pengaruh brand characteristic, company characteristic dan

advertisement
PENGARUH BRAND CHARACTERISTIC, COMPANY CHARACTERISTIC DAN
CONSUMER-BRAND CHARACTERISTIC TERHADAP BRAND LOYALTY
PRODUK HANDPHONE MEREK NOKIA
Anggie Dania Puteri
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No.100, Depok
ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan persaingan yang semakin ketat, perusahaan
harus bisa bertahan hidup dan terus berkembang. Perusahaan harus mampu mempertahankan
loyalitas pelanggannya. Loyalitas pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep yang
sangat penting yang merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar. Nokia adalah brand
ternama untuk gadget handphone dan telah menjadi market leader di Indonesia. Akan tetapi
dunia ponsel bukanlah milik Nokia sendiri, semakin banyak merek-merek pesaing
bermunculan yang siap menggeser pangsa pasar Nokia. Perusahaan tentu mengharapkan
produk yang diberikan mampu membuat konsumen percaya terhadap produk tersebut
sehingga muncul kepercayaan terhadap merek yang terdiri dari brand characteristic,
company characteristic, dan consumer-brand characteristic serta mampu menciptakan
kesetiaan terhadap merek tersebut.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari 100
responden dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah simple random sampling. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama maupun parsial, brand
characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic berpengaruh
signifikan terhadap brand loyalty produk handphone merek Nokia. Dari ketiga variabel
tersebut yang berpengaruh paling domian adalah consumer-brand characteristic diikuti oleh
brand characteristic dan company characteristic.
Kata kunci: brand characteristic; company characteristic; consumer-brand characteristic;
brand loyalty
ABSTRACT
Along with the development of technology and increasing competition, companies must be
able to survive and continue to thrive. Companies must be able to maintain the loyalty of its
customers. Customer loyalty to the brand product is a very important concept which is the
core objective pursued marketers. Nokia is the leading brand for mobile phones and gadgets
have become the market leader in Indonesia. But the world is not Nokia's own mobile
phones, more and more brands emerging competitors who are ready to shift Nokia's market
share. The Company would expect given product can make consumers believe in the product
so that it appears confidence in the brand which consists of characteristic brand, company
characteristic, and consumer-brand characteristic and able to create loyalty to the brand.
The data used in this study is primary data collected from 100 respondents using a
questionnaire. The sampling technique used was simple random sampling. The analytical tool
used in this study were multiple linear regression analysis.
1
The results showed that jointly or partially, characteristic brand, company and consumerbrand characteristic characteristic significantly influence brand loyalty brand Nokia mobile
phone products. Of the three variables that influence the consumer-brand domian is
characteristic followed by a characteristic brand and company characteristic.
Key words: brand characteristic; company characteristic; consumer-brand characteristic;
brand loyalty
dikalangan masyarakat Indonesia maka
akan lebih diminati daripada merek
lainnya yang belum terkenal atau bahkan
tidak terkenal sama sekali.
Nokia adalah brand ternama untuk
gadget handphone di Indonesia dan sejak
dahulu telah menjadi penguasa pasar
ponsel dunia. Akan tetapi dunia ponsel
bukanlah milik Nokia sendiri, semakin
banyak
merek-merek
pesaing
bermunculan yang siap menggeser pangsa
pasar Nokia sebagai market leader
sementara, contohnya merek handphone
Blackberry, Iphone, Sony Ericsson,
Samsung, LG, dan lain-lain.
Perusahaan tentu mengharapkan
produk yang diberikan mampu membuat
konsumen untuk percaya terhadap produk
tersebut sehingga muncul kepercayaan
terhadap merek atau trust in a brand yang
terdiri dari brand characteristic, company
characteristic,
dan
consumer-brand
characteristic serta mampu menciptakan
kesetiaan terhadap merek atau brand
loyalty. Jadi, sebuah perusahaan dapat
mampu menjalankan bisnis karena telah
memperoleh konsumen yang setia
terhadap merek yang di keluarkan
perusahaan tersebut walaupun bersaing
dengan merek lain.
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis tertarik untuk membuat penelitian
dengan judul “Pengaruh Brand
Characteristic, Company Characteristic
dan Consumer-Brand Characteristic
Terhadap Brand Loyalty Produk
Handphone Merek Nokia”.
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan
permasalahan
sebagai
berikut.
1. Apakah variabel brand characteristic,
company
characteristic,
dan
PENDAHULUAN
Kondisi persaingan yang semakin
ketat membuat setiap perusahaan harus
bisa
bertahan
hidup
dan
terus
berkembang. Perusahaan harus mampu
mempertahankan loyalitas pelanggannya.
Loyalitas pelanggan adalah kesetiaan
pelanggan akan suatu barang atau jasa
dengan melakukan pembelian ulang
barang atau jasa tersebut secara terus
menerus. Istilah loyalitas pelanggan
sebenarnya berasal dari loyalitas merek
yang mencerminkan loyalitas pelanggan
pada merek tertentu.
Menurut Kotler (2000), merek
adalah nama, istilah, tanda, simbol,
rancangan, atau kombinasi dari hal-hal
tersebut yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari
seorang atau kelompok penjual dan untuk
membedakannya dari produk pesaing.
Merek akan mempunyai reputasi
jika
memiliki
kualitas.
Loyalitas
pelanggan terhadap merek produk
merupakan konsep yang sangat penting
khususnya
pada
kondisi
tingkat
persaingan yang sangat ketat dengan
pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi
demikian loyalitas pada merek sangat
dibutuhkan agar perusahaan dapat
bertahan hidup.
Seiring dengan berkembangnya
teknologi, handphone (HP) atau ponsel
tidak hanya digunakan sebagai alat
telepon atau sms saja, tetapi konsumen
juga sudah memperhatikan fitur-fitur
lainnya. Selain itu, merek handphone pun
sudah menjadi pilihan gaya hidup mereka,
merek yang lebih terkenal
2
consumer-brand characteristic secara
bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap brand loyalty produk
handphone merek Nokia?
2. Apakah variabel brand characteristic,
company characteristic, dan consumerbrand characteristic secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap brand
loyalty
produk handphone merek
Nokia?
3. Variabel manakah yang paling dominan
dalam memengaruhi brand loyalty
produk handphone merek Nokia?
Batasan masalah dalam penelitian ini hanya
berkaitan
dengan
variabel
brand
characteristic, company characteristic, dan
consumer-brans characteristic yang dapat
memengaruhi brand loyalty produk
handphone merek Nokia.
1.
2.
TELAAH PUSTAKA
3.
Merek
Menurut Kotler (2000), merek
adalah nama, istilah, tanda, simbol,
rancangan, atau kombinasi dari hal-hal
tersebut,
yang
dimaksudkan
untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari
seorang atau kelompok penjual dan untuk
membedakannya dari produk pesaing.
Merek sebenarnya merupakan janji penjual
untuk secara konsisten memberikan
keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu
kepada pembeli. Merek-merek terbaik
memberikan jaminan mutu. Akan tetapi,
merek lebih dari sekadar simbol. Merek
merupakan alat penanda bagi produsen bisa
berupa nama, logo, trademark, atau
berbagai bentuk simbol lainnya yang
berguna untuk membedakan satu produk
dengan produk lainnya, juga akan
mempermudah konsumen dalam menganali
dan mengidentifikasi suatu produk.
Menurut Kotler (2000), Merek
dapat memiliki enam level pengertian yaitu
sebagai berikut.
4.
5.
dengan baik, dirancang dengan baik,
tahan lama, dan bergengsi tinggi.
Manfaat
Bagi konsumen, kadang sebuah merek
tidak sekadar menyatakan atribut, tetapi
manfaat. Mereka membeli produk tidak
membeli atribut, tetapi membeli
manfaat. Atribut yang dimiliki oleh
suatu produk dapat diterjemahkan
menjadi manfaat fungsional dan atau
emosional. Sebagai contoh: atribut
“tahan lama” diterjemahkan menjadi
manfaat fungsional “tidak perlu cepat
beli
lagi”,
atribut
“mahal”
diterjemahkan
menjadi
manfaat
emosional “bergengsi”, dan lain-lain.
Nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang
nilai produsen. Jadi, Mercedes berarti
kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan
lain-lain.
Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu.
Mercedes mewakili budaya Jerman,
terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.
Kepribadian
Merek mencerminkan kepribadian
tertentu. Mercedes
mencerminkan
pimpinan yang masuk akal (orang),
singa yang memerintah (binatang), atau
istana yang agung (objek).
Pemakai
Merek menunjukkan jenis konsumen
yang membeli atau menggunakan
produk tersebut.
Kepercayaan Terhadap Merek (Trust In
a Brand)
Menurut Luarn dan Lin yang
disitasi
oleh
Ferrinadewi
(2008),
kepercayaan adalah sejumlah keyakinan
spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak
yang dipercaya dan kemampuan menepati
janji), benevolence (perhatian dan motivasi
yang dipercaya untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan yang mempercayai
mereka), competency (kemampuan pihak
yang dipercaya untuk melaksanakan
kebutuhan yang mempercayai) dan
1. Atribut
Merek mengingatkan pada atribut
tertentu. Mercedes memberi kesan
sebagai mobil yang mahal, dibuat
3
predictability (konsistensi perilaku pihak
yang dipercaya). Kepercayaan konsumen
pada merek hanya dapat diperoleh bila
pemasar
dapat
menciptakan
dan
mempertahankan hubungan emosional
yang positif dengan konsumen.
dijanjikannya akan membuat konsumen
menaruh rasa yakin akan mendapatkan
apa yang dibutuhkan dalam hal ini
kebutuhan untuk keluar dari perasaan
terancamnya.
2.
Hubungan emosional yang positif
ini harus dibangun selama jangka waktu
yang tidak pendek namun harus dilakukan
secara konsisten dan persisten. Pemahaman
yang lengkap tentang loyalitas merek tidak
dapat diperoleh tanpa penjelasan mengenai
kepercayaan terhadap merek (trust in a
brand) dan bagaimana hubungannya
dengan loyalitas merek. Dalam pemasaran
industri, para peneliti telah menemukan
bahwa kepercayaan terhadap sales dan
supplier merupakan sumber dari loyalitas.
Brand intention didasarkan pada
keyakinan konsumen bahwa merek
tersebut
mampu
mengutamakan
kepentingan konsumen ketika masalah
dalam konsumsi produk muncul secara
tidak terduga. Kedua komponen
kepercayaan merek bersandar pada
penilaian konsumen yang subyektif atau
didasarkan pada persepsi masing-masing
konsumen terhadap manfaat yang dapat
diberikan produk/merek.
Menurut Lau dan Lee (2000), dalam
hubungan kepercayaan dan merek, entitas
yang dipercaya adalah bukan orang, tapi
sebuah simbol. Loyalitas pada merek
melibatkan kepercayaan pada merek. Untuk
menciptakan loyalitas dalam pasar saat ini,
pemasar
harus
memfokuskan
pada
pembentukan
dan
pemeliharaan
kepercayaan
dalam
consumer-brand
relationship. Oleh karena itu, kepercayaan
yang telah dibangun oleh pelanggan pada
suatu merek kemungkinan akan mengarah
pada loyalitas terhadap merek tersebut.
Menurut Delgado dan Walzuch
(2004) yang disitasi oleh Ferrinadewi
(2008), komponen kepercayaan merek
bersandar pada penilaian konsumen yang
subyektif atau didasarkan pada beberapa
persepsi, yaitu:
a. Persepsi konsumen terhadap manfaat
yang dapat diberikan produk atau
merek.
b. Persepsi konsumen akan reputasi
merek, persepsi konsumen akan
kesamaan kepentingan dirinya dengan
penjual, dan persepsi mereka pada
sejauh
mana
konsumen
dapat
mengendalikan penjual dan persepsi.
kepercayaan merek adalah harapan
akan kehandalan dan intensi baik merek
karena
itu
kepercayaan
merek
merefleksikan dua hal yakni brand
reliability dan brand intentions.
Dalam
membangun
dan
mengembangkan brand trust, perusahaan
harus memahami tiga karakteristik penting
sebagai determinan kepercayaan pelanggan,
yang pada akhirnya akan mengarah pada
loyalitas pelanggan. Tiga karakteristik
kunci bagi kesuksesan hubungan antara
pelanggan
dan
perusahaan
adalah
karakteristik
merek,
karakteristik
perusahaan, dan karakteristik hubungan
pelanggan-merek.
1. Brand reliability atau kehandalan
merek yang bersumber pada keyakinan
konsumen bahwa produk tersebut
mampu memenuhi nilai yang dijanjikan
atau dengan kata lain persepsi bahwa
merek tersebut mampu memenuhi
kebutuhan dan memberikan kepuasan.
Brand reliability merupakan hal yang
esensial bagi terciptanya kepercayaan
terhadap merek karena kemampuan
merek
memenuhi
nilai
yang
1. Karakteristik
Characteristics)
Merek
(Brand
Karakteristik merek memainkan peran
yang vital dalam menentukan apakah
pelanggan memutuskan untuk percaya pada
suatu merek. Berdasarkan pada penelitian
kepercayaan interpersonal, individu-individu
yang dipercaya didasarkan pada reputation,
4
predictability dan competence dari individu
tersebut (Lau dan Lee, 2000). Dalam konteks
hubungan
pelanggan-merek,
kepercayaan
pelanggan dibangun berdasarkan pada reputasi
merek, prediktabilitas merek, dan kompetensi
merek. Penjelasan dari tiga karakteristik merek
dapat ditunjukkan sebagai berikut.
2. Karakteristik Perusahaan (Company
Characteristics)
Karakteristik perusahaan juga dapat
mempengaruhi tingkat kepercayaan pelanggan
pada sebuah merek. Pengetahuan konsumen
terhadap perusahaan kemungkinan akan
mempengaruhi penilaiannya terhadap merek
perusahaan. Karakteristik perusahaan yang
berpengaruh terhadap kepercayaan pelanggan
pada sebuah merek adalah kepercayaan
pelanggan terhadap perusahaan, reputasi
perusahaan, motif-motif dari perusahaan yang
dipersepsikan, dan integritas perusahaan yang
dipersepsikan (Lau dan Lee, 2000).
a. Brand Reputation
Brand reputation berkenaan dengan
opini dari orang lain bahwa merek itu baik dan
dapat diandalkan (reliable). Reputasi merek
dapat dikembangkan bukan saja melalui
advertising dan public relation, tapi juga
dipengaruhi oleh kualitas dan kinerja produk.
Pelanggan akan mempersepsikan bahwa sebuah
merek memiliki reputasi baik, jika sebuah
merek dapat memenuhi harapan mereka, maka
reputasi merek yang baik tersebut akan
memperkuat kepercayaan pelanggan (Lau dan
Lee, 2000).
a. Trust in the Company
Dalam kasus perusahaan dan mereknya,
perusahaan merupakan entitas terbesar dan
merek merupakan entitas terkecil dari entitas
terbesar tersebut. Sehingga, pelanggan yang
percaya terhadap perusahaan kemungkinan
percaya terhadap mereknya.
b. Brand Predictability
Brand predictability berkenaan dengan
kemampuan
suatu
kelompok
untuk
memprediksi perilaku dari kelompok lain.
Predictable brand adalah merek yang
memungkinkan
pelanggan
untuk
mengharapkan bagaimana sebuah merek akan
memiliki performance pada setiap pemakaian.
Predictability
mungkin
karena
tingkat
konsistensi dari kualitas produk. Brand
predictability dapat meningkatkan keyakinan
konsumen karena konsumen mengetahui bahwa
tidak ada sesuatu yang tidak diharapkan akan
terjadi ketika menggunakan merek tersebut.
Karena itu, brand predictability akan
meningkatkan kepercayaan terhadap merek
karena predictability menciptakan ekspektasi
positif (Lau dan Lee, 2000).
b. Company Reputation
Ketika pelanggan mempersepsikan opini orang
lain bahwa perusahaan dikenal adil dan jujur,
maka pelanggan akan merasa lebih aman dalam
memperoleh
dan
menggunakan
merek
perusahaan. Dalam konteks saluran pemasaran,
ketika perusahaan dinilai memiliki reputasi
yang baik, maka pelanggan kemungkinan besar
akan percaya pada pengecer dan vendor.
c. Company Perceived Motives
Motif-motif dari partner pertukaran yang
dipersepsikan akan mempengaruhi kepercayaan
terhadap partner tersebut. Intentionality
merupakan cara yang mana kepercayaan
dibangun dalam hubungan antara penjual dan
pembeli. Lau dan Lee (2000), mengemukakan
bahwa benevolence of motives merupakan
faktor penting dalam suatu hubungan. Dalam
konteks
merek,
ketika
pelanggan
mempersepsikan suatu perusahaan layak
dipercaya dan bertindak sesuai dengan
kepentingan mereka, maka pelanggan akan
mempercayai merek perusahaan.
c. Brand Competence
Brand competence adalah merek yang
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan,
dan
dapat
memenuhi
kebutuhannya.
Kemampuan berkaitan dengan keahlian dan
karakteristik yang memungkinkan suatu
kelompok memiliki pengaruh dalam suatu
wilayah tertentu (Lau dan Lee, 2000). Ketika
diyakini bahwa sebuah merek itu mampu untuk
menyelesaikan permasalahan dalam diri
pelanggan, maka pelanggan tersebut mungkin
berkeinginan untuk meyakini merek tersebut.
d. Company Integrity
Integritas perusahaan merupakan persepsi
pelanggan yang melekat pada sekumpulan dari
prinsip-prinsip yang dapat diterima. Perusahaan
yang memiliki integritas tinggi tergantung pada
konsistensi dari tindakannya di masa lalu,
komunikasi yang akurat tentang perusahaan
dari kelompok lain, keyakinan bahwa
perusahaan memiliki sense of justice yang kuat,
5
serta tindakannya sesuai dengan janji-janjinya.
Jika perusahaan dipersepsikan memiliki
integritas tersebut, maka kemungkinan merek
perusahaan akan dipercaya oleh pelanggan
(Lau dan Lee, 2000).
d. Satisfaction with the Brand
Kepuasan terhadap sebuah merek dapat
didefinisikan sebagai hasil dari evaluasi
subjektif bahwa merek alternatif yang dipilih
memenuhi
atau
melampaui
ekspektasi
konsumen.
Lau
dan
Lee
(2000)
mengidentifikasi bahwa pemenuhan janji
(promise) merupakan antecedent (sesuatu
3. Karakteristik
Konsumen-merek
(Consumer-brand Characteristics)
yang nyata sebelum segala sesuatu terjadi)
bagi kepercayaan dalam hubungan pemasaran
Suatu hubungan tidak satu arah, setiap
kelompok
saling
memengaruhi
dalam
hubungannya dengan kelompok lain. Sehingga,
karakteristik
pelanggan-merek
dapat
memengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap
merek.
Karakteristik
dalam
hubungan
pelanggan dengan merek mencakup kesamaan
(similarity) antara self-concept pelanggan
dengan citra merek, kesukaan pelanggan
terhadap merek, pengalaman pelanggan,
kepuasaan pelanggan, serta dukungan dari
rekan (peer support).
industri. Ketika pelanggan puas dengan suatu
merek setelah menggunakan merek tersebut,
maka pada situasi yang sama kepuasaan pada
suatu merek juga akan terpenuhi. Ketika suatu
merek telah mempertahankan janjinya, maka
pelanggan
kemungkinan
besar
akan
mempercayai merek tersebut.
e. Peer Support
Lau dan Lee (2000) mengusulkan bahwa faktor
yang penting dalam menentukan perilaku
individu adalah pengaruh individu lainnya, dan
menyatakan bahwa pengaruh sosial merupakan
faktor yang penting dalam menentukan perilaku
konsumen. Karena itu, pelanggan kemungkinan
akan percaya terhadap merek yang mana
orang/pihak lain yang berarti bagi mereka
memperlihatkan kepercayaannya pada suatu
merek.
a. Similarity between Consumer SelfConcept dan Brand Personality
Penelitian dalam hubungan interpersonal
menunjukkan
bahwa
similaritas
dari
karakteristik dua kelompok dapat memberikan
kecenderungan
tumbuhnya
kepercayaan.
Seorang pelanggan akan mengevaluasi dan
menilai sebuah merek jika sebuah merek
memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Jika
atribut atau personality fisik merek dinilai sama
dengan self-image pelanggan, maka pelanggan
kemungkinan untuk mempercayai merek
tersebut (Lau dan Lee, 2000).
Suatu merek dapat memiliki kesan
atau kepribadian. Kepribadian merek
adalah asosiasi yang terkait dengan merek
yang diingat oleh konsumen dan konsumen
dapat menerimanya. Konsumen seringkali
berinteraksi dengan merek seolah-olah
merek tersebut adalah manusia. Dengan
demikian, kesamaan antara konsep diri
konsumen dengan kepribadian merek
sangat berkaitan dengan kepercayaan
konsumen terhadap merek tersebut.
Kesukaan terhadap merek menunjukkan
kesukaan yang dimiliki oleh suatu
kelompok terhadap kelompok lain karena
kesamaan visi dan daya tarik. Untuk
mengawali hubungan suatu kelompok harus
disukai atau mendapat simpati dari
kelompok yang lain. Bagi konsumen, untuk
membuka hubungan dengan suatu merek,
maka konsumen harus menyukai dahulu
merek tersebut.
b. Liking the Brand
Lau dan Lee (2000) mengusulkan bahwa untuk
mengawali suatu hubungan, suatu kelompok
harus disenangi oleh kelompok lain. Dalam
pemasaran konsumen, jika seorang pelanggan
suka terhadap suatu merek, maka pelanggan
tersebut kemungkinan besar akan mempercayai
merek itu.
c. Experience with the Brand
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
konsumen belajar dari pengalaman masa
lalunya, dan perilaku di masa akan datang dapat
diprediksi berdasarkan pada perilaku masa
lalunya. Ketika konsumen memperoleh
pengalaman lebih dengan sebuah merek, maka
mereka akan memahami merek dengan lebih
baik dan menumbuhkan kepercayaan lebih
terhadap merek tersebut.
6
basis pelanggan yang mempunyai loyalitas
merek yang tinggi dapat mengurangi biaya
pemasaran perusahaan karena biaya untuk
mempertahankan pelanggan jauh lebih
murah dibandingkan dengan mendapatkan
pelanggan baru. Loyalitas merek yang
tinggi dapat meningkatkan perdagangan
dan dapat menarik minat pelanggan baru
karena mereka memiliki keyakinan bahwa
membeli produk bermerek minimal dapat
mengurangi risiko. Keuntungan lain yang
didapat dari loyalitas merek adalah
perusahaan dapat lebih cepat untuk
merespons gerakan pesaing.
Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Menurut Rangkuti (2002), loyalitas
merek adalah satu ukuran kesetiaan
konsumen terhadap suatu merek. Simamora
(2001) menyatakan bahwa loyalitas merek
adalah ukuran kedekatan pelanggan pada
sebuah merek. Sedangkan menurut
Durianto
(2004),
loyalitas
merek
merupakan suatu ukuran keterkaitan
seorang pelanggan kepada sebuah merek.
Berdasarkan definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa loyalitas merek
merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan
atau keterkaitan pelanggan pada sebuah
merek. Ukuran ini mampu memberikan
gambaran tentang mungkin tidaknya
seorang pelanggan beralih ke merek produk
yang lain, terutama jika pada merek
tersebut dihadapi adanya perubahan, baik
menyangkut harga maupun atribut lainnya.
Dalam kaitannya dengan loyalitas merek
suatu produk, didapati adanya beberapa
tingkatan loyalitas merek. Masing-masing
tingkatannya
menunjukan
tantangan
pemasaran yang harus dihadapi sekaligus
aset yang dapat dimanfaatkan.
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Brand
Characteristic
Company
Characteristic
Brand
Loyalty
Consumer-brand
Characteristic
Loyalitas merek (brand loyalty)
merupakan suatu konsep yang sangat
penting
dalam
strategi
pemasaran.
Keberadaan konsumen yang loyal pada
merek sangat diperlukan agar perusahaan
bertahan hidup. Loyalitas dapat diartikan
sebagai suatu komitmen yang untuk
melakukan pembelian ulang produk atau
jasa yang menjadi preferensinya secara
konsisten pada masa yang akan datang
dengan cara membeli ulang merek yang
sama meskipun ada pengaruh situasional
dan usaha pemasaran yang dapat
menimbulkan perilaku peralihan.
Model Penelitian (Sumber: Lau dan Lee)
Berdasarkan kerangka pemikiran di
atas dapat dirumuskan hipotesis yang
diajukan sebagai jawaban sementara
terhadap permasalahan yang diajukan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
H1: Brand
characteristic,
company
characteristic dan consumer-brand
characteristic secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap
brand loyalty produk handphone
merek Nokia.
Loyalitas merek menunjukkan adanya suatu
ikatan antara pelanggan dengan merek
tertentu dan ini sering kali ditandai dengan
pembelian ulang dari pelanggan. Mowen
(2002) mengemukakan bahwa dapat
didasarkan pada perilaku pembelian aktual
produk yang dikaitkan dengan proporsi
pembelian. Perusahaan yang mempunyai
H2: Brand
characteristic,
company
characteristic dan consumer-brand
characteristic
secara
parsial
berpengaruh signifikan terhadap
brand loyalty produk handphone
merek Nokia.
7
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Objek Penelitian
Variabel penelitian adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002).
Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga)
variabel bebas (X) dan 1 (satu) variabel
terikat (Y).
Objek penelitian dalam penelitian ini
adalah masyarakat umum yang masih
menggunakan produk handphone merek
Nokia yang bertempat tinggal di wilayah
Jakarta Selatan.
Varaibel bebas/ independent variabel (X)
1. Brand characteristic (X1)
2. Company characteristic (X2)
3. Consumer-brand
characteristic
(X3)
Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen yang masih menggunakan
produk handphone merek Nokia yang
bertempat tinggal di wilayah Jakarta
Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah
100
konsumen
pengguna
produk
handphone Nokia. Teknik penentuan
sampel menggunakan teknik simple random
sampling. Simple Random Sampling
dinyatakan simple (sederhana) karena
pengambilan sampel anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu
(Sugiyono, 2005).
Variabel terikat / dependent variabel (Y)
Variabel terikat dari penelitian ini
adalah loyalitas merek (brand loyalty).
Hubungan antara kepercayaan merek
(brand trust) dan loyalitas merek (brand
loyalty) dapat ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
Brand Characteristics
(X1)
- Brand Reputation
- Brand Predictability
- Brand Competence
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data
primer. Menurut Umar (2001), data primer
adalah data yang diperoleh dari sumber
pertama
baik
dari
individu
atau
perseorangan dari hasil wawancara
pengisisan kuesioner atau tanda bukti
pembelian barang. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa data primer
merupakan data yang diperoleh langsung
dari konsumen berupa jawaban atas
peryataan yang diajukan oleh peneliti
dalam bentuk kuesioner. Kuesioner dengan
bentuk pertanyaan tertutup, yaitu kuesioner
yang menyajikan pertanyaan dengan
pilihan jawabannya. Data primer dalam
penelitian ini meliputi tanggapan responden
(pengguna handphone Nokia) sehubungan
dengan loyalitas merek produk handphone
Nokia.
Company
Characteristic (X2)
- Trust in Company
- Company Reputation
- Company Perceived
Motives
- Company Integrity
Brand
Loyalty (Y)
Consumer-brand
Characteristic (X3)
- Similarity between
Consumer selfconcept & Brand
Personality
-
Brand Liking
Brand Experience
Brand Satisfaction
Peer Support
Model dari Brand Trust dan Brand Loyalty
(Sumber: Lau dan Lee, 2000)
8
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat kualitas hasil penelitian
ysng bermutu dan baik, maka terlebih
dahulu harus dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas agar data-data yang diperoleh
valid dan reliabel, uji validitas dan
reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan program Statistic
Parametric And Service Solution (SPSS
16.0 for windows), valid artinya data-data
yang diperoleh dengan penggunaan alat
(instrumen) dapat menjawab tujuan
penelitian. Validitas adalah suatu ukuran
yang
menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen
(Arikunto, 2002). Pengujian validitas
adalah pengujian untuk mengetahui
kemampuan
indikator-indikator
suatu
konstruk (variabel laten) untuk mengukur
konstruk tersebut secara akurat. Variabel
indikator memenuhi kriteria valid jika
memiliki Corrected Item-Total Correlation
yang bernilai positif. Jika masih terdapat
nilai Corrected Item-Total Correlation
yang negatif, maka harus dilakukan
pengujian kembali sampai tidak ada
Corrected Item-Total Correlation yang
bernilai negatif.
Setelah dilakukan uji validitas, hal
selanjutnya yang harus dilakukan adalah
pengujian reliabilitas, Reliabilitas adalah
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya, maksudnya apabila dalam
beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok yang sama diperoleh hasil yang
relatif sama. Reliabilitas juga merupakan
ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal-hal yang
berkaitan
dengan
konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu
variabel dan disusun dalam suatu bentuk
kuesioner.
Reliabilitas
yang
tinggi
menujukan
bahwa
indikator-indikator
memiliki konsistensi yang tinggi dalam
mengukur
Variabel
laten.
Tingkat
reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach
diukur berdasarkan skala 0 sampai dengan
1.
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk
mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi
normal. Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal,
yaitu distribusi data tersebut tidak menceng
ke kanan dan ke kiri.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas maksudnya tidak
boleh terjadi hubungan antarvariabel bebas
(independent). Untuk mendeteksi gejala
multikolinieritas dapat dilakukan dengan
menggunakan besaran VIF (Variance
Influence Factor) dan angka toleran.
Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikol apabila mempunyai nilai VIF
lebih kecil daripada 10 dan angka tolerance
mendekati 1 (Santoso, 2000).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dan
residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas
dilakukan dengan cara melihat plots antara
nilai prediksi (ZPRED) dengan residual
(SRESID).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk
mengetahui apakah terjadi korelasi
antarvariabel bebas dalam penelitian.
Untuk
mengetahui
ada
tidaknya
autokorelasi, dapat dilihat dari nilai
Durbin-Watson test. Apabila nilai DurbinWatson test tepat sama dengan 2, maka
tidak terjadi autokorelasi sempurna.
Sebagai rule of tumb (aturan ringkas) jika
nilai DW antara 1,5-2,5 maka data tidak
mengalami autokorelasi. Tetapi, jika nilai
DW 0-1,5 disebut memiliki autokorelasi
positif, dan jika DW> 2,5 sampai 4 disebut
memiliki autokorelasi negatif.
9
Ho : β = 0 artinya, tidak ada pengaruh
antara variabel independen secara bersamasama terhadap variabel dependen.
Ha : β > 0 artinya, ada pengaruh antara
variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen.
Analisis Regresi Linier Berganda
Model regresi digunakan untuk
mengasumsikan bahwa terdapat hubungan
linier antara variabel brand loyalty dengan
variabel brand characteristic, company
characteristic,
dan
consumer-brand
characteristic
dengan
menggunakan
program SPSS 16.0 for windows. Pada
dasarnya analisis regresi adalah untuk
memperoleh persamaan regresi dengan cara
memasukkan perubah satu demi satu
sehingga dapat diketahui pengaruh yang
paling kuat sampai dengan yang paling
lemah.
c. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial
Pengujian secara individual yaitu
pengujian koefisien regresi secara parsial
atau sendiri-sendiri dengan menentukan
formula statistik yang akan diuji dengan
hipotesa sebagai berikut.
Ho : b1= 0, artinya tidak ada pengaruh
antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
Ha : b1> 0, artinya ada pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel
dependen.
a. Koefisien Determinasi (R2)
Analisis determinasi dalam regresi
linear
berganda
digunakan
untuk
mengetahui
persentase
sumbangan
pengaruh variabel independen (X1, X2,
X3) secara serentak terhadap variabel
dependen (Y). Koefisien ini menunjukan
seberapa besar persentase variasi variabel
independen yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan variasi variabel
dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak
ada sedikitpun persentase pengaruh yang
diberikan variabel independen terhadap
variabel dependen, atau variasi variabel
yang digunakan dalam model tidak
menjelaskan sedikitpun variasi variabel
dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1,
maka persentase pengaruh yang diberikan
variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sempurna atau 100%
(Santoso, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin Responden
45%
Laki-laki
55%
Perempuan
Usia Responden
10%
8%
< 20 tahun
20-30 tahun
23%
31-40 tahun
59%
b. Uji Koefisien Regresi Secara
Bersama-sama
Agar dapat diketahui apakah
diantara variabel ada yang mempunyai
pengaruh harus dilakukan pengujian
Hipotesis. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui secara simultan atau bersamasama variabel independen berpengaruh
secara signifikan atau tidak terhadap
variabel dependen dengan hipotesa sebagai
berikut.
> 40 tahun
Pekerjaan Responden
3% 2%
42%
34%
Pelajar/Maha
siswa
Pegawai
Negeri
19%
10
Karyawan
Swasta
karena nilai tolerance diatas 0,10 dan
nilai VIF dibawah 10.
3. Uji Heteroskedastisitas, menunjukan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
karena tidak adanya pola tertentu pada
grafik scarplots.
4. Uji Autokorelasi menunjukan bahwa
Tidak terjadi autokorelasi karena nilai
Durbin-Watson antara 1,5 sampai 2,5.
Lama Penggunaan
11%
57%
32%
< 1 tahun
1 - 2 tahun
> 2 tahun
Hasil uji validitas
Pengaruh Simultan
Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel brand characteristic,
company characteristic dan consumerbrand characteristic terhadap brand
loyalty produk handphone Nokia. Datadata dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini yang diolah dengan
menggunakan program SPSS 16.0 for
Windows.
Uji validitas digunakan untuk
mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.
Uji
signifikansi
dilakukan
dengan
membandingkan nilai r hitung dengan r
tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2.
Besar r tabel pada penelitian ini adalah
sebesar ((n-2);a) = ((30-2); 5%) = 0.361.
Besar r tabel dapat dilihat pada lampiran
yaitu pada r tabel product moment dengan
tingkat signifikan 5%. Hasil uji validitas
menunjukkan bahwa semua indikator yang
dipakai dalam penelitian ini dinyatakan
valid.
Koefisien Regresi Berganda
Variabel
Unstandardized
Coefficients
Hasil Uji Reliabilitas
B
Hasil
pengujian
reliabilitas
instrumen penelitian menunjukkan bahwa
semua penelitian adalah reliabel, hal ini
dapat diketahui bahwa semua variabel
penelitian mempunyai koefisien keandalan
atau alpha sama atau lebih besar dari 0,6.
Konstanta
Std. Error
5.596
2.470
brand characteristic
.226
.107
company
characteristic
.213
.100
consumer-brand
characteristic
.304
.077
Uji Asumsi Klasik
Asumsi yang mendasari pada
analisis regresi linier berganda adalah
distribusi
hubungan
antar
variabel
dependen dan variabel independen.
Asumsi klasik yang biasanya digunakan
pada penelitian ekonomi yaitu tidak
adanya
multikoliniearitas,
heterokedastisitas, dan autokorelasi pada
model regresi.
Sumber : Data yang diolah, SPSS 16.0
Dengan melihat pada tabel di atas, didapat
persamaan regresinya adalah sebagai
berikut.
Y = 5,596 + 0,226 XI + 0,213 X2 +0,304 X3
1. Uji Normalitas, menunjukan bahwa
data terdistribusi normal karena data
menyebar di sekitar garis diagonal.
2. Uji Multikolinieritas, menunjukan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas
Dimana:
11
Y = Brand Loyalty
X1 = Brand Characteristic
X2 = Company Characteristic
X3 = Consumer-brand
Characteristic
Hasil dari analisis tersebut dapat
diinterpretasikan sebagai berikut.
a. Konstanta sebesar 5,596 menunjukan
bahwa apabila brand characteristic
(X1), company characteristic (X2) dan
consumer-brand characteristic (X3)
dianggap tetap, maka akan diperkirakan
Brand Loyalty (Y) akan naik sebesar
5,596.
b. Koefisien regresi brand characteristic
(X1) sebesar 0,226 artinya, brand
characteristic meningkat satu satuan
maka brand loyalty akan mengalami
kenaikan sebesar 0,226 satuan.
c. Company characteristic (X2) sebesar
0,213 artinya, karakteristik perusahaan
meningkat satu satuan maka brand
loyalty akan mengalami kenaikan
sebesar 0,213 satuan.
d. Sedangkan
consumer-brand
characteristic (X3) sebesar 0,304
artinya, consumer-brand characteristic
meningkat satu satuan maka brand
loyalty akan mengalami kenaikan
sebesar 0,304 satuan.
e. Semuanya bertanda positif maka jika
brand
characteristic,
company
characteristic dan consumer-brand
characteristic meningkat maka prediksi
brand loyalty juga akan meningkat
karena terjadi pengaruh yang positif
atau searah antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
Untuk melihat apakah signifikansi
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
dependen serta mengetahui apakah
persamaan regresi yang akan dibuat dapat
dipakai atau tidak untuk memprediksi
variabel dependennya, maka digunakan uji
Anova. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen
(brand
characteristic,
company
characteristic
dan
consumer-brand
characteristic)
secara
bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen (brand loyalty).
Hipotesis:
H0= Variabel
brand
characteristic,
company
characteristic
dan
consumer-brand
characteristic
secara simultan tidak berpengaruh
terhadap brand loyalty.
Ha= Variabel
brand
characteristic,
company
characteristic
dan
consumer-brand
characteristic
secara
simultan
berpengaruh
terhadap brand loyalty.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa nilai F hitung sebesar 20,894 dengan
signifikansi adalah 0,000. Chaniago (2001)
mengemukakan bahwa dengan tingkat
signifikansi α = 5%, df1 (jumlah variabel 1) atau 4-1 = 3, dan df2 (n-k-1) atau 100-31 = 96 (n adalah jumlah responden dan k
adalah jumlah variabel independen). Hasil
yang diperoleh untuk F tabel sebesar 2,699.
Nilai F hitung > F tabel (20,894 > 2,699) dan
nilai sig (0,000) < alpha (0,05), maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah Ho
ditolak yang artinya antara variabel brand
characteristic, company characteristic dan
consumer-brand
characteristic
berpengaruh secara simultan terhadap
brand loyalty produk handphone Nokia.
Analisis determinasi dalam regresi
linear
berganda
digunakan
untuk
mengetahui
persentase
sumbangan
pengaruh variabel independen (X1, X2,
X3) secara serentak terhadap variabel
dependen (Y). Koefisien ini menunjukan
seberapa besar persentase variasi variabel
independen yang digunakan dalam model
ANOVA
Model
Sum of
Mean
Squares df Square
F Sig.
1 Regression 305.834 3 101.945 20.894 .000a
Residual
Total
468.406 96
4.879
774.240 99
Sumber : Data yang diolah menggunakan
SPSS 16.0
12
mampu menjelaskan variasi variabel
dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak
ada sedikitpun persentase sumbangan
pengaruh
yang
diberikan
variabel
independen terhadap variabel dependen,
atau variasi variabel yang digunakan dalam
model tidak menjelaskan sedikitpun variasi
variabel dependen.
Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka
persentase sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sempurna. Dari
hasil analisis regresi, pada output model
summary adalah sebagai berikut.
independen (Y). Nilai ttabel sebesar 1,660.
Jika ttabel < thitung maka Ho ditolak dan Ha
diterima, sedangkan jika ttabel > thitung maka
tolak Ha dan terima Ho. Pengambilan
keputusan juga dapat dilakukan dengan
melihat nilai sig dimana jika nilai sig lebih
kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima sedangkan jika sig lebih besar dari
0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Hasil uji t yang menggunakan program
SPSS 16.0 for windows dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Uji Koefisien Regresi Secara Parsial
Standa
Unstandardiz rdized
ed
Coeffic
Coefficients ients
Koefisien Determinasi (R²)
Adjusted
R
R
Std. Error of
Model R Square Square the Estimate
1
.628a
.395
.376
2.209
Model
Sumber : Data yang diolah menggunakan
SPSS 16.0
1 (Constant)
Dari Tabel diatas dapat dilihat
bahwa nilai R Square adalah 0,395. R
Square disebut juga dengan koefisien
determinasi sehingga dalam hal ini berarti
39,5% menunjukan bahwa persentase
sumbangan pengaruh variabel independen
(brand
characteristic,
company
characteristic
dan
consumer-brand
characteristic) terhadap variabel dependen
(brand loyalty) sebesar 39,5%. Sedangkan
sisanya sebesar 60,5% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
Standard Error of the Estimate adalah
suatu ukuran banyaknya kesalahan model
regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari
hasil regresi didapat nilai 2,209 berarti
banyaknya kesalahan dalam prediksi brand
loyalty adalah sebesar 2,209 satuan.
B
Std.
Error
5.596 2.470
Beta
T
Sig.
2.265 .026
brand
.226
characteristic
.107
.203 2.112 .037
company
.213
characteristic
.100
.192 2.123 .036
Consumerbrand
.304
characteristic
.077
.378 3.928 .000
Sumber : Data yang diolah menggunakan
SPSS
Hasil analisis brand characteristic
pada taraf signifikansi 5% ditunjukkan
dengan nilai t hitung sebesar 2,112 maka
ttabel < thitung dan nilai signifikasinya 0.037
< 0.05 sehingga H0 ditolak maka brand
characteristic secara statistik berpengaruh
nyata (signifikan) terhadap brand loyalty
produk handphone Nokia. Artinya bila
variabel brand characteristic ditingkatkan
maka brand loyalty juga akan meningkat.
Besarnya pengaruh brand characteristic
Pengaruh Parsial
Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel
independen (X1, X2, ...... Xn) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel
13
terhadap brand loyalty adalah 0,203 atau
20,3%.
Hasil
analisis
company
characteristic pada taraf signifikansi 5%
ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar
2,123 maka ttabel < thitung dan
nilai
signifikasinya 0.036 < 0.05 sehingga H0
ditolak. Maka company characteristic
secara
statistik
berpengaruh
nyata
(signifikan) terhadap brand loyalty produk
handphone Nokia. Artinya bila variabel
company characteristic ditingkatkan maka
brand loyalty juga akan meningkat.
Besarnya pengaruh company characteristic
terhadap brand loyalty adalah 0,192 atau
19,2%.
Hasil analisis consumer-brand
characteristic pada taraf signifikansi 5%
ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar
3,928 maka ttabel < thitung dan
nilai
signifikasinya 0.000 < 0.05 sehingga H0
ditolak.
Maka
consumer-brand
characteristic secara statistik berpengaruh
nyata (signifikan) terhadap brand loyalty
produk handphone Nokia. Artinya bila
variabel consumer-brand characteristic
ditingkatkan maka brand loyalty juga akan
meningkat. Besarnya pengaruh consumerbrand characteristic terhadap brand loyalty
adalah 0,378 atau 37,8%.
Berdasarkan hasil analisis di atas dari
ketiga variabel brand characteristic,
company characteristic, dan consumerbrand characteristic dapat diketahui bahwa
variabel yang mempunyai pengaruh paling
signifikan atau paling dominan terhadap
brand loyalty produk handphone Nokia
adalah
variabel
consumer-brand
characteristic karena variabel tersebut
memiliki pengaruh yang paling besar
terhadap brand loyalty yaitu sebesar 37,8%.
kemudian diikuti company characteristic
yaitu sebesar 19,2% dengan nilai sig 0,036
dan brand characteristic sebesar 20,3%
dengan nilai sig 0,037%.
Pembahasan
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa brand characteristic,
company characteristic dan consumerbrand characteristic baik secara bersamasama maupun secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap brand
loyalty produk handphone Nokia. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Lau dan Lee
(2000) yang menyatakan bahwa brand
characteristic, company characteristic dan
consumer-brand
characteristic
akan
menimbulkan brand loyalty. Hal ini
membuktikan bahwa produk handphone
Nokia telah mendapatkan tempat tersendiri
di mata konsumen.
Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini sesuai dengan hasil beberapa studi
seperti yang dilakukan Maylina (2003),
Riana (2008) dan Wijaya (2007), penelitian
tersebut memberikan hasil yang positif
dimana baik secara bersama-sama maupun
parsial, variabel brand characteristic,
company characteristic, dan consumerbrand berpengaruh signifikan terhadap
brand loyalty. Hasil tersebut dapat
menguatkan penelitian ini karena hasil
yang diperoleh sama dan dapat diterima.
Sedangkan dalam penelitian Wijaya (2007),
tidak ada pengaruh yang signifikan antara
company characteristic terhadap brand
loyalty.
Keterkaitan antara konsumen dan
merek merupakan sesuatu yang melekat.
Menurut Lau dan Lee (2000) hal ini
meliputi keterikatan secara emosional
antara konsumen dan produk, kesukaan
terhadap produk dan pengalaman yang
dirasakan konsumen terhadap produk
tersebut. Hal ini menimbulkan sesuatu
kebutuhan akan pelayanan yang ekstra dari
produsen agar konsumen tetap setia dan
tidak beralih ke produk lain, yaitu dengan
Variabel yang Paling Dominan
Ditinjau dari tiap-tiap variabel yang
memengaruhi brand loyalty produk
handphone merek Nokia menunjukkan
bahwa consumer-brand characteristic
memberikan pengaruh paling besar yaitu
sebesar 37,8% dengan nilai sig 0,000,
14
cara memberi jaminan produk serta kualitas
yang tetap terjaga.
Brand Loyalty akan memberikan waktu
pada sebuah perusahaan untuk merespon
gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing
mengembangkan produk yang unggul,
pelanggan yang loyal akan memberikan
waktu pada perusahaan tersebut untuk
memperbaharui produknya dengan cara
menyesuaikan atau menetralisasikannya
(Durianto, 2001).
berhubungan dengan masyarakat sehingga
citra dan kredibilitas perusahaan dapat terus
terjaga. Perusahaan bisa mempererat
hubungan dengan konsumen dengan selalu
menjadikan handphone Nokia sebagai
produk yang selalu diandalkan oleh
masyarakat dan memenuhi kebutuhan
konsumen sehingga konsumen tidak akan
beralih ke merek yang lain. Namun
perusahaan tetap harus memperhatikan dan
meningkatkan karakteristik lainnya yaitu
company characteristic dan consumerbrand characteristic karena variabel
tersebut juga berpengaruh positif terhadap
brand loyalty.
Saat ini Nokia sudah memiliki citra
yang kuat pada handphone yang memiliki
kualitas produk yang baik, penggunaan
yang mudah, kemudahan dalam membeli
dan terdapat outlet resmi diberbagai kota.
Oleh karena itu, atribut yang telah menjadi
keunggulan Nokia sebaiknya dipertahankan
kinerjanya agar tercipta loyalitas pelanggan
yang semakin kuat ditengah persaingan
yang semakin ketat.
Atribut
yang
sebaiknya
dipertahankan
serta
ditingkatkan
diantaranya adalah produk yang memiliki
banyak fitur canggih, fasilitas multimedia,
harga yang kompetitif serta customer
service yang responsif. Keunggulan
tersebut
perlu
dipertahankan
dan
ditingkatkan agar Nokia tetap dapat
bersaing dengan merek HP lain seperti
Iphone, Sony Ericsson, Samsung, LG,
Blackberry dan lain-lain. Nokia juga perlu
meningkatkan kualitas Operating System
agar setara dengan kompetitornya. Hal ini
penting dilakukan agar Nokia bisa kembali
memimpin persaingan yang ada, serta dapat
mempertahankan pangsa pasarnya agar
tidak direbut oleh para pesaingnya.
Peningkatan atribut tersebut diharapkan
agar Nokia dapat memengaruhi persepsi
konsumen sehingga dapat meningkatkan
penjualan produknya dan meningkatkan
loyalitas pelanggannya.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dalam penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Variabel brand characteristic, company
characteristic, dan consumer-brand
characteristic secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap brand
loyalty produk handphone merek
Nokia.
2. Variabel brand characteristic, company
characteristic, dan consumer-brand
characteristic
secara
parsial
berpengaruh signifikan terhadap brand
loyalty
produk handphone merek
Nokia.
3. Variabel yang paling dominan dalam
memengaruhi brand loyalty produk
handphone merek Nokia adalah
variabel consumer-brand characteristic
diikuti
oleh
variabel
company
characteristic dan brand characteristic.
2. Implikasi
Nokia
Corporation
sebaiknya
mempertahankan
dan
meningkatkan
consumer-brand characteristic. Hal ini
karena consumer-brand characteristic
merupakan variabel yang paling kuat dan
dominan yang berpengaruh positif terhadap
brand
loyalty.
Upaya
peningkatan
consumer-brand characteristic tersebut
dapat dilakukan melalui peningkatan
intensitas
kegiatan-kegiatan
yang
15
Ekonomi
Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M
Pemasaran.
Persada.
Taufiq. 2005. Dinamika
Jakarta:
PT.Rajagrafindo
Universitas
Negeri
Ferrinadewi, Erna. 2008. “Pengaruh Threat
Emotion Konsumen dan Brand
Trust pada Keputusan Pembelian
Produk Susu Anlene di Surabaya”.
Anonymous. “Daftar Produk Nokia”.
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_
produk_Nokia.
(diakses
pada
tanggal 2 Mei 2012).
Irawan, Lisa Verawati. 2005. “Variabel
Brand
Trust”.
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe-nss1-2005-31400240-6344-pepsodentchapter4.pdf (diakses pada 11 Maret
2012).
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka cipta.
Barnes. 2003. “Definisi dan Tingkat
Loyalitas Merek”. http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/10/brandloyalty-loyalitas-merekdefinisi.html (diakses pada 11
Februari 2012).
Istijanto . 2005. Aplikasi Praktis Riset
Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Islamiyah, Karomatul. 2003. “Pengaruh
Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas
Konsumen Dalam Membeli Produk
Pond’s (Studi pada Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Univeristas Negeri
Malang)”. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen. Vol. 4, No. 3.
Chaniago, Junaidi. 2001. “Tabel f dan
Tabel
t
dalam
Statistika”.
http://junaidichaniago.wordpress.co
m/statistik/. (diakses pada 10 Mei
2012).
Kotler,
Philip.
Pemasaran. Edisi
Prenada Media.
Durianto,
Darmadi.
2004.
Strategi
Menaklukan Pasar Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
2000.
Manajemen
Milenium. Jakarta:
2002.
Marketing
Management. Edisi Milenium 2.
Diterjemahkan oleh Hendra Teguh.
Manajemen
Pemasaran.
Prenhailindo: Jakarta.
Darmmesta, Basu Swasta. 2002. “Loyalitas
Pelanggan:
Sebuah
Kajian
Konseptual Sebagai Panduan bagi
Peneliti”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia. Vol 14/3: 73-88.
Lau, Geok Then and Sook Han Lee. 2000.
“Consumers Trust in a Brand and
the Link to Brand Loyalty”. Journal
of Market Focused Management.
Vol 4. No. 4.
Effendi. dan Muafi. 2001. ”Mengelola
Ekuitas
Merek:
Upaya
Memenangkan Persaingan di Era
Global”, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Vol.2. No.3 pp 129- 139.
Maharsi, Sri dan Fenny. 2006. “Analisa
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepercayaan dan Pengaruh
Kepercayaan Terhadap Loyalitas
Pengguna Internet Banking di
Surabaya”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Vol. 8 No. 1, pp. 35-51.
Farida, Noor. 2006. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Loyalitas Merek
Jamu Air Mancur di Depot Jamu
AA
Boja”.
Skripsi
Jurusan
Manajemen Pemasaran. Fakultas
16
Maylina, Wenny. 2003. “Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Kesetiaan
Terhadap Merek Pada Konsumen
Pasta Gigi Pepsodent di Surabaya”,
Jurnal
Ekonomi
Bisnis
dan
Akutansi. Ventura, Vol.6 No.1, pp.
102.
Sugiyono.
2005.
Statistika
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Untuk
Tjiptono, Fandi. 2000. Strategi Pemasaran.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Trinton, P.B. 2005. Riset Statistik Parametik:
SPSS 13.0 for Windows. Yogyakarta: Andi.
Mowen, John C. dan Minor Michael. 2002.
Perilaku Konsumen. Jilid 2. (alih
bahasa Dwi Kartini Yahya). Edisi
Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Umar, Husein. 2001. Studi Kelayakan
Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Muafi
Wijaya, Petra. 2008. “Pengaruh Trust In A
dan M. Irhas Effendi. 2001.
“Mengelola Ekuitas Merk: Upaya
Memenangkan Persaingan Di Era
Global”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Vol. 2 No.3, pp. 129-139.
Brand Terhadap Brand Loyalty Pada
Konsumen Air Minum Aqua Di Kota
Denpasar”. Buletin Studi Ekonomi.
Vol. 13 No.2.
Nokia Corporation. Sejarah Berdirinya
Nokia.
http://www.nokia.co.id/tentangnokia/perusahaan/history. (diakses
pada tanggal 12 Mei 2012)
Rangkuti, Freddy. 2001. Riset Pemasaran.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2002. The Power of
Brands, Teknik Mengelola Brand
Equity dan Strategi Pengembangan
Merek. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka.
Riana, Gede. “Pengaruh Trust In A Brand
terhadap
Brand
Loyalty
pada
Konsumen Air Minum Aqua di Kota
Denpasar”. Buletin Studi Ekonomi.
Vol. 13, No.2.
Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan
SPSS Statistik Multivariat. Cetakan
Ketiga. Jakarta: Penerbit PT. Elex
Media Komputindo.
Simamora, Bilson. 2001. Panduan Riset
Perilaku Konsumen, Edisi 1.
Jakarta: P.T Gramedia Pustaka
Utama.
17
Download