pengaruh pendekatan penanaman nilai terhadap

advertisement
PENGARUH PENDEKATAN PENANAMAN NILAI TERHADAP
SIKAP SISWA SMA TENTANG NILAI-NILAI SAINS
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Priyo Agung N
NIM: 104016200450
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH PENDEKATAN PENANAMAN NILAI TERHADAP
SIKAP SISWA SMA TENTANG NILAI-NILAI SAINS
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Priyo Agung N
NIM: 104016200450
Menyetujui,
Pembimbing I
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A
NIP : 19571005 198703 1 003
Pembimbing II
Dewi Murniati, M. Si
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul:“Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai terhadap Sikap
Siswa SMA tentang Nilai-nilai Sains” disusun oleh Priyo Agung N,
NIM:
104016200450, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 11
Juni 2009 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar sarjana S1 (S.Pd) pada jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan
Kimia.
Jakarta, 15 Juni 2009
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Jurusan Pendidikan IPA
Tanggal
Baiq Hana Susanti, M.Sc
Tanda Tangan
......................
......................
......................
......................
......................
......................
......................
......................
NIP : 150 299 475
Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA
Nengsih Juanengsih, M.Pd
NIP : 19790510 200604 2 001
Penguji I
Drs. Zamris Habib, M.Si
NIP : 130 695 192
Penguji II
Tonih Feronika, M.Pd
NIP : 19760107 200501 1 007
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A
NIP : 19571005 198703 1 003
ABSTRACT
Priyo Agung N
Science Education Department, Chemist Education Study Program,
Teaching and Education Faculty
Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta
This research titled “The Influences of Value Inculcation Approach toward
The Senior High School Students Attitude about Science Values”. This research aims
to analyze the influences of chemist study by applying the value inculcation approach
toward the Senior High School students attitude. The subject in this research is 30
students of 10th grade of Senior High School 58 Jakarta. The researcher uses pre
experimental method by One-Group Pretest-Posttest design. Collecting data is done
by cognitive knowledge test and quesionaire. The result shows the average score of
student’s attitude before treatment is 94, 067, and the score after treatment is 12,213.
Besides the average of cognitive score before treatment is 26,13, while the average
after treatment is 75,33. Then the “t” test result produce thitung value = 9,9 and ttabel
value = 1,699. Thus, there are some positive influences on values inculcation
approach toward the students attitude about science values in “Redoks” concept. The
percentage of student’s attitude shows the increasing of student’s attitude about
science values. On knowledge indicator of natural happen involving redoks reaction,
the increasing is about 24,47 %, the awareness that God is the manager of everything
is about 19,79 %, the awareness that science is related to the faith is 21,25 %, the
awareness about the hollyness of God is 10,83 %, the awareness that in this life we
must work together and help in kindness is 19,91 %, the awareness that human is
given by different potention and ability is 16,66%, the awareness that redoks concept
has it’s high economic values is 30,84 %, the awareness of cherish our variety of
Indonesia culture is 22,92 %, the knowledge that everything in this world has its own
function and benefits for living creature is 17,85 %.
ABSTRAK
Priyo Agung N
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Kimia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai terhadap Sikap
Siswa SMA tentang Nilai-Nilai Sains”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pembelajaran kimia dengan menerapkan pendekatan penanaman nilai
terhadap sikap siswa SMA tentang nilai-nilai sains. Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X SMAN 58 Jakarta yang berjumlah 30 orang. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pre eksperimen dengan
desain One-Group Pretest-Postest. Pengumpulan data dilakukan dengan tes
pengetahuan kognitif dan angket pernyataan sikap. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata skor sikap siswa sebelum diberikan perlakuan sebesar 94,067
sedangkan rata-rata setelah diberikan perlakuan sebesar 122,13. Selain itu rata-rata
skor tes kognitif siswa sebelum diberikan perlakuan sebesar 26,13 sedangkan rata-rata
setelah diberikan perlakuan sebesar 75,33. Selanjutnya hasil uji “t” didapatkan harga
thitung = 9,9 dan ttabel = 1,699. Maka, terdapat pengaruh positif pendekatan penanaman
nilai terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains pada konsep “Redoks”. Selain itu,
persentase sikap siswa menunjukkan peningkatan sikap siswa tentang nilai-nilai sains.
Pada indikator pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks
peningkatan yang terjadi sebesar 24,47 %, kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala
urusan sebesar 19,79 %, kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan
keimanan sebesar 21,25 %, kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan sebesar
10,83 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong
dalam kebaikan sebesar 19,91 %, kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan
kemampuan yang berbeda-beda sebesar 16,66 %, kesadaran bahwa konsep redoks
memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebesar 30,84 %, kesadaran menghargai
keragaman budaya Indonesia
sebesar 22,92 %, pengetahuan bahwa
segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup
sebesar 17,85 %.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya serta taufik hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya
yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan syariatnya hingga hari kiamat nanti.
Alhamdulillah, saya ucapkan karena akhirnya skripsi dengan judul “Pengaruh
Pendekatan Penanaman Nilai terhadap Sikap Siswa SMA tentang Nilai-Nilai Sains”
ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku Pembimbing I yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc Selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang
telah memajukan Program Studi Pendidikan Kimia menjadi lebih baik.
4. Ibu Dra. Hj. Nelmi, M.M selaku Kepala SMAN 58 Jakarta atas kesempatan
Penelitian yang diberikan.
5. Ibu Dewi Murniati, M. Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Jaenudin, M. Si selaku Wakil Kepala SMAN 58 sekaligus guru kimia
kelas X yang bersedia memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.
7. Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program
Studi Pendidikan Kimia, khususnya angkatan tahun 2004 yang memberikan
dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat terbaikku: Abdul, Aep, Ikhwan, Sadar, Astri dan Erni yang
senantiasa
memberikan
bantuan
berupa
moril
maupun
materil
demi
terselesaikannya skripsi ini.
9. Ayah dan Ibunda tercinta serta seluruh keluarga yang telah berjasa membantu
penulis baik moril maupun materi serta bersabar menanti kelulusan ananda.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan dan pahala yang sebesar-besarnya
kepada Saudara/i, Bapak/ Ibu semua.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan di dalam
skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pertolongannya agar penulis dapat
menjadi lebih baik lagi.
Jakarta,
Penulis
Mei 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI……… ...............................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
A. Latar Belakang........................................................................
i
ii
iv
vi
vii
viii
1
1
B. Identifikasi Masalah................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...............................................................
5
D. Perumusan Masalah ................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................
6
BAB II KAJIAN TEORITIS .................................................................
A. Deskripsi Teoritis....................................................................
7
7
1. Hakikat Nilai.....................................................................
7
2. Hakikat Pendidikan Nilai...................................................
17
3. Metode dalam Pendidikan Nilai.........................................
23
4. Pengertian Sikap dan Pembentukannya .............................
24
5. Pengertian Reaksi Redoks .................................................
28
6. Nilai-nilai Sains dalam Konsep Redoks .............................
30
B. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................
34
C. Kerangka Berpikir...................................................................
35
D. Perumusan Hipotesis...............................................................
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
A. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................
37
37
B. Metode Penelitian ...................................................................
37
C. Subyek Penelitian....................................................................
37
D. Prosedur Penelitian .................................................................
37
E. Instrumen Penelitian ...............................................................
39
1. Validitas Instrumen Penelitian...........................................
40
F. Hipotesis Statistik ...................................................................
40
G. Teknik Analisis Data...............................................................
40
1. Analisis Data Kuantitatif ...................................................
40
2. Analisis Data Kualitatif .....................................................
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
A. Deskripsi Data ........................................................................
44
44
1. Hasil Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-nilai Sains.....
44
2. Hasil Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-nilai Sains ...
45
B. Analisis Data...........................................................................
46
1. Analisis Data Kuantitatif. ..................................................
46
a.................................................................................. Uji
Normalitas...................................................................
46
b.................................................................................. Uji
Homogenitas ...............................................................
47
c.................................................................................. Pengujian
Hipotesis .....................................................................
47
2. Analisis Data Kualitatif .....................................................
48
C. Interpretasi Data......................................................................
53
D. Pembahasan ............................................................................
55
E. Keterbatasan Penelitian ...........................................................
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................
A. Kesimpulan.............................................................................
63
63
B. Saran
..................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA..................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................
64
67
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains ...
44
Tabel 4.2 Distribusi Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains ..
45
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pre dan Post Angket Sikap Siswa ............
46
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas..............................................................
47
Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pre dan Post Angket...........
48
Tabel 4.6 Persentase Pre Angket Sikap Siswa .......................................
49
Tabel 4. 7 Persentase Pos Angket Sikap Siswa ........................................
50
Tabel 4.8 Rekapitulasi Skor Tingkat Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan
Pendekatan Penanaman Nilai ..................................................
51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Histogram Distribusi Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains
..........................................................................................
44
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai
Sains .................................................................................
45
Gambar 4.3 Grafik Persentase Rata-rata Sikap Siswa Pre Angket dan
Post
Angket .................................................................................
56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran
a. Silabus ..............................................................................
67
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................
68
c. Analisis Materi dengan Pendekatan Penanaman Nilai........
78
Lampiran 2. Instrumen Pengumpul Data
a. Kisi-kisi Instrumen Pernyataan Sikap ................................
84
b. Format Instrumen Pernyataan Sikap ..................................
85
Lampiran 3. Pengolahan Data
a. Data Skor pre Angket Sikap Siswa ....................................
87
b. Data Skor post Angket Sikap Siswa...................................
90
c. Uji Normalitas pre Angket Sikap Siswa ............................
93
d. Uji Normalitas post Angket Sikap Siswa ...........................
94
e. Uji Homogenitas Varians ..................................................
95
f. Uji Hipotesis Penelitian.....................................................
97
g. Rekapitulasi Persentase pre Angket Sikap Siswa ...............
96
h. Rekapitulasi Persentase post Angket Sikap Siswa..............
102
Lampiran 4. Surat Pernyataan Karya Ilmiah .............................................
Lampiran 5. Lembar Uji Referensi ...........................................................
Lampiran 7. Surat Bimbingan Skripsi .......................................................
Lampiran 8. Surat Permohonan Izin Penelitian .........................................
Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian..................................................
Lampiran 10. Surat Keterangan Lulus Uji Komprehensif..........................
Lampiran 12. Biodata Penulis...................................................................
106
107
111
112
113
114
115
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini, kemajuan pendidikan di Indonesia hanya dapat menghasilkan
manusia yang cerdas saja, yang dibuktikan dari pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada di Indonesia.Tetapi di sisi lainnya terjadi
pergeseran nilai, sikap, dan moral yang tidak lagi menghargai martabat manusia
lainnnya.
Banyak orang untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya dengan jalan pintas
yang merugikan orang lain, dan tidak menghargai orang lain. Ini berarti dalam
pengembangan pendidikan ada sesuatu yang salah, yaitu hanya menekankan
pendidikan
yang
bersifat
kognitif
dan
psikomotor
semata,
dan
kurang
mengembangkan pendidikan afektif yang menyebabkan hilangnya sistem nilai dalam
pendidikan.
Adanya pergeseran dan perubahan-perubahan sistem-sistem nilai maupun
nilai-nilai sendiri dalam masyarakat dewasa ini mungkin disebabkan karena:1
1) Kemajuan-kemajuan dalam kondisi hidup kita, sehingga kita lebih mempunyai
kemampuan dan kebebasan bertindak, baik ini dibawa oleh pesatnya perkembangan
ilmu dan teknologi serta industrialisasi di kota besar.
2) Perubahan suasana di dalam masyarakat sendiri dari sifat yang tertutup kearah
sifat yang terbuka, karena perkembangan dan perluasan jaringan komunikasi.
3) Perubahan perkembangan, hukum-hukum, adat kebiasaan serta cara berpikir
tradisional kepada yang baru, yang lebih sesuai dengan tantangan dan situasi baru
dalam masyarakat sekarang.
Perubahan-perubahan tersebut mudah membawa krisis, bila terjadi dengan
pesat. Akibatnya, timbullah berbagai ketegangan, gangguan dan dapat kehilangan
keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya kebiasaan dan tingkah
laku berubah, tetapi juga norma-norma atau nilai-nilai yang mendasarinya mengalami
perubahan.
Sikap dan perilaku seseorang yang sudah dewasa sebenarnya berawal dari
proses belajar di sekolah. Seorang siswa akan dengan mudah mengikuti dan
1
Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Grasindo, 1993), h. 73
mengaplikasikan apa yang di ajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Jika
selama di sekolah siswa hanya diajarkan materi keilmuan saja, maka perilaku yang
terbentuk akan lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar siswa. Jika lingkungan
sekitar tidak mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan, maka sikap dan perilaku yang
terbentuk akan menjadi tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang seharusnya ada
dalam diri siswa tersebut.
Hal ini karena bagi para pendidik, mengajar hanya diartikan sebagai transfer
of knowledge, dan subyek belajar hanya membutuhkan pengetahuan saja. Padahal
tujuan belajar secara esensial, disamping untuk mendapatkan pengetahuan, juga
keterampilan dan untuk pembinaan sikap mental. Dengan demikian tidak cukup kalau
hanya dilakukan proses pengajaran transfer of knowledge saja.2
Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan suatu bangsa,
karena dengan pendidikan suatu bangsa akan mencapai kemajuan baik dalam
pengembangan sumber daya manusia maupun pada pengelolaan sumber daya alam.
Fungsi pendidikan adalah membimbing siswa kea rah suatu tujuan yang kita nilai
tinggi. Pendidikan yang baik adalah suatu usaha yang berhasil membawa semua anak
didik kepada tujuan tersebut.
Mengutip isi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab, (Depdiknas, 2003: 5)3
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas, peserta didik diharapkan dapat
menjadi manusia yang utuh berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang cerdas,
kreatif, berakhlak mulia, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Pembelajaran sebagai salah satu upaya mewujudkan tujuan
pendidikan maka orientasi kerjanya tidak hanya terfokus pada aspek transfer ilmu
pengetahuan saja tetapi juga menyangkut aspek normatif dan nilai-nilai, sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional
2
3
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1986) h. 53
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 2
tersebut. Pembelajaran dengan menerapkan pendidikan nilai bertujuan agar manusia
memiliki nilai-nilai yang seharusnya dimiliki selama proses belajar.
Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas
mengembangkan dan menumbuhkan daya penilaian yang benar, meneruskan warisan
budaya manusia, dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai tersebut. Di samping
tugas pokoknya mempersiapkan anak didik untuk menghadapi kemajuan jaman
dengan bekal ilmu pengetahuan akademik.
Pembelajaran IPA di sekolah dikenal sebagai mata pelajaran sains atau lebih
khusus dengan sebutan Biologi, Fisika, dan Kimia. Pemberian mata pelajaran IPA
atau pendidikan IPA di sekolah bertujuan agar siswa memahami/ menguasai konsepkonsep IPA dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari
kebesaran dan kekuasaan Penciptanya.4 Dalam pembelajaran ini sarat dengan konsepkonsep abstrak, oleh karena itu dalam mengajarkannya selain teori harus disertai pula
dengan visualisasinya agar siswa dapat memahami bagaimana gambaran konsep yang
telah mereka pelajari sebelumnya.
Ciri menonjol pendidikan IPA di Indonesia, ialah adanya nilai-nilai agama
yang masuk ke dalam kurikulum. Melalui pendidikan IPA kita mendorong anak didik
untuk dapat meningkatkan iman dan takwanya kepada Tuhan YME, pencipta alam
dan seisinya. Dimensi pendidikan IPA sekurang-kurangnya mengandung unsur atau
nilai-nilai sosial budaya, etika moral, dan agama.
Pada kenyataannya, pembelajaran IPA di sekolah tidak memasukkan nilainilai sains di dalamnya. Yang terjadi adalah adanya dikotomi antara sains dengan
ilmu agama yang memandang bahwa urusan dunia ilmu itu berbeda dengan urusan
agama. Dengan demikian, pendidik tidak memiliki kewajiban untuk menanamkan
nilai agama atau akhlak kepada siswa. Selain itu, nilai-nilai sains lain seperti nilai
praktis, nilai intelektual dan nilai sosial sangat jarang ditemukan pada pembelajaran
IPA di sekolah.
Strategi pengajaran yang digunakan para pendidik hanya bertujuan untuk
mendapatkan hasil belajar kognitif siswa saja, tanpa melibatkan aspek afektif atau
sikap serta nilai-nilai yang seharusnya juga menjadi perhatian yang serius dalam
pencapaian hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dengan
4
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), h. 36
keadaan tersebut, pendidikan di Indonesia tidak akan mampu membangun kesadaran
dan penghayatan terhadap sistem nilai dan moral yang terkandung dalam bahan ajar,
sehingga sikap siswa tidak akan selaras dengan nilai-nilai yang diharapkan.
Sikap seseorang dapat di rubah dengan pemberian informasi serta komunikasi
sosial yang dibangun antar siswa dengan guru dan antar siswa itu sendiri. Komunikasi
sosial mempunyai peranan penting karena hal itu merupakan cara yang paling efektif
bagi perubahan sikap seseorang. Bentuk komunikasi sosial dalam pembelajaran yaitu
dengan pemberian informasi dari guru yang menyebabkan perubahan sikap siswa
tentang nilai-nilai sains.
Peran guru sebagai pendidik sangat penting, oleh sebab itu guru harus
menggunakan pendekatan dan metode pengajaran yang tepat untuk mencapai hasil
belajar anak didik yang optimal. Pendekatan penanaman nilai dalam pendidikan nilai
merupakan pendekatan yang tepat dalam mentransformasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan IPA khususnya Kimia.
Materi Redoks adalah salah satu konsep dalam kimia yang dapat memberikan
pemahaman tentang nilai-nilai sains yang terkandung dalam pembelajaran Kimia.
Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian tentang penerapan
pendidikan nilai dalam pembelajaran Kimia pada konsep Redoks. Dengan adanya
penelitian ini diharapkan siswa dapat menyadari dan memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran Kimia sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dalam
diri siswa dan siswa lebih tertarik lagi untuk mempelajari pelajaran Kimia di sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah yang dikemukakan di atas maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah antara lain:
1) Adanya pergeseran dan perubahan-perubahan nilai-nilai sendiri dalam diri
siswa, dimana perubahan tersebut membawa siswa kepada kebiasaan dan tingkah laku
yang tidak selaras dengan nilai-nilai yang ada.
2) Bagi para pendidik, mengajar hanya diartikan sebagai transfer of
knowledge, dan subyek belajar hanya membutuhkan pengetahuan saja, sehingga
dalam pelaksanaan pembelajaran pendidik tidak memasukkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sains.
3) Strategi pengajaran yang digunakan pendidik belum banyak memasukkan
nilai-nilai khususnya dalam pembelajaran IPA, sehingga belum dapat mencapai hasil
belajar afektif yang maksimal.
C. Pembatasan Masalah
Supaya penelitian ini tidak terlalu luas, masalah yang diteliti dibatasi sebagai
berikut:
1. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas X SMA
2. Hasil belajar yang diukur adalah sikap siswa yang sampai pada tahap
tanggapan (responding).
3. Konsep yang menjadi bahan penelitian adalah konsep Redoks, karena konsep
tersebut dianggap relevan untuk dapat memberikan penanaman tentang nilainilai sains.
4. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penanaman nilai.
5. Nilai-nilai sains yang ingin diteliti mencakup nilai praktis, nilai intelektual,
nilai sosial-politik-ekonomi, dan nilai religius
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah, maka perumusan masalah adalah sebagai
berikut: “Apakah pendekatan penanaman nilai berpengaruh positif terhadap sikap
siswa SMA tentang nilai-nilai sains pada konsep Redoks?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh
pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa SMA tentang
nilai-nilai sains .
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan
masukan bagi guru kimia dalam menggunakan pendekatan penanaman nilai dalam
pembelajaran. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat menerapkan nilai
religius, sosial, intelektual, dan praktis dalam pembelajaran terutama disaat sekarang
ini di mana dibutuhkan penanaman nilai-nilai sains untuk menghasilkan anak didik
yang tidak hanya memiliki prestasi akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan berbudi
pekerti luhur.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
G. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat Nilai
a. Pengertian Nilai
Pengertian nilai menurut Milton Roceach dan James Bank dalam
Kartawisastra (1980:1) adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam
ruang lingkup sistem kepercayaan, di mana seseorang harus bertindak atau
menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak
pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya.5 Pengertian ini menunjukkan bahwa
nilai itu merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang telah berhubungan
dengan manusia yang memberikan nilai tersebut.
Menurut Gordon Allport (1964) bahwa nilai adalah keyakinan yang
membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Dalam pendidikan tentu
saja pilihan yang diharapkan adalah nilai-nilai yang sesuai dengan tuntutan
yang ada, baik yang berlaku dalam masyarakat maupun ajaran agama. Oleh
karena itu dari sudut pandang sosiologi, pengertian nilai adalah patokan
normative yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya
diantara cara-cara tindakan alternatif. 6
Nilai adalah sesuatu yang menimbulkan minat atau obyek dari sesuatu
minat. Dan lebih tegas lagi, Joseph dan Ronald L. Warren menyatakan bahwa:
nilai itu merupakan suatu kemampuan atau kepastian yang memuaskan setiap
keinginan manusia, yang dinyatakan sebagai cirri suatu benda, buah pikiran
atau isi dari sesuatu pengalaman. Hal ini diperkuat juga oleh The Liang Gie
dalam bukunya Garis Besar Etetik, bahwa: di dalam filsafat, nilai dipandang
sebagai pengalaman dimana fakta yang nampak, menggejala untuk
menimbulkan penghargaan dan perhatian bagi subyek yang melihatnya.7
Nilai secara umum disepakati sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan kita (Curriculum Corpotaion 1994). Apakah kita menyadari
hal itu atau tidak, apakah dengan tujuan mengambil nilai tertentu saja,
5
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), cet. I, h. 16
Suroso Adi, Manajemen Alam: Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mughni Sejahtera, 2006), h. 46
7
Muhammad Djunaidi Ghoni, Nilai Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1999), h. 16-17
6
perwujudan nilai dapat dicerminkan dalam tindakan kita secara menetap.8
Bertens mengungkapkan bahwa nilai adalah sesuatu yang menarik bagi kita,
sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan
diinginkan, singkatnya, sesuatu yang baik (Adimassana; 2001).9
Horton dan Hunt dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong suyanto
mengatakan nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu
berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan
pertimbangan seseorang, tetapi tidak menghakimi apakah sebuah perilaku
tertentu itu salah atau benar.10 Suatu tindakan dianggap sah artinya secara
moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan
dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan itu dilakukan.
Nilai bukan saja melibatkan aspek kepercayaan tetapi juga aspek
pemahaman, perasaan, dan tingkah laku manusia. Definisi bagi istilah nilai
adalah sejumlah hal yang dianggap penting, berharga, berguna atau mustahak.
Secara lebih abstrak nilai seringkali merujuk pada prinsip, standar, atau
pegangan yang melibatkan hal yang dianggap penting atau berharga.11
Berdasarkan definisi Brian V. Hill, nilai adalah memberikan prioritas bagi
individu dan masyarakat terhadap keyakinan tertentu, pengalaman, dan tujuan,
dalam menyimpulkan bagaimana masa depan mereka, dan apa saja yang
mereka miliki.12
Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif
dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat
intrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal.
Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan
dan keadilan. Adapun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki warna,
8
Thomas W. Nielsen, “Value Education through Thinking, Feeling and Doing”, in Sosial Educator,
Vol.23, No.2, August 2005.
9
Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae Discimus”,
Diambil dari www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008.
10
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Prenada
Media, 2004), h. 35.
11
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan” ,
International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science Education, 3-4 August
2007, Universiti of Malaya, p. 4.
12
Brian V. Hill, “Values Education In Schools”, taken from www.curriculum.edu.au, March 1, 2008.
isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok
masyarakat tertentu.13
Khoiron Rosyadi mengutip pendapat Hoffmeister mengatakan bahwa
nilai adalah implikasi hubungan yang diadakan oleh manusia yang sedang
memberi nilai antara satu benda dengan satu ukuran. 14 Nilai dirasakan dalam
diri kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang
menjadi penting dalam kehidupan sampai pada suatu tingkat dimana
sementara
orang
lebih
siap
untuk
mengorbankan
mereka
daripada
mengorbankan diri.
Nilai-nilai didefinisikan sebagai suatu ide yang relatif konstan tentang
suatu perilaku. Nilai-nilai menunjuk pada kriteria untuk menentukan tingkat
kebaikan, harga, atau keindahan. Kegiatan menilai dipandang sebagai suatu
tindakan membuat membuat pertimbangan nilai, ekspresi perasaan atau
penerimaan dan ketaatan pada seperangkat prinsip-prinsip.15
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini
sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola
pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku. Oleh karena itu sistem nilai
dapat merupakan standar umum yang diyakini, yang diserap dari keadaan
obyektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen (perasaan umum) maupun
identitas yang diberikan atau diwahyukan Allah SWT yang pada gilirannya
merupakan sentimen (perasaan umum), kejadian umum, identitas umum yang
oleh karenanya menjadi syariat umum.16
M. Djunaidi Ghoni mengutip pendapat Loris C. Kattsoff dalam
bukunya yang berjudul “Element Of Phylosophy”, yang menyimpulkan bahwa
nilai itu mempunyai 4 macam arti, antara lain: 17
a. Bernilai, artinya berguna
b. Merupakan nilai, artinya baik atau benar atau indah
13
Sulaiman Zein, “Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini”, Diambil
dari smpnbilahhulu.wordpress.com, 23 Februari 2008.
14
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. I, h. 115
15
Sutarno, “Nilai dan Pendekatan Nilai”, dari Jurnal Pendidikan Nilai, Th. 6, No. 1 Pebruari 2000, h.
53
16
Abu Ahmadi dan Noor Salami, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksasra,
2004), Cet. IV, h. 202
17
Muhammad Djunaidi Ghoni, op. cit. h. 15,
c. Mengandung nilai, artinya merupakan obyek atau keinginan atau sifat yang
menimbulkan sikap setuju serta predikat.
d. Memberi nilai, artinya bahwa sesuatu itu diinginkan atau menunjukkan
nilai.
Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai adalah keyakinan dan perasaan yang dimiliki seseorang dalam
menentukan tingkat kebaikan, harga, dan keindahan terhadap sesuatu yang
dilihat dan dipikirkan yang kemudian menyebabkan tindakan atau sikap yang
mencerminkan keyakinannya tersebut. Nilai-nilai ini dikembangkan untuk
memberikan filter dalam menghubungkan pikiran dan perasaan dengan
tindakan disamping mencakup mengenai sistem pengaturannya.
Istilah nilai dikelompokkan dalam berbagai kategori yang berbeda
seperti nilai kerohanian, moral, sosial, etika, estetika ekonomi, budaya,
intelektual,
persekitaran,
undang-undang,
ideologi,
profesionalisme,
kepemimpinan pribadi, prodiktivitas dan agama. Nilai etika merujuk nilai
yang digunakan untuk membedakan antara baik dengan jahat, betul dengan
salah, dan moral dan tak bermoral. Seterusnya, nilai moral merujuk tindakan
atau nilai yang mempunyai implikasi langsung kepada kebajikan dan hak
orang lain atau kepada isu keadilan dan persamaan18
Nilai mendasari sikap dan tindakan seseorang, karena nilai dapat
dijadikan patokan dan prinsip-prinsip sebagai kriteria dalam menjalani
kehidupannya. Nilai merupakan suatu gagasan atau konsep yang dijadikan
acuan atau patokan dan motivasi dalam menentukan suatu hal atau tindakan
yang hasilnya bergunan atau tidak bergunan, dan dipegangnya dalam waktu
yang relative lama sehingga menjadi stabil, serta dinyatakan secara konsisten
menjadi milik kepribadiannya. Oleh karena itu pendidikan nilai memiliki
sasaran mengubah sikap, tindakan, dan kepribadian seseorang dari hal-hal
yang tidak benar menjadi benar adanya, dari hal-hal yang buruk menjadi baik
adanya, dan sifat-sifat lainnya kea rah positif atau kebaikan.
b. Jenis-jenis Nilai
18
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”,
International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August
2007, University of Malaya. p. 7
Menurut Max Scheler dalam Kaswardi, nilai-nilai dikelompokkan
dalam 4 tingkatan menurut tinggi rendahnya sebagai berikut:19
1) Nilai-nilai kenikmatan. Dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang
mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang
atau menderita tidak enak.
2) Nilai-nilai kehidupan. Dalam tingkat ini, terdapat nilai-nilai penting bagi
kehidupan. Misalnya kesehatan, kesegaran badan, kesejahteraan umum.
3) Nilai-nilai kejiwaan. Dalam tingkat ini terdapat nilai kejiwaan yang tidak
sama sekali tergantung pada jasmani maupun lingkungan.
Nilai-nilai
semacam itu ialah: keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang
dicapai dalam filsafat.
4) Nilai-nilai kerohanian. Dalam tingkat ini, terdapat modalitas nilai dari suci
dan tidak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai
pribadi terutama Allah SWT sebagai pribadi tertinggi.
Khoiron Rosyadimengelompokkan nilai-nilai sebagai berikut:
1) Nilai sosial adalah interaksi antar pribadi dan manusia berkisar sekitar
baik-buruk, pantas-tidak pantas, semestinya-tidak semestinya, sopansantun-kurang ajar. Nilai-nilai baik dalam masyarakat yang dituntut pada
setiap anggota masayarakat disebut susila atau moral.
2) Nilai ekonomi adalah hubungan manusia dengan benda. Benda diperlukan
karena kegunaannya. Nilai ekonomi menyangkut nilai guna.
3) Nilai politik ialah pembentukkan dan penggunaan kekuasaan. Nilai politik
menyangkut nilai kekuasaan.
4) Nilai pengetahuan menyangkut nilai kebenaran.
5) Nilai seni menyangkut nilai bentuk-bentuk yang menyenangkan secara
estetika.
6) Nilai filsafat
menyangkut nilai hakikat kebenaran dan nilai-nilai itu
sendiri.
7) Nilai agama menyangkut nilai ketuhanan (nilai kepercayaan, ibadat,
ajaran, pandangan, dan sikap hidup dan amal) yang terbagi dalam baik dan
buruk.
19
Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Grasindo, 1993), h. 37
Menurut Sumaji, dkk, dimensi pendidikan IPA sekurang-kurangnya
mengandung unsur atau nilai sosial budaya, etika moral, dan agama.20
1) Dimensi Sosial Budaya
Pendidikan IPA, selain harus semakin terkait dengan berbagai
permasalahan nyata yang ada di lapangan, juga harus mampu
mengantisipasi masa depan yang senantiasa berubah dan berkembang.
Keeton (Djohar, 1989) menyatakan bahwa perubahan lingkungan
yang terjadi sebagai akibat perkembangan IPTEK akan memberi umpan
balik kepada perkembangan budaya manusia, dan dalam kenyataannya
evolusi kultural manusia melaju lebih cepat daripada evolusi biologisnya.
Dengan demikian, pendidikan IPA diharapkan mampu menyatukan sains
dan ilmuwan dalam evolusi kebudayaan itu. Artinya, kepuasan intelek
manusia dalam mengembangkan IPTEK seharusnya dipadukan dengan
kepuasan akan maknanya bagi kesejahteraan masyarakat luas.
2) Dimensi Etika Moral dan Agama
Dari sudut pandang ontology, IPA yang kita pelajari memperagakan
berbagai fenomena alam yang indah mempesona, yaitu keragaman,
keserupaan, keteraturan, kelestarian nisbi, dan kejadian-kejadian yang
bersifat probabilistik, sehingga manusia meras tertarik kepada alam
semesta dan kemudian mengagungkan penciptanya. Inilah nilai religius
(agama) yang disumbangkan pendidikan IPA kepada anak didik.
Ilmuwan juga harus mampu menilai antara yang baik dan buruk,
yang pada hakikatnya mengharuskan ia untuk menentukan sikap, termasuk
pula dalam menangani bioteknologi yang sedang berkembang pesat.
Kekuasaan sains yang besar ini mengharuskan ilmuwan mempunyai
landasan etike-moral dan agama yang kuat. Di sinilah pendidikan IPA
memegang peranan yang amat strategis.
Menurut pendapat Einstein, bahwa sains mengandung lima nilai, yaitu:
nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik-ekonomi, nilai pendidikan,
20
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), h. 37
dan nilai religius.21 Pencapaian penguasaan pengetahuan dan keterampilan
hanyalah tujuan sementara dan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan lain
dari pendidikan sains Kimia maupun tujuan pendidikan.
1) Nilai Sosial-ekonomi
Nilai sosial berorientasi kepada berbagai bentuk hubungan sosial,
sikap bertanggungjawab terhadap kelompok, kasih sayang, sikap loyal dan
bersedia berkorban dan berpartisipasi di dalam kehidupan sosial. Sikap
sosial akan muncul pada diri seseorang, jika ia merasakan kebutuhan
pentingnya orang lain terhadap keberadaan dirinya. Dengan kata lain nilai
sosial terbentuk oleh rasa saling membutuhkan satu sama lain.
Nilai ekonomi dari sains walaupun tidak secara langsung dinyatakan
dengan tegas, namun temuan dari sains dapat digunakan untuk
memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi
kesejahteraan hidup masyarakat. Karakteristik nilai ini adalah menjada
kesinambungan hidup, baik individu maupun kelompok yang diwujudkan
dalam bentuk-bentuk produksi dan pekerjaan untuk mendapatkan manfaat
yang
sebesar-besarnya.
Dengan
kata
lain
nilai
ekonomi
sains
mengutamakan segi kegunaan dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
2) Nilai Religius/ Agama
Nilai religius berorientasi kepada nilai keimanan sebagai dasar segala
pemikiran dan tindakan yang berhubungan kepada kesadaran akan
kekuasaan Tuhan YME dengan segala sifat asmaul husna lainnya. Menurut
pandangan Einstein bahwa nilai religius sains adalah nilai yang dapat
membangkitkan kesadaran akan keberadaan Tuhan di alam sebagai Sang
Maha Pencipta dan sifat-sifat Tuhan lainnya.
Di sekolah, nilai-nilai keagamaan yang harus ditanamkan oleh guru
seyogyanya
diintegrasikan
dalam
kegiatan
belajar-mengajar
dari
pembukaan sampai penutup. Apabila nilai-nilai tersebut telah tertanam
kuat pada diri anak maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan
memiliki kemampuan untuk mencegah dan menangkal serta membentengi
mereka dari berbagai pengaruh negatif. Sebaliknya jika nilai-nilai
21
Suroso Adi, op. cit, h. 68
keagamaan itu tidak ditanamkan secara maksimal maka yang akan muncul
adalah perilaku-perilaku kurang baik dan cenderung menyimpang dari
aturan agama.22
3) Nilai Intelektual
Adalah kandungan nilai yang mengajarkan kecerdasan seseorang
dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak
mempercayai tahayul atau kebenaran mitos, tetapi agar lebih kritis,
analitis, dan kreatif terhadap pemecahan suatu masalah yang lebih efektif
dan efisien.Kemajuan sains dapat dicapai apabila setiap saintis dapat
mengembangkan nilai intelektual dari sains itu secara terus-menerus.
Dengan mengembangkan nilai intelektual suatu bahan ajar sains dapat
dianalisis suatu kelemahan dan kelebihannya untuk peningkatan bahan ajar
tersebut.
4) Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan mencakup banyak hal, antara lain sikap mencintai
kebenaran, sikap tidak buruk sangka, sikap murah hati dan tidak sombong,
sikap toleran atau menghargai pendapat orang lain, sikap tidak mudah
putus asa, sikap teliti dan hati-hati, sikap untuk mengembangkan rasa ingin
tahu. Menurut Einstein, nilai pendidikan sains adalah kandungan nilai
yang dapat memberi inspirasi atau idea untuk pemenuhan kebutuhan
manusia dengan belajar dari prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang
berlaku dalam sains. Dengan demikian, nilai pendidikan ini bukan hanya
menyangkut pendidikan mental sebagaimana disebutkan di atas, tetapi
juga mencakup pendidikan teknik, pendidikan seni, dan pendidikan
lainnya yang sifatnya meniru dari hukum alam menjadi hasil karya
manusia.
5) Nilai praktis
22
Otib S.H, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama, (Tangerang: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2005), h. 8.5
Nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan
segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Bahan ajar dalam Biologi
contohnya, banyak berkaitan dengan masalah kehidupan manusia,
sehingga tidak disangsikan lagi memiliki banyak nilai kemanfaatannya.
Penilaian terhadap suatu nilai bergantung pada penangkapan atau
keyakinan seseorang atas kebenaran yang diperoleh dari objek atau
fenomena yang diamatinya atau dipelajarinya. Aspek penilaian terhadap
suatu nilai, Krathwohl et.al (1964) dan Bloom et.al (1980) membaginya ke
dalam tiga tingkatan, yaitu:23
1) Penerimaan suatu nilai (Acceptance of value)
Pada tingkatan penerimaan ini, penekanannya mengarah kepada asalusul keberhasilan suatu objek, fenomena, dan perilaku yang diamatinya
seperti: kepercayaan menjadi teman baik atau anggota kelompoknya.
Dalam hal ini, sesuatu dipandang bernilai apabila seseorang setelah
mengamatinya, dan mempelajarinya, kemudian ia bersikap meneriman
atau menyetujui terhadap makna kandungan nilai-nilainya.
2) Pemilihan terhadap nilai (Preferensi for value)
Pada tingkatan pemilihan nilai ini, seseorang berusaha menginginkan
dan mengikuti nilai yang dianutnya untuk dapat melaksanakan nilai-nilai
tersebut seperti: ia dapat mengungkapkan pandangan dan argumentasi dari
suatu nilai objek yang dipelajarinya.
3) Keterikatan atau komitmen kepada nilai (Commitment)
Tingkatan yang menunjukkan tampilan perilaku dari suatu nilai yang
dipegangnya dan kemungkinan memperluas pengembangan dirinya
terhadap nilai tersebut dan juga terhadap orang lain, seperti: ia dapat
mengungkapkan prinsip-prinsip dalam hidupnya dan kehidupannya di
masyarakat, berupa kepatuhannya terhadap sesuatu yang dianggapnya
baik.
2. Hakikat Pendidikan Nilai
a. Pengertian Pendidikan Nilai
23
Suroso Adi, op. cit, h. 49
Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai
dalam diri sesorang.24 Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu,
kerampilan, teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aspek lainnya
seperti kepribadian, etik, moral dan lain-lain
Dari sudut yang sempit, pendidikan nilai boleh ditakrifkan sebagai
usaha yang eksplisit, sadar dan berpandukan kurikulum yang khusus untuk
mengajar nilai. Pengajaran tersebut bertujuan untuk mengembangkan nilai
yang sudah dimiliki oleh pelajar dan nilai lain yang dikenal pasti sebagai
penting oleh pakar pendidik, dan membantu pelajar untuk membentuk
kecenderungan bertindak sejajar dengan nilai yang mereka miliki.
Dari sudut yang luas pula, pendidikan nilai merupakan satu konsep
payung yang membabitkan pengalaman kurikulum biasa dan berbagai
manifestasi kurikulum tersebut seperti pendidikan perwatakan, pendidikan
moral, pendidikan keamanan, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan sivik,
pendidikan seks, pendidikan hak asasi manusia, pendidikan agama,
perkembangan sosial, latihan nilai. 25
. Proses pendidikan nilai merupakan suatu proses yang terjadi dalam
interaksi terus-menerus antara subyek-subyek pendidikan, baik peserta didik
dengan pendidik, maupun antara peserta didik sendiri. Dalam proses ini anak
didik dibantu mengadakan refleksi atas pengalaman-pengalaman hidup
mereka.26Pendidikan nilai adalah upaya untuk mengembangkan potensi
terdidik agar dirinya dapat menemukan nilai dalam arti memilah dan memilih,
mengenal, menumbuhkan, memupuk, mengembangkan apa yang seharusnya
ia hargai dan yang seharusnya tidak ia hargai.27
Tujuan pendidikan nilai secara global adalah mencapai manusia yang
seutuhnya; menjadi manusia purnawan, jika menggunakan bahasa Driyarkara.
Pendidikan nilai hendak mencapai manusia yang sehat; mencapai pribadi yang
terintegrasi jika menggunakan bahasa Philomena Agudo. Integrasi pribadi
memadukan semua bakat dan kemampuan daya manusia dalam kesatuan utuh
24
Kaswardi, op. cit, h. 3
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”,
International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August
2007, University of Malaya. p. 17
26
Kaswardi, op. cit, h. 75
27
Sa’dun Akbar, ”Pelakonan sebagai Pendekatan Unggulan dalam Pendidikan Nilai”, dalam Jurnal
Pendidikan Nilai Tahun I, No. 2, Mei 1996, h. 70
25
menyeluruh. Pembawaan fisik, emosi, budi, dan rohani diselaraskan menjadi
kesatuan harmonis.28
Pendidikan nilai bertujuan untuk mengukir akhlak melalui proses
knowing the good, loving the good, and acting the good, yaitu proses
pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak
mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands. Dalam
pembinaan akhlak, perhatian yang cukup besar hendaklah dberikan terhadap
pendidikan akhlak anak-anak.29
Menurut Kaswardi terdapat 3 model pelaksanaan pendidikan nilai yang
dianjurkan yaitu:30
1) Model pewarisan melalui pengajaran langsung atau semacam indoktrinasi.
Kepada anak didik nilai disampaikan atau ditanamkan, bahkan sering
dipompakan dengan pengulangan-pengulangan, latihan,dan pemaksaan
secara mekanistik.
2) Model pengembangan kesadaran nilai yang disebut model penerangan
nilai. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran nilai tidak bias
diajarkan secara indoktrinasi. Nilai barulah nilai bila diketemukan oleh
anak didik dan dialaminya sendiri.
3) Pengembangan nilai etika swatata. Anak didik tumbuh dan berkembang
melalui tahap-tahap yang secara kualitatif berbeda satu sama lain.
b. Landasan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sains
Implementasi pendidikan nilai dalam pembelajaran sains memiliki
landasan yang fundamental, yaitu: 1) Landasan filosofis, 2) Landasan agama,
dan 3) Landasan sosio-kultural.31
1. Landasan Filosofis
Indonesia memiliki falsafah Pancasila sebagai landasan idealnya,
sehingga sistem pendidikan yang terselenggarakan harus berlandaskan
28
Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae Discimus”,
diambil dari www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008.
29
“Pendidikan Nilai”, diambil dari http://diaz2000.multiply.com, 4 Maret 2008.
30
Kaswardi, op. cit, h. 77-78
31
Suroso Adi, op. cit, h. 53
nilai-nilai dalam Pancasila, yaitu sebagai berikut kelima sila dalam
Pancasila.
Pendidikan yang berlandaskan sila Ketuhanan YME, berarti dalam
penyelenggaraan pendidikannya harus mengandung atau bermuatan nilai
religius atau keagamaan. Pendidikan yang berlandaskan sila kemanusiaan
yang adil dan beradab, berarti dalam penyelenggaraanya
harus
mengandung muatan nilai intelektual, nilai sosial dan nilai pendidikan
kemanusiaan yang adil dan beradab pula. Pendidikan yang berlandaskan
sila persatuan Indonesia, maka dalam penyelenggaraanya harus dapat
menanamkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Pendidikan yang berlandaskan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, maka dalam
penyelenggaraan pendidikan yang berpedoman kepada kedua sila tersebut
harus dapat menanamkan nilai-nilai sosial-politik yang berlaku dalam
negara Indonesia.
2. Landasan Agama
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa, sehingga bangsa Indonesia harus beragama, walaupun agama yang
dianutnya berbeda-beda. Hal ini akan menjadi suatu keyakinan bahwa
setiap individu menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan (Agama) yang
mendambakan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Setiap pemeluk
agama akan meyakini bahwa sumber kebenaran utama dalam hidup adalah
ajaran agamanya. Setiap ajaran Agama melarang pemeluknya berbuat
jahat, dan selalu mengajurkan berbuat baik, yang berbeda adalah dalam hal
syariat ibadahnya atau kegiatan ritual Agamanya.
3. Landasan Kultural (Budaya Bangsa)
Bangsa Indonesia memiliki budaya atau adat-istiadat atai nilai-nilai
luhur bangsa walaupun berbeda-beda memiliki kesamaan norma seperti
sikap bergotong-royong, saling menghargai dan menghormati. Nilai-nilai
luhur budaya ini harus dilestarikan sebagai khas bangsa timur yang
memiliki tata sopan santun dalam hidup, bagaimana pergaulan anak
dengan orangtuanya, hubungan antar sesamanya, maupun antar suku
bangsa yang kesemuanya menjunjung tinggi semangat “Bhineka Tunggal
Ika”, walaupun berbeda-beda tetap satu satu sebagai bangsa Indonesia.
c. Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan Sains
Pendidikan nilai merupakan upaya eksplisit untuk mengajarkan nilainilai dan atau menilai. Superka, Ahrens dan Hedstrom (1976) menyatakan ada
lima pendekatan dasar dalam pendidikan nilai-nilai: 32
1) Penanaman (inculcation). Sebagian besar pendidik yang memandang
pendidikan nilai-nilai dari perspektif sosial atau cultural melihat nilai-nilai
sebagai penerimaan standar atau aturan perilaku. Siswa menghubungkan
nilai-nilai ini dengan sistem nilainya sendiri.
2) Perkembangan moral (moral development). Perspektif perkembangan
moral yakni pemikiran moral berkembang dalam tahap-tahap melalui
urutan spesifik. Pendekatan ini terutama berfokus pada nilai-nilai moral
seperti: kejujuran, keadilan, persamaan dan martabat manusia, sendangkan
nilai-nilai lain tidak dipertimbangkan.
3) Analisis (analysis). Pendekatanini menekankan pada pemikiran dan
penalaran social (rational thingking and reasoning). Tujuan dari
pendekatan anilisis ini untuk membantu siswa menggunakan pemikiran
logis dan langkah-langkah penelitian ilmiah berkenaan dengan isu-isu
nilai.
4) Klarifikasi nilai (value clarification). Fokus sentralnya adalah membantu
siswa menggunakan pemikiran rasional maupun kesadaran emosionalnya
untuk menguji pola-pola perilaku personal dan mengklarifikasi dan
mengaktualisasikan nilai-nilainya.
5) Action learning. Nilai mencakup proses implementasi disamping
pengembangan. Pendekatan ini terkait dengan upaya pendidik studi sosial
yang menekankan pada pengalaman kerja yang didasarkan pada
kemasyarakatan ketimbang pengalaman kerja ruang kelas.
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu
pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam
diri siswa. Metode yang digunakan dalam pendekatan penanaman nilai antara
32
Sutarno, op. cit, h. 54
lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan,
dan lain-lain.33
Strategi penanaman nilai dikenal sebagai strategi yang paling tua
dalam pendidikan nilai. Cara yang sering digunakan dalam strategi ini adalah
ceramah, teknik penguatan cerita, bernyanyi, atau permainan. Penggunaan
strategi ini akan lebih efektif jika didahului oleh proses klarifikasi nilai secara
bermakna.34
Salah satu model pengembangan kesadaran nilai yang kita kenal ialah
model pewarisan lewat pengajaran langsung, atau semacam indoktrinasi.
Kepada anak didik nilai-nilai disampaikan atau ditanamkan, bahkan sering
dipompakan dengan pengulangan-pengulangan, latihan, dan pemaksaan secara
mekanistik. Pengaruh yang negatif atau merugikan anak harus dicegah dari
lingkungan anak. Di sini nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat
dimengerti lebih sebagai kebajikan-kebajikan, seperti ketertiban, kejujuran,
kesederhanaan, dan sebagainya, atau sebagai tindakan sosial yang positif.35
Menurut Nik Azis Pa, pendukung pendekatan pemupukan (penerapan)
nilai membuat andaian bahwa terdapat satu set mutlak atau sejagat yang
disetujui oleh masyarakat, dan nilai tersebut tidak berubah dan dapat
digunakan dengan sewajarnya dalam semua keadaan. Pendekatan ini
menganggap bahwa nilai sejagat berasal dari Tuhan atau terbit dari hukum
alam semula jadi. Peranan guru adalah untuk memindahkan nilai sejagat ke
dalam diri para pelajar dan memastikan mereka bertingkah laku selaras dengan
nilai tersebut. Peranan pelajar pula adalah untuk menerima nilai sejagat yang
diajar oleh guru tanpa perbincangan. 36
Menurut Rohaida, salah satu pendekatan untuk perkembangan nilai
adalah dengan menanamkan nilai kepada siswa secara langsung, yang artinya
guru memperkenalkan pemberian pertimbangan nilai dan berusaha untuk
memasukannya ke dalam diri siswa. Nilai merupakan konsep yang sederhana
dari bagaimana seharusnya suatu hal dan nilai-nilai tersebut mengakui seluruh
33
Trimo, “Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan”, diambil dari Suciptoardi.wordpress.com,
20 Juni 2008.
34
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 183
35
Kaswardi, dkk., loc. cit, h. 77
36
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”,
International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August
2007, University of Malaya, p. 21
pertimbangan nilai yang kita buat dan kita terima atau kita tolak. Salah satu
cara untuk menyakinkan siswa agar menerima pertimbangan nilai kita adalah
dengan pemberian pendapat yang sama dengan pendapat kita kepada siswa.
Dengan kata lain, mengubah keyakinan agar dapat mengubah sikap mereka,
yang terkandung dalam nilai-nilai tersebut.37
Pendekatan penanaman nilai adalah pendekatan yang memberi
penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Menurut
Superka et al. (1976), tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah:
Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa; Kedua, berubahnya
nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan.38
Tujuan penanaman nilai kedalam pelajaran IPA, adalah karena sebagai
instrumen
kunci
untuk
memajukan
ekonomi
dan
teknologi,
dan
pengembangan sumber daya manusia, IPA tidak dapat diajarkan tanpa
berpedoman pada nilai. Inti dari efektivitas pendidikan IPA sebenarnya tidak
hanya membekali siswa dengan ilmu pengetahuan tapi juga menunjukkan
masalah ilmiah secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks masyarakat. Isi
dari bahan yang ada harus diajarkan seperti dengan cara mereka mendapatkan
sesuatu yang berhubungan untuk mendiskusikan, mengembangkan dan
memperkuat nilai.39
3. Metode dalam Pendidikan Nilai
Dalam pembelajaran
yang menerapkan pendidikan nilai,
metode
mempunyai peranan penting. Metode di sini adalah bagaimana cara menyajikan
materi ajar agar dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa secara jelas. Metode
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah bermakna. Ciri
dari metode ceramah bermakna yaitu guru mengajukan pertanyaan yang membuat
siswa berpikir. Selain itu guru harus mempersiapkan pertanyaan yang akan
diajukan dan juga mempertimbangkan dimana pertanyaan itu harus digunakan.40
37
Rohaida Moh. Saat, “The Role of Values in Science Education: Implication to Teacher Training”,
International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August
2007, University of Malaya. p. 6
38
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta,2008), h. 61
39
Siow Heng Loke, “Values in Assesment in Science Education”, International Seminar on
Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya, p.
10
40
Mulyati Arifin, op. cit, h. 120
Dengan menggunakan metode ceramah bermakna, diharapkan pemahaman
konsep siswa dapat lebih baik daripada hanya membaca dari buku ajar saja. Selain
itu dapat meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai sains yang terkandung
dalam pelajaran kimia yang akan diberikan.
4. Pengertian Sikap dan Pembentukannya
Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan
mental. Mengutip dari Bruno (1987), Muhibbin Syah menjelaskan bahwa sikap
adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang lain atau berang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya
sikap itu dapat kita anggap sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak
dengan cara tertentu.41
Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan dalam subyek menerima atau
menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai obyek
yang baik atau tidak baik.42 Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1990),
sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup
lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang
lain.43
Sikap diasumsikan sebagai pola mengadakan respons yang dimiliki, lebih
tepat dipelajari seseorang. Sikap seseorang dapat diperoleh dan menghasilkan
kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan.44 W.J. Thomas dalam Abu Ahmadi
(1985), memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan
perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam
kegiatan-kegiatan sosial.45
Dari definisi tentang sikap di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan suatu kesediaan untuk bereaksi dan melakukan tindakan yang
merupakan reaksi terhadap sesuatu atau objek tertentu yang berasal dari dalam
maupun luar dirinya.
41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996), h. 120
42
W.S Winkel, op.cit, h. 72
43
Ratna Wilis Dahar, op. cit, h. 140
44
Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1982), h. 55
45
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Surabaya: pt. bina ilmu, 1985), h. 52
Sikap terhadap objek, gagasan, atau orang tertentu merupakan orientasi
yang bersifat menetap dengan komponen-komponen sebagai berikut:46
a. Komponen kognitif
Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang
mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek.
b. Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut perasaan atau emosi seseorang terhadap
objek, terutama penilaian.
c. Komponen Perilaku
Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.
Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya
dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapat
dikatakan bahwa sikap merupakan factor internal, tetapi tidak semua factor
internal adalah sikap. Adapun cirri-ciri sikap adalah sebagai berikut:47
a. Sikap itu dipelajari (learnabilty)
Sikap merupakan hasil belajar. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja
tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah
mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan
membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau
memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
b. Memiliki kestabilan (stability)
Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan
stabil melalui pengalaman.
c. Personal-sosietal significancy
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga
antara orang dan barang atau situasi.
d. Berisi kognisi dan affeksi
Komponen kognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang factual,
misalnya: obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
e. Approach-Avoidance directionality
46
47
David o. Sears, et. al., Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 138
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: P.T Rineka Cipta, 1991), h. 171
Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu obyek,
mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseoran memiliki
sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya.
Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama
perkembangan hidupnya. Karena itulah sikap selalu berubah-ubah dan dapat
dipelajari. Sikap tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan
dengan suatu obyek.
Proses pembentukan sikap berdasarkan teori insentif adalah proses
menimbang baik-buruknya
berbagai kemungkinan posisi dan
kemudian
mengambil alternatif yang terbaik. Salah satu versi terkenal dari pendekatan
insentif terhadap sikap adalah teori respons kognitif (Green-wald, 1968; Petty,
1981). Teori ini mengasumsikan bahwa seseorang memberi respons terhadap
suatu komunikasi dengan beberapa pikiran positif atau negatif, dan bahwa pikiranpikiran ini sebaliknya menentukan apakah orang akan mengubah sikapnya sebagai
akibat komunikasi atau tidak.48
Berdasarkan teori insentif tersebut, sikap tidak terbentuk dengan
sendirinya, melainkan terbentuk akibat dari adanya interaksi serta komunikasi
antar sesama manusia terhadap obyek tertentu. Interaksi tersebut akan mengubah
sikap seseorang ke arah yang dia sukai.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap yang secara
garis besar dibagi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktorfaktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti
selektifitas. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor pembentukan sikap
yang terdapat dari luar diri seseorang, diantaranya: 49
a. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap.
b. Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap.
c. Sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.
d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.
e. Situasi pada saat sikap itu dibentuk.
Bahan pelajaran, media dan sumber yang dipelajari oleh siswa,
kesemuanya akan membentuk sikap siswa, sehingga guru harus bisa menyeleksi
dan mengolah bahan dan sumber belajar siswa sehingga dapat mencapai hasil
48
49
David o. Sears, et. al., op. cit, h. 144
Zikri Neni, Diktat Psikologi Umum, (Jakarta, 2005), h. 97
belajar yang optimal. Sikap siswa yang positif sama dengan tujuan pendidikan itu
sendiri. Selain itu interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar bisa
membentuk sikap siswa.Hal ini dalam pendidikan dikenal sebagai bentuk
kerjasama antar siswa maupun kerjasama antar siswa dengan guru, dimana siswa
merupakan afiliasi dari kelompok belajar di dalam kelas.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
dalam
pembentukan
sikap
terdapat
faktor
intern
dan
ekstern
yang
mempengaruhinya. Pada kenyataannya faktor ekstern memiliki peranan yang
lebih besar dalam mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. Hal ini karena
manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesamanya sehingga
dari interaksi tersebut akan membentuk sikap ke arah yang dia sukai.
5. Pengertian Reaksi Redoks
Reaksi redoks banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
mungkin kita belum mengetahuinya. Kita sering melihat besi yang berkarat atau
melihat peristiwa pembakaran. Peristiwa tersebut merupakan proses oksidasi. Cara
kerja aki atau batu baterai juga dengan reaksi redoks. Keduanya merupakan
contoh benda yang pemakaiannya menggunakan prinsip redoks.
Reaksi oksidasi-reduksi yang dikenal dengan reaksi redoks diawali dengan
mengaitkan reaksi suatu zat dengan oksigen. Konsep redoks kemudian
berkembang menjadi reaksi yang melibatkan elektron (menangkap dan
melepaskan elektron). Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu
pengetahuan, konsep redoks berkembang menjadi suatu reaksi yang mengalami
perubahan bilangan oksidasi.
Reaksi redoks merupakan dua reaksi yang tidak dapat dipisahkan. Hal itu
disebabkan reaksi reduksi dan oksidasi merupakan reaksi yang berlangsung secara
bersamaan dalam suatu reaksi. Pada umumnya jika pada suatu reaksi terjadi reaksi
reduksi maka secara bersamaan terjadi reaksi oksidasi, atau disingkat reaksi
redoks.
Perkembangan reaksi redoks dibagi menjadi tiga tahap, diantaranya
adalah:
1) Konsep reaksi redoks dihubungkan dengan oksigen
Dahulu, pengertian reaksi oksidasi hanya terbatas pada reaksi suatu zat dengan
oksigen. Secara harfiah kata ”oksidasi” berarti ”pengoksigenan”.
Contoh dari reaksi redoks:
CH4 + 2 O2
CO2 + 2 H2O
Reaksi pembakaran metana (CH4) yang disertai dengan penangkapan oksigen,
disebut reaksi oksidasi. Terjadinya perkaratan besi (penangkapan oksigen oleh
serbuk besi) disebur reaksi oksidasi.
2) Konsep reaksi redoks dihubungkan dengan pertukaran elektron
Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan suatu penemuan baru bahwa
reaksi oksidasi dan reduksi tidak hanya reaksi-reaksi yang melibatkan oksigen,
tetapi ditemukan juga reaksi redoks yang melibatkan elektron atau berdasarkan
elektronegativitas, baik menangkap atau melepaskan elektron. Dengan kata lain
reaksi dapat berlangsung dengan menangkap atau melepaskan elektron
berdasarkan harga elektronegatifitas unsur-unsurnya.
Contoh 1:
Mg2+ + 2 O2-
MgO
Contoh 2:
Mg2+ + 2 Cl-
MgCl2
Pada persamaan reaksi di atas, jika ditinjau dari konsep reaksi redoks
berdasarkan penggabungan dan pelepasan oksigen persamaan reaksi pada contoh
1 termasuk reaksi oksidasi, tetapi persamaan reaksi pada contoh 2 tidak termasuk
reaksi oksidasi. Padahal, magnesium (Mg) dalam kedua reaksi tersebut mengalami
hal yang sama yaitu melepas dua elektron. Jadi, pengertian oksidasi reduksi yang
dikaitkan dengan oksigen terlalu sempit sehingga perlu definisi yang lebih luas.
Oleh karena itu para ahli meninjau dari ikatan kimianya, yaitu berdasarkan serah
terima elektron.
Konsep redoks berdasarkan pelepasan dan penerimaan elektron ini dapat
diterapkan untuk reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen. Reaksi oksidasi
berkaitan dengan lepasnya elektron suatu zat, sedangkan reaksi reduksi berkaitan
dengan penerimaan elektron oleh suatu zat. Dengan demikian, semua proses kimia
yang disertai pelepasan dan penerimaan elektron termasuk ke dalam reaksi
oksidasi dan reduksi.
3) Konsep reaksi redoks dihubungkan dengan bilangan oksidasi (biloks)
Konsep reaksi redoks berdasarkan pada penangkapan dan pelepasan elektron
tidak cukup untuk menjelaskan reaksi reduksi oksidasi yang ada. Itu disebabkan
kebanyakan dalam reaksi tidak jelas apakah terjadi perpindahan elektron atau
tidak, seperti pada reaksi di bawah ini:
H2 + Cl2
0
0
2 HCl
+1 -1
Reaksi antara gas hidrogen (H2) dan gas klor (Cl2) tidak melibatkan elektron,
tetapi terjadi berdasarkan adanya ikatan kovalen dua unsur yang bereaksi. Dari
sini muncullah konsep reaksi redoks ketiga yang dihubungkan dengan biloks,
karena pada kenyataannya tidaklah cukup menjelaskan konsep redoks dengan
teori yang ada.
Konsep reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi pada reaksi tersebut dikenal
dengan reaksi redoks berdasarkan konsep bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi
didefinisikan sebagai muatan imajiner suatu atom dalam senyawa jika
didistribusikan elektron di sekitar atom tersebut yang diperhitungkan berdasarkan
nilai elektronegativitas. Secara sederhana, bilangan oksidasi diartikan sebagai
muatan yang seolah-olah dimiliki oleh suatu atom. Bilangan oksidasi disingkat
biloks.
6. Nilai-nilai Sains dalam Konsep Redoks
Konsep Redoks adalah salah satu konsep dalam kimia yang dapat memberikan
pemahaman tentang nilai-nilai sains yang terkandung dalam pembelajaran Kimia.
Nilai-nilai sains tersebut mencakup nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosialpolitik-ekonomi, dan nilai religius.
1) Nilai Praktis
Nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan segi-segi
praktis bagi kehidupan manusia. Sains berkembang pesat dikarenakan banyaknya
nilai praktis (manfaat) bagi manusia. Nilai-nilai praktis inilah yang biasanya
diajarkan guru dalam memotivasi belajar siswa. Nilai-nilai praktis tersebut
diketahui siswa setelah melalui proses pembelajaran yang mengkaitkan materi
yang diajarkan dengan manfaat dari mempelajari materi tersebut.
Berkaitan dengan manfaat sains tersebut, reaksi redoks dalam kehidupan
sehari-hari terjadi pada penggunaan bensin atau solar pada kendaraan bermotor.
Pada peristiwa tersebut terjadi reaksi pembakaran karbon yang terkandung dalam
bensin oleh oksigen yang selanjutnya dihasilkan karbondioksida. Selain itu reaksi
redoks juga terjadi pada fotosintesis tumbuhan, dan pada waktu isi ulang air aki
.Reaksi redoks juga terjadi pada kembang api yang meledak. Nyala kembang api
yang berwarna-warni ditimbulkan oleh reaksi oksidasi yang berlangsung cepat.
Penerapan konsep redoks juga terjadi pada perlindungan katodik pada besi.
Untuk mencegah korosi pada pipa yang ditanam dalam tanah dapat dilakukan
perlindungan katodik. Pipa besi dihubungkan dengan magnesium, sehingga pipa
besi bertindak sebagai katoda (pengoksidasi) dan magnesium sebagai anoda
(pereduksi). Dalam hal ini magnesium akan teroksidasi (berkarat) sedangkan besi
tidak. Untuk mencegah perkaratan, dapat juga dilakukan pengecatan pada benda
yang terbuat dari besi untuk menghindari reaksi antara besi dengan oksigen dan
uap air.
2) Nilai Intelektual
Nilai intelektual adalah kandungan nilai yang mengajarkan kecerdasan
seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak
mempercayai tahayul atau kebenaran mitos, tetapi agar lebih kritis, analitis, dan
kreatif terhadap pemecahan suatu masalah. Nilai intelektual dalam diri siswa
dapat dilihat dari wawasannya tentang konsep redoks secara luas dan mendalam.
Contoh nilai intelektual yang terdapat dalam konsep redoks adalah pada
peristiwa oksidasi pada saat perkaratan besi. Besi mudah bereaksi dengan oksigen
dan uap air menghasilkan senyawa yang mengandung oksigen (Fe2O3. 2 H2O)
yang disebut karat. Reaksi oksidasi terjadi pada saat kita melakukan respirasi,
dimana glukosa dalam karbohidrat yang kita dapat dari makanan dioksidasi oleh
oksigen sehingga menghasilkan energi serta karbondioksida.
Buah apel yang sudah digigit tidak boleh dibiarkan di udara terbuka terlalu
lama karena akan teroksidasi sehingga berwarna coklat dan akhirnya membusuk.
Karena itu, biasanya pada makanan kemasan ditambahkan zat antioksidan di
dalamnya untuk menghambat terjadinya reaksi oksidasi yang dapat merusak
makanan.
3) Nilai Religius
Nilai religius adalah nilai yang dapat membangkitkan kesadaran akan
keberadaan Tuhan di alam sebagai Sang Maha Pencipta dan sifat-sifat Tuhan
lainnya. Dalam pencarian hukum alam akan ditemukan bahwa sesuatu itu ada
dengan sendirinya yang ilmu pengetahuan sulit untuk menjelaskannya seperti
masalah energi, masalah hidup, bentuk atom, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan
menemukan hukum alam pada dasarnya menemukan adanya Sang Pencipta yang
mengendalikan berbagai peristiwa di alam. Para ilmuan tidak akan tertaik
menemukan hukum-hukum alam, jika mereka tidak menyadari akan adanya aturan
alam ini.
Berbagai tanda alam ditunjukkan dalam Al Quran, seperti: “ Dia yang
menurunkan air dari langit (awan), kemudian Kami tumbuhkan dengan air itu
bermacam-macam tumbuhan, kemudian Kami keluarkan daripadanya daun-daun
yang menghijau, Kami keluarkan daripadanya biji-bijian yang bersusun-susun
dari mayang pohon kurma. (Kami keluarkan) buah kurma dengan tangkainya
yang berdekatan dan lagi (Kami tumbuhkan) kebun-kebun dari pokok-pokok
anggur,zaitun dan delima, yang seupa dan tak serupa. Kamu perhatikanlah
buahnya, bila ia berbuah dan buahnya yang telah masak. Sesungguhnya yang
demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau beriman.“ (Q.S Al
An’am: 99)
Nilai religius terdapat dalam konsep redoks secara eksplisit yang dapat kita
kaji pada setiap reaksi redoks. Seluruh kejadian di alam ini sudah diatur oleh
Tuhan sehingga berjalan dengan semestinya dan menurut ukurannya masingmasing. Contoh yang dapat kita ambil adalah pada reaksi fotosintesis. Pada reaksi
tersebut, Tuhan telah mengatur agar tumbuhan hijau dapat melakukan proses
fotosintesis tanpa melalui proses berpikir terlebih dahulu.
Selain itu, pada proses respirasi manusia Tuhan juga telah mengatur terjadinya
reaksi tersebut tanpa kita harus menyuruh anggota tubuh kita untuk
melakukannya. Terjadinya karat pada besi juga terjadi atas dasar kehendak Tuhan
yang telah menciptakan besi dengan sifatnya yaitu dapat berkarat bila terkena air
dan udara secara langsung.
Pada reaksi redoks terjadi kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi unsur
yang terlibat di dalamnya. Pelajaran yang dapat kita peroleh dari hal tersebut
adalah bahwa kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi dapat kita hubungkan
dengan keimanan kita yang terkadang naik dan terkadang turun. Sehingga kita
harus senantiasa melakukan perbuatan baik dan menjalankan perintah Tuhan agar
keimanan kita selalu terjaga dengan baik. Dari sekian banyak manfaat reaksi
redoks bagi kehidupan manusia, kita harus menyadari bahwa hal itu merupakan
tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Tuhan bagi hamba-Nya di dunia agar kita
beriman kepada-Nya.
4) Nilai sosial-ekonomi-budaya
Nilai sosial berorientasi kepada berbagai bentuk hubungan social. Sedangkan
nilai ekonomi dipahami bahwa temuan dari sains dapat digunakan untuk
memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Nilai budaya berkaitan
dengan perkembangan IPTEK yang dapat memberi umpan balik kepada
perkembangan budaya manusia.
Pada mekanisme serah terima elektron, atom yang mengalami oksidasi
melepaskan elektron kulit terluarnya, kemudian elektron tersebut ditangkap oleh
atom lain. Atom yang menangkap elektron ini dikatakan mengalami reduksi. Hal
ini dapat di hubungkan dengan sikap kita dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan
bermasyarakat, kita harus peduli terhadap sesama. Jika kita memiliki kelebihan
harta, maka sebaiknya kita menolong orang yang tidak mampu dan memberikan
sebagian rizki kita kepada mereka yang membutuhkan. Dengan begitu kehidupan
kita menjadi lebih bermakna.
Pemanfaatan reaksi redoks pada perlindungan katodik dapat menghasilkan
nilai ekonomis yang tinggi. Dengan dilakukannya perlindungan katodik, maka
perkaratan pada pipa besi dapat dicegah dan perkaratan hanya terjadi pada
magnesium yang ditanam. Hal ini akan mengurangi biaya penggantian pipa besi
sehingga menghemat pengeluaran.
Konsep pengikatan dan pelepasan oksigen mengandung pelajaran yang
penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terkait dengan perntingnya
keberadaan oksigen terhadap berlangsungnya reaksi oksidasi. Berlangsungnya
reaksi oksidasi hanya dapat berjalan jika suatu atom mengikat oksigen sehingga
terjadi reaksi pembakaran oleh oksigen tersebut. Peranan oksigen pada reaksi
oksidasi dapat diumpamakan dengan pentingnya bekerjasama dalam kehidupan
bermasyarakat. Jika kita menghendaki masyarakat yang maju dan sejahtera, maka
kita harus mempererat kerjasama antara elemen masyarakat.
Konsep kenaikan bilangan oksidasi mengajarkan kepada kita untuk berusaha
menjadi lebih baik dari sebelumnya dan bermanfaat bagi masyarakat. Pada
subkonsep tata nama senyawa, kita telah mengetahui bahwa berbagai jenis
senyawa kimia memiliki nama-nama yang berbeda-beda, tergantung dari biloks
unsur atau senyawa penyusunnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya tetapi tetap satu bangsa.
Keragaman tersebut harus kita hargai untuk menjaga kerukunan antar suku bangsa
di Indonesia.
H. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Intan Nuridian yang berjudul “Pengaruh
Integrasi Nilai-nilai Akhlak dalam Pembelajaran Kimia terhadap Sikap Siswa”
diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang positif integrasi nilai-nilai akhlak dalam
pembelajaran kimia terhadap sikap siswa.
I. Kerangka Berpikir
Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas
mengembangkan
dan
menumbuhkan
daya
penilaian
yang
benar.
Selain
mempersiapkan anak didik untuk menghadapi kemajuan jaman dengan bekal ilmu
pengetahuan akademik, sekolah juga harus memperhatikan aspek sikap dalam tujuan
pembelajarannya sehingga selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam materi
pelajaran di sekolah.
Guru sebagai pendidik harus menggunakan pendekatan dan metode
pengajaran yang tepat untuk mencapai hasil belajar serta sikap yang selaras dengan
nilai-nilai tersebut. Pendekatan penanaman nilai dalam pendidikan nilai merupakan
pendekatan yang tepat dalam mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan IPA khususnya Kimia. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang dapat
memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran di sekolah.
Pada pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), guru dapat
memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan
penanaman nilai kedalam pelajaran IPA, adalah karena sebagai instrumen kunci untuk
memajukan ekonomi dan teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia, IPA
tidak dapat diajarkan tanpa berpedoman pada nilai. Inti dari efektivitas pendidikan
IPA sebenarnya tidak hanya membekali siswa dengan ilmu pengetahuan tapi juga
menunjukkan masalah ilmiah secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks
masyarakat.
Penerapan pendidikan nilai dengan pendekatan penanaman nilai dapat
merangsang siswa untuk berpikir dan bersikap positif. Pendekatan ini dapat
meningkatkan daya pikir siswa dalam menghubungkan antara materi pelajaran IPA
dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Peranan guru adalah untuk
menanamkan nilai-nilai sains ke dalam diri para siswa dan memastikan mereka
bertingkah laku selaras dengan nilai tersebut. Dengan kata lain, mengubah keyakinan
agar dapat mengubah sikap mereka sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
pelajaran IPA. Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian
tentang penerapan pendidikan nilai dalam pembelajaran Kimia pada konsep Redoks.
J. Perumusan Hipotesis
H0 : Pendekatan penanaman nilai tidak memberikan pengaruh positif terhadap
sikap siswa SMA tentang nilai-nilai sains.
H1 : Pendekatan penanaman nilai memberikan pengaruh positif terhadap sikap
siswa SMA tentang nilai-nilai sains.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA 58 Jakarta kelas X semester genap tahun
pelajaran 2008/2009. Waktu yang peneliti gunakan untuk mengadakan penelitian ini
pada bulan Fabruari tahun 2009.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-eksperimen dengan
desain “One-Group Pretest-Postest”.50 Adapun rancangan penelitian dinyatakan
sebagai berikut:
Pretes
Kelas Eksperimen
: O1
Perlakuan
X
Postes
O2
Keterangan :
X
: pembelajaran
dengan pendekatan penanaman nilai
O1
: sikap
siswa sebelum diberikan perlakuan
O2
: sikap
siswa setelah diberikan perlakuan
C. Subyek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA 58
Jakarta kelas X-G tahun pelajaran 2008/2009. Terkait dengan jumlah siswa, yaitu
30 siswa di kelas X-G sebagai kelas eksperimen.
D. Prosedur Penelitian
1. Memilih Pendekatan dan Metode
Ada 5 alternatif pendekatan dalam pendidikan nilai, yaitu pendekatan
penanaman nilai, pendekatan klarifikasi nilai, analisis nilai, perkembangan moral,
dan pendekatan pembelajaran berbuat.
Pada penelitian ini dipilih pendekatan penanaman nilai karena dalam
pendekatan tersebut guru berperan dalam mentransformasikan nilai-nilai sains,
50
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 88
yaitu nilai religius, nilai intelektual, nilai praktis, dan nilai sosial ke dalam diri
para siswa dan mengarahkan mereka bertingkah laku selaras dengan nilai tersebut.
Selanjutnya peneliti memilih metode yang akan digunakan, yaitu metode ceramah
bermakna. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar menjadi bermakna bagi
siswa.
2. Memilih Konsep
Konsep yang dipilih pada penelitian ini adalah konsep Redoks, karena
untuk menggunakan pendekatan penanaman nilai diperlukan sumber yang
relevan.
3. Mengembangkan Materi dan Tujuan.
Guru menetapkan tujuan pembelajaran berdasarkan indikator keberhasilan
dalam silabus dan penilaian KTSP.
4. Merencanakan Waktu dan Tempat
Guru mengalokasikan pembagian waktu dan merencanakan penggunaan
ruang untuk kegiatan pembelajaran yang ditulis dalam Skenario Pembelajaran.
5.
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Guru membelajarkan siswa sesuai dengan skenario pembelajaran yang
sudah dibuat. Di kelas yang sudah ditentukan diterapkan pendekatan penanaman
nilai dengan metode ceramah bermakna.
6. Mengumpulkan Data Lapangan
Melakukan tes akhir untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan dan
sikap siswa setelah pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai pada
konsep Redoks.
7. Evaluasi dan pengambilan kesimpulan
a. Menganalisis data tes pengetahuan dan skala sikap
b. Menarik kesimpulan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini
adalah tes pengetahuan dan skala sikap. Tes pengetahuan kognitif berupa tes objektif
pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban untuk memperoleh data tentang
pengetahuan siswa terhadap materi yang diajarkan. Sedangkan skala sikap diukur
dengan menggunakan angket berupa pertanyaan dengan lima kategori jawaban untuk
memperoleh data tentang sikap terhadap nilai-nilai sains. Skala ini diberikan kepada
siswa setelah melaksanakan pembelajaran.
Prosedur pelaksanaan metode rating didasari oleh asumsi berikut:51
1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk
pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tak favorable.
2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh
responden yang mempunyai sikap negatif
Penetapan skor dari skala sikap siswa adalah sebagai berikut:
Sifat Pertanyaan
SS
S
TT
TS
STS
Positif
4
3
2
1
0
Negatif
0
1
2
3
4
Sebelum instrumen ini digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk
mengetahui persyaratan validitas dan reliabilitas instrumen.
1. Validitas Instrumen Penelitian.
51
Saifudin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet.
VII, h. 140
Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah
validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan
khusus tertentu sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.52 Dalam
hal ini validasi isi skala sikap dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgement)
dari dosen yang berkompeten di bidang pendidikan.
F. Hipotesis Statistik
Hipotesis yang digunakan yaitu:
H0 : µa = µb
H1 : µa < µb
Keterangan :
µa = rata-rata sikap siswa pre angket
µb = rata-rata sikap siswa post angket
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif
1. Uji persyaratan analisis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan
pengujian persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors
karena data yang digunakan berskala nominal dengan taraf signifikan α = 0,05.
Langkah-langkah pengujian normalitas dengan Liliefors adalah sebagai
berikut :53
a. Hipotesis
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
b. Menentukan harga L0
1) Data x1, x2, …., xn dijadikan bilangan baku z1, z2,…, zn dengan
menggunakan rumus :
52
53
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), cet. III, h. 65
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Penerbit TARSITO, 2002), h. 466-467
__
Xi − X
Zi =
s
Keterangan :
Zi = bilangan baku
Xi =data
X = rata-rata data
S = simpangan baku
2) Setiap bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi normal
baku, dihitung peluangnya F (zi) = P (z ≤ zi)
3) Menghitung proporsi z1, z2,…, zn yang lebih kecil atau sama dengan zi,
dinyatakan oleh S (zi).
S(zi) =
n
Banyaknya z1, z2,…, zn yang ≤ zi
4) Hitung selisih F (zi) - S (zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
c. Menentukan harga Ltabel
Ltabel diperoleh dari tabel uji Liliefors, untuk n > 30 dan taraf signifikan α =
0,05 menggunakan rumus Ltabel =
0,886
n
d. Kriteria pengujian
H0 diterima jika L0 < Ltabel
Pengujian homogenitas menggunakan uji-F dengan taraf signifikan α =
0,05, dengan menggunakan rumus :54
Fhitung =
σ x2
σ y2
Keterangan :
σx2 = varians yang lebih besar
σy2 = varians yang lebih kecil
54
Subana, dkk, Statistik Pendidikan, (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2005), cet. II, h. 171
2.
Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis diuji menggunakan uji-t dengan rumus :55
t=
Md
( Σd ) 2
n
n (n − 1)
Σd 2 −
Keterangan :
Md = rata-rata dari gain antara tes akhir dan tes awal
d = gain (selisih) skor tes akhir terhadap tes awal setiap subjek
n = jumlah subjek
2. Analisis Data Kualitatif.
1) Persentase Angket Sikap
Setelah angket sikap dilakukan serangkaian uji prasyarat analisis yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas, dan juga uji-t untuk menguji hipotesis yang
digunakan. Selanjutnya, angket sikap diolah dengan metode deskriptif dengan
aturan likert dan dipersentasikan dengan rumus:56
NP (%) =
R
x 100%
M
Keterangan:
55
NP
= Nilai persen yang dicari dan diharapkan
R
= Skor mentah yang diperoleh siswa
SM
= Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100
= Bilangan tetap
Ibid, h. 132
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002) Cet. XI, h. 102
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Hasil Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-nilai Sains
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai angket sikap
siswa tentang nilai-nilai sains dari 30 siswa yang dijadikan sebagai subjek
penelitian diperoleh nilai terendah 77 dan tertinggi 107, nilai rata-rata (mean)
sebesar 94,067; median sebesar 95,5; modus sebesar 99; simpangan baku
sebesar 7,253. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan histogram di
bawah ini.
Tabel 4.1 . Distribusi Pre Angket Sikap Siswa tentang
Nilai-Nilai Sains
Kelas Interval
77-81
82-86
87-91
92-96
97-101
102-107
Frekuensi
No.
1
2
3
4
5
6
Xi
79
84
89
94
99
104.5
Jumlah
Batas Nyata
76,5 – 81,5
81,5 – 86,5
86,5 – 91,5
91,5 – 96,5
96,5 – 101,5
101,5 – 107,5
f
1
4
5
7
10
3
30
f%
3,3
13,3
16.7
23.3
33.3
10
100
12
10
8
6
4
2
0
76,5 –
81,5
81,5 –
86,5
86,5 –
91,5
91,5 –
96,5
96,5 –
101,5
101,5 –
107,5
Batas Nyata
Gambar 4.1. Histogram Distribusi Pre Angket Sikap Siswa
tentang Nilai-Nilai Sains
Berdasarkan tabel dan grafik histogram di atas, terlihat bahwa skor pada
interval 97-101 merupakan rentang skor yang paling banyak diperoleh siswa
yaitu sebesar 33,3 %. Skor rata-rata siswa sebesar 94,067. Siswa yang
mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 53,3%. Sedangkan siswa yang
mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 46,7 %.
2.
Hasil Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-nilai Sains
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai angket sikap
siswa tentang nilai-nilai sains dari 30 siswa yang dijadikan sebagai subjek
penelitian diperoleh nilai terendah 92 dan tertinggi 132, nilai rata-rata (mean)
sebesar 122,13; median sebesar 90,2; modus sebesar 82,7; simpangan baku
sebesar 7,8 dan varians 62,10. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dan histogram di bawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains
No.
1
2
3
4
5
6
Kelas Interval
92-98
99-105
106-112
113-119
120-126
127-133
Xi
95
102
109
116
123
130
Jumlah
Batas Nyata
91,5-98,5
98,5-105,5
105,5-112,5
112,5-119,5
119,5-126,5
126,5-133,5
f
1
1
3
3
11
11
30
f%
3.3
3.3
10.0
10.0
36.7
36.7
100
12
Frekuensi
10
8
6
4
2
0
91,598,5
98,5105,5
105,5112,5
112,5119,5
119,5126,5
126,5133,5
Batas Nyata
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Post Angket Sikap Siswa
tentang Nilai-Nilai Sains
Berdasarkan tabel dan grafik histogram di atas, terlihat bahwa skor pada
interval 120-126 dan 127-133 merupakan rentang skor yang paling banyak
diperoleh siswa yaitu masing-masing sebesar 36,7 %. Skor rata-rata siswa
sebesar 122,13. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 83,4 %
pada interval kelas nomor 5,6 dan 7. Sedangkan siswa yang mendapat skor di
bawah rata-rata sebanyak 16,6 % yaitu pada interval kelas nomor 1,2, dan 3 .
B. Analisis Data
1.
Analisis Data Kuantitatif.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berasal dari subjek penelitian berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan
uji Lilliefors. Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika Lhitung < Ltabel dan
jika Lhitung > Ltabel maka Ho ditolak. Dengan diterimanya Ho berarti data berasal
dari populasi berdistribusi normal, sedangkan jika Ho ditolak berarti data
penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pre dan Post Angket Sikap Siswa
Statistik
Pre (Sebelum)
Post (Sesudah)
N
30
30
Χ
94,067
122,13
S
7,13
9,61
Lhit
0,029
0,130
Ltab
0,161
0,161
Kesimpulan
Data Berdistribusi
Data Berdistribusi
Normal
Normal
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), berdasarkan
tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian berdistribusi normal
karena memenuhi kriteria L0 < Ltab.
b. Uji Homogenitas
Setelah subjek penelitian berdistribusi normal, kemudian mencari nilai
homogenitasnya. Nilai homogenitas dicari menggunakan Uji Fisher. Kriteria
pengujian pada Uji F, yaitu: subjek penelitian dinyatakan homogen apabila Fhit
< Ftab yang diukur pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Hasil uji
homogenitas subjek penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini dan
perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas
Statistik
N
30
∑ (Xi – X)2 preangket
1525,867
∑ (Xi – X)2 posangket
2771,467
SX2
52,616
Sy2
95,567
F hit
1,816
F tab
1,84
Kesimpulan
Homogen
Berdasarkan tabel 4.4 pengujian homogenitas yang dilakukan pada taraf
signifikansi 95% (α = 0,05) dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian adalah
homogen karena memenuhi kriteria Fhit < Ftab..
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif
pada pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai
sains.
Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pre dan Post Angket
Statistik
Pre (Sebelum)
Post (Sesudah)
N
30
30
X
94,067
122,13
Md
28,067
thitung
9,9
ttabel
1,699
Kesimpulan
Berpengaruh Positif
Dari Hasil analisis data yang menggunakan statistik uji “t” diperoleh nilai
thitung = 9,9, sementara pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05) pada derajat
kebebasan (dk) = 29, didapat ttabel = 1,699 ; karena thitung > ttabel
maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
(9,9 > 1,699)
perbedaan yang
signifikan raihan skor sikap siswa antara pre angket dan pos angket, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif pendekatan penanaman
nilai terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains.
2.
Analisis Data Kualitatif.
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebelum (pre) di terapkan
pendekatan penanaman nilai, pengetahuan tentang peristiwa di alam yang
melibatkan reaksi redoks menghasilkan persentase rata-rata 71,24 %,
kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan menghasilkan persentase ratarata 74,16 %, kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan
keimanan menghasilkan persentase rata-rata sebesar 63,54 %, kesadaran
tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan menghasilkan persentase rata-rata
sebesar 80,84 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan
tolong-menolong dalam kebaikan menghasilkan persentase rata-rata sebesar
79,46 %, kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang
berbeda-beda menghasilkan persentase rata-rata sebesar 66,67 %, kesadaran
bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi menghasilkan
persentase rata-rata sebesar 65,83 %, kesadaran menghargai keragaman
budaya Indonesia menghasilkan persentase rata-rata sebesar 60 %,
pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan
kegunaan bagi makhluk hidup menghasilkan persentase rata-rata sebesar 62,38
%.
Tabel 4.6 Persentase Pre Angket Sikap Siswa
No
Aspek
1. Nilai
Intelektual:
2. Nilai
Religius
3.
Nilai
sosialekonomibudaya
Indikator
- Pengetahuan tentang peristiwa di alam yang
melibatkan reaksi redoks
- Kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala
urusan. Q.S Al Baqarah: 255
- Kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan
berhubungan dengan keimanan. Q.S Ar
Rahman: 33-34, Al Imran: 18
- Kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran
Tuhan terhadap alam raya. Q.S Ar Ra’du: 14,
An Naml: 60
Nilai sosial:
- Kesadaran bahwa dalam hidup ini harus
bekerjasama dan tolong-menolong dalam
kebaikan
- Kesadaran bahwa manusia diberikan potensi
dan kemampuan yang berbeda-beda
Nilai ekonomi:
- Kesadaran bahwa konsep redoks memiliki
nilai ekonomis yang tinggi
Nilai Budaya/ kebangsaan:
Persentase (%)
71,24
74,16
63,54
80,84
79,46
66,67
65,83
4.
Nilai
praktis
- Kesadaran menghargai keragaman budaya
Indonesia
- Pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia
ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi
makhluk hidup
60
62,38
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa setelah (post) di terapkan
pendekatan penanaman nilai, pengetahuan tentang peristiwa di alam yang
melibatkan reaksi redoks menghasilkan persentase rata-rata 95,71 %,
kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan menghasilkan persentase ratarata 93,95 %, kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan
keimanan menghasilkan persentase rata-rata sebesar 84,79 %, kesadaran
tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan menghasilkan persentase rata-rata
sebesar 91,67 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan
tolong-menolong dalam kebaikan menghasilkan persentase rata-rata sebesar
99,37 %, kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang
berbeda-beda menghasilkan persentase rata-rata sebesar 83,33 %, kesadaran
bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi menghasilkan
persentase rata-rata sebesar 96,67 %, kesadaran menghargai keragaman
budaya Indonesia menghasilkan persentase rata-rata sebesar 82,92 %,
pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan
kegunaan bagi makhluk hidup menghasilkan persentase rata-rata sebesar 80,23
%.
Selisih persentase rata-rata sesudah dan sebelum pembelajaran dengan
pendekatan penanaman nilai menunjukkan peningkatan sikap siswa. Pada
indikator pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi
redoks peningkatan yang terjadi sebesar 24,47 %, kesadaran bahwa Tuhan
pengatur segala urusan sebesar 19,79 %, kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan
berhubungan dengan keimanan sebesar 21,25 %, kesadaran tentang kekuasan
dan kebesaran Tuhan sebesar 10,83 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini harus
bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan sebesar 19,91 %, kesadaran
bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda sebesar
16,66 %, kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi
sebesar 30,84 %, kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia sebesar
22,92 %, pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan
kegunaan bagi makhluk hidup sebesar 17,85 %.
Tabel 4. 7 Persentase Post Angket Sikap Siswa
No
Aspek
Indikator
Persentase(%)
1.
Nilai
Intelektual:
- Pengetahuan tentang peristiwa di alam yang
melibatkan reaksi redoks
95,71
2.
Nilai
Religius
- Kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala
urusan. Q.S Al Baqarah: 255
- Kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan
berhubungan dengan keimanan. Q.S Ar
Rahman: 33-34, Al Imran: 18
- Kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran
Tuhan terhadap alam raya. Q.S Ar Ra’du: 14,
An Naml: 60
Nilai sosial:
- Kesadaran bahwa dalam hidup ini harus
bekerjasama dan tolong-menolong dalam
kebaikan
- Kesadaran bahwa manusia diberikan potensi
dan kemampuan yang berbeda-beda
Nilai ekonomi:
- Kesadaran bahwa konsep redoks memiliki
nilai ekonomis yang tinggi
Nilai Budaya/ kebangsaan:
- Kesadaran menghargai keragaman budaya
Indonesia
- Pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia
ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi
makhluk hidup
93,95
3.
4.
Nilai
sosialekonomibudaya
Nilai
praktis
84,79
91,67
99,37
83,33
96,67
82,92
80,23
Selain dengan melihat persentase rata-rata sikap siswa per indikator, kita
juga dapat melihat peningkatan sikap per siswa sebelum dan sesudah
dilakukan pembelajaran.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Skor Tingkat Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah
Penerapan Pendekatan Penanaman Nilai
Responden
1
Sebelum
100
Sesudah
128
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
83
98
94
100
92
100
89
99
95
88
89
96
92
103
89
86
96
83
93
77
99
89
99
105
107
99
83
100
99
130
126
125
124
132
126
125
126
120
110
119
124
100
128
114
92
128
106
128
112
123
132
116
124
128
132
126
132
128
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa seluruh siswa mengalami
kenaikan skor sikap. Selisih skor sebelum dan sesudah bervariasi dan
selisih skor tertinggi antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
pendekatan penanaman nilai adalah 47 dan selisih skor terendah adalah
6.
C. Interpretasi Data
Berdasarkan analisis data secara kuantitatif, angket sikap siswa yang
disebarkan
sebelum
penerapan
pendekatan
penanaman
nilai
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 94,067; sedangkan hasil angket
sikap siswa yang disebarkan setelah penerapan pendekatan penanaman
nilai mendapatkan nilai rata-rata sebesar 122.13. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa setelah pembelajaran kimia dengan pendekatan
penanaman nilai, siswa mengalami kenaikan nilai rata-rata yang lebih
tinggi dibandingkan dengan sebelum penerapan pendekatan penanaman
nilai. Subjek penelitian berada pada distribusi normal baik sebelum
maupun sesudah pembelajaran. Selain itu, subjek penelitian bersifat
homogen berdasarkan hasil uji sebelum dan sesudah pembelajaran.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t, pada taraf kepercayaan
95% (α = 0,05). Hasil uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara skor sebelum (pre) dan sesudah (post)
penerapan
pendekatan
penanaman
nilai, dari perhitungan uji-t
diperoleh nilai thitung sebesar 9,9 dan ttabel 1,699, hasil pengujian yang
diperoleh menunjukkan bahwa thitung berada di daerah penerimaan H1,
yaitu t
hitung >
t
tabel
atau -t
hitung <
-t
tabel
atau 9,9 > 1,699 atau -9,9 < -1,699.
Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh positif pendekatan penanaman nilai terhadap
sikap siswa tentang nilai-nilai sains.
Berdasarkan
pembelajaran
perhitungan
dengan
persentase
pendekatan
sebelum
penanaman
dan
nilai
sesudah
tabel
4.8.
menunjukkan bahwa hasil rata-rata persentase angket sikap siswa
sesudah pembelajaran lebih besar daripada sebelum pembelajaran pada
setiap indikator sikap sikap siswa. Selisih rata-rata persentase sesudah
dan sebelum pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai
menunjukkan peningkatan sikap siswa terhadap nilai-nilai sains. Pada
indikator pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi
redoks peningkatan yang terjadi sebesar (95,71 %-71,24 %) 24,47 %,
kesadaran bahwa
Tuhan pengatur segala
urusan menghasilkan
persentase rata-rata (93,95 %-74,16 %) 19,79 %, kesadaran bahwa Ilmu
pengetahuan berhubungan dengan keimanan menghasilkan persentase
rata-rata sebesar (84,79 %-63,54 %) 21,25 %, kesadaran tentang
kekuasan dan kebesaran Tuhan menghasilkan persentase rata-rata
sebesar (91,67 %-80,84 %) 10,83 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini
harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan menghasilkan
persentase rata-rata sebesar (99,37 %-79,46 %) 19,91 %, kesadaran
bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda
menghasilkan persentase rata-rata sebesar (83,33 %-66,67 %) 16,66 %,
kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi
menghasilkan persentase rata-rata sebesar (96,67 %-65,83 %) 30,84 %,
kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia menghasilkan
persentase rata-rata sebesar
(82,92 %-60 %) 22,92 %,
pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan
kegunaan bagi makhluk hidup menghasilkan persentase rata-rata sebesar
(80,23 %-62,38 %) 17,85 %.
Analisis data kuantitatif yang menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan penanaman nilai berpengaruh terhadap sikap siswa tentang
nilai-nilai sains.
Secara umum, analisis data kualitatif yang dihasilkan dari persentase
sikap siswa menunjukkan bahwa penerapan pendekatan penanaman nilai
pada pembelajaran kimia mendapat respon positif dari siswa, dengan
pendekatan tersebut, siswa akan mampu untuk mengambil hikmah dari
konsep yang dipelajari sehingga siswa tidak hanya mengejar nilai kognitif
tetapi juga sejalan dengan nilai afektif dari setiap pembelajaran.
Pendekatan penanaman nilai memudahkan siswa untuk memahami
konsep yang dipelajari karena dengan pendekatan penanaman nilai siswa
di ajarkan untuk mengaitkan konsep yang dipelajari dengan kehidupan
sehari-hari, keilmuan, agama dan sosial-ekonomi-budaya.
D. Pembahasan
Pendekatan penanaman nilai adalah pendekatan yang memberi
penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan
pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: Pertama, diterimanya
nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa; Kedua, berubahnya nilai-nilai siswa
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. Kepada anak
didik nilai-nilai disampaikan atau ditanamkan, bahkan sering
dipompakan dengan pengulangan-pengulangan, latihan, dan pemaksaan
secara mekanistik
Pendekatan penanaman nilai merupakan pendekatan yang tepat
dalam mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan IPA khususnya Kimia. Pada pembelajaran ini siswa tidak
hanya mendapatkan konsep kimia saja melainkan juga mendapatkan
pendidikan nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian secara
tidak sadar, siswa mendapatkan dua pembelajaran sekaligus yaitu sains
dan nilai-nilai yang terkandung dalam sains.
Dengan pembelajaran yang menerapkan pendekatan penanaman
nilai, diharapkan siswa tidak hanya mengetahui saja tetapi juga
mengaplikasikan konsep yang dipelajari, sehingga dapat mengikis paham
bahwa mengajar hanya diartikan sebagai transfer of knowledge, dan
subyek belajar hanya membutuhkan pengetahuan saja. Padahal tujuan
belajar secara esensial, disamping untuk mendapatkan pengetahuan, juga
keterampilan dan untuk pembinaan sikap.
Berdasarkan hasil penyebaran angket sikap siswa, dapat diketahui
bahwa pendekatan penanaman nilai berpengaruh terhadap sikap siswa
tentang nilai-nilai sains. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase
sikap siswa setelah di berikan pendekatan penanaman nilai pada setiap
indikator.
Persentase rata-rata
120
100
80
60
Pretest
Postest
40
20
0 indikator I, yaitu pengetahuan tentang peristiwa di alam yang
Pada
melibatkan IreaksiII redoks
persentase
rata-rata
III menghasilkan
IV
V
VI
VII
VIII
IX pre angket
sebesar 71,24 % dan persentaseIndikator
rata-rata post angket sebesar 95,71 %,
peningkatan yang terjadi sebesar 24,47 %. Hal ini disebabkan karena
sebelum dilakukan pembelajaran, siswa belum mendapatkan informasi
tentang reaksi redoks yang terdapat di alam sehingga tidak mengetahui
tentang hal tersebut. Sedangkan setelah dilakukan pembelajaran dengan
pendekatan penanaman nilai mendapatkan informasi tentang hal
tersebut dari guru sehingga mengalami peningkatan persentase sikap
yang cukup besar.
Pada indikator II, yaitu kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala
urusan menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 74,16 %
dan persentase rata-rata post angket sebesar 93,95 %, peningkatan yang
terjadi sebesar 19,79 %. Peningkatan persentase sebelum dan sesudah
pembelajaran tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena pada
dasarnya siswa sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi bahwa
segala sesuatu di dunia ini sudah diatur ukurannya oleh Tuhan.
Sedangkan setelah pembelajaran siswa mendapatkan penguatan dari
guru tentang sifat Tuhan yang mampu mengatur segala urusan di dunia
ini dengan sangat sempurna. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al
quran “Allah tidak ada tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-
menerus mengurus (makhluknya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi
syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang ada di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (Q.S Al Baqarah:
255)
Pada indikator III, yaitu kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan
berhubungan dengan keimanan menghasilkan persentase rata-rata pre
angket sebesar 63,54 % dan persentase rata-rata post angket sebesar
84,79 %, peningkatan yang terjadi sebesar 21,25 %. Pada indikator ini
persentase sikap awal siswa sangat rendah. Hal ini disebabkan karena
siswa memiliki keyakinan bahwa tidak ada hubungan antara reaksi
redoks dengan keimanan seseorang. Sedangkan setelah pembelajaran
guru memberikan keyakinan kepada siswa bahwa reaksi redoks dapat
dikaitkan dengan keimanan manusia, yaitu dengan menganalogikan
reaksi redoks dengan keimanan. Sesungguhnya segala sesuatu di dunia
ini dapat kita ambil hikmahnya untuk meningkatkan keimanan kita
kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al quran “Hai
jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah; kamu tidak dapat menembusnya
melainkan dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?” (Q.S Ar Rahman: 33-34).Walaupun telah
ditanamkan nilai-nilai sains tersebut, perubahan persentase sikap setelah
pembelajaran tidak terlalu besar, karena tidak semua siswa dapat
menerima perumpamaan tersebut.
Pada indikator IV, yaitu kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran
Tuhan menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 80,84 % ,
dan persentase rata-rata post angket sebesar 91,67 %, peningkatan yang
terjadi sebesar 10,83 %. Peningkatan persentase sebelum dan sesudah
pembelajaran tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena pada
dasarnya siswa sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi tentang
kekuasaan Tuhan dalam menciptakan alam semesta ini. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Al quran “ Atau siapakah yang telah
menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari
langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu
menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan
(yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang yang menyimpang
(dai kebenaran)” (Q.S An Naml: 60). Setelah dilakukan pembelajaran,
semakin menambah keyakinan siswa tentang hal tersebut.
Pada indikator V, yaitu kesadaran bahwa dalam hidup ini harus
bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan menghasilkan
persentase rata-rata pre angket sebesar 79,46 % dan persentase rata-rata
post angket sebesar 99,37 %, peningkatan yang terjadi sebesar 19,91 %.
Dapat kita lihat bahwa persentase sikap sebelum pembelajaran memang
sudah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri siswa sudah
tertanam pemahaman dan sikap untuk bekerjasama dan tolong-
menolong sejak dini, sehingga senantiasa diterapkan sampai tingkat
SMA. Sedangkan penguatan tentang hal tersebut menambah kesediaan
siswa untuk selalu melakukan perbuatan baik terhadap sesama.
Pada indikator VI, yaitu kesadaran bahwa manusia diberikan
potensi dan kemampuan yang berbeda-beda menghasilkan persentase
rata-rata pre angket sebesar 66,67 %, dan persentase rata-rata post
angket sebesar 83,33 %, peningkatan yang terjadi sebesar 16,66 %. Pada
indikator ini persentase sikap awal siswa sangat rendah. Hal ini
disebabkan karena siswa memiliki keyakinan bahwa tidak ada hubungan
antara konsep kenaikan bilangan oksidasi dengan usaha manusia untuk
lebih baik. Akan tetapi setelah dilakukan pembelajaran dengan
pendekatan penanaman nilai, siswa mendapatkan pemahaman tentang
konsep kenaikan bilangan oksidasi tersebut dan megalami perubahan
keyakinan dan sikap.
Pada indikator VII, yaitu kesadaran bahwa konsep redoks memiliki
nilai ekonomis yang tinggi menghasilkan persentase rata-rata pre angket
sebesar 65,83 % dan persentase rata-rata post angket sebesar 96,67 %,
peningkatan yang terjadi sebesar 30,84 %. Pada indikator ini
peningkatan persentase sikap siswa sangat tinggi. Hal ini karena siswa
baru menyadari tentang manfaat reaksi redoks bagi perekonomian
bangsa yang tinggi setelah dilakukan pembelajaran dan pemberian
informasi tentang hal tersebut.
Pada indikator VII, yaitu kesadaran menghargai keragaman budaya
Indonesia menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 60 %
dan persentase rata-rata post angket sebesar 82,92 %, peningkatan yang
terjadi 22,92 %. Pada indikator ini persentase sikap awal siswa sangat
rendah. Hal ini disebabkan karena siswa belum mempunyai kesadaran
tentang pentingnya menghargai dan melestarikan budaya Indonesia.
Sedangkan setelah dilakukan pembelajaran dengan menganalogikan
materi tentang tata nama senyawa, siswa baru menyadari tentang hal
tersebut dan mengalami perubahan sikap.
Pada indikator IX, yaitu pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia
ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup menghasilkan
persentase rata-rata pre angket sebesar 62,38 % dan persentase rata-rata
post angket sebesar 80,23 %, peningkatan yang terjadi sebesar 17,85 %.
Tidak adanya pengetahuan tentang manfaat reaksi redoks menyebabkan
rendahnya persentase sikap awal siswa. Setelah dilakukan pembelajaran
dan pemberian pemahaman tentang manfaat reaksi redoks tersebut,
siswa mulai mengetahui tentang hal tersebut dan sangat antusias untuk
mencari manfaat lain dari reaksi redoks yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sikap merupakan suatu kesediaan untuk bereaksi dan melakukan
tindakan yang merupakan reaksi terhadap sesuatu atau objek tertentu
yang berasal dari dalam maupun luar dirinya. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya sikap yang secara garis besar dibagi dua,
yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor yang
terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektifitas.
Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor pembentukan sikap yang
terdapat dari luar diri seseorang, diantaranya; sifat obyek yang dijadikan
sasaran sikap, sewibawaan orang yang mengemukakan sikap, sifat orang
atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, dan situasi pada saat
sikap itu dibentuk.
Perubahan sikap siswa yang terjadi setelah diterapkan pendekatan
penanaman dipengaruhi oleh faktor pemberian informasi serta
komunikasi sosial yang dibangun antar siswa dengan guru dan antar
siswa itu sendiri. Komunikasi sosial mempunyai peranan penting karena
hal itu merupakan cara yang paling efektif bagi perubahan sikap
seseorang.
Bentuk komunikasi sosial dalam pembelajaran kimia yaitu dengan
pemberian informasi dari guru yang menyebabkan perubahan sikap
siswa tentang nilai-nilai sains. Selain komunikasi yang dibangun antar
guru dengan siswa, faktor yang mempengaruhi perubahan sikap tersebut
adalah jenjang pendidikan siswa yang baru memasuki masa-masa belajar
di SMA. Siswa kelas X SMA lebih mudah dipengaruhi dibandingkan
dengan kelas XII atau mahasiswa yang sudah memiliki kestabilan emosi
yang cukup tinggi. Oleh karena itu sebagai pondasi awal pada masa
SMA, siswa diperkenalkan dengan nilai-nilai sains yang terkandung pada
pelajaran kimia.
Dengan pendekatan penanaman nilai dalam pembelajaran,
diharapkan siswa dapat berpikir dan bersikap positif serta dapat
meningkatkan daya pikir siswa dalam menghubungkan antara materi
pelajaran IPA dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilainilai sains yang ditanamkan dalam pembelajaran ini meliputi nilai
praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik-ekonomi, dan nilai religius.
Nilai-nilai sains tersebut diajarkan pada konsep redoks. Dengan
pembelajaran yang selalu mengaitkan konsep dengan nilai-nilai, siswa
akan terbiasa untuk memahami konsep tidak hanya untuk mendapatkan
nilai yang bagus, tetapi bagaimana mengaplikasikan nilai tersebut dalam
kehidupan agar mendapatkan nilai terbaik dalam hidup yaitu dengan
sikap dan perilaku yang baik.
Berdasarkan angket sikap siswa yang disebarkan pada awal
pembelajaran, yang selanjutnya dilakukakn uji normalitas dan
homogenitas menunjukkan bahwa subyek penelitian berada dalam
distribusi normal dan homogen, serta tingkat sikap siswa yang sedang.
Sesudah pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap sikap siswa
tentang nilai-nilai sains.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji-t didapatkan harga thitung
= 9,9 dan ttabel = 1,699. Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak. Dari hasil
pengujian terlihat bahwa pendekatan penanaman nilai dalam
pembelajaran kimia dapat meningkatkan sikap siswa tentang nilai-nilai
sains. Dengan demikian, penanaman nilai-nilai sains cukup efektif dan
memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan sikap siswa tentang
nilai-nilai sains. Efektivitas kegiatan belajar mengajar dapat dilihat salah
satunya dari peningkatan siswa pada saat berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar, diantaranya aktivitas bertanya kepada guru atau
teman terhadap konsep yang belum jelas atau belum paham, kemudian
kreatifitas dalam memberikan contoh tentang nilai-nilai sains dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak sepenuhnya berada
pada tingkat kesempurnaan, karena masih banyak kekurangan dan
kelemahan.
Kekurangan
dan
kelemahan
dalam
pemelitian
ini
diantaranya adalah:
1.
Waktu yang terbatas dalam penerapan pendekatan penanaman nilai,
terutama
materi
yang
diajarkan
terlalu
banyak
sehingga
pembelajaran tidak dilakukan secara utuh.
2.
Siswa masih belum mampu menemukan sendiri nilai-nilai dalam
konsep redoks, sehingga peran guru dalam menentukan nilai-nilai
sains lebih dominan daripada siswa.
3.
Dalam penanaman nilai-nilai sains, siswa baru dalam tahap knowing
(mengetahui) belum pada tahap applying (melaksanakan).
4.
Jawaban responden yang tidak selalu hasil pemikiran sendiri, serta
pengisian yang terburu-buru sehingga kurang teliti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pengaruh
pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa SMA tentang nilai-nilai
sains, maka diperoleh kesimpulan, bahwa terdapat pengaruh positif
pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa SMA tentang nilai-nilai
sains.
B. Saran
Saran bagi para pendidik, dan calon peneliti yang berminat terhadap
pembelajaran IPA, berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1) Sebaiknya jenjang peningkatan sikap dalam penelitian ini dapat
dikembangkan lebih lanjut penelitiannya dari tanggapan (responding)
kepada jenjang yang lebih tinggi agar hasil dari penelitian dapat benarbenar dirasakan manfaatnya bagi siswa maupun guru dan orang tua.
2) Kepada para guru, pendekatan penanaman nilai dalam pembelajaran kimia
dapat dijadikan pendekatan alternatif dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan. Untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut guru harus mulai
terbiasa untuk menghubungkan bahan ajar dengan kandungan nilai dengan
bahan tersebut dan senantiasa menginformasikannya kepada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Suroso, Manajemen Alam: Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mughni
Sejahtera, 2006)
Ahmadi, Abu, Teknik Belajar yang Efektif, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1991)
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, (Surabaya: pt. bina ilmu, 1985)
Ahmadi, Abu dan Noor Salami, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT
Bumi Aksasra, 2004), Cet. IV
Akbar, Sa’dun, ”Pelakonan sebagai Pendekatan Unggulan dalam Pendidikan Nilai”,
dalam Jurnal Pendidikan Nilai Tahun I, No. 2, Mei 1996
Arifin, Mulyati, dkk, Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: JICA, 2000)
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,
2002), cet. III
Azwar, Saifudin, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003)
Dahar, Ratna Wilis , Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996)
Irwanto, dkk, Psikologi Umum:Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia, 1989)
Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Grasindo, 1993).
Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae
Discimus”, diambil dari www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008
Loke, Siow Heng, “Values in Assesment in Science Education”, International
Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4
August 2007, University of Malaya.
Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), cet.
I
Moh. Saat, Rohaida, “The Role of Values in Science Education: Implication to
Teacher Training”, International Seminar on Development Value in
Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
(Jakarta: Prenada Media, 2004)
Neni, Zikri, Diktat Psikologi Umum, (Jakarta, 2005)
Nielsen, Thomas W, “Value Education through Thinking, Feeling and Doing”, from
Sosial Educator, Vol.23, No.2, August 2005
Nik Pa, Nik Azis, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematika: Cabaran dan
Keperluan”, International Seminar on Development of Values in Mathematics
and Science Education, 3-4 August 2007, Universiti of Malaya
O. Sears, David, et. al., Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1999)
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. XI
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2002)
Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. I
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996)
Salirawati, Das, dkk, Belajar kimia menarik kelas X,(Jakarta: Grasindo, 2007)
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press,
1986)
S.H, Otib, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama, (Tangerang: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka, 2005)
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: P.T Bina Aksara, 1988)
Soeitoe, Samuel, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1982)
Subana, dkk, Statistik Pendidikan, (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2005)
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Penerbit TARSITO, 2002)
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2003)
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset,
1990)
Sutarno, “Nilai dan Pendekatan Nilai”, dari Jurnal Pendidikan Nilai, Th. 6, No. 1
Februari 2000
Sutresna, Nana, Kimia untuk SMA kelas X semester 2, (Jakarta: Grafindo Media
Pratama, 2005)
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996)
Trimo,
“Pendekatan Penanaman Nilai dalam
suciptoardi.wordpress.com, tgl 20 Juni 2008
Pendidikan”,
diambil
dari
V. Hill, Brian, Values Education In Schools, taken from www.curriculum.edu.au,
March 1, 2008.
Winkel, W.S, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1984)
Zein, Sulaiman, “Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini”, Diambil
dari smpnbilahhulu.wordpress.com, 23 Februari 2008
“Pendidikan Nilai”, diambil dari http://diaz2000.multiply.com, 4 Maret 2008
ANALISIS MATERI DENGAN PENDEKATAN PENANAMAN NILAI
Tingkatan
Mapel
Kelas
Standar Kompetensi
Kompetensi
dasar
Menjelaskan
perkembangan
konsep reaksi
oksidasireduksi dan
hubungannya
dengan tata
nama senyawa
serta
penerapannya.
: SMA
: Kimia
: X/II
: Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi
Nilai-nilai Sains
Indikator
Materi
Membedakan
konsep
oksidasi
reduksi ditinjau
dari
penggabungan
dan pelepasan
oksigen,
pelepasan dan
penerimaan
elektron, serta
peningkatan
dan penurunan
bilangan
oksidasi.
Peningkatan
sikap tentang
nilai praktis,
intelektual,
Perkembangan
reaksi redoks
diawali dengan
mengaitkan reaksi
suatu zat dengan
oksigen. Konsep
redoks kemudian
berkembang
menjadi reaksi
yang melibatkan
elektron
(menangkap dan
melepaskan
elektron).
Selanjutnya konsep
redoks berkembang
menjadi suatu
reaksi yang
mengalami
Praktis
Intelektual
Reaksi redoks dalam kehidupan
sehari-hari terjadi pada
penggunaan bensin atau solar
pada kendaraan bermotor. Pada
peristiwa tersebut terjadi reaksi
pembakaran karbon yang
terkandung dalam bensin oleh
oksigen yang selanjutnya
dihasilkan karbondioksida.
Contoh dari peristiwa
oksidasi adalah pada
perkaratan besi. Besi
mudah bereaksi dengan
oksigen dan uap air
menghasilkan senyawa
yang mengandung
oksigen (Fe2O 3. 2 H2O)
yang disebut karat.
Reaksi redoks juga terjadi pada
fotosintesis tumbuhan, dan pada
waktu isi ulang air aki.
Reaksi oksidasi terjadi
pada saat kita
melakukan respirasi,
dimana glukosa dalam
karbohidrat yang kita
dapat dari makanan
dioksidasi oleh oksigen
sehingga menghasilkan
energi serta
Reaksi redoks juga terjadi pada
kembang api yang meledak.
Nyala kembang api yang
berwarna-warni ditimbulkan oleh
reaksi oksidasi yang berlangsung
Sosial-ekonomibudaya
Pemanfaatan reaksi
redoks pada
perlindungan
katodik dapat
menghasilkan nilai
ekonomis yang
tinggi. Dengan
dilakukannya
perlindungan
katodik, maka
perkaratan pada
pipa besi dapat
dicegah dan
perkaratan hanya
terjadi pada
magnesium yang
ditanam. Hal ini
akan mengurangi
biaya penggantian
Religius
Seluruh kejadian
di alam ini sudah
diatur oleh Tuhan
sehingga berjalan
dengan
semestinya dan
menurut
ukurannya
masing-masing.
Contoh yang
dapat kita ambil
adalah pada
reaksi
fotosintesis. Pada
reaksi tersebut,
Tuhan telah
mengatur agar
tumbuhan hijau
dapat melakukan
sosialekonomibudaya, dan
religius dalam
konsep redoks.
perubahan bilangan
oksidasi.
cepat.
Penerapan konsep redoks juga
terjadi pada perlindungan katodik
pada besi. Untuk mencegah
korosi pada pipa yang ditanam
dalam tanah dapat dilakukan
perlindungan katodik. Pipa besi
dihubungkan dengan magnesium,
sehingga pipa besi bertindak
sebagai katoda (pengoksidasi)
dan magnesium sebagai anoda
(pereduksi). Dalam hal ini
magnesium akan teroksidasi
(berkarat) sedangkan besi tidak.
Untuk mencegah perkaratan,
dapat juga dilakukan pengecatan
pada benda yang terbuat dari besi
untuk menghindari reaksi antara
besi dengan oksigen dan uap air.
karbondioksida.
Buah apel yang sudah
digigit tidak boleh
dibiarkan di udara
terbuka terlalu lama
karena akan teroksidasi
sehingga berwarna
coklat dan akhirnya
membusuk. Karena itu,
biasanya pada makanan
kemasan ditambahkan
zat antioksidan di
dalamnya untuk
menghambat terjadinya
reaksi oksidasi yang
dapat merusak
makanan.
pipa besi sehingga
menghemat
pengeluaran.
Konsep pengikatan
dan pelepasan
oksigen
mengandung
pelajaran yang
penting dalam
kehidupan
bermasyarakat. Hal
ini terkait dengan
perntingnya
keberadaan oksigen
terhadap
berlangsungnya
reaksi oksidasi.
Berlangsungnya
reaksi oksidasi
hanya dapat
berjalan jika suatu
atom mengikat
oksigen sehingga
terjadi reaksi
pembakaran oleh
oksigen tersebut.
Peranan oksigen
pada reaksi oksidasi
dapat diumpamakan
dengan pentingnya
bekerjasama dalam
kehidupan
bermasyarakat. Jika
kita menghendaki
masayarakat yang
proses
fotosintesis tanpa
melalui proses
berpikir terlebih
dahulu. Selain itu,
pada proses
respirasi manusia
Tuhan juga telah
mengatur
terjadinya reaksi
tersebut tanpa
kita harus
menyuruh
anggota tubuh
kita untuk
melakukannya
Terjadinya karat
pada besi juga
terjadi atas dasar
kehendak Tuhan
yang telah
menciptakan besi
dengan sifatnya
yaitu dapat
berkarat bila
terkena air dan
udara secara
langsung.
maju dan sejahtera,
maka kita harus
mempererat
kerjasama antara
elemen masyarakat
Kompetensi
dasar
Menjelaskan
perkembangan
konsep reaksi
oksidasireduksi dan
hubungannya
dengan tata
nama senyawa
serta
penerapannya.
Indikator
Materi
Menentukan
bilangan
oksidasi atom
unsur dalam
senyawa atau
ion.
Menentukan
oksidator dan
reduktor dalam
reaksi redoks
Peningkatan
sikap tentang
nilai sosialekonomibudaya,dan
religius dalam
konsep
bilangan
oksidasi serta
oksidator dan
reduktor.
Ada enam aturan
biloks. Reduktor
/ pereduksi
adalah zat yang
menyebabkan zat
lain mengalami
reduksi
(sedangkan
reduktor sendiri
mengalami
oksidasi),
sedangkan
oksidator /
pengoksidasi
adalah zat yang
menyebabkan zat
lain mengalami
oksidasi
(sedangkan
oksidator sendiri
mengalami
reduksi)
Praktis
-
Intelektual
-
Nilai-nilai Sains
Sosial-ekonomi-budaya
Pada mekanisme serah terima
elektron, atom yang mengalami
oksidasi melepaskan elektron kulit
terluarnya, kemudian elektron
tersebut ditangkap oleh atom lain.
Atom yang menangkap elektron ini
dikatakan mengalami reduksi. Hal
ini dapat di hubungkan dengan
sikap kita dalam bermasyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat,
kita harus peduli terhadap sesama.
Jika kita memiliki kelebihan harta,
maka sebaiknya kita menolong
orang yang tidak mampu dan
memberikan sebagian rizki kita
kepada mereka yang
membutuhkan. Dengan begitu
kehidupan kita menjadi lebih
bermakna.
Religius
Pada reaksi redoks terjadi
kenaikan dan penurunan
bilangan oksidasi unsur
yang terlibat di dalamnya.
Pelajaran yang dapat kita
peroleh dari hal tersebut
adalah bahwa kenaikan
dan penurunan bilangan
oksidasi dapat kita
hubungkan dengan
keimanan kita yang
terkadang naik dan
terkadang turun. Sehingga
kita harus senantiasa
melakukan perbuatan baik
dan menjalankan perintah
Tuhan agar keimanan kita
selalu terjaga dengan baik.
Kompetensi
dasar
Menjelaskan
perkembangan
konsep reaksi
oksidasireduksi dan
hubungannya
dengan tata
nama senyawa
serta
penerapannya.
Indikator
Materi
Memberi nama
senyawa
menurut
IUPAC
Peningkatan
sikap tentang
nilai sosialekonomibudaya dalam
konsep tata
nama senyawa
menurut
IUPAC
Tata nama
senyawa dalam
IUPAC terdiri
dari senyawa
biner dari logam
dan nonlogam,
senyawa biner
dari nonlogamnonlogam, dan
senyawa
poliatomik.
Praktis
-
Intelektual
-
Nilai-nilai Sains
Sosial-ekonomi-budaya
Pada subkonsep tata nama
senyawa, kita telah mengetahui
bahwa berbagai jenis senyawa
kimia memiliki nama-nama yang
berbeda-beda, tergantung dari
biloks unsur atau senyawa
penyusunnya. Hal ini dapat
dikaitkan dengan bangsa Indonesia
yang terdiri dari berbagai suku dan
budaya tetapi tetap satu bangsa.
Keragaman tersebut harus kita
hargai untuk menjaga kerukunan
antar suku bangsa agar bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang
berperadaban dan maju di segala
bidang.
Religius
-
BIODATA PENULIS
Pas Foto
3x4
Nama
: Priyo Agung N
Tempat/tgl lahir
: Jakarta, 5 November 1985
Alamat
: Jl. H. Zukih Rt 006 Rw 01 No. 112 Ciracas,
Jakarta Timur
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan : - SDN 01 PG Ciracas
- SLTPN 174 Ciracas
- SMAN 58 Ciracas
- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Motto hidup
: “Sebaik-baik manusia adalah yang dapat bermanfaat bagi
orang lain”
INSTRUMEN PERYATAAN SIKAP
A. Petunjuk Pengisian
Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan kriteria:
1. SS, Sangat setuju
2. S, Setuju
3. TT, Tidak tahu
4. TS, Tidak setuju
5. STS, Sangat tidak setuju
B. Identitas responden
Nama
: ................................................
Kelas
: ................................................
Jenis kelamin
: ................................................
Pernyataan
SS
No
1
Untuk menjalankan kendaraan bermotor tidak dibutuhkan reaksi
oksidasi
2
Tuhan menciptakan segala sesuatu menurut ukuran-ukurannya,
begitu pula reaksi-reaksi yang terjadi pada makhluk hidup
seperti fotosintesis dan respirasi
3
Prinsip serah terima elektron pada reaksi redoks memberi
pelajaran kepada kita bahwa kita harus saling membantu antar
sesama
4
Dengan mempelajari reaksi redoks manusia dapat mencegah
perkaratan pada besi dengan cara mengecat besi tersebut
5
Seluruh reaksi kimia yang terdapat di alam terjadi dengan
sendirinya tanpa ada yang mengaturnya
6
Menurut saya suku bangsa saya adalah suku yang paling baik di
Indonesia dibandingkan dengan yang lain
7
Peristiwa perkaratan besi hanya dapat terjadi jika melibatkan
oksigen dan uap air
8
Peranan oksigen dalam reaksi oksidasi mengajarkan kita tentang
pentingnya kerjasama dalam bermasayarakat
9
Reaksi oksidasi dapat dimanfaatkan manusia untuk menjalankan
mesin kendaraan bermotor melalui proses pembakaran
10 Walaupun dengan mengecat besi dapat mencegah perkaratan
dan menghemat biaya, namun hal itu tidak perlu dilakukan
karena hanya membuang waktu saja
11 Terjadinya perkaratan pada besi adalah semata-mata disebabkan
oleh sifat besi itu sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan
12 Oksigen diperlukan untuk pembakaran karbohidrat pada proses
respirasi manusia
13 Pada waktu isi ulang air aki tidak terjadi reaksi redoks di
dalamnya
S
TT
TS
STS
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Salah satu kewajiban umat beragama adalah menyadari bahwa
setiap unsur di alam sudah ditentukan sifatnya masing-masing
oleh Tuhan
Kita tidak boleh membiarkan buah apel yang dimakan terkena
udara terlalu lama, karena warnanya akan menjadi cokelat dan
membusuk
Konsep kenaikan biloks dalam reaksi oksidasi tidak ada
hubungannya dengan usaha manusia untuk dapat menjadi lebih
baik dari sebelumnya
Reaksi oksidasi pada makanan dapat dicegah dengan
menambahkan antioksidan
Kita tidak dapat menggunakan prinsip redoks untuk melindungi
pipa besi yang ditanam dalam tanah karena hal itu tidak efisien
Walaupun sudah mempelajari tentang prinsip serah terima
elektron, saya tidak peduli dengan keadaan orang miskin di
sekitar saya
Sudah menjadi kewajiban umat beragama untuk menyadari
bahwa terjadinya pelepasan dan pengikatan elektron dalam
setiap unsur adalah bukti kekuasaan Tuhan terhadap ciptaanNya
Zat antioksidan tidak dapat menghambat terjadinya reaksi
oksidasi yang dapat merusak makanan
Saya dapat melakukan segala hal dengan baik tanpa bantuan
dari orang lain
Terjadinya kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi unsur
dapat di umpamakan dengan keimanan kita yang terkadang naik
dan turun.
Konsep reaksi redoks dapat diterapkan untuk isi ulang air aki
dengan arus listrik
Perkaratan pada besi dapat terjadi tanpa melibatkan oksigen.
Tidak ada hubungannya antara mempelajari manfaat reaksi
redoks dengan keimanan kita.
Dengan adanya konsep kenaikan biloks dalam reaksi oksidasi,
kita dapat mengambil pelajaran untuk berusaha agar menjadi
lebih baik dari sebelumnya
Buah apel yang kita makan tidak akan membusuk walaupun
dibiarkan di udara terbuka
Prinsip naik dan turunnya bilangan oksidasi tidak dapat
dihubungkan dengan masalah keimanan.
Kita tidak perlu melakukan pengecatan pada besi untuk
mencegah perkaratan karena terlalu merepotkan.
Dengan mempelajari tentang tata nama senyawa yang berbedabeda saya menjadi lebih cinta kepada tanah air Indonesia
Adanya perkaratan pada benda yang terbuat dari besi
merupakan bentuk ketidakpedulian Tuhan kepada ciptaan-Nya
Kita dapat memanfaatkan reaksi redoks untuk memajukan
perekonomian bangsa Indonesia
Pengetahuan tentang reaksi redoks yang berkaitan dengan
manfaatnya bagi kehidupan manusia dapat menambah kadar
keimanan kita kepada Tuhan.
KISI-KISI PERNYATAAN SIKAP
Kisi Satuan Pelajaran : SMA
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ semester
:X/2
Konsep
: Redoks
No
Aspek
1.
Nilai
Intelektual:
- Pengetahuan tentang peristiwa di alam
yang melibatkan reaksi redoks
2.
Nilai
Religius
- Kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala
urusan. Q.S Al Baqarah: 255
- Kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan
berhubungan dengan keimanan. Q.S Ar
Rahman: 33-34, Al Imran: 18
- Kesadaran tentang kekuasan dan
kebesaran Tuhan terhadap alam raya. Q.S
Ar Ra’du: 14, An Naml: 60
Nilai sosial:
- Kesadaran bahwa dalam hidup ini harus
bekerjasama dan tolong-menolong dalam
kebaikan
- Kesadaran bahwa manusia diberikan
potensi dan kemampuan yang berbedabeda
3.
Nilai
sosialekonomibudaya
Indikator
No. Pernyataan
Positif
Negatif
7,12, 15, 21, 25, 28
17
2, 14
5, 11
23, 34
26, 29
20
32
3, 8
19, 22
27
16
33
10
31
6
4, 9, 24,
1,13, 18,
30
Nilai ekonomi:
- Kesadaran bahwa konsep redoks
memiliki nilai ekonomis yang tinggi
4.
Nilai
praktis
Nilai Budaya/ kebangsaan:
- Kesadaran menghargai keragaman
budaya Indonesia
- Pengetahuan bahwa segala sesuatu di
dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan
bagi makhluk hidup
LEMBAR UJI REFERENSI
Judul Skripsi: Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai Terhadap Sikap Siswa SMA
tentang Nilai-nilai Sains
No
Footnote
Paraf
Pembimbing
I
Paraf
Pembimbing
II
BAB I
1.
2.
3.
Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000,
(Jakarta: Grasindo, 1993), h. 73
……………..
……………..
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rajawali Press, 1986), h.
……………..
……………..
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), hal. 2
……………..
……………..
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), cet. I, h. 16
……………..
……………..
Suroso Adi, Manajemen Alam: Sumber Pendidikan Nilai,
(Bandung: Mughni Sejahtera, 2006), h. 46
……………..
……………..
Thomas W. Nielsen, “Value Education through Thinking,
Feeling and Doing”, in Sosial Educator, Vol.23, No.2, August
2005.
……………..
……………..
Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju
Non Scholae sed Vitae Discimus”, Diambil dari
www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008.
……………..
……………..
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan
Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on
Development of Values in Mathematics and Science Education,
3-4 August 2007, Universiti of Malaya, p. 4
……………..
……………..
Brian V. Hill, “Values Education In Schools”, taken from
www.curriculum.edu.au, March 1, 2008
……………..
……………..
Sulaiman Zein, “Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak
Usia Dini”, diambil dari smpnbilahhulu.wordpress.com, 23
Februari 2008
……………..
……………..
BAB II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sutarno, “Nilai dan Pendekatan Nilai”, dari Jurnal
Pendidikan Nilai, Th. 6, No. 1 Pebruari 2000, h. 53
……………..
……………..
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan
Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on
Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4
August 2007, University of Malaya. p. 7
……………..
……………..
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2003), h. 37
……………..
……………..
11.
Suroso Adi, op. cit, h. 68
……………..
……………..
12.
Otib S.H, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai
Agama, (Tangerang: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,
2005), h. 8.5
……………..
……………..
Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Efektif, (Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 1991), h. 14
……………..
……………..
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga,
1996), h. 11
……………..
……………..
Mulyati Arifin, dkk, Strategi Belajar Mengajar Kimia,
(Bandung: JICA, 2000), h. 8
……………..
……………..
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1996), h. 55
……………..
……………..
Irwanto, dkk., Psikologi Umum:Buku Panduan Mahasiswa,
(Jakarta: Gramedia, 1989), h. 216
……………..
……………..
W.S Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar,
(Jakarta: Gramedia, 1984), h. 31
……………..
……………..
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan
Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on
Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4
August 2007, University of Malaya. p.
……………..
……………..
Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju
Non Scholae sed Vitae Discimus”, diambil dari
www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008.
……………..
……………..
“Pendidikan Nilai”, diambil dari http://diaz2000.multiply.com,
4 Maret 2008
……………..
……………..
22.
Suroso Adi, op. cit, h. 53
……………..
……………..
23.
Sutarno, “Nilai dan Pendekatan Nilai”, dari Jurnal
……………..
Pendidikan Nilai, Th. 6, No. 1 Pebruari 2000, h. 54
……………..
9.
10.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
24.
25.
Trimo, “Pendekatan Penanaman Nilai dalam
Pendidikan”, diambil dari
Suciptoardi.wordpress.com, 20 Juni 2008.
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan
……………..
……………..
……………..
……………..
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 183
……………..
……………..
Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun
2000, (Jakarta: Grasindo, 1993), h. 77
……………..
……………..
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam
Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”,
International Seminar on Development Value in
Mathematics and Science Education, 3-4 August
2007, University of Malaya, p.
……………..
……………..
Rohaida Moh. Saat, “The Role of Values in Science
……………..
Education: Implication to Teacher Training”,
International Seminar on Development Value in
Mathematics and Science Education, 3-4 August
2007, University of Malaya. p. 6
……………..
……………..
……………..
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai,
(Bandung: Alfabeta,2008), h. 61
……………..
……………..
33.
Siow Heng Loke, “Values in Assesment in Science
Education”, International Seminar on Development ……………..
Value in Mathematics and Science Education, 3-4
August 2007, University of Malaya, p.
……………..
34.
Mulyati Arifin, op. cit, h. 120
……………..
……………..
……………..
……………..
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu ……………..
Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,2002), h.
120
……………..
……………..
……………..
W.S Winkel, op.cit, h. 72
……………..
……………..
38.
Ratna Wilis Dahar, op. cit, h. 140
……………..
……………..
39.
Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: ……………..
Lembaga Penerbit FE UI, 1982), h. 55
……………..
35.
36.
37.
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 2007), h. 150
David o. Sears, et. al., Psikologi Sosial, (Jakarta:
Erlangga, 1999), h. 138
David o. Sears, et. al., op cit, h. 144
Zikri Neni, Diktat Psikologi Umum, (Jakarta, 2005),
h. 97
BAB III
1.
2.
3.
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan,
(Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 88
……………..
……………..
Saifudin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet. VII, h. 140
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), cet. III,
h. 65
4.
Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 79
5.
Suharsimi Arikunto, ibid, h. 86
6.
Suharsimi Arikunto, ibid, h.100-101
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: P.T Bina Aksara,
1988), h. 215
Suharsimi Arikunto, ibid, h. 208
Suharsimi Arikunto, ibid, h. 213
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Penerbit
TARSITO, 2002), h. 466-467
Subana, dkk, Statistik Pendidikan, (Bandung:
Penerbit Pustaka Setia, 2005), cet. II, h. 171
13.
Subana, dkk, Ibid, h. 132
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), h.264.
Jakarta, 14 Mei 2009
Mengesahkan,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A
NIP. 150 231 356
Dewi Murniati, M. Si
REAKSI OKSIDASI-REDUKSI
1. Perkembangan Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi
a. Berdasarkan penggabungan dan pelepasan oksigen
Oksidasi : penggabungan oksigen dengan unsur/ senyawa
Con: 2 Mg + O2
2 MgO
Reduksi : pelepasan oksigen dari senyawanya
Con: 2Ag2O
4 Ag + O2
b. Berdasarkan pelepasan dan penerimaan elektron
Oksidasi : pelepasan elektron
Con: Na
Na+ + e
Reduksi : penerimaan elektron
Con: Al3+ + 3e
Al
c. Berdasarkan peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi
Oksidasi : peningkatan bilangan oksidasi
Con: Ca
Ca2+ + 2e
0
+2
Reduksi : penurunan bilangan oksidasi
Con: Fe3+ + 1e
Fe2+
+3
+2
2. Aturan Bilangan Oksidasi:
1) Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol.
Con: Ag, O2, N2, dan S8
2) Atom unsur logam dalam sneyawa selalu memiliki bilangan oksidasi positif
sesuai dengan nomor golongannya, kecuali untuk atom transisi yang memiliki
lebih dari satu bilangan oksidasi.
- Biloks atom Na = +1 dalam NaCl dan Na2SO4, atom K = +1 dalam KCl
-
Biloks atom Mg = +2 dalam MgCl2 dan MgSO4 sedangkan atom Ca = +2
dalam CaCO3 dan CaO.
Biloks Al = +3 dalam AlCl3
-
3) Biloks atom H adalah +1, kecuali dalam senyawa-senyawa hydrogen logam.
- Biloks atom H = +1 pada senyawa HCl, H2SO4, HNO3
- Biloks atom H = -1 pada senyawa NaH, BaH, AlH3
4) Biloks atom O adalah -2, kecuali pada F2O memiliki biloks +2, atom O pada
senyawa Na2O2, H2O2, BaO2 memiliki biloks -1.
5) Biloks unsur dalam bentuk ion tunggal sama dengan muatannya.
Con: Biloks Cu dalam ion Cu2+ adalah +2
Biloks Ag dalam ion Ag + adalah +1
6) Jumlah total biloks senyawa ion sama dengan muatan ion senyawa tersebut.
Con: MgO, H2SO4, HCl, H2O memiliki jumlah total biloks = nol.
REDUKTOR DAN OKSIDATOR
Reduktor adalah zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami reaksi
reduksi (sedangkan reduktor sendiri mengalami oksidasi). Oksidator adalah zat yang
dapat menyebabkan zat lain mengalami reaksi oksidasi (sedangkan oksidator sendiri
mengalami reduksi).
Reaksi oksidasi
Con: Zn + Cu2+
0
Zn2+ + Cu
+2
+2
0
Reaksi reduksi
Reaksi redoks yang oksidator dan reduktor merupakan unsur yang sama
disebut reaksi autoredoks (reaksi disproporsionasi).
Con: Cl2 + 2 OH
0
Cl- + ClO- + H2O
-1
1
TATA NAMA SENYAWA
1) Senyawa biner dari logam dan nonlogam
Senyawa ionik yang terdiri atas atom logam dan nonlogam diberi nama
dengan cara menyebutkan ion positifnya diikuti dengan nama ion negatif yang
diberi akhiran –ida. Angka romawi digunakan untuk logam yang memiliki
lebih dari satu biloks.
Con: Na2O
= Natrium oksida
FeCl2 = Besi(II) klorida
2) Senyawa biner dari nonlogam dan nonlogam
Angka romawi digunakan untuk unsur yang memiliki lebih dari satu biloks
dimana biloksnya positif.
Con: SO2
= Belerang dioksida
Belerang(IV) oksida
NO
= Nitrogen monoksida
Nitrogen(II) oksida
3) Senyawa poliatomik
Senyawa poliatomik terdiri atas lebih dari dua unsur. Untuk menentukan tata
namanya pertama, nama kation (+) disebutkan dahulu, diikuti oleh nama anion
(-).
Con: CaSO4 = Kalsium sulfat
Kalsium(II) sulfat
Ba(NO3)2 = Barium nitrat
Barium(II) nitrat
Fe2(SO4)3 = Ferum sulfat
Besi(III) sulfat
Tabel 6.1 Rekapitulasi Persentase Pre Angket Sikap Siswa
Dimensi
Nilai
Intelektual
Indikator
Pengetahuan
tentang
peristiwa di
alam
yang
melibatkan
reaksi redoks
Pernyataan
(%)
7. Peristiwa perkaratan besi hanya dapat 68,33
terjadi jika melibatkan oksigen dan uap air
12. Oksigen diperlukan untuk pembakaran 74,17
karbohidrat pada proses respirasi manusia
15. Kita tidak boleh membiarkan buah apel 87,50
yang dimakan terkena udara terlalu lama,
karena warnanya akan menjadi cokelat dan
membusuk
17. Reaksi oksidasi pada makanan dapat 64,17
dicegah dengan menambahkan antioksidan
21.
Zat antioksidan tidak dapat 62,50
menghambat terjadinya reaksi oksidasi
yang dapat merusak makanan
25. Perkaratan pada besi dapat terjadi 71,16
tanpa melibatkan oksigen
28. Buah apel yang kita makan tidak akan 70,83
membusuk walaupun dibiarkan di udara
terbuka
Nilai Religius
Rata-rata
71,24
Kesadaran
2. Tuhan menciptakan segala sesuatu 88,33
bahwa Tuhan menurut ukuran-ukurannya, begitu pula
pengatur
reaksi-reaksi yang terjadi pada makhluk
segala urusan hidup seperti fotosintesis dan respirasi
5. Seluruh reaksi kimia yang terdapat di 59,17
alam terjadi dengan sendirinya tanpa ada
yang mengaturnya
11. Terjadinya perkaratan pada besi adalah 63,33
semata-mata disebabkan oleh sifat besi itu
sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan
Nilai Religius
14. Salah satu kewajiban umat beragama 85,83
adalah menyadari bahwa setiap unsur di
alam sudah ditentukan sifatnya masingmasing oleh Tuhan
Rata-rata
74,16
Kesadaran
23. Terjadinya kenaikan dan penurunan 70
bahwa Ilmu bilangan oksidasi unsur dapat di
pengetahuan umpamakan dengan keimanan kita yang
berhubungan terkadang naik dan turun
dengan
keimanan
26. Tidak ada hubungannya antara 57,50
mempelajari manfaat reaksi redoks dengan
keimanan kita
29. Prinsip naik dan turunnya bilangan 59,17
oksidasi tidak dapat dihubungkan dengan
masalah keimanan
Nilai Religius
Nilai sosialekonomi-
34. Pengetahuan tentang reaksi redoks 67,50
yang berkaitan dengan manfaatnya bagi
kehidupan manusia dapat menambah kadar
keimanan kita kepada Allah
Rata-rata
63,54
Kesadaran
20. Sudah menjadi kewajiban umat 79,17
tentang
beragama untuk menyadari bahwa
kekuasan dan terjadinya pelepasan dan pengikatan
kebesaran
elektron dalam setiap unsur adalah bukti
Tuhan
kekuasaan Tuhan terhadap ciptaan-Nya
terhadap
alam raya
32. Adanya perkaratan pada benda yang 82,50
terbuat dari besi merupakan bentuk
ketidakpedulian Tuhan kepada ciptaanNya
Rata-rata
80,84
Nilai sosial: 3. Prinsip serah terima elektron pada reaksi 85,33
- Kesadaran redoks memberi pelajaran kepada kita
budaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai
praktis
bahwa dalam
hidup ini
harus
bekerjasama
dan tolongmenolong
dalam
kebaikan
Nilai sosial:
Kesadaran
bahwa
manusia
diberikan
potensi dan
kemampuan
yang
berbeda-beda
Nilai
ekonomi:
Kesadaran
bahwa
konsep
redoks
memiliki
nilai
ekonomis
yang tinggi
Nilai
Budaya/
kebangsaan:
Kesadaran
menghargai
keragaman
budaya
Indonesia
bahwa kita harus saling membantu antar
sesama
8. Peranan oksigen dalam reaksi oksidasi 68,33
mengajarkan kita tentang pentingnya
kerjasama dalam bermasyarakat
19. Walaupun sudah mempelajari tentang 87,50
prinsip serah terima elektron, saya tidak
peduli dengan keadaan orang miskin di
sekitar saya
22. Saya dapat melakukan segala hal 76,67
dengan baik tanpa bantuan dari orang lain
Rata-rata
79,46
16. Konsep kenaikan biloks dalam reaksi 56,67
oksidasi tidak ada hubungannya dengan
usaha manusia untuk dapat menjadi lebih
baik dari sebelumnya
27. Dengan adanya konsep kenaikan 76,67
biloks dalam reaksi oksidasi, kita dapat
mengambil pelajaran untuk berusaha agar
menjadi lebih baik dari sebelumnya
Rata-rata
66,67
10. Walaupun dengan mengecat besi 70,83
dapat
mencegah
perkaratan
dan
menghemat biaya, namuan hal itu tidak
perlu dilakukan karena hanya membuang
waktu saja
33. Kita dapat memanfaatkan reaksi 60,83
redoks untuk memajukan perekonomian
bangsa Indonesia
Rata-rata
65,83
6. Menurut saya suku bangsa saya adalah 68,33
suku yang paling baik di Indonesia
dibandingkan dengan yang lain
31. Dengan mempelajari tentang tata 51,67
nama senyawa yang berbeda-beda saya
menjadi lebih cinta kepada tanah air
Indonesia
Rata-rata
60
Pengetahuan 1.
Untuk menjalankan kendaraan 57,50
bahwa segala bermotor tidak dibutuhkan reaksi oksidasi
sesuatu
di
dunia
ini
memiliki
manfaat dan
kegunaan
bagi
makhluk
hidup
4. Dengan mempelajari reaksi redoks 70
manusia dapat mencegah perkaratan pada
besi dengan cara mengecat besi tersebut
9. Reaksi oksidasi dapat dimanfaatkan 72,50
manusia untuk menjalankan mesin
kendaraan bermotor melalui proses
pembakaran
13. Pada waktu isi ulang air aki tidak 51,67
terjadi reaksi redoks di dalamnya
18. Kita tidak dapat menggunakan prinsip 55,83
redoks untuk melindungi pipa besi yang
ditanam dalam tanah karena hal itu tidak
efisien
24. Konsep reaksi redoks dapat 66,67
diterapkan untuk isi ulang air aki dengan
arus listrik
30. Kita tidak perlu melakukan 62,50
pengecatan pada besi untuk mencegah
perkaratan karena terlalu merepotkan.
Rata-rata
62,38
Tabel 6.2 Rekapitulasi Persentase Post Angket Sikap Siswa
Dimensi
Nilai
Intelektual
Indikator
Pengetahuan
tentang
peristiwa di
alam
yang
melibatkan
reaksi redoks
Pernyataan
%
7. Peristiwa perkaratan besi hanya dapat 92,50
terjadi jika melibatkan oksigen dan uap air
12. Oksigen diperlukan untuk pembakaran 98,33
karbohidrat pada proses respirasi manusia
15. Kita tidak boleh membiarkan buah apel 100
yang dimakan terkena udara terlalu lama,
karena warnanya akan menjadi cokelat dan
membusuk
17. Reaksi oksidasi pada makanan dapat 90
dicegah dengan menambahkan antioksidan
21.
Zat antioksidan tidak dapat 93,33
menghambat terjadinya reaksi oksidasi
yang dapat merusak makanan
25. Perkaratan pada besi dapat terjadi 99,17
tanpa melibatkan oksigen
28. Buah apel yang kita makan tidak akan 96,67
membusuk walaupun dibiarkan di udara
terbuka
Nilai Religius
Rata-rata
95,71
Kesadaran
2. Tuhan menciptakan segala sesuatu 100
bahwa Tuhan menurut ukuran-ukurannya, begitu pula
pengatur
reaksi-reaksi yang terjadi pada makhluk
segala urusan hidup seperti fotosintesis dan respirasi
5. Seluruh reaksi kimia yang terdapat di 92,50
alam terjadi dengan sendirinya tanpa ada
yang mengaturnya
11. Terjadinya perkaratan pada besi adalah 83,33
semata-mata disebabkan oleh sifat besi itu
sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan
Nilai Religius
14. Salah satu kewajiban umat beragama 100
adalah menyadari bahwa setiap unsur di
alam sudah ditentukan sifatnya masingmasing oleh Tuhan
Rata-rata
93,95
Kesadaran
23. Terjadinya kenaikan dan penurunan 76,67
bahwa Ilmu bilangan oksidasi unsur dapat di
pengetahuan umpamakan dengan keimanan kita yang
berhubungan terkadang naik dan turun
dengan
keimanan
26. Tidak ada hubungannya antara 79,17
mempelajari manfaat reaksi redoks dengan
keimanan kita
29. Prinsip naik dan turunnya bilangan 86,67
oksidasi tidak dapat dihubungkan dengan
masalah keimanan
Nilai Religius
34. Pengetahuan tentang reaksi redoks 96,67
yang berkaitan dengan manfaatnya bagi
kehidupan manusia dapat menambah kadar
keimanan kita kepada Allah
Rata-rata
84,79
Kesadaran
20. Sudah menjadi kewajiban umat 100
tentang
beragama untuk menyadari bahwa
kekuasan dan terjadinya pelepasan dan pengikatan
kebesaran
elektron dalam setiap unsur adalah bukti
Tuhan
kekuasaan Tuhan terhadap ciptaan-Nya
terhadap
alam raya
32. Adanya perkaratan pada benda yang 83,33
terbuat dari besi merupakan bentuk
Nilai sosialekonomibudaya
ketidakpedulian Tuhan kepada ciptaanNya
Rata-rata
91,67
Nilai sosial: 3. Prinsip serah terima elektron pada reaksi 100
- Kesadaran redoks memberi pelajaran kepada kita
bahwa dalam bahwa kita harus saling membantu antar
hidup ini
sesama
harus
bekerjasama 8. Peranan oksigen dalam reaksi oksidasi 97,50
dan tolong- mengajarkan kita tentang pentingnya
menolong
kerjasama dalam bermasyarakat
dalam
kebaikan
19. Walaupun sudah mempelajari tentang 100
prinsip serah terima elektron, saya tidak
peduli dengan keadaan orang miskin di
sekitar saya
22. Saya dapat melakukan segala hal 100
dengan baik tanpa bantuan dari orang lain
Rata-rata
99,37
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosial:
Kesadaran
bahwa
manusia
diberikan
potensi dan
kemampuan
yang
berbeda-beda
Nilai
ekonomi:
Kesadaran
bahwa
konsep
redoks
memiliki
nilai
ekonomis
yang tinggi
Nilai
Budaya/
kebangsaan:
Kesadaran
menghargai
keragaman
budaya
16. Konsep kenaikan biloks dalam reaksi 73,33
oksidasi tidak ada hubungannya dengan
usaha manusia untuk dapat menjadi lebih
baik dari sebelumnya
27. Dengan adanya konsep kenaikan 93,33
biloks dalam reaksi oksidasi, kita dapat
mengambil pelajaran untuk berusaha agar
menjadi lebih baik dari sebelumnya
Rata-rata
83,33
10. Walaupun dengan mengecat besi 93,33
dapat
mencegah
perkaratan
dan
menghemat biaya, namuan hal itu tidak
perlu dilakukan karena hanya membuang
waktu saja
33. Kita dapat memanfaatkan reaksi 100
redoks untuk memajukan perekonomian
bangsa Indonesia
Rata-rata
96,67
6. Menurut saya suku bangsa saya adalah 82,50
suku yang paling baik di Indonesia
dibandingkan dengan yang lain
31. Dengan mempelajari tentang tata 83,33
nama senyawa yang berbeda-beda saya
menjadi lebih cinta kepada tanah air
Indonesia
Nilai
praktis
Indonesia
Rata-rata
82,92
Pengetahuan 1.
Untuk menjalankan kendaraan 53,33
bahwa segala bermotor tidak dibutuhkan reaksi oksidasi
sesuatu
di
dunia
ini 4. Dengan mempelajari reaksi redoks 86,67
memiliki
manusia dapat mencegah perkaratan pada
manfaat dan besi dengan cara mengecat besi tersebut
kegunaan
bagi
9. Reaksi oksidasi dapat dimanfaatkan 100
makhluk
manusia untuk menjalankan mesin
hidup
kendaraan bermotor melalui proses
pembakaran
13. Pada waktu isi ulang air aki tidak 66,67
terjadi reaksi redoks di dalamnya
18. Kita tidak dapat menggunakan prinsip 85
redoks untuk melindungi pipa besi yang
ditanam dalam tanah karena hal itu tidak
efisien
24. Konsep reaksi redoks dapat 90
diterapkan untuk isi ulang air aki dengan
arus listrik
30. Kita tidak perlu melakukan 80
pengecatan pada besi untuk mencegah
perkaratan karena terlalu merepotkan.
Rata-rata
80,23
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah
: SMAN 58
Mata pelajaran
: Kimia
Kelas/ semester
: X / genap
Konsep dan Subkonsep
: Reaksi Reduksi Oksidasi/ Konsep Reaksi Redoks
Alokasi waktu
: 8 x 45 menit (1 x ulangan)
1. Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasireduksi
2. Kompetensi Dasar
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi- reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
3. Indikator
-
Membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan dan
pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan
penurunan bilangan oksidasi.Mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam
senyawa karbon
-
Menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion.
-
Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks
-
Memberi nama senyawa menurut IUPAC
4. Materi Pembelajaran
-
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi
-
Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion serta Pereduksi dan
pengoksidasi
-
Tata nama menurut IUPAC
5. Sumber Pembelajaran
-
Buku paket kimia SMA : Nana Sutresna, 2005. Kimia untuk SMA kelas X
semester 2. Jakarta: Grafindo Media Pratama
-
Buku paket kimia SMA : Das Salirawati,dkk, 2007. Belajar kimia menarik
kelas X. Jakarta: Grasindo
-
Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia Kharisma, 2009. SMA X semester 2.
Penerbit CV Haka MJ.
6. Alat dan Bahan
-
Spidol
7. Skenario Pembelajaran
Pertemuan 1 : 2 x 45 menit
Materi pembelajaran :
-
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi
Kegiatan Pembelajaran
No
Guru
1.
Siswa
Penanaman
Alokasi
Nilai
waktu
Kegiatan Awal
- Guru mengkondisikan kelas
- Mengikuti instruksi guru
- Guru memberikan pre tes - Menjawab pre tes yang di
3 menit
5 menit
secara lisan untuk mengetahui tanyakan oleh guru
pengetahuan awal siswa
- Guru memberikan pre angket - Mengerjakan soal pre angket
15 menit
untuk mengetahui kemampuan yang diberikan guru
awal afektif siswa.
-
Guru
menjelaskan
tujuan - Memperhatikan penjelasan
2 menit
pembelajaran dari materi yang guru.
akan dipelajari, yaitu: Siswa
dapat
Membedakan
konsep
oksidasi reduksi ditinjau dari
penggabungan dan pelepasan
oksigen,
pelepasan
dan
penerimaan
elektron,
serta
peningkatan
dan
penurunan
bilangan oksidasi
2
Kegiatan Inti
-
Guru
materi - Memperhatikan penjelasan
Praktis,
tentang konsep reaksi reduksi guru dan menjawab pertanyaan
Sosial-
dan
menjelaskan
oksidasi
pendekatan
dengan
menggunakan yang diberikan guru.
penanaman
metode
35 menit
ekonomi,
nilai
Intelektual,
ceramah
Religius
bermakna.
- Guru memberikan kesempatan - Menanyakan hal-hal yang
bertanya kepada siswa serta belum
menanggapi materi.
3.
di
mengerti
10 menit
dan
memberikan tanggapan.
Kegiatan Akhir
- Guru mengulas kembali secara - Memperhatikan perjelasan
singkat materi redoks.
guru.
- Guru memberikan Lembar - Mengerjakan Lembar Kerja
Kerja
Siswa (LKS)
guru.
- Guru melengkapi kesimpulan - Membuat kesimpulan dari
yang diberikan siswa, yaitu: materi yang sudah dipelajari.
diawali
reaksi
dengan
redoks
mengaitkan
reaksi suatu zat dengan oksigen.
Konsep
redoks
berkembang
yang
10 menit
tentang Siswa (LKS) yang diberikan
materi redoks.
Perkembangan
5 menit
kemudian
menjadi
melibatkan
reaksi
elektron
5 menit
(menangkap dan
melepaskan
elektron). Selanjutnya konsep
redoks
berkembang
menjadi
suatu reaksi yang mengalami
perubahan bilangan oksidasi
- Menutup pelajaran
90 menit
Jumlah
Pertemuan 2 : 2 x 45 menit
Materi pembelajaran :
Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion serta Pereduksi dan
-
pengoksidasi
Kegiatan Pembelajaran
No
Guru
1.
Siswa
Penanaman
Alokasi
Nilai
waktu
Kegiatan Awal
- Guru mengkondisikan kelas
- Mengikuti instruksi guru
5 menit
- Guru memberikan pre tes - Menjawab pre tes yang di
5 menit
secara lisan untuk mengetahui tanyakan oleh guru.
pengetahuan awal siswa
- Guru menjelaskan tujuan
- Memperhatikan penjelasan
pembelajaran dari materi yang
guru.
5 menit
akan dipelajari, yaitu: Siswa
dapat menentukan bilangan
oksidasi atom unsur dalam
senyawa atau ion dan
menentukan oksidator dan
reduktor dalam reaksi redoks
2
Kegiatan Inti
-
Guru
menjelaskan
materi - Memperhatikan penjelasan
Sosial-
45 menit
tentang bilangan oksidasi unsur guru dan menjawab pertanyaan
ekonomi,
dalam senyawa atau ion serta yang diberikan guru.
Religius
pereduksi
dan
pengoksidasi
menggunakan
pendekatan
penanaman nilai dengan metode
ceramah bermakna.
-
Memberikan
kesempatan - Menanyakan hal-hal yang
belum di mengerti.
bertanya kepada siswa.
3.
10 menit
Kegiatan Akhir
-
Mengulas
kembali
secara - Memperhatikan perjelasan
singkat materi redoks.
5 menit
guru.
- Memberikan Lembar Kerja - Mengerjakan Lembar Kerja
10 menit
Siswa (LKS) tentang materi Siswa (LKS) yang diberikan
bilangan oksidasi unsur dalam guru.
senyawa
atau
ion
serta
Pereduksi dan pengoksidasi.
- Melengkapi kesimpulan yang - Membuat kesimpulan dari
diberikan
siswa,
yaitu:
Ada materi yang sudah dipelajari.
enam aturan biloks. Reduktor /
pereduksi
adalah
menyebabkan
zat
zat
yang
lain
mengalami reduksi (sedangkan
reduktor
sendiri
mengalami
oksidasi), sedangkan oksidator /
pengoksidasi adalah zat yang
menyebabkan
zat
lain
mengalami oksidasi (sedangkan
oksidator
sendiri
reduksi)
- Menutup pelajaran
mengalami
5 menit
90 menit
Jumlah
Pertemuan 3 : 2 x 45 menit
Materi pembelajaran :
-
Tata nama menurut IUPAC
Kegiatan Pembelajaran
No
Guru
1.
Siswa
Penanaman
Alokasi
Nilai
waktu
Kegiatan Awal
- Guru mengkondisikan kelas
- Mengikuti instruksi guru
5 menit
5 menit
- Guru memberikan pre tes - Menjawab pre tes yang di
secara lisan untuk mengetahui tanyakan oleh guru.
pengetahuan awal siswa
- Guru menjelaskan tujuan
- Memperhatikan penjelasan
pembelajaran dari materi yang
guru.
5 menit
akan dipelajari, yaitu: Siswa
dapat memberi nama senyawa
menurut IUPAC
2
Kegiatan Inti
-
Guru
menjelaskan
materi - Memperhatikan penjelasan
tentang bilangan oksidasi unsur guru dan menjawab pertanyaan
dalam senyawa atau ion serta yang diberikan guru.
pereduksi
dan
menggunakan
pengoksidasi
pendekatan
Sosialekonomibudaya
40 menit
penanaman nilai dengan metode
ceramah bermakna.
-
Memberikan
kesempatan - Menanyakan hal-hal yang
bertanya kepada siswa.
3.
10 menit
belum di mengerti.
Kegiatan Akhir
-
Mengulas
singkat
kembali
materi
tata
secara - Memperhatikan perjelasan
5 menit
nama guru.
senyawa menurut IUPAC.
- Memberikan Lembar Kerja - Mengerjakan Lembar Kerja
15 menit
Siswa (LKS) tentang materi Siswa (LKS) yang diberikan
redoks.
guru.
- Melengkapi kesimpulan yang - Membuat kesimpulan dari
5 menit
diberikan siswa, yaitu: Tata materi yang sudah dipelajari.
nama senyawa dalam IUPAC
terdiri dari senyawa biner dari
logam dan nonlogam, senyawa
biner dari nonlogam-nonlogam,
dan senyawa poliatomik.
- Menutup pelajaran
Jumlah
8. Penilaian
- Kognitif : ulangan harian
- Afektif : angket sikap
9. Tugas
Siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal dari LKS.
90 menit
LEMBAR KERJA SISWA I
Materi: Konsep reaksi oksidasi dan reduksi
1. Jelaskan persamaan antara konsep redoks berdasarkan serah terima elektron
dengan perubahan bilangan oksidasi!
2. Apakah proses pembakaran termasuk reaksi redoks?
3. Jelaskan nilai praktis, sosial-ekonomi, dan religius yang terdapat pada materi
redoks?
4. Lengkapi reaksi-reaksi berikut dengan menambah atau menerima elektron (e-)
serta tentukan reaksi oksidasi dan reduksinya!
a. Cu
Cu2+
b. Sn4+
Sn2+
c. Fe3+
Fe
LEMBAR KERJA SISWA II
Materi: Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion serta
Pereduksi dan pengoksidasi
1. Apa yang dimaksud dengan:
a. Oksidator
b. Reduktor
c. Bilangan oksidasi
2. Tentukan biloks dari atom suatu unsur yang menyusun senyawa berikut ini
yang ditulis tebal!
a. PO43-
d. MnSO4
b. CrO42-
e. KClO4
c. NO2
3. Tentukan oksidator, reduktor, hasil reduksi dan hasil oksidasi pada masingmasing reaksi redoks berikut!
a. NaHSO4- + Al
Na2S + Al2O3 + H2O
b. 3 Cu + 8 HNO3
3 Cu(NO3)2 + 2 NO + 4 H2O
4. Jelaskan yang dimaksud dengan reaksi disproporsionasi dan berikan contoh!
5. Jelaskan nilai sosial-ekonomi dan religius yang terdapat pada materi biloks
serta pereduksi dan pengoksidasi?
LEMBAR KERJA SISWA III
Materi: Tata nama menurut IUPAC
1. Berilah nama senyawa beruikut ini:
a. FeSO4
b. Cu2O
c. FeCl3
d. SnCl2
e. Mn(SO3)2
2. Tulislah rumus kimia dari senyawa berikut:
a. Raksa(I) oksida
b. Natrium sulfat (VI)
c. Besi (III) karbonat
d. Belerang (VI) oksida
3. Jelaskan nilai sosial-ekonomi-budaya yang terdapat pada materi tata nama
senyawa menurut IUPAC!
Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran
SILABUS SMAN 58 JAKARTA
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Alokasi Waktu
Kompetensi dasar
3.1 Mengidentifikasi
sifat larutan nonelektrolit dan
elektrolit
berdasarkan data
hasil percobaan.
3.2. Menjelaskan
perkembangan
konsep reaksi
oksidasi- reduksi dan
hubungannya
dengan tata nama
senyawa serta
penerapannya.
: KIMIA
: X/2
: 3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi
: 13 jam (4 jam untuk UH )
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
larutan non elektrolit
dan elektrolit
jenis larutan
berdasarkan daya
hantar listrik
jenis larutan elektrolit
berdasarkan ikatan.
Merancang dan melakukan
percobaan untuk mengidentifikasi
sifat-sifat larutan non elektrolit dan
elektrolit dalam diskusi kelompok di
laboratorium.
Menyimpulkan perbedaan sifat dan
jenis larutan non elektrolit dan
elektrolit.
konsep oksidasi dan
reduksi
Bilangan oksidasi
unsur dalam senyawa
atau ion
Menyimpulkan perbedaan reaksi
oksidasi dan reduksi.
Menentukan bilangan oksidasi atom
unsur dalam senyawa atau ion
dalam diskusi kelas.
Berlatih menentukan bilangan
oksidasi, oksidator, reduktor, hasil
oksidasi, dan hasil reduksi.
tata nama menurut
IUPAC
Menentukan penamaan senyawa
biner (senyawa ion) yang terbentuk
Alokasi
Waktu
Sumber/
bahan/alat
Jenis tagihan
- tugas kelompok
- ulangan
- responsi (ujian
praktik)
Bentuk instrumen
- tes tertulis
- performans
(kinerja dan sikap) ,
- laporan tertulis
3 jam
Sumber
- buku kimia
Bahan
- lembar kerja,
- alat dan
bahan untuk
percobaan
Jenis tagihan
- tugas individu
- ulangan
Bentuk instrumen
- tes tertulis
- angket sikap
4 jam
Sumber
- buku kimia
Bahan
- lembar kerja
Indikator
Penilaian
Mengidentifikasi sifat-sifat larutan non
elektrolit dan elektrolit melalui
percobaan
Mengelompokkan larutan ke dalam
larutan non elektrolit dan elektrolit
berdasarkan sifat hantaran listriknya
Menjelaskan penyebab kemampuan
larutan elektrolit menghantarkan arus
listrik
Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit
dapat berupa senyawa ion dan senyawa
kovalen polar.
Membedakan konsep oksidasi reduksi
ditinjau dari penggabungan dan
pelepasan oksigen, pelepasan dan
penerimaan elektron, serta peningkatan
dan penurunan bilangan oksidasi.
Menentukan bilangan oksidasi atom
unsur dalam senyawa atau ion.
Menentukan oksidator dan reduktor
dalam reaksi redoks
Memberi nama senyawa menurut IUPAC
2 jam
Kompetensi dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
bahan/alat
dari tabel kation dan anion serta
memberi namanya dalam diskusi
kelas.
Mengetahui,
a.n Kepala SMAN 58 Jakarta
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Jakarta, 2 Februari 2009
Guru Mata Pelajaran
Drs. Jaenudin, M. Si
NIP: 131 864 445
Priyo Agung N
NIM: 104016200450
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Priyo Agung N
NIM
: 104016200450
Jurusan/Semester
: Pendidikan IPA (Kimia)/ X
Alamat
: Jl. H. Zukih Rt. 006 Rw. 01 No. 112 Ciracas,
Jakarta Timur 13740
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai
Terhadap Sikap Siswa SMA Tentang Nilai-nilai Sains
Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
I. Nama
NIP
: Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A
: 150 231 356
II. Nama
: Dewi Murniati, M. Si
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya
siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 22 Mei 2009
Yang Menyatakan
Priyo Agung N
Mencari varians data pre test
2
Sx =
=
Σ( Xi − X ) 2
n1 − 1
1525,867
29
= 52,616
Mencari varians data post test
2
SY =
=
Σ(Yi − Y ) 2
n2 − 1
2771,467
29
= 95,568
Uji F
SY
2
95,568
= 1,816
52,616
SX
Menentukan derajat kebebasan:
db = n-1
db1 = 30 – 1 = 29
db2 = 30 – 1 = 29
F hitung =
2
=
Menentukan F tabel
Ftab = F (α) (db1, db2) = (0,05) (29,29) = 1,85
Interpretasi data
Karena Fhitung < Ftabel (1,816 < 1,85) maka Ho diterima dengan kata lain data
Homogen.
Uji Hipotesis Penelitian
Uji t
Md
t=
( Σd ) 2
n
n (n − 1)
Σd 2 −
Dengan:
Md =
Σd 842
=
= 28,067
n
30
Sehingga:
28,067
t=
842 2
30
30(30 − 1)
26.080 −
= 9,9
Jadi, t hitung = 9,9
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka tidak berbeda secara signifikan, dan Ho diterima pada
tingkat kepercayaan 95 % (α =0,05)
sedangkan jika t
hitung >
t
tabel
atau t
hitung <
-t
tabel
maka terdapat perbedaan yang
signifikan, dan Ha diterima pada tingkat kepercayaan 95 % (α =0,05)
Untuk derajat kebebasan (db) = n – 1
= 30 – 1 = 29
maka t tabel = 1,699
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung berada di daerah
penerimaan H1,yaitu t
hitung >
t
tabel
atau -t
hitung <
-t
tabel
atau 9,9 > 1,699 atau -9,9 < -
1,699. Dengan demikian H1 diterima dan Ho ditolak.
Uji Normalitas post angket sikap siswa
Uji Liliefors
No
Xi
Zi
F (zi)
S (zi)
F (zi) - S
(zi)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
X
92
100
106
110
112
114
116
119
120
123
124
124
124
125
125
126
126
126
126
128
128
128
128
128
128
130
132
132
132
132
-3.14
-2.30
-1.68
-1.26
-1.05
-0.85
-0.64
-0.33
-0.22
0.09
0.19
0.19
0.19
0.30
0.30
0.40
0.40
0.40
0.40
0.61
0.61
0.61
0.61
0.61
0.61
0.82
1.03
1.03
1.03
1.03
0.0008
0.1070
0.0465
0.1038
0.1469
0.1977
0.2511
0.3707
0.4129
0.4641
0.4247
0.4247
0.4247
0.3821
0.3821
0.3446
0.3446
0.3446
0.3446
0.2709
0.2709
0.2709
0.2709
0.2709
0.2709
0.2061
0.1515
0.1515
0.1515
0.1515
0.0333
0.0667
0.1000
0.1333
0.1667
0.2000
0.2333
0.2667
0.3000
0.3333
0.3667
0.4000
0.4333
0.4667
0.5000
0.5333
0.5667
0.6000
0.6333
0.6667
0.7000
0.7333
0.7667
0.8000
0.8333
0.8667
0.9000
0.9333
0.9667
1.0000
122.13
SD
9.61
L hit
0.1307
L tab
0.161
Ket : L hit < Ltab berarti data berdistribusi normal
-0.0325
0.0403
-0.0535
-0.0295
-0.0198
-0.0023
0.0178
0.1040
0.1129
0.1308
0.0580
0.0247
-0.0086
-0.0846
-0.1179
-0.1887
-0.2221
-0.2554
-0.2887
-0.3958
-0.4291
-0.4624
-0.4958
-0.5291
-0.5624
-0.6606
-0.7485
-0.7818
-0.8152
-0.8485
Uji Normalitas pre angket sikap siswa
Uji Liliefors
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
X
Xi
77
83
83
83
86
88
89
89
89
89
92
92
93
94
95
96
96
98
99
99
99
99
99
100
100
100
100
103
105
107
Zi
-2.39
-1.55
-1.55
-1.55
-1.13
-0.85
-0.71
-0.71
-0.71
-0.71
-0.29
-0.29
-0.15
-0.01
0.13
0.27
0.27
0.55
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.83
0.83
0.83
0.83
1.25
1.53
1.81
F (zi)
0.0084
0.0606
0.0606
0.0606
0.1292
0.1977
0.2389
0.2389
0.2389
0.2389
0.3859
0.3859
0.4404
0.496
0.4483
0.3936
0.3936
0.2912
0.2451
0.2451
0.2451
0.2451
0.2451
0.2033
0.2033
0.2033
0.2033
0.1056
0.063
0.0351
S (zi)
0.0333
0.0667
0.1000
0.1333
0.1667
0.2000
0.2333
0.2667
0.3000
0.3333
0.3667
0.4000
0.4333
0.4667
0.5000
0.5333
0.5667
0.6000
0.6333
0.6667
0.7000
0.7333
0.7667
0.8000
0.8333
0.8667
0.9000
0.9333
0.9667
1.0000
94.0666
7
7.13177
6
SD
L hit
0.029
L tab
0.161
Ket : L hit < Ltab berarti data berdistribusi normal
F (zi) - S (zi)
-0.0249
-0.0061
-0.0394
-0.0727
-0.0375
-0.0023
0.0056
-0.0278
-0.0611
-0.0944
0.0192
-0.0141
0.0071
0.0293
-0.0517
-0.1397
-0.1731
-0.3088
-0.3882
-0.4216
-0.4549
-0.4882
-0.5216
-0.5967
-0.6300
-0.6634
-0.6967
-0.8277
-0.9037
-0.9649
Download