Mengantisipasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Studi Kasus

advertisement
BAB V
PERSEPSI PARA AKTOR TENTANG
ANTISIPASI DAMPAK
PENYELENGGARAANDESENTRALISASI
ADMINISTRATIF DAN PEMERINTAHAN
DAERAH DI TIMOR LESTE
Pengantar
Gagasan dalam pemikiran para aktor yang berkepentingan
dalam pemerintahan, akademisi, pengusaha dan organisasi
kemasyarakatan terhadap penyelenggaraan desentralisasi administratif
dan pemerintahan daerah di Timor Leste merupakan rekomendasi hasil
penjaringan aspirasi guna mengantisipasi pelbagai permasalahan yang
timbul sebagai dampak dari desentralisasi. Karakteristik permasalahan
desentralisasi dalam penelitian ini, secara selektif melalui penjaringan
aspirasi para aktor dari pemerintah, akademisi, pengusaha dan
organisasi kemasyarakatan telah melalu proses konsensus yakni
kesepakatan bersama untuk memberikan batasan pada permasalahanpermasalahan yang potensial menghambat desentralisasi, sehingga
dapat diketahui pokok permasalahan utama dan diantisipasi melalui
berbagai strategi mencapai keberhasilan desentralisasi. Berdasarkan hal
tersebut, akan diuraikan secara mendalam pendapat para aktor dari
pemerintah, akademisi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan
terkait penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste.
Persepsi Para Birokrat
Melalui 3tahap proses pengumpulan data akhirnya para
birokrat mencapai pada konsensus kesepakatan bersama dengan
53
menentukan potensi masalah yang akan dihadapi dan strategiantisipasi
yang perlu dilakukan untuk menghindari gagalnya implementasi
desentralisasi di Timor Leste.
Tabel 5.1. Konsensus Masalah
Masalah atau Isu
1.
Solusi untuk antisipasi
Sumber Daya Manusia (SDM);

Kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) merupakan faktor determinan
bagi keberhasilan pembangunan di
era desentralisasi, minimnya SDM di
timor leste dilihat dari aspek kualitas

merupakan suatu masalah yang
berdampak pada terhambatnya
pelaksanaan pembangunan daerah
di berbagai sektor.
2.
Infrastruktur;

percepatan pembangunan infrastruktur fisik dasar yang masuk
dalam kategori prioritas pada
tahap pra kondisi pelaksanaan
desentralisasi.

Mendorong pemerintah daerah
utuk menerapkan system Good
governance,
Melakukan pemberdayaan kepada
masyarakat dan memberi ruang
yang besar bagi partisipasi LSM
dan media untuk ikut meLSMntrol
jalannya pemerintahan derah.
Sektor
infrastruktur
merupakan
masalah yang harus memperoleh
perhatian dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, minimnya
infrastruktur dasar akan berdampak
pada
lambatnya
pelaksanaan
desentralisasi di berbagai sektor.
3.
Penyalagunaan wewenang;
Potensi besarnya pengaruh politik
dimana hal tersebut menyebabkan

hal-hal teknis dalam pembangunan
diabaikan
sehingah
tujuan
pembangunan
terhambat
dan
munculnya KKN (isu ini sangat
dominan saat ini)
4.
Managemen
Daerah:
Keuangan 
Potensi
masalah yang dapat
menghambat pelaksanaan desentralisasi untuk mencapai tujuan yang

dicita-citakan adalah bagaimana
memastikan agar daerah-daerah
tersebut menggunakan dana yang
54
melakukan mapping asesment
untuk mengidentifikasi SDM yang
tersedia di masing-masing daerah
dan melakukan Investment SDM
sesuai area prioritas tiap-tiap
daerah.
Identifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas/ ketrampilan dan
Pelatihan pengembangan kappasitas terhadap aparat pemerintahan mulai dari tingkat pimpinan
hinga staff di berbagai lembaga
pemerintahan daerah.
Lakukan pemantauan terhadap
kinerja pemerintah daerah, berikan
insentif bagi kinerja yang bagus
dan sediakan bantuan teknis untuk
mereka yang tertinggal.
Penekanan pada implementasi
good governance
disalurkan dengan sebaik-baiknya.
5.
Aspek hukum,

Perlunya lobi dan advocacy untuk
mendorong penyusunan dan
pengesahan UU yang yang
bersifat mendesak untuk
mendukung pelaksanaan
desentralisasi sebagai mana yang
telah direncanakan, antara lain; a)
UU organik tentang Kebijakan
Desentralisasi Administratif. b) UU
Pembagian wilayah administratif,
c) UU desentralisasi administratf
dan pemerintahan daerah.
Dasar hukum merupakan landasan
kekuatan dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, oleh karena
itu perlu menetapkan paket UU yang
relefan untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi. Tertundanya
pengesahan UU dan masih belum
memadainya UU untuk menunjang
pelaksanaan desentralisasi berpotensi besar menghambat pelaksanaan desentralisasi daerah di
Timor Leste.
6.
Sektor swasta:
Pemerintah daerah Sulit mencapai
keman-dirian ekonomi karena sektor
swasta di daerah sangat rapuh
mengingat
terbatasnya
Modal
usaha,
minimnya
ketrampilan
dalam
berwirausaha,
kurang
mandiri,
termasuk
kondisi
infrastruktur yang masih terbatas,
berdampak
besar
terhadap
perekonomian daerah mengingat
sektor swasta merupakan kunci
dalam mendorong pertumbuhan
perekonomian daerah.
7.
Kelembagaan;
Sumberdaya Aparatur pemerintah
yang minim, sifat ketergantungan
tinggi terhadap pemerintah pusat,
kterbatasan Sarana dan prasarana,
penetapan system birokrasi dan
pelaksanaan standar pelayanan
minimum yang belum tertata baik
hal ini akan berdampak pada
redahnya kualitas layanan publik
dan hubungan kerja antar lembaga,
termasuk
antara
Pemerintah
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, masyarakat, dan organisasi
non pemerintah.







Training pemberdayaan tentang
kewirausahaan.
Membentuk kamar dagang
municipal
Memberi isentif dalam bentuk
kredit dengan bunga kecil.
Penataan kelembagaan yang
baik, efisien dan efektif
Mengadopsi e-Goverment untuk
meningkatkan efisiensi: ICT
membantu meningkatkan
efisiensi tugas pemrosesan
massal dan operasi administrasi
publik.
Pengembangan Kapasitas
aparatur pemerintah daerah
Membangun infrastruktur sarana
prasarana untuk menfasilitasi
kinerja lembaga pemerintahan
daerah.
55
Tabel 5.2. Konsensus Prioritas Masalah
Potensi
Masalah
Govo1
Gov02
Gov03
Gov04
Gov05
Gov06
1
2
3
4
5
6
7
6
5
6
5
5
5
6
6
6
6
4
6
6
5
6
6
5
3
6
5
6
6
6
6
6
6
5
6
6
5
5
3
5
6
6
6
6
6
4
6
5
6
Rata
6
6
6
4
6
5
6
Tabel 5.3 Hasil Pengelolaan data
Potensi
Masalah
1
2
3
4
5
6
7
Rata
6
6
6
Eleminate
6
5
6
Metode Penilaian
1= Tidak berpotensi
2= Potensi rendah
3= Potensi sedang
4= Cukup Berpotensi
5=Berpotensi besar
6=sangat berpotensi
Kategori Low Risk
kategori High Risk
Tabel 5.4 Hasil Konsensus Prioritas Masalah Berdasarkan Hasil Pengelolaan
Data
Hasil Akhir Konsensus
Masalah
1. Sumber Daya
Manusia (SDM);
Solusi untuk antisipasi


2. Infrastruktur;
56

melakukan
mapping
asesment
untuk
mengidentifikasi SDM yang tersedia di masingmasing daerah dan melakukan Investment SDM
sesuai area prioritas tiap-tiap daerah.
Identifikasi kebutuhan pengembangan
kapasitas/ketrampilan dan Pelatihan
pengembangan kapasitas terhadap aparat
pemerintahan mulai dari tingkat pimpinan hinga
staff di berbagai lembaga pemerintahan daerah.
percepatan pembangunan infrastruktur fisik dasar
yang masuk dalam kategori prioritas pada tahap
pra kondisi pelaksanaan desentralisasi.
Hasil Akhir Konsensus
Masalah
3. Penyalagunaan
wewenang;
Solusi untuk antisipasi


4. Aspek hukum,

5. Sektor swasta:



6. Kelembagaan;




Mendorong pemerintah daerah utuk menerapkan
system Good governance,
Melakukan pemberdayaan kepada masyarakat
dan memberi ruang yang besar bagi partisipasi
LSM dan media untuk ikut mengontrol jalannya
pemerintahan derah.
Perlunya lobi dan advocacy untuk mendorong
penyusunan dan pengesahan UU yang yang
bersifat
mendesak
untuk
mendukung
pelaksanaan desentralisasi sebagai mana yang
telah direncanakan, antara lain; a) UU organik
tentang Kebijakan Desentralisasi Administratif. b)
UU Pembagian wilayah administratif, c) UU
desentralisasi administratf dan pemerintahan
daerah.
Training pemberdayaan tentang kewirausahaan.
Membentuk kamar dagang municipal
Memberi isentif dalam bentuk kredit dengan
bunga kecil.
Penataan kelembagaan yang baik, efisien dan
efektif
Mengadopsi e-Goverment untuk meningkatkan
efisiensi: ICT membantu meningkatkan efisiensi
tugas
pemrosesan
massal
dan
operasi
administrasi publik.
Pengembangan Kapasitas aparatur pemerintah
daerah
Membangun infrastruktur sarana prasarana untuk
menfasilitasi kinerja lembaga pemerintahan
daerah.
Dari hasil konsensus tersebut maka Sumber Daya Manusia
(SDM) menjadi prioritas utama dalam pandangan para aktor selaku
pengambil kebijakan di pemerintahan Timor Leste. Informan yang
teribat dalam penelitian ini memberikan nilai tertinggi pada
permasalahan SDM dengan nilai enam. PandanganProf. Dr. Faustino
Cardoso Gomes, B.A, Msi(Presiden komisi Pegawai Negeri Sipil)
menunjukan bahwa kualitas SDM merupakan faktor determinan bagi
keberhasilan pembangunan di era desentralisasi, minimnya SDM di
Timor Leste apabila dilihat dari aspek kualitas merupakan masalah
yang menghambat pelaksanaan pembangunan daerah. Sehingga perlu
57
dilakukan penilaian dan pemetaan untuk mengidentifikasi SDM yang
tersedia di setiap daerah dan melakukan investasi SDM di setiap
daerah. Selain itu, dapat dilakukan identifikasi kebutuhan
pengembangan kapasitas atau peningkatan keterampilan melalui
pelatihan terhadap aparat pemerintahan mulai dari pimpinan maupun
karyawan di berbagai institusi pemerintahan.
Kondisi infrastruktur merupakan masalah kedua yang penting
untuk segera diantisipasi dalam penyelenggaraan desentralisasi di
Timor Leste. Sebagaimana pandangan Sir.Nuno Reis(Staff Hukum
)yang menunjukan bahwa minimnya infrastruktur dasar akan
berdampak pada lambatnya pelaksanaan desentralisasi sehingga perlu
dilakukan percepatan pembangunan infrastruktur fisik dasar yang
masuk dalam kategori prioritas pada tahap pra kondisi pelaksanaan
desentralisasi di Timor Leste. Setelah itu, permasalahan yang perlu
diantisipasi selanjutnya ialah penyalahgunaan wewenang. Pandangan
Sir. Fransisco Da Costa Soares (Sekertaris negara)menunjukan bahwa
politik memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembangunan
sehingga berpotensi menimbulkan Korupsi Kolusi dan Nepotismme
(KKN), oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mendorong
pemerintah dalam menerapkan sistem tatakelola yang baik (good
governance) serta melakukan pemberdayaan masyarakat dan memberi
ruang yang besar bagi partisipasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
dan media untuk ikut mengendalikan jalannya pemerintahan daerah.
Permasalahan selanjutnya yang harus diantisipasi dalam
penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste ialah manajemen
keuangan daerah. Pandangan Sir. Abilio Jose Caitano (CEO
Desentralisasi administrasi) menunjukan bahwa manajemen keuangan
diperlukan agar dapat dipastikan alur penggunaan dana di daerah
secara optimal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengawasan terhadap
kinerja pemerintah daerah dengan memberikan insentif bagi kinerja
pegawai yang berprestasi dan menyediakan bantuan untuk pegawai
yang dikategorikan kurang mampu serta menekankan implementasi
good governance. Selanjutnya, masalah yang patut diantisipasi dalam
penyelenggaraan desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah
58
di Timor Leste ialah dasar hukum. Pandangan Jacinto Paijo (Direktur
Executive pusat Logistics National dan hubungan desentralisasi)
menunjukan bahwa dasar hukum merupakan landasan kekuatan dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah sehingga perlu ditetapkan
undang-undang yang relevan guna mendukung pelaksanaan
desentralisasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan advokasi dalam
penyusunan dan pengesahan undang-undang terutama yang
mendukung pelaksanaan desentralisasi yakni kebijakan desentralisasi
administratif, undang-undang pembagian wilayah administratif dan
pemerintah daerah.
Kemandirian ekonomi menjadi bagian yang sangat esensial
dalam desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah.
Pandangan Aderito Manuel Alves Guteres (Deputi Perencanaan
Nasional Pembangunan Desa) menunjukan bahwa pemerintah sulit
mencapai kemandirian ekonomi apabila sektor swasta masih sangat
rapuh karena keterbatasan akses terhadap modal usaha atau minimnya
keterampilan dalam berwirausaha, tidak mandiri serta terbatasanya
infrastruktur penunjang yang merupakan bagian penting dalam upaya
menumbuhkan perekonomian daerah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pelatihan dalam bentuk pemberdayaan tentang kewirausahaan,
menyediakan pasar, membantu pengusaha dalam mengakses modal
usaha. Disisi lain, masalah kelembagaan juga perlu mendapat perhatian
dalam penyelenggaraan desentralisasi administratif dan pemerintahan
daerah. Menurutnya, sumberdaya aparatur pemerintahan yang masih
sangat minim serta ketergantungan pada pemerintah pusat,
keterbatasan sarana dan prasarana, penetapan sistem birokrasi dan
pelaksanaan standar pelayanan minimum yang belum tertata dengan
baik sehingga mempengaruhi standar kualitas pelayanan publik serta
hubungan kerja antar lembaga, harus dioptimalkan dengan
menatakelola kelembagaan yang baik, efisien dan efektif, mengadopsi
e-government untuk meningkatkan efisiensi terutama dalam operasi
administrasi publik atau proses data yang banyak, serta membangun
infrastruktur sarana dan prasarana untuk memobilisasi kinerja lembaga
pemerintah.
59
Secara umum, persepsi birokrat menunjukan bahwa hanya
beberapa masalah yang disepakati untuk diantisipasi yaitu masalah
kapasitas manajemen daerah; sumber daya manusia; infrastruktur fisik;
UU penyelenggaraan pemerintah daerah; sektor swasta; penyalagunaan
wewenang; dan kelembagaan. Sedangkan masalah yang berdasarkan
persepsi birokrat tidak diprioritaskan ialah masalah pendapatan
daerah; agenda politik; kebijakan fiskal;perbankan; pembagian wilayah
pusat administratif; partisipasi masyarakat; monitoring dan evaluasi;
dan blueprint. Masalah yang paling penting untuk di antisipasi
berdasarkan skala prioritas adalah sebagai berikut : pertama, sumber
daya manusia; kedua, infrastruktur; ketiga, penyalagunaan wewenang;
keempat, aspek hukum, kelima, sektor swasta; dan kelembagaan.
Dengan demikian berdasarkan persepsi birokrat, sumber daya manusia
menjadi prioritas dalam mengantisipasi masalah penyelenggaraan
desentralisasi di Timor Leste.
Persepsi Akademisi
Hasil capaian konsensus bersama kelompok akademsisi dalam
menentukan Potensi Masalah dan antisipasi yang dianggap perlu untuk
menghindari gagalnya implementasi desentralisasi di Timor Leste.
Tabel 5.5 Konsensus Masalah
Daftar Masalah atau Isu

1.
60
Sumberdaya manusia (SDM)
dan Kapasitas manajemen
daerah;
a) Minimnya
sumberdaya
manusia (SDM) dilihat dari
aspek Kualitas untuk mengisi
posisi-posisi
estrategis
di 
pemerintahan daerah.
b) Sistem manajemen daerah
yang belum memadai karena
Masih terbatasnya kapasitas
aparatur pemerintah daerah
c) Urbanisasi,
perpindahan
penduduk ke kota berdampak
pada menumpuknya SDM di 
Solusi untuk antisipasi
Strategy
pengembangan
SDM
berdasarkan hasil asesment yang
berorientasi
pada
prioritas
kebutuhan
pemerintah
daerah
untuk posisi-posisi teknis yang
masih kurang SDMnya.
Pelatihan kepada aparatur melalui;
a)
kapacity
building
need
assesemnt; b) design cepacity
building
plan; c) Strategy
pengembangan kapasitas kepada
aparatur
pemerintah; dan
d)
program pelatihan dan evaluasi.
Lakukan pemantauan terhadap
Daftar Masalah atau Isu
Pusat
sementara
daerah
Municipal
mengalami
kekurangan
SDM
yang
diperlukan guna mengisi posisi
posisi teknis yang strategis
dalam
pelaksanaan
desentralisasi kedepannya.
Solusi untuk antisipasi
kinerja
pemerintah
daerah,
sediakan bantuan teknis untuk
mendukung pemerintahan daerah
pengendalian urbanisasi melalui
pembukaan lapangan kerja dan
memperbaiki infrastruktur dasar di
tingkat Municipal dapat mendorong
masyarakat yang bermukim di kota
kembali ke daerah asal masingmasing

Strategy
pengembangan
SDM
berdasarkan hasil asesment yang
berorientasi
pada
prioritas
kebutuhan
pemerintah
daerah
untuk posisi-posisi teknis yang
masih kurang SDMnya.
2. Infrastruktur Fisik;

Potensi
untuk
merealisasikan
desentralisasi akan
lambat dan
memakan waktu yang cukup banyak
akibat minimnya facilitas infrastruktur
dasar di daerah pada masa transisi
atau persiapan desentralisasi.
Percepatan
pembangunan
infrastruktur Fisik dasar
yang
masuk dalam kategori prioritas
pada tahap pra kondisi untuk
menciptakan
kondisi
bagi
pelaksanaan desentralisasi.
3.
UU Penyelengaraan pemerintah 
daerah;
Potensi implementasi pelaksanaan
Desentralisasi akan terus mengalami
penundaan
atau
akan
cukup
memakan
waktu
akibat
Masih
terbatasnya
perundang-undangan
yang
mengikat dan mengatur
berbagai aspek penyelenggaraan
Desentralisasi pemerintahan daerah.
Lobi Politik oleh berbagai elemen
yang berkepentingan dan advokasi
untuk
mendorong
percepatan
Penyusunan Peraturan Pendukung
UU Pemerintah Daerah.
4. Pendapatan daerah;

Potensi ketergantungan pemerintah
daerah terhadap pemerintah pusat
akan
tinggi
akibat
Minimnya
sumberdaya
alam
(SDA)
dan
minimnya potensi ekonomi lainnya
sebagai sumber pendapatan daerah
di sejumlah daerah untuk membiayai
pembangunan daerah.

Pemberlakuan desentralisasi fiscal
dan
mendorong
pemerintahan
daerah untuk
meLSMptimalkan
kemampuannya dalam menggali
potensi
Sumbersumber
pendapatan asli daerah berupa:
pajak daerah, retribusi daerah, laba
usaha milik daerah dan pendapatan
lain yang sah.
Pemerintah
memberikan
dana
transfer yang dapat dikelola daerah
61
Daftar Masalah atau Isu
Solusi untuk antisipasi
dalam
pembiayaan
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah dan mendukung programprogram yang bersifat berkelanjutan
untuk memperkuat perekonomian
daerah.
5.
Minimnya partisipasi

Masyarakat;
Potensi gagalnya mencapai tujuan
desentralisasi akibat Banyak program 
pemerintah yang meleset dan tidak
merespon
kebutuhan masyarakat
akibat minimnya partisipasi masyarakat karena dampak dari minimnya
sosialisasi
pemerintah
kepada
msayarakat dan minimnya pemberdayaan kepada masyarakat untuk ikut
berpartisipasi
aktif
termasuk
lemahnya LSM dan Media local.
Melakukan
penyuluhan
dan
empower
comunity
agar
masyarakat bisa berpartisipasi aktif
memberi ruang kepada LSM dan
LSM agar ikut berpartisipasi aktif
sebagai social control.
6. Agenda Politik Terselubung;

Potensi gagalnya
desentralisasi
akibat banyak program pemerintah 
yang meleset karena elit politik
mengabaikan agenda pembangunan
yang
sebenarnya
dan
justru
mengutamakan agenda politik atau
kepentingan pribadi/kelompok yang
penuh dengan KKN.
Penerapan
good
govrnance
meliputi;
a) Penerapan prinsip transparansi
dan
akuntabilitas
dalam
pengambilan keputusan;
b)
Penegakan
disiplin
dan
pembangunan kultur birokrasi yang
berbasis etika; c) Penerapan asas
profesionalisme
yang
berbasis
kompetensi dan integritas dalam
rekrutmen dan promosi;
d)
Pemberian imbalan yang sesuai
kinerja dan kontribusi masingmasing organisasi dan personil
yang
bekerja
dilingkungan
pemerintahan.
Lakukan pemantauan terhadap
kinerja pemerintah daerah, berikan
insentif bagi kinerja yang bagus dan
sediakan bantuan teknis untuk
daerah yang tertinggal.

62
Daftar Masalah atau Isu

7.
Lemahnya komitmen
pemerintah untuk
merealisasikan desentralisasi
pemerintahan daerah karena
tekanan politik.
Solusi untuk antisipasi
Lobi Politik oleh berbagai elemen
yang berkepentingan dan advokasi
untuk menekan pemerintah untuk
merealisasikan
desentralisasi
sesuai amanah UU TL pasal 5
tentang
desentralisasi
administrative.
8. Monitoring dan Evaluasi;

Tidak adanya asesment dan evaluasi
terhadap beberapa program ujicoba
desentralisasi,
antaralin seperti
program PDD, PDL dan ADN akan 
berdampak pada potensi munculnya
banyak hambatan dan masalah untuk
membangun strategy pelaksanaan
desentralisasi yang baik, efektif dan
efesien kedepannya.
membangun system Monitoring dan
evaluasi
yang
komprehensif
terhadap semua program ujicoba
terkait desentralisasi.
Laporan hasil evaluasi programprogram
ujicoba
terkait
desentralisasi.
Penggunaan definisi atau kata

kunci;
Pengunaan kata kunci yang yang
masih rancu dan membingunkan
berpotensi terjadinya salahpaham
dan salah interpertasi terhadap
konsep-konsep
kunci
terkait
desentralisasi.
Para pembuat kebijakan perlu lebih
konsisten dalam mengunakan kata
kunci yang dapat mengantarkan
berbagai pihak yang berkepentingan untuk lebih mengenal
berbagai istilah dalam pelaksanaan
Otonomi Daerah sehinga dapat
menghindari pemahaman yang
rancu, hal ini bisa dilakukan melalui
membuat sebuah "Glosarium"
Glosariu yang telah disusun perlu
disosialisasikan mulai dari tingkat
para pembuat kebijakan hingga
masyarakat biasa agar adanya
keseragaman pemahaman istilahistilah yang muncul.
9.

10. Blueprint;

Dengan
tidak
adanya
Blueprint sebagai arahan kerangka
terperinci pelaksanaan desentralisasi
dan sebagai landasan pelaksanaan
desentralisasi menyebabkan sulitnya
memahami
arah
persiapan
pelaksanaan desentralisasi, Tujuan
yang
ingin
dicapai,
waktu
pelaksanaan, cara pengendalian dll.
hal ini berpotensi terhadap lemahnya
persiapan yang
dilakukan dan
Menyusun
Blueprint sebagai
landasan
pelaksanaan
desentralisasi dengan Penetapan tujuan
dan sasaran, strategi Pelaksanaan
program dan fokus kegiatan, ·
Langkah-langkah
atau
implementasi
yang
harus
dilaksanakan.
63
Daftar Masalah atau Isu
berdampak pada penundaan atau
kegagalan
pelaksanaan
desentralisasi yang berujung pada
mahalnya biaya untuk melakukan
pengendalian.
Solusi untuk antisipasi
Tabel 5.6 Konsensus Prioritas Masalah
Potensi
Masalah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
AC0
1
6
6
6
4
5
5
2
2
2
4
AC0
2
AC0
3
AC0
4
AC0
5
AC0
6
AC0
7
AC0
8
6
6
5
5
5
6
4
3
3
2
6
6
6
6
6
5
4
3
2
6
6
6
6
5
4
3
2
4
3
4
6
6
5
4
6
5
6
3
3
3
6
6
6
5
6
5
4
3
6
4
6
6
6
5
6
5
4
3
6
4
6
6
6
5
5
5
4
3
3
4
Rata
6
6
6
5
5
5
4
3
4
4
Tabel 5.7 Hasil Pengelolaan Data
Potensi Masalah
1
2
3
4
5
6
64
Rata
6
6
6
6
5
5
7
8
9
10
eleminate
eleminate
eleminate
eleminate
11
eleminate
Metode Penilaian
1= Tidak berpotensi
2= Potensi rendah
Kategori Low Risk
3= Potensi sedang
4= Cukup Berpotensi
5=Berpotensi besar
6=sangat berpotensi
kategori High Risk
Tabel 5.8 Hasil Konsensus Prioritas masalah berdasarkan hasil penggelolaan
Data
Hasil Akhir Konsesnsus Masalah
1. Sumberdaya manusia (SDM)
dan
Kapasitas
manajemen
daerah;
a) Minimnya
sumberdaya
manusia (SDM) dilihat dari
aspek kualitas dan kualitas
untuk mengisi posisi-posisi
estrategis di pemerintahan
daerah.
b) Sistem manajemen daerah
yang belum memadai karena
Masih terbatasnya kapasitas
aparatur pemerintah daerah
c) Urbanisasi,
perpindahan
penduduk ke kota berdampak
pada menumpuknya SDM di
Pusat
sementara
daerah
Municipal
mengalami
kekurangan
SDM
yang
diperlukan
guna
mengisi
posisi-posisi
teknis
yang
strategis dalam pelaksanaan
desentralisasi kedepannya




2.
Sumberdaya manusia (SDM);

3.
Infrastruktur Fisik;

Solusi untuk antisipasi
Strategy
pengembangan
SDM
berdasarkan hasil asesment yang
berorientasi
pada
prioritas
kebutuhan
pemerintah
daerah
untuk posisi-posisi teknis yang
masih kurang SDMnya.
Pelatihan kepada aparatur melalui;
a)
kapacity
building
need
assesemnt; b) design cepacity
building
plan; c) Strategy
pengembangan kapasitas kepada
aparatur
pemerintah; dan d)
program pelatihan dan evaluasi.
Lakukan pemantauan terhadap
kinerja
pemerintah
daerah,
sediakan bantuan teknis untuk
mendukung pemerintahan daerah
pengendalian urbanisasi melalui
pembukaan lapangan kerja dan
memperbaiki infrastruktur dasar di
tingkat Municipal dapat mendorong
masyarakat yang bermukim di kota
kembali ke daerah asal masingmasing
Strategy
pengembangan
SDM
berdasarkan hasil asesment yang
berorientasi
pada
prioritas
kebutuhan
pemerintah
daerah
untuk posisi-posisi teknis yang
masih kurang SDMnya.
Percepatan
pembangunan
infrastruktur Fisik dasar
yang
masuk dalam kategori prioritas
pada tahap pra kondisi untuk
menciptakan
kondisi
bagi
pelaksanaan desentralisasi.
65
Hasil Akhir Konsesnsus Masalah
4. UU Penyelengaraan pemerintah 
daerah;
5.

Pendapatan daerah;

6.
Minimnya
Masyarakat;
Partisipasi 

7.
Agenda Politik terselubung;


66
Solusi untuk antisipasi
Lobi Politik oleh berbagai elemen
yang berkepentingan dan advokasi
untuk
mendorong
percepatan
Penyusunan Peraturan Pendukung
UU Pemerintah Daerah.
Pemberlakuan desentralisasi fiscal
dan
mendorong
pemerintahan
daerah untuk
meLSMptimalkan
kemampuannya dalam menggali
potensi Sumber-sumber pendapatan asli daerah berupa: pajak
daerah, retribusi daerah, laba
usaha milik daerah dan pendapatan
lain yang sah.
Pemerintah
memberikan
dana
transfer yang dapat dikelola daerah
dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
mendukung program-program yang
bersifat
berkelanjutan
untuk
memperkuat rekonomian daerah.
Melakukan
penyuluhan
dan
empower
comunity
agar
masyarakat bisa berpartisipasi aktif
memberi ruang kepada LSM dan
LSM agar ikut berpartisipasi aktif
sebagai social control.
Penerapan
good
govrnance
meliputi;
a) Penerapan prinsip transparansi
dan
akuntabilitas
dalam
pengambilan
keputusan;
b)
Penegakan
disiplin
dan
pembangunan kultur birokrasi yang
berbasis etika; c) Penerapan asas
profesionalisme
yang
berbasis
kompetensi dan integritas dalam
rekrutmen dan promosi;
d)
Pemberian imbalan yang sesuai
kinerja dan kontribusi masingmasing organisasi dan personil
yang
bekerja
dilingkungan
pemerintahan.
Lakukan pemantauan terhadap
kinerja pemerintah daerah, berikan
insentif bagi kinerja yang bagus dan
sediakan bantuan teknis untuk
daerah yang tertinggal.
Dari hasil uraian diatas maka Kapasitas manajemen daerah
merupakan permasalahan utama yang perlu diantisipasi dalam
penyelenggaraan desentralisasi. Pandangan Joao Cancio Freitas (Desen
dan Ex mentri Pendidikan dan Kebudayaan Timor Leste) menunjukan
bahwa kapasitas daerah di Timor Leste belum memadai karena masih
terbatasnya aparatur pemerintahan daerah sehingga diperlukan
pelatihan kepada aparatur melalui: penilaian penguatan kapasitas;
merancang
program
peningkatan
kapasitas
serta
strategi
pengembangan; melakukan program pelatihan dan evaluasi hasil
kegiatan. Selain itu, perlu dilakukan pemantauan terhadap kinerja
pemerintah daerah. Selanjutnya, masalah yang patut diantisipasi dalam
penyelenggaraan desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah
ialah SDM. Pandangan Camilo Ximenes Almmeida (Dosen Fisipol,
focal dalam isu Desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah),
Lukus Medis Sarmento (Dosen Fisipol, focal dalam isu Desentralisasi
administratif dan pemerintahan daerah) dan DomiLSMs Henrique
(Dosen Fisipol, focal dalam isu Desentralisasi administratif dan
pemerintahan daerah) menunjukan bahwa minimnya SDM dapat
dilihat dari kualitas untuk mengisi posisi strategis dalam pemerintahan,
sehingga perlu dirancang strategi pengembangan SDM berdasarkan
hasil penilaian yang berorientasi pada kebutuhan pemerintah daerah
untuk posisi teknis yang masih minim,lebih lanjut isu Urbanisasi,
perpindahan penduduk ke kota berdampak pada menumpuknya SDM
di Pusat sementara daerah Municipal mengalami kekurangan SDM
yang diperlukan guna mengisi posisi-posisi teknis yang strategis dalam
pelaksanaan desentralisasi kedepannya.Selain itu, Infrastruktur fisik
menjadi permasalahan yang perlu diantisipasi. Pandangan Amelia C De
Araujo Andrade, L.CG., MAP (Dosen UNPAZ) dan dan Eurico
Celestinho Dos Reis (Dosen UNTL Fkultas Ilmu sosial) yang
menunjukan bahwa potensi untuk merealisasikan desentralisasi akan
lambat dan memakan waktu cukup banyak akibat minimnya fasilitas
atau infrastruktur penunjang di daerah pada masa transisi atau
persiapan desentralisasi. Sehingga perlu dilakukan percepatan
pembangunan infrastruktur fisik dasar yang masuk dalam kategori
67
prioritas pada tahap pra kondisi guna mempermudah proses
pelaksanaan desentralisasi di Timor Leste.
Hukum dan kebijakan dapat menjadi penyangga keberhasilan
pelaksanaan desentralisasi administratif dan pemerintahan daerah.
Pandangan Jaime Maia menunjukan bahwa undang-undang
penyelenggaraan daerah dapat menjadi masalah yang menghambat
desentralisasi oleh sebab itu perlu dirancang dasar hukum dan
kebijakan yang mampu mengikat dan mengatur berbagai aspek
penyelenggaraan desentralisasi pemerintah daerah. Oleh sebab itu, lobi
politik oleh berbagai elemen yang berkepentingan serta advokasi
percepatan penyusunan peraturan pendukung desentralisasi diperlukan
untuk mengoptimalkan fungsi pemerintahan. Disisi lain, pendapatan
daerah juga berpotensi menimbulkan masalah yang patut diperhatikan
dalam proses penyelenggaraan desentralisasi. Pandangan Silverster Sufa
menunjukan bahwa potensi ketergantungan pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat akan tinggi, akibat minimnya sumber daya
alam dan minimnya potensi ekonomi lainnya sebagai sumber
pendapatan daerah di sejumlah daerah. Dengan demikian,
pemberlakuan desentralisasi fiskal harus dilakukan dengan mendorong
pemerintah daerah untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam
menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah berupa : pajak daerah,
retribusi daerah, laba usaha milik daerah dna pendapatan lainnya.
Selain itu, pemerintah dapat memberikan biaya transfer yang dapat
dikelola untuk pembiayaan penyelenggaraan desentralisasi dan
program berkelanjutan dalam memperkuat perekonomian daerah.
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan desentralisasi
menjadi sangat penting untuk meLSMptimalkan fungsi pemerintahan.
Pandangan Benezato Riberio (Dosen Unpaz Fakultas Fisipol) yang
menunjukan bahwa potensi gagalnya mencapai tujuan desentralisasi
ialah banyaknya program pemerintah yang tidak tepat sasaran dan
tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat karena minimnya
partisipasi masyarakat, minimnya sosialisasi pemerintah kepada
masyarakat, serta minimnya pemberdayaan kepada masyarakat untuk
ikut berpartisipasi aktif termasuk lemahnya Lembaga Swadaya
68
Masyarakat (LSM) dan media lokal. Oleh sebab itu, penting untuk
dilakukan penyuluhan atau upaya mendorong masyarakat lokal dalam
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang kepada LSM untuk ikut
berpartisipasi aktif sebagai pengendali sosial. Disisi lain, permasalahan
yang timbul akibat agenda politik juga berpotensi menghambat
penyelenggaraan. Pandangan Amelia C. De Araujo Andrade (dosen
Unpaz) menunjukan bahwa potensi gagalnya desentralisasi akibat
banyak program pemerintah yang tidak tepat sasaran disebabkan oleh
elit politik yang mengabaikan agenda pembangunan sebenarnya dan
mengutamakan agenda politik atau kepentingan pribadi. Oleh sebab
itu, perlu diterapkan tatakelola yang baik (good governance) yakni
penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan
kebijakan; penegakan disiplin dan membangun budaya birokrasi yang
beretika; menerapkan asa profesionalisme yang berbasis kompetensi
dan integritas dalam penerimaan pegawai dan promosi; memberikan
imbalan yang sesuai dengan kinerja dan kontribusi masing-masing
organisasi dan pegawai yang bekerja di lingkungan pemerintahan.
Selain itu, dapat dilakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah
daerah, memberikan insentif bagi yang berprestasi dan menyediakan
bantuan bagi pegawai di daerah tertinggal.
Secara umum, persepsi akademisi menunjukan bahwa hanya
beberapa masalah yang disepakati untuk diantisipasi yaitu masalah
kapasitas manajemen daerah; sumber daya manusia; infrastruktur fisik;
UU penyelenggaraan pemerintah daerah; pendapatan daerah;
partisipasi masyarakat; dan agenda politik. Sedangkan masalah yang
berdasarkan persepsi akademisi tidak diprioritaskan ialah masalah
kebijakan fiskal; sektor swasta; penyalahgunaan wewenang;
kelembagaan; perbankan; pembagian wilayah pusat administratif;
partisipasi masyarakat; monitoring dan evaluasi; dan blueprint.
Masalah yang paling penting untuk di antisipasi berdasarkan skala
prioritas adalah sebagai berikut : pertama, kapasitas manajemen daerah;
kedua, sumber daya manusia; ketiga, infrastruktur; keempat, UU
penyelenggaraan pemerintah daerah; kelima, pendapatan daerah; dan
keenam, agenda politik. Dengan demikian berdasarkan persepsi
69
akademisi, kapasitas manajemen daerah menjadi prioritas dalam
mengantisipasi masalah penyelenggaraan desentralisasi di Timor Leste.
Persepsi Pengusaha
Hasil capaian konsensus bersama kelompok Pengusaha dalam
menentukan Potensi Masalah dan antisipasi yang dianggap perlu untuk
menghindari gagalnya implementasi desentralisasi di Timor Leste.
Tabel 5.9. Konsensus Masalah
Daftar Konsesnsus Prioritas
masalah/Isu
Solusi untuk mengantisipasi

1.
Sumber Daya Manusia (SDM);
Kapasitas manajemen daerah
saat ini belum memadai dan minimnya
Kualitas Sumber Daya Manusia yang
tersedia merupakan suatu masalah

yang berdampak pada terhambatnya
pelaksanaan pembangunan daerah di
berbagai sektor.
2.
Infrastruktur Fisik;

Sektor infrastruktur merupakan
masalah yang harus memperoleh
perhatian dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi, minimnya infrastruktur
dasar akan berdampak pada lambatnya
pelaksanaan desentralisasi di berbagai
sektor.
3.
70
tidak tercapainya kesejahteraan 
masyarakat
akibat
minimnya
sumber pendapatan Asli daerah
atau
Kemampuan
keuangan 
daerah yang terbatas.

Identifikasi
kebutuhan
are
kapasitas
yang
perlu
dikembangkan
dan
Pelatihan
terhadap aparat pemerintah (yang
sudah ada) di masing-masing
daerah.
melakukan mapping asesment
untuk mengidentifikasi SDM yang
tersedia di masing-masing daerah
dan melakukan Investment SDM
sesuai area prioritas tiap-tiap
daerah.
percepatan
pembangunan
infrastruktur Fisik dasar
yang
masuk dalam kategori prioritas
pada
tahap
pra
kondisi
pelaksanaan desentralisasi.
Penelitian untuk mengidentifikasi
potensi-potensi rill yang unggul
untuk di kembangkan.
Membangun
strategy
Pembangunan ekonomi daerah
Desentralisasi
fiskal,
dimana
Pemerintah
daerah
diberikan
sumber- sumber keuangan untuk
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan pemerintah daerah.

4.
Kebijakan Fiskal;

Salah satu wujud pelaksanaan
Desentralisasi adalah dengan adanya
otonomi dalam aspek pengelolaan
keuangan daerah yang disebut otonomi
fiskal atau desentralisasi fiskal, dimana
Pemerintah daerah diberikan sumbersumber
keuangan
untuk
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan pemerintah daerah, oleh
karena itu UU yang mengatur tentang
Kemandirian
Desentralisasi
Fiskal
harus jelas hal ini untuk mengantisipasi
pemerintah daerah tergantung pada
dana bantuan pemerintah pusat dan
mendorong pemerintah daerah agar
meLSMptimalisasikan
pengunaan
sumber-sumber keuangan daerah untuk
membiayai
pembangunan ekonomi
pemerintah daerah.
5.
Perbankan;
Perbangkan menjadi salahsatu
isu
utama
dalam
pelaksanaan
desentralisasi,
Peran dan
fungsi
Banksangat penting dan diharapkan
dapat menghidupkan dan memacu
perekonomian
daerah.
sistem
perbankan
yang
buruk
dapat
menghambat proses pembangunan
ekonomi daerah dan berimbas pada
gagalnya desentralisasi .

Dana bantuan daerah dari pusta di
infestasikan pada sektor rill yang
etrategis
terutama
untuk
membangun
pembangunan
ekonomi daerah yang dianggap
potensial berdasarkan strategy
pembangunan ekonomi daerah.
Penetapan UU yang mengatur
Desentralisasi fiskal,
dimana
Pemerintah
daerah
diberikan
sumber- sumber keuangan untuk
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan pemerintah daerah.
Pemerintah
menjamin
dan
mendorong expansi perbankan ke
daerah dengan system perbankan
yang baik melalui pengunaan
teknologi dan system perbankan
modern
untuk
menjalankan
fungsinya sebagai a) Lembaga
keuangan
yang
dapat
meminjamkan uang. b) Lembaga
keuangan yang memberi jasa
pengiriman
uang.
dan
c)
mendukung sirkulasi keuangan
daerah
untuk
mendorong
perekonomian daerah.
71
6.
Wilayah 
Pembagian
Administratif;
Pelaksanaan
desentralisasi
yang dibagi dalam bentuk 13 wilayah,
berpotensi menyebabab Lebih dari
setengah dana
yang seharusnya
digunakan
untuk
peningkatan
penyediaan
layanan
kepada
masyarakat digunakan untuk membiayai
belanja pegawai dan administrasi
pemerintahan.
7.

Sektor swasta:
Pemerintah
daerah
Sulit

mencapai kemandirian ekonomi karena
sektor swasta di daerah sangat rapuh
mengingat terbatasnya Modal usaha, 
minimnya
ketrampilan
dalam
berwirausaha,
kurang
mandiri,
termasuk kondisi
infrastruktur yang
masih terbatas,
berdampak besar
terhadap
perekonomian
daerah
mengingat sektor swasta merupakan
kunci dalam mendorong pertumbuhan
perekonomian daerah.
Pembagian wilayah administratif
dalam bentuk regional, yaitu
Regional satu meliputi wilayah
Barat, Regional dua meliputi
wilayah tengah, regional tiga
meliputi wilayah Timur sedangkan
Oecusse masuk pada Zona
espesial Ekonomi.
Training pemberdayaan tentang
kewirausahaan.
Membentuk
kamar
dagang
municipal
Memberi isentif dalam bentuk
kredit dengan bunga kecil.
Tabel 5.10. Konsensus Prioritas Masalah
Potensi
Masalah
1
2
3
4
5
6
7
72
EEXP
01
6
5
4
5
5
4
6
EEXP
02
6
6
4
6
6
4
5
EEXP
03
6
6
5
6
6
5
6
EEXP0
4
6
6
4
5
6
4
6
EEXP
05
6
5
5
5
5
3
6
EEXP
06
6
6
4
6
6
4
6
Rata
6
6
4
6
6
4
6
Tabel 5.11 Hasil Pengelolaan Data
Potensi
Masalah
Rata
1
2
3
4
5
6
7
Metode Penilaian
1= Tidak berpotensi
2= Potensi rendah
3= Potensi sedang
4= Cukup Berpotensi
5=Berpotensi besar
6=sangat berpotensi
6
6
4
6
6
4
6
Kategori Low Risk
kategori High Risk
Tabel 5.12 Hasil Konsensus Prioritas masalah berdasarkan hasil penggelolaan
Data.
Daftar Konsesnsus
Prioritas masalah/Isu
Solusi untuk mengantisipasi

1.
Sumber
Daya
Manusia (SDM);

Identifikasi kebutuhan are kapasitas yang perlu
dikembangkan dan Pelatihan terhadap aparat
pemerintah (yang sudah ada) di masing-masing
daerah.
melakukan
mapping
asesment
untuk
mengidentifikasi SDM yang tersedia di masingmasing daerah dan melakukan Investment SDM
sesuai area prioritas tiap-tiap daerah.
percepatan pembangunan infrastruktur Fisik
dasar yang masuk dalam kategori prioritas pada
tahap pra kondisi pelaksanaan desentralisasi.
2.
Infrastruktur Fisik;

3.
Kebijakan Fiskal

Penetapan UU yang mengatur Desentralisasi
fiskal, dimana Pemerintah daerah diberikan
sumbersumber
keuangan
untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah.
4.
Perbankan;

Pemerintah menjamin dan mendorong expansi
perbankan ke daerah dengan system perbankan
yang baik melalui pengunaan teknologi dan
system perbankan modern untuk menjalankan
fungsinya sebagai a) Lembaga keuangan yang
dapat meminjamkan uang. b) Lembaga
keuangan yang memberi jasa pengiriman uang.
dan c) mendukung sirkulasi keuangan daerah
untuk mendorong perekonomian daerah.
73
Daftar Konsesnsus
Prioritas masalah/Isu
5. Sektor swasta:
Solusi untuk mengantisipasi



Training
pemberdayaan
tentang
kewirausahaan.
Membentuk kamar dagang municipal
Memberi isentif dalam bentuk kredit dengan
bunga kecil.
Dari hasil konsensus diatas menunjukan Sumber Daya Manusia
(SDM) perlu diperhatikan dalam penyelenggaran desentralisasi.
Menurut Adolnando Amaral (Econom dan sector Swasta) bahwa
kapasitas manajemen yang belum memadai serta minimnya kualitas
SDM dapat menjadi masalah dalam penyeleggaraan desentralisasi di
berbagai daerah. Sehingga, perlu dilakukan identifikasi kebutuhan dan
kapasitas yang perlu dikembangkan melalui pelatihan terhadap
aparatur pemerintah di setiap daerah. Disisi lain, Infrastruktur harus
dikembangkan. Pandangan Lucas menunjukan bahwa masalah yang
harus memperoleh perhatian dalam penyelenggaraan desentralisasi
minimnya infrastruktur penunjang sehingga diperlukan percepatan
pembangunan infrastruktur.
Kebijakan fiskal merupakan bagian yang sangat esensial dalam
pemanfaatan sumber dana pengembangan daerah. Pandangan Estevao
Da Costa Belo (ekonom dan rektor Unpaz) menunjukan bahwa salah
satu wujud pelaksanaan desentralisasi adalah dengan adanya otonomi
dalam aspek pengelolaan keuangan daerah yang disebut otonomi fiskal
atau desentralisasi fiskal, dimana pemerintah daerah diberikan sumber
keuangan untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang menjadi
hak pemerintah daerah. Oleh sebab itu undang-undang yangmengatur
tentang kemandirian desentralisasi fiskal harus jelas sehingga dapat
diantisipasi masalah yang timbul dari pemanfaatan dana untuk
pembangunan. Berdasarkan hal tersebut, penting untuk ditetapkan
undang-undang yang mengatur desentralisasi fiskal dalam
desentralisasi.
Perbankan menjadi salah satu isu utama dalam pelaksanaan
desentralisasi. Pandangan Oscar Lima (Presiden Kamar Dagang Timor
74
Leste) yang menunjukan bahwa peran dan funsi Bank sangat penting
dan diharapkan dapat menghidupkan serta memacu perekonomian
daerah. Sistem perbankan yang buruk dapat menghambat proses
pembangunan ekonomi daerah yang berdampak pada gagalnya
desentralisasi. Oleh sebab itu, pemerintah harus mampu menjamin dan
mendorong serta memperluas perbankan ke daerah dengan sistem
perbankan yang baik, melalui penggunaan teknologi dan sistem
perbankan modern untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga
keuangan yang dapat meminjamkan uang kepada masyarakat untuk
berwirausaha, lembaga keuangan yang memberikan pelayanan jasa
pengiriman atau transaksi, mendukung sirkulasi keuangan daerah.
Disisi lain, pemerintah daerah akan sulit mencapai kemandirian
ekonomi tanpa keterlibatan sektor swasta. Pandangan Rui Gomes
(Ekonom dan Director Organisasi sipil Presiden Repoblik Timor Leste)
menunjukan bahwa minimnya sektor swasta di daerah disebabkan oleh
terbatasnya akses terhaadap modal usaha oleh sebab itu perlu
dilakukan pelatihan tentang kewirausahaan, menyediakan pasar serta
meminjamkan modal untuk memulai, mengembangkan dan
mempertahankan usaha demi pertumbuhan ekonomi daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pengelolaan keuangan
daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi harus diperhatikan.
Pandangan Fernando Baptista Anuno (Econom dan Dekan Fakultas
Ekonomi)menunjukan bahwa tidak tercapainya kesejahteraan
masyrakat juga diakibatkan oleh minimnya PAD dan terbatasnya
kemampuan pengelolaan keuangan daerah. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi potensi rill yang dapat
dikembangkan, merancang strategi pembangunan ekonomi daerah,
desentralisasi fiskal yang memungkinkan pemerintah daerah diberikan
sumber keuangan untuk meLSMptimalkan urusan pemerintahan di
daerah, memperoleh dana bantuan dari pusat yang diinvestasikan pada
sektor rill terutama untuk meningkatkan perekonomian daerah.
Secara umum, persepsi pengusaha menunjukan bahwa hanya
beberapa masalah yang disepakati untuk diantisipasi yaitu masalah
sumber daya manusia; infrastruktur fisik; kebijakan fiskal; perbankan;
75
dan sektor swasta. Sedangkan masalah yang berdasarkan persepsi
pengusaha tidak diprioritaskan ialah masalah kapasitas manajemen
daerah; UU penyelenggaraan pemerintah daerah; pendapatan daerah;
agenda politik; penyalahgunaan wewenang; kelembagaan; pembagian
wilayah pusat administratif; partisipasi masyarakat; monitoring dan
evaluasi; dan blueprint. Masalah yang paling penting untuk di
antisipasi berdasarkan skala prioritas adalah sebagai berikut : pertama,
sumber daya manusia; kedua, infrastruktur; ketiga, kebijakan fiskal;
keempat, perbankan; kelima, sektor swasta. Dengan demikian
berdasarkan persepsi pengusaha, sumber daya manusia menjadi
prioritas dalam mengantisipasi masalah penyelenggaraan desentralisasi
di Timor Leste.
Persepsi Aktor Organisasi Kemasyarakatan (LSM)
Proses penjaringan Presepsi LSM dilakukan mengunakan
metode Fokus Group Diskusi, Mula-mula Peneliti menyebarkan
Kuesioner kepada kelompok LSM kemudian hasil kuesioner tersebut
dirangkum dan dijadikan bahan FGD. Tahap selanjutnya pada hari
pelaksanaan FGD Peneliti mempersentasikan hasil rangkuman
kemudian anggota kelompok diberi waktu untuk mendiskusikan dan
menentukan isu mana yang perlu dibahas dan isu mana yang perlu di
eliminasi. pada tahap selanjutnya dalam proses FGD adalah
kesepakatan dalam mencapai konsensus tentang identifikasi isu mana
yang menjadi prioritas berdasarkan urutan. proses tersebut berjalan
dalam diskusi dan tidak mengunakan teknik pemberian bobot nilai
karena tidak ada intervensi dari anggota lain dan proses tersebut
berjalan tampa ada perdebatan berarti karena konsensus dihasilkan
melalui persetujuan bersama.
76
Tabel 5.13 Hasil Konsensus FGD LSM
Daftar Masalah atau Isu
1. Infrastruktur;
Solusi untuk antisipasi

percepatan
pembangunan
infrastruktur fisik dasar yang masuk
dalam kategori prioritas pada tahap
pra
kondisi
pelaksanaan
desentralisasi.

Mendorong pemerintah daerah utuk
menerapkan
system
Good
governance,
Melakukan pemberdayaan kepada
masyarakat dan memberi ruang yang
besar bagi partisipasi LSM dan
media untuk ikut meLSMntrol
jalannya pemerintahan derah.
Pembagian wilayah administratif
dalam
bentuk
regional,
yaitu
Regional satu meliputi wilayah Barat,
Regional dua meliputi wilayah
tengah,
regional
tiga
meliputi
wilayah Timur sedangkan Oecusse
masuk pada Zona espesial Ekonomi.
Sektor infrastruktur merupakan
masalah
yang
harus
memperoleh
perhatian dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi, minimnya infrastruktur
dasar akan berdampak pada lambatnya
pelaksanaan desentralisasi di berbagai
sektor.
2. Penyalagunaan wewenang;
Potensi
besarnya
pengaruh
politik dimana hal tersebut menyebabkan

hal-hal teknis dalam pembangunan
diabaikan sehingah tujuan pembangunan
terhambat dan munculnya KKN (isu ini
sangat dominan saat ini)
3. Pembagian Wilayah Administratif;

Pelaksanaan
desentralisasi
yang dibagi dalam bentuk 13 wilayah,
berpotensi menyebabab Lebih dari
setengah dana
yang seharusnya
digunakan untuk peningkatan penyediaan
layanan kepada masyarakat digunakan
untuk membiayai belanja pegawai dan
administrasi pemerintahan.
4. Kelembagaan;

Sumberdaya
Aparatur

pemerintah
yang minim,
sifat
ketergantungan
tinggi
terhadap
pemerintah pusat, kterbatasan Sarana
dan prasarana,
penetapan system
birokrasi
dan pelaksanaan standar
pelayanan minimum yang belum tertata 
baik hal ini akan berdampak pada
redahnya kualitas layanan publik dan 
hubungan kerja antar lembaga, termasuk
antara Pemerintah Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, masyarakat,
dan organisasi non pemerintah.
Penataan kelembagaan yang baik,
efisien dan efektif
Mengadopsi e-Goverment untuk
meningkatkan
efisiensi: ICT
membantu meningkatkan efisiensi
tugas pemrosesan massal dan
operasi administrasi publik.
Pengembangan Kapasitas aparatur
pemerintah daerah
Membangun infrastruktur sarana
prasarana untuk menfasilitasi kinerja
lembaga pemerintahan daerah.
77
Daftar Masalah atau Isu
5. Kapasitas manajemen daerah;
Solusi untuk antisipasi

Kapasitas Daerah yang belum
memadai karena Masih terbatasnya
kapasitas aparatur pemerintah daerah

6. Potensi
minimnya
Masyarakat;
Partisipasi 
Potensi
gagalnya
mencapai

tujuan desentralisasi akibat Banyak
program pemerintah yang meleset dan
tidak merespon kebutuhan masyarakat
akibat minimnya partisipasi masyarakat
karena dampak dari minimnya sosialisasi
pemerintah kepada msayarakat dan
minimnya
pemberdayaan
kepada
masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif
termasuk lemahnya LSM dan Media local.
7. Agenda Politik;
Potensi gagalnya desentralisasi
akibat banyak program pemerintah yang
meleset karena elit politik mengabaikan
agenda pembangunan yang sebenarnya
dan justru mengutamakan agenda politik
atau kepentingan pribadi/kelompok yang
penuh dengan KKN.



8. Monitoring dan Evaluasi;

Tidak adanya asesment dan
evaluasi terhadap beberapa program
ujicoba desentralisasi, antaralin seperti

program
PDD, PDL dan ADN akan
78
Pelatihan kepada aparatur melalui;
a) kapacity building need assesemnt;
b) design cepacity building plan; c)
Strategy pengembangan kapasitas
kepada aparatur pemerintah; dan d)
program pelatihan dan evaluasi.
Lakukan
pemantauan
terhadap
kinerja pemerintah daerah, sediakan
bantuan teknis untuk mendukung
pemerintahan daerah
Melakukan
penyuluhan
dan
empower comunity agar masyarakat
bisa berpartisipasi aktif
memberi ruang kepada LSM dan
LSM agar ikut berpartisipasi aktif
sebagai social control.
Penerapan good govrnance meliputi;
a) Penerapan prinsip transparansi
dan akuntabilitas dalam pengambilan
keputusan; b) Penegakan disiplin
dan pembangunan kultur birokrasi
yang berbasis etika; c) Penerapan
asas profesionalisme yang berbasis
kompetensi dan integritas dalam
rekrutmen dan promosi;
d)
Pemberian imbalan yang sesuai
kinerja dan kontribusi masing-masing
organisasi dan personil yang bekerja
dilingkungan pemerintahan.
Lakukan
pemantauan
terhadap
kinerja pemerintah daerah, berikan
insentif bagi kinerja yang bagus dan
sediakan bantuan teknis untuk
daerah yang tertinggal.
membangun system Monitoring dan
evaluasi
yang
komprehensif
terhadap semua program ujicoba
terkait desentralisasi.
Laporan hasil evaluasi programprogram
ujicoba
terkait
Daftar Masalah atau Isu
Solusi untuk antisipasi
berdampak pada potensi munculnya
banyak hambatan dan masalah untuk
membangun
strategy
pelaksanaan
desentralisasi yang baik, efektif dan
efesien kedepannya.
9. Blueprint;
Dengan
tidak
adanya
Blueprint sebagai
arahan kerangka
terperinci pelaksanaan desentralisasi dan
sebagai
landasan
pelaksanaan
desentralisasi
menyebabkan sulitnya
memahami arah persiapan pelaksanaan
desentralisasi, Tujuan yang ingin dicapai,
waktu pelaksanaan, cara pengendalian
dll. hal ini berpotensi terhadap lemahnya
persiapan yang dilakukan dan berdampak
pada
penundaan
atau
kegagalan
pelaksanaan desentralisasi yang berujung
pada mahalnya biaya untuk melakukan
pengendalian.
desentralisasi.

Menyusun
Blueprint sebagai
landasan pelaksanaan desentralisasi
dengan
Penetapan tujuan dan
sasaran,
strategi
Pelaksanaan
program
dan
fokus
kegiatan,
Langkah-langkah atau implementasi
yang harus dilaksanakan.
Berikut adalah beberapa kesepakatan antara para aktor terkait
dengan persiapan penyelenggaran desentralisasi administratif dan
pemerintahan daerah di Timor Leste. Pandangan Saturnino Amaral
menunjukan bahwa infrastruktur menjadi prioritas pertama dalam
mengantisipasi masalah yang timbul akibat desentralisasi. Menurutnya,
infrastruktur yang minim akan berdampak pada terhambatnya
penyelenggaraan desentralisasi sehingga perlu dilakukan percepatan
pembangunan infrastruktur fisik dasar. Selain itu, Dinora juga
berpendapat bahwa penyalahgunaan wewenang menjadi prioritas ke
dua karena memiliki kaitannya dengan politik juga memiliki pengaruh
yang signifikan dalam pembangunan terkait dengan adanya tindak
korup dari pemangku kepentingan. Oleh sebab itu, pemerintah
diharapkan dapat menerapkan sistem tatakelola yang baik serta
melakukan pemberdayaan masayarakat untuk meLSMntrol jalannya
pemerintahan.
79
Pembagian wilayah pusat administratif menjadi penting untuk
diantisipasi dalam proses penyelenggaraan desentralisasi. Pandangan
Hugo Fernades(Director For Public Policy and
institucional
estrangtening The Asia Foundation) menunjukan bahwa pelaksanaan
desentralisasi yang dibagi dalam bentuk 13 wilayahmunicipal,
berpotensi menyebabkan lebih dari setengah dana yang seharusnya
digunakan untuk peningkatan penyediaan layanan kepada masyarakat,
dialihkan untuk membiayai gaji pegawai dan administrasi
pemerintahan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pembagian wilayah
administratif dalam bentuk regional satu meliputi wilayah barat,
regional dua meliputi wilayah tengah, regional tiga meliputi wilayah
timur sedangkan Oecusse masuk pada wilayah ekonomi khusus. Selain
itu, pandangan Jenilto Neves (Directu LSM Asociasaun Mane Kontra
Violensia) menunjukan bahwa kelembagaan juga menjadi penting
untuk dioptimalkan, sehingga perlu ditatakelola struktur dan fungsi
lembaga yang baik, efisien dan efektir dengan mengadopsi sistem
pemerintahan yang memadai. Disisi lain, pandangan Adilson Da Costa
(Peneiti di LSM Lao Hamutuk) menunjukan bahwa kapasitas
manajemen daerah masih perlu ditingkatkan melalui berbagai program
pengendalian dan pelatihan kepada aparatur pemerintah daerah
sehingga mampu mendukung penyelenggaraan desentralisasi.
Partisipasi masyarakat dalam desentralisasi perlu ditingkatkan
sehingga mendukung penyelenggaraan desentralisasi. Pandangan
Estefanus Koli (Kordinator LSM Mata Dalan Ba Instituto) menunjukan
bahwa melalui adanya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
desentraliasi, fungsi pemerintahan dapat diawasi secara langsung oleh
masyarakat karena sasaran pembangunan yang mampu menjawab
kebutuhan masyarakat, serta memberikan peluang kepada komunitas
atau organisasi berupa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
menjalankan fungsinya sebagai pengendali sosial di Timor Leste. Selain
itu,pandangan Arsenio Prreira da Silva (Direktur Forum LSM Timor
Leste) mengingatkan kembali tentang dampak dari politik terhadap
penyelenggaraan desentralisasi, sehingga perlu dilakukan monitoring
dan evaluasi. Tidak hanya penilaian dan evaluasi terhadap program
ujicoba desentralisasi seperti program PDD, PDL dan ADN melainkan
80
dapat menjadi strategi yang baik, efektif dan efisien. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pengendalian penuh terhadap semua program uji coba
desentralisasi di Timor Leste. Selain itu, Blueprint menjadi sangat
penting. Tidak adanya blueprint sebagai arah pembangunan atau
kerangka pelaksanaan desentralisasi yang jelas maka sulit untuk
mencapai tujuan desentralisasi. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan
progam dan fokus kegiatan berdasarkan kerangka yang jelas untuk
diimplementasikan,
terutama
pada
proses
penyelenggaraan
desentralisasi.
Secara umum, persepsi aktor organisasi kemasyarakat
menunjukan bahwa hanya beberapa masalah yang disepakati untuk
diantisipasi yaitu masalah sumber daya manusia; infrastruktur fisik;
penyalahgunaan wewenang; kelembagaan; pembagian wilayah
administratif; partisipasi masyarakat; agenda politik; monitoring dan
evaluasi; blueprint. Sedangkan masalah yang berdasarkan persepsi
aktor organisasi kemasyarakatan tidak diprioritaskan ialah masalah
kapasitas manajemen daerah; UU penyelenggaraan pemerintah daerah;
pendapatan daerah; agenda politik; kebijakan fiskal; perbankan; sektor
swasta. Berdasarkan hasil konsensus persepsi para aktor organisasi
kemasyarakatan ditemukan bahwa semua masalah yang dibahas
bersifat esensial dan penting untuk diantisipasi tanpa harus
menggunakan skala prioritas.
Hasil Prioritas Potensi Masalah berdasarkan Perbandingan
Presepsi Birokrat, Akademisi, Pengusaha dan LSM
Untuk mengetahui presepsi isu atau masalah yang menjadi
prioritas dari ke 4 kelompok narasumber atau pakar, maka selanjutnya
peneliti melakukan perbandingan hasil konsensus prioritas presepsi
masalah termasuk bobot nilai dari ke empat actor yang telah diuraikan
diatas yakni Birokrat, Akademik, Pengusaha dan LSM. hasil dari
perbandingan konsensus tersebut diukur berdasarkan nilai atau bobot
yang diberikan oleh masing-masing kelompok.
81
Tabel 5.14 Hasil Perbandingan berdasarkan prioritas dari empat kelompok
Narasumber/aktor
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Isue
Sumber Daya Manusia (SDM)
dan Kapasitas Manajemen
daerah
Infrastruktur Fisik
Penyalagunaan wewenang;
UU
Penyelengaraan
pemerintah daerah;
Sektor swasta:
Kelembagaan;
Pendapatan Daerah
Sektor swasta:
Potensi minimnya Partisipasi
masyarakat
Agenda Politik terselubung
Kebijakan Fiskal
Perbankan;
Pembagian
Wilayah
Administratif;
Monitoring dan Evaluasi;
Blueprint;
Birokrasi
Nilai
AkaPeng
demisi usaha LSM
6
6
6
6
24
6
6
6
-
6
-
6
6
24
12
6
5
6
-
6
5
-
6
6
-
12
5
12
5
6
-
5
5
-
6
6
6
6
-
11
11
6
6
-
-
-
6
6
6
6
6
6
Total
Nilai
Dilihat dari bobot nilai berdasarkan hasil Tabel 5.14 diatas,
dapat diketahui bahwa birokrat, akademisi, pengusaha dan LSM
sepakat mengangkat isu Sumberdaya Manusia dan Infrastruktur sebagai
masalah yang berpotensi besar dalam menghambat jalannya
desentralisasi. selanjutnya hasil analisis diatas dapat dilihat pula bahwa
terdapat masalah prioritas kedua yang juga memiliki potensi sebagai
penghambat pelaksanaan desentralisasi yang dalam hal ini perlu
mendapat perhatian guna melakukan antisipasi yaitu isu UU
Penyelenggaraan Desentralisasi Pemerintah daerah yang belum
disahkan, kelembagaan yang masih rapuh, Potensi Minimnya
Partisipasi masyarakat dan agenda politik terseblubung oleh elit politik
lokal.
82
Tabel 5.15 Prioritas Masalah Utama berdasarkan Hasil Perbandingan
konsensus dilihat dari nilai/bobot.
No
1
2
Isue
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
dan
Kapasitas
Manajemen daerah
Infrastruktur Fisik
Birokrasi
Nilai
Akade Pengumisi
saha
LSM
6
6
6
6
6
6
Total
Nilai
24
24
6
6
Tabel 5.16 Prioritas Masalah kedua berdasarkan Hasil Perbandingan
konsensus dilihat dari nilai/bobot.
Birokrasi
Nilai
Akade Pengu
misi
saha
LSM
Penyalagunaan wewenang;
UU Penyelengaraan pemerintah daerah;
6
-
-
6
12
6
6
-
-
12
Kelembagaan;
Potensi minimnya Partisipasi
masyarakat
6
-
-
6
12
-
5
-
6
11
Agenda Politik terselubung
-
5
-
6
11
No
3
4
6
9
10
Isue
Total
Nilai
Kesimpulan
Hasil penjaringan persepsi para aktor yakni birokrat,
akademisi, pengusaha/ekonom dan organisasi kemasyarakatan
ditemukan bahwa terdapat dua presepsi masalah yang menjadi prioritas
dalam mengantisipasi masalah penyelenggaraan desentralisasi di Timor
Leste. Prioritas tersebut adalah; pertama, Sumberdaya Manusia.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan pilar utama sekaligus
penggerak roda dalam mewujudkan pelaksanaan desentralisasi di
Timor Leste sebagai upaya mewujudkan tujuan pembangunan.
kelompok birokrat, Akademisi pengusaha dan LSM berpersepsi bahwa
ketersediaan SDM dilihat dari segi kuantitas dan kualitas masih
terbatas untuk menduduki posisi-posisi strategis yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan desentralisasi, selain itu kapasitas pemerintah
83
daerah yang masih minim akan sangat berpengaruh terhadap
implementasi kebijakan manajemen daerah sehinga berdampak pada
kinerja daerah dan akhirnya berpengaruh terhadap lambatnya
pelaksanaan pembangunan di daerah dalam penyelenggaraan
desentralisasi, selain itu isu tingginya jumlah penduduk ke kota
(urbanisasi)1 berdampak pada menumpuknya SDM di Pusat sementara
daerah Municipal mengalami kekurangan SDM yang diperlukan guna
menduduki posisi-posisi teknis yang strategis dalam pelaksanaan
desentralisasi kedepannya. Dengan demikian untuk mengatasi
permasalahan diatas, kelompok birokrat, Akademsi dan swasta
merekomendasikan perlunya dilakukan pemetaan (mapping) di
masing-masing municipal untuk mengedentifikasi SDM yang tersedia
dan melakukan investasi SDM sesuai area prioritas masing-masing
daerah otonom, Identifikasi celah "gaps" terkait kebutuhan kapasitas
daerah yang perlu dikembangkan dan memberikan pelatihan
peningkatan kapasitas berdasarkan area-area prioritas yang ditetpkan
oleh pemerintah daerah, selain itu pengendalian urbanisasi melalui
pembukaan lapangan kerja dan memperbaiki infrastruktur dasar di
tingkat Municipal dapat menekan angka urbanisasi dan berpotensi
mendorong masyarakat yang bermukim di kota kembali ke daerah asal
masing-masing.
Kedua, Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah
satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan. Sarana dan
prasarana fisik, atau sering disebut dengan infrastuktur, merupakan
bagian yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat.
Berbagai fasilitas fisik merupakan hal yang esensial guna
mendukung pelaksanaan desentralisasi. Kelompok birokrat, Akademisi
pengusaha dan LSM berpresepsi bahwa minimnya infrastruktur dasar
di berbagai daerah berpotensi terhadap gagalnya pelaksanaan
desentralisasi karena pemerintahan daerah tidak dikondisikan pada
persiapan yang baik dan justru akan dihadapkan pada banyak
permasalahan pada masa pelaksanaan desentralisasi. lemahnya
1
Urbanisasi; Perpindahan penduduk dari desa ke kota.
84
infrastruktur daerah akan menghambat sistem pelayanan kepada
masyarakat dan menghambat pembangunan ekonomi hal ini memiliki
potensi besar terhadap lambatnya pembangunan daerah diberbagai
sektor yang berpotensi mendorong desentralisasi justru masuk ke arah
yang berlawanan dengantujuannya. Untuk merespon isu-isu diatas
maka kelompok kelompok birokrat, Akademisi pengusaha dan LSM
berpresepsi merekomendasikan percepatan pembangunan infrastrutur
fisik dasar yang masuk dalam kategori prioritas oleh masing-masing
daerah otonom pada masa pra kondisi.
85
Download