PENGARUH BRAND CHARACTERISTIC, COMPANY CHARACTERISTIC DAN CONSUMER-BRAND CHARACTERISTIC TERHADAP BRAND LOYALTY PRODUK HANDPHONE MEREK NOKIA Anggie Dania Puteri Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No.100, Depok ABSTRAK Seiring dengan berkembangnya teknologi dan persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus bisa bertahan hidup dan terus berkembang. Perusahaan harus mampu mempertahankan loyalitas pelanggannya. Loyalitas pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep yang sangat penting yang merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar. Nokia adalah brand ternama untuk gadget handphone dan telah menjadi market leader di Indonesia. Akan tetapi dunia ponsel bukanlah milik Nokia sendiri, semakin banyak merek-merek pesaing bermunculan yang siap menggeser pangsa pasar Nokia. Perusahaan tentu mengharapkan produk yang diberikan mampu membuat konsumen percaya terhadap produk tersebut sehingga muncul kepercayaan terhadap merek yang terdiri dari brand characteristic, company characteristic, dan consumer-brand characteristic serta mampu menciptakan kesetiaan terhadap merek tersebut. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari 100 responden dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama maupun parsial, brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty produk handphone merek Nokia. Dari ketiga variabel tersebut yang berpengaruh paling domian adalah consumer-brand characteristic diikuti oleh brand characteristic dan company characteristic. Kata kunci: brand characteristic; company characteristic; consumer-brand characteristic; brand loyalty ABSTRACT Along with the development of technology and increasing competition, companies must be able to survive and continue to thrive. Companies must be able to maintain the loyalty of its customers. Customer loyalty to the brand product is a very important concept which is the core objective pursued marketers. Nokia is the leading brand for mobile phones and gadgets have become the market leader in Indonesia. But the world is not Nokia's own mobile phones, more and more brands emerging competitors who are ready to shift Nokia's market share. The Company would expect given product can make consumers believe in the product so that it appears confidence in the brand which consists of characteristic brand, company characteristic, and consumer-brand characteristic and able to create loyalty to the brand. The data used in this study is primary data collected from 100 respondents using a questionnaire. The sampling technique used was simple random sampling. The analytical tool used in this study were multiple linear regression analysis. 1 The results showed that jointly or partially, characteristic brand, company and consumerbrand characteristic characteristic significantly influence brand loyalty brand Nokia mobile phone products. Of the three variables that influence the consumer-brand domian is characteristic followed by a characteristic brand and company characteristic. Key words: brand characteristic; company characteristic; consumer-brand characteristic; brand loyalty dikalangan masyarakat Indonesia maka akan lebih diminati daripada merek lainnya yang belum terkenal atau bahkan tidak terkenal sama sekali. Nokia adalah brand ternama untuk gadget handphone di Indonesia dan sejak dahulu telah menjadi penguasa pasar ponsel dunia. Akan tetapi dunia ponsel bukanlah milik Nokia sendiri, semakin banyak merek-merek pesaing bermunculan yang siap menggeser pangsa pasar Nokia sebagai market leader sementara, contohnya merek handphone Blackberry, Iphone, Sony Ericsson, Samsung, LG, dan lain-lain. Perusahaan tentu mengharapkan produk yang diberikan mampu membuat konsumen untuk percaya terhadap produk tersebut sehingga muncul kepercayaan terhadap merek atau trust in a brand yang terdiri dari brand characteristic, company characteristic, dan consumer-brand characteristic serta mampu menciptakan kesetiaan terhadap merek atau brand loyalty. Jadi, sebuah perusahaan dapat mampu menjalankan bisnis karena telah memperoleh konsumen yang setia terhadap merek yang di keluarkan perusahaan tersebut walaupun bersaing dengan merek lain. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “Pengaruh Brand Characteristic, Company Characteristic dan Consumer-Brand Characteristic Terhadap Brand Loyalty Produk Handphone Merek Nokia”. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Apakah variabel brand characteristic, company characteristic, dan PENDAHULUAN Kondisi persaingan yang semakin ketat membuat setiap perusahaan harus bisa bertahan hidup dan terus berkembang. Perusahaan harus mampu mempertahankan loyalitas pelanggannya. Loyalitas pelanggan adalah kesetiaan pelanggan akan suatu barang atau jasa dengan melakukan pembelian ulang barang atau jasa tersebut secara terus menerus. Istilah loyalitas pelanggan sebenarnya berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu. Menurut Kotler (2000), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek akan mempunyai reputasi jika memiliki kualitas. Loyalitas pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep yang sangat penting khususnya pada kondisi tingkat persaingan yang sangat ketat dengan pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi demikian loyalitas pada merek sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Seiring dengan berkembangnya teknologi, handphone (HP) atau ponsel tidak hanya digunakan sebagai alat telepon atau sms saja, tetapi konsumen juga sudah memperhatikan fitur-fitur lainnya. Selain itu, merek handphone pun sudah menjadi pilihan gaya hidup mereka, merek yang lebih terkenal 2 consumer-brand characteristic secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty produk handphone merek Nokia? 2. Apakah variabel brand characteristic, company characteristic, dan consumerbrand characteristic secara parsial berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty produk handphone merek Nokia? 3. Variabel manakah yang paling dominan dalam memengaruhi brand loyalty produk handphone merek Nokia? Batasan masalah dalam penelitian ini hanya berkaitan dengan variabel brand characteristic, company characteristic, dan consumer-brans characteristic yang dapat memengaruhi brand loyalty produk handphone merek Nokia. 1. 2. TELAAH PUSTAKA 3. Merek Menurut Kotler (2000), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, merek lebih dari sekadar simbol. Merek merupakan alat penanda bagi produsen bisa berupa nama, logo, trademark, atau berbagai bentuk simbol lainnya yang berguna untuk membedakan satu produk dengan produk lainnya, juga akan mempermudah konsumen dalam menganali dan mengidentifikasi suatu produk. Menurut Kotler (2000), Merek dapat memiliki enam level pengertian yaitu sebagai berikut. 4. 5. dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi. Manfaat Bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekadar menyatakan atribut, tetapi manfaat. Mereka membeli produk tidak membeli atribut, tetapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. Sebagai contoh: atribut “tahan lama” diterjemahkan menjadi manfaat fungsional “tidak perlu cepat beli lagi”, atribut “mahal” diterjemahkan menjadi manfaat emosional “bergengsi”, dan lain-lain. Nilai Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain. Budaya Merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman, terorganisasi, efisien, bermutu tinggi. Kepribadian Merek mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (objek). Pemakai Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Kepercayaan Terhadap Merek (Trust In a Brand) Menurut Luarn dan Lin yang disitasi oleh Ferrinadewi (2008), kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka), competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan 1. Atribut Merek mengingatkan pada atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat 3 predictability (konsistensi perilaku pihak yang dipercaya). Kepercayaan konsumen pada merek hanya dapat diperoleh bila pemasar dapat menciptakan dan mempertahankan hubungan emosional yang positif dengan konsumen. dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh rasa yakin akan mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam hal ini kebutuhan untuk keluar dari perasaan terancamnya. 2. Hubungan emosional yang positif ini harus dibangun selama jangka waktu yang tidak pendek namun harus dilakukan secara konsisten dan persisten. Pemahaman yang lengkap tentang loyalitas merek tidak dapat diperoleh tanpa penjelasan mengenai kepercayaan terhadap merek (trust in a brand) dan bagaimana hubungannya dengan loyalitas merek. Dalam pemasaran industri, para peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan terhadap sales dan supplier merupakan sumber dari loyalitas. Brand intention didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk muncul secara tidak terduga. Kedua komponen kepercayaan merek bersandar pada penilaian konsumen yang subyektif atau didasarkan pada persepsi masing-masing konsumen terhadap manfaat yang dapat diberikan produk/merek. Menurut Lau dan Lee (2000), dalam hubungan kepercayaan dan merek, entitas yang dipercaya adalah bukan orang, tapi sebuah simbol. Loyalitas pada merek melibatkan kepercayaan pada merek. Untuk menciptakan loyalitas dalam pasar saat ini, pemasar harus memfokuskan pada pembentukan dan pemeliharaan kepercayaan dalam consumer-brand relationship. Oleh karena itu, kepercayaan yang telah dibangun oleh pelanggan pada suatu merek kemungkinan akan mengarah pada loyalitas terhadap merek tersebut. Menurut Delgado dan Walzuch (2004) yang disitasi oleh Ferrinadewi (2008), komponen kepercayaan merek bersandar pada penilaian konsumen yang subyektif atau didasarkan pada beberapa persepsi, yaitu: a. Persepsi konsumen terhadap manfaat yang dapat diberikan produk atau merek. b. Persepsi konsumen akan reputasi merek, persepsi konsumen akan kesamaan kepentingan dirinya dengan penjual, dan persepsi mereka pada sejauh mana konsumen dapat mengendalikan penjual dan persepsi. kepercayaan merek adalah harapan akan kehandalan dan intensi baik merek karena itu kepercayaan merek merefleksikan dua hal yakni brand reliability dan brand intentions. Dalam membangun dan mengembangkan brand trust, perusahaan harus memahami tiga karakteristik penting sebagai determinan kepercayaan pelanggan, yang pada akhirnya akan mengarah pada loyalitas pelanggan. Tiga karakteristik kunci bagi kesuksesan hubungan antara pelanggan dan perusahaan adalah karakteristik merek, karakteristik perusahaan, dan karakteristik hubungan pelanggan-merek. 1. Brand reliability atau kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain persepsi bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan. Brand reliability merupakan hal yang esensial bagi terciptanya kepercayaan terhadap merek karena kemampuan merek memenuhi nilai yang 1. Karakteristik Characteristics) Merek (Brand Karakteristik merek memainkan peran yang vital dalam menentukan apakah pelanggan memutuskan untuk percaya pada suatu merek. Berdasarkan pada penelitian kepercayaan interpersonal, individu-individu yang dipercaya didasarkan pada reputation, 4 predictability dan competence dari individu tersebut (Lau dan Lee, 2000). Dalam konteks hubungan pelanggan-merek, kepercayaan pelanggan dibangun berdasarkan pada reputasi merek, prediktabilitas merek, dan kompetensi merek. Penjelasan dari tiga karakteristik merek dapat ditunjukkan sebagai berikut. 2. Karakteristik Perusahaan (Company Characteristics) Karakteristik perusahaan juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan pelanggan pada sebuah merek. Pengetahuan konsumen terhadap perusahaan kemungkinan akan mempengaruhi penilaiannya terhadap merek perusahaan. Karakteristik perusahaan yang berpengaruh terhadap kepercayaan pelanggan pada sebuah merek adalah kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan, reputasi perusahaan, motif-motif dari perusahaan yang dipersepsikan, dan integritas perusahaan yang dipersepsikan (Lau dan Lee, 2000). a. Brand Reputation Brand reputation berkenaan dengan opini dari orang lain bahwa merek itu baik dan dapat diandalkan (reliable). Reputasi merek dapat dikembangkan bukan saja melalui advertising dan public relation, tapi juga dipengaruhi oleh kualitas dan kinerja produk. Pelanggan akan mempersepsikan bahwa sebuah merek memiliki reputasi baik, jika sebuah merek dapat memenuhi harapan mereka, maka reputasi merek yang baik tersebut akan memperkuat kepercayaan pelanggan (Lau dan Lee, 2000). a. Trust in the Company Dalam kasus perusahaan dan mereknya, perusahaan merupakan entitas terbesar dan merek merupakan entitas terkecil dari entitas terbesar tersebut. Sehingga, pelanggan yang percaya terhadap perusahaan kemungkinan percaya terhadap mereknya. b. Brand Predictability Brand predictability berkenaan dengan kemampuan suatu kelompok untuk memprediksi perilaku dari kelompok lain. Predictable brand adalah merek yang memungkinkan pelanggan untuk mengharapkan bagaimana sebuah merek akan memiliki performance pada setiap pemakaian. Predictability mungkin karena tingkat konsistensi dari kualitas produk. Brand predictability dapat meningkatkan keyakinan konsumen karena konsumen mengetahui bahwa tidak ada sesuatu yang tidak diharapkan akan terjadi ketika menggunakan merek tersebut. Karena itu, brand predictability akan meningkatkan kepercayaan terhadap merek karena predictability menciptakan ekspektasi positif (Lau dan Lee, 2000). b. Company Reputation Ketika pelanggan mempersepsikan opini orang lain bahwa perusahaan dikenal adil dan jujur, maka pelanggan akan merasa lebih aman dalam memperoleh dan menggunakan merek perusahaan. Dalam konteks saluran pemasaran, ketika perusahaan dinilai memiliki reputasi yang baik, maka pelanggan kemungkinan besar akan percaya pada pengecer dan vendor. c. Company Perceived Motives Motif-motif dari partner pertukaran yang dipersepsikan akan mempengaruhi kepercayaan terhadap partner tersebut. Intentionality merupakan cara yang mana kepercayaan dibangun dalam hubungan antara penjual dan pembeli. Lau dan Lee (2000), mengemukakan bahwa benevolence of motives merupakan faktor penting dalam suatu hubungan. Dalam konteks merek, ketika pelanggan mempersepsikan suatu perusahaan layak dipercaya dan bertindak sesuai dengan kepentingan mereka, maka pelanggan akan mempercayai merek perusahaan. c. Brand Competence Brand competence adalah merek yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan, dan dapat memenuhi kebutuhannya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian dan karakteristik yang memungkinkan suatu kelompok memiliki pengaruh dalam suatu wilayah tertentu (Lau dan Lee, 2000). Ketika diyakini bahwa sebuah merek itu mampu untuk menyelesaikan permasalahan dalam diri pelanggan, maka pelanggan tersebut mungkin berkeinginan untuk meyakini merek tersebut. d. Company Integrity Integritas perusahaan merupakan persepsi pelanggan yang melekat pada sekumpulan dari prinsip-prinsip yang dapat diterima. Perusahaan yang memiliki integritas tinggi tergantung pada konsistensi dari tindakannya di masa lalu, komunikasi yang akurat tentang perusahaan dari kelompok lain, keyakinan bahwa perusahaan memiliki sense of justice yang kuat, 5 serta tindakannya sesuai dengan janji-janjinya. Jika perusahaan dipersepsikan memiliki integritas tersebut, maka kemungkinan merek perusahaan akan dipercaya oleh pelanggan (Lau dan Lee, 2000). d. Satisfaction with the Brand Kepuasan terhadap sebuah merek dapat didefinisikan sebagai hasil dari evaluasi subjektif bahwa merek alternatif yang dipilih memenuhi atau melampaui ekspektasi konsumen. Lau dan Lee (2000) mengidentifikasi bahwa pemenuhan janji (promise) merupakan antecedent (sesuatu 3. Karakteristik Konsumen-merek (Consumer-brand Characteristics) yang nyata sebelum segala sesuatu terjadi) bagi kepercayaan dalam hubungan pemasaran Suatu hubungan tidak satu arah, setiap kelompok saling memengaruhi dalam hubungannya dengan kelompok lain. Sehingga, karakteristik pelanggan-merek dapat memengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap merek. Karakteristik dalam hubungan pelanggan dengan merek mencakup kesamaan (similarity) antara self-concept pelanggan dengan citra merek, kesukaan pelanggan terhadap merek, pengalaman pelanggan, kepuasaan pelanggan, serta dukungan dari rekan (peer support). industri. Ketika pelanggan puas dengan suatu merek setelah menggunakan merek tersebut, maka pada situasi yang sama kepuasaan pada suatu merek juga akan terpenuhi. Ketika suatu merek telah mempertahankan janjinya, maka pelanggan kemungkinan besar akan mempercayai merek tersebut. e. Peer Support Lau dan Lee (2000) mengusulkan bahwa faktor yang penting dalam menentukan perilaku individu adalah pengaruh individu lainnya, dan menyatakan bahwa pengaruh sosial merupakan faktor yang penting dalam menentukan perilaku konsumen. Karena itu, pelanggan kemungkinan akan percaya terhadap merek yang mana orang/pihak lain yang berarti bagi mereka memperlihatkan kepercayaannya pada suatu merek. a. Similarity between Consumer SelfConcept dan Brand Personality Penelitian dalam hubungan interpersonal menunjukkan bahwa similaritas dari karakteristik dua kelompok dapat memberikan kecenderungan tumbuhnya kepercayaan. Seorang pelanggan akan mengevaluasi dan menilai sebuah merek jika sebuah merek memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Jika atribut atau personality fisik merek dinilai sama dengan self-image pelanggan, maka pelanggan kemungkinan untuk mempercayai merek tersebut (Lau dan Lee, 2000). Suatu merek dapat memiliki kesan atau kepribadian. Kepribadian merek adalah asosiasi yang terkait dengan merek yang diingat oleh konsumen dan konsumen dapat menerimanya. Konsumen seringkali berinteraksi dengan merek seolah-olah merek tersebut adalah manusia. Dengan demikian, kesamaan antara konsep diri konsumen dengan kepribadian merek sangat berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Kesukaan terhadap merek menunjukkan kesukaan yang dimiliki oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain karena kesamaan visi dan daya tarik. Untuk mengawali hubungan suatu kelompok harus disukai atau mendapat simpati dari kelompok yang lain. Bagi konsumen, untuk membuka hubungan dengan suatu merek, maka konsumen harus menyukai dahulu merek tersebut. b. Liking the Brand Lau dan Lee (2000) mengusulkan bahwa untuk mengawali suatu hubungan, suatu kelompok harus disenangi oleh kelompok lain. Dalam pemasaran konsumen, jika seorang pelanggan suka terhadap suatu merek, maka pelanggan tersebut kemungkinan besar akan mempercayai merek itu. c. Experience with the Brand Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsumen belajar dari pengalaman masa lalunya, dan perilaku di masa akan datang dapat diprediksi berdasarkan pada perilaku masa lalunya. Ketika konsumen memperoleh pengalaman lebih dengan sebuah merek, maka mereka akan memahami merek dengan lebih baik dan menumbuhkan kepercayaan lebih terhadap merek tersebut. 6 basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena biaya untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan dengan mendapatkan pelanggan baru. Loyalitas merek yang tinggi dapat meningkatkan perdagangan dan dapat menarik minat pelanggan baru karena mereka memiliki keyakinan bahwa membeli produk bermerek minimal dapat mengurangi risiko. Keuntungan lain yang didapat dari loyalitas merek adalah perusahaan dapat lebih cepat untuk merespons gerakan pesaing. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Menurut Rangkuti (2002), loyalitas merek adalah satu ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Simamora (2001) menyatakan bahwa loyalitas merek adalah ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek. Sedangkan menurut Durianto (2004), loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan kepada sebuah merek. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas merek merupakan ukuran kesetiaan, kedekatan atau keterkaitan pelanggan pada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk yang lain, terutama jika pada merek tersebut dihadapi adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lainnya. Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapati adanya beberapa tingkatan loyalitas merek. Masing-masing tingkatannya menunjukan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Brand Characteristic Company Characteristic Brand Loyalty Consumer-brand Characteristic Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek sangat diperlukan agar perusahaan bertahan hidup. Loyalitas dapat diartikan sebagai suatu komitmen yang untuk melakukan pembelian ulang produk atau jasa yang menjadi preferensinya secara konsisten pada masa yang akan datang dengan cara membeli ulang merek yang sama meskipun ada pengaruh situasional dan usaha pemasaran yang dapat menimbulkan perilaku peralihan. Model Penelitian (Sumber: Lau dan Lee) Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. H1: Brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty produk handphone merek Nokia. Loyalitas merek menunjukkan adanya suatu ikatan antara pelanggan dengan merek tertentu dan ini sering kali ditandai dengan pembelian ulang dari pelanggan. Mowen (2002) mengemukakan bahwa dapat didasarkan pada perilaku pembelian aktual produk yang dikaitkan dengan proporsi pembelian. Perusahaan yang mempunyai H2: Brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic secara parsial berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty produk handphone merek Nokia. 7 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Objek Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel bebas (X) dan 1 (satu) variabel terikat (Y). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat umum yang masih menggunakan produk handphone merek Nokia yang bertempat tinggal di wilayah Jakarta Selatan. Varaibel bebas/ independent variabel (X) 1. Brand characteristic (X1) 2. Company characteristic (X2) 3. Consumer-brand characteristic (X3) Teknik Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang masih menggunakan produk handphone merek Nokia yang bertempat tinggal di wilayah Jakarta Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 konsumen pengguna produk handphone Nokia. Teknik penentuan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2005). Variabel terikat / dependent variabel (Y) Variabel terikat dari penelitian ini adalah loyalitas merek (brand loyalty). Hubungan antara kepercayaan merek (brand trust) dan loyalitas merek (brand loyalty) dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Brand Characteristics (X1) - Brand Reputation - Brand Predictability - Brand Competence Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer. Menurut Umar (2001), data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan dari hasil wawancara pengisisan kuesioner atau tanda bukti pembelian barang. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari konsumen berupa jawaban atas peryataan yang diajukan oleh peneliti dalam bentuk kuesioner. Kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup, yaitu kuesioner yang menyajikan pertanyaan dengan pilihan jawabannya. Data primer dalam penelitian ini meliputi tanggapan responden (pengguna handphone Nokia) sehubungan dengan loyalitas merek produk handphone Nokia. Company Characteristic (X2) - Trust in Company - Company Reputation - Company Perceived Motives - Company Integrity Brand Loyalty (Y) Consumer-brand Characteristic (X3) - Similarity between Consumer selfconcept & Brand Personality - Brand Liking Brand Experience Brand Satisfaction Peer Support Model dari Brand Trust dan Brand Loyalty (Sumber: Lau dan Lee, 2000) 8 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Asumsi Klasik Untuk dapat kualitas hasil penelitian ysng bermutu dan baik, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas agar data-data yang diperoleh valid dan reliabel, uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Statistic Parametric And Service Solution (SPSS 16.0 for windows), valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan alat (instrumen) dapat menjawab tujuan penelitian. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2002). Pengujian validitas adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan indikator-indikator suatu konstruk (variabel laten) untuk mengukur konstruk tersebut secara akurat. Variabel indikator memenuhi kriteria valid jika memiliki Corrected Item-Total Correlation yang bernilai positif. Jika masih terdapat nilai Corrected Item-Total Correlation yang negatif, maka harus dilakukan pengujian kembali sampai tidak ada Corrected Item-Total Correlation yang bernilai negatif. Setelah dilakukan uji validitas, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengujian reliabilitas, Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Reliabilitas juga merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Reliabilitas yang tinggi menujukan bahwa indikator-indikator memiliki konsistensi yang tinggi dalam mengukur Variabel laten. Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach diukur berdasarkan skala 0 sampai dengan 1. a. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak menceng ke kanan dan ke kiri. b. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas maksudnya tidak boleh terjadi hubungan antarvariabel bebas (independent). Untuk mendeteksi gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan menggunakan besaran VIF (Variance Influence Factor) dan angka toleran. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikol apabila mempunyai nilai VIF lebih kecil daripada 10 dan angka tolerance mendekati 1 (Santoso, 2000). c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat plots antara nilai prediksi (ZPRED) dengan residual (SRESID). d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antarvariabel bebas dalam penelitian. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi, dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson test. Apabila nilai DurbinWatson test tepat sama dengan 2, maka tidak terjadi autokorelasi sempurna. Sebagai rule of tumb (aturan ringkas) jika nilai DW antara 1,5-2,5 maka data tidak mengalami autokorelasi. Tetapi, jika nilai DW 0-1,5 disebut memiliki autokorelasi positif, dan jika DW> 2,5 sampai 4 disebut memiliki autokorelasi negatif. 9 Ho : β = 0 artinya, tidak ada pengaruh antara variabel independen secara bersamasama terhadap variabel dependen. Ha : β > 0 artinya, ada pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Analisis Regresi Linier Berganda Model regresi digunakan untuk mengasumsikan bahwa terdapat hubungan linier antara variabel brand loyalty dengan variabel brand characteristic, company characteristic, dan consumer-brand characteristic dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Pada dasarnya analisis regresi adalah untuk memperoleh persamaan regresi dengan cara memasukkan perubah satu demi satu sehingga dapat diketahui pengaruh yang paling kuat sampai dengan yang paling lemah. c. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial Pengujian secara individual yaitu pengujian koefisien regresi secara parsial atau sendiri-sendiri dengan menentukan formula statistik yang akan diuji dengan hipotesa sebagai berikut. Ho : b1= 0, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : b1> 0, artinya ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. a. Koefisien Determinasi (R2) Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2, X3) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka persentase pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna atau 100% (Santoso, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Jenis Kelamin Responden 45% Laki-laki 55% Perempuan Usia Responden 10% 8% < 20 tahun 20-30 tahun 23% 31-40 tahun 59% b. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama Agar dapat diketahui apakah diantara variabel ada yang mempunyai pengaruh harus dilakukan pengujian Hipotesis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara simultan atau bersamasama variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan hipotesa sebagai berikut. > 40 tahun Pekerjaan Responden 3% 2% 42% 34% Pelajar/Maha siswa Pegawai Negeri 19% 10 Karyawan Swasta karena nilai tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10. 3. Uji Heteroskedastisitas, menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas karena tidak adanya pola tertentu pada grafik scarplots. 4. Uji Autokorelasi menunjukan bahwa Tidak terjadi autokorelasi karena nilai Durbin-Watson antara 1,5 sampai 2,5. Lama Penggunaan 11% 57% 32% < 1 tahun 1 - 2 tahun > 2 tahun Hasil uji validitas Pengaruh Simultan Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel brand characteristic, company characteristic dan consumerbrand characteristic terhadap brand loyalty produk handphone Nokia. Datadata dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini yang diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2. Besar r tabel pada penelitian ini adalah sebesar ((n-2);a) = ((30-2); 5%) = 0.361. Besar r tabel dapat dilihat pada lampiran yaitu pada r tabel product moment dengan tingkat signifikan 5%. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua indikator yang dipakai dalam penelitian ini dinyatakan valid. Koefisien Regresi Berganda Variabel Unstandardized Coefficients Hasil Uji Reliabilitas B Hasil pengujian reliabilitas instrumen penelitian menunjukkan bahwa semua penelitian adalah reliabel, hal ini dapat diketahui bahwa semua variabel penelitian mempunyai koefisien keandalan atau alpha sama atau lebih besar dari 0,6. Konstanta Std. Error 5.596 2.470 brand characteristic .226 .107 company characteristic .213 .100 consumer-brand characteristic .304 .077 Uji Asumsi Klasik Asumsi yang mendasari pada analisis regresi linier berganda adalah distribusi hubungan antar variabel dependen dan variabel independen. Asumsi klasik yang biasanya digunakan pada penelitian ekonomi yaitu tidak adanya multikoliniearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi pada model regresi. Sumber : Data yang diolah, SPSS 16.0 Dengan melihat pada tabel di atas, didapat persamaan regresinya adalah sebagai berikut. Y = 5,596 + 0,226 XI + 0,213 X2 +0,304 X3 1. Uji Normalitas, menunjukan bahwa data terdistribusi normal karena data menyebar di sekitar garis diagonal. 2. Uji Multikolinieritas, menunjukan bahwa tidak terjadi multikolinieritas Dimana: 11 Y = Brand Loyalty X1 = Brand Characteristic X2 = Company Characteristic X3 = Consumer-brand Characteristic Hasil dari analisis tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut. a. Konstanta sebesar 5,596 menunjukan bahwa apabila brand characteristic (X1), company characteristic (X2) dan consumer-brand characteristic (X3) dianggap tetap, maka akan diperkirakan Brand Loyalty (Y) akan naik sebesar 5,596. b. Koefisien regresi brand characteristic (X1) sebesar 0,226 artinya, brand characteristic meningkat satu satuan maka brand loyalty akan mengalami kenaikan sebesar 0,226 satuan. c. Company characteristic (X2) sebesar 0,213 artinya, karakteristik perusahaan meningkat satu satuan maka brand loyalty akan mengalami kenaikan sebesar 0,213 satuan. d. Sedangkan consumer-brand characteristic (X3) sebesar 0,304 artinya, consumer-brand characteristic meningkat satu satuan maka brand loyalty akan mengalami kenaikan sebesar 0,304 satuan. e. Semuanya bertanda positif maka jika brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic meningkat maka prediksi brand loyalty juga akan meningkat karena terjadi pengaruh yang positif atau searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk melihat apakah signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen serta mengetahui apakah persamaan regresi yang akan dibuat dapat dipakai atau tidak untuk memprediksi variabel dependennya, maka digunakan uji Anova. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (brand loyalty). Hipotesis: H0= Variabel brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic secara simultan tidak berpengaruh terhadap brand loyalty. Ha= Variabel brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic secara simultan berpengaruh terhadap brand loyalty. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 20,894 dengan signifikansi adalah 0,000. Chaniago (2001) mengemukakan bahwa dengan tingkat signifikansi α = 5%, df1 (jumlah variabel 1) atau 4-1 = 3, dan df2 (n-k-1) atau 100-31 = 96 (n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel independen). Hasil yang diperoleh untuk F tabel sebesar 2,699. Nilai F hitung > F tabel (20,894 > 2,699) dan nilai sig (0,000) < alpha (0,05), maka kesimpulan yang dapat diambil adalah Ho ditolak yang artinya antara variabel brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic berpengaruh secara simultan terhadap brand loyalty produk handphone Nokia. Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2, X3) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model ANOVA Model Sum of Mean Squares df Square F Sig. 1 Regression 305.834 3 101.945 20.894 .000a Residual Total 468.406 96 4.879 774.240 99 Sumber : Data yang diolah menggunakan SPSS 16.0 12 mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna. Dari hasil analisis regresi, pada output model summary adalah sebagai berikut. independen (Y). Nilai ttabel sebesar 1,660. Jika ttabel < thitung maka Ho ditolak dan Ha diterima, sedangkan jika ttabel > thitung maka tolak Ha dan terima Ho. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan melihat nilai sig dimana jika nilai sig lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sedangkan jika sig lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil uji t yang menggunakan program SPSS 16.0 for windows dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial Standa Unstandardiz rdized ed Coeffic Coefficients ients Koefisien Determinasi (R²) Adjusted R R Std. Error of Model R Square Square the Estimate 1 .628a .395 .376 2.209 Model Sumber : Data yang diolah menggunakan SPSS 16.0 1 (Constant) Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai R Square adalah 0,395. R Square disebut juga dengan koefisien determinasi sehingga dalam hal ini berarti 39,5% menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic) terhadap variabel dependen (brand loyalty) sebesar 39,5%. Sedangkan sisanya sebesar 60,5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi didapat nilai 2,209 berarti banyaknya kesalahan dalam prediksi brand loyalty adalah sebesar 2,209 satuan. B Std. Error 5.596 2.470 Beta T Sig. 2.265 .026 brand .226 characteristic .107 .203 2.112 .037 company .213 characteristic .100 .192 2.123 .036 Consumerbrand .304 characteristic .077 .378 3.928 .000 Sumber : Data yang diolah menggunakan SPSS Hasil analisis brand characteristic pada taraf signifikansi 5% ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,112 maka ttabel < thitung dan nilai signifikasinya 0.037 < 0.05 sehingga H0 ditolak maka brand characteristic secara statistik berpengaruh nyata (signifikan) terhadap brand loyalty produk handphone Nokia. Artinya bila variabel brand characteristic ditingkatkan maka brand loyalty juga akan meningkat. Besarnya pengaruh brand characteristic Pengaruh Parsial Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2, ...... Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel 13 terhadap brand loyalty adalah 0,203 atau 20,3%. Hasil analisis company characteristic pada taraf signifikansi 5% ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,123 maka ttabel < thitung dan nilai signifikasinya 0.036 < 0.05 sehingga H0 ditolak. Maka company characteristic secara statistik berpengaruh nyata (signifikan) terhadap brand loyalty produk handphone Nokia. Artinya bila variabel company characteristic ditingkatkan maka brand loyalty juga akan meningkat. Besarnya pengaruh company characteristic terhadap brand loyalty adalah 0,192 atau 19,2%. Hasil analisis consumer-brand characteristic pada taraf signifikansi 5% ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 3,928 maka ttabel < thitung dan nilai signifikasinya 0.000 < 0.05 sehingga H0 ditolak. Maka consumer-brand characteristic secara statistik berpengaruh nyata (signifikan) terhadap brand loyalty produk handphone Nokia. Artinya bila variabel consumer-brand characteristic ditingkatkan maka brand loyalty juga akan meningkat. Besarnya pengaruh consumerbrand characteristic terhadap brand loyalty adalah 0,378 atau 37,8%. Berdasarkan hasil analisis di atas dari ketiga variabel brand characteristic, company characteristic, dan consumerbrand characteristic dapat diketahui bahwa variabel yang mempunyai pengaruh paling signifikan atau paling dominan terhadap brand loyalty produk handphone Nokia adalah variabel consumer-brand characteristic karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang paling besar terhadap brand loyalty yaitu sebesar 37,8%. kemudian diikuti company characteristic yaitu sebesar 19,2% dengan nilai sig 0,036 dan brand characteristic sebesar 20,3% dengan nilai sig 0,037%. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa brand characteristic, company characteristic dan consumerbrand characteristic baik secara bersamasama maupun secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap brand loyalty produk handphone Nokia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lau dan Lee (2000) yang menyatakan bahwa brand characteristic, company characteristic dan consumer-brand characteristic akan menimbulkan brand loyalty. Hal ini membuktikan bahwa produk handphone Nokia telah mendapatkan tempat tersendiri di mata konsumen. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini sesuai dengan hasil beberapa studi seperti yang dilakukan Maylina (2003), Riana (2008) dan Wijaya (2007), penelitian tersebut memberikan hasil yang positif dimana baik secara bersama-sama maupun parsial, variabel brand characteristic, company characteristic, dan consumerbrand berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty. Hasil tersebut dapat menguatkan penelitian ini karena hasil yang diperoleh sama dan dapat diterima. Sedangkan dalam penelitian Wijaya (2007), tidak ada pengaruh yang signifikan antara company characteristic terhadap brand loyalty. Keterkaitan antara konsumen dan merek merupakan sesuatu yang melekat. Menurut Lau dan Lee (2000) hal ini meliputi keterikatan secara emosional antara konsumen dan produk, kesukaan terhadap produk dan pengalaman yang dirasakan konsumen terhadap produk tersebut. Hal ini menimbulkan sesuatu kebutuhan akan pelayanan yang ekstra dari produsen agar konsumen tetap setia dan tidak beralih ke produk lain, yaitu dengan Variabel yang Paling Dominan Ditinjau dari tiap-tiap variabel yang memengaruhi brand loyalty produk handphone merek Nokia menunjukkan bahwa consumer-brand characteristic memberikan pengaruh paling besar yaitu sebesar 37,8% dengan nilai sig 0,000, 14 cara memberi jaminan produk serta kualitas yang tetap terjaga. Brand Loyalty akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk merespon gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk yang unggul, pelanggan yang loyal akan memberikan waktu pada perusahaan tersebut untuk memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya (Durianto, 2001). berhubungan dengan masyarakat sehingga citra dan kredibilitas perusahaan dapat terus terjaga. Perusahaan bisa mempererat hubungan dengan konsumen dengan selalu menjadikan handphone Nokia sebagai produk yang selalu diandalkan oleh masyarakat dan memenuhi kebutuhan konsumen sehingga konsumen tidak akan beralih ke merek yang lain. Namun perusahaan tetap harus memperhatikan dan meningkatkan karakteristik lainnya yaitu company characteristic dan consumerbrand characteristic karena variabel tersebut juga berpengaruh positif terhadap brand loyalty. Saat ini Nokia sudah memiliki citra yang kuat pada handphone yang memiliki kualitas produk yang baik, penggunaan yang mudah, kemudahan dalam membeli dan terdapat outlet resmi diberbagai kota. Oleh karena itu, atribut yang telah menjadi keunggulan Nokia sebaiknya dipertahankan kinerjanya agar tercipta loyalitas pelanggan yang semakin kuat ditengah persaingan yang semakin ketat. Atribut yang sebaiknya dipertahankan serta ditingkatkan diantaranya adalah produk yang memiliki banyak fitur canggih, fasilitas multimedia, harga yang kompetitif serta customer service yang responsif. Keunggulan tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar Nokia tetap dapat bersaing dengan merek HP lain seperti Iphone, Sony Ericsson, Samsung, LG, Blackberry dan lain-lain. Nokia juga perlu meningkatkan kualitas Operating System agar setara dengan kompetitornya. Hal ini penting dilakukan agar Nokia bisa kembali memimpin persaingan yang ada, serta dapat mempertahankan pangsa pasarnya agar tidak direbut oleh para pesaingnya. Peningkatan atribut tersebut diharapkan agar Nokia dapat memengaruhi persepsi konsumen sehingga dapat meningkatkan penjualan produknya dan meningkatkan loyalitas pelanggannya. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Variabel brand characteristic, company characteristic, dan consumer-brand characteristic secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty produk handphone merek Nokia. 2. Variabel brand characteristic, company characteristic, dan consumer-brand characteristic secara parsial berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty produk handphone merek Nokia. 3. Variabel yang paling dominan dalam memengaruhi brand loyalty produk handphone merek Nokia adalah variabel consumer-brand characteristic diikuti oleh variabel company characteristic dan brand characteristic. 2. Implikasi Nokia Corporation sebaiknya mempertahankan dan meningkatkan consumer-brand characteristic. Hal ini karena consumer-brand characteristic merupakan variabel yang paling kuat dan dominan yang berpengaruh positif terhadap brand loyalty. Upaya peningkatan consumer-brand characteristic tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan intensitas kegiatan-kegiatan yang 15 Ekonomi Semarang. DAFTAR PUSTAKA Amir, M Pemasaran. Persada. Taufiq. 2005. Dinamika Jakarta: PT.Rajagrafindo Universitas Negeri Ferrinadewi, Erna. 2008. “Pengaruh Threat Emotion Konsumen dan Brand Trust pada Keputusan Pembelian Produk Susu Anlene di Surabaya”. Anonymous. “Daftar Produk Nokia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_ produk_Nokia. (diakses pada tanggal 2 Mei 2012). Irawan, Lisa Verawati. 2005. “Variabel Brand Trust”. http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe-nss1-2005-31400240-6344-pepsodentchapter4.pdf (diakses pada 11 Maret 2012). Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta. Barnes. 2003. “Definisi dan Tingkat Loyalitas Merek”. http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/10/brandloyalty-loyalitas-merekdefinisi.html (diakses pada 11 Februari 2012). Istijanto . 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Islamiyah, Karomatul. 2003. “Pengaruh Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas Konsumen Dalam Membeli Produk Pond’s (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Univeristas Negeri Malang)”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 4, No. 3. Chaniago, Junaidi. 2001. “Tabel f dan Tabel t dalam Statistika”. http://junaidichaniago.wordpress.co m/statistik/. (diakses pada 10 Mei 2012). Kotler, Philip. Pemasaran. Edisi Prenada Media. Durianto, Darmadi. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000. Manajemen Milenium. Jakarta: 2002. Marketing Management. Edisi Milenium 2. Diterjemahkan oleh Hendra Teguh. Manajemen Pemasaran. Prenhailindo: Jakarta. Darmmesta, Basu Swasta. 2002. “Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual Sebagai Panduan bagi Peneliti”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 14/3: 73-88. Lau, Geok Then and Sook Han Lee. 2000. “Consumers Trust in a Brand and the Link to Brand Loyalty”. Journal of Market Focused Management. Vol 4. No. 4. Effendi. dan Muafi. 2001. ”Mengelola Ekuitas Merek: Upaya Memenangkan Persaingan di Era Global”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.2. No.3 pp 129- 139. Maharsi, Sri dan Fenny. 2006. “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan dan Pengaruh Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pengguna Internet Banking di Surabaya”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 8 No. 1, pp. 35-51. Farida, Noor. 2006. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Merek Jamu Air Mancur di Depot Jamu AA Boja”. Skripsi Jurusan Manajemen Pemasaran. Fakultas 16 Maylina, Wenny. 2003. “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Terhadap Merek Pada Konsumen Pasta Gigi Pepsodent di Surabaya”, Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akutansi. Ventura, Vol.6 No.1, pp. 102. Sugiyono. 2005. Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta. Untuk Tjiptono, Fandi. 2000. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. Trinton, P.B. 2005. Riset Statistik Parametik: SPSS 13.0 for Windows. Yogyakarta: Andi. Mowen, John C. dan Minor Michael. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 2. (alih bahasa Dwi Kartini Yahya). Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Umar, Husein. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Muafi Wijaya, Petra. 2008. “Pengaruh Trust In A dan M. Irhas Effendi. 2001. “Mengelola Ekuitas Merk: Upaya Memenangkan Persaingan Di Era Global”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 2 No.3, pp. 129-139. Brand Terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Air Minum Aqua Di Kota Denpasar”. Buletin Studi Ekonomi. Vol. 13 No.2. Nokia Corporation. Sejarah Berdirinya Nokia. http://www.nokia.co.id/tentangnokia/perusahaan/history. (diakses pada tanggal 12 Mei 2012) Rangkuti, Freddy. 2001. Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2002. The Power of Brands, Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Riana, Gede. “Pengaruh Trust In A Brand terhadap Brand Loyalty pada Konsumen Air Minum Aqua di Kota Denpasar”. Buletin Studi Ekonomi. Vol. 13, No.2. Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Cetakan Ketiga. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Simamora, Bilson. 2001. Panduan Riset Perilaku Konsumen, Edisi 1. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama. 17