BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas belajar sangat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Belajar
adalah suatu aktivitas di mana terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi
tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk
mencapai hasil yang optimal. Pada dasarnya manusia hidup di dunia ini tidak
lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Tentunya beribadah dan
beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Sebagaimana wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW yakni
QS.Al-Alaq ayat 1-5 :







    

  





    
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya”1
Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas
belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari, dan
1
Q.S (Al-Alaq: 1-5)
2
mengkaji, serta meneliti. Hal tersebut menggambarkan betapa pentingnya
belajar.
Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang
disepakati guru-siswa untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.2
Salah satu cara muwujudkan tujuan pendidikan tersebut adalah dengan
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Sebagaimana Mulyasa
mengatakan bahwa “Belajar hanya akan terjadi apabila siswa aktif mengalami
sendiri sehingga tujuan akhir dari proses pembelajaran akan tercapai ”. 3
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Najm ayat 39-41:
     
    




 
Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihat (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya
dengan balasan yang paling sempurna”4
Dalam proses pendidikan, guru merupakan salah satu faktor yang
menentukan terhadap kaberhasilan siswanya. Dengan demikian guru dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar tidak hanya dituntut agar mampu
menyampaikan materi pelajaran dan menguasai bahan pelajaran, tetapi harus
dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai
dengan apa yang dinyatakan UU No. 20 th 2003 bahwa pendidikan adalah
2
Pupuh Fathurahman, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan
Konsep Islami, Bandung: Aditama, 2007, hlm. 10
3
Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, hlm.
26
4
QS. (An-Najm: 39-41)
3
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.5
Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju
pada perubahan-perubahan tingkah laku baik secara intelektual, moral maupun
sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial didalam
masyarakat. Menurut H. M. Arifin yang dikutip oleh Ramayulis menyatakan
bahwa dengan adanya tujuan yang jelas, maka suatu pekerjaan akan jelas pula
arahnya.6 Usaha menyiapkan peserta didik dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan seperangkat pembelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk
kedalamnya Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu Bidang Studi yang
dipelajari di sekolah dasar. Dalam dokumen Permendiknas dikemukakan
bahwa IPS SD mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi
yang berkaitan dengan isu sosial.7 Ilmu Pengetahuan Sosial mempelajari
berbagai kenyataan sosial dalam kehidupan sehari-hari baik yang terjadi
sekarang maupun masa lampau. Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
ini tidak terlepas dari model atau metode yang diterapkan oleh guru, karena
5
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008,
hlm. 4
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, hlm. 148
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009, hlm. 194
7
4
model atau metode merupakan cara guru untuk mentransfer ilmu pada siswa,
agar siswa dengan mudah memahami materi ajar tersebut.
Berdasarkan
pengamatan
awal
peneliti,
bahwa
guru
telah
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan dalam proses
kegiatan belajar mengajar pada Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas
V Sekolah Dasar Negeri 163 Pekanbaru tetapi terlihat aktivitas belajar siswa
masih rendah, hal ini dapat terlihat dari berbagai gejala-gejala berikut:
1. Dari 41 orang siswa terlihat 21 orang siswa (51 %) yang tidak aktif atau
jarang bertanya dan mengemukakan pendapatnya kepada guru atau kepada
siswa lain apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.
2. Ketika guru memberikan suatu permasalahan untuk diselesaikan terdapat
17 orang siswa (41%) yang tidak dapat memecahkan masalah yang
dihadapi dalam proses pembelajaran.
3. Terdapat 20 orang siswa (49%) kurang mampu membuat kesimpulan
pelajaran dan kurang mendiskusikan tentang apa yang telah dipelajari
dengan temannya.
4. Hanya 25 orang siswa (61%) yang aktif mendengarkan guru menjelaskan
materi pelajaran, sedang 16 orang siswa (39%) masih bersikap acuh dan
siswa tidak suka bergabung dalam kelompok atau enggan bekerja sama
dengan orang lain.
Berdasarkan gejala-gejala yang dikemukakan di atas, guru dituntut
untuk melakukan perbaikan dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Salah
5
satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah dengan memilih model
pengajaran yang tepat. Tentunya model pengajaran tersebut dapat melibatkan
siswa aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar pun meningkat. Karena
keterlibatan siswa secara aktif dapat menjadikan pembelajaran menjadi efektif
dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Maka diperlukan bimbingan dari
guru agar aktivitas itu terus berkembang dan meningkat sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Hud ayat
93 :



    












 
Artinya:
“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut
kemampuanmu, Sesungguhnya aku pun berbuat (pula), kelak
kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang
menghinakannya dan siapa yang berdusta, dan tunggulah azab
(Tuhan), Sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu"8
Untuk meningkatkan aktivitas belajar tersebut, maka peneliti akan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe three step interview. Model
pembelajaran kooperatif tipe three step interview adalah model pembelajaran
kelompok yang terdiri dari tiga tahap tanya jawab. Dalam three step interview,
siswa membentuk pasangan dan secara bergantian mewawancarai satu sama
lain kemudian melaporkan apa yang sudah mereka pelajari pada kelompok
pasangan lainnya. Tiga tahap kegiatan (Wawancara-Wawancara-Laporan)
8
QS. (Hud ayat 93)
6
yang dimaksud disini adalah : 1) Siswa A mewawancarai atau bertanya
kepada siswa B, 2) Siswa B mewawancarai atau bertanya kepada siswa A, 3)
Siswa A dan B masing-masing merangkum respon mitra mereka untuk siswa
C dan D, demikian juga sebaliknya.9
Three step interview juga memiliki ciri-ciri utama yaitu memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama secara berpasangan dan
berkelompok. Mereka dapat saling memberi informasi dan pendapat sehingga
terjadi pemerataan informasi. Dengan keunggulan model pembelajaran
kooperatif tipe three step interview tersebut tentunya dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam membahas pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.10
Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin melakukan suatu penelitian
tindakan kelas sebagai upaya melakukan perbaikan dalam mencapai tujuan
pembelajaran dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada
Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Three Step Interview di Kelas V Sekolah Dasar Negeri
163 Pekanbaru ”
B. Defenisi Istilah
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menafsirkan penelitian ini, maka
penulis akan menegaskan beberapa istilah yang berkait dengan judul ini antara
lain:
9
Elizabert E. Barkley, Collaborative Learning Techniques, Bandung: Nusa Media, 2012,
hlm. 183
10
Yola, Model Pembelajaran, http://coretanyola.2013.blogspot.com. Diakses: 20 Agustus
2014. Pukul 13:12 WIB
7
1. Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan siswa yang terlibat langsung
dalam
proses
pembelajaran,
seperti
mengajukan
pertanyaan,
mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain.11
Adapun indikator aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS yaitu :
siswa aktif bertanya
kepada guru maupun kepada teman, siswa aktif
mengemukan pendapat, siswa aktif memberikan sumbangan terhadap
respons siswa yang kurang relevan atau salah, siswa aktif dalam mencari
jawaban
atas
permasalahan
yang
diberikan
guru,
siswa
aktif
menyimpulkan pelajaran, dan siswa aktif secara mandiri maupun secara
kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe three step interview adalah model
pembelajaran kelompok yang terdiri dari tiga tahap tanya jawab. Dalam
three step interview, siswa membentuk pasangan dan secara bergantian
mewawancarai satu sama lain kemudian melaporkan apa yang sudah
mereka pelajari pada kelompok pasangan lainnya.12
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan gejala-gejala di atas maka rumusan
masalah ini adalah bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe three
step interview dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada Bidang Studi
Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V Sekolah Dasar Negeri 163 Pekanbaru.
11
Jamal Ma’mur Asman, 7 Tips Aplikasi Pakem (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan), Yogyakarta: Diva Press (Anggota IKAPI), 2011, hlm. 95
12
Elizabert E. Barkley, Loc. Cit
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa pada Bidang
Studi Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model pembelajaran kooperatif tipe
three step interview di kelas V Sekolah Dasar Negeri 163 Pekanbaru.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran.
b. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini bagi guru yaitu dapat memberikan semangat
bagi guru Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya dan guru lain pada
umumnya untuk melaksananakan model pengajaran yang bervariasi
dan menjadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi sekolah dalam
rangka perbaikan pembelajaran.
d. Bagi Peneliti
9
Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
pengetahuan penulis terutama dalam bidang perbaikan pembelajaran.
Download