BAB 2 LANDASAN TEORI OptimalitasTenaga Kerja Definisi

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.2.
OptimalitasTenaga Kerja
Definisi optimalitas adalah tindakan untuk mendapatkan hasil yang efektif dan
efisien. Menurut Sinulingga (2014), efisiensi adalah sebuah ukuran yang menjelaskan
seberapa baik sumber daya secara aktual digunakan relatif terhadap situasi
penggunaan ideal, atau dengan kata lain, menurut Gobel (2013) efisiensi adalah
pengalokasian sumber daya yang dimiliki suatu organisasi secara optimal untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan efektivitas adalah
suatu ukuran yang menjelaskan seberapa baik hasil yang dicapai relatif terhadap
sasaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan definisi yang diuraikan tersebut, maka optimalitas tenaga kerja
dapat didefinisikan sebagai pengalokasian tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
reparasi kapal di UGK agar mencapai efektivitas maupun efisiensi yang mampu
meningkatkan aktivitas produktif pekerja.
2.1.8. Pengalokasian Tenaga Kerja
Menurut wikipedia alokasi adalah penentuan penggunaan sumber daya
(tenaga kerja, mesin, dan perlengkapan) demi pencapaian hasil yang optimal.
Berdasarkan definisi tersebut maka pengalokasian tenaga kerja adalah penentuan
penggunaan tenaga kerja demi mencapai hasil yang efektif dan efisien.
Faktor yang mempengaruhi alokasi tenaga kerja menurut Mello (2013) adalah:
27
Universitas Sumatera Utara
1.
Kondisi ekonomi dan sosial
Dalam aspek ini perusahaan menyiapkan dan mengembangkan strateginya.
2.
Dimensi teknologi
Dimensi teknologi terdiri dari prosedur proses dan produk (kualitas dan
keragaman kriteria).
3.
Dimensi sosial dan demografi
Dimensi sosial dan demografi merupakan karakteristik operator, seperti
formasi, kompetensi individu, pengalaman, lama bekerja di perusahaan.
4.
Investasi
Investasi merupakan penanaman modal untuk installasi yang sudah ada
maupun meramalkan untuk intallasi yang baru.
5.
Hukum dan peraturan.
Hukun dan peraturan berhubungan dengan pekerjaan dan organisasi
6.
Produksi dan organisasi kerja
Produksi dan organisasi kerja meliputi organisasi kerja (kriteria untuk
pembagian dan pengkoordinasian aktivitas).
28
Universitas Sumatera Utara
Adapun variabel yang mempengaruhi pengalokasian tenaga kerja menurut
Gilmez (2011) adalah ketersediaan operator, jenis operasi dan rata-rata produksi,
sedangkan menurut Ozcan (2011) adalah waktu satandar dan beban kerja. Dan
menurut Chandra (2013) adalah jenis output, upah pekerja, total idle time yang
diperbolehkan dan jenis aktivitas. dalam penelitian ini adapun variabel yang
dipertimbangkan untuk pengalokasian tenaga kerja adalah volume reparasi kapal,
beban kerja, waktu standar dan ukuran kapal.
2.1.9. Human Factor Engineering
Human factor secara umum didefinisikan studi tentang manusia dan
interaksinya dengan produk, lingkungan, peralatan dan pembentukan tugas dan
aktivitas. Menurut Salvendy (2012) bidang human factor terbagi atas:
1.
Human factor in system design
2.
Human factor in manufacturing
3.
Human factor in process control
4.
Human factor in transportation
Fokus penelitian ini adalah faktor manusia dalam sistem desain (human factor in
design system)
Satu masalah yang dihadapi oleh ahli human factors dalam sistem desain
para manajer proyek, manajer, dan desainer meyakinkan bernilainya menggabungkan
pengetahuan faktor manusia dan keahlian ke dalam proses desain sistem. Dalam
beberapa instansi, masalah faktor manusia diabaikan atau kegiatan faktor manusia
dibatasi untuk tahap evaluasi . Ini dibatasi sebagai fenomena "too little , too late".
29
Universitas Sumatera Utara
Pembatasan faktor manusia menjadi masukan ke tahap evaluasi membatasi utilitas
dan kontribusi efektivitas faktor manusia. Salah satu kontribusi diabaikan karena akan
terlalu mahal atau memakan waktu untuk mengubah sistem desain (too late) atau
perubahan minor yang dibuat untuk desain untuk membayar layanan informasi untuk
masalah manusia (too little). Dalam kasus lain ada realisasi terbatas untuk kontribusi
faktor manusia. Agar faktor manusia menjadi efektif, ahli human factor harus terlibat
selama proses desain.
Desain sistem dapat dikonseptualisasikan sebagai proses pemecahan masalah yang
melibatkan perumusan masalah, pembangkitan solusi untuk masalah, analisis
altenatif, dan pemilihan alternatif yang paling efektif. Ada beberapa cara untuk
mengklasifikasikan tahap dalam sistem desain. Proses desain dibedakan dalam empat
fase:
1.
System planning. Kebutuhan sistem identifikasi dan tujuan sistem didefinisikan.
2.
Preliminary design. Konsep sistem alternatif diidentifikasi, dan prototipe
dikembangkan dan diuji.
3.
Detail design. Full-scale engineering dikembangkan.
4.
Production and testing. Sistem dibangun dan melalui pengujian dan evaluasi.
Untuk memaksimalkan efektivitas sistem, ahli human factors perlu
dilibatkan dalam semua tahap proses. Tambahan untuk ahli human factors, seorang
operator representatif juga harus disertakan.
Aturan dasar tentang faktor manusia dalam sistem desain adalah penerapan
prinsip-prinsip perilaku, data, dan metode untuk proses desain. Dalam faktor manusia
30
Universitas Sumatera Utara
aturan ini melibatkan sejumlah kegiatan. Kegiatan ini meliputi spesifikasi input
pekerjaan, peralatan dan desain interface, kriteria kinerja manusia, pemilihan operator
dan pelatihan, dan input mengenai pengujian dan evaluasi.
Human factor engineering adalah aplikasi ilmu pengetahuan yang
memanfaatkan penelitian tentang kemampuan, keterbatasan dan perilaku manusia
dan menggunakan pengetahuan dasar untuk mendesain peralatan, produk dan sistem.
Mengaplikasikan prinsip human factor agar desain aman, nyaman, dan efektif untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.
Desain kerja merupakan ilmu pengetahuan baru yang berhubungan dengan
desain pekerjaan, stasiun kerja dan lingkungan kerja agar sesuai dengan operator
lebih baik. Di Amerika ilmu pengetahuan tersebut lebih dikanal dengan human factor
engineering sementara di Eropa lebih dikenal dengan istilah ergonomi (Freivalds,
2009).
2.1.10. Beban Kerja
Wibawa (2012) mengatakan kesesuaian beban kerja yang diatur oleh
perusahaan terhadap kondisi pekerja perlu diperhatikan. Beban kerja yang berlebih
dapat menimbulkan suasana kerja yang kurang nyaman bagi pekerja karena dapat
mengakibatkan keterlambatan dalam penyelesaian dalam pekerjaan. Sebaliknya
kekurangan beban kerja dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur beban kerja pekerja adalah
sebagai berikut:
31
Universitas Sumatera Utara
Menurut Anggara (2011) beban kerja yang baik, sebaiknya mendekati 100%
atau dalam kondisi normal. Beban kerja 100% tersebut berarti bahwa selama jam
kerja, pekerja mampu bekerja secara terus menerus dalam kondisi yang normal.
Sebagai contoh misalnya hasil perhitungan beban kerja pekerja adalah 110%, arti
pernyataan tersebut adalah selam bekerja dalam waktu tertentu pekerja menerima
beban sebesar 110%.
2.1.11. Study Kerja (Work Study)
Studi kerja (work study) adalah pemeriksaan sistematis dari metode
pelaksanaan aktivitas sehingga dapat memperbaiki efektivitas penggunaan sumber
daya dan menyiapkan standar performansi untuk aktivitas yang dilaksanakan. Work
study kemudian bertujuan memeriksa cara suatu aktivitas dilaksanakan, simplifikasi
atau modifikasi dari metode operasi untuk mengurangi pekerjaan yang tidak perlu
atau pekerjaan yang berlebihan, atau pemborosan penggunaan sumber daya, dan
menyiapkan waktu standar untuk aktivitas yang ada. Hubungan antara produktivitas
dan work study sangat jelas.
Jika work study dapat mengurangi waktu aktivitas
sampai 20%, hanya dengan menata ulang urutan atau penyederhanaan metode operasi
dan tanpa pengeluaran tambahan, kemudian produktivitas akan meningkat dengan
nilai yang sesuai. Untuk mengapresiasi bagaimana work study bertindak mengurangi
biaya dan mengurangi waktu beberapa aktivitas, tindakan penting untuk menguji
secara lebih dekat apa detail waktunya. Work study sukses karena sistematis antara
32
Universitas Sumatera Utara
penyelidikan masalah dipertimbangkan dan dalam pengembangan solusinya
(Kunawaty, 1992).
Alasan work study manjadi alat yang bernilai bagi management:
1.
Work study berarti mencapai produktivitas perusahaan atau unit operasi melalui
reorganosasi kerja, suatu metode yang secara normal melibatkan sedikit modal
tambahan atau tidak ada modal tambahan pada fasilitas dan peralatan.
2.
Work study adalah sistematis. Ini memastikan bahwa tidak ada faktor yang
mempengaruhi efisiensi suatu operasi diabaikan, walaupun dalam analisis
praktek dasar atau dalam pengembangan yang baru, dan bahwa semua fakta
tentang operasi tersedia.
3.
Work study adalah cara yang paling akurat saai ini menyusun pengaturan standar
performansi, dimana efektivitas perencanaan dan pengendalian produksi
diandalkan.
4.
Work study dapat berkontribusi untuk memperbaiki keamanan dan kondisi
pekerjaan di area kerja dengan mengekspose operasi-operasi yang berbahaya dan
mengembangkan metode yang lebih aman suatu operasi.
5.
Penghematan yang dihasilkan dari penerapan work study yang benar dimulai
sejak pertama kali dan kontinu sepanjang kebersinambungan operasi diperbaiki.
6.
Work study adalah tool yang dapat dipakai dimana-mana. Work study dapat
digunakan dengan baik meskipun pekerjaan selesai atau pabrik beroperasi, tidak
hanya dalam perusahaan manufaktur tetapi juga bisa digunakan di kantor, toko,
33
Universitas Sumatera Utara
laboratorium dan industri-industri pelayanan seperti distribusi pengecer, restoran
dan dikebun.
7.
Work study relatif murah dan mudah dipakai.
8.
Work study adalah satu-satunya tool yang paling tajam untuk penyelidikan
keberadaan manajemen.
2.1.11.1.
Teknik-teknik Work Study dan Keterkaitannya
Istilah work study mencakup beberapa teknik, khususnya method study dan
work measurement. Method study adalah catatan sistematis dan pemeriksaan kritis
terhadap cara pengerjaan sesuatu agar terjadi perbaikan. Work measurement adalah
aplikasi teknik-teknik desain untuk untuk menetapkan waktu pekerja yang qualified
untuk menjalankan pekerjaan pada rata-rata pekerjaan yang didefinisikan. Kedua
mothod study dan work measurement terdiri dari sejumlah teknik yang berbeda.
Walaupun methods study sangat menekankan penggunaan work measurement ketika
waktu standar untuk output diatur, methods study biasanya perlu menggunakan salah
satu teknik dari work measurement, seperti work sampling, dalam menentukan
mengapa waktu tidak efektif terjadi dan apa kelanjutannya, sehingga manajemen
dapat mengambil tindakan untuk menguranginya. Sebaliknya, time study mungkin
digunakan untuk membandingkan keefektifan dari alternatif metode kerja sebelum
memutuskan metode terbaik diterapkan. Teknik-teknik work study dan keterkaitannya
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Teknik-Teknik Work Study dan Keterkaitannya
Sumber: Kunawaty, 1992
34
Universitas Sumatera Utara
2.1.11.2.
Work Measurement.
Work measurement dalam bahasa indonesia biasa disebut dengan pengukuran
kerja mengacu pada sekumpulan aktivitas, empat teknik yang berhubungan dengan
evaluasi pekerjaan yaitu (Wignojosoebroto, 2008):
1.
Direct time study
2.
Predetermined data system
3.
Standart data system
4.
Work sampling
Alternatif pengukuran kerja tersebut dalam pengukuran statistik menentukan
bagaimana pekerja mengalokasikan waktu mereka diantara beberapa kegiatan.
Karena menekankan waktu, pengukuran kerja (work measurement) disebut dengan
time study. Menurut Groover (2007) time study memiliki makna yang sempit,
sementara work measurement memiliki makna luas.
Teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a.
Pengukuran secara langsung.
Pengukuran dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang
diukur sedang berlangsung. Cara tersebut termasuk dalam pengukuran kerja
dengan menggunakan jam henti (stopwatch time-study) dan sampling kerja
(work sampling).
b.
Pengukuran secara tidak langsung.
Pengukuran dilakukan secara tidak langsung dimana pengamat tidak harus
melakukan perhitungan waktu kerja di tempat pekerjaan yang diukur.
35
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran ini dilakukan hanya melakukan perhitungan waktu kerja dengan
membaca tabel waktu yang tersedia dengan mengetahui jalannya pekerjaan
melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen gerakan. Cara ini dapat
dilakukan dalam aktivitas data waktu baku dan data waktu gerakan
(predetermined time system).
36
Universitas Sumatera Utara
2.1.11.3.
Work Sampling
Work Sampling (sampling pekerjaan) adalah suatu prosedur pengukuran waktu
kerja yang dikembangkan berdasarkan prinsip hukum probabilitas, yang dilakukan
pada waktu tertentu secara acak. Suatu sampel atau contoh yang diambil secara acak
dari suatu grup populasi yang besar akan cenderung memiliki populasi distribusi yang
sama seperti yang dimiliki oleh grup populasi tersebut. Dengan sampling pekerjaan
(work sampling) sedapat mungkin kita dapat mengetahui tingkat pemanfaatan waktu
kerja individu atau regu operator dan mengurangi atau bahkan menghilangkan
kegiatan-kegiatan non-produktif yang ada.
Pengambilan sampel dibenarkan karena adanya keterbatasan waktu, tenaga
dan biaya yang tidak memungkinkan kita untuk melakukan pengamatan terhadap
seluruh anggota populasi. Sampling kerja sangat cocok digunakan dalam melakukan
pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki siklus waktu
yang relatif panjang. Sampling dilakukan secara sesaat-sesaat pada waktu-waktu yang
ditentukan secara acak. Oleh karena itu penggunaan tabel acak sangat diperlukan
dalam metode ini.
Secara garis besar metoda sampling kerja ini akan dapat digunakan untuk hal sebagai
berikut:
1.
Mengukur ratio delay dari sejumlah mesin, karyawan/operator, atau fasilitas
kerja lainnya. Sebagai contoh adalah untuk menentukan persentase dari jam atau
hari dimanamesin atau operator benar-benar terlibat dalam aktivitas kerja, dan
37
Universitas Sumatera Utara
persentase dimana sama sekali tidak ada aktivitas kerja yang dilakukan
(menganggur atau idle )
2.
Menetapkan performance level dari seseorang selama waktu kerjanya
berdasarkan waktu-waktu dimana orang
bekerja atau tidak bekerja terutama
untuk pekerjaan manual.
3.
Menentukan waktu baku untuk suatu proses/operasi kerja seperti halnya yang
biasa dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.
Sebelum melakukan sampling, terlebih dahulu kita harus melakukan langkah
persiapan awal yang terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua fasilitas yang
ingin diamati serta merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip
randomisasi (aplikasi tabel acak). Setelah itu barulah kita melakukan sampling yang
terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, menguji
keseragaman data dan menghitung jumlah kunjungan kerja.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dipertanggung jawabkan secara
statistik, perlu ditempuh langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling
dilakukan, yaitu:
1.
Menetapkan tujuan pengukuran yaitu untuk apa sampling dilakukan, yang akan
menentukan besarnya tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan
dari hasil pengukuran tersebut. Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh
dimaksudkan untuk dipakai sebagai dasar upah perangsang, maka tingkat
ketelitian dan tingkat keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi karena
menyangkut prestasi dan pendapatan buruh disamping keuntungan bagi
perusahaan
itu
sendiri.
Tetapi
jika
38
pengukuran
dimaksudkan
untuk
Universitas Sumatera Utara
memperkirakan secara kasar bilamana pemesan barang dapat kembali untuk
mengambil pesanannya, maka tingkat ketelitian dan tingkat keyakinannya tidak
perlu terlalu besar.
2.
Jika Sampling dilakukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukanlah penelitian
pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya suatu sistem kerja yang baik, jika
belum ada lakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja terlebih dahulu.
3.
Memilih operator–operator yang representatif untuk diukur karena operator yang
akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil
dari pabrik tetapi
operator tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan
tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Syarat-syarat tersebut adalah
berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
4.
Melakukan pelatihan bagi operator yang dipillih agar bisa dan terbiasa dengan
sistem kerja yang dilakukan dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih
dahulu sehingga penukuran yang kita lakukan berjalan dengan baik.
5.
Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan.
6.
Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan atau lembaran pengamatan.
7.
Melakukan pemisahan kegiatan menjadi elemen–elemen pekerjaan yang akan
diukur.
8.
Menentukan waktu pengamatan melalui bilangan acak dari tabel bilangan
random atau dari komputer.
Adapun beberapa aplikasi dari metode sampling pekerjaan untuk berbagai
kegiatan dan kebutuhan antara lain sebagai berikut:
1.
Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu baku
39
Universitas Sumatera Utara
2.
Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu tunggu (delay allowance)
3.
Aplikasi sampling kerja untuk aktivitas perawatan (maintainance)
4.
Aplikasi sampling kerja untuk kegiatan perkantoran (office work)
5.
Aplikasi sampling kerja untuk mengamati kegiatan pemimpin perusahaan
2.1.11.3.1.
Sampling Pendahuluan
Pada langkah ini dilakukan sejumlah pengamatan terhadap aktivitas operator
yang diamati untuk selang waktu yang diambil secara acak. Yang dicari dari
pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk itu sebuah sampling pekerjaan juga menuntut
penghitungan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan. Waktu yang akhirnya
diperoleh setelah pengukuran selesai adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk
sistem kerja yang dijalankan ketika pengukuran berlangsung.
2.1.11.3.2.
Perhitungan Jumlah Pengamatan yang Diperlukan
Penetapan jumlah pengamatan yang dibutuhkan dalam aktivitas teknik
sampling
selama
ini
dikenal
lewat
formulasi-formulasi
tertentu
dengan
mempertimbangkan dua faktor utama yaitu:
1.
Tingkat ketelitian (degree of accuracy) dari hasil pengamatan
2.
Tingkat keyakinan (level of convidence) dari hasil pengamatan
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dari waktu penyelesaian sebenarnya. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan
seberapa besar keyakinan si pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat
ketelitian tadi. Contohnya data dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian
40
Universitas Sumatera Utara
5% artinya bahwa penyimpangan yang diperbolehkan dari rata-rata sebenarnya
adalah sebesar 5% dan pengukur yakin bahwa data yang diperoleh itu benar sebesar
95%. Tingkat ketelitian dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
S = tingkat ketelitian yang dikehendaki (desimal).
p = persentase terjadinya kejadian yang diamati (desimal).
N=jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja.
K = harga indeks besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan.
Catatan:
tingkat kepercayaan 68% harga k = 1
tingkat kepercayaan 95% harga k = 2
tingkat kepercayaan 99% harga k = 3
Apabila setelah dihitung, ternyata harga N’ lebih kecil daripada harga
sebenarnya, maka pengamatan berhenti karena dianggap telah mencukupi. Sebaliknya
jika harga N’ tersebut lebih besar dari harga sebenarnya, maka lakukan langkah
pengamatan dari awal (Wignojosoebroto, 2008).
2.1.4.
Rating Performance dan Allowance
Rating performance dapat didefinisikan sebagai sebuah yang proses selama
penelitian waktu seorang analis membandingkan performansi (kecepatan atau tempo)
operator yang sedang diobservasi dengan konsep performansi normal. Performance
41
Universitas Sumatera Utara
rating diharapkan mampu menormalkan kembali waktu kerja setelah dilakukan
pengukuran. Ketidak normalan waktu kerja diakibatkan oleh operator yang bekerja
tidak wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak semestinya.
Penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen
rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Bila pengukur
berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat) maka harga p akan
lebih besar dari satu (p>1); sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah
normal makla harga p akan lebih kecil dari satu (p<1).
Seandainya pengukur
berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p akan sama dengan
satu (p=1). Pemberian rating dalam penelitian ini berdasarkan westinghouse system’s
rating karena dianggap lebih lengkap. Hal yang diperhatikan dalam pemberian rating
seorang operator menurut westinghouse system adalah skill, effort, working condition
dan consistency (Barnes, 1980). Tabel performance rating dengan system
westinghouse dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3.
Allowance atau kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Ketiga faktor tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah, hal-hal seprti minum
sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap
dengan teman sekerja sekadar untuk menghilangkan ketegangan dalam kerja.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu
berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan
42
Universitas Sumatera Utara
mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda.
Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria
berbeda dengan pekerja wanita, misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pada
kondisi-kondisi kerja normal, pria membutuhkan 2-2.5% dan wanita 5%
(persentase ini adalah dari waktu normal).
2. Kelonggaran untuk menghilangkan fatique.
Rasa lelah tercerminn antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah
maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan
mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun.
Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan
performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari
normal dan ini akan menambah lelah.
Bila hal ini terus berlangsung maka
anggota tubuh yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan kerja sama sekali
walaupun diinginkan.
Adapun hal-hal yang diperlukan pekerja untuk menghilangkan lelah adalah
melakukan peregangan otot, pergi keluar ruangan untuk menghilangkan lelah, dan
lain sebagainya.
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari hambatan. Ada
hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan
menganggur dengan sengaja. Adapula hambatan yang tak dapat dihindarkan
karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Perhitungan
43
Universitas Sumatera Utara
kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan dilakukan dengan
suatu teknik sampling tersendiri karena besarnya hambatan untuk kejadian
semacam ini sangat bervariasi dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain bahkan satu
stasiun kerja ke stasiun kerja lain karena banyaknya penyebab seperti mesin,
kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat, bahan dan sebagainya.
Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja,
dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung.
Karenanya sesuai pengukuran dan mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu
ditambahkan (Sutalaksana, 2006). Tabel allowance dapat dilihat pada Lampiran.
2.1.5.
PenetapanWaktuBaku
Jika pengukuran-pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat
memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkattingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah
mengolah data-data tersebut untuk mendapatkan waktu baku. Perhitungan waktu
baku dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pada prinsipnya data waktu baku berisi dari waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah diteliti (diukur) pada waktu yang lalu.
Dengan demikian jika pekerjaan tersebut diulang, waktu yang pantas untuk
menyelesaikannya sudah diketahui. Dalam pembentukan waktu baku, untuk setiap
elemen-elemen pekerjaan harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
44
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh, waktu untuk mengambil bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti jarak, berat, dan bentuk bahan.
2.1.6. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Standar Berdasarkan
Waktu Standar.
Waktu standar sangat diperlukan terutama sekali untuk man power planning
(perencanaan kebutuhan tenaga kerja). Waktu baku ini merupakan waktu yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Disini sudah meliputi kelonggaran waktu yang
diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus
diselesaikan. Setelah waktu baku/ waktu standar telah diketahui serta data sudah
seragam dan sudah mencukupi maka dilanjutkan dengan penghitungan jam kerja
produktif dan waktu total pengerjaan produk, untuk menetukan jumlah kebutuhan
tenaga kerja standar. jumlah tenaga kerja optimal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
2.1.7. Teknik Reparasi Kapal
Teknik reparasi kapal terdiri dari:
1.
Slipway adalah landasan yang memiliki kelandaian tertentu yang dibangun
dipantai untuk meluncurkan kelaut ataupun menaikkan kapal dari dan ke daratan
dan terbuat dari plat baja. Slipway yang dimilki UGK adalah 2 unit. Slipway
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Slipway
45
Universitas Sumatera Utara
2.
Drydock adalah kolam sempit yang memiliki pintu, atau tempat yang dapat
digenangi air sehingga kapal dapat terapung di dalamnya, kemudian melalui
saluran yang ada, air dibuang keluar sampai kering. Dinding dan landasan
drydock terbuat dari beton bertolang dan pintu terbuat dari baja. Drydock yang
dimilki UGK adalah 1 unit. Drydock dapat dilihat pada Gambar 2.3.
3.
Gambar 2.3. Drydock
Floating repair adalah teknik reparasi yang dikerjakan di atas dermaga.
Floating repair digunakan pada saat tertentu saja. Seperti kapal yang sudah
lebih masa kontrak reparasi tidak dapat dilanjutkan pekerjaan karena spare part
belum tersedia, kemudian kapal yang sudah lama berada di atas drydock harus
di dinaikkan ke floating repair untuk reparasi bagian atas kapal, karena lama
pengerjaan kapal di drydock maksimal 1 bulan.
2.3.
Review Hasil Penelitian
Penelitian atau research yang berkenaan dengan pengaloasian tenaga kerja
dilakukan oleh beberapa ahli. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Cai, dkk (2012)
yang berjudul A Tree-Based Tabu Search Algorithm For The Manpower Allocation
Problem With Timewindows And Job-Teaming Constraint. Adapun metode yang
46
Universitas Sumatera Utara
digunakan adalah TimeWindows and Job-Teaming Constraints. Hasil dari penelitian
ini adalah Solusi optimal dapat diperoleh dari salah satu pohon dengan memecahkan
model aliran biaya minimum untuk setiap jenis pekerja.
Penelitian lain dilakukan oleh Mello (2013) yang berjudul Work Allocation In
Complex Production Process: A Methodology For Decision Support. Adapun metode
yang digunakan adalah Studi Times dan Motion, Scenario. Hasil penelitian ini adalah
pendekatan berbasis Penelitian Tindakan digunakan untuk mengembangkan metode,
berdasarkan generasi skenario alternatif menawarkan berbagai kemungkinan untuk
alokasi kerja.
Rinawati dkk melakukan penelitian menentukan waktu standar dan jumlah
tenaga kerja yang optimal pada produksi batik cap. Masalah yang dihadapi adalah
lamanya waktu penyelesaian 1 lot produksi pada satu departmen. Metode yang
digunakan adalah study waktu dan pengukuran kerja. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah pengalokasian tenaga kerja yang optimal setiap departemen
mampu menurunkan biaya pengeluaran sebesar 12%.
Penelitian lain dilakukan oleh Arsi dan Partiwi (2012) Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Surabaya, penelitian dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
sumber daya manusia yang merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan.
Peneliatian tersebut melakukan analisis beban kerja untuk menentukan jumlah
optimal karyawan dan pemetaankompetensi karyawan berdasar pada job description.
Metode yang digunakan adalah metode perhitungan beban tugas per jabatan sesuai
dengan KEP/75/M.PAN/7/2004 dan NASA-TLX. Hasil penelitian diperoleh bahwa
terdapat beban kerja yang berlebih pada jabatan sekretaris jurusan, kasubag, juru
47
Universitas Sumatera Utara
bayar, juru beli, petugas kepegawaian, dan staff akademik. Selain itu, dalam
penelitian ini juga dilakukan pemetaan kompetensi karyawan berdasarkan job
description dan dalam pengklasifikasian kompetensinya sesuai dengan jenjang
klasifikasi KKNI. Hasil dari pemetaan ini merupakan kompetensi yang dibutuhkan
pada setiap jabatan.
Penelitian lain dilakukan oleh Chandra (2013), menganalisis pengalokasian
tenaga kerja di perusahaan manufaktur. Dalam penelitian ini berfokus pada
peningkatan produktivitas dengan menggunakan metode work study. Peningkatan
produktivitas tidak hanya dilihat dari sudut pandang peningkatan produksi dan
pengurangan finansial perusahaan tetapi juga harus memperhatikan pengalokasian
tenaga kerja yang sesuai dalam perusahaan baik jumlah tenaga kerja maupun skill
yang dimiliki tenaga kerja. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah metode
study waktu dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya dan meningkatkan
efisiensi sumber daya manusia.
Penelitian lain dilakukan oleh Helianty (2014), menganalisis alokasi pegawai
yang dibutuhkan di Institut Teknologi Nasional. Metode yang digunakan adalah work
load analysis. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah belum ada ketentuan
baku standar jumlah tenaga kependidikan. Hasil yang diperoleh adalah di ketiga unit
Biro telah terjadi kelebihan pegawai, jumlah yang ada sekarang melebihi jumlah
pegawai yang diperlukan. Sementara di unit kerja selain Biro jumlah yang tersedia
telah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sehingga dapat memberikan gambaran
kepada manajemen Institut dalam melakukan perencanaan kebutuhan pegawai untuk
48
Universitas Sumatera Utara
periode kedepan. Selain perencanaan jumlah pegawai dari hasil studi ini juga dapat
dijadikan acuan dalam melakukan analisis beban kerja pada setiap unit kerja.
Penelitian lain dilakukan oleh Hidayat dan Partiwi (2013), menentukan jumlah
tenaga kerja yang optimal pada cleaning pabrik personal wash PT. Unilever
Indonesia. Masalah yang ditemukan adalah banyaknya jumlah karyawan yang
menganggur pada saat jam kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah
stopwatch time study dan NASA-TLX. Hasilnya dapat dilakukan efisiensi sejumlah 2
karyawan. Alternatif penggabungan kedua adalah dengan menggabungkan area
engineering dan area drier 6. Hasilnya dapat dilakukan efisiensi sejumlah 1 karyawan.
Alternatif penggabungan ketiga adalah dengan menggabungkan area CMS/Proses dan
area BDM. Hasilnya dapat dilakukan efisiensi sejumlah 1 karyawan. Alternatif
penggabungan keempat adalah dengan menggabungkan area boiler dan substore.
Hasilnya dapat dilakukan efisiensi sejumlah 1 karyawan. Alternatif penggabungan
kelima adalah dengan menggabungkan area boiler dan RMS. Hasilnya dapat
dilakukan efisiensi sejumlah 1 karyawan. Semua alternatif penggabungan dapat
dilakukan bersamaan kecuali alternatif keempat dan kelima.
Wibawa (2012) melakukan penelitian menganalisis beban kerja sebagai
pertimbangan pemberian insentif pekerja. Masalah yang diteliti adalah terjadi
perbedaan persentase produktif yang cukup jauh antara operator welder di PT. Barata
Indonesia. Metode yang digunakan adalah workload analysis. Hasil yang diperoleh
adalah besarnya beban kerja yang diterima oleh pekerja digunakan untuk menentukan
jumlah pekerja serta besarnya insentif yang diberikan kapada para pekerja yang
memiliki beban kerja lebih dari batas maksimum yaitu sebesar 100%. Hasil
perhitungan beban kerja diperoleh bahwa beban kerja yang diterima oleh 6 orang
operator tergolong beban kerja tinggi karena diatas 100%, sedangkan 9 orang lainnya
49
Universitas Sumatera Utara
memiliki beban kerja dibawah 100%. Usulan rekomendasi perbaikan yang diberikan
terkait dengan kondisi beban kerja yang tinggi adalah tidak menambah jumlah
pekerja tetapi memberikan insentif bagi pekerja yang menerima beban kerja diatas
100%.
Ridha (2013) melakukan penelitian menentukan jumlah tenaga kerja di PT. X
yang merupakan perusahaan industri yang memproduksi cat, memiliki bagian
produksi Water Based dan sistem produksi bersifat make to order. Permasalahan yang
terjadi adalah banyaknya tenaga kerja bagian Water Based yang menganggur hal ini
disebabkan oleh penentuan tenaga kerja yang tidak tepat. Metode yang digunakan
untuk pemecahan permasalahan dalam penentuan jumlah tenaga kerja adalah analisis
beban kerja (ABK), Analisis beban kerja dilakukan dengan menghitung waktu yang
dibutuhkan tenaga kerja untuk menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai dengan job
description. Ketersedian jumlah tenaga kerja matching colour sebesar 7 tenaga kerja
dan hasil usulan jumlah tenaga kerja sebesar 4 tenaga kerja, Hasil perhitungan beban
kerja menunjukan adanya kelebihan tenaga kerja yang mengakibatkan tenaga kerja
mengganggur. Hal tersebut dibutktikan dengan tingkat utilitas ketersedian tenaga
kerja 40,13 % dan tingkat utilitas usulan tenaga kerja 80,77%. Hasil usulan jumlah
tenaga kerja tersebut berhasil meningkatkan tingkat utilitas.
50
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Resume Hasil-Hasil Penelitian
Resume hasil-hasil penelitian yang telah pada penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1.
No.
1.
2.
3.
Tabel 2.1. Resume Hasil Penelitian Terdahulu
Judul
Metode
Stochastic Manpower Allocation And Model
Cell Loading In CellularManufacturing matematika
Systems
An Effort To Apply Work And Time
Study Techniques In A Manufacturing
Unit For Enhancing Productivity
Determining
Hospital
Workforce
Requirements
Work study
Workload
Indicators
Staffing
(WISN),
Hasil
Tingkat risiko meningkat, angka yang lebih
rendah dari tenaga kerja yang ditugaskan
untuk sel. Utilisasi harapan sel menurun
sebagai varian dari permintaan dan waktu
proses
meningkat.
Pendekatan
ini
memungkinkan pengambil keputusan untuk
melakukan alokasi tenaga kerja sehubungan
dengan tingkat risiko yang diinginkan.
Metode study waktu dapat meningkatkan
produktivitas, mengurangi biaya dan
meningkatkan efisiensi sumber daya manusia
Metode WISN dapat memunculkan secara
of lengkap untuk bagian mata yang tak terlatih,
Need oleh karena itu, kebutuhan untuk melatih inti
dari orang-orang yang mahir dalam
metodologi WISN dan mampu membuat
perhitungan
yang
diperlukan
untuk
pengalokasian staf lokal.
51
Universitas Sumatera Utara
4.
No.
Nama
Cai, dkk 2012
5.
Mello, 2013
6.
Dohn, 2011
7.
Rinawati (2012)
Tabel 2.1. (Lanjutan)
Judul
A Tree-Based Tabu
Search Algorithm For
The Manpower
Allocation Problem With
Timewindows And JobTeaming Constraints
Work
Allocation
In
Complex
Production
Process: A Methodology
For Decision Support
Optimizing Manpower
Allocation For
Ground Handling Tasks
In Airports Using
Column Generation
Study waktu
Menentukan waktu standar dan
jumlah tenaga kerja yang optimal
pada produksi batik cap
Metode
Hasil
TimeWindows and Job- Solusi optimal dapat
Teaming Constraints
diperoleh dari salah satu
pohon dengan
memecahkan model
aliran biaya minimum
untuk setiap jenis pekerja
Studi Times dan Motion, Pendekatan berbasis
Scenario
Penelitian Tindakan
digunakan untuk
mengembangkan
metode, berdasarkan
generasi skenario
alternatif menawarkan
berbagai kemungkinan
untuk alokasi tenaga
kerja.
Branch-And-Price
Prektek masalah Alokasi
Approach
Tenaga Kerja dengan
time Windows, JobTeaming Constraints dan
sejumlah tim berhasil
dipecahkan
untuk
optimalitas
menggunakan
pendekatan Branch-andPrice
Pengalokasian tenaga kerja yang optimal
setiap departemen mampu menurunkan
biaya pengeluaran sebesar 12%.
52
Universitas Sumatera Utara
No.
8.
9.
Nama
Arsi dan Partiwi (2012)
Helianty (2014)
Tabel 2.1. (Lanjutan)
Judul
Metode
Analisis
Metode perhitungan
Beban
beban tugas per jabatan
Kerja
sesuai dengan
untuk
KEP/75/M.PAN/7/2004
Menentuk dan NASA-TLX
an Jumlah
Optimal
Karyawan
dan
Pemetaan
Kompeten
si
Karyawan
Berdasar
Pada Job
Descriptio
n (Studi
Kasus:
Jurusan
Teknik
Industri,
ITS,
Surabaya)
Analisis
Analisis beban kerja
Kebutuha
n Jumlah
Pegawai
Berdasark
an
Analisis
Hasil
Terdapat beban kerja yang berlebih pada
jabatan sekretaris jurusan, kasubag, juru
bayar, juru beli, petugas kepegawaian, dan
staff akademik. Selain itu, dalam penelitian
ini juga dilakukan pemetaan kompetensi
karyawan berdasarkan job description dan
dalam pengklasifikasian kompetensinya
sesuai dengan jenjang klasifikasi KKNI
Ketiga unit Biro telah terjadi kelebihan
pegawai, jumlah yang ada sekarang
melebihi jumlah pegawai yang
diperlukan. Sementara di unit kerja
selain Biro jumlah yang tersedia telah
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
53
Universitas Sumatera Utara
Beban
Kerja.
10.
Hidayat dan Partiwi (2013)
Perhitun Stopwatch time study dan
NASA-TLX
gan
Jumlah
Tenaga
Kerja
Yang
Optimal
Pada
Cleaning
Pabrik
Personal
Wash PT.
Unilever
Indonesi
a
Penggabungan area berdasarkan
alternatif-alternatif yang ada dapat
mengefisienkan tenaga kerja 1 sampai 2
orang karyawan
54
Universitas Sumatera Utara
No.
11.
Wibawa (2012)
Nama
12.
Ridha (2013)
Tabel 2.1. (Lanjutan)
Judul
Metode
Analisis
Workload analysis
Beban
Kerja
Dengan
Metode
Workload
Analysis
Sebagai
Pertimba
ngan
Pemberia
n Insentif
Pekerja
(Studi
Kasus Di
Bidang
PPIP PT.
Barata
Indonesia
(Persero)
Gresik)
Usulan
Kebutuh
an
Jumlah
Tenaga
Kerja di
Bagian
Water
Based
Analisis beban kerja
(ABK)
Hasil
Besarnya beban kerja yang diterima oleh
pekerja digunakan untuk menentukan
jumlah pekerja serta besarnya insentif yang
diberikan kapada para pekerja yang
memiliki beban kerja lebih dari batas
maksimum yaitu sebesar 100%
Ketersedian jumlah tenaga kerja matching
colour sebesar 7 tenaga kerja dan hasil
usulan jumlah tenaga kerja sebesar 4
tenaga kerja, Hasil perhitungan beban kerja
menunjukan adanya kelebihan tenaga kerja
yang mengakibatkan tenaga kerja
mengganggur.
55
Universitas Sumatera Utara
PT.X
Berdasar
kan
Analisis
Beban
Kerja
56
Universitas Sumatera Utara
Download