bappenas - Kuliah Online UNIKOM

advertisement
Perencanaan Pembangunan
Indonesia 1945-2025
Perencanaan pembangunan sebagai bagian dari manajemen
pemerintahan yang mengemban tugas spesifik untuk mrelakukan
fungsi perencenaa dalam rangka mewujudkan cita-citaa daan
tujuan Indonesia Merdeka harus didasarkan pada Kostitusi
Negara Indonesia Merdeka.
1. UUD 1945 yang berlaku sejak 1945 sampai 1949
2. UUD Republik Indonesia Serikat (UUD-RIS) yang berlaku pada 27
Desember 1949 – 17 Agustus 1950
3. Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia (UUDS-RI)
berlaku sejak 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959
4. Undang-undang Dasar Republik Indonesia (UUD-RI 1945) yang
berlaku sejak 5 Juli 1959 - 1999
5. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945 hasil
Amandemen yang ditetapkan melalui serangkaian sidang umum MPR
Tahun 1999, 2000, 2001, 2002)
Tantangan utama yang dihadapi Indonesia pada kurun 1945-1949
adalah:
Mempertahankan
kemerdekaan, karena
Belanda ingin menjajah
kembali dengan
melakukan dua kali
agresi militer
Mengatasi Kesulitan di
bidang ekonomi dan
sosial, antara lain,
akibat blokade Belanda
(sejak akhir 1945)
Menjaga kestabilan
politik dalam negeri
Perbedaan paham di antara
partai politik dalam
mengelola negara, khususnya
dalam menghadapi Belanda,
memicu terjadinya
pemberontakan dalam negeri
Banyak prasarana fisik
hancur akibat
peperangan
Pemerintah di
hadapkan pada
masalah inflasi dan
defisit anggaran
belanja
Keadaan ini memunculkan pelbagai masalah sosial seperti tidak
tertanganinya kesehatan dan terbengkalainya pendidikan
masyarakat
Falsafah pembangunan nasional yang dianut bertolak dari
semangat Proklamasi dan amanat konstitusi yang memandang
pembangunan sebagai baagian dan kelanjutan dari perjuangan
kemerdekaan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Maklumat Pemerintah
tentang pembangunan negara pada 18 Agustus 1945 menegaskan
bahwa pembangunan harus memperhatikan kehendak rakyat dan
dilaksanakan secara seksama dan tanggungjawab.


Pada pembebasan kehidupan bangsa dari berbagai kekurangan,
kemiskinan dan keterbelakangan dalam berbagai kehidupan, serta
pengakuan keadulatan bangsa
Pada pembangunan perekonomian dengan semangat koperasi dan
disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan dalam
rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Adapun tujuan pembangunan kurun 1945-1949
adalah :


Tercapainya pengakuan dunia internasional secara penuh atas
kedaulatan bangsa dan negara Indonesia di seluruh wilayah
Nusantara
Terselenggaranya upaya-upaya mengatasi masalah pembangunan
nasional
Paradigma pembangunan periode 1945-1949 :
Pertama : kolektivitas
dalam penyelenggaraan
negara dan
pembangunan,
meningkatkan
kemampuan individu
dan masyarakat dalam
mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan,
termasuk di bidang
ekonomi
Kedua : strategi
pembangunan adalah
pembebasan dari
penjajahan, kemiskinan,
dan keterbelakangan
politik, ekonomi dan
sosial serta pengelolaan
ekonomi dilaksanakan
menurut Pasal 33 UUD
1945
Ketiga : kebijakan dan
program pembangunan
dikembangkan dan
dilaksanakan oleh
kabinet mencakup
berbagai sektor dan
bidang.
Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang dibentuk pada masa Kabinet Sjahrir
III, berhasil menyusun “ Dasar-dasar Pokok Daripada Plan Mengatur
Ekonomi Indonesia” yang berisi rancangan program pembangunan
dengan tujuan untuk memperbesar dan menyebarkan kemakmuran
rakyat secara merata dengan cara :
1.
2.
3.
4.
Mengintensifkan usaha produksi
Memajukan pertukaran internasional
Mencapai standar hidup yang lebih tinggi
Mempertinggi derajat kecakapan dan kecerdasan rakyat
a)
b)
c)
Peningkatan sektor perdagangan. Impor dibatasi pada barangbarang yang penting. Mendorong ekspor hasil-hasil perkebunan,
hutan dan tambang.
Pembangunan dan rehabilitasi prasarana perhubungan dan
rencana pembangunan berbagai industri tingkat pertama.
Upaya penyebaran penduduk dengan cara memindahkan sekitar
20 juta penduduk Jawa ke Sumatera sselma 10 sampai 15 Tahun.
Dengan demikian diharapkan kemakmuran di Jaawa
berkembang dan terbuka kemakmuran baru di Sumatera. Dasar
politik ekonomi permerintah pasal 33 UUD 1945, karena semua
perusahaan vital harus dikuasai oleh negara.
Menteri Kemakmuran AK Gani pada masa Kabinet Sjahrir III berinisiatif
membentuk Badan Perancang Ekonomi ( Planning Board ). Badan
perancang ini bertugas membuat rencana pembangunan, khususnya
pembangunan ekonomi untuk jangka dua sampai tiga tahun. Tugas dan
kewajiban paanitia pemikir ini adalah menyiapkaan bukti dan buah
pikiran untuk menjadi rencana dan dasar pendirian Pemerintah Negara
Republik Indonesia daalam menghadapi perundingan dengan Belanda
dan penyelesaian soal-soal pembangunan negara.
Panitia Pemikir Siasat Ekonomi ini menghasilkan dokumen
perencanaan yang disebut “ Dasar-dasar Pokok Daripada Plan
Mengatur Ekonomi Indonesia ”. Rancangan ini berisi program
pembangunan dengaan tujuan memperbesar dan menyebarkan
kemakmuran rakyat secara merata. Ini merupakan dokumen
perencanaan pertama yang berhasil disusun dalam sejarah
perencanaan pembangunan di Indonesia.
Kandungan Penetapan Presiden Nomor 3 tertanggal 12 April 1947
tentang panitia pemikir siasat ekonomi menunjukan gambaran mengenai
sistem
dan
pengetahuan.
proses
perencanaan
pembangunan
berbasis
ilmu
Panitia Pemikir Siasat Ekonomi di bagi atas beberapa bagian
Ketua bagian-bagian tersebut diangkat dan diberhentikan
oleh presiden
Sidang Panitia Pemikir Siasat Ekonomi diadakan setiap
waktu atau atas sepertiga permintaan anggota
Undangan untuk bersidang dikirim sepuluh hari sebelum sidang
dimulai dengan menyebutkan acara yang akan dibahas
Sidang Bagian – bagian Panitia Pemikir Siasat Ekonomi diadakan
setiap waktu dianggap perlu oleh ketua bagian
Sekurang-kuraangnya sekali dalam 15 hari ketua Panitia Pemikir
Siasat Ekonomi mengadakan pertemuan dengan ketua atau wakil
Untuk menghadiri sidang Panitia Pemikir setiap anggota menerima
“uang duduk”
Setiap bulan Desember keterangan yang telah selesai dikerjakan
oleh panitia harus segera diampaikaan kepada pemerintah
Perencanaan Pembangunan 1950-1959
Sistem multipartai dan pemerintahan parlementer periode 19501959 diwarnai banyak silang pendapat antar pimpinan partai. Ini
menjadi kendala bagi terselenggaranya pemerintahan yang stabil
serta perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang efektif.
Dalam tempo 9 tahun telah jatuh bangun sebanyak 7kali. Artinya
umur rata-rata kabinet hanya empat belas bulan.
Falsafah pembangunan periode 1950 – 1959 bertolak dari pancasila
sebagai landasan bernegara dan pasal 38 UUD Sementara 1950 yang
substansinya sama persis dengan Pasal 33 UUD 1945. Arah, Asas dan
tujuan pembangunan mengandung semangat kebangsaan, kekeluargaan,
dan kebersamaan yang menegaskan bahwa cabang-cabang produksi
yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak dikuasai negara untuk
mewujudkan
sebesar-besarnya
kemakmuran
rakyat.
Tujuan
pembangunan adalah secara tuntas melepaskan diri dari sisa-sisa
dominasi ekonomi kolonial dan berusaha mengembangkan lembaga
sosial-politik.
Format Hubungan Kelembagaan Periode 1950-1959
adalah sebagai berikut :
Presiden dan Wakil
Presiden tidak dapat
diganggu gugat
ooleh DPR
Menteri
beertanggungjaawab
atas setiap kebijakan
pemerintah
Perdana Menteri
diangkat oleh
Presiden
Presiden berhak
membubaakan DPR
Pemilihan umum peertama berhasil diselenggarakan oleh kabinet
Burhanudin Harahap dengan pemilu anggota DPR pada 29
September 1955 dan pemilu anggota konstituante pada 15
Desember 1955. Namun, hasil-hasil pemilu 1955 tersebut tidak
dapat ditindaklanjuti sesuai jadwal semula, karena pada 5 juli
1959 Presiden Soekarno menerbitkan Dekrit Presiden yang intinya
membubarkan Konstituante dan menyatakan kembali ke UUD
1945.
Sebelum Biro Perancangan Negara terbentuk pada 1952, kegiatan
perencanaan diselenggarakan oleh masing-masing kementerian bersifat
ad hoc, tanpa koordinasi, dan tanpa dilandasi visi dan misi bersifaat
nasional. Dalam situasi belum disusun sebuah rencana pembangunan
ekonomi nasional.
Setelah Biro Perancangan Negara terbentuk, kegiatan perencanaan
pembangunan mulai mencakup kegiatan perencanaan pembangunan.
Sesuai dengan amanat UUDS 1950, Rencana Urgensi Industri (1951-1955)
dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (1956-1960) dilaksanakan
melalui berbagai kebijakan dan mekanisme pelaksanaan Anggaran
Belanja Negara (ABN). Ada beberapa kendala dalam beberapa
pengelolaan anggaran belanja era 1950-1959. Satu diantaranya adalah
sangat lambatnya otorisasi pemerintah daerah yang membuat waktu
untuk melaksanakan proyek-proyek pembaangunan semakin singkat.
Perencanaan Pembangunan 1960-1965
Perubahan
drastis
peenyelenggaraan
cara
negara
pandang
tentang
berdampak
pada
landasan
sistem
dan
falsafah
proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Selain menghadirkan
persoalan baru,
perubahan
falsafah
tersebut juga
memunculkan
kontroversi dan sikap pro kontra di tengah masyarakat. Sementara
dibidang ekonomi terutama soal menyangkut keuangan negara. Kondisi
perekonomian Indonesia cukup memprihatinkan pada tahun 1959-1960.
dibidang budaya, sifat kegotongroyongan dan kekeluargaan teranam
oleh paham liberal dan paham komunisme yang tidak sesuai dengan
pancasila.
Falsafah dan
pandangan hidup
bangsa Indonesia
periode 1959-1965
tetap pancasila,
tetapi dalam
implementasinya
selalu
digandengkan
dengan paradigma
Manipol-UsdekNasakom
Arah
pembangunan
adalah untuk
mencapai
masyarakat Sosialis
Indonesia
Tujuan
pembangunan
adalah untuk
memperkukuh
dasar-dasar
rohaniah dan
jasmaniah serta
membangun
perekonomian
bangsa yang
mandiri dan maju
Paradigma pembangunan
Rencana Pembangunan Nasional
Semesta Berencana 1961-1969
adalah Manipol-Usdek-Nasakom
Strategi pembangunan periode
1959-1965 berlandaskan konsep
“revolusi belum selesai” dan
bertumpu pada “politik adalah
panglima”
Kebijakan pembangunan sebagaimana tercantum dalam Rencana
Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama
terbagi enam bidang, yakni mental / agama / kerohanian /
penelitian;
pertahanan;
kesejahteraan;
produksi;
pemerintahan
distribusi
keuangan dan pembiayaan.
dan
dan
keamanan
perhubungan,
/
serta
Setelah MPRS menetapkan Manipol-Usdek sebagai GBHN pada
1960, Dapernas menyusun dan menjabarkan Rancangan Dasar
Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969 dalam
berbagai kebijakan dan program pembangunan. Untuk menyusun
kebijakan, program, dan proyek-proyek pembangunan diperlukan
sejumlah data tentang jumlah penduduk dan tingkat pendapatan
nasional.
Diperlukan beberapa sumber investasi dengan ketentuan :
Tidak dengan
defisit
spending
Tidak
menaikkan
pajak
Tidak
mengganggu
anggaran
belanja
taahunan
Salah satu cara untuk memperbesar investasi adalah dengan
meningkatkan manfaat dan pengolahan kekayaan melalui
pengembangan proyek
1.
2.
3.
Bab II Pasal 8 Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 tentang
ketentuan pelaksanaan RPNSB menerangkan bahwa “dalam
rangka pelaksanaan RPNSB 1961-1969, hasil karya Dapernas Jilid
IV sampai dengan Jilid XVII harus diperhatikan oleh pemerintah
sebagai pedoman pelaksanaan manakala tidak bertentangan
dengan ketetapan ini..
Kementerian dan badan-badan usaha harus menyusun rencana
pelaksanaan lebih rinci dengan “Tripola” yaitu :
Pola proyek pembangunan
Pola penjelasan proyek pembangunan
Pola pembiayaan pelaksanaan pembangunan
Hasil-hasil pelaksanaan RPNSB Pertama tahun 1965 di subbidang
pendidikan telah dibangun prasarana dan fasilitas fisik. Di subbidang
agama/kerohanian antara lain dimasukkanya pendidikan agama dan
budi
pekerti,
sementara
terkain
dengan
keolahragaan
adalah
pembangunan stadion. Di subbidang penelitian berhasil dibangun
pelbagai prasarana, sarana dan fasilitas pendukung kegiatan penelitian di
semua sektor dan kegiatan.
Hasil-hasil pelaksanaan program bidang produksi antara lain adalah
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dan beberapa
pabrik didirikan. Namun sarana produksi di sektor pertanian tidak
tercapai.
“Keberhasilan” di subbidang distribusi dan perhubungan ditandai
dengan panjang jalan aspal yang bertambah sekitar 10.802 kilometer
menjadi
20849
km,
namun
panjang
jalan
“menyusut” 6.291 kilometer menjadi 62.389 km.
tidak-beraspal
justru
Perencanaan Pembangunan di
Indonesia 1966-1998
Tantangan pada era 1966-1968 adalah kemorosotan ekonomi dan
rusaknya dasar-dasar sistem ekonomi dan politik dan budaya bangsa.
Berbagai indiikator ekonomi menunjukkan kemerosotan ekonomi, seperti
tingkat inflasi sangat tinggi pada 1965 dan pada 1966 akibat defisit
anggaran belanja: defisit neraca pembayaran naik. Tantangan lain yang
dihadapi
adalah
pemerrintahan.
centang-perenang
administrasi
negara
dan
Falsafah
Pembangunan era
1966-1968 adalah
pengamalan Pancasila
dan Undang-Undang
Dasar 1945 secara
murni dan konsekuen
berbasis imtak dan
iptek yang melandasi
kearifan dan
penerapan paradigma
pembangunan
Paradigma yang
digunakan adalah
penataan kembali
sistem politik dan
ekonomi secara
konstitusional,
rasional, dan realistis
berdasarkan UUD
1945.
Prinsip yang
digunakan adalah
bahwa setiap
kebijakan
pembangunan harus
mencerminkan pasalpasal dalam undangundang 1945,
berpegang pada asas
demokrasi ekonomi.
Strategi untuk melaksanakan program stabilitasi dan rehabilitasi
adalah :
Penertiban dan penyehatan keuangan
negara
Penanganan urusan moneter dan dunia
perrbankan
Memperluas keterlibatan masyarakat
dalam kegiatan ekonomi dalam rangka
pelaksanaan demokrasi ekonomi dengan
meemberi tempat dan peranan yang wajar
Sasaran Program stabilitasi dan rehabilitasi adalah :
Pengendalian
Inflasi
Pencukupan
Kebutuhan
Pangan
Rehabilitasi
prasarana
ekonomi
Peningkatan
kegiatan
ekspor
Pencukupan
kebutuhan
sandang
Rencana Fisik
Rencana Moneter
Ketetapan MPRS RI No.XXIII/MPRS/1966 menggariskan bahwa
kredit luar negeri hanya dapat dibenarkan apabila benar-benar
merupakan bagian integral dari rencana stabilisasi dan rehabilitasi
secara keseluruhan. Besarnya kredit Luar Negeri tergantung pada
kemampuan untuk membayar kembali dikemudian hari tanpa
membebani lagi rakyat dan mampu mengatasi kesulitan ekonomi
dan bisa membebaskan diri dari ketergantungan luar negeri.
Tugas Bappenas antara lain:
Menyusun
kerangka dasar
rencana
pembangunan
nasional, materiil
dan siritual untuk
jangka panjang,
sedang dan pendek
Melakukan
koordinasi
perencanaan dan
mengusahakan
keserasian antara
rencana sektor dan
regional
Menyarankan
tindakan – tindakan
untuk memperlancar
pelaksanaan
pembangunan
nasional
Membantu
pimpinan
peerintahan dalam
menyusun
rancangan
anggaran belanja
pembangunan
tahunan
Mengamati
persiapan dan
perkembangan
pelaksanaan
perencanaan
pembangunan
nasional serta
mengusasahakan
sinkronisasi di
antar program
Penyusunan Repelita I belum didasarkan pada GBHN, karena MPRS
tidak sempat menyusun GBHN. Penyusunan Repelita I didasarkan pada
Instruksi Presidium Kabinet No. 15/EK/IN/3/1967.
Sasaran Pokok Kebijakan pembangunan terdiri atas :
1.
Bidang
ekonomi
:
menambah
pendapatan
nasional
perkapita;
memperbesar hasil devisa; memperluas kesempatan kerja; memperbaiki
pendapatan riil perkapita
2.
Bidang Spiritual : mencapai kemajuan dan keleluasaan lebih nyata dalam
pengembangan jiwa dan bakat rakyat
3.
Bidang Pertahan dan keamanan : melindungi rakyat, kemerdekaan
bangsa dan keutuhan wilayah negara
Tahap stabilisasi dan rehabilitasi dilaksanakan melalui program
pengendalian tingkat inflasi; program pemenuhan kebutuhan pangan
dan sandang; program rehabilitasi prasarana ekonomi; dan program
peningkatan ekspor
Penerapan prinsip-prinsip ekonomi yang rasional dengan mengambil
tindakan yang realistis dilakukan untuk beberapa pencapaian
yaitu :
Keseimbangan yang wajar dalam pendapatan dan
pengeluaran negara
Keseimbangan yang wajar dalam neraca Luar
Negeri
Kelancaran produksi
Kelancaaran peredaran barang
Kinerja yang dicapai juga ditandai dengan kenaikan produksi
beras dan sandang, rehabilitasi prasarana seperti irigasi, jalan,
lapangan udara, serta rehabilitasi,perluasan dan penyelesaian
pabrik-pabrik, serta usaha meningkatkan produksi kerajinan
rakyat. Untuk mendorong penanaman modal, baik dalam negeri
maupun asing, diterbitkan UU tentang PMA (1967) dan PMDN
(1968).
GBHN dalam era PJP-I (1969-1993) berisi grand design atau “garis
besar kebijakan” penyelenggaraan negara dan pembangunan
bangsa yang mendasari pola dasar pembangunan nasional, Pola
Umum Pembangunan Jangka Panjang (PJP) 25 Tahun dan Pola
Umum Pembangunan Lima Tahunan.
Tantangan yang dihadapi dalam era PJP-I adalah bagaimana
membangun landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang sendiri
melalui pembangunan secara bertahap agar siap memasuki era tinggal
landas dalam upaya menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila.
Tantangan pada Repelita I adalah terlaksanannya pembangunan
untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat banyak.
Repelita II adalah Perluasan kesempatan kerja
Repelita III adalah Perluasan kegiatan-kegiatan pembangunan yang
ditujukan pada peningkatan kesejahteraan rakyat
Repelita IV adalah Peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki
kesejahteraan rakyat
Repelita V adalah Pemantapan, konsolidasi dan peningkatan
pembangunan disetiap bidang kehidupan agar dalam Repelita VI Bangsa
Indonesia siap untuk memasuki tahap awal tinggal landas.
Falsafah
pembangunan selama
PJP-I adalah
pembangunan
manusia seutuhnya
dan pembangunan
seluruh masyarakat
Indonesia
berdasarkan Pancasila
Arah Pembangunan
adalah untuk mencapai
keselarasan, keserasian
dan keseimbangan ntara
kemajuan Lahiriah dan
Batiniah dan
terlaksananya
pembangunan secara
merata di seluruh tanah
air
Tujuan utama PJP-I
adalah terciptannya
laandasan yang kuat bagi
bangsa Indonesia untuk
tumbuh dan berkembang
atas kekuatan sendiri
menuju masyarakat yang
adil an makmur
berdasarlan pancasila
PJP-I mencakup pembangunan dibidang ekonomi; agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sosial budaya;
politik dan pertahan keamanan
Pembangunan Indonesi bertumpu pada sinergi pada tiga paradigma
berupa keterpaduan pemikiran dan tindakan yang saling menunjang
antara peemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat di seluruh Tanah Air.








Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat
banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan
Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
kesehatan
Pemerataan pembagian pendapatan
Pemerataan kesempatan kerja
Pemerataan kesempatan berusaha
Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam
pembangunan khususnya bagi generasi muda dan
kaum wanita
Pemerataan pembangunan di seluruh tanah air
Pemerataan memperoleh peradilan
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, diperlukan
investasi dalam jumlah besar. Dengan berpedoman bahwa pelaksanaan
pembangunan
pendanaan
berlandaskan
luar
negeri
kemampuan
diletakkan
sendiri,
sebagai
sumber-sumber
pelengkap.
Adapun
pertimbangan bahwa di satu pihak sumber penerimaan dalam negeri
masih belum mencukupi sedangkan di lain pihak pelaksanaan
pembangunan nasional dilaksanakanlebih luas, llebih cepat dan lebih
merata, maka ditempuh kebijakan untuk menerima sumber daa luar
negeri, baik berupa bantuan dan pinjaman luar negeri maupun
penanaman modal asing.
Untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar dunia
dilakukan serangkaian kebijakan devaluasi. Sedangkan untuk
mendukung upaya peningkatan ekspor pemerintah menerapkan
kebijakan kurs valuta aktif mengambang dan terkendali.
Peran penting Bappenas bukan saja terlihat dari posisi, tugas dan
fungsinya, melainkan juga dari karya nyata yang dihasilkan
dengan menjabarkan GBHN ke dalam Repelita serta penilaian
kenierja yang dilaksanakan sepanjang PJP-I
Sistem perencanaan pembangunan yang dikembangkan pada PJP-I
meliputi Perencanaan Jangka Panjang 25 Tahun yang disusun dalam
GBHN yang diwujudkan secara bertahap melalui Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita). Repelita kemudian dijabarkan dalam Rencana
Oprasional
Tahunan
(ROT)
yang
memuat
berbagai
program
pembangunan sektor dan daerah lengkap dengan target fisik dan
pembiayaan. Adapun pertimbangan pagu anggaran yang diberikan
Bappenas dan proyek-proyek yang akan dilaksanakan adalah proyek
dengan prioritas tinggi.
Untuk mencapai berbagai saran dan tujuan pembangunan nasional
secara efesien dan efektif, dalam sistem pelaksanaan rencana
pembangunan dikembangkan tata cara pengelolaan pelaksanaan
kebijakan dan program pembangunan. Pengelolaan pelaksanaan
program yang mendapatkan dukungan anggaran didasarkan pada
ketetapan Presiden tentang pedoman pelaksanaan APBN yang terus
disempurnakan. Langkah-langkah perbaikan meliputi sistem dan
proses pengelolaan perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan
pembiayaan, dan pemantauan serta pengendalian pelaksanaan
rencana pembangunan.
Melalui pembangunan kependudukan diupayakan agar penduduk
Indonesia yang besar jumlahnya dapat benar-benar menjadi modal dasar
bagi pembangunan. Upaya pengendalian jumlah penduduk selama PJP-I
yang dilaksanakan melalui program Keluarga Berencana dan program
terkait berhasil menurunkan laju pertumbuhan penduduk secara
bermakna. Keberhasilan dalam melaksanaka program KB diakui dunia
internasional dan menjadikan Indonesia sebagai model bagi pelaksanaan
program keluarga berencana yang dinilai berhasil.




Falsafah pembangunan PJP II tetap Bersumber pada Pancasila.
Dalam falsafah pembangunan bangsa Indonesia yaitu pembangunan
sebagai pengamalan pancasila, manusialah yang merupakan pengamalan
titik sentral dari segala upaya pembangunan.
Manusia adalah sumbeer daya pembangunan yang merupakan sasaran
paling utama yang akan dibangun kemampuannya sebagai pelaksana
dan penggerak pembangunan
PJP-II brtujuan mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta
sejahtera lahir dan batin, dengan sasaran umum terciptanya kualitas
manusia dan masyarakat indonesia yang maju, mandiri dan sejahtera
o
o
o
Sistem Perencanaan Pembangunan era PJP-II, khususnya Repelita
VI, pada dasarnya mirip PJP-I.
Penjabaran Tahunan Repelita VI dituangkan dalam rencana
tahunan yang diakomodasi dalam RAPBN.
Proses perencanaan, penyusunan Repelita VI dan perencanaan
anggaran pembangunan dilakukan Bappenas dengan
memperhatikan aspirasi dan mengundang partisipasi aktif
masyarakat.
Hasil pelaksanaan Repelita VI, antara lain terlihat dari
kesejahteraan rakyat secara keseluruhan bertambah
baik dan beberapa sasaran akhir Repelita VI telah
terlampaui, walaupun masih ada sejumlah sasaran
yang belum dapat dicapai
Krisis Multidimensi yang mengakhiri pemerintahan Orde Baru
bermula dari guncangan nilai tukar mata uang beberapa negara
dikawasan Asia Tenggara dan Asia Timur terhadap mata uang
kuat dunia, terutama Dollar AS. Landasan ekonomi yaang
dianggap kuat ternyata tidak berdaya menghadapi gejolak
keuangan eksternal, serta kesulitan makro dan mikro ekonomi.
Salah satu kelemahan Indoesia adalah besarnya beban utang luar
negeri sektor swasta yang tiidak dilindungi terhadap resiko
fluktasi mata uang. Sistem pengawasan perbankan yang lemah
akibat intervensi pemerintah yang kuat merupakan faktor lain
yang menyebabkan sistem keuangan domestik tidk mampu
menghadapi tekanan eksternal tersebut.
Perencanaan Pembangunan di Indonesia
1998-2004
Di Indonesia, krisis yang berkembang menjadi krisis ekonomi itu telah
menguak berbagai kelemahan dalam ssistem dan struktur perekonomian
nasional. Akibatnya, muncul berbagai kesenjagan yang di tandai dengan
besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran.
Kelemahan Fundamental terletak pada diabaikannya perekonomian
keerakyatan. Perkembangan yang ada cenderung menunjukan corak
sangan monopolistik. Wabah KKN
tampak tak terbendung dan tata
kelola pemerintahan tidak tegak dengan baik.
Tantangan
Lain
yang
dihadapi
pada
era
1998-2004
adalah
berkembangnya kultur politik yang tidak mendukung berlangsungnya
pelaksanaan fungsi berbagai lembaga pemerintahan, politik dan ekonomi
secara demokratis. Berkembangnya mekanisme hubungan pusan dan
daerah cenderung perpola pada sentralisasi kekuasaan dan pengambilan
keputusan yang kurang sesuai dengan kondisi geografis dan demografis
yaang justru membutuhkan sistem yang desentralistik. Selain itu,
dihadapi pula tantangan dependensi sistem peradilan pada eksekutif.
Paradigma
pembangunan
merupakan
reformasi
total
periode
1998-2004
secara
terencana,
melembaga, dan berkesinambungan sebagai koreksi
terhadap seluruh penyimpangan yang telah terjadi di
bidang
ekonomi,
pemerintahan.
politik,
dan
kelembagaan
Mengatasi krisis ekonomi dalam waktu sesingkatsingkatnya, dengan sasaran pokok dan langkah
kebijakan yang terarah pada stabilisasi nilai tukar
rupiah
Konsolidasi demokrasi dengan sasaran pokok dan
langkah kebijakan dan terarah pada peniingkatan
partisipasi aktif rakyat dengan memberikan
rumang gerak lebih luas terhadap hak-hak untuk
mengeluarkan pendapat
Penataan aparatur pemerintah dengan
mengembangkan sistem akuntabilitas publik
dengan sasaran pokok dan langkah kebijakan
terarah pada penciptaan pemerintahan yaang
bersih dari praktik KKN
Perencanaan pembangunan periode 1998-2004 didasarkan pada GBHN
1999
yang
dijabarkan
menjadi
Propenas.
Penyusunan
rencana
pembangunan berdasarkan model Propenas digunakan pendekaan yang
lebih menekankan skala prioritas dalam perumusan masalah dan
penyelesiannya. Pendekatan ini sejalan denga keterbatasan pembiayaan
dalam masa krisis. Selain itu, penyusunan Propenas dilaksanakan dengan
mengembangkan sistem perencanaan yang mengakomodasi prinsip
bottom up dan menghindari kekuasaan yang sentralistis dengan
menampung semua aspirasi masyarakat sesuai dengan semangat
demokratisasi dan desentralisasi yang berkembang saat itu.
UU No.25 / 2004 tentang SPPN merupakan sebuah produk hukum
pentingsetelah terhapusnya GBHN akibat amandemen konstitusi, ia juga
melengkapi dan memberi makna mengenai kinerja yang harus dicapai
dari pengeluaran anggaran yang ditetapkan dalam UU No. 17/2003
tentang keuangan negara, disampping rangkaian kebijakan lain yang
perlu di tempuh untuk mencapai tujuan NKRI sebagaimana ditetapkan
dalam pembukaan UUD 1945.
UU SPPN juga melembagakan sistem dan proses penyusunan kebijakan
pembangunan nasional dan daerah di negara hukum yang demokratis
tidak hanya dengan memadukan perencanaan dari atas dan dari bawah,
tetapi juga perencanaan tehnokratis (tehnical planning process) dan
perencanaan partisipatif (socio-political planning process)
Sistem pelaksanaan pembangunan era 1998-2004 utamanya berisi taata
cara
pelaksanaan
pemantauan
dan
program
pembangunan
pengawasan
yang
pelaksanaannya,
dibiayai
serta
APBN,
pengelolaan
pengembangan dan pelaksanaan berbagai kebijakan yang direncanakan.
Dalam tata cara pelaksanaan APBN termuat regulasi mengenai
swakelola,
lelang,
dan
penunjukan
langsung
yang
menunjukan
keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Sistem
pelaksanaan era reformasi ditandai dengan diterapkannya prinsip-
prinsip clean government dan good governance berupa keterbukaan ,
partisipasi , dan akuntabilitas.
Kinerja yang ditunjukkan pada reformasi di berbagai bidang kehidupan :
Upaya stabilitasi rupiah dan
pencegahan hiperinflasi telah
meningkatkan nilai rupiah
terhadap dolar AS dan
menurunnya tingkat inflasi
secara nyata
Netralisasi BI berhasil
dikukuhkan dengan
diterbitkannya UU No 23/1999
yang didasarkan pada prinsip
indepensi bank sentral
terhadap intervensi eksekutif
Terbitnya UU No 5/1999
tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat
Inflasi selama periode itu
mencapai 10-12persen, lebih
tinggi dari sasaran Propenas
yang sebesar 6-8persen.
Hasil fenomenal yang dicapai pemerintahan periode 1998-2004 adalah
pelunasan seluruh hutang pemerintah, sekaligus mengakhiri hubungan
kerja sama dengan IMF. Amandemen Konstitusi berhasil dituntaskan
pada 2002 dan sistem perencanaan pembangunan nasional pada 2004
telah memiliki landasan hukum yang kuat sebagaimana tertuang dalam
UU No. 25/2004 tentang sistem Perncanaan Pembangunan Nasional
(SPPN).
Perencanaan Pembangunan di
Indonesia 2004-2025
Beberapa tantangan yang dihadapi selama era 2004-2009 sebagai berikut :
Bidang
Kesejahteraan
Rakyat :
- Menurunnya
kesejahteraan
rakyat.
Bidang Tata
Ruang:
- alih fungsi
lahan
pertanian
meningkat
Bidang Sosial :
- Pembagian
peran dan
tanggujawab
antar
pemerintahan
belum mantap
Bidang
Perekonomian
:
-Kesenjangan
anatr ddaerah
massih lebar
Bidang
Keamanan :
- Kejahatan
konvensional
dan
transnasional
serta
penyalahguna
an narkoba
masih tinggi



Paradigma pembangunan era 2004-2009 adalah pertumbuhan yang
berkualitas dan berkelanjutan, keseimbangan antara demokrasi politik
dan ekonomi, pemantapan sistem kelembagaan dan perwujudan tata
kelola dan pemerintahan yang baik dan bersih.
Strategi pembangunan yang ditempuh adalahn :
1. menata kembali sistem kelembagaan
2. membangun negara di segala bidang untuk memenuhi hak dasar
rakyat.
Agenda kebijakan pembangunan nasional adalah menciptakan negeri
yang aman dan damai, adil dan demokratis dan rakyat yang sejahtera
Agenda Kebijakan
I
• Peningkatan rasa saling percaya dan
harmonisasi antar kelompok masyarakat
• Pengembangan kebudayaan yang
berdasarkan pada nilai luhur
Agenda Kebijakan
II
• Pembenahan sistem hukum nasional ddan
politik hukum
• Penghapusan deskriminasi
Agenda Kebijakan
III
• Penanggulangan kemiskinan
• Peningkatan daya saing industri
manufaktur
Sejak proklamasi kemerdekaan Agustus 1945, negara dan bangsa Indonesia
meletakkan perencanaan pembangunan sebagai bagian penting dalam sistem
dan proses penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa. Peran dan
fungsi perencanaan dinilai perlu dalam kondisi negeri yang relatif
terbelakang. Kolonialisme masa silam dan globalisasi masa kini yang
bergerak cepat sejak dekade akhir abad ke20 membawa berbagai tantangan
dan ancaman sekaligus peluang. Karena itu dibutuhkan ketahanan di bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan serta
daya saing yang tinggi. Semuanya memerlukan perencanaan strategis yang
konsisten
dengan
amanat
perjuanagan
bangsa
dan
sesuai
perkembangan lingkungan yang strategis pada tataran nasional.
dengan
Falsafah pembangunan adalah pemikiran mendasar yang dipilih dan
disepakati bersama untuk dijadikan “pedo-man prilaku berpikir dan
bertindak” dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa.
Hal
tersebut
berlandaskan
nilai-nilai
dasar
yang
tersua
dalam
Pembukaan UUD 1945 disertai grand teori, paradigma atau pola pikir
yang konsisten dengan falsafah bernegara dan pandangan hidup bangsa,
serta kesepakatan untuk mencari, memahami dan mengambangkan
solusi bersama yang dihadapi bangsa demi mewujudkan cita-cita dan
tujuan bernegara.
Dimensi nilai-nilai yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945
utamanya
adalah
guiding
values
and
principles
dalam
mengembangkan sistem dan proses penyelenggaraan negara dan
pembangunan bangsa, termasuk dalam memilih paradigma dan
mengembangkan strategi serta berbagai instrumen dan indikator
kinerja penyelenggaraan negara (governance) dan pembangunan
(development).
Download