KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL Pusat Dokumentasi dan Jaringan Informasi Hokum N asional R.May.Jen. Sutoyo -Cililitan- Jakarta Timur Somber :~~AtzA PI?M[)AJZ04-NTHari/Tgl : SJr.Lt.\Q4 /iz Subjek : )llr:77'1 1 N A--/1 NOV .2.0\~ ~ot:rAc, /G~fc.'ffTT !/IPCri&fiA Hlm/Kol : Bidan2: Au It- '5 Q _, BPJS: Imp ian atau Realitas? SOLITA SARWONO P rogram peng<,!daan jaminan. sosial bagi masyarakat Indonesia, bayi yang sangat diidam-idamkan oleh pemerintah (dan rakyat) hampir lahir. Proses pembuahart dan persalinannya berjalan alot, hampir 10 tahun setelah lahimya UU tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tahun 2004. Makin dekat dengan hari perkiraan lahir BPJS (1 Januari 2014), makin gencar dilakukan edukasi dan sosialisasi. Para pakar ekonomi kesehatan, kesehatan masyarakat, lembagalembaga terkait, bahkan Menteri Kesehatan sendiri aktif melakukan sosialisasi tentang pentingnya BPJS di pelbagai forum. · Penduduk Jakarta sudah mencicipi program pelayanan gratis melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS), berkat upaya gubemur Jokowi. Rakyat menyambutnya sangat antusias, seperti eforia, membawa anggota keluarga yang sakit panu atau korengan, ke rumah sakit Dokter dan para perawat kewalahan, antrean panjang, dan pemerintah Jakarta ikut kewalahan membayar biaya pengobatan itu. Penerapan BPJS berskala nasional akan menghadapi tantangan yang lebih besar. Dengan banyaknya penduduk kurang mampu, terbatasnya dana/anggaran kesehatan, keti~ daktahuan warga, sikap apatis, skeptis dan keraguan golongan mampu dan terpelajar, timbul tanda tanya besar. Apakah BPJS akan menjadi realitas atim tetap impian belaka? Benarkah BPJS mampu memberikan pelayanan paripuma bagi semua penduduk,. yang dapat dipakai di semua tempat? Apakah~biaya penyakit-penyakit kronis dan berat (kanker, gaga! ginjal, sakit jantung) juga akan ditanggung BPJS? Katau tidak, mudah diterka, si miskin tidak dapat tertolong. Sebetulnya sistem jarninan/asuransi kesehatan yang paripuma dan merata, dapat diterapkan dengan baik, seperti yang telah dibuktikan oleh beberapa negara Eropa, antara lain Negeri Belanda. Memang kondisi Negeri Belanda sangat berbeda dengan Indonesia. Negaranya kecil, penduduknya sedikit (belum sampai 17 juta orang, 2,8 juta di antaranya berusia 65 .tahunkeatas), ekonominya kuat (pendapatan per kapita sekitar $ 42.900 di tahun 2012) dan pendidikan penduduknya ratarata SLA. Tetapi keberhasilan sistem jaminan kesehatan dan hari tua di Belanda temyata dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubung. an dengan sikap mental penye1enggara program maupun rakyat sendiri. Pengalaman di Belanda Sistem asuransi kesehatan di Belanda dimulai tahun 1846, diprakarsai oleh sekelompok dokter di Amsterdam. Mereka mengumc pulkan uang untuk membiayai pengobatan warga tidlik: mampu. Teladan ini ditiru oleh kelompok-kelompok pekerja berbagai profesi. Pemerintah Belanda mengangkat upaya ini ke tingkat nasi<;mal pada tahun 1940, Sejak itu sering dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap kondisi ekonomi dan perkembangan penduduk. Guna membantu yang miskin, selama puluhan tahun pemerintah dan pengtisaha/majikan meml;:>erikan subsidi kepada yang berpenghasilan dibawah upah minimum (UMR). Tetapi setiap orang tetap harus membayar premi, tidak diberikan pelayanan medis gratis, supaya orang ikut bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dan keluarganya. Yang tidak. mampu, wajib diasuransikan dalam Dana Sakit (Ziekenfonds), yang mampu secara sukarela mengambil asuransi swas.ta. Para petugas kesehatan wajib memberikan pelayanan yang sama kepada semua penderita, baik anggota Ziekenfonds, maupun asuransi swasta. Sistem itu diubah lagi sejak 1 Januari 2006 dan> berlaku sampai sekarang. Semua orang yang tinggal di Belanda, berumur 18 tahun keatas (termasuk wisatawan), wajib ikut asuransi kesehatan. Meski anak-anak dibawah 18 tahun tidak membayar premi, mereka memperoleh pelayanan kesehatan gratis, termasuk pengobatan kanker dan penyakit parab lain- Sambungan Sumber: lj I Rari/Tgl: ." UI IT/ I .LLtffi/.1.'11.01 : nya. Penisahaan asuransi dipegang oleh swas- Belanda tidak menyediakan pilihan jalur pelata. Pemerintah hanya menentukan kebijakan yanan kesehatan. Di Indonesia ada jalur pelayang mengutamakan mutu pelayanan serta yanan kesehatan pemerintah (Puskesmas , mengawasi kualitas pelayanan dan kinerja · RSUD, RSUP), klinik dan RS swasta, serta profesi kesehatan dan perusahaan asuransi. ada pengobatan alternatif. Biayanya sangat Masyarakat diberi wewenang menilai dan me~ bervanasi. Jaminan hari tua warga Belanda (AOW) laporkan kualitas pelayanan, kinerja dan tarif tenaga kesehatan, perusahaan asuransi serta dibayar sejak umur 15 tahun sampai 65 tahun, · dipotong setiap bulan dari gaji atau uang tunperusahaan farmasi. Tarif jasa tenaga medis dibuat standar, di- "jangan pengangguran seseorang, sehingga titentukan bersama oleh wakil-wakil asosiasi dak terasa menabung. Mulai dari ulang tahun profesi medis, pemerintah,perusahaan asuransi ke 65, orang akan menerima AOW setiap budan masyarakat. Semua dokter dari satu kelom- lan, sampai akhir hayatnya. Besarnya AOW pok keahlj.an/spesialisasi, sama tarifnya. Faktor tergantung dari lamanya orang tersebut memseniroritas keilmuan (lama kerja) ditambahkan bayar premi. Asuransi kesehatan dan jaininan hari tua kedalam penghitungan tarif jasanya. Jadi para dokter tidak berlomba meninggikan tarif. Re- di Belanda dapat berhasil karena kesadaran kening pengobatan/perawatan tidak dibayar warga tentang pentingya kesehatan serta keikontan, melainkan langsung dikirimkan ke per- nginan hidup senang di hari tua. Kesediaan membayar premi setiap bulan didasarkan atas usahaan asuransi. Pasien tidak perlu membayar lebih dulu un- I pola pikir: menabung uang untuk dipakai setuk kemudian mengurus claim-nya. Oleh sebab waktu-waktu kita jatuh sakit. Jadi membayar itu orang yang tidak punya asuransi (kebanyak- asuransi itu bukanlah membuang uang, Warga an migran gelap) sulit mendapat pelayanan percaya bahwa me.reka benar-benar akan kesehatan. mendapat pengobatan dan perawatan tanpa Guna menghemat biaya kesehatan, peme- harus bayar lagi. Pemerintah Belanda dan perintah mengutamakan · upaya pencegahan pe- ngelola perusahaan asuransi mempunyai konyakit dan cacat. Berbagai kegiatan dilakukan mitmen kuat memberikan pelayanan prima · oleh petugas kesehatan, guru, orangtua dan kepada masyarakat. Di samping itu penduduk Belanda menglembaga-lembaga masyarakat guna meningutamakan keadilan dan kesetaraan. Guna katkan kesadaran dan perilaku hidup seha:t. Imunisasi dan screening kanker (payuda- mencapai keadilan, warga saling bantu: yang ra, m11lut rahim dan prostat) diberikan gratis kaya membantu si miskin, anak muda mem~ secara teratur. Biaya medis dan premi' asuran- bantu orang tua, yang sehat membantu si sasi yang tinggi (1200 euro/orang setahun - ra- kit. Azas gotong-royong di Negeri Belanda dita-rata Rp 1,5 juta/orang;bulan) terpaksa diba- lembagakan dan diterapkan dalam sistem penyar oleh warga, karena orang tahu, ongkos danaan asuransi kesehatan dan penjaminan pengobatan mahal sekali. Tarif inap di rumah hari tua. Dananya dikelola setara transparan. sakit Rp 2,25 juta sampai Rp 9 juta sehari sec Itulah kunci sukses mereka. Marilah kita jadimalam, belum termasuk biaya operasi, jasa . kan BP:TS suatu realitas. dokter, perawat, paramedis, obat dan pemakaian peralatan medis. Biaya bedah tulang bisa mencapai ratusan iuta rupiah. Pemerintah 1 P ENULIS ADALAH · P ~I KOLOG DAN PEN DIDI K KESEHATAN MASYARAKAT, BERM UKI M DI N EGERL BELANDA