TEMU-4B PERILAKU INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI PENGERTIAN PERILAKU ORGANISASI • Johns (1993): Perilaku Organisasi adalah suatu istilah yang agak umum untuk menunjukkan sikap dan prilaku individu dan kelompok dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi yang sistematis tentang sikap dan perilaku, baik yang menyangkut pribadi maupun antar pribadi dalam konteks organisasi. • Robbins, SP. (1986): Perilaku Organisasional adalah bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang ditimbulkan oleh individu, kelompok dan struktur terhadap perilaku manusia di dalam organisasi dengan tujuan menerapkan pengetahuan yang didapat untuk meningkatkan efektifitas organisasi. TINGKAT ANALISIS PERILAKU ORGANISASI organisasi kelompok individu Faktor lingkungan Faktor lingkungan 1. Menganalisis perilaku organisasional dalam tingkatan individu • Organisasi merupakan kumpulan individu. • Setiap individu memiliki kebutuhan, minat, persepsi, sikap, nilai, kepribadian, dan berbagai hal lain yang berbeda. • Perbedaan ditingkat individu mempengaruhi organisasi. 2. Menganalisis perilaku organisasional dalam tingkatan kelompok • Kelompok bukanlah penjumlahan dari perilaku individu-individu di dalam organisasi. • Kelompok memiliki norma, budaya, sikap, etika, dan hal lain yang tersendiri serta membentuk pola perilaku kelompok. • Perbedaan ditingkat kelompok mempengaruhi organisasi. 3. Menganalisis perilaku organisasional dalam tingkatan organisasi • Organisasi bukanlah penjumlahan dari perilaku individu dan kelompok. • Sama seperti kelompok, organisasi juga memiliki norma, budaya, dan hal lain yang tersendiri dan membentuk pola perilaku organisasi. TUJUAN MEMAHAMI PERILAKU ORGANISASI (Nimran, 1996) • Prediksi Kemampuan memprediksi perilaku orang lain memberikan kesempatan untuk membangun komunikasi yang baik, efektif, dan efesien sehingga mampu berpikir, bersikap, dan bertindak tepat dalam berkomunikasi. • Eksplanasi Menjelaskan berbagai peristiwa yang terjadi di dalam organisasi. • Pengendalian. Kemampuan prediksi dan eksplanasi akan membantu pemimpin dalam menjalankan peran mengendalikan individu, kelompok, bahkan organisasi dalam mencapai tujuan bersama. ASPEK MANUSIA DALAM ORGANISASI • Memahami perilaku individu akan membantu dalam memahami perilaku organisasi karena pada dasarnya manusia itu homo homini socius. • Manusia tidak bisa lepas dari organisasi, manusia merupakan komponen vital dalam keberadaan dan dinamika sebuah organisasi. • Memahami perilaku manusia membutuhkan kerjasama berbagai disiplin keilmuan. Perbedaan Perilaku Individu • Perbedaan perilaku individual dapat disebabkan oleh sejumlah faktor penting, yaitu: persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar. • Empat asumsi yang penting menurut Gibson, dkk (1982, 1989) tentang perilaku Individu: – Perilaku timbul karena ada stimulus/penyebab. – Perilaku diarahkan kepada tujuan. – Perilaku yang terarah pada tujuan dapat terganggu oleh frustasi, konflik, dan kecemasan. – Perilaku timbul karena adanya motivasi. ASUMSI DASAR UNTUK MEMAHAMI MANUSIA: Nimran (1996) • Untuk dapat memahami perilaku individu, kita perlu memahami karakteristik yang melekat pada individu. • Karakteristik yang dimaksud terkait dengan: ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap. CIRI-CIRI BIOGRAFIS: • • • • • Umur Jenis kelamin Status perkawinan Jumlah tanggungan Masa kerja. KEPRIBADIAN Pengertian: Robbins dalam sopiah (2008) mengartikan Kepribadian sebagai cara dengan mana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Bentuk-bentuk kepribadian akhirnya menentukan perilaku organisasi, karenanya orang lalu mencari dan berusaha menemukan ciri-ciri kepribadian. 16 ciri kepribadian (Edgar H. Schein dalam kunarto, 2001) : (1) Pendiam vs ramah, (2) Kurang cerdas vs lebih cerdas (3) Dipengaruhi perasaan vs emosional mantap (4) Mengalah vs dominan (5) Serius vs sukabersenang-senang (6) Selalu siap vs selalu berhati-hati (7) Malu-malu vs petualang (8) Kerashati vs peka (9) Mempercayai vs mencurigai (10) Praktis vs imajinatif (11) Terus terang vs banyak muslihat (12) Percaya diri vs takut-takut (13) Konservatif vs suka eksperimen (14) Bergantung kelompok mandiri vs mandiri (15) Tak terkendali vs terkendali (16) Santai vs tegang. KEPRIBADIAN • Faktor keturunan atas pembawaan (traits) merupakan faktor yang penting dalam membentuk kepribadian seseorang. • Orang yang karakternya terbentuk pada lingkungan dan budaya kerja yang tinggi akan cenderung serius, ambisius, dan agresif. • Orang yang berada pada lingkungan dan budaya yang menekankan pada pentingnya bergaul baik dengan orang lain, maka ia akan lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan kerja dan karier. • Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas pikiran dan perasaannya. • Ekstroversi merupakan sifat kepribadian yang cenderung mengarahkan perhatian kepada orang lain, kejadian di lingkungan dan menghasilkan kepuasan dari stimulus lingkungan. Tipe-Tipe Keperibadian (Holland dalamHaryono, 2001) 1). Tipe realistic. Mereka yag berada pada areal ini adalah cenderung sebagai orang yang memiliki keengganan sosial, agak pemalu, bersikap menyesuaikan diri, materialistik, polos, keras hati, praktis, suka berterus terang, asli, maskulin dan cenderung atletis, stabil, tidak ingin menonjolkan diri, sangat hemat, kurang berpandangan luas, dan kurang mau terlihat. 2). Tipe investigatif. Mereka yang berada di dalam tipe ini cenderung berhatihati, kritis, ingin tahu, mandiri, intelektual, instropektif, introvert, metodik, agak pasif, pesimis, teliti,rasional, pendiam, menahan diri dan kurang popular. 3). Tipe artistik. Orang-orang yang masuk tipe ini cenderung untuk memperlihatkan dirinya sebagai orang yang “agak sulit” (complicated), tidak teratur, emosional, tidak materialistik, idealistis, imaginative, tidak praktis, implusit, mandiri, introspeksi, intuitif, tidakmenyesuaikan diridan orisinil/asli 4). Tipe sosial. Mereka yang tergolong dalam tipe ini sosial ini cenderung untuk memperlihatkandirinya sebagai orang yang suka kerjasama, suka menolong, sopan santun (friendly), murah hati, agak konservatif, idealistis, bersifat social, bertanggung jawab. 5). Tipe enterprising. Mereka yang masuk dalam tipe ini cenderung memperlihatkan dirinya sebagai orang yang gigih mencapai keuntungan, petualang, bersemangat (ambisi), dominan, energik, optimis, percaya diri, sosial, dan suka bicara. 6). Tipe conventional. Mereka yang masuk dalam tipe ini adalah orang-orang yang mudah menyesuaikan diri (conforming), teliti, efisien, sopan santun, tenang, pemalu, patuh, teratur dan cenderung rutin, keras hati, praktis, kurang imajinasi, tetapi kurang mengontrol diri. PERSEPSI: • Robbins (1986): suatu proses dengan mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesannya untuk memberi arti tertentu pada lingkungannya. • I. Gitosudarmo (1997): suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. Faktor penyebab terjadinya distorsi dalam persepsi atau adanya perbedaan persepsi dalam memaknai sesuatu. 1. Pemberian Kesan (perceiver). Bagaimana seseorang memberikan arti terhadap sesuatu sangat ditentukan oleh karakteristik kepribadian orang tersebut. Misalnya umur, lama bekerja, status, tingkat pendidikan, agama, budaya, dan lain-lain. 2. Sasaran. Atribut yang melekat pada objek yang sedang diamati akan dipersepsikan sehingga dapat mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan hal tersebut. Misalnya dari wujud fisik, tinggi, bentuk tubuh, rambut, cara berpakaian, suara, gerakan, bahasa tubuh maupun sikapnya yang memberikan berbagai persepsi yang berbeda dari tiap orang yang berbeda. 3. Situasi. Lingkungan sangat menentukan individu/kelompok dalam mempersepsikan objek atau kejadian. Contoh, setiap malam minggu Anda melihat sesorang di sebuah café. Menurut Anda, orang tersebut tidak menarik. Tetapi ketika orang tersebut datang ke masjid, menurut Anda, orang tersebut menjadi sangat menarik. Namun mungkin saja orang lain tidak menilainya demikian. Gudson dalam Sopiah (2008) mengemukakan ada sejumlah kesalahan yang sering terjadi dalam mempersepsikan suatu objek atau kejadian tertentu yaitu : 1. Stereotyping Yaitu menilai seseorang hanya atas dasar satu atau beberapa sifat kelompoknya. Stereotype sering didasarkan atas jenis kelamin, umur, agama, kebangsaan, kedudukan, jabatan. Misalnya seorang pimpinan menilai perempuan yang sudah menikah, apalagi punya anak cenderung memiliki tingkat absensi tinggi. 2. Halo effect. Yaitu kecenderungan untuk menilai seseorang hanya atas dasar salah satu sifatnya saja, misalnya orang yang mudah tersenyum berpenampilan menarik, maka orang tersebut dinilai baik dan jujur. Pada saat wawancara seleksi karyawan, efek halo ini sering terjadi. Pewawancara seringkali tertipu dengan penampilan sesaat calon karyawan. Hal ini tentu sangat berbahaya. 3. Projection. Yaitu kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas dasar perasaan atau sifatnya. Misalnya seseorang yang membenci orang lain, apapun yang dilakukan orang itu maka akan membuatnya tidak suka. Begitu pula sebaliknya, jika ia suka terhadap orang tertentu, maka apapun yang dilakukannya walau menyakitkan tetap saja orang tersebut tidak bisa membencinya. PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU Ada 3 pendekatan yang dapat diaplikasikan dalam menelaah proses pembentukan sikap dan perilaku: • Pendekatan kognitif, menganalisis mengenai stimulus dan respon. • Pendekatan kepuasan, memfokuskan perhatian pada faktor-faktor pada diri seseorang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilakunya. • Pendekatan psikoanalisis, mengaitkan kita dengan pemikiran Sigmund Freud terkait dengan id, ego, dan super ego. MODIFIKASI PERILAKU • Perilaku individu dapat dimodifikasi. • Langkah modifikasi yang dapat dikembangkan: – Antecendents, yaitu apa yang melatar-belakangi perilaku individu? – Behavior, yaitu apa yang individu lakukan/katakan? – Consequences, yaitu apa yang terjadi setelah tindakan tersebut. LANDASAN UNTUK MEMAHAMI PERILAKU: J. WINARDI STRESS Pengertian Stress: Pemahaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis dalam diri seseorang sebagai akibat lingkungan eksternal, organisasi, organisasi lain (Szilagyi dalam Indriyo G 1997). Mengapa Stress Perlu Dipahami • Setiap orang tidak pernah seteril dari stress. • Setiap orang memerlukan energi yang lebih banyak untuk menggapai sukses demisukses. • Stress berhubungan erat dengan produktifitas. • Setiap individu mesti berinteraksi dengan orang lain maupun dengan lingkungannya. • Stress tidak jarang menimbulkan berbagai penyakit. Sumber-Sumber Stress • • • • • • • • Faktor-faktor yang melekat pada pekerjaan Peranan dalam organisasi Hubungan-hubungan dalam organisasi Perkembangan karier Struktur dan iklim organisasi Hubungan organisasi dengan pihak luar Faktor dari dalam individu yang bersangkutan Kepemimpinan Dampak Stress (Indriyo Gitosudarmo, 1997) a. Faktor fisik - Meningkatnya tekanan darah - Meningkatnya kolesterol - Penyakit jantung koroner b. Faktor psikologi - Ketidakpuasan kerja - Murung - Rendahnya kepercayaan - Mudah marah c. Faktor organisasi - Ketidakhadiran - Keterlambatan - Prestasi kerja menurun - Kecelakaan kerja meningkat - Sabotase Cara Mengatasi Stress (Indriiyo Gitosudarmo) a. Secara individu. • Meningktakan keimanan • Meditasi • Olahraga • Relaksasi • Minta dukungan social kepada teman dan keluarga • Menghilangkan rutinitas b. Secara organisasi. • Perbaikan iklim organisasi • Perbaikan lingkungan fisik. • Menyediakan saran olah raga • Analisis dan kejelasan tugas • Mengubah struktur dan proses organisasi • Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan • Restrukturisasi tugas • Menerapkan manajemen berdasarkan sasar TERIMA KASIH