BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aromaterapi merupakan suatu metode penggunaan minyak atsiri untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang.
Minyak atsiri merupakan minyak alami yang diambil dari tanaman aromatik.
Minyak jenis ini dapat digunakan sebagai minyak pijat (massage), inhalasi,
produk untuk mandi, dan parfum (Anonim, 2011). Minyak atsiri adalah bahan
berbau yang dihasilkan bahan alam. Kebanyakan bahan alam yang menghasilkan
senyawa yang beraroma adalah tanaman. Aromaterapi digolongkan dalam terapi
herbal, yaitu terapi yang menggunakan tanaman atau bahan tanaman sebagai
sarana pengobatan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan bahan tanaman adalah
minyak yang terkandung dalam tanaman tersebut (Koensoemardiyah, 2009).
Terlepas dari kerumitan proses dan penyimpanan minyak atsiri, minyak ini
banyak dicari karena khasiatnya. Aromanya yang khas dipercaya baik untuk
terapi. Minyak atsiri memiliki aroma yang berbeda-beda tergantung dari
tumbuhan asalnya. Beberapa minyak atsiri beraroma lemon, mawar, dan cendana
merupakan minyak yang baik untuk terapi kesehatan. Untuk itulah minyak atsiri
sering digunakan oleh pusat-pusat spa. Aromanya dipercaya dapat memberikan
sensasi ketenangan sehingga tubuh akan terasa rileks (Agusta, 2001).
Dibandingkan dengan harga obat yang sangat tinggi, minyak atsiri pada
hakekatnya tidak begitu mahal. Bukan hanya itu, penggunaan minyak atsiri amat
1
2
menyenangkan bagi pasien maupun terapis yang memakainya. Di Indonesia,
terutama di Jawa, banyak obat dan pengobatan tradisional yang memanfaatkan
aroma, hanya saja kebanyakan masih dalam bentuk herbal. Beberapa produk
kesehatan juga menggunakan minyak atsiri untuk campuran khususnya untuk
memberikan aroma wewangian pada produk tersebut. Biasanya produk-produk
semacam minyak wangi badan, sabun, pasta gigi, hingga perasa makanan
menggunakan minyak ini sebagai bahan campurannya (Price, 1997).
Sejalan dengan hal tersebut maka berkembanglah berbagai produk
aromaterapi, di antaranya adalah yang berbentuk minyak angin. Fresh Care
sebagai salah satu minyak angin aromaterapi berbentuk roll on yang diproduksi
oleh PT Ultra Sakti yang memiliki kandungan menthol, camphor, minyak zaitun
asli, minyak esensial, dan kandungan lainnya
ini memiliki khasiat untuk
meringankan sakit kepala, meredakan perut kembung, masuk angin, mabuk
perjalanan, meringankan gejala flu dan lain-lain. Minyak angin ini juga sudah
mendapatkan izin dari POM dengan nomor POM QD. 101 609 191 (Anonim,
2011).
Seiring berjalannya waktu, paradigma tentang penggunaan minyak angin
yang sulit dan kurang wangi mulai berubah dengan hadirnya minyak angin
berbentuk roll on yang beraroma lebih wangi dan penggunaannya yang lebih
mudah. Fresh Care sebagai salah satu produk minyak angin roll on agaknya
menjadi salah satu produk yang dicari di pasar karena fungsinya tersebut dan
penggunaannya yang mudah. Hal ini terkait dengan nilai tambah dari suatu
produk. Menurut Sampurno (2008) nilai tambah (added value) dari suatu produk
3
akan turut dalam membangun distinctiveness dengan kompetitor yang menurutnya
merupakan hal pokok yang harus diketahui dalam pembangunan suatu bisnis.
Dalam upaya pembentukan loyalitas konsumen terhadap produk, maka
optimalisasi penerapan strategi bauran pemasaran perlu dilakukan. Bauran
pemasaran yang dimaksud terdiri atas produk, harga, tempat distribusi, dan
promosi (Simamora, 2001). Bauran pemasaran dikatakan berhasil apabila
konsumen memutuskan untuk membeli produk yang ditawarkan dibandingkan
produk-produk lain yang sejenis serta merasa puas dalam menggunakan produk
dan ingin membelinya kembali.
Kedudukan konsumen di sini sangat penting untuk menentukan
keberhasilan bauran pemasaran dari produk yang dipasarkan. Keputusan
pembelian yang mereka lakukan dapat mempengaruhi kelangsungan dari suatu
produk yang dipasarkan. Maka bauran pemasaran yang dilakukan suatu
perusahaan sebisa mungkin dapat menarik minat konsumen. Menurut Kotler
(2003), Konsumen melakukan penilaian terlebih dahulu setelah itu mereka
melakukan keputusan membeli atau tidak membeli.
Dewasa ini, minyak angin tidak hanya digunakan oleh orang tua tetapi
juga oleh golongan-golongan muda. Berdasarkan fenomena tersebut, maka
penulis bermaksud melakukan penelitian berkaitan dengan pengaruh bauran
pemasaran produk minyak angin aromatherapy Fresh Care terhadap keputusan
pembelian mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian tersebut karena minyak angin aromatherapy
4
Fresh Care di daerah Yogyakarta tidak hanya digunakan oleh orang tua tetapi
juga oleh kalangan muda khususnya mahasiswa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka penelitian diarahkan
untuk merumuskan beberapa pertanyaan yaitu :
1. Bagaimanakah pengaruh bauran pemasaran minyak angin aromatherapy
Fresh Care terhadap keputusan pembelian produk pada konsumen mahasiswa
Universitas Gadjah Mada?
2. Variabel bauran pemasaran apa yang paling berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk pada konsumen mahasiswa Universitas Gadjah Mada?
C. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan pembahasan dan kejelasan data yang akan
dibahas dan dikumpulkan, penulis menggunakan batasan-batasan masalah sebagai
berikut :
1. Mengkhususkan penelitian pada pengaruh bauran pemasaran yang terdiri dari
produk, harga, distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian
konsumen.
2. Kriteria inklusi sampel yaitu konsumen yang pernah memakai minyak angin
aromatherapy Fresh Care.
5
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan, yaitu :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel produk, harga, distribusi,
dan promosi terhadap keputusan pembelian minyak angin aromatherapy
Fresh Care.
2. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan
pembelian minyak angin aromatherapy Fresh Care pada konsumen
mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
E. Pentingnya Penelitian Diusulkan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak berikut:
1. Bagi Penulis
Pentingnya penelitian ini bagi penulis karena merupakan kesempatan baik
untuk lebih memahami perihal aromaterapi serta pemasarannya dalam dunia
kerja yang sesungguhnya serta mengembangkan pemikiran mengenai perilaku
konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.
2. Bagi Produsen
Penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai masukan untuk menentukan
pengembangan produk dalam upaya peningkatan pemasaran agar dapat
meningkatkan keputusan pembelian konsumen.
6
3. Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi dan informasi
terutama dalam bidang pemasaran produk aromaterapi.
F. Tinjauan Pustaka
1.
Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan
pihak lain (Kotler, 1997). Stanton menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu
sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang
dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial (Dharmmesta, 1999).
Pemasaran saat ini mempunyai paradigma baru yaitu kepuasan konsumen
dapat terwujud melalui interaksi dan kerjasama dengan konsumen. Pemuasan
kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan hal pokok dalam pemasaran
(Kotler, 2005). Oleh karenanya perlu dimengerti mengenai apa yang dibutuhkan
dan diinginkan oleh konsumen.
Berdasarkan pengertian pemasaran dari pendapat-pendapat tersebut
menerangkan bahwa kegiatan pemasaran mencakup ruang lingkup kegiatan yang
sangat luas yang dimulai dari menentukan kebutuhan konsumen dan diakhiri
7
dengan kepuasan konsumen. Dengan kata lain kegiatan pemasaran bermula dan
berakhir pada konsumen (Kertajaya, 2004).
Bagi perusahaan yang berorientasi pada konsumen (pasar), maka kegiatan
pemasaran akan bermula dan berakhir pada konsumen. Artinya dimulai dari
menentukan apa yang diinginkan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan
konsumen. Pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat mutlak bagi
kelangsungan hidup perusahaan seperti yang tercermin dalam konsep pemasaran
yang dikemukakan oleh Dharmmesta (1999) bahwa konsep pemasaran adalah
suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kepuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Kotler (1999), pemasaran haruslah berasal dari sudut pandang
konsumen. Dari sudut pandang konsumen, produsen dapat mengetahui apa yang
saat ini paling dibutuhkan oleh konsumen. Dari konsep pemasaran tersebut terlihat
jelas
bahwa
perusahaan
harus
mampu
memberikan
kepuasan
kepada
konsumennya dengan mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya agar
perusahaan dapat bertahan dan berkembang.
2.
Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan dari variabel-variabel
pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk
mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran (Bitner, 2012). Menurut Kotler
(2003) bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar yang dituju.
8
Menurut Stanton (1987) bauran pemasaran adalah kombinasi dari 4 variabel atau
kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk,
harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi. Bauran pemasaran harus selalu
dapat bersifat dinamis, selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
eksternal maupun internal. Faktor eksternal yaitu faktor diluar jangkauan
perusahaan yang antara lain terdiri dari pesaing, teknologi, peraturan pemerintah,
keadaan perekonomian, dan lingkungan sosial budaya. faktor internal di sini yaitu
variabel-variabel yang terdapat dalam bauran pemasaran.
Perbedaan di dalam strategi bauran pemasaran tidak terjadi secara
kebetulan,
manajer
pemasaran
merencanakan
strategi
pemasaran
untuk
mendapatkan keunggulan dibandingkan dengan para pesaingnya dan memberikan
pelayanan yang baik. Dengan mengubah elemen-elemen bauran pemasaran,
manajer pemasaran dapat menyesuaikan dengan saran yang diberikan oleh
konsumen (Saputra, 2008).
Dari definisi-definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa bauran
pemasaran merupakan kombinasi dan empat variabel yang merupakan inti dari
sistem pemasaran perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan seefektif
mungkin. Berikut ini merupakan uraian singkat mengenai variabel-variabel bauran
pemasaran yang akan diteliti korelasinya :
a. Produk (product)
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen
atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
organisasi melalui pemenuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan
9
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar (Saputra, 2008).
Berbicara mengenai produk maka aspek yang perlu diperhatikan adalah
kualitas produk, artinya keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah
produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang tersirat (Tjiptono, 2002). Kualitas produk merupakan
pemahaman bahwa produk yang ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual
lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing (Dyta, 2011).
Definisi produk menurut Philip Kotler (1997) adalah sesuatu yang bisa
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian,
atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Kebijakan
produk (product policy) merupakan pedoman untuk menentukan golongan
barang apa yang akan dibuat atau diproses dan sifat-sifat bagaimanakah yang
dipersyaratkan (Sigit, 2002). Dengan demikian produk merupakan modal awal
dari strategi bauran pemasaran.
Menurut Purnama (2003), produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Produkproduk yang dipasarkan meliputi barang fisik (misalnya buku, mobil), jasa
(misalnya salon, dokter), orang (seperti artis, selebriti), tempat (misalnya
tempat wisata), organisasi (misalnya Yayasan Jantung Indonesia), dan gagasan
(misalnya cara memasak yang praktis).
Dalam hal produk farmasi, ada tiga aspek yang penting dalam variabel
produk yaitu keamanan, efikasi, dan kualitas sebagai sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Untuk menjamin ketiganya perlu dilaksanakan jaminan mutu yang
10
komprehensif dari awal proses, proses produksi, sampai produk tersebut
beredar dan siap untuk dikonsumsi oleh masyarakat (postmarketing
surveillance) (Sampurno, 2008).
b. Harga (price)
Menurut Philip Kotler, harga adalah sejumlah uang yang dibebankan
untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan
nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari
kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa.
Harga
merupakan
satu-satunya
unsur
bauran
pemasaran
yang
memberikan pemasukan dan pendapatan dari perusahaan, sedangkan ketiga
unsur lainnya (produk, distribusi dan promosi) timbulnya biaya (pengeluaran).
Di samping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat
fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat.
Menurut Dharmmesta (1999), harga memiliki dua peranan penting
dalam proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen yaitu
membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau
utility yang tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya, serta fungsi
harga yang mampu mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk.
Penetapan harga merupakan suatu masalah jika perusahaan akan
menetapkan harga untuk pertama kalinya. Ini terjadi ketika perusahaan
mengembangkan atau memperoleh produk baru, ketika akan memperkenalkan
produknya ke saluran distribusi baru atau daerah baru, ketika akan melakukan
11
penawaran atau suatu perjanjian kerja baru. perusahaan harus memutuskan
dimana ia akan menempatkan produknya berdasarkan mutu dan harga.
Menurut Kismono (2011) tujuan penetapan harga bagi perusahaan yaitu :
1. Mempertahankan kelangsungan operasi perusahaan
2. Merebut pangsa pasar
3. Mengejar keuntungan
4. Mendapatkan return on investment atau pengambilan modal
5. Mempertahankan status Quo
c. Tempat distribusi (Place)
Distribusi adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk
yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat
distribusi meliputi : channels, coverage, assortments, locations, inventory, dan
transport. Distribusi dapat juga didefinisikan sebagai serangkaian organisasi
yang saling tergantung, terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk
atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 1997).
Saluran distribusi menghubungkan produsen dengan pengguna akhir
produk atau jasa. Saluran distribusi yang efektif dan efisien memberikan
keunggulan strategi yang penting bagi para anggota organisasi atau salurasaluran pesaingnya. Masalah pemilihan saluran distribusi adalah suatu
masalah yang sangat penting. Sebab kesalahan dalam pemilihan distribusi
dapat memperlambat bahkan dapat menghentikan usaha penjualan barang dari
produsen barang ke konsumen.
12
Cravens (2006) menyatakan bahwa saluran distribusi adalah jaringan
organisasi yang melakukan fungsi-fungsi yang menghubungkan produsen
dengan konsumen akhir. Saluran distribusi terdiri dari berbagai lembaga atau
badan yang saling tergantung dan saling berhubungan, yang berfungsi sebagai
suatu sistem atau jaringan, yang bersama-sama berusaha menghasilkan dan
mendistribusikan sebuah produk kepada konsumen akhir.
Sebagai salah satu variabel bauran pemasaran, place/distribusi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan
memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu
dan tempat yang tepat.
d. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan kegiatan terpenting, yang berperan aktif dalam
memperkenalkan, memberitahukan, dan mengingatkan kembali manfaat suatu
produk agar mendorong konsumen unluk membeli produk yang dipromosikan
tersebut. Untuk mengadakan promosi, setiap perusahaan harus dapat
menentukan dengan tepat alat promosi manakah yang dipergunakan agar dapat
mencapai keberhasilan dalam penjualan. Promosi dipandang sebagai arus
informasi atau persuasif satu arah yang dibuat untuk mempengaruhi seseorang
atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pengukuran dalam
pemasaran (Saputra, 2008).
13
Menurut Stanton, promosi adalah sesuatu kegiatan memberitahukan
(information), membujuk (persuation) dan mempengaruhi (influence).
Sedangkan menurut Lamb, promosi adalah komunikasi dari para penjual yang
menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan para calon pembeli suatu
produk dalam rangka mempengaruhi pendapat mereka atau memperoleh suatu
respon.
Menurut Philip Kotler perangkat promosi terdiri dari :
1. Advertising (Periklanan)
Suatu promosi barang atau jasa yang sifatnya non personal dilakukan
oleh sponsor yang diketahui.
2. Personal selling (Penjualan perorangan)
Penjualan perorangan yang dilakukan oleh para wiraniaga yang
mencoba dan membujuk untuk melakukan penjualan sekaligus.
3. Sales promotion (Promosi penjualan)
Suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu mendapatkan
konsumen yang bersedia membeli produk atau jasa suatu perusahaan.
4. Public relation (Publisitas)
Suatu kegiatan pengiklanan secara tidak langsung dimana produk atau
jasa suatu perusahaan disebarluaskan oleh media komunikasi.
3.
Keputusan Pembelian
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang
mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau
14
merk. Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali diawali
dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar dirinya, baik
berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari lingkungan yang lain.
Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan
karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian.
Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan
tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah motivasi konsumen untuk
membeli. Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Zulfahmi (2008)
menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu
yang memaksa mereka melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi
yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku
menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan
mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam
pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat membeli produk
atau merek yang ditawarkan pemasar atau tidak.
Pengambilan
keputusan
konsumen
dalam
pembelian
barang/jasa
digolongkan ke dalam dua golongan (Suwito, 2007), yaitu :
a. Pengambilan keputusan yang memerlukan keterlibatan konsumen yang tinggi.
b. Pengambilan keputusan yang memerlukan keterlibatan konsumen yang
rendah.
Perilaku membeli yang kompleks merupakan perilaku membeli konsumen
dimana mereka benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan
yang berbeda antara merk yang satu dan yang lainnya. Perilaku membeli yang
15
mengurangi ketidakcocokan merupakan konsumen yang benar-benar terlibat
dalam pembelian namun hanya melihat sedikit perbedaan merek satu dengan
merek lainnya. Perilaku membeli yang mencari variasi mencirikan keterlibatan
yang rendah namun perbedaan merek dianggap cukup berarti, sedangkan perilaku
membeli karena kebiasaan mencirikan keterlibatan konsumen yang rendah dan
menganggap kecil perbedaan antar merek.
Keputusan
pembelian
seseorang
merupakan
hasil
yang
saling
berhubungan, saling mempengaruhi antara faktor-faktor budaya, sosial, pribadi
dan psikologi (Sunu, 1995). Banyak dari faktor ini tidak dapat dipengaruhi
pemasar, namun faktor-faktor ini sangat berguna untuk mengidentifikasi pembelipembeli yang mungkin memiliki minat besar terhadap suatu produk. Pembelian
meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, kapan membeli,
membeli atau tidak, dimana membeli dan bagaimana caranya.
Pembelian yang dilakukan konsumen dibagi atas tiga kelompok yakni :
a. Pembelian yang terencana
Bila konsumen telah menentukan pilihan produk dan merk jauh sebelum
pembelian dilakukan.
b. Pembelian yang separuh terencana
Yaitu pada saat konsumen ingin membeli suatu produk tertentu tapi belum
memutuskan merek produk yang akan dibelinya, pada saat di toko barulah
konsumen melihat dan memutuskan produk yang akan dibelinya.
16
c. Pembelian yang tidak terencana
Yaitu pada saat konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk tanpa
merencanakan terlebih dahulu.
Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan
mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan (Kotler, 2005).
Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian
dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar. Pekerjaan pemasar
tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung
hingga periode sesudah pembelian.
Sejalan dengan hal tersebut, keputusan pembelian dalam penelitian ini
secara konstektual dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu motivasi
konsumen untuk membeli. Dalam hal ini, maka akan dilihat keterkaitan antara
bauran pemasaran berupa produk, harga, tempat distribusi, promosi terhadap
keputusan pembelian produk minyak angin aromatherapy Fresh Care.
G. Profil Produk Fresh Care
Minyak Angin Aromatherapy Fresh Care atau fresh care minyak angin
atau bisa juga disebut fresh care aromaterapi karena bisa memberikan indikasi
sebagai aromatherapy yang menyegarkan untuk meringankan sakit kepala,
meredakan perut kembung, masuk angin, mabuk perjalanan, meringankan gejala
flu dan lain-lain. Produk ini memiliki berat bersih/netto 10 ml dengan bentuk roll on.
Produk ini termasuk salah satu jenis obat luar. Komposisi produk terdiri dari :
17
1. Menthol 20%
2. Camphor 4%
3. Olive Virgin Oil 19%
4. Essensial oil 6%
5. Bahan-bahan lain hingga 100%
Harga yang diberikan untuk satu kemasan botol Fresh Care adalah Rp
10.000,00. Promosi produk dilakukan lewat iklan-iklan yang dipasang di media
cetak, iklan-iklan yang diputar di media elektronik, dan berupa pengenalan dari
mulut ke mulut. Cara word to word inilah yang biasanya dipakai oleh konsumen
Fresh Care. Produk ini dapat dijumpai di toko-toko, supermarket, apotek, dan
agen yang langsung menjajakan produknya dari orang ke orang (Anonim, 2011).
Minyak angin ini mendapatkan izin dari POM dengan nomor POM QD.
101 609 191. Minyak angin ini diproduksi oleh PT. Ultra Sakti – Indonesia.
H. Landasan Teori
Bauran pemasaran merupakan semua hal yang ada di dalam perusahaan
yang dapat mempengaruhi demand/permintaan atas produk, yang dikelompokkan
ke dalam 4 variabel yang dikenal dengan 4-P yaitu product, price, place,
promotion (Sampurno, 2008). Banyak penelitian yang mengangkat tentang
permasalahan bauran pemasaran ini, diantaranya adalah adanya analisis bauran
pemasaran yang dilakukan pada tabungan sutera BPD DIY yang dilakukan
Norhadi pada tahun 1996. Dapat dikatakan bahwa konsep bauran pemasaran
18
menjadi salah satu strategi perusahaan dalam menjaring kosumen dengan
mengerti apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Dalam beberapa penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Saputra
(2008) diperoleh bahwa produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian teh celup Sariwangi oleh konsumen rumah tangga di Medan, Abubakar
(2005) diperoleh bahwa harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian
konsumen pada jamu di Banda Aceh. Ngaini (2005) memperoleh hasil bahwa
distribusi merupakan prediktor yang signifikan pengaruhnya terhadap volume
pembelian, baik pada produk sari buah mengkudu cair maupun kapsul pada CV
Morinda House di Bogor. Amal (2007) diperoleh bahwa promosi mampu
mempengaruhi konsumen dalam memberikan keputusan pembelian Insektisida
Petrofour 3G di Provinsi Bali. Penelitian yang dilakukan Ferdinando (2007)
dikatakan bahwa produk, harga, distribusi, dan promosi secara bersama-sama
mampu mempengaruhi konsumen dalam memberikan keputusan pembelian
Produk Toyota Fortuner di Jakarta. Penelitian yang dilakukan oleh penulis di sini
ditekankan kepada komponen-komponen bauran pemasaran yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk minyak
angin Aromatherapy Fresh Care pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Diyakini, dari keempat komponen bauran pemasaran tersebut ada yang paling
dominan menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian produk tersebut.
19
I. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kepada teori-teori yang telah disebutkan sebelumnya maka
dapat disusun sebuah kerangka berpikir sebagai berikut :
Produk (X1)
Harga (X2)
Keputusan
Pembelian (Y)
Tempat
distribusi (X3)
Promosi (X4)
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas maka dapat
dibuat hipotesis sebagai berikut :
1.
Variabel bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat distribusi,
dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian minyak angin
aromatherapy Fresh Care pada konsumen mahasiswa UGM.
20
2.
Variabel bauran pemasaran produk merupakan variabel yang paling
berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk pada konsumen
mahasiswa UGM.
Download