PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN PADA

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBANDINGAN KEADAAN SATURASI OKSIGEN PADA
INHALASI HALOTAN DAN ISOFLURAN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DAVID KURNIAWAN SUGIJANTO
G0009050
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Perbandingan Keadaan Saturasi Oksigen pada
Inhalasi Halotan dan Isofluran
David Kurniawan Sugijanto, NIM : G.0009050, Tahun : 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, Tanggal 3 Januari 2013
Pembimbing Utama
Nama
: R. Th. Supraptomo, dr., Sp. An.
NIP
: 19570308 198603 1 006
(...................................)
Pembimbing Pendamping
Nama
: Sri Hartati H., Dra., Apt., S. U
NIP
: 19490709 197903 2 001
(...................................)
Penguji Utama
Nama
: H. Marthunus Judin, dr., Sp. An.
NIP
: 19510221 198211 1 001
(...................................)
Anggota Penguji
Nama
: Enny Ratna Setyawati, drg
NIP
: 19521103 198003 2 001
(...................................)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes
NIP 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM
NIP 19510601 197903 1 002
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 13 Desember 2012
David Kurniawan Sugijanto
NIM. G0009050
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
David Kurniawan S, G.0009050, 2012. Perbandingan Keadaan Saturasi Oksigen
Pada Inhalasi Halotan dan Isofluran. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Anestesi inhalasi dengan halotan dan isofluran diketahui dapat
mempengaruhi keadaan saturasi oksigen pada pasien. Ini disebabkan karena kedua
agen tersebut menekan pusat pernapasan dan menurunkan respon ventilasi pasien
melalui cara yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
keadaan saturasi oksigen pada pemberian halotan dan isofluran sebagai obat
anestesi inhalasi.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah
Sentral RSUD dr. Moewardi. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling.
Terdapat dua kelompok dalam penelitian ini, yaitu kelompok yang mendapat
anestesi halotan dan yang mendapat anestesi isofluran. Masing-masing kelompok
diamati keadaan saturasi oksigennya selama proses operasi berlangsung melalui
bed side monitor. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan
Uji Mann Whitney.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua kelompok,
halotan dan isofluran, mengalami penurunan saturasi oksigen pada fase induksi
(halotan = 96,55 ± 1,23; isofluran = 97,05 ± 0,75; p = 0,213). Hasil analisis
selanjutnya menunjukkan tidak ada perbedaan saturasi oksigen yang signifikan
secara statistik antara kelompok halotan dan isofluran (p = 0,213).
Simpulan Penelitian: Tidak ada perbedaan keadaan saturasi oksigen yang
signifikan antara kelompok anestesi halotan dan isofluran pada fase induksi,
intubasi, 5 menit setelah insisi, 10 menit setelah insisi dan 15 menit setelah insisi.
Agen anestesi halotan dan isofluran sama-sama dapat menurunkan saturasi
oksigen pada fase induksi.
Kata Kunci: anestesi inhalasi, halotan, isofluran, saturasi oksigen.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
David Kurniawan Sugijanto, G.0009050, 2012. Comparison of Oxygen
Saturation between Halothane and Isoflurane Inhalation. Mini Thesis, Faculty of
Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
Background: Inhalative anesthesia with halothane and isoflurane are known to
influence the oxygen saturation in patients. Both of these agents depress the
respiration center and reduce the ventilation response in different way. This study
aimeds to compare the state of oxygen saturation by giving halothane and
isoflurane as inhaled anesthetics drug.
Methods: This study was an observational analytic study with cross-sectional
approach. The study was conducted at the Central Installation of Surgery dr.
Moewardi Hospital. Samples were taken by consecutive sampling. There were
two groups in this study, the first group received halothane anesthesia, the other
group received isoflurane anesthesia.. The state of oxygen saturation during
operation was observed for two groups used bedside monitor. The data which
have been collected then be analyzed using the Mann Whitney test.
Results: This study revealed a decrease in oxygen saturation for both groups,
halothane and isoflurane in the induction phase (halothane = 96,55 ± 1,23;
isoflurane = 97,05 ± 0,75; p = 0,213). The further analysis showed no statistically
significant difference in oxygen saturation between halothane and isoflurane
groups (p = 0,213).
Conclusion: There are no significant differences in changes of oxygen saturation
between the halothane and isoflurane anesthesia on the induction phase,
intubation, 5 minutes after incision, 10 minutes after incision and 15 minutes after
incision. Both of these agent anesthesia, halothane and isoflurane, can degrade
oxygen saturation at induction phase.
Keywords: inhalation anesthesia, halothane, isoflurane, oxygen saturation
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas anugerah dan berkatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Keadaan
Saturasi Oksigen Pada Inhalasi Halotan dan Isofluran”.
Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik moral maupun material. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan FK
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Mbak Enny dan
Mas Nardi sebagai Staf Bagian Skripsi FK UNS Surakarta.
3. R.Th. Supraptomo, dr.,Sp.An., selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar
telah memberikan arahan, bimbingan, dan nasihat dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Sri Hartati H., Dra., Apt., S. U, selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan semangat, bimbingan, dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
5. H. Marthunus Judin, dr., Sp.An., selaku Penguji Utama yang telah
memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. drg. Enny Ratna Setyawati selaku Penguji Pendamping yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh residen anestesi yang telah memberikan bimbingan selama
pengambilan data di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr. Moewardi Surakarta.
8. Papa, mama, kakakku grace, dan ko harry yang telah memberikan doa,
semangat, dukungan, dan segalanya untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Prabu, dympna, hima, dan santi yang telah sangat banyak memberikan saran
dan bantuan pengetahuan, tenaga, semangat serta dukungannya dalam
penyelesaian skripsi ini.
10. Seluruh teman dan rekan sejawat pendidikan dokter 2009 FK UNS atas segala
kebersamaan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Pihak-pihak yang tidak dapat penulisan sebutkan satu-persatu atas bantuan
dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
di masa datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 13 Desember 2012
commit to user
Penulis
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI....................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
x
BAB I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
4
BAB II. LANDASAN TEORI .....................................................................
5
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................
5
1. Anestesi Umum ..................................................................
5
2. Anestesi Inhalasi ................................................................
6
a. Halotan ...........................................................................
7
b. Isofluran .........................................................................
8
3. Saturasi Oksigen.................................................................
9
B. Kerangka Pemikiran ...............................................................
15
C. Hipotesis ..................................................................................
16
BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................
17
A. Rancangan Penelitian ................................................................
17
B. Lokasi Penelitian .......................................................................
17
C. Subjek Penelitian. ......................................................................
17
D. Besar Sampel .............................................................................
19
E. Teknik Sampling .......................................................................
20
F. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................
20
G. Definisi Operasional Variabel ..................................................
20
H. Sumber Data ..............................................................................
23
I. Instrument Penelitian ................................................................
commit to user
J. Jalannya Penelitian ....................................................................
23
vii
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
K. Teknik Analisis Data Statistik ..................................................
25
BAB IV. HASIL PENELITIAN....................................................................
26
A. Deskripsi Sampel .......................................................................
26
B. Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen Kelompok Halotan dan
Isofluran ....................................................................................
27
BAB V. PEMBAHASAN.............................................................................
33
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
36
A. Simpulan ....................................................................................
36
B. Saran ...........................................................................................
36
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
37
LAMPIRAN.....................................................................................................
40
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Tabel Distribusi Frekuensi Sampel........................................
Tabel 4.2
Nilai Perbandingan Saturasi Oksigen (%) Kelompok
17
Halotan dan Isofluran Berdasarkan Fase Pengukuran
Anestesi ...................................................................................
28
Tabel 4.3
Hasil Uji Korelasi Berat Badan dengan Variabel Lain.........
31
Tabel 4.4
Hasil Uji Korelasi Pearson Saturasi Oksigen Awal dengan
Variabel Lain ...........................................................................
commit to user
ix
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kurva Disosiasi Oksigen-Hemoglobin ...............................
Gambar 4.1
Grafik Rata-Rata Kestabilan Saturasi Oksigen Pada
Kelompok Halotan dan Isofluran ........................................
commit to user
x
14
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Anestesiologi mempunyai peranan penting dalam bidang kedokteran.
Tidak hanya untuk menghilangkan rasa sakit waktu pembedahan, tapi juga
mendasari berbagai tindakan lainnya seperti bantuan resusitasi, pemberian terapi
inhalasi, dan penanggulangan nyeri menahun (Mansjoer, 2000).
Salah satu metode anestesi yang dikenal saat ini adalah melalui inhalasi.
Keunggulan dari metode inhalasi ini terletak pada jalur masuk obat yang melalui
paru-paru sehingga memiliki konsentrasi yang tinggi bila dibandingkan dengan
metode anestesi lainnya. Selain itu, potensinya yang tinggi dan konsentrasinya
yang dapat dikendalikan melalui mesin, memungkinkan titrasi dosis untuk
menghasilkan respon yang diinginkan (Stoelting dan Miller, 2007).
Obat-obat anestesia inhalasi adalah obat-obat anestesia yang berupa gas
atau cairan mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien.
Campuran gas atau uap obat anestesia dan oksigen masuk mengikuti aliran udara
inspirasi, mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami difusi dari alveoli
ke kapiler paru sesuai dengan sifat fisik masing-masing gas. Konsentrasi minimal
fraksi gas atau uap obat anestesia dalam alveoli yang sudah menimbulkan
1 user
commit to
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
analgesia pada pasien, dipakai sebagai satuan obat potensi dari obat anestesia
inhalasi tersebut yang populer disebut dengan “MAC” (minimal alveolar
consentration)
(Mangku dan Senapathi, 2010), beberapa contoh anestesi
inhalasi adalah halotan dan isofluran.
Halotan merupakan cairan yang tidak berwarna, berbau enak serta tidak
merangsang/mengiritasi, mudah menguap (volatile), tidak mudah meledak atau
terbakar meskipun dicampur dengan oksigen (Sjamsuhidajat dan de jong, 2005).
Efek analgesi halotan lemah tetapi relaksasi otot yang ditimbulkannya baik.
Depresi napas terjadi pada semua konsentrasi halotan yang menimbulkan
anestesia. Halotan secara langsung menghambat otot jantung dan otot pembuluh
darah serta menurunkan aktivitas saraf simpatis yang berefek pada penurunan
kekuatan kontraksi otot jantung, curah jantung dan tekanan darah. (Zunilda dan
Elysabeth, 2008).
Isofluran merupakan halogenasi eter berbentuk cairan, tidak berwarna, tidak
mudah terbakar atau meledak, tidak mengandung zat pengawet dan relatif tidak
larut dalam darah tetapi cukup iritatif terhadap jalan nafas sehingga pada saat
induksi inhalasi sering menimbulkan batuk dan tahan nafas pada pasien (Mangku
dan Senapathi, 2010). Tendensi timbulnya aritmia amat kecil, sebab isofluran
tidak
menyebabkan
sensitasi
jantung
terhadap
katekolamin.
Isofluran
menyebabkan depresi napas dan menekan respon ventilasi terhadap hipoksia,
sehingga ventilasi perlu dikendalikan untuk mendapatkan normokapnia (Zunilda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dan Elysabeth, 2008). Proses induksi dan pemulihannya relatif cepat
dibandingkan dengan obat-obat anestesia yang ada pada saat ini tapi masih lebih
lambat dibandingkan dengan sevofluran (Mangku dan Senapathi, 2010).
Saturasi oksigen merupakan salah satu parameter hemodinamik yang perlu
diperhatikan kestabilannya selama tindakan induksi anestesi berlangsung. Dengan
memperhatikan bahwa kedua obat anestesi inhalasi, isofluran dan halotan dapat
menyebabkan depresi napas, serta terdapatnya perbedaan kecepatan dalam proses
induksi dimana isofluran lebih cepat dari halotan, maka perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui keadaan saturasi oksigen dalam darah yang disebabkan oleh
kedua obat tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar balakang penelitian yang telah diuraikan, maka
didapatkan rumusan masalah yaitu: apakah terdapat perbedaan yang berarti pada
penggunaan anestesi inhalasi halotan dan isofluran terhadap keadaan saturasi
oksigen?
C. Tujuan Penulisan
Untuk membandingkan keadaan saturasi oksigen pada penggunaan halotan
dan isofluran sebagai obat anestesi inhalasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritik:
Sebagai pembuktian teori bahwa pemberian anestesi inhalasi dengan
isofluran dan halotan dapat mempengaruhi keadaan saturasi oksigen.
2. Manfaat Aplikatif:
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mempertimbangkan
pemberian obat anestesi inhalasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Anestesi Umum
Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan nyeri secara sentral
yang disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (justafli dan said,
1989; mansjoer, 2000). Komponen anestesia yang ideal terdiri dari hipnotik,
analgesia, dan relaksasi otot, yang dikenal dengan “Trias Anestesia”
(Muhiman, dkk, 1989).
Trias anestesi dapat dicapai dengan menggunakan obat tunggal atau
dengan menggunakan beberapa macam obat karena tidak semua obat
memiliki sifat-sifat tersebut. Dengan mengkombinasikan beberapa obat,
mungkin terjadi interaksi antar obat sehingga bersama memberikan efek yang
diharapkan (Katzung, 1997).
Sebelum anestesi diberikan, perlu adanya persiapan-persiapan yang
meliputi: anamnesis pasien, pemeriksaan fisik dan laboratorium jika ada
indikasi, kebugaran pasien klasifikasi status fisik, makan dan minum terakhir,
serta premedikasi (Said, 2010). Berdasarkan klasifikasi dari American Society
of Anesthesiology (ASA), status fisik pasien pra-anestesi dibagi menjadi:
5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
ASA I
:
Pasien sehat yang memerlukan operasi
ASA II
:
Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah atau penyakit lain
ASA III
:
Pasien dengan gangguan atau kelainan sistemik berat
dengan berbagai sebab
ASA IV
:
Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam kehidupannya
ASA V
: Pasien yang tidak diharapkan hidup setelah 24 jam baik
dioperasi maupun tidak.
2. Anestesi Inhalasi
Anestesi inhalasi merupakan bentuk dasar anestesi umum yang paling
sering
digunakan
(Dobson,
1994).
Anestesi
inhalasi
diserap
dan
didistribusikan sebagai akibat dari tekanan gradien dan keseimbangan ketika
tegangan udara inspirasi sama dengan tegangan udara inhalasi di alveoli,
darah, dan jaringan.
Ketika penggunaan anestesi inhalasi dihentikan, tegangan alveolar
menurun dan terjadi proses keseimbangan dari jaringan ke vena dan ke alveoli
untuk dilakukan ekspirasi. Oleh karena itu, anestesi inhalasi yang memiliki
koefisien tegang terendah menunjukkan permulaan dan pemutusan efek yang
paling cepat (Becker, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Keamanan dari semua obat anestesi inhalasi yang terpenting adalah
berapapun obat yang masuk pada pasien melalui paru-paru dapat keluar
dengan cara yang sama. Oleh karenanya, selama pasien masih bernapas, efek
obat anestesi bersifat reversibel. Di samping itu, melalui pernapasan spontan,
pasien dapat menyesuaikan sendiri dosisnya dan depresi respirasi akan
mengurangi jumlah gas yang terhirup sehingga membantu mencegah
overdosis (Fenton, 2000).
a. Halotan
Halotan merupakan derivat halogen hidrokarbon dengan nama kimia
2,bromo-2-khloro-1.1.1. trifluoroetan, mempunyai MAC 0,75% dan
koefisien partisi gas darah 2,5. Halotan secara khas menyebabkan
pernapasan yang dangkal dan cepat, peningkatan frekuensi napas tidak
cukup untuk mengimbangi penurunan volume tidal, sehingga ventilasi
alveolar menurun dan tekanan CO2 istirahat ( resting PaCO2) meningkat
(Morgan, 2006).
Efek halotan terhadap ventilasi berkaitan dengan mekanisme pusat
(depresi medulla spinalis) dan perifer (disfungsi otot intercosta) (Morgan,
2006). Halotan secara langsung menghambat otot jantung dan otot
pembuluh darah serta menurunkan aktivitas saraf simpatis. Makin dalam
anestesia, makin jelas turunnya kekuatan kontraksi otot jantung, curah
jantung, tekanan darah dan retensi perifer (Zunilda dan Elysabeth, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Dengan adanya penurunan curah jantung, maka akan mempengaruhi
transport O2 dan juga menyebabkan penurunan saturasi O2 (Morgan,
2006).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Phillips et al. (1988) pada
anak-anak yang diinduksi anestesi dengan halotan tanpa premedikasi
terjadi penurunan SpO2 berkisar sampai 85% dari 95,70% sebelum
induksi, sedangkan isofluran terjadi penurunan sampai dibawah 75%, hal
ini terjadi pada 1 menit setelah induksi
b. Isofluran
Isofluran merupakan halogenasi eter dengan nama kimia 1-chloro2,2,2-trifluoroethyl difluoromethyl ether. Efek depresi pada otot jantung
dan pembuluh darah yang ditimbulkannya lebih ringan dibanding obat
anestesia volatil yang lain. Isofluran mempunyai MAC 1,15% dan
koefisien partisi gas/darah 1,4 (Muhiman, dkk, 1989). Jika dibandingkan
dengan halotan, isofluran memiliki koefisien partisi gas/darah yang lebih
rendah, sehingga dalam hal kecepatan induksi dan eliminasi isofluran
lebih cepat dari halotan.
Isofluran menyebabkan depresi napas dan menekan respon ventilasi
terhadap hipoksia. Isofluran dapat memicu reflek saluran napas yang
menyebabkan hipersekresi, batuk, dan spasme laring. Ditambah dengan
terganggunya fungsi silia di saluran napas, anestesia yang lama dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
menyebabkan menumpuknya mukus di saluran napas. Hal ini dapat
menyebabkan penurunan pasokan O2 yang menyebabkan penurunan
saturasi O2 (Zunilda dan Elysabeth, 2008).
3. Saturasi Oksigen
Oksigen diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energi melalui
proses metabolisme di mitokondria, untuk itu diperlukan sistim transportasi
yang meliputi paru dan kardiovaskuler (Rogers dan Kreit, 1995). Oksigen
dibawa oleh darah dari paru ke jaringan seluruh tubuh melalui 2 mekanisme
yaitu, secara fisika larut dalam plasma dan secara kimia terikat dengan
hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2). Dalam keadaan normal oksigen
yang terikat oleh hemoglobin lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan
yang terlarut dalam plasma. Kebutuhan jaringan akan oksigen dan
pengambilannya oleh paru sangat tergantung pada hubungan afiniti oksigen
terhadap hemoglobin, hubungan tersebut dapat dilihat pada kurva disossiasi
oksihemoglobin (KDO).
KDO ialah suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara saturasi
oksigen atau kejenuhan hemoglobin terhadap oksigen dengan tekanan parsial
oksigen pada ekuilibrium yaitu pada keadaan suhu 370 C, pH 7,40 dan Pco2
40 mmHg. Sedangkan saturasi oksigen adalah jumlah oksigen yang diikat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
hemoglobin dalam darah yang menunjukkan sebagai sebuah prosentase dari
“Maximal Binding Capacity” (Dorland, 2002).
Satu molekul hemoglobin dapat mengikat maksimal empat molekul
oksigen. 100 molekul hemoglobian dapat bersama-sama mengikat 400 (100 x
4) molekul oksigen, jika keseratus molekul hemoglobin ini hanya mengikat
380 molekul oksigen,itu berarti bahwa molekul hemoglobain tersebut hanya
mengikat (
) x 100 = 95% dari jumlah maksimal molekul oksigen yang
seharusnya dapat diikat, sehingga nilai saturasi oksigennya adalah 95% (Hill.
2009).Saturasi oksigen normal pada individu yang sehat menunjukkan nilai
antara 97% sampai 99%.
Afiniti oksigen terhadap hemoglobin dipengaruhi oleh suhu, pH darah,
tekanan parsial karbondioksida dan 2,3 difosfogliserat, serta beberapa keadaan
klinis seperti keracunan karbonmonoksida ,anemia, hipoksia dan berada di
tempat ketinggian.
a. Suhu
KDO normal ditentukan secara fisiologis pada suhu 370C jika terjadi
peningkatan
suhu
akan
menyebabkan
tekanan
parsial
oksigen
meningkat,sehingga afiniti oksigen terhadap hemoglobin akan menurun
akibatnya semakin mudah penglepasan oksigen (Guyton, 2007). Pada
keadaan ini KDO akan bergeser ke kanan atau sebaliknya jika terjadi
penurunan suhu KDO akan bergeser ke kiri. Pada aktivitas terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
peningkatan suhu tubuh dan kebutuhan oksigen di jaringan, ini dapat
dikompensasi oleh KDO yang bergeser ke kanan.
b. pH
Peningkatan ion hidrogen (H+) atau karbondioksida akan menurunkan
afiniti oksigen terhadap hemoglobin. Ini dikenal dengan efek Bohr. Dan
sebaliknya oksigenisasi dari hemoglobin akan menurunkan afiniti
karbondioksida ini yang dikenal dengan efek Haldane. Kedua efek
tersebut muncul karena interaksi antara oksigen, ion hidrogen dan
karbondioksida dengan hemoglobin. Pada jaringan kapiler karbondioksida
akan berdifusi sebagai gas terlarut dan berikatan dengan rantai
hemoglobin membentuk karbominohemoglobin atau berikatan dengan air
(H2 O) membentuk garam (bikarbonat) dengan bantuan enzim karbonik
anhidrase. Ion hidrogen yang dihasilkan oleh kedua reaksi di atas akan
menstabilkan bentuk konformasi T pada hemoglobin yang mengakibatkan
oksigen dilepas ke jaringan (Hsia, 1998).
c. PO 2
Apabila PO2 darah menintkat, misalnya seperti pada kapiler paru, Hb
berikatan dengan sejumlah besar O2 mendekati 100% jenuh, PO2 60-100
mmHg : Hb ≥ 90% jenuh (afinitas Hb terhadap O2 bertambah) dan KDO
bergeser ke kiri. Dan apabila PO2 menurun, seperti pada kapiler sistemik,
PO2 antara 40 & 20 mmHg (75-35% jenuh), sejumlah besar O2 dilepas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
dari Hb setiap penurunan PO2, afinitas Hb tehadap O2 berkurang dan KDO
bergeser kekanan.
d. PCO2
PCO2 darah meningkat seperti pada kapiler sistemik sehingga CO2
berdifusi dari sel ke darah mengikuti gradiennya menyebabkan penurunan
afinitas Hb terhadap O2 (Hb lebuh banyak membebaskan O2), KDO
bergeser ke kanan.
Apabila PCO2 darah menurun seperti pada kapiler paru sehingga
CO2berdifusi dari darah ke alveoli menyebabkan peningkatan afinitas Hb
terhadap O2 (Hb lebih banyak mengikat O2) KDO bergeser ke kiri. CO2
juga dapat mempengaruhi pH intraseluler sehingga terjadi penurunan pH
intraseluler yang akan meningkatkan efek Bohr (Brandis, 2006).
e. 2,3 DIFOSFOGLSERAT (2,3 DPG)
Metabolisme sel darah merah tergantung oleh glikolisis dan 2,3 DPG. 2,3
DPG dibentuk melalui jalan pintas tanpa menghasilkan ATP dengan
bantuan enzim DPG sintesis. Pada keadaan normal 1,3 DPG akan diubah
menjadi 3 fosfogliserat dengan bantuan enzim fosfogliserat kinase dengan
menghasilkan ATP dan selanjutnya akan menjadi fosfoenolpiruvat,
piruvat, dan laktat.
2,3 DPG mempunyai afiniti terhadap hemoglobin yang lebih kuat
dibandingkan dengan oksigen. Selain menurunkan afiniti terhadap oksigen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
ikatan tersebut juga akan menurunkan pH intraseluler sehingga akan
meningkatkan efek Bohr.
Pada keadaan hipoksia kronik, anemia dan berada di tempat yang tinggi
dari permukaan air laut akan meningkatkan kadar 2,3 DPG sehingga
kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen menurun namun
kemampuan untuk melepaskan oksigen di jaringan lebih mudah karena
itu, pergeseran KDO ke kanan merupakan proses kompensasi pada
keadaan klinis tersebut di atas.
f. KARBON MONOKSIDA (CO)
Karbonmonoksida
dapat
berikatan
dengan
hemoglobin
menjadi
karbosihemoglobin (HbCO). Dalam keadaan normal karbonmonoksida
dihasilkan pada proses penghancuran sel darah merah namun jumlahnya
kecil dan kurang dari 1% yang berikatan dengan hemoglobin. Jumlah
karbonmonoksida akan meningkat pada perokok sekitar 5% (Wearer, dkk,
2000). Ikatan karbonmonoksida dengan hemoglobin lebih kuat 200-250
kali dibandingkan ikatan oksigen dengan hemoglobin. Peningkatan jumlah
karbonmonoksida akan menyebabkan KDO bergeser ke kiri. Pada keadaan
kadar karboksihemoglobin lebih dari 30% akan terjadi asidosis metabolik
dengan hiperlaktamia yang akan meningkatkan risiko kematian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Gambar 2.1: Kurva Disosiasi Oksigen-Hemoglobin (Sumber: Sherwood, 2001)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
B. Kerangka Pemikiran
Halotan
Isofluran
Depresi napas
dan Depresi
langsung
miokardium
Menekan pusat
pernapasan
Menekan respon
ventilasi terhadap
hipoksia
Curah jantung
dan tekanan darah
↓,retensi perifer ↑
PO2 menurun,
PCO2 meningkat
-usia
-jenis kelamin
-jenis operasi
-suhu tubuh
-penyakit lain
-obat-obatan
PO2 menurun,
PCO2 meningkat
Hipoksia
-hormonal
-psikologis
-pH darah
-volume darah
-sensitivitas
individu
Gambar 2: Kerangka Pemikiran
Variabel luar yang dapat dikendalikan
Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
C. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan kerangka berpikir
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berkut: “Terdapat
perbedaan keadaan saturasi oksigen pada pemberian anestesi inhalasi halotan dan
isofluran.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan studi cross sectional. Dalam pendekatan cross sectional digunakan
pendekatan transversal, dimana observasi terhadap variabel bebas (faktor risiko)
dan variable terikat (efek) dilakukan hanya sekali pada saat yang bersamaan
(Arief, 2008).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Pasien yang dilakukan tindakan operasi di RSUD Dr. Moewardi selama
bulan April sampai Juli 2012.
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
2. Sampel
Pasien operasi dengan anestesi inhalasi selama tanggal 1 April sampai
31 Juli 2012. Pasien yang akan melakukan pembedahan dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi : - Laki-laki atau perempuan
- Usia 15-54 tahun
- ASA I atau II
- Suhu tubuh normal
- Akan dilakukan operasi dengan anestesi umum
dengan anestesi inhalasi
b. Kriteria eksklusi : - Mempunyai riwayat merokok
- Mempunyai riwayat penyakit pernapasan
- Mempunyai riwayat penyakit jantung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
D. Besar Sampel
(Murti, 2010)
= variasi populasi yang tidak diketahui nilainya, dapat
diperkiakan dengan menggunakan
. Dimana S1 = 0,6
dan S 2 = 0,3
= beda mean yang diperkirakan, pada penelitian ini digunakan
untuk mengetahui beda saturasi oksigen dalam darah pada
kelompok, yaitu halotan (98,2 mmHg) dan isofluran (98,9
mmHg)
= tingkat kemaknaan, pada penelitian ini tingkat kemaknaan
sebesar 95%. α berarti 0,05, berarti
Dari perhitungan di atas didapatkan hasil
= 1.96
, yang merupakan besar
sampel minimal untuk penelitian ini,sehingga jumlah yang akan dipakai
sebanyak 20 sampel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
E. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling,
dimana semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang
diperlukan terpenuhi. Hal ini dilakukan demi mempertimbangkan waktu
untuk penelitian, karena dalam satu hari penelitian hanya bisa didapatkan 1-2
sampel saja (Sastroasmoro, 2011).
F. Identifikasi Variabel Peneltian
1. Variabel bebas
: obat anestesi inhalasi (halotan dan isofluran).
2. Variable terikat
: saturasi oksigen.
3. Variable luar
:
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan: usia, jenis kelamin, status fisik,
suhu tubuh, jenis operasi, penyakit lain, dan obat-obatan.
b. Variable luar yang tidak dapat dikendalikan: psikis, hormonal, pH
darah, volume darah, nutrisi, dan sensitivitas individu.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variable bebas: obat anestesi inhalasi.
Obat anestesi inhalasi yang digunakan, yaitu halotan atau isofluran
yang diberikan melalui vaporizer. Halotan yang digunakan adalah dosis
induksi 1vol%, dan isofluran menggunakan dosis induksi 1vol%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Alat
: vaporizer
Satuan
: halotan dan isofluran
Skala pengukuran
: skala nominal
2. Variable terikat: saturasi oksigen.
Saturasi oksigen adalah ukuran derajat pengikatan oksigen pada
hemoglobin, biasa diukur menggunakan oksimeter, yang dinyatakan
dalam persentase pembagian kandungan oksigen sebenarnya dengan
kapasitas oksigen maksimum dan dikalikan 100 (Dorland, 2002).
Alat ukur
: bed side monitor
Satuan
: persen (%)
Skala pengukuran
: skala rasio
3. Variable luar terkontrol
a. Usia
Usia mempengaruhi dosis dan efek dari obat anestesi. Pada penelitian
digunakan subjek usia 15-54 tahun.
b. Status fisik
Subjek penelitian ini adalah pasien dengan status fisik ASA I dan II,
yaitu pasien tanpa penyakit sistemik atau dengan kelainan ringan
sampai sedang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
c. Suhu tubuh
Suhu tubuh mempengaruhi kelarutan obat anestesi. Kenaikan suhu
menurunkan kelarutan obat anestesi, sebaliknya penurunan suhu akan
meningkatkan kelarutan obat anestesi. Dalam penelitian digunakan
subjek dengan suhu tubuh normal.
d. Jenis operasi
Jenis operasi tertentu yang dapat mempengaruhi keadaan saturasi
oksigen.
e. Penyakit lain
Subjek penelitian adalah pasien tanpa riwayat penyakit pernapasan
perancu dari keadaan saturasi oksigen.
f. Konsumsi obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi sebelum pemberian anestesi, termasuk
obat premedikasi dan induksi, dapat mempengaruhi penelitian. Oleh
karena itu, obat premedikasi dan induksi yang digunakan dibuat
homogen atau yang memiliki efek seminimal mungkin terhadap
keadaan saturasi oksigen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
H. Sumber Data
Data yang diambil adalah data primer dari pengamatan langsung di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 1 April 2012
sampai dengan 31 Juli 2012.
I. Instrument Penelitian
1. Halotan.
2. Isofluran.
3. Vaporizer.
4. Alat monitor saturasi oksigen (bed side monitor).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
J. Jalannya Penelitian
Sampel untuk halotan
Sampel untuk isofluran
Informed concent
Informed concent
Ukur saturasi oksigen
Ukur saturasi oksigen
Premedikasi anestesi:
SA 0,01mg/kgBB
Midazolam 0,1mg/kgBB
Fentanil 1µ/kgBB
Premedikasi anestesi:
SA 0,01mg/kgBB
Midazolam 0,1mg/kgBB
Fentanil 1µ/kgBB
Induksi anestesi:
Propofol 2mg/kgBB
Induksi anestesi:
Propofol 2mg/kgBB
INTUBASI
INTUBASI
HALOTAN
ISOFLURAN
Ukur saturasi oksigen
Ukur saturasi oksigen
Setiap 5 menit hingga minimal 1 jam
Keadaan saturasi oksigen
Uji Mann
Whitney
commit
to user
Keadaan saturasi oksigen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
K. Teknik Analisis Data Statistik
Data dalam penelitian ini akan diolah dengan teknik analisis statistik,
yaitu menggunakan uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney adalah uji hipotesis
yang digunakan untuk menganalisis data dengan variabel bebas nominal
dengan variabel terikat berskala numerik dengan data yang memiliki distribusi
tidak normal (Sastroamoro dan Ismael, 2001). Pada penelitian ini variabel
bebas diklasifikasikan dengan dua cara, yaitu halotan dan isofluran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel
Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap pasien di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi, pada tanggal 1 April sampai 31 Juli
2012. Jumlah total sampel yang digunakan adalah 40 orang, dimana 20 orang
berasal dari kelompok halotan dan 20 sisanya berasal dari kelompok isofluran.
Sampel dari kelompok halotan terdiri atas 6 orang pria dan 14 orang wanita,
dengan usia 18-53 tahun. Sedangkan sampel untuk kelompok isofluran terdiri atas
8 orang pria dan 12 orang wanita, dengan usia 16-45 tahun. Masing-masing
ditunjukkan dalam tabel 4.1
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Sampel
Halotan
Isofluran
Jumlah
Persentase (%)
Jumlah
Persentase (%)
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Jumlah
Usia
16-25
26-35
36-45
46-55
Jumlah
Berat Badan
45-55
56-65
66-75
Jumlah
6
14
20
30
70
100
8
12
20
40
60
100
6
5
6
3
20
30
25
30
15
100
8
5
7
0
20
40
25
35
0
100
8
12
0
20
40
60
0
100
4
12
4
20
20
60
20
100
B. Perbedaan Nilai Saturasi Oksigen Kelompok Halotan dan Isofluran
Berdasarkan pengamatan dari masing-masing kelompok sampel halotan dan
isofluran mulai pada saat sebelum dianestesi hingga pada fase 15 menit setelah
insisi, didapatkan nilai hasil saturasi oksigen yang ditunjukkan pada tabel 4.2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Tabel 4.2 Perbandingan Nilai Saturasi Oksigen (%) Kelompok Halotan dan
Isofluran Berdasarkan Fase Pengukuran Anestesi
Fase Pengukuran
Anestesi
Halotan
Isofluran
P
(Mean ± SD)
(Mean ± SD)
Awal
98,45 ± 0,89
98,35 ± 1,04
0,723
Induksi
96,55 ± 1,23
97,05 ± 0,75
0,213
Intubasi
98,85 ± 0,74
98,50 ± 0,89
0,151
Insisi 5’
98,30 ± 1,03
98,55 ± 1,28
0,538
Insisi 10’
98,95 ± 0,94
98,60 ± 1,14
0,325
Insisi 15’
98,80 ±1,05
99,10 ± 0,79
0,425
Nilai saturasi oksigen kelompok halotan (mean ± SD) pada fase awal
sebelum dianestesi adalah 98,45 ± 0,887; fase induksi 96,55 ± 1,234; fase intubasi
98,85 ± 0,745; fase 5 menit setelah insisi 98,30 ± 1,031; fase 10 menit setelah
insisi 98,95 ± 0,945; fase 15 menit setelah insisi 98,80 ±1,056. Ini berarti rerata
nilai saturasi oksigen pada fase setelah diinduksi lebih rendah daripada fase
sebelum diinduksi. Sementara pada fase setelah diintubasi, nilai rerata saturasi
oksigen menjadi lebih tinggi dibandingkan fase sebelum diinduksi.
Sementara itu nilai saturasi oksigen kelompok isofluran (mean ± SD) pada
fase awal sebelum dianestesi adalah 98,35 ± 1,040; fase induksi 97,05 ± 0,759;
fase intubasi 98,50 ± 0,889; fase 5 menit setelah insisi 98,55 ± 1,276;
fase 10 menit setelah insisi 98.60 ± 1,142 dan fase 15 menit setelah insisi 99,10 ±
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
0,788. Ini berarti rerata nilai saturasi oksigen pada fase setelah diinduksi lebih
rendah daripada fase sebelum diinduksi. Sementara pada fase setelah diintubasi,
nilai rerata saturasi oksigen menjadi lebih tinggi dibandingkan fase sebelum
diinduksi.
Gambar 4.1 Grafik Kestbilan Rata-Rata Saturasi Oksigen Pada Kelompok
Halotan dan Isofluran
Untuk menilai kenormalan distribusi dari data yang telah diperoleh, maka
digunakan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji
tersebut, didapatkan hasil p = 0,059 pada fase awal; p = 0,013 pada fase induksi; p
= 0,012 pada fase intubasi; p = 0,099 pada fase 5 menit setelah insisi; p = 0,059
pada fase 10 menit setelah insisi; dan p = 0,040 pada fase 15 menit setelah insisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data tersebut tidak
normal sehingga perlu dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney.
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney (Tabel 4.2), didapatkan nilai p untuk
fase awal adalah 0,723; fase induksi adalah 0,213; fase intubasi adalah 0,151; fase
5 menit setelah insisi adalah 0,538; fase 10 menit setelah insisi adalah 0,325 dan
fase 15 menit setelah insisi adalah 0,425. Dengan nilai p > 0,05 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan saturasi oksigen yang tidak signifikan anatara
kelompok halotan dan kelompok isofluran.
Dalam prnrlitian ini dianalisis pula kemungkinan adanya korelasi antara
berat badan dengan keadaan saturasi oksigen serta korelasi antara saturasi oksigen
awal sebelum anestesi berlangsung dengan saturasi oksigen pada setiap fase.
Analisis terseut dilakukan dengan menggunakan uji korelasi bivariat Pearson.
Hasil dari masing-masing analisis dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Tabel 4.3 Hasil Uji Korelasi Berat Badan dengan Variabel Lain
Berat Badan
Variabel
R
P
Saturasi Awal
-0,037
0,821
Saturasi Induksi
0,041
0,801
Saturasi Intubasi
-0,200
0,215
Saturasi Insisi menit ke- 5
-0,043
0,794
Saturasi Insisi menit ke- 10
0,166
0,305
Saturasi Insisi menit ke- 15
-0,273
0,088
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang kuat antara berat
badan dengan saturasi oksigen di semua fase anestesi. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan nilai r yang kecil. Namun nilai p pada semua fase anestesi yang lebih
besar daripada 0,05 dapat menandakan bahwa hasil penghitungan r pada
penelitian ini tidak signifikan secara statistik, artinya hasil tersebut dapat terjadi
karena faktor kebetulan (probabilitas karena by chance cukup besar).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Pearson Saturasi Oksigen Awal dengan Variabel Lain
Saturasi Oksigen Awal
Variabel
R
p
Saturasi Induksi
0,417
0,007
Saturasi Intubasi
0,492
0,001
Saturasi Insisi menit ke- 5
-0,042
0,797
Saturasi Insisi menit ke- 10
-0,010
0,950
Saturasi Insisi menit ke- 15
-0,063
0,698
Tabel 4.4 menunjukkan adanya korelasi yang tidak kuat antara saturasi
oksigen awal dengan saturasi oksigen pada fase induksi. Dimana korelasi tersebut
signifikan secara statistik. Analisis menunjukkan tidak ada korelasi antar saturasi
oksigen awal dan saturasi pada fase menit ke-5, ke-10 dan ke-15.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kedua kelompok, halotan dan
isofluran, terjadi penurunan saturasi oksigen pada fase induksi. Hasil analisis
menggunakan
uji
Mann
Whitney
menunjukkan
bahwa
hipotesis
nol
diterima/hipotesis altenatif ditloak dimana tidak terdapat perbedaan saturasi oksigen
yang signifikan secara statistik antara kelompok halotan dan isofluran. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Phillips, et al (1988) yang menyimpulkan
bahwa halotan dan isofluran dapat menimbulkan penurunan saturasi oksigen pada
anak-anak selama fase induksi.
Dari penelitian juga didapatkan hasil berat badan tidak ada kaitannya dengan
saturasi oksigen. Hal ini berarti berat badan bukan menjadi variabel pengganggu yang
mempengaruhi perbedaan saturasi oksigen antara kelompok halotan dan isofluran.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kopelman (2000) bahwa semakin berat
massa tubuh maka konsumsi oksigen tubuh pun ikut meningkat. Namun ini akan
dikompensasi oleh cardiac output yang juga meningkat sehingga tidak akan
mempengaruhi saturasi oksigen.
Demikian pula dengan saturasi oksigen awal sebelum anestesi. Sesuai dengan
hasil yang tampak pada tabel 4.4. menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang
33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
kuat (korelasi lemah) antara saturasi oksigen awal dengan saturasi oksgen setelah
induksi.
Disamping kemempuannya dalam mendepresi pusat pengaturan hipoksia,
halotan secara langsung menghambat kontraktilitas otot jantung dan otot pembuluh
darah serta menurunkan aktivtas saraf simpatis, sehingga terjadi penurunan curah
jantung yang akan mempengaruhi transport O2 dan juga menyebabkan penurunan
saturasi O2.
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan, yaitu: (1) kurang tepatnya
peneliti dalam mencatat nilai saturasi oksigen pada setiap fase anestesi, (2) sebagian
besar teknik anestesi yang digunakan pada sampel adalah anestesi umum inhalasi
dengan menggunakan nafas kontrol, (3) alat ukur untuk mengukur, yaitu bed side
monitor yang digunakan tidaklah sama di setiap kamar operasi, (4) perbedaan dosis
anestesi inhalasi yang diberikan pada pasien berbeda tergantung dari kondisi masingmasing pasien sehingga mempengaruhi efek hipoksia yang ditimbulkan, (5)
rancangan penelitian yang dilakukan secara cross-sectional sehingga penelitian hanya
dilakukan pada satu waktu, serta (6) tidak semua variabel dianalisis dalam penelitian
ini, sehingga tidak diketahui pengaruhnya terhadap saturasi oksigen.
Untuk meminimalisasi pengaruh dari luar, peneliti sudah mengantisipasi melalui
kriteria inklusi: (1) usia 15-54 tahun, (2) ASA I atau II, (3) suhu tubuh normal serta
kriteria eksklusi: (1) memiliki riwayat penyakit pernapasan, (2) memiliki riwayat
merokok dan (3) mempunyai riwayat penyakit jantung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka
dalam penelitian ini kriteria restriksi yang digunakan untuk memilih sampel, baik dari
segi pemilihan pasien maupun penggunaan obat masih sangat luas. Masih banyak
variabel-variabel luar yang belum dikendalikan karena faktor keterbatasan waktu dan
kemampuan. Hanya beberapa variabel yang dapat dikendalikan yang dipilih
sedemikian rupa sehingga hasil penelitian dapat mempresentasikan keadaan yang
sesungguhnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai perbandingan efek
halotan dan isofluran terhadap saturasi oksigen ini adalah:
1. Tidak ada perbedaan keadaan saturasi oksigen yang signifikan antara
kelompok anestesi halotan dan isofluran.
2. Agen anestesi halotan dan isofluran sama-sama dapat menurunkan saturasi
oksigen pada fase induksi.
B. Saran
1. Anestesi kepada pasien dengan isofluran lebih dianjurkan daripada dengan
halotan karena efek samping dan kontraindikasi penggunaan isofluran yang
lebih sedikit daripada halotan.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh obat anestesi inhalasi
halotan dan isofluran terhadap saturasi oksigen dengan metode yang lain serta
efeknya terhadap keadaan hemodiamik lainnya, seperti: perubahan nadi dan
tekanan arteri rerata.
commit to36user
Download