Chapter II - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
Dalam landasan teoritis akan dibahas lebih lanjut mengenai Sistem
Kepegawaian dan Sistem Penggajian. Penjabaran teori yang melandasi penelitian
ini dengan tambahan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan
selama pelaksanaan penelitian.
2.2. Pengertian Pemeriksaan
Board of Directors IIA (2009) memberikan definisi baru audit internal
sebagai berikut :
Audit Internal adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif dan
konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan
meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi
mencapai tujuannya dengan menetapkan pendekatan yang sistematis
dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
proses pengelolaan resiko, kecukupan pengendalian dan pengelolaan
organisasi.
Sebagai ilmu pengetahuan, definisi auditing sendiri telah dirumuskan
oleh beberapa ahli diantaranya menurut Arens, et al (2008:4) yang diterjemahkan
oleh Gina Gania, yaitu “auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang
informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi
itu dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang
yang kompeten dan independen.”
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pengertian auditing menurut Ely dan Siti (2010 : 14)
menyatakan bahwa : “auditing adalah proses yang sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian
antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing
harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.”
Agoes (2004) mendefinisikan pemeriksaan (auditing) sebagai suatu
pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independent, terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk
dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Arens (2003) mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan
dan pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu
entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk
dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Boynton et.al (2002) mendefinisikan pemeriksaan (auditing) sebagai
suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Jenis Audit
Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens, Amin Abadi Jusuf
dalam buku jasa audit dan assurance (2011 : 16) yang telah diterjemahkan oleh
Desi Fitriani, mengemukakan tiga jenis audit, yaitu audit laporan keuangan , audit
operasional, dan audit kepatuhan.
2.3.1. Audit Laporan Keuangan
Menurut William C. Boynton, Raymon N Johnson dan Walter G. Kell
yang diterjemahkan oleh Budi S. I (2003 : 7) audit laporan keuangan mencakup
perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti atas laporan keuangan entitas yang
menjadi dasar untuk menyatakan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Menurut Yusuf (2001 : 6) menyatakan audit atas laporan keuangan
adalah salah satu bentuk jasa astestasi yang dilakukan auditor. Dalam pemberian
jasa ini, auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi peryataan pendapat
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip yang
berlaku umum.
Menurut Boynton dan Kell (2003)
Tujuan dari audit biasa atas laporan keuangan oleh auditor independen
adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Langkahlangkah untuk mengembangkan tujuan audit :
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
Universitas Sumatera Utara
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan
pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan
pengungkapan
Dalam PSA no. 02 (IAI, 2001 : 110.1) dinyatakan bahwa :
Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen
adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal
yang material, posisi keuangan hasil usaha, dan arus kas yang sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan auditor
merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau
apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan
pendapat, ia harus menyatakan telah dilaksanakan berdasarkan standar
auditing yang telah ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia.
Menurut Mulyadi (2002) di dalam laporan keuangan dapat terjadi
kemungkinan adanya “information risk”, resiko ini menunjukkan kemungkinan
informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan usaha tidak tepat.
Resiko informasi tersebut disebabkan karena adanya kemungkinan tidak
akuratnya laporan keuangan organisasi yang bersangkutan.
Menurut Mulyadi (2002) dalam bukunya :
Kondisi masyarakat yang kompleks menjadi penyebab terdapat
kemungkinan pengambil keputusan memperoleh informasi yang tidak
dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan. Penyebab information
risk tersebut adalah :
a. Jauhnya sumber informasi
Informasi yang diperoleh pengambil keputusan sulit didapatkan
secara langsung dari partner usaha, biasanya diperoleh dari pihak
lain, hal ini akan menimbulkan ketidaktepatan informasi.
Keterbatasan akses terhadap data akuntansi bagi pemakai laporan
keuangan meliputi kendala waktu, ketelitian dan tenaga. Pemakai
laporan keuangan kemudian lebih mempercayakan kepada pihak
auditor independen untuk memeriksa laporan keuangan.
b. Motif penyedia informasi
Adanya motif tertentu pihak penyedia informasi yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan dari penyajian informasinya.
Penyebab dari hal ini adalah karena adanya kepercayaan yang
sangat tinggi mengenai harapan masa depan dan juga karena
adanya unsur kesengajaan memberi kesan baik kepada pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
Hal tersebut menjadikan informasi tidak benar, ketidakteraturan ini
dapat berupa mark-up angka, dan penjelasan tidak memadai.
c. Banyaknya data
Luasnya usaha organisasi membuat semakin kompleks dan
banyaknya transaksi usaha. Jika setiap departemen yang ada dalam
organisasi tersebut tidak memiliki prosedur yang tepat dalam
menjalankan usahanya, kemungkinan kesalahan baik kecil maupun
besar tidak dapat terdeteksi, sehingga menyebabkan menumpuknya
kesalahan yang akan berefek pada ketidaktepatan pencatatan
informasi dalam pembukuan. Hal ini akan membuat
ketidakakuratan laporan keuangan.
d. Kompleksitas transaksi
Perkembangan perusahaan yang pesat membuat transaksi keuangan
semakin kompleks, dan semakin sulit untuk dicatat dengan baik.
Peraturan akuntansi yang bersinggungan dengan entitas lain
membuat masalah menjadi penting dan sulit. Penyajian laporan
keuangan yang semakin kompleks karena dunia bisnis yang selalu
berkembang pesat mengakibatkan semakin tingginya resiko
kesalahan interprestasi dan penyajian laporan keuangan. Masalah
ini tentunya akan mempengaruhi pemakai laporan keuangan yang
semakin sulit dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan. Oleh
karena itu audit laporan keuangan diperlukan untuk memastikan
kualitas laporan keuangan yang telah dibuat manajemen.
e. Perbedaan kepentingan
Manajemen akan berusaha agar laporan keuangan memperlihatkan
kinerja yang baik, dengan meningkatkan laba dengan mengubah
perlakuan akuntansi. Para pemakai laporan keuangan memiliki
kepentingan lain yang berbeda dengan manajemen, dimana
pemegang saham mengharapkan deviden besar, tapi kreditur lebih
senang jika tidak ada pembagian deviden. Sehingga dibutuhkan
kepastian laporan keuangan yang bebas dari konflik kepentingan.
Laporan keuangan perlu di audit untuk menentukan kewajaran
laporan keuangan. Audit laporan keuangan diperlukan unuk
meningkatkan keyakinan pemakai laporan keuangan.
2.3.2. Audit Operasional
Menurut William P. Leonard (2002) Audit operasional sebagai suatu
pengujian yang menyeluruh dan konstruktif dari struktur organisasi suatu
perusahaan, lembaga atau cabang dari pemerintah atau setiap komponen dari
padanya, seperti suatu divisi atau departemen, dan rencana dan tujuannya, alat
operasionalnya, dan utilisasi manusia dan fasilitas fisik.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tunggal, A. W. (2008), audit operasional merupakan audit
atas operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen untuk menilai
ekonomi, efisiensi, dan efektifitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas hanya
pada keinginan manajemen.
Disamping itu dalam bukunya, Boynton, Johnson & Kell yang
diterjemahkan oleh Rajoe, P. A, Gania, G, & Budi, I. S. (2003 : 498) menyatakan
“audit operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektifitas,
efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian
manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi
tersebut beserta rekomendasi perbaikan.
Menurut Amir Abadi Yusuf (2006 : 4) dalam bukunya Auditing
Pendekatan Terpadu, menyatakan bahwa audit kepatuhan merupakan penelaahan
atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi dari suatu organisasi untuk
menilai efisiensi dan efektifitasnya.
Menurut Amin Wijaya Tunggal (2001), meskipun terdapat beberapa
perbedaan dari definisi audit operasional, dapat disimpulkan bahwa audit
operasional merupakan:
1. Proses yang sistematis
Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional juga
mencakup serangkaian langkah atau prosedur yang terstruktur dan
terorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat,
mendapatkan dana secara objektif serta menilai bukti yang
berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.
2. Menilai operasi organisasi
Penilaian operasi organisasi didasarkan pada suatu kriteria yang
ditetapkan atau yang disetujui. Dalam audit operasional, kriteria
sering dinyatakan dalam standar kinerja (performance standards)
yang ditetapkan oleh manajemen. Namun dalam beberapa hal,
standar-standar ini mungkin juga ditetapkan oleh industri. Kriteria
penilaian organisasi ini sering kali kurang jelas didefinisikan
dibandingkan kriteria yang digunakan dalam audit laporan
keuangan.
Pemeriksaan
operasional
mengukur
tingkat
Universitas Sumatera Utara
korespondensi antara kinerja aktual dengan kriteria penilaian yang
telah ditetapkan.
3. Efektifitas, efisiensi dan ekonomi operasi
Tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen
organisasi yang diaudit untuk dapat memperbaiki efektivitas,
efisiensi dan ekonomi operasi organisasinya. Ini berarti bahwa
audit operasional memfokuskan pada masa yang akan datang dan
hal ini berlawanan langsung dengan audit laporan keuangan yang
mempunyai fokus historis.
4. Melaporkan kepada orang yang tepat
Penerima laporan audit operasional yang tepat adalah manajemen
atau individual yang meminta diadakannya audit, kecuali kalau
pelaksanaan audit tersebut diminta oleh pihak ketiga, dan
pembagian laporan dilakukan tetap dalam entitas bersangkutan.
Dalam kebanyakan hal, dewan komisaris atau panitia audit
menerima salinan laporan audit operasional.
5. Rekomendasi atau perbaikan
Tidak seperti audit laporan keuangan, suatu audit operasional tidak
berakhir sampai dengan pelaporan hasil temuan audit, melainkan
diperluas untuk dibuatkannya rekomendasi-rekomendasi yang
bertujuan untuk perbaikan manajemen organisasi yang diaudit.
Mulyadi (2002 : 32) menyatakan tujuan audit operasional adalah
untuk :
1. Mengevaluasi kinerja
2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Karena luasnya ruang lingkup pelaksanaan evaluasi terhadap
keefektifan operasional adalah tidak mungkin untuk menentukan ciri-ciri
pelaksanaan audit operasional secara pasti.
Menurut Agoes (2004), tujuan dilakukannya audit operasional adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menilai kinerja manajemen dan berbagai fungsi dalam
perusahaan.
2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya yang dimiliki
perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh manajemen puncak.
4. Memastikan ketaatan kebijakan manajerial yang telah ditetapkan,
rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.
5. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk
menentukan tindakan preventif yang akan diambil.
6. Untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada manajemen
puncak untuk memperbaiki kelemahan yang terdapat dalam
penerapan struktur pengendalian intern, sistem pengendalian
manajemen dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka
meningkatkan efisiensi dari kegiatan operasional perusahaan.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya audit
operasional menurut Tunggal (2000 : 14) adalah :
1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk
pengambilan keputusan.
2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporanlaporan dan pengendalian.
3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang
ditetapkan, rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan
pemerintah.
4. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk
menentukan tindakan preventif yang akan diambil.
5. Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya
termasuk memperkecil pemborosan.
6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan
yang telah ditetapkan.
7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase
operasi perusahaan.
Menurut Guy dkk, (2003 : 421) audit operasional biasanya dirancang
untuk memenuhi satu atau lebih tujuan berikut :
1. Menilai Kinerja. Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja
organisasi yang ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan
membandingkan kegiatan organisasi dengan tujuan, seperti
kebijakan, standar, dan sasaran organisasi yang ditetapkan
manajemen atau pihak yang menugaskan, serta dengan kriteria
penilaian lain yang sesuai.
2. Mengidentifikasi Peluang Perbaikan. Peningkatan efektivitas,
efisiensi, dan ekonomi merupakan kategori yang luas dari
pengklasifikasian sebagian besar perbaikan. Auditor dapat
mengidentifikasi
peluang
perbaikan
tertentu
dengan
Universitas Sumatera Utara
mewawancari individu (apakah dari dalam atau dari luar
organisasi), mengobservasi operasi, menelaah laporan masa lalu
atau masa berjalan, mempelajari transaksi, membandingkan dengan
standar industri, menggunakan mertimbangan profesional
berdasarkan pengalaman, atau menggunakan sarana dan cara lain
yang sesuai.
3. Mengembangkan Rekomendasi untuk Perbaikan atau Tindakan
Lebih Lanjut. Sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara
beragam selama pelaksanaan audit operasional.
Audit operasional dikenal sebagai audit yang berkonsentrasi pada
efektivitas dan efisiensi organisasi. Efektivitas mengukur seberapa berhasil suatu
organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Efisiensi mengukur seberapa baik
suatu entitas menggunakan sumberdayanya dalam mencapai tujuannya.
Menurut Guy dkk, (2003 : 421-424) struktur umum dari audit
operasional adalah proses lima tahap, yaitu :
1. Pengenalan
Sebelum memulai suatu audit operasional, auditor (atau konsultan)
terlebih dahulu harus mengenali kegiatan atau fungsi yang sedang
di audit. Untuk melaksanakan hal ini, auditor menelaah latar
belakang informasi, tujuan, struktur organisasi, dan pengendalian
kegiatan atau fungsi yang sedang di audit, serta menentukan
hubungannya dengan entitas secara keseluruhan.
2. Survei
Selama tahap survei dari audit operasional, yang lebih dikenal
sebagai survei pendahuluan (preliminary survey), auditor harus
berusaha untuk mengidentifikasi bidang masalah dan bidang
penting yang menjadi kunci keberhasilan kegiatan atau fungsi yang
sedang di audit.
3. Pengembangan Program
Pada awalnya auditor menyusun program pekerjaan, berdasarkan
tujuan audit, yang merinci pengujian dan analisis yang harus
dilaksanakan atas bidang-bidang yang dianggap "penting" dari
hasil survei pendahuluan. Disamping itu, auditor juga
menjadwalkan kegiatan kerja, menugaskan personel yang sesuai,
menentukan keterlibatan personel lainnya dalam penugasan, serta
menelaah kertas kerja audit.
4. Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan audit merupakan tahap utama dari audit operasional.
Auditor melaksanakan prosedur audit yang telah ditentukan dalam
Universitas Sumatera Utara
program audit untuk mengumpulkan bukti-bukti, melakukan
analisis, menarik kesimpulan, dan mengembangkan rekomendasi.
Selama melakukan pekerjaan lapangan, auditor harus
menyelesaikan setiap langkah audit yang spesifik dan mencapai
tujuan audit secara keseluruhan untuk mengukur efektivitas,
efisiensi, dan ekonomisasi.
5. Pelaporan
Tahap pelaporan merupakan tahap yang penting bagi keberhasilan
keseluruhan audit operasional yang dilakukan. Laporan audit
operasional pada umumnya mengandung dua unsur utama, yaitu
tujuan penugasan, ruang lingkup, dan pendekatan, serta temuantemuan khusus dan rekomendasi.
Masalah-masalah yang dapat diungkapkan melalui audit operasional
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan dalam perencanaan seperti kurang atau tidak adanya
rencana standar, kebijakan dan prosedur yang baik dalam ruang
lingkup fungsional maupun operasional kegiatan perusahaan
2. Lemahnya struktur organisasi dan pola penempatan personil
3. Kelemahan dalam pengelolaan bahan dan fasilitas
4. Sistem pengawasan manajemen tidak efektif
5. Prosedur administrasi intern yang buruk
Menurut Effendi, Antonius (2004) dalam bukunya peranan Audit
Operasional dalam Menunjang Efektifitas Penjualan, tumbuhnya rasa tidak puas
dan adanya tuntutan yang meningkat terhadap akuntabilitas manajemen dari
perusahaan publik mengakibatkan perlunya mempertimbangkan kemungkinan
audit kinerja sebagai sebuah mandatori
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Audit Kepatuhan
Menurut Mulyadi (2002) Audit ini bertujuan untuk menentukan
apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang
tertentu . Kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari
sumber-sumber yang berbeda.
Menurut Abdul Halim (2003 : 5-7) Audit kepatuhan adalah
pengevaluasian yang dilakukan untuk menentukan apakah kegiatan finansial
maupun operasi tertentu telah sesuai dengan aturan, regulasi dan kebijakan yang
telah ditetapkan perusahaan.
Menurut Amir Abadi Yusuf (2006 : 4) dalam bukunya “Auditing
Pendekatan
Terpadu”,
menyatakan
bahwa:
audit
kepatuhan
Bertujuan
mempertimbangkan apakah pengguna laporan telah mengikuti prosedur atau
aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah audit telah
mengikuti kebijakan, prosedur dan peraturan yang telah ditentukan pihak
otoritasnya lebih tinggi.
Manajemen bertanggung jawab untuk menjamin bahwa entitas yang
dikelolanya mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku atas
aktivitasnya. Tanggung jawab ini mencakup pengidentifikasian peraturan yang
berlaku dan penyusunan pengendalian intern yang di desain untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa entitas tersebut mematuhi peraturan.
Hasil audit kepatuhan berupa pernyataan temuan atau tingkat
kepatuhan. Hasil audit kepatuhan dilaporkan kepada pemberi tugas yaitu
Universitas Sumatera Utara
pimpinan organisasi, karena pimpinan organisasi yang paling berkepentingan atas
dipatuhinya prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan.
2.4. Pemeriksaan Intern
Pengertian audit internal menurut Guy, Wayne dan Alan yang
diterjemahkan oleh Paul A Rajoe dan Ichsan Setia Budi (2003 : 408) dalam
bukunya Auditing 2, adalah sebagai berikut : “Suatu fungsi penilai independen
yang dibentuk dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatannya
sebagai jasa bagi organisasi.”
Pengertian lain mengenai audit internal menurut Amin Widjaja
Tunggal dalam bukunya Internal Auditing (2005 : 3) adalah sebagai berikut :
“Audit internal adalah pekerjaan penilaian yang bebas (independen) didalam suatu
organisasi meninjau kegiatan-kegiatan perusahaan guna memenuhi kebutuhan
pimpinan.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah
suatu kegiatan independen dalam suatu organisasi yang memberikan jasa untuk
memeriksa, mengevaluasi dan memberikan nilai tambah bagi kegiatan operasi
perusahaan
Audit
internal
merupakan
bagian
dari
fungsi
pengawasan
pengendalian internal yang menguji keefektifan pengendalian lain.
IAI (2001: 319.2) mendefinisikan :
“Pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen dan personel lain entitas-yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian 3 golongan
tujuan, yaitu:
1. keandalan pelaporan keuangan,
2. efektivitas dan efesiensi operasi, dan
3. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian rekomendasi auditor menurut Sawyer dalam bukunya
Internal Auditing, yang diterjemahkan oleh Desi Andhariani (2000 : 11) yaitu :
“Rekomendasi auditor merupakan pendapat auditor yang dipertimbangkan
mengenai suatu situasi tertentu dan harus mencerminkan pengetahuan dan
penilaian auditor mengenai pokok persoalannya dalam arti apa yang harus
dilakukan untuk mengatasinya.”
Hiro Tugiman dalam bukunya Standar Profesional Audit Internal
(2001
:
45),
menyatakan
bahwa
“Rekomendasi
adalah
sasaran
yang
menganjurkan, membenarkan, dan menguatkan”.
Dari dua pengertian ditas dapat disimpulkan bahwa rekomendasi
merupakan pendapat auditor berupa sasaran yang menganjurkan mengenai suatu
situasi tertentu. Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna memperbaiki
kondisi yang memerlukan perbaikan. Rekomendasi harus disusun secara logis
namun tidak berarti bahwa rekomendasi tersebut hanya berhubungan dengan
masalah-masalah diidentifikasikan dalam temuan-temuan pengauditan. Biasanya
rekomendasi juga harus dihubungkan dengan pribadi dari prilaku-prilaku masingmasing. Rekomendasi tertentu harus ditujukan untuk temuan-temuan tertentu
sehingga ada mata rantai hubungan antara temuan dan rekomendasi.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
Definisi efektivitas menurut R. A. Supriyono dalam bukunya Sistem
Pengendalian Manajemen (2000 : 33), Efektivitas adalah hubungan antara
Universitas Sumatera Utara
keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang dicapai semakin besar
kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian tertentu maka dapat
dikatakan semakin efektif unit tersebut.
Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan mengenai
penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern,
beserta saran-saran perbaikannya.
Menurut Sukrisno Agoes (2004 : 222) :
Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah
membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam
melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa,
penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan
kegiatan-kegiatan berikut :
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan
dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan
pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedurprosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan
seberapa
jauh
harta
perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan
terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan
penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas
yang diberikan oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
Menurut Hudri Chandry (2009 : 10), wewenang dan tanggung jawab
auditor intern dalam suatu organisasi juga harus ditetapkan secara jelas oleh
pimpinan. Wewenang tersebut harus memberikan keleluasan auditor intern untuk
melakukan audit terhadap catatan-catatan, harta milik, operasi/aktivitas yang
sedang berjalan dan para pegawai badan usaha.
Universitas Sumatera Utara
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan secara lebih terperinci
mengenai tanggungjawab auditor internal dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) (2001 : 322.1), yaitu :
Auditor internal bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis
dan evaluasi, memberikan keyakinan, rekomendasi dan informasi
kepada manajemen entitas dan dewan komisaris atau pihak lain yang
setara wewenamg dan tanggungjawabnya tersebut. Auditor internal
mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas
yang diauditnya.
Menurut Hiro Tugiman (2006 : 68) audit intern harus melaporkan
hasil audit yang dilaksanakannya yaitu:
1. Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern.
2. Pemeriksa intern harus terlebih dahulu mendiskusikan kesimpulan
dan rekomendasi.
3. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan tepat
waktu.
4. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan
hasil dari pelaksanaan pemeriksaan.
5. Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi.
6. Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan
atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan
pemeriksaan.
7. Pimpinan audit intern mereview dan menyetujui laporan audit.
Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka audit internal
harus berada diluar fungsi lini suatu organisasi, kedudukannya independen dari
auditee. Auditor internal wajib memberikan informasi bagi manajemen pengambil
keputusan yang berkaitan dengan perasional perusahaan, sehingga selalu
memerlukan dukungan dari manajemen. Informasi dari auditor internal tidak
banyak dimanfaatkan bagi pihak ekstern karena independennya terbatas.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Fungsi Kepegawaian dan Sistem Penggajian
2.5.1. Fungsi Kepegawaian
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru,
memutuskan penempatan karyawan baru, membuat surat keputusan tarif gaji
karyawan, kenaikan pangkat dan standar gaji, mutasi karyawan, dan
pemberhentian karyawan, kenaikan pangkat dan standar gaji, mutasi karyawan,
dan pemberhentian karyawan.
Menurut Mangkunegara (2002 : 2) bahwa manajemen sumber daya
manusia merupakan suatu perencanaan, pengkoordinasian, pelaksanaan dan
pengawasan
terhadap
pengadaan
pengembangan,
pemberian
balas
jasa,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahaan tenaga kerja dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Hasibuan (2002 : 10) bahwa manajemen sumber
daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja
agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat.
Dalam mengelola dan mengatur karyawan tidaklah mudah karena
manusia mempunyai pikiran, perasaan, status dan latar belakang yang berbeda.
Karyawan tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya dengan mudah, berbeda
dengan mesin, modal gedung dan lain-lain. Jelasnya manajemen sumber daya
manusia mengatur tenaga kerja yang dimiliki organisasi yang sedemikian rupa
sehingga dapat terwujud tujuan organisasi, kepuasan karyawan dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasibuan (2007 : 21) fungsi manajemen sumber daya
manusia meliputi sebagai berikut :
1. Perencanaan
Merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dan efektif serta efisien dalam membantu terwujudnya
tujuan. Perencanaan ini untuk menetapkan program kepegawaian.
Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
2. Pengorganisasian
Kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan
menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi, dan koordinasinya, dalam bagan organisasi
(organization chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk
mencapai tujuan.
3. Pengarahan
Kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerjasama
dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tujuan
perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan
oleh pemimpin dengan kepemimpinannya memerintah bawahan
agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
4. Pengendalian
Kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati
peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana. Bila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan atau penyempurnaan rencana.
Pengendalian karyawan ini meliputi kehadiran, kedisiplinan,
perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan dan menjaga situasi
lingkungan pekerjaan.
5. Pengadaan
Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi
untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan.
6. Pengembangan
Proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan
moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan (training).
7. Kompensasi
Pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung
(indirect) uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan
jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi
adalah adil dan layak, adil diartikan sesuai dengan prestasi
kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya
serta berpedoman pada batas upah minimum Pemerintah dan
berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
Universitas Sumatera Utara
8. Pengintegrasian
Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan
kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan
saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan
dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
9. Pemeliharaan
Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik,
mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau
bekerjasama sampai pensiun.
10.Kedisiplinan
Merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang
terpenting dan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa disiplin
yang baik sulit terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedesiplinan
adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturanperaturan perusahaan dan norma-norma sosial.
11.Pemberhentian
Putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan.
Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebabsebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang-Undang No. 12
Tahun 1964.
Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia sangat menentukan
bagi terwujudnya tujuan organisasi yang telah ditetapkan maupun tujuan individu
dalam organisasi. Peranan manajemen sumber daya manusia baik fungsi yang
bersifat manajerial maupun operasional sangat menunjang dalam usaha-usaha
untuk mencapai tujuan perusahaan. Melalui fungsi-fungsi tersebut, manajemen
sumber daya manusia berusaha menangani masalah-masalah yang berhubungan
dengan karyawan sehingga mereka selalu dapat memberikan kontribusi bagi
keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien.
2.5.2. Sistem Penggajian
Menurut Hariandja (2002). gaji merupakan salah satu unsur yang
penting yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, sebab gaji adalah alat untuk
Universitas Sumatera Utara
memenuhi berbagai kebutuhan pegawai, sehingga dengan gaji yang diberikan
pegawai akan termotivasi untuk bekerja lebih giat.
Mulyadi dalam bukunya Sistem Akuntansi mendefinisikan gaji
(salary) sebagai pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan
yang mempunyai jenjang jabatan manajer dan dibayarkan secara perbulan.
Dokumen-dokumen
yang
digunakan
dalam
sistem
akuntansi
penggajian menurut Mulyadi (2008 : 374) dalam bukunya sebagai berikut :
1. Dokumen pendukung perubahan gaji dan upah
Umumnya dikeluarkan oleh fungsi kepegawaian berupa surat-surat
keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. Misalnya,
pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, perubahan tarif
upah dan lain-lain.
2. Kartu jam hadir
Dokumen ini digunakan oleh fungsi pencatat waktu untuk mencatat
jam hadir setiap karyawan di perusahaan.
3. Kartu jam kerja
Dokumen ini digunakan untuk mencatat waktu yang dikonsumsi
oleh tenaga kerja langsung.
4. Daftar gaji dan upah
Dokumen ini merupakan ringkasan gaji dan upah bersamaan
dengan pembuatan daftar gaji dan upah dalam kegiatan yang
terpisah dari pembuatan daftar gaji dan upah.
5. Rekap daftar gaji dan upah
Dokumen ini merupakan ringkasan gaji dan upah perdepartemennya, yang dibuat berdasarkan daftar gaji dan upah.
6. Surat pernyataan gaji dan upah
Dokumen ini dibuat oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah
bersamaan dengan pembuatan daftar gaji dan upah atau dalam
kegiatan yang terpisah dari pembuatan daftar gaji atau upah.
7. Amplop gaji dan upah
Uang gaji dan upah karyawan diserahkan kepada karyawan di
dalam amplop.
8. Bukti kas keluar
Dokumen ini merupakan perintah pengeluaran uang yang dibuat
oleh fungsi akuntansi kepada fungsi keuangan, berdasarkan
informasi dalam daftar gaji dan upah yang diterima dari fungsi
pembuat daftar gaji dan upah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut
Mulyadi
(2008),
Prosedur
sistem
penggajian
yang
diselenggarakan dengan menggunakan komputer terdiri dari :
1. Bagian gaji
Bagian gaji menerima kartu jam kerja dan tiket jam kerja dari
berbagai departemen. Atas dasar dokumen ini, bagian gaji akan
membandingkan kedua dokumen, memasukkan data gaji ke
komputer, dan mengarsipkan kedua dokumen tersebut urut waktu.
2. Departemen pengolahan data
Setelah menerima input gaji, bagian ini akan menjalankan program
pengurutan data. Hasilnya adalah data gaji yang telah urut.
Selanjutnya bagian ini menjalankan program pembuatan cek
dengan menggunakan file induk penggajian dan file buku besar.
3. Bagian utang
Bagian ini menerima daftar gaji dari departemen pengolahan data.
Atas dasar gaji tersebut, bagian utang akan memberikan otorisasi
dan membuat voucher. Selanjutnya voucher dan daftar gaji
diserahkan ke bagian utang.
4. Kasir
Bagian ini mula-mula menerima cek gaji. Selanjutnya bagian ini
juga menerima voucher dan daftar gaji, kemudian memeriksa dan
menandatangani cek dan membatalkan (mengecap lunas voucher).
Kemudian kasir akan mendistribusikan dokumen-dokumen
tersebut.
5. Bagian gaji
Atas dasar daftar gaji yang diterima, bagian gaji akan
mencocokkan dengan arsip kartu kerja dan tiket jam kerja.
Selanjutnya dokumen-dokumen tersebut diarsipkan urut tanggal.
Selain upah dan gaji yang diterima oleh setiap karyawan, masih ada
kompensasi lain yang dapat mempengaruhi pada penerimaan penghasilan yaitu
berupa insentif. Insentif sebagai balas jasa yang diterima oleh setiap karyawan
akan dipengaruhi oleh adanya prestasi yang optimal, dimana sebagai alat ukur
yang digunakan adalah hasil kerja yang melebihi standar yang ditetapkan
perusahaan yang telah dicapai karyawan dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Mondy dan Noe yang dikutip dari Marwansyah dan
Mukaram (2000 : 130) insentif terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Financial Insentive
Merupakan insentif dalam bentuk material (uang) yang biasa
diberikan secara bersaman dengan upah atau gaji. Insentif ini
diberikan kepada karyawan yang memiliki prestasi kerja melebihi
standar kinerja yang ditetapkan oleh perusahaan. Financial
insentive ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Finansial insentif langsung, terdiri dari atas pembayaran yang
diterima oleh seseorang berbentuk gaji/upah, bonus dan komisi.
b. Finansial insentif tidak langsung, meliputi semua balas jasa
finansial yang tidak termasuk ke dalam finansial insentif
langsung seperti tunjangan-tunjangan, asuransi, bantuan social
karyawan dan sebagainya.
2. Non Financial Insentive
Non financial insentive terdiri atas berbagai bentuk kepuasan yang
diterima seseorang dari pekerjaannya itu sendiri, atau berupa
lingkungan fisik tempat seseorang ini bekerja. Kepuasan dari
pekerjaan ini dapat dilihat dengan adanya tanggung jawab dari
karyawan dalam mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya,
adanya peluang dalam mengembangkan diri, tugas-tugas yang
menarik serta merasa tertantang dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Kepuasan yang berasal dari lingkungan kerja adalah
rekan-rekan kerja yang menyenangkan, atasan yang kompeten dan
kondisi kerja yang nyaman. Baik financial insentive maupun non
financial insentive masing-masing memegang peranan dalam
memberikan dorongan yang memungkinkan karyawan untuk
memberikan prestasi kerja yang optimal. Bentuk-bentuk ini
mempunyai hubungan yang erat satu sama lainnya dan juga saling
melengkapi sehingga tujuan dari pemberian insentif itu dapat
tercapai.
2.6. Kerangka Konseptual
Mulyadi (2002) mendefinisikan pemeriksaan (auditing) sebagai suatu
proses sitematik untuk memperoleh dan mengevaluasi buktu secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut William C. Boynton, Raymon N Johnson dan Walter G. Kell
yang diterjemahkan oleh Budi S. I (2003 : 7) audit laporan keuangan mencakup
perolehan dan pengevaluasian bukti-bukti atas laporan keuangan entitas yang
menjadi dasar untuk menyatakan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Menurut Tunggal, A. W. (2008), audit operasional merupakan audit
atas operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen untuk menilai
ekonomi, efisiensi, dan efektifitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas hanya
pada keinginan manajemen.
Menurut Amir Abadi Yusuf (2006 : 4) dalam bukunya “Auditing
Pendekatan
Terpadu”,
menyatakan
bahwa:
audit
kepatuhan
Bertujuan
mempertimbangkan apakah pengguna laporan telah mengikuti prosedur atau
aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
Menurut Mulyadi (2002 : 29), audit intern adalah :
auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun
perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan
oleh berbagai bagian organisasi.
Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006 : 8) Sumber Daya Manusia
merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan manusia.
Manusia sebagai unsur terpenting mutlak dianalisis dan dikembangkan dengan
cara tersebut. Waktu, tenaga dan kemampuannya benar-benar dapat dimanfaatkan
secara optimal bagi kepentingan organisasi, maupun bagi kepentingan individu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mulyadi (2001 : 17) Sistem akuntansi gaji dan upah
dirancang untuk menangani transaksi perhitungan gaji dan upah karyawan dan
pembayarannya, perancangan system akuntansi penggajian dan pengupahan ini
harus dapat menjamin validitas, otorisasi kelengkapan, klasifikasi penilaian,
ketepatan waktu dan ketepatan posting serta ikhtisar dari setiap transaksi
penggajian dan pengupahan.
Perusahaan juga harus melakukan pengendalian terhadap seluruh
kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan dikatakan berjalan baik apabila
seluruh kegiatannya telah berjalan sesuai dengan standar operasional perusahaan
yang berlaku.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
PT. Agung Sumatera
Samudera Abadi
Pemeriksaan Operasional
Fungsi Kepegawaian dan
Sistem Penggajian
2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa
tinjauan
terdahulu
berkaitan
dengan
pemeriksaan
operasional atas fungsi kepegawaian dan sistem penggajian. Adapun tinjauan
penelitian terdahulu tersebut antara lain :
Universitas Sumatera Utara
No.
Nama Peneliti
A. Judul Penelitian
Tahun Penelitian
Masalah Yang
Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Temuan
Tine Novarita
Manfaat Audit Operasional dalam Menunjang
Efektifitas Pengendalian Internal Penggajian
(Studi Kasus pada PT. Bank Mega Tbk Bandung)
2006
Adapun masalah yang diteliti oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan
audit operasional atas penggajian yang
diterapkan pada perusahaan.
2. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan
pengendalian internal atas penggajian yang
diterapkan pada perusahaan.
3. Untuk mengetahui peranan audit internal atas
penggajian pada perusahaan.
Deskriptif analitis
Audit operasional dapat menunjang efektifitas
pengendalian internal penggajian
Perbedaan penelitian Tine Novarita dengan penelitian peneliti adalah
penelitian terdahulu hanya di dapat penjelasan mengenai pengendalian internal
penggajian sedangkan penelitian peneliti yaitu di dapat penjelasan mengenai
kinerja karyawan sebanding dengan gaji yang diperoleh karena adanya sistem
absensi yang terkomputerisasi yang dapat menentukan keefektifan kinerja
karyawan.
No.
Nama Peneliti
B. Judul Penelitian
Tahun Penelitian
Masalah Yang
Diteliti
Metode Penelitian
Nova Anggraini
Audit Operasional Atas Sistem Penggajian Pada
PT. Berkatkuria Mitraabadi
2008
Untuk menilai sistem penggajian perubahan atas
pelaksanaan kebijakan dan prosedur penggajian
yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen,
apakah sudah berjalan efektif dan efisien.
Menggunakan dua metode pengumpulan data
yaitu penelitan kepustakaan dan penelitian
Universitas Sumatera Utara
Hasil Temuan
lapangan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan sistem kebijakan penggajian
perusahaan sudah cukup baik, walaupun masih
banyak terdapat kelemahan seperti tidak adanya
sistem komputer untuk menghitung gaji, telatnya
pembayaran gaji dan lain-lain yang ada dalam
perusahaan yang perlu diperbaiki agar kegiatan
operasional sistem penggajian dapat berjalan
efektif dan efisien.
Perbedaaan penelitian Nova Anggraini dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adanya sistem absensi yang terkomputerisasi sehingga
dapat menentukan kinerja karyawan sehingga bagian sistem penggajian dapat
menentukan apakah karyawan tersebut dapat memperoleh bonus ataupun
pengurangan gaji dari kinerja karyawan.
No.
Nama Peneliti
C. Judul Penelitian
Tahun Penelitian
Masalah Yang
Diteliti
Metode Penelitian
Hasil Temuan
Siti Latifatul Arifa
Audit Operasional Untuk Menilai Efektivitas
Fungsi Sumber Daya Manusia (Studi Kasus Pada
Pabrik Kertas PT. Setia Kawan Makmur
Sejahtera)
2010
Adapun masalah yang diteliti oleh penulis adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan fungsi sumber daya
manusia yang ada di PT. Setia Kawan Makmur
Sejahtera?
2. Kelemahan-kelemahan
apa
saja
yang
ditemukan dalam pencapaian tujuan fungsi
sumber daya manusia pada PT. Setia Kawan
Makmur Sejahtera?
3. Alternatif perbaikan apa saja yang dapat
dilakukan untuk mencapai efektivitas fungsi
sumber daya manusia pada PT. Setia Kawan
Makmur Sejahtera?
Metode Kualitatif
Hasil yang dapat disimpulkan penulis adalah
pengelolaan fungsi SDM pada PT. Setia Kawan
Makmur Sejahtera secara umum telah cukup
Universitas Sumatera Utara
efektif sesuai dengan peraturan yang ada di
perusahaan maupun UU No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan telah berjalan secara
efektif. Fungsi yang lain yaitu fungsi pelatihan
dan pengembangan, fungsi kompensasi, dan
fungsi keselamatan kerja belum dilaksanakan
secara efektif, baik karena kebijakan perusahaan
kurang memadai maupun dikarenakan kesadaran
karyawan yang masih rendah.
Perbedaaan penelitian Siti Alifatul Arifa dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu sistem kerja pegawai, yaitu adanya sistem absensi
yang terkomputerisasi untuk mengukur tingkat kedisiplinan karyawan.
2.8. Hipotesis
Erlina (2008 : 49) menyatakan bahwa :
Hipotesis penelitian adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud
untuk diuji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau
pernyataan yang dapat dipercaya, dapat disangkal, atau diuji
kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan
sementara mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang
telah terjadi atau yang akan terjadi.
Berdasarkan perumusan masalah dalam kerangka konseptual di atas,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Adanya pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan operasional atas
fungsi kepegawaian terhadap perusahaan
H2 : Adanya pengaruh yang signifikan atas system penggajian terhadap
perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Download