kemampuan arus kas operasi metode langsung dalam memprediksi

advertisement
KEMAMPUAN ARUS KAS OPERASI METODE LANGSUNG DALAM
MEMPREDIKSI ARUS KAS OPERASI MASA DEPAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar SARJANA EKONOMI
Program Studi Akuntansi
Nama
: RICCO HARI ARDHI
NIM
: 4320401-001
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: Ricco Hari Ardhi
NIM
: 4320401-001
Program Studi
: Akuntansi
Judul Skripsi
: “ Kemampuan Arus Kas Operasi Metode
Langsung Dalam Memprediksi Arus Kas
Operasi Masa Depan Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) ”.
Tanggal Ujian Skripsi
: 23 Mei 2008
Disahkan Oleh :
Pembimbing
(_________________________)
Tanggal :
Dekan,
Ketua Program Studi Akuntansi
(________________________)
(__________________________)
Tanggal :
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dan junjungan kami Nabi Muhammad
SAW atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Mercu Buana.
Penulis menyadari keterbatasan waktu, ruang dan dan tempat dalam
menyelesaikan menulis skripsi, namun keberhasilan ini bukan usaha penulis
semata-mata, tetapi juga bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Drs Hadri Mulya, M.Si.
Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Mercu Buana.
2. Bapak Sabaruddin Muslim, SE, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana.
3. Ibu Fitri Indriawati, SE, M.Si. Selaku Pembimbing Skripsi.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya selama
kuliah.
5. Untuk kedua orang tua tercinta, adik saya roi, dan saudara-saudaraku yang
telah memberi motivasi, semangat, serta doa sehingga saya bisa
menyelesaikan skripsi ini.
6. Untuk Mama dan Bapak saya, Mbah Man, Mbah mikko dan Wariyem,
Eka dan Putri yang sudah membantu saya selama kuliah dan memberi
iii
semangat terus menerus kepada saya, sehingga saya bisa menyelesaikan
skripsi dan kuliah.
7. Untuk sahabat saya tole dan teman-teman saya, lek koto, roby, khusus
untuk ona dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu saya selama kuliah dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk menyempurnakan
skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata, dengan segala keterbatasan dan
kesederhanaan skripsi ini, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk menambah
pengetahuan.
Jakarta, Mei 2008
Penulis
Ricco Hari Ardhi
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………….. ii
KATA PENGANTAR …….…………………………………………..
iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………...
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………
4
D. Sistematika Penulisan ……………………………………….
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Arus Kas ……………………………………………
7
1. Pengertian Kas ……………………………………………
7
2. Pengertian Laporan Arus Kas …………………………..
8
B. Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas ……………………
10
1. Tujuan Laporan Arus Kas ……………………………....
10
2. Manfaat Laporan Arus Kas …………………………….
12
v
C. Klasifikasi Arus Kas ……………………………………….
15
1. Aktivitas Operasi ………………………………………
16
2. Aktivitas Investasi ……………………………………..
17
3. Aktivitas Pendanaan ……………………………………
18
D. Metode Dalam Penyusunan Laporan Arus Kas …………..
19
1. Metode langsung ( Direct Method ) …………………….
20
2. Metode Tidak Langsung ( Indirect Method ) …………...
22
E. Sumber Informasi yang Dibutuhkan dalam Penyusunan
Laporan Arus Kas ………………………………………….
24
F. Penyusunan Laporan Arus Kas ……………………………..
25
G. Format Laporan Arus Kas ………………………………….
29
H. Penelitian-Penelitian Sebelumnya Tentang
Laporan Arus kas …………………………………………….
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum …………………………………………....
33
B. Metode Penelitian ……………………………………………
34
C. Hipotesis Penelitian …………………………………………
35
D. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………
36
E. Variabel dan Pengukurannya ……………………………..
37
F. Definisi Operasional Variabel ……………………………..
38
G. Metode Pengumpulan Data ………………………………
39
H. Metode Analisis Data ……………………………………...
39
vi
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Statistik Deskriptif ………………………………
46
B. Uji Asumsi Klasik ………………………………………..
47
C. Analisis Regresi Sederhana ……………………………….
50
D. Pengujian Hipotesis ……………………………………...
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………….
55
B. Saran ………………………………………………………
56
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SURAT KETERANGAN RISET
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Format Laporan Arus Kas Metode Langsung ………………….. 29
Tabel 1.2 Format Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung …………… 30
Tabel 2.1 Statistik Deskripif ………………………………………………. 46
Tabel 3.1 Uji Normalitas Data ……………………………………………. 47
Tabel 3.2 Uji Asumsi Klasik Autokorelasi ………………………………. 48
Tabel 3.3 Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas ………………………... 49
Tabel 3.4 Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas ………………………….. 50
Tabel 4.1 Coefficients(a) …………………………………………………. 51
Tabel 4.2 R² (Koefisien Determinasi) …………………………………….. 52
Tabel 5.1 Uji T-Test Coefficients(a)……………………………………… 53
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan
teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan
lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu
keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan produk luar, dunia usaha pun
harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah
mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin singkatnya masa edar
produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan.
Dalam melaksanakan proses pembangunan keadaan tersebut merupakan
kenyataan yang harus dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang
menentukan dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, sekaligus merupakan
paradigma baru yang harus dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan
proses industrialisasi negaranya. Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam
pembangunan industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan globalisasi
ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan
yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua
negara, sehingga fokus strategi pembangunan industri pada masa depan adalah
membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik.
1
Tidak bisa dipungkiri bahwa pertumbuhan sektor industri atau manufaktur
sangat terkait dengan perkembangan investasi yang ada pada suatu negara. Hal ini
dikarenakan perusahaan manufaktur sangat membutuhkan sumber pembiayaan
yang cukup besar baik dalam pendirian, operasi, pertumbuhan maupun perluasan
usaha. Disini suatu sistem pasar modal untuk menumbuhkan berbagai kegiatan
investasi harus tersedia dan menjadi moto penggerak pertumbuhan industri.
Masyarakat, calon investor, kreditor, analis, konsultan maupun pemerintah
sangat berkepentingan terhadap informasi yang akurat dan dapat dipercaya dalam
menganalisa perusahaan-perusahaan yang akan dijadikan tempat berinvestasi dan
memberikan keuntungan maksimal. Informasi yang diperlukan untuk menganalisa
kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah tersedia di Pusat Referensi Pasar
Modal yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Informasi yang dimaksud adalah
laporan keuangan berupa neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, catatan atas laporan keuangan dan informasi mengenai harga
saham dan aktivitas usaha yang biasa disajikan dalam bentuk prospektus atau
company profile.
Salah satu alat ukur yang dijadikan alat untuk pengambilan keputusan
pihak manajemen perusahaan investor dan kreditor adalah arus kas. Informasi arus
kas suatu perusahaan berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk
menggunakan arus kas tersebut. Arus kas historis dapat memprediksi penerimaan
kas dari deviden dan mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan
nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Beberapa
2
penelitian telah menunjukkan kemampuan arus kas dalam memprediksi arus kas
operasi di masa depan Supriyadi ( 1999 ), Fitriastuti ( 2004 ).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai lembaga yang berwenang
menetapkan standar akuntansi keuangan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan ( PSAK : 2007 ) No. 2 menyebutkan tentang pentingnya pelaporan dan
penyajian informasi arus kas. Perusahaan harus melaporkan laporan arus kas dari
aktivitas operasi menggunakan salah satu dua metode pelaporan arus kas, yaitu
metode langsung dan metode tidak langsung pada periode tahunan. Financial
Accounting Standard Board (FASB) berkeyakinan bahwa metode langsung
menyajikan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan
yang tidak dapat dihasilkan dengan metoda tidak langsung. Dalam penelitian ini
arus kas historis merupakan variabel penentu dalam mengestimasi arus kas masa
depan.
Menguji suatu penelitian mengenai analisis laporan arus kas metode
langsung dalam memprediksi arus kas masa depan yang digunakan sebagai
prediksi keuntungan investasi di masa yang akan datang serta adanya penelitian
sebelumnya menunjukan hasil yang kurang signifikan, mendorong penulis untuk
melakukan suatu penelitian guna mengetahui informasi tentang :
“ Kemampuan Arus Kas Operasi Metode Langsung Dalam Memprediksi
Arus Kas Operasi Masa Depan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia (BEI) ”.
3
B. Perumusan Masalah
Dalam penyusunan skripsi, penulis mengangkat masalah tentang analisa
arus kas metode langsung dalam memprediksi arus kas masa depan pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Adapun pokok permasalahan
yang disimpulkan sebagai berikut :
1. Apakah arus kas operasi periode sebelumnya dapat memprediksi arus kas
operasi masa depan ?
2. Seberapa besar kontribusi pengaruh arus kas operasi periode sebelumnya
terhadap arus kas operasi masa depan ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam rangka penelitian dan
penulisan skripsi ini yaitu :
a.) Untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan arus kas operasi periode
sebelumnya dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
b.) Untuk mendapatkan bukti empiris seberapa besar kontribusi arus kas
operasi periode sebelumnya dalam mempengaruhi arus kas operasi
masa depan.
4
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaaan penelitian dan penulisan skripsi berhubungan dengan manfaat
yang hendak dicapai, yaitu :
a.) Bagi Penulis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menjadi media belajar dan
diskusi ilmiah bagi penulis dalam memahami persoalan dan
perkembangan dalam dunia ekonomi, dan ingin membuktikan
kemampuan dan kontribusi pengaruh arus kas metode langsung dalam
memprediksi arus kas pada perusahaan manufaktur yang telah terdaftar
di Bursa Efek Indonesia ( BEI ).
b.) Bagi perusahaan
Melalui penelitian ini pula, diharapkan akan memberikan masukan
bagi perusahaan yang menjadi obyek penelitian khususnya mengenai
kemampuan metode langsung arus kas dalam memprediksi arus kas
masa depan.
c.) Bagi pembaca dan Masyarakat
Bagi pembaca dan masyarakat, serta pihak yang berkepentingan,
penelitian ini diharapkan menjadi media informasi, wacana diskusi,
pengetahuan dan tambahan wawasan dalam memahami kemampuan
metode langsung dalam memprediksi arus kas masa depan
5
D. Sistematika Penulisan
Gambaran umum dan sistem penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab
dengan susunan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian.
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisikan kajian kepustakaan dan literatur teori.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi mengenai penjelasan gambaran umum penelitian, metode
penelitian, hipotesis, sampel penelitian, variable penelitian, definisi operasional
variable, metode pengumpulan data, metode analisis data.
Bab IV Analisis Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi uraian tentang hasil analisis dan pembahasan penelitian.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan analisis
dari penelitian.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Arus Kas
1. Pengertian Kas
Kas merupakan aktiva lancar, aktiva yang paling likuid, dan
merupakan media pertukaran standard dan pengukuran serta akuntansi untuk
semua pos pos neraca lainnya ( Kieso, dkk. 2002 ). Kas terdiri dari uang
logam, uang kertas dan dana yang tersedia pada simpanan di bank ( giro,
bilyet giro, wesel bank, deposito, tabungan ).
Adapun pengertian kas menurut Skousen dan Stice ( 2004 : 243 ) dapat
dijelaskan sebagai berikut : “ Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid
( cair ) dan terdiri dari pos-pos yang berlaku sebagai alat tukar dan
memberikan dasar pengukuran akuntansi “.
Kas mempunyai peranan penting dalam membiayai aktivitas
perusahaan sehari-hari, baik aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas
pendanaan. Kas mudah untuk disalahgunakan mengingat sifatnya yang paling
mudah untuk dikonversi atau ditukar dengan aktiva lain, maka pihak
manajemen kas harus melakukan pengendalian internal ( internal control ).
Hal ini dimaksudkan agar kas yang ada benar-benar dipergunakan untuk
7
keperluan perusahaan serta terlindungi dari penggelapan dan pencurian oleh
pihak yang tidak berkepentingan.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK : 2007 ) No.
2 Paragraf 05, kas di didefinisikan sebagai berikut : “ Kas adalah terdiri dari
saldo kas ( cash on hand ) dan rekening giro”. Sedangkan yang dimaksud
dengan setara kas didefinisikan sebagai berikut : “ Setara kas adalah investasi
yang sifatnya likuid, berjangka waktu pendek yang dengan cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan
nilai yang signifikan “ .
Penerimaan kas oleh perusahaan berasal dari bermacam-macam
sumber seperti penjualan tunai, penagihan piutang dagang, penerimaan bunga,
sewa deviden dan lainnya. Perusahaan juga melakukan pengeluaran kas yang
dipergunakan untuk membayar berbagai kewajiban kepada pihak kreditor atau
pihak luar. Bentuk bentuk kewajiban tersebut seperti pembayaran hutang yang
telah jatuh tempo, pembayaran atas pembelian asset-asset untuk kegiatan
operasi perusahaan, pembayaran beban atas usaha mendapatkan pendapatan,
pembayaran untuk keperluan investasi dan sebagainya.
2. Pengertian Laporan Arus Kas
Arus kas merupakan suatu perputaran penerimaan kas dan pengeluaran
kas yang terjadi di dalam perusahaan sebagai akibat dari adanya aktivitas
operasi yang dilakukan. Laporan arus kas melaporkan penerimaan dan
pengeluaran kas bersih dari semua kegiatan entitas usaha selama periode
8
tertentu, dan dari mana kas itu diperoleh atau datang dan bagaimana
dibelanjakan atau dipakai. Laporan tersebut juga memuat tentang perubahan
posisi kas dan setara kas perusahaan yang diakibatkan oleh aktivitas operasi,
aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan perusahaan pada suatu periode.
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK :
2007 ) No. 2, paragraf 05, pengertian arus kas adalah sebagai berikut : “Arus
kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas “.
Menurut Henry ( 2000 : 488 ) pengertian laporan arus kas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Laporan arus kas ( cash flow statement ) adalah laporan keuangan yang
memperlihatkan pengaruh dari aktivitas operasi, aktivitas investasi,
aktivitas operasi perusahaan terhadap arus kas selama periode
akuntansi tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal
dan akhir kas.
Dengan memeriksa dua neraca yang berurutan periodenya akan terlihat
apakah kas mengalami peningkatan atau penurunan, tetapi neraca tidak
menunjukan kenapa saldo kas tersebut dapat berubah. Melalui laporan arus
kas inilah akan dijelaskan sebab dari perubahan saldo kas tersebut.
Informasi arus kas yang disajikan dalam laporan arus kas tidak bisa
dipelajari dengan sendirinya dari laporan keuangan yang lain seperti neraca,
laporan laba-rugi, dan laporan perubahan ekuitas. Oleh karena itu, Ikatan
Akuntan Indonesia ( IAI ) melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
( PSAK : 2007 ) No. 2 Paragraf 01, mengatur dan menyatakan tentang laporan
arus kas sebagai berikut :
9
Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan
persyaratan dalam pernyataan ini dan harus menyajikan laporan
tersebut sebagian bagian yang tak terpisahkan ( integral ) dari laporan
keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
B. Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas
1. Tujuan Laporan Arus Kas
Laporan arus kas mempunyai tujuan utama untuk memberikan
informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu entitas atau
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan tersebut, memaparkan
informasi tentang kegiatan-kegiatan operasi, investasi dan pendanaan dari
suatu entitas selama periode tertentu. Selain itu, laporan arus kas ini akan
memberikan
informasi
yang
memungkinkan
para
pemakai
untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan dan struktur
keuangan seperti likuiditas dan solvabilitas. Laporan arus kas juga dapat
dipakai untuk mengevaluasi kemampuan arus kas dalam rangka adaptasi
dengan perubahan keadaan dan peluang bisnis
Menurut Hongruen, Horissen dan linda ( 2007 : 146 ) dalam bukunya,
laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut ini
a. Untuk memperkirakan arus kas masa depan
b. Untuk mengevaluasi pengambilan keputusan
c. Untuk menentukan kemampuan membayar deviden kepada
pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada
kreditor
10
d. Untuk menunjukan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas
perusahaan
Adapun tujuan laporan arus kas menurut Eldon S. Hendriksen ( 2004 :
225 ) adalah memungkinkan untuk mengevaluasi likuiditas, solvensi dan
fleksibilitas, dimana tiga unsur ini saling berkaitan :
a. Likuiditas,
diartikan
sebagai
kemampuan
relatif
untuk
mengkonversi aktiva ke dalam kas. Informasi ini berguna untuk
mengevaluasi waktu dari arus kas yang kan datang.
b. Solvensi,
diartikan
sebagai
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo. Solvensi
sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
c. Fleksibilitas, adalah kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan
kesempatan-kesempatan yang menguntungkan.
Adapun tujuan laporan arus kas menurut Financial Accounting
Standars Board ( FASB : 1987 ) dalam SFAS No. 95 adalah menyajikan
informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan
selama satu periode. Untuk tujuan ini laporan arus kas melaporkan sebagai
berikut :
a. Kas yang mempengaruhi operasi selama suatu periode
b. Transaksi investasi dalam suatu periode
c. Transaksi pembiayaan dalam suatu periode
d. Kenaikan dan penurunan bersih kas selama suatu periode
11
Pelaporan sumber, tujuan pemakaian, dan kenaikan atau penurunan
bersih kas dapat membantu investor, kreditor dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan mengetahui apa yang terjadi terhadap sumber daya perusahaan
yang paling likuid.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK : 2007 )
No. 2, tujuan laporan arus kas adalah sebagai berikut :
“ Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para
pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan
perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut “.
Arus kas memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan
setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun
pendanaan dalam suatu periode. Dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian
perolehannya.
2. Manfaat Laporan Arus Kas
Manfaat utama penyajian informasi arus kas adalah membantu investor
atau kreditor dalam memprediksi kas yang mungkin didistribusikan dalam
bentuk deviden di masa yang akan datang atau bunga serta distribusi likuiditas
atau pembayaran kembali kepada principal. Selain itu, informasi arus kas
membantu dalam penilaian resiko variabilitas return yang akan datang dan
profitabilitasnya. Para investor dan kreditor dari perusahaan ingin mengetahui
12
berapa besar kemungkinan investasi ( return on investment ) mereka dan juga
peluang mereka untuk mencapai imbalan investasi tersebut.
Informasi arus kas merupakan informasi mendasar bagi investor dalam
penilaian harga pasar sekuritas. Meningkatnya nilai atau harga pasar yang
dimiliki oleh perusahaan memberikan gambaran bahwa masyarakat maupun
investor menaruh kepercayaan yang bagus terhadap kinerja perusahaan dalam
menjalankan operasinya. Kondisi seperti ini akan meningkatkan nilai
perusahaan dan menjadi modal bagi perusahaan dalam menarik minat para
investor potensial untuk ikut serta dalam mengembangkan perusahaan.
Jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah arus kas yang dihasilkan cukup untuk membayar dan
menutupi berbagai pinjaman yang dilakukan perusahaan. Selain itu, jumlah
arus kas yang cukup besar menjadi informasi yang penting bagi investor
maupun kreditor dalam menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Dengan jumlah arus kas dari aktivitas operasi yang besar, maka
perusahaan memiliki dana yang cukup besar dalam membayar dan menutupi
berbagai pinjaman
yang dilakukan, membayar deviden, memelihara
kemampuan operasi dan melakukan investasi baru tanpa harus mengandalkan
sumber pembiayaan dari luar.
Bagi manajemen perusahaan sebagai pengguna internal, laporan arus
kas bermanfaat untuk melakukan evaluasi dan perencanaan dalam mengelola
keuangannya guna memperbaiki kinerja perusahaan. Apabila digunakan dalam
kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas dapat
13
memberikan
informasi
yang
memungkinkan
para
pemakai
untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktivitas bersih perusahaan dan struktur
keuangan
termasuk
likuiditas
serta
solvabilitas.
Kemudian,
untuk
mengevaluasi kemampuan dalam mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas
dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Sedangkan kegunaan laporan arus kas menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan ( PSAK : 2007 ) No. 2, Paragraf 03, adalah untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
Artinya bahwa laporan arus kas historis dapat digunakan sebagai tolok ukur
dalam memprediksi kemampuan perusahaan memperoleh arus kas dimasa
depan. Selain itu memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk
menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari
berbagai perusahaan. Informasi tersebut meningkatkan daya banding
pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena mentiadakan pengaruh
penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi peristiwa
yang sama. Informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari
taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan menentukan
hubungan antara profitabilitas dana arus kas bersih serta dampak perubahan
harga.
Menurut Sofyan Syarif Harahap ( 2002 : 257 ), dijelaskan tentang
manfaat dari laporan arus kas yaitu :
14
a. Kemampuan
perusahaan
menghasilkan
kas,
merencanakan,
mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada
masa lalu.
b. Kemungkinan arus kas masuk dan arus kas keluar, arus kas bersih
perusahaan termasuk kemampuan membayar deviden di masa yang
akan datang.
c. Informasi bagi investor dan kreditor dalam memproyeksikan return
dari sumber kekayaan perusahaan.
d. Kemampuan perusahaan untuk memasukan kas perusahaan di
masa yang akan datang.
e. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas.
C. Klasifikasi Arus Kas
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan cara
yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Suatu transaksi tertentu
dapat meliputi arus kas yang diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas.
Sebagai contoh, jika pelunasan bank meliputi pokok dan pinjaman dan bunga,
maka bunga merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas
operasi dan pokok pinjaman merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai
aktivitas pendanaan.
15
1. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan ( principal revenue – producing activities ) dan aktivitas lain yang
bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Setelah
perusahaan berdiri kegiatan operasi merupakan kegiatan penting yang utama
diikuti oleh kegiatan investasi dan pendanaan.
Kegiatan operasi menciptakan pendapatan dan beban dalam jalur
utama entitas suatu perusahaan. Laporan arus kas melaporkan dampaknya
terhadap kas. Arus kas masuk terbesar dari operasi adalah pengumpulan kas
dari pelanggan. Arus kas kurang penting adalah penerimaan bunga atas
pinjaman dan deviden atas investasi saham. Arus keluar kas operasi terbesar
meliputi pembayaran kepada pemasok dan karyawan serta pembayaran bunga
dan pajak.
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indikator
yang
menentukan
apakah
dari
operasi
perusahaan
dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memlihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi
mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain,
berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
Berikut ini beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas operasi
yang terjadi di dalam perusahaan :
a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.
16
b. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain.
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
d. Pembayaran kas kepada karyawan.
e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi
lainnya.
f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali ( restitusi ) pajak
penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus
sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.
g. Penerimaan dan pembayaran kas dari konrak yang diadakan
untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Pengungkapan
secara terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan
sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan.
Pada laporan arus kas kegiatan investasi mencakup lebih dari sekedar
pembelian dan penjualan aktiva yang digolongkan sebagai investasi di neraca.
Investasi dalam aktiva tetap menjadi dasar untuk kegiatan operasi di masa
yang akan datang. Suatu perusahaan yang melakukan investasi dalam gedung
17
dan peralatan nampak lebih kuat dibandingkan suatu perusahaan yang menjual
aktiva tetapnya.
Berikut ini beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi yaitu :
a. Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak
berwujud, dan aktiva jangka panjang lainnya, termasuk biaya
pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang
dibangun sendiri.
b. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan,
aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lain.
c. Perolehan saham dan instrumen keuangan perusahaan lain
d. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain
serta pelunasannya, kecuali yang dilakukan oleh lembaga
keuangan.
e. Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward
contracts, option contracts dan swap contracts kecuali apabila
kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan ( dealing
or trading ). Atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan.
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perusahaan
dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Pengungkapan
terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanan perlu dilakukan sebab
18
berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh
pemasok modal perusahaan. Kegiatan pendanaan mencakup kegiataan untuk
memperoleh kas dari investor dan kreditor guna membiayai dan melanjutkan
aktivitas operasi dan pengembangan perusahaan di masa yang akan datang.
Hal ini dilaksanakan melalui pengeluaran saham, peminjaman uang dengan
wesel bayar dan obligasi, penjualan saham perbendaharaan, pembayaran
deviden, serta pembelian saham perbendaharaan.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
sebagai berikut :
a. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal
lainnya.
b. Pembayaran kas kepada pemegang saham untuk menarik atau
menebus saham perusahaan.
c. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik
dan pinjaman lainnya.
d. Pelunasan pinjaman.
e. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha ( lesse ) untuk
mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna
usaha pembiayaan ( finance lease).
D. Metode Dalam Penyusunan Laporan Arus Kas
Metode dalam penyusunan dan penyajian laporan arus kas terdiri dari dua
yaitu metode langsung dan tidak langsung. Kedua metode itu menghasilkan sub
total yang sama untuk kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Pemilihan
19
diantara kedua metode ini tergantung kebijaksanaan masing-masing perusahaan
yang membuat laporan tersebut.
1. Metode langsung ( Direct Method )
Metode langsung lebih mudah untuk dimengerti dan memberikan
informasi yang lebih banyak untuk mengambil keputusan. Dengan memahami
bagaimana cara mendapatkan arus kas dengan metode langsung, akan
dipelajari hal-hal yang penting yang dapat digunakan dalam menganalisa
laporan keuangan, karena dalam akuntansi yang disusun dengan dasar akrual,
pengaruh transaksi terhadap kas sering tersembunyi. Dalam metode ini
kelompok utama dari penerimaan kas bruto dengan pengeluaran kas bruto
diungkapkan.
Menurut Skousen dan Stice ( 2004 : 284 ), mendefinisikan metode
langsung sebagai berikut : “ Metode langsung adalah suatu pendekatan untuk
mengkalkulasi dan melaporkan aliran kas dari aktivitas – aktivitas
pengoperasian yang merincikan penerimaan kas operasi utama dan kategorikategori pembayaran kas”.
Melalui metode langsung akan diperlihatkan penerimaan kas dari
pendapatan yang akan dibandingkan dengan pembayaran kas untuk
pengeluaran. Selain itu, dengan metode ini pendapatan dan pengeluaran yang
menggunakan akuntansi dengan dasar akrual diubah menjadi dasar kas.
Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi
dengan menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi
yang lebih berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat
20
dihasilkan dengan metode tidak langsung. Financial Accounting Standard
Boards ( FASB : 1987 ) mengungkapkan keuntungan metode langsung adalah
menunjukkan penerimaan dan pembayaran kas operasi.
Informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dengan
metode langsung dapat diperoleh dari :
a. Catatan akuntansi perusahaan, atau
b. Dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan dan
pos-pos
lain
dalam
laporan
laba-rugi
untuk
perubahan
persediaan, piutang usaha dan hutang usaha selama periode
berjalan. Kemudian pos lain yang berkaitan dengan arus kas
investasi dan pendanaan.
Metode langsung ini dapat direkonsiliasi menjadi metode tidak langsung
dalam menyusun laporan arus kas, untuk itu diperlukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Laporan laba-rugi lengkap yang digunakan khusus untuk
menyusun laporan arus kas.
b. Neraca perbandingan yang memuat informasi tentang kegiatan
investasi, pembiayaan dan operasi.
c. Analisis
terhadap
laporan
perkiraan
tertentu
yang
menggambarkan berbagai jenis transaksi dan kejadian yang
mempengaruhi kas baik langsung maupun tidak langsung.
Pembuatan laporan arus kas dengan metode langsung mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
21
a. Pertama, identifikasikanlah kegiatan-kegiatan yang meningkatkan
dan menurunkan kas.
b. Kedua, klasifikasikanlah setiap peningkatan kas dan setiap
penurunan kas sebagai kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan
kegiatan pendanaan.
c. Ketiga, identifikasikanlah pengaruh kas dari setiap transaksi.
Perusahaan-perusahaan
yang
menggunakan
metode
langsung
diisyaratkan paling sedikit melaporkan secara terpisah golongan penerimaan
dan pembayaran kas sebagai berikut :
a. Penerimaan
1) Kas yang ditagih dari pelanggan termasuk penyewa, pemakai
lisensi, dan sebagainya.
2) Bunga dan deviden yang diterima.
3) Penerimaan kas operasi lainnya jika ada.
b. Pembayaran
1) Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan pemasok barang
atau jasa termasuk pemasok asuransi, iklan, dan sebagainya.
2) Bunga yang dibayarkan
3) Pajak penghasilan yang dibayarkan
4) Pembayaran operasi lain jika ada
2. Metode Tidak Langsung ( Indirect Method )
Pengertian metode tidak langsung menurut Skousen dan Stice ( 2004 :
285 ) dalam bukunya, mendefinisikan sebagai berikut :
22
Metode tidak langsung adalah suatu metode untuk mengkalkulasikan
dan melaporkan aliran kas dari aktivitas pengoperasian yang
mencocokan pendapatan atau kerugian apapun, dan terhadap perubahan
di dalam aktiva dan hutang operasi berjalan.
Dengan metode ini, laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi
pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan
atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsurunsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau
pendanaan. Kenaikan aktiva merupakan arus kas keluar dan penurunan aktiva
menunjukan arus kas masuk, sedangkan kenaikan kewajiban dan modal
menunjukan arus kas masuk dan penurunan kewajiban dan menunjukan arus
kas keluar.
Bila menggunakan metode tidak langsung, dalam melaporkan aktivitas
operasi, laba bersih disesuaikan dengan perkiraan yang termasuk dalam
laporan laba rugi yang tidak menghasilkan arus kas masuk atau arus kas
keluar, contohnya penyusutan aktiva dan amortisasi. Selain itu juga dilakukan
penyesuaian terhadap laba atau rugi dari penjualan aktiva tetap dan operasi
yang dihentikan yang berkaitan dengan kegiatan investasi dan laba rugi
pembatalan hutang transaksi pendanaan. Kemudian dilakukan penyesuaian
terhadap laba tersebut dari perkiraan yang terdapat di neraca, yaitu dengan
cara menghitung selisih kenaikan atau penurunan perkiraan yang ada di
neraca.
Dalam metode tidak langsung ( indirect method ), arus kas bersih dari
menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh aktivitas operasi ditentukan
dengan :
23
a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama
periode berjalan.
b. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan piutang, pajak
ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum
direalisasi, laba perusajaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak
minoritas dalam laba rugi konsilidasi
c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau
pendanaan.
Pada dasarnya metode tidak langsung merupakan rekonsiliasi laba bersih
yang diperoleh perusahaan. Metode ini memberikan suatu rangkaian
hubungan antara laporan arus kas dengan laporan laba rugi dan neraca.
Perusahaan yang menggunakan metode tidak langsung diharuskan untuk
mengungkapkan perubahan dalam persediaan, piutang dan hutang secara
terpisah agar laba bersih dari aktivitas operasi dapat direkonsiliasikan.
Disamping itu bunga jumlah bersih yang dikapitalisasikan dan pajak
penghasilan yang dibayarkan harus diungkapkan dalam setiap laporan
keuangan atau dalam catatan yang menyertainya.
E. Sumber Informasi yang Dibutuhkan dalam Penyusunan Laporan Arus
Kas
Dalam pembuatan laporan arus kas diperlukan beberapa sumber untuk
menghitung dan menentukan arus kas yang terjadi dalam suatu periode tertentu
pada entitas usaha. Sumber informasi tersebut yaitu :
24
1. Neraca komparatif, adalah informasi yang menyajikan
perubahan
jumlah aktiva, kewajiban dan ekuitas dari awal hingga akhir periode.
Informasi ini di dapat dengan membandingkan saldo neraca suatu
entitas usaha pada dua periode berurutan, yaitu neraca periode tahun
berjalan dan neraca tahun lalu.
2. Laporan laba-rugi periode berjalan, adalah informasi yang menyajikan
kegiatan operasi suatu entitas usaha pada suatu periode tertentu.
Informasi ini membantu para analis dan pihak yang berkepentingan
lainnya untuk menentukan jumlah kas yang diterima dan digunakan
dalam kegiatan operasi selama periode berjalan.
3. Data transaksi tertentu yang terdapat dalam buku besar umum yang
memberikan informasi tambahan terinci yang dibutuhkan untuk
menentukan bagaimana kas diterima dan digunakan dalam periode
tertentu.
F. Penyusunan Laporan Arus Kas
Dalam penyiapan dan penyusunan laporan arus kas melibatkan tiga
langkah utama yaitu :
1.
Langkah Pertama : Menentukan Perubahan Kas.
Prosedur ini bersifat langsung karena perbedaan antara saldo kas dan akhir
dapat dengan mudah dihitung dengan memeriksa neraca komparatif atau
membandingkan neraca tahun berjalan dengan neraca tahun lalu
25
2. Langkah Kedua : Menentukan Arus Kas Bersih dari Kegiatan
Operasi.
Prosedur ini melibatkan analisis atas laporan laba-rugi tahun berjalan dan
neraca komparatif. Untuk menentukan arus kas bersih dari aktivitas operasi,
perlu dilaporkan pendapatan dan beban atas dasar kas (cash basic). Cara ini
dilakukan dengan menghilangkan atau mengeliminasi pengaruh transaksi
laporan laba rugi yang tidak menghasilkan kenaikan atau penurunan setara
dalam kas. Untuk konversi laba bersih dapat digunakan dua cara, yaitu:
a) Metode Langsung
Pada merode langsung, penerimaan dan pengeluaran kas dari
aktivitas operasi ditentukan terlebih dahulu. Selisihnya merupakan
kas yang tersedia (penerimaan lebih besar dari pengeluaran) dari
operasi atau yang digunakan untuk operasi (penerimaan lebih kecil
dari pengeluaran). Kemudian dbuat rekonsiliasi pendapatan bersih
dengan akun-akun yang tidak mempengaruhi kas. Informasi
mengenai penerimaaan dan pengeluaran kas dapat diperoleh dari:
1) Catatan akuntansi perusahaan.
2) Menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan dan pospos lain dari laporan laba rugi untuk:
i.Perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha
selama periode berjalan.
26
ii.Pos bukan kas lainnya.
iii.Pos lain yang berkaitan dengan arus kas invesrasi dan
pendanaan.
2. Metode Tak Langsung
Penggunaan metode tak langsung dalam menentukan arus kas
bersih dari aktivitas operasi berarti menyesuaikan laba bersih
akrual menjadi cash basis dengan menghilangkan pos-pos yang
hanya mempengaruhi laba bersih tetapi tidak mempengaruhi kas,
sehingga beban-beban non kas harus ditambahkan kembali ke laba
bersih, sebaliknya pendapatan non kas dikurangkan kembali dari
laba bersih.
Penyesuaian
dari
laba bersih
tersebut
akan
menghasilkan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Pengaruh pospos yang harus disesuaikan terhadap laba rugi adalah:
a.
Perubahan persediaan dari piutang usaha serta utang usaha
selama periode berjalan.
b. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak
ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valiuta asing yang
belum direalisasi, laba perubahan asosiasi yang belum
dibagikan dan hak minoritas dalam laba rugi konsolidasi.
c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau
pendanaan.
27
3.
Langkah ketiga : Menentukan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan
Pendanaan
Setelah arus kas dari aktivitas operasi dihitung, langkah selanjutnya adalah
menentukan apakah terdapat perubahan lainnya dalam akun-akun neraca yang
mengakibatkan kenaikan atau penurunan dalam kas, dan perubahan tersebut
diklasifikasikan ke dalam aktivitas investasi dan pendanaan.
Penyusunan arus kas dari aktivitas investasi dilakukan dengan cara:
a. Menyesuaikan investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak
berwujud, dan aktiva lain-lain.
b. Berdasarkan perubahan tersebut dapat ditentukan pengaruhnya terhadap
kas, yaitu apabila investasi bertambah maka perusahaan menggunakan
kas, sedangkan bila investasi berkurang maka merupakan penerimaan
kas.
Sedangkan penyusunan arus kas dari aktivitas pendanaan dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Membandingkan hutang jangka panjang dan ekuitas
b. Berdasarkan perubahan tersebut dapat ditentukan pengaruhnya
terhadap kas, yaitu bila hutang bertambah maka merupakan
penerimaan kas, sedangkan bila hutang berkurang maka penggunaan
kas.
28
G. Format Laporan Arus Kas
Tabel 1.1
Format Laporan Arus Kas Metode Langsung
Nama Perusahaan
Laporan Arus Kas (Metode Langsung)
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 200X
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Penerimaan kas dari pelanggaan xxx
Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan (xxx)
Kas yang dihasilkan operasi xxx
Pembayaran bunga (xxx)
Pembayaran pajak penghasilan (xxx)
Arus kas sebelum pos luar biasa xxx
Hasil dari asuransi karena gempa bumi xxx
Arus kas bersih dari aktivitas operasi
xxx
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Perolehan anak perusahaan X dengan kas (xxx)
Pembelian tanah, bangunan dan peralatan (xxx)
Hasil dari penjualan peralatan xxx
Penerimaan bunga xxx
Penerimaan dividen xxx
Arus kas bersih dari aktivitas investasi
xxx
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Pendanaan
Hasil dari penerbitan modal saham xxx
Hasil dari pinjaman jangka panjang xxx
Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan (xxx)
Pembayaran dividen (xxx)
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan xxx
Kenaikan bersih kas dan setara kas xxx
Kas dan setara kas pada awal periode xxx
Kas dan setara kas pada akhir periode xxx
29
Sumber: Standar Akuntansi Keuangan, ( SAK : 2007 )
Tabel 1.2
Format Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung
Nama Perusahaan
Laporan Arus Kas (Metode Tidak Langsung)
Tahun yang Berakhir 31 Desember 200X
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa
Penyesuaian untuk:
Penyusutan xxx
Kerugian selisih kurs xxx
Penghasilan investasi xxx
Beban bunga xxx
Laba operasi sebelum perubahan modal kerja xxx
Kenaikan piutang dagang dan piutang lain
(xxx)
Penurunan persedian xxx
Penurunan hutang dagang
(xxx)
Kas dihasilkan dari operasi xxx
Pembayaran bunga
(xxx)
Pembayaran pajak penghasilan
(xxx)
Arus kas sebelum pos luar biasa xxx
Hasil dari penyelesaian asuransi gempa bumi xxx
Arus kas bersih dari aktivitas operasi
xxx
xxx
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Perolehan anak perusahaan X dengan kas (xxx)
Pembelian tanah, bangunan dan peralatan (xxx)
Hasil dari penjualan peralatan xxx
Penerimaan bunga
xxx
Penerimaan dividen
xxx
Arus kas bersih dari aktivitas investasi
xxx
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Hasil dari penerbitan modal saham xxx
Hasil dari pinjaman jangka panjang xxx
Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan (xxx)
Pembayaran dividen
(xxx)
Arus kas bersih yang digunakan untuk
aktivitas pendanaan
30
Kenaikan bersih kas dan setara kas
xxx
xxx
Kas dan setara kas pada awal periode
Kas dan setara kas pada akhir periode
xxx
xxx
Sumber : Standar Akuntansi Keuangan, ( SAK : 2007 )
H. Penelitian-Penelitian Sebelumnya Tentang Laporan Arus kas
Ada beberapa penelitian yang terkait dengan informasi arus kas metode
langsung dan tidak langsung,
Krishnan dan Largay ( 2000 ) melakukan pengujian daya prediksi
metode langsung dalam memprediksi arus kas masa depan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa informasi arus kas metode langsung merupakan prediktor
arus kas masa depan yang lebih baik daripada informasi arus kas metode tidak
langsung. Mereka menyatakan bahwa kas yang diterima dari pelanggan dan kas
yang dibayarkan ke pemasok dan pegawai merupakan dua poin penting yang tidak
ada dalam metode tidak langsung. Selain itu juga dinyatakan beberapa
keuntungan metode langsung, yaitu:
1. Kemampuan untuk membandingkan tipe penerimaan dan pengeluaran
kas antarperusahaan, setidaknya tahunan,
2. Penyajian yang lebih baik dari siklus kas entitas untuk credit-grantors
dan formatnya lebih user friendly bagi manajer yang tidak memiliki
pengetahuan akuntansi yang substansial,
3. Membantu dalam analisis variansi arus kas sebagai anggaran kas yang
dapat menjadi
perhatian sumber nyatapermasalahan,
31
4. Memfasilitasi analisis sensitivitas arus kas terhadap perubahan volume
penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang kemungkinan merespon
secara berbeda atas perubahan aktivitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Gahlon dan Vigeland ( 1988 ) dalam
penelitian Krishnan dan Largay ( 2000 ) mengestimasi arus kas metode langsung
dan variabel yang berhubungan, menemukan bahwa variabel tersebut signifikan
dalam menentukan perbedaan antara perusahaan industri yang bangkrut dan tidak
bangkrut 5 tahun sebelum kebangkrutan.
Adapun peneliti dari Indonesia, yaitu penelitian Haryadi ( 2002 )
menunjukkan kekuatan prediksi metode arus kas langsung tidak berbeda
signifikan daripada kekuatan metode arus kas tidak langsung dalam memprediksi
arus kas dan deviden masa depan. Namun penelitian ini tidak mempertimbangkan
pooled data yang efisien untuk membangun model prediksi deviden masa depan.
Lauver ( FASB, 1987 ) menyatakan bahwa laporan arus kas tidak
melibatkan masalah pengakuan, pengukuran, dan estimasi, dengan hanya
memasukkan efek yang dapat diidentifikasi, dan transaksi yang tidak
dipertanyakan. Lauver berpendapat laporan arus kas metoda tidak langsung gagal
memenuhi hal tersebut.
Drtina dan Largay ( 1985 ) menyatakan bahwa pada prinsipnya metode
langsung dan tidak langsung menghasilkan arus kas operasi yang sama, namun
terdapat masalah praktik yang dapat mengurangi validitas metode tidak langsung,
yaitu: ambiguitas definisi mengenai operasi, diversitas dalam praktik pelaporan,
32
pengaruh perubahan entitas pelaporan terhadap akun lancar non kas, masalah
yang terkait dengan penggunaan absorption costing dalam persediaan perusahaan
manufaktur, pengukuran current portion dari leasing jangka panjang, reklasifikasi
antara akun lancar dan tidak lancar.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Lokasi Penelitian
Mengacu kepada pokok permasalahan yang diteliti, penulis memilih lokasi
penelitian di Bursa Efek Jakarta yang terletak di Jalan Jendral Sudirman kav 5253 Jakarta 12190.
PT. Bursa Efek Jakarta ( perseroan ) didirikan berdasarkan akte notaris
Ny. Poerbaningsih Adiwarsito, SH Nomor 27 tanggal 4 Desember 1991 dengan
221 perusahaan efek sebagai pemegang saham, sedangkan peresmian swastanisasi
perseroan dilakukan oleh Menteri Keuangan pada tanggal 13 Juli 1992.
Pada tahun 1993, Bursa Efek Jakarta menjadi pasar modal nomor tiga
yang paling cepat tumbuh di asia, dengan indeks harga saham gabungan ( IHSG )
mencapai 114.64 %. Perkembangan pasar modal cukup pesat, sehingga dibuka
Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang
tanggal 1 Agustus 1925. Saat ini Bursa Efek Jakarta telah berganti nama menjadi
Bursa Efek Indonesia ( BEI ) yang merupakan pasar modal nasional.
Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan bursa efek terbesar yang ada di
Indonesia yang menjadi acuan untuk melakukan berbagai macam transaksi
33
investasi dan pendanaan. Instrumen yang dipergunakan dalam kegiatan transaksi
di pasar modal ini berupa saham, obligasi, dan surat berharga lain yang jumlah
dan jenisnya telah berkembang. Selain itu terdapat berbagai fasilitas modern,
sistematis dan terkomputerisasi yang cukup menunjang seperti surat referensi
pasar modal, perpustakaan dan lainnya yang
digunakan dalam melakukan
kegiatan penelitian.
2. Ruang Lingkup dan Aktivitas Usaha
Ruang lingkup dari perusahaan-perusahaan yang akan diteliti meliputi
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang industri atau manufaktur,
khususnya pada sektor industri dasar dan kimia. Perusahaan-perusahaan yang
dijadikan obyek penelitian merupakan perusahaan yang telah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia atau perusahaan yang terbuka bagi masyarakat umum.
Adapun aktivitas dari perusahaan manufaktur ini mencakup kegiatan
produksi dan perdagangan produk yang dihasilkan, perakitan komponen,
pertambangan umum serta bidang industri lainnya. Khususnya sektor industri
dasar
dan
kimia
aktivitas
kegiatannya
memproduksi,
mengolah
dan
memperdagangkan produk kimia, plastik dan kemasan, pakan ternak, semen,
logam dan sejenisnya, keramik-porselen dan kaca, kayu, pulp dan kertas.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara satu
variabel atau lebih. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah arus kas
34
masuk operasi dan arus kas keluar operasi periode terhadap variabel tertentu yaitu
arus kas operasi masa depan. Penelitian ini memerlukan pengujian hipotesis
dengan uji statistik.
C. Hipotesis Penelitian
Penelitian Haryadi ( 2002 ), peneliti dari Indonesia, menunjukkan
kekuatan prediksi metode arus kas langsung tidak berbeda signifikan dari pada
kekuatan metode arus kas tidak langsung dalam memprediksi arus kas dan
deviden masa depan.
Dengan adanya penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang kurang
signifikan, mendorong penulis untuk memformulasikan hipotesis sebagai berikut :
H1
:
Arus kas operasi periode sebelumnya dapat memprediksi arus
kas operasi masa depan.
H2
:
Arus kas masuk operasi periode sebelumnya berpengaruh pada
arus kas operasi masa depan.
H3
:
Arus kas keluar operasi periode sebelumnya berpengaruh pada arus
kas operasi masa depan.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini populasi yang diteliti adalah perusahaan industri atau
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana terdapat
35
pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel. Pertimbangan sampel antara
lain :
1. Perusahaan manufaktur sektor industri dan kimia yang terdaftar di
(BEI) Bursa Efek Indonesia dan menggunakan metode langsung dalam
mempublikasikan laporan arus kas yang diaudit selama tahun 2003
sampai dengan tahun 2006.
2. Perioda laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31Desember.
3. Laporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang Indonesia.
4. Perusahaan tidak mengalami arus kas operasi negatif selama tahun
2003
sampai
dengan
tahun
2006.
Didasarkan
untuk
mempertimbangkan kepentingan investor yang menginginkan arus kas
operasi positif dengan tujuan spekulasi keuntungan.
Adapun nama – nama perusahaan yang dijadikan sebagai sampel
penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Nama – nama perusahaan pada Industri Dasar dan Kimia Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
No
Nama Perusahaan
Kode
1
Argha Karya Prima Industri Tbk
AKPI
2
Arwana Citramulia Tbk
ARNA
3
Budi Acid Jaya Tbk
BUDI
4
Semen Gresik Tbk
SMGR
36
5
Surya Toto Indonesia Tbk
TOTO
6
Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
SOBI
7
Siwani Makmur Tbk
SIMA
8
Fajar Surya Wisesa Tbk
FASW
9
Indocement Tunggal Perkasa Tbk
INTP
10
Lion Metal Works Tbk
LION
11
Alakasa Industrindo Terbuka
ALKA
12
Mulia Industrindo
MLIA
13
Duta Pertiwi Nusantara
DPNS
14
Ashahimas Flat Glass Tbk
AFMG
15
Dynaplast Tbk
DYNA
16
Resource Alam Indonesia Tbk
KKGI
17
Berliana Tbk
BRNA
Sumber : Media Indonesia, Sabtu 22 Desember 2007
E. Variabel dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Variabel bebas ( Independent Variable )
Variabel bebas atau variabel prediktor adalah variabel yang berdiri sendiri,
tetapi hasilnya sangat berpengaruh terhadap variabel yang mengikutinya.
Penelitian ini menggunakan dua variabel independen, arus kas masuk operasi
37
dan arus kas keluar operasi. Skala pengukuran untuk kedua variabel
independen ini adalah skala rasio.
2. Variabel tidak bebas ( Dependent Variable )
Yang dimaksud dengan variabel dependen adalah variabel yang tidak
dapat berdiri sendiri tanpa adanya variabel independen. Nama lain dari
variabel ini, variabel yang diramalkan ( predictand ) . Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel dependen adalah arus kas operasi masa depan. Skala
pengukuran variabel dependen ini adalah skala rasio.
F. Definisi Operasional Variabel
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendefinisikan variabel secara
operasional sebagai berikut :
1. Arus Kas Masuk Operasi
Arus kas masuk operasi (Akmi) merupakan aktivitas operasi yang menambah
atau meningkatkan jumlah kas perusahaan. Arus kas masuk operasi adalah
jumlah arus kas masuk yang diterima dari aktivitas operasi. Arus kas masuk
operasi ini terdiri atas kas yang diterima dari penjualan barang dan jasa.
2. Arus Kas Keluar Operasi
Arus kas keluar operasi (Akki) merupakan aktivitas operasi yang mengurangi
atau menurunkan jumlah kas perusahaan. Arus kas keluar operasi adalah
jumlah arus kas keluar yang dibayarkan perusahaan untuk aktivitas operasi.
Arus kas keluar operasi ini terdiri atas kas yang dibayarkan kepada para
38
pemasok, para pegawai, pembayaran pajak, dan pembayaran aktivitas operasi
lainnya.
3. Arus Kas Operasi Masa Depan
Adalah total arus kas operasi masa depan (Akoi), sebagai arus kas dari
aktivitas operasi yang dihasilkan dari efek transaksi kas yang mempengaruhi
pendapatan operasi pada perioda ( t+1).
G. Metode Pengumpulan Data
Guna memperoleh data-data yang dapat diuji dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya serta relevan dengan pokok permasalahan, maka penulis
berusaha untuk mendapatkan data-data tersebut sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan ( library Research )
Melalui studi kepustakaan, penulis berusaha untuk memperoleh data-data
yang diperlukan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Adapun hasil dari penelitian ini didapatkan data-data sekunder yang berupa
teori-teori, kajian, bahasan-bahasan dan informasi lainnya yang menjadi acuan
atau landasan dalam penulisan skripsi.
39
H. Metode Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan
atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel
atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku umum.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji normalitas data
Uji normalitas data dimaksudkan untuk menghindari terjadinya bias,
dan data yang digunakan sebaiknya berdistribusi normal. Uji normalitas
data melihat apakah model regresi yang digunakan baik. Model regresi
yang baik adalah memiliki data normal. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana
variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Artinya adalah
bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel
itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Uji
autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Durbin-Watson statistic.
40
c. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas merupakan asumsi dalam regresi dimana
varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah
varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak
memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ditunjukan dengan nilai yang
tidak sama antar satu varians dari residual. Gejala varians yang tidak sama
disebut dengan gejala heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam
penelitian ini menggunakan Glejser test.
d. Uji multikolinearitas
Asumsi multikolinearitas menyatakan bahwa variabel independen
harus terbebas dari gejala multikolinearitas. Gejala multikolinearitas
merupakan gejala korelasi antar variabel independen. Apabila terjadi gejala
multikolinearitas, salah satu langkah untuk memperbaiki model adalah
dengan menghilangkan variabel dari model regresi, sehingga bisa dipilih
model yang paling baik. Uji multikolinearitas menggunakan variance
inflation factor.
3. Analisa Regresi Berganda
Model umum persamaan regresi linear berganda yang dipergunakan dalam
mencari jawaban atas pokok permasalahan penelitian ini adalah :
Akoi, t+1 = a0 + 1Akmi,t + 2Akki,t + e
41
Keterangan:
Akoi, t+1
: Arus kas operasi perusahaan i, perioda (t+1), variabel
terikat atau variabel yang akan diramalkan.
Akmi,t
: Arus kas masuk operasi perusahaan i, perioda t.
Akki,t
: Arus kas keluar operasi perusahaan i, perioda t.
a0
: Intercept ( nilai Yt, kalau nilai 1Akmi,t = 0 dan
2Akki,t =/ 0 )


Slopt atau garis kemiringan ( koefisien regresi untuk
Akmi, t)

Slopt atau garis kemiringan ( koefisien regresi untuk
Akki,t )
a.
Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Untuk regresi berganda sebaiknya menggunakan R Square yang
disesuaikan (Adjusted R Square). Nilai R Square dikatakan baik jika diatas
0.5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1.
b.
Kesalahan Baku Regresi ( Standar Error Estimate )
Apabila melakukan pengukuran dengan analisa regresi, maka perlu
diketahui sejauh mana pengukuran terhadap kesalahan baku atau selisih
taksir standar regresi. Standar Error Estimate digunakan untuk mengukur
tingkat ketepatan suatu penduga dalam menduga suatu nilai. Semakin kecil
nilai ukuran ini maka semakin dapat diandalkan kemampuan suatu
42
penduga dalam memprediksi variabel yang akan diramalkan tersebut dan
semakin efisien.
4. Prosedur Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis diperlukan untuk mengetahui dan menguji kebenaran
dari suatu hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun langkahlangkah atau prosedur ilmiah yang dipergunakan dalam pengujian terhadap
hipotesis tersebut mencakup
a. Pengujian terhadap hipotesis pertama
Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F ( Anova ) pada
taraf signifikasi 5 %. Penjelasan penarikan kesimpulan juga didasarkan
pada atribut statistik lainnya, seperti koefisien regresi dan koefisien
determinasi. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini
sebagai berikut :
1) Rumuskan Hipotesis
2) Tentukan taraf signifikasi dan nilai F tabel
Tentukan nilai taraf nyata = 5 % ( 0.05 ). Nilai F tabel ditentukan
dengan derajat kebebasan V1 = k-1 dan V2 = n-k
3) Tentukan daerah penolakan dan penerimaan Ho
Ho diterima apabila F data ≤ F tabel atau jika ( SIG ) > 0.05
Ho ditolak apabila F data > F tabel atau jika ( SIG ) < 0.05
4) Menentukan nilai uji statistic data penelitian
43
Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah nilai F
data ( Anova ) dan ( SIG ) hasil pengolahan SPSS
5) Menarik kesimpulan
Menarik kesimpulan apakah Ho diterima atau ditolak berdasarkan
kriteria yang ditentukan.
b. Uji parsial dengan T-Test pada hipotesis kedua dan ketiga
Test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel
coefficients. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
pada taraf
signifikasi 5 %. Adapun langkah-langkah pengujian hipotesis ini sebagai
berikut :
1) Rumuskan Hipotesis
2) Tentukan taraf signifikasi dan nilai t tabel
Tentukan nilai taraf nyata = 5 % ( 0.05 ). Nilai t tabel ditentukan
dengan derajat kebebasan (dk) = n- 2
3) Tentukan daerah penolakan dan penerimaan Ho
Ho diterima apabila t data ≤ t tabel atau jika ( SIG ) > 0.05
Ho ditolak apabila t data > t tabel atau jika ( SIG ) < 0.05
4) Menentukan nilai uji statistik data penelitian
44
Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah nilai t
koefisien dan ( SIG ) hasil pengolahan SPSS
5) Menarik kesimpulan
Menarik kesimpulan apakah Ho diterima atau ditolak berdasarkan
kriteria yang ditentukan.
45
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data
yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil yang telah diperoleh
dan dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Descriptive Statistics
arus kas masuk
operasi
arus kas keluar
operasi
arus kas operasi
masa depan
Valid N (listwise)
N
51
51
51
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
71,904,483,565
858,174,602,053
305,958,926,038
232,610,619,380
58,719,954,879
765,492,108,056
267,914,206,899
206,573,258,664
7,015,000
159,405,967,100
37,958,836,131
44,860,706,538
51
Sumber : Data diolah
Nilai minimum dan maksimum arus kas masuk operasi adalah
71,904,483,565 dan 858,174,602,053 dengan nilai mean 305,958,926,038 dan
standar deviasi adalah 232,610,619,380 , sedangkan nilai minimum dan
maksimum arus kas keluar operasi adalah 58,719,954,879 dan 765,492,108,056
dengan
nilai
mean
dan
standar
deviasi
adalah
267,914,206,899
dan
206,573,258,664 sedangkan nilai minimum dan maksimum arus kas masa depan
operasi adalah 7,015,000 dan 159,405,967,100 dengan nilai mean dan standar
deviasi adalah 37,958,836,131 dan 44,860,706,538.
46
B. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linear berganda yang baik harus terbebas dari asumsiasumsi klasik statistik. Uji asumsi klasik terdiri dari 4 (empat) pengujian statistik,
hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :
1. Uji normalitas data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi,
variabel residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas data
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya bias, dan melihat apakah model
regresi yang digunakan baik. Cara menguji normalitas data dengan uji
statistik kolmogorov-Smirnov, yaitu jika nilai Z hitung < Z tabel 1.96
dengan taraf signifikasi 0.05 < (SIG) atau Z hitung < Z tabel 2.58 dengan
taraf signifikasi 0.01 < (SIG).
Tabel 3.1
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal
Parameters(a,b)
Unstandardized
Residual
51
0.000
Mean
Std.
Deviation
25,274,952,308.772
Most Extreme
Differences
0.158
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.158
-0.146
1.130
0.156
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber : Data diolah.
47
Dari tabel 3.1 diperoleh informasi nilai Z Kolmogorov-Smirnov
1.130 < 1.96 dengan taraf signifikasi 0.05 < 0156, berarti data distribusi
residual normal.
2. Uji autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antara periode pengganggu pada periode tertentu dengan variabel
pengganggu sebelumnya. Autokorelasi sering terjadi pada sampel data
series dengan n sampel adalah periode waktu. Cara mudah mendeteksi
autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson.
a. 1.65 < DW < 2.35 tidak terjadi autokorelasi
b. 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 tidak dapat disimpulkan
c. DW < 1.21 atau DW > 2.79 terjadi autokerelasi
Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai
Durbin-Watson hitung mendekati angka 2 karena angka 2 pada uji DurbinWatson terletak di daerah No Autocorelation.
Tabel 3.2
Uji Asumsi Klasik Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R
1 0.826
R
Square
0.683
Adjusted R
Square
0.669
Std. Error of the
Estimate
25,796,140,179.030
a Predictors: (Constant), arus kas keluar operasi, arus kas masuk operasi
b Dependent Variable: arus kas operasi masa depan
Sumber : Data diolah.
48
DurbinWatson
1.818
Dari tabel 3.2 diperoleh informasi nilai Durbin-Watson sebesar
1.818 yang artinya 1.65 < DW < 2.35 sehingga model regresi ini terbebas
dari gejala autokorelasi.
3. Uji heteroskedastisitas
Tabel 3.3
Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas
Coefficients(a)
Unstandardized
Model
Coefficients
B
Std. Error
1 (Constant) 1,178,507,803.996 3,715,037,674.160
Akmi
0.096
0.064
akki
-0.054
0.072
a Dependent Variable: absUT
Standardized
Coefficients
Beta
1.149
-0.572
t
Sig.
0.317
1.490
-0.741
0.752
0.143
0.462
Sumber : Data diolah
Uji heteroskedastisitas menggunakan Glejser Test. Uji Glejser ini
dilakukan dengan mencari residual-residual prediksian dari regresi OLS.
Residual prediksian tersebut kemudian diabsolutkan dan diregresi terhadap
variabel-variabel independen.
Formula regresinya sebagai berikut: Ut = α + βXt + vt kemudian
persamaan regresinya adalah AbsUt= bo + b1 akmi + b2 akki
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel
3.3 diperoleh informasi bahwa tidak ada variabel independen yang
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Ut
(AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikasi (akmi) arus kas masuk
operasi dan (akki) arus kas keluar operasi masing-masing mempunyai nilai
49
0.143 dan 0.462 di atas taraf signifikasi 5 % atau 0.143 dan 0.462 > 0.05,
sehingga model regresi ini tidak mengandung heteroskedastisitas
4. Uji multikolinearitas
Tabel 3.4
Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas
Coefficients(a)
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
1 (Constant)
B
Std. Error
-2,866,535,183
7,617,910,926
0.133434157
0.019892234
arus kas masuk operasi
Collinearity
Statistics
T
Sig.
-0.3762889
0.7083266
6.7078517
1.88E-08
Beta
0.69187947
Tolerance
VIF
1.00
1.00
a Dependent Variable: arus kas operasi masa depan
Sumber : Data diolah.
Uji multikolinearitas menggunakan variance inflaction factor.
Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari nilai variance
inflaction factor (VIF) tidak lebih atau < dari 10 dan nilai tolerance tidak
kurang 0.1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
Tabel
3.4
menunjukan
bahwa
model
regresi
bebas
masalah
multikolinearitas. Pengurangan variabel dependen (akki) arus kas keluar
operasi periode sebelumnya dilakukan untuk menghindari masalah
multikolinearitas.
C.
Analisis Regresi Sederhana
Setelah model regresi linear terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik,
data yang telah dikumpulkan disusun, kemudian dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan penjelasan mengenai pengaruh Akmi terhadap akoi. Pada bagian ini
50
model regresi sederhana diterapkan untuk memprediksi variabel dependen (akoi).
Model tersebut dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
Akoi, t+1 = a0 + 1Akmi + e
Adapun perhitungan regresi dari data yang telah dirangkum menampakan
koefisien-koefisien yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
B
1 (Constant)
arus kas masuk operasi
Std. Error
-2,866,535,183
7,617,910,926
0.133
0.019892234
Standardized
Coefficients
T
Sig.
Beta
0.69187947
-0.3762889
0.7083266
6.7078517
1.88E-08
a Dependent Variable: arus kas operasi masa depan
Sumber : Data diolah
Dari tabel 4.1 tersebut, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Akoi,t = -2,866,535,183 + 0.113 akmi
Hasil persamaan tersebut menunjukkan bahwa konstanta sebesar 2,866,535,183 menyatakan jika
akmi (X1) konstan, Akoi adalah sebesar -
2,866,535,183. Koefesien regresi Akmi 0.113 menyatakan bahwa setiap
penambahan akmi (X1) sebesar 0.01 atau 1% akan meningkatkan akoi (Y) sebesar
0.113.
51
1. Analisis Koefisien Determinasi
Tabel 4.2
R² (Koefisien Determinasi)
Model Summary
Std. Error of the
Model R
R Square Adjusted R Square Estimate
1 0.69187947
0.478
0.468
32,718,855,207
a Predictors: (Constant), arus kas masuk operasi
Sumber : Data diolah.
Dari tabel 4.2 hasil pengolahan regresi sederhana diketahui bahwa
koefisien determinasi (R2)= 0.478, artinya bahwa arus kas masuk operasi
(akmi) periode mempunyai pengaruh berarti terhadap arus kas operasi masa
depan (akoi) sebesar 47.8 %, dan 52.2 % (100% - 47.8 %) dipengaruhi
faktor lain.
2. Kesalahan Baku Regresi ( Standar Error Estimate )
Semakin kecil nilai ukuran kesalahan baku regresi maka semakin
dapat diandalkan kemampuan suatu penduga dalam memprediksi variabel
yang akan diramalkan tersebut dan semakin efisien. Dari hasil pengolahan
regresi sederhana pada tabel 4.2 diketahui bahwa kesalahan baku regresi
adalah 32,718,855,207 < 44,860,706,538 (Std. Error arus kas operasi masa
depan pada tabel 2.1 ). Model regresi tersebut layak digunakan untuk
memprediksi arus kas operasi masa depan ( akoi).
52
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis Kedua ( T-test )
Untuk menguji keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel
terikat, maka digunakan uji t statistik. Jika probabilitas kesalahan t hitung
lebih kecil dari tingkat signifikan ( 5 % ) maka variabel tersebut mempunyai
hubungan signifikan. Berdasarkan tabel coefficient dapat dilihat hubungan
arus kas masuk operasi (akmi) periode sebelumnya terhadap variabel
dependen, arus kas masa operasi masa depan (akoi).
Tabel 5.1
Coefficients(a)
Model
1 (Constant)
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
-2,866,535,183
7,617,910,926
0.133
0.019892234
arus kas masuk operasi
Standardized
Coefficients
T
Sig.
Beta
0.69187947
-0.376
0.708
6.707
0.000
a Dependent Variable: arus kas operasi masa depan
Sumber : Data diolah
Dari tabel di atas dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 5.1, variabel arus kas masuk operasi sebelumnya
(akmi) memiliki t hitung 6.707 dan tingkat probabilitas 0.000 (signifikan).
Karena nilai Sig. <  (0.000 < 0.05) artinya signifikan, sedangkan t-hitung
6.707 > t-tabel 2.021 yang berarti signifikan, dapat disimpulkan arus kas
masuk operasi periode sebelumnya (akmi) mempunyai pengaruh signifikan
terhadap arus kas operasi masa depan ( akoi ). Berdasarkan tabel 5.1
diperoleh informasi nilai koefisien regresi mempunyai arah positif 0.113
yang artinya antara variabel arus kas masuk operasi periode sebelumnya
53
(akmi) dengan arus kas operasi masa depan (akoi) berbanding lurus.
Disimpulkan bila arus kas operasi masuk periode sebelumnya naik 100 %
maka arus kas operasi masa depan naik 11.3 %.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengolahan dan pengujian tentang prediksian dan
kontribusi pengaruh arus kas operasi periode sebelumnya ( arus kas masuk
operasi dan arus kas keluar periode sebelumnya ) terhadap arus kas operasi masa
depan ( akoi ) pada perusahaan manufaktur di sektor industri dasar dan kimia di
Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2006, maka penelitian yang dilakukan penulis
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kesimpulan Rumusan Masalah Pertama
a.
Arus kas operasi periode sebelumnya dapat memprediksi arus kas
operasi masa depan. Arus kas operasi periode sebelumnya
memiliki F hitung sebesar 51.607 > F tabel sebesar 3.23 atau
0.000 < 0.05 artinya signifikan, sehingga terbukti secara empiris
arus kas operasi periode sebelumnya dapat memprediksi arus kas
operasi masa depan (akoi).
b.
Terdapat pengaruh yang signifikan arus kas masuk operasi
periode sebelumnya (akmi) terhadap arus kas operasi masa depan
(akoi). Arus kas masuk operasi periode sebelumnya (akmi)
memiliki t hitung sebesar 6.774 > t tabel sebesar 2.021 atau 0.000
< 0.05 artinya signifikan, sehingga terbukti secara empiris arus
55
kas masuk operasi sebelumnya (akmi) dapat memprediksi arus
kas operasi masa depan (akoi).
c.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas keluar operasi
sebelumnya (akki) terhadap arus kas operasi masa depan (akoi).
Arus kas keluar operasi periode sebelumnya (akki) memiliki t
hitung sebesar -5.552 > t tabel sebesar 2.021 atau 0.000 < 0.05
artinya signifikan, sehingga terbukti secara empiris arus kas keluar
operasi sebelumnya (akki) dapat memprediksi arus kas operasi
masa depan (akoi).
2. Kesimpulan Rumusan Masalah Kedua
a.
Kontribusi pengaruh arus kas operasi periode sebelumnya
terhadap arus kas operasi masa depan (akoi) sebesar 68.3 %
sementara sisanya 31.7 % dipengaruhi faktor lain.
B. Saran
Beberapa saran dapat dikemukakan sesuai dengan kesimpulan yang
dihasilkan dari penelitian ini. Beberapa Saran juga dikemukakan untuk
menyempurnakan hasil penelitian selanjutnya. Saran yang dapat penulis berikan
adalah :
1. Kreditor dan Investor
Kreditor dan Investor sebaiknya perlu menganalisis faktor arus kas
operasi periode sebelumnya ( arus kas masuk operasi dan arus kas keluar
56
operasi periode sebelumnya ) untuk meminjamkan dana dan berinvestasi
kepada perusahaan-perusahaan tersebut.
2. Pihak lain
Dalam penelitian selanjutnya, sebaiknya peneliti menggunakan
variabel-variabel lain yang belum pernah digunakan dalam penelitian
sebelumnya, dan menambah jumlah periode data minimal 5 tahun atau
lebih, dan memilih periode data yang terbaru sehingga dapat menghasilkan
perbedaan dalam hasil penelitian.
3. Perusahaan
Perusahaan yang membuat laporan arus kas dalam bentuk metode
tidak langsung disarankan untuk membuat laporan arus kas metode
langsung karena metode langsung terbukti signifikan dapat memprediksi
arus kas masa depan.
57
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Riahi and Belkaoui. 2006. Accounting Theory, alih bahasa oleh Ali Akbar,
Edisi kelima, 2006, Salemba Empat, Jakarta.
Kieso, D. E, dkk. 2002. Akuntansi Intermediate. alih bahasa Herman Wibowo,
Edisi Kesepuluh, 2002, Erlangga, Jakarta.
Harahap, Sofyan. Syarif. 2006. Analisa Krisis atas Laporan Keuangan, PT. Raja
Grapindo Persada, Jakarta.
Hendriksen, E. S. 2004. Teori Akuntansi, alih bahasa oleh Wim Liyono, Edisi 4,
Edisi Revisi, 2004, Erlangga, Jakarta
Henry Simamora. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid II,
Salemba Empat, Jakarta.
Hongren, Harison, Linda Smith. 2007. Akuntansi, alih bahasa oleh Barlian
Muhammad, Edisi 6, 2007, PT Indexs, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan,
Salemba Empat, Jakarta.
J. Supranto. 2000. Statistik : Teori dan Aplikasi, Edisi 1 nam, Erlangga, Jakarta.
Skousen, K. F and J. D Stice. 2004. Intermediate Accounting, alih bahasa oleh
Tim Salemba Empat, Edisi 4, 2004. Salemba Empat, Jakarta.
Soemarso. 2000. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 4, Rineka Cipta, Jakarta.
Stice, E, J. D. Stice, and K. F. Skousen. 2004. Intermediate Accounting, alih
bahasa Tim Penterjemah Salemba, Edisi 15, 2004, Salemba Empat, Jakarta
Drtina, Ralph E. dan James A. Largay III. 1985. Pitfalls in Calculating Cash Flow
from Operations. The Accounting Review. Vol LX: 314-326.
Fitriastuti, Lucia Ika. 2004. Analisis Kemampuan Prediksi Laba, Komponen Laba,
dan Arus Kas untuk Memprediksi Arus Kas Masa Depan: Studi pada
Perusahaan Manufaktur di BEJ. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Gujarati, Damodar N. Basic Econometrics. Singapore: Mc Graw Hill., 2003.
Haryadi, Bambang. 2002. Analisis Kemampuan Prediksi Laporan Arus Kas
Operasi Metode Langsung dan Tidak Langsung. Tesis. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Krishnan, Gopal V. dan James A. Largay III. 2000. The Predictive Ability of
Direct Method Cash Flow Information. Journal of Business Finance &
Accounting. Vol 27: 215-245.
Supriyadi. 1999. The Predictive Ability of Earnings Versus Cash Flow Data to
Predict Future Cash Flow: A Firm-Spesific Analysis. Simposium Nasional
Akuntansi II.1-16.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Data Mentah Pengolahan SPSS
LAMPIRAN 2
laporan Arus Kas Perusahaan Manufaktur di BEI
LAMPIRAN 3
Lembar Bukti Konsultasi Dosen Pembimbing
LAMPIRAN 4
Output SPSS 13.0
Download