang lainnya. Salah satu penyebab kematian ibu yaitu terjadinya
infeksi, bisa disebabkan karena Ketuban Pecah Dini (KPD), KPD didefinisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Ketuban Pecah Dini
merupakan masalah yang penting dalam kebidanan karena berkaitan dengan
terjadinya infeksi korioamnionitis sampai dengan sepsis (Wiknjosasatro, 2011).
Ketuban pecah dini merupakan penyebab infeksi yang paling sering dalam
persalinan.
Angka kejadian ketuban pecah dini yang terjadi di sebuah rumah sakit di
Nigeria didapatkan hasil dari 2798 persalinan yang terjadi ketuban pecah dini
2
sebanyak 119 (4,3%) persalinan (Agu PU et all, 2014). Menurut hasil
penelitian (Xiaotian Li et all, 2014) yang dilakukan di China didapatkan hasil
yaitu dari 112.439 persalinan yang terjadi kasus ketuban pecah dini yaitu
sebanyak 3.077 (2,7%) persalinan. Insiden dari ketuban pecah dini 6-19 %
kehamilan. Menurut organisasi kesehatan (WHO) angka kejadian Ketuban
Pecah Dini pada tahun 2013 sebanyak 50-60%. Sedangkan di Indonesia pada
tahun 2013 sebanyak 35 % . Di Jawa Timur pada tahun 2013 sebanyak 18 %
(Fatikah, 2015). Angka kejadian ketuban pecah dini di RSUD dr Iskak
Tulungagung tahun 2010 sebanyak 108 dari 1600 persalinan, tahun 2011
sebanyak 112 dari 1400 persalinan dan pada tahun 2013 sebanyak 218 dari
2000 persalinan. Data tersebut menyebutkan bahwa kasus ketuban pecah dini
mengalami peningkatan dari tahunnya dan ini merupakan angka kejadian yang
cukup tinggi.
Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada
selaput ketuban dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban
yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia, faktor
golongan darah, faktor multigraviditas/ paritas, usia kehamilan, merokok,
keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus dan
persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu
tembaga atau asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan
panggul, kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis, hidramnion,
3
kehamilan ganda, perut gantung atau pendular abdomen (Wiknjosastro, 2011;
Manuaba, 2009).
Faktor umur mempunyai pengaruh sangat erat dengan perkembangan
alat-alat reproduksi wanita. Usia reproduksi sehat merupakan usia yang paling
aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan. Umur yang terlalu
muda (<20tahun) atau terlalu tua (>35 tahun ) mempunyai risiko yang lebih
besar untuk melahirkan bayi yang kurang sehat dan rentan terjadi infeksi baik
pada ibu maupun bayi (Wiknjosastro, 2011).
Paritas dapat menjadi faktor risiko penyulit kehamilan dan persalinan.
Komplikasi obstetrik pada paritas yaitu grande multigravida (gravida lebih
dari 4). Ibu grande multigravida memiliki organ reproduksi yang tidak optimal,
yaitu telah mengalami kelemahan kekuatan jaringan sehingga beresiko tinggi
kembali Ketuban Pecah Dini (Wiknjosastro, 2011).
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilaksanakan terutama untuk
menunjang kehidupannya dalam keluarga (Utomo, 2013). Bekerja pada
umumnya
menyita
waktu
dan
tenaga.
Bekerja
pada
ibu-ibu
akan
mempengaruhi kehidupan keluarga juga keadaan kesehatannya terutama
kesehatan reproduksi. Berbeda dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah
tangga yang memiliki waktu lebih banyak dalam memelihara kesehatannya dan
keluarga sehingga risiko mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan
lebih rendah (Utomo, 2013).
Semakin muda usia kehamilan, maka perlu mempertahankan kehamilan
selama beberapa waktu sebelum terjadinya terminasi kehamilan sehingga
janin menjadi matur. Semakin lama menunggu kematangan janin, maka
4
semakin besar risiko terjadinya infeksi yang membahayakan janin dan kondisi
maternal secara umum (Manuaba, 2009).
Riwayat kejadian KPD sebelumnya menunjukkan bahwa wanita yang
telah melahirkan beberapa kali dan mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya, hal ini dikemukakan oleh Cunningham et al (2006). Keadaan yang
dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin dalam kandungan juga dapat
meningkatkan risiko kelahiran dengan ketuban pecah dini. Preeklampsia/
eklampsia pada ibu hamil mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas dan
keadaan janin karena terjadi penurunan darah ke plasenta yang mengakibatkan
janin kekurangan nutrisi (Cunningham et all, 2006). Ketuban pecah dini
memerlukan pengawasan yang ketat dan kerjasama antara keluarga dan
penolong (bidan dan dokter) karena dapat menyebabkan bahaya infeksi intra
uterine yang mengancam keselamatan ibu dan janinnya. Hal itu akan
menurunkan atau memperkecil risiko kematian ibu dan bayinya (Manuaba,
2009).
Dari uraian diatas bahwa masih tinggi dan makin meningkat
kejadian ketuban pecah dini
angka
dari tahun ke tahun di RSUD dr. Iskak
Tulungagung maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
Hubungan Antara Umur, Paritas, Pekerjaan, Usia Kehamilan, Riwayat Ketuban
Pecah Dini Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD dr. Iskak
Tulungagung.
5
2. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan umur, paritas, pekerjaan, usia kehamilan, riwayat
ketuban pecah dini dengan kejadian ketuban pech dini di RSUD dr. Iskak
Tulungagung ?
3. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis hubungan umur dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD
dr. Iskak Tulungagung
b. Menganalisis
hubungan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di
RSUD dr. Iskak Tulungagung
c. Menganalisis hubungan pekerjaan dengan kejadian ketuban pecah dini di
RSUD dr. Iskak Tulungagung
d. Menganalisis hubungan usia kehamilan dengan kejadian ketuban pecah dini
di RSUD dr. Iskak Tulungagung
e. Menganalisis hubungan riwayat ketuban pecah dini dengan kejadian
ketuban pecah dini di RSUD dr. Iskak Tulungagung
f. Menganalisis hubungan umur, paritas, pekerjaan, usia kehamilan, riwayat
ketuban pecah dini dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD dr. Iskak
Tulungagung
4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Menambah
pengetahuan,
pengalaman
dalam
melakukan
penelitian
khususnya tentang ketuban pecah dini dan meningkatkan penerapan upaya
promotif dan preventif tentang faktor resiko ketuban pecah dini.
6
b. Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengembangan
pengetahuan tentang ketuban pecah dini yang berhubungan dengan ilmu
kebidanan.
c. Manfaat Praktis
1) Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh institusi/ tempat
penelitian sebagai bahan referensi kepustakaan penelitian selanjutnya
khususnya yang berkaitan dengan ketuban pecah dini.
2) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran faktor
penyebab terjadinya ketuban pecah dini sehingga dapat dilakukan upaya
deteksi dini untuk meminimalkan komplikasi yang akan terjadi.
3) Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi masyarakat
mengenai faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya ketuban
pecah dini untuk mencegah resiko terjadinya keterlambatan.
Download