STUDI PERBANDINGAN RESPON SPEKTRA PADA PERMUKAAN

advertisement
STUDI PERBANDINGAN RESPON SPEKTRA
PADA PERMUKAAN TANAH
MENGGUNAKAN EDUSHAKE DAN PLAXIS
DENGAN SNI 2012 UNTUK DAERAH
JAKARTA SELATAN
Liyansen
Universitas Bina Nusantara, [email protected]
Ir. Gouw Tjie Liong, M.Eng.
ABSTRAK
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah mengetahui perilaku tanah dengan pendekatan Mohr-Coulomb,
Linear Elastic, dan HS Small dengan respon spektra yang dihasilkan selain itu juga untuk
membandingkan hasil respon spektra yang dikeluarkan oleh program EduShake dan Plaxis dengan faktor
amplifikasi yang berbeda-beda akibat dari gempa berbagai daerah. Metode penelitian yang dilakukan
mengacu pada ketentuan SNI 1726-2012 dengan hasil analisa rekomendasi respon spektra untuk kelima
wilayah di Jakarta Selatan (Antasari, MT. Haryono, Iskandarsyah, Pondok Indah, Senopati), kesimpulan
yang di dapat adalah seluruh wilayah yang ditinjau termasuk klasifikasi kelas situs tanah sedang, hasil
respon spektra dari program EduShake lebih mendekati SNI 2012 dikarenakan dasar perhitungan SNI
2012 juga menggunakan program SHAKE, pendekatan menggunakan Linear Elastic tidak cocok
digunakan karena kondisi tanah dianggap linier tanpa keruntuhan, pendekatan menggunakan MohrCoulomb kurang cocok digunakan karena menganggap kekakuan tanah liner hingga terjadi keruntuhan,
dan pendekatan HS Small lebih mendekati kenyataan dibanding model lainnya karena memperhitungkan
regangan besar dan kecil sesuai dengan kondisi sesungguhnya yang terjadi pada lapisan tanah saat
terjadi gempa. (L)
Kata Kunci : Respon spektra, EduShake, Plaxis, SNI 2012.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di dalam wilayah ring of fire yang adalah daerah yang
sangat rawan sekali terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra
Pasifik (Wikipedia), Indonesia juga memiliki gunung berapi terbanyak di dunia. Gempa bumi yang terjadi
dapat mengakibatkan kerugian berupa material maupun korban jiwa, dalam meminimalisir hal tersebut
dalam dunia teknik sipil, negara Indonesia sangat memerlukan desain-desain bangunan yang tahan
terhadap gempa. Pusat gempa atau hypocentrum merambatkan getaran yang terjadi atau gempa melalui
batuan dasar (SB, klasifikasi site berdasarkan SNI gempa) dimana setiap lapisan tanah terdapat batuan
dasar, di Jakarta memiliki kedalaman batuan dasar hingga 340 meter (Widya Yunita) dengan kisaran
kecepatan gelombang geser maksimum pada kedalaman tersebut adalah 750 m/s sesuai dengan ketentuan
SNI 1726-2012. Getaran yang terjadi merambat hingga ke permukaan tanah sehingga menyebabkan
guncangan yang dirasakan oleh setiap material maupun makhluk hidup diatasnya, getaran dari batuan
dasar akan mengalami amplifikasi atau perluasan dan perbesaran amplitudo getaran akibat gempa,
biasanya besar amplifikasi tergantung dari jenis tanah pada daerah yang terjadi gempa.
Getaran hingga pada permukaan tanah dijelaskan melalui analisa respon spektra untuk keperluan desain
struktur tahan gempa tersebut, untuk menganalisa respon spektra menggunakan program EduShake
dengan meng-input data tanah dan data kecepatan gelombang geser serta input motion sebagai data gempa
dalam acuan perencanaan. Dikarenakan data gempa yang di miliki Indonesia masih minim sekali,
berdasarkan SNI 1726-2002 diperlukan minimal 4 buah data gempa dalam perencanaan respon spektra
yang akan digunakan dalam mendesain struktur tahan gempa, dalam penulisan ini data gempa yang
digunakan berupa time history ada 5 yaitu gempa El Centro, gempa Yerba, gempa Topanga gempa
Gilroy2, dan gempa Treas (Treasure Island, California).
Gambar 1. Indonesia dalam ring of fire (pubs.usgs.gov)
Analisa respon spektra menggunakan standar SNI 1726-2012 yang mengacu pada ASCE 7-05 yang
ditentukan berdasarkan periode gempa berulang 2475 tahun dengan probabilitas terlampaui 2% dalam 50
tahun. Langkah awal yang dilakukan adalah pengumpulan data tanah dan data shear wave tanah pada
suatu daerah, kemudian memodelkan keadaan lapangan dengan bantuan program EduShake menggunakan
data gempa pada suatu daerah yang dalam penulisan ini menggunakan data gempa berupa time history
pada Gempa El Centro, gempa Yerba, gempa Topanga, gempa Gilroy2 dan gempa Treas, lalu dilakukan
analisa terhadap respon spektra yang dihasilkan, memodelkan hasil respon spektra yang didapat kedalam
bentuk respon spektra sesungguhnya kemudian membandingkan hasil yang didapat dari program
EduShake dan Plaxis serta mengambil kesimpulan dan saran yang didapat. Adapun tujuan dari analisa
respon spektra pada permukaan tanah dengan menggunakan EduShake dan Plaxis ini adalah :
a) Mengetahui perilaku tanah dengan pendekatan Mohr Coulomb, Linear Elastic, dan HS Small dengan
respon spektra yang dihasilkan.
b)
Membandingkan hasil respon spektra yang didapat pada program EduShake dan Plaxis dengan
yang terdapat pada SNI 1726-2012 dengan faktor amplifikasi yang berbeda-beda akibat gempa dari
beberapa daerah.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data boring log tanah dan data SDT (Seismic Downhole
Test) pada wilayah Jakarta Selatan (Antasari, MT. Haryono, Iskandarsyah, Pondok Indah, dan Senopati),
data didapat dari perusahaan investigasi tanah di Indonesia. Dari data boring log, yang digunakan adalah
nilai SPT, jenis lapisan dan kedalaman tanah yang ditinjau sedangkan dari data SDT yang digunakan
adalah nilai Vs atau kecepatan gelombang geser. Dari kedua data ini, klasifikasi kelas situs dapat
ditentukan termasuk kedalam kategori tanah lunak atau tanah sedang atau tanah keras, selanjutnya
menentukan kedalaman batuan dasar menggunakan hasil penelitian dari Prof. Masyhur Irsyam dkk,
dengan studi “Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang
Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta dengan Menggunakan Mikrotremor Array” dan menentukan
kecepatan gelombang geser pada batuan dasar, mengacu pada ketentuan SNI 2012 pasal 5.3.4 apabila data
kecepatan gelombang geser tidak memadai dapat dilakukan estimasi oleh seorang ahli geoteknik dan pada
penelitian ini kecepatan gelombang geser yang digunakan adalah 760 m/ detik. Berikutnya adalah data
ground motion yang digunakan dari kelima wilayah gempa yaitu gempa Yerba, gempa El Centro, gempa
Treasure Island, gempa Gilroy, dan gempa Topanga.
Gambar 2. Time History gempa Yerba
Gambar 3. Time History gempa El Centro
Gambar 4. Time History gempa Treasure Island
Gambar 5. Time History gempa Gilroy
Gambar 6. Time History gempa Topanga
Mulai
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Studi Pustaka
EduShake
Pemodelan
Plaxis
Input
Input
Perhitungan
Perhitungan
Output
Membuat Respon Spektra
Sesungguhnya Dengan
Hasil Spektra Program
Output
Prism
SNI Gempa
1726-2012
Membandingkan
Hasil
Output
Kesimpulan
Gambar 7. Bagan Alir Penelitian
HASIL DAN BAHASAN
Gambar 8. Perbandingan respon spektra EduShake, Plaxis dan SNI 2012 untuk wilayah Antasari
Gambar 9. Perbandingan respon spektra EduShake, Plaxis dan SNI 2012 untuk wilayah
MT. Haryono
Gambar 10. Perbandingan respon spektra EduShake, Plaxis dan SNI 2012 untuk wilayah
Iskandarsyah
Gambar 11. Perbandingan respon spektra EduShake, Plaxis dan SNI 2012 untuk wilayah
Pondok Indah
Gambar 12. Perbandingan respon spektra EduShake, Plaxis dan SNI 2012 untuk wilayah
Senopati
Berdasarkan hasil analisa dari kelima daerah Jakarta Selatan yang ditinjau, hasil respon spektra program
Plaxis dengan metode pendekatan linear elastic, Mohr-Coulomb, dan HS Small lebih besar dari hasil
respon spektra program EduShake dan desain spektra SNI 1726-2012 yang merupakan klasifikasi tanah
sedang. Hasil dari program EduShake lebih mendekati desain spektra SNI 2012, model Linear Elastic
menghasilkan respon spektra yang terlalu jauh dari desain SNI 2012 dan tidak realistik dikarenakan pada
model Linear Elastic tanah dianggap elastis dan tidak mengalami keruntuhan pada saat terjadi beban
gempa hingga waktu gempa yang tercatat berhenti, hal ini yang menyebabkan respon spektra model
Linear Elastik terlalu tinggi. Model Mohr-Coulomb menghasilkan respon spektra lebih besar dari
ketentuan SNI namun masih lebih rendah dari hasil respon spektra Linear Elastic karena model MohrCoulomb memperhitungkan perilaku elastis dan plastis, tanah diasumsikan linier hingga keruntuhan
terjadi. Model HS Small menghasilkan respon spektra lebih besar dari SNI 2012 dan lebih rendah
dibanding model Mohr-Coulomb hal ini terjadi karena pada HS Small memperhitungkan perubahan
kekakuan tanah terhadap regangan yang terjadi, sehingga HS Small lebih mendekati perilaku tanah pada
keadaan sesungguhnya dapat mengalami regangan besar dan kecil dan lebih mendekati SNI 2012
dibanding model yang lainnya.
Gambar 13. Perbandingan percepatan puncak untuk setiap wilayah dengan program yang digunakan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berdasarkan hasil respon spektra yang di dapat adalah :
1. Berdasarkan klasifikasi kelas situs, Jakarta Selatan masuk kedalam kategori tanah sedang untuk kelima
wilayah yang ditinjau, yaitu : Antasari, MT. Haryono, Iskandarsyah, Pondok Indah dan Senopati.
2. Program EduShake lebih mendekati desain spektra SNI 2012, dengan nilai puncak percepatan respon
spektra yang dihasilkan program tersebut untuk daerah Jakarta Selatan yang berkisar antara 0,49g –
0,74g dimana percepatan puncak respon spektra SNI Jakarta Selatan sebesar 0,57g.
3. Pendekatan tanah dengan model Linear Elastic untuk analisa dinamik tidak cocok digunakan karena
model tersebut tidak menggambarkan keadaan tanah pada kondisi sesungguhnya yang tidak linier.
4. Pendekatan tanah dengan model Mohr-Coulomb untuk analisa dinamik kurang cocok digunakan,
karena melinierkan nilai kekakuan tanah sedangkan kekakuan tanah pada kondisi sesungguhnya selalu
berubah-ubah sesuai tegangan-regangan yang terjadi, untuk kasus ini yang terjadi adalah regangan
kecil dan Mohr-Coulomb tidak memperhitungkan regangan kecil.
5. Pendekatan tanah dengan model HS Small lebih mendekati kondisi yang terjadi sesungguhnya pada
tanah.
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Mengkaji ulang ground motion yang digunakan. menggunakan ground motion yang benar-benar sudah
sesuai dengan kondisi geologi di Indonesia.
2. Mengkaji ulang kecepatan gelombang geser yang digunakan, dapat digunakan interpolasi linier hingga
kedalaman batuan dasar atau tidak dan besar kecepatan gelombang geser yang digunakan pada batuan
dasar.
3. Mengkaji ulang penggunaan parameter-parameter yang tidak didapat dari data lapangan.
4. Mempelajari lebih dalam program yang akan digunakan dalam penelitian.
REFERENSI
Asrurifak, M. et al. 2013. Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk
Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta dengan Menggunakan Mikrotremor Array.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT, 3-7.
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung, 17-23.
Brinkgreve, R.B.J et al. 2007. Hysteretic Damping in a Small-Strain Stiffnes Model.
EduPro Civil Systems, Inc. ProShake Ground Response Analysis Program, version 1.1.
Faizah, Restu dan Widodo. 2013. Analisa Gaya Gempa Rencana pada Struktur Bertingkat Banyak dengan
Metode Dinamik Respon Spektra. Universitas Sebelas Maret, Solo.
Freeman, Sigmund A. 2007. Response Spectra as a Useful Design and Analysis Tool for Practicing
Structural Engineers. ISET Journal of Earthquake Technology, paper no 475, vol 44.
Gouw, Tjie Liong. 2012. Dasar Teori Metoda Element Hingga Dalam Geoteknik. Jakarta
Hutapea, Bigman Marihat dan Mangape, Imanuel. Analisis Hazard Gempa dan Usulan Ground Motion
pada Batuan Dasar untuk Kota Jakarta.
Pitilakis, Kyriazis et al. 2004. Design Response Spectra and Soil Classification for Seismic Code
Provisions, paper no. 2904
Plaxis. Dynamics Manual, version 7.
Schanz, T. et al. 2000. The Hardening Soil Model : Formulation and Verivication.
Seong-Hoon Jeong, et al. Prism for Earthquake Engineering, version 1.0.2.
Widya, Bonifasius P. dan Leon, Dimitri. 2011. Stabilitas Tebing Pada Proyek Jalan Tol SemarangUngaran Sta 6+00 Sampai Sta 6+250. Skripsi S1. Universitas Diponegoro, Semarang
Wijaya, Renata A. dan Febriani, Bianca. 20xx. Analisa Respon Spektra Gempa di Permukaan
Berdasarkan Pendekatan Site Specific Analysis. Universitas Diponegoro.
RIWAYAT PENULIS
Liyansen lahir di Jakarta pada 21 September 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas
Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada 2014.
Download