BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keberadaan daging unggas khususnya daging ayam broiler sudah banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa dagingnya yang dapat diterima semua kalangan, nilai gizi yang tinggi dan harga yang cukup terjangkau dibandingkan dengan produk daging lainnya. Daging ayam broiler juga mudah didapatkan di pasar-pasar tradisional maupun pasar swalayan. Daging ayam mempunyai ciri-ciri khusus antara lain berwarna keputih-putihan atau merah pucat, mempunyai serat daging yang halus dan panjang. Daging ayam broiler memiliki kandungan gizi yang tinggi, Menurut Soeparno (2011), komposisi kimia daging ayam broiler yaitu kadar air 73,38%, protein 20,81% sampai 22,08%, lemak 2,98%, mineral 0,72%, sedangkan kandungan kolesterol menurut Konjufca et al. (1997) berkisar antara 40 sampai 50 mg/100g. Selain itu ayam broiler mempunyai kelebihan yaitu dalam waktu lima sampai enam minggu sudah dapat dipasarkan (Rasyaf, 2002). Sejak peternakan ayam broiler mulai berkembang, banyak dilakukan cara untuk meningkatkan produktivitas ternak salah satunya dengan penggunaan antibiotik. Sebagai bahan tambahan, antibiotik diberikan secara terus-menerus sehingga dapat meninggalkan residu 1 pada jaringan. Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasad renik, jamur dan aktinomiset (Subronto dan Tjahyati, 2008). Antibiotik memiliki cara kerja bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung) atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri), sehingga kesehatan saluran pencernaan terjaga, penyerapan nutrien baik dan mempengaruhi pertumbuhan ternak. Meskipun pemberian antibiotik tidak langsung ke manusia, tetapi residu penggunaan antibiotik pada ternak dapat mempengaruhi kesehatan konsumen produk ternak (Markovic et al., 2009). Penggunaan antibiotik dapat digantikan oleh probiotik dan prebiotik yang pemberiannya lebih aman tanpa meninggalkan residu. Probiotik, prebiotik, dan sinbiotik mempunyai efek langsung dan tidak langsung yang dapat berfungsi seperti antibiotik. Kombinasi penggunaan probiotik dan prebiotik adalah sinbiotik (Murwani, 2008). Probiotik adalah organisme hidup yang dapat meningkatkan sekresi enzim-enzim saluran pencernaan untuk mendegradasi nutrien pakan menjadi molekul yang lebih sederhana (Kankaanpa et al., 2004). Probiotik menghasilkan berbagai enzim pencernaan seperti protease dan lipase, sehingga meningkatkan absorbsi nutrien (Nahashon et al., 1996). Adanya enzim protease yang disekresikan oleh probiotik dapat meningkatkan metabolisme energi dan kecernaan protein (Wu et al., 2004). Probiotik memiliki enzim lipase yang dapat memecah sebagian lemak pakan menjadi asam lemak, trigliserida dan kolesterol sehingga lebih mudah 2 terserap (Collins, 1999). Probiotik dapat menurunkan kadar kolesterol serum darah (Kusumawati et al., 2003). B. subtilis merupakan bakteri baik yang aman penggunaannya untuk unggas (Jin et al., 1996), tahan keadaan saluran pencernaan yang kurang mendukung perkembangan bakteri baik, selain itu B. subtilis mudah diproduksi dalam jumlah besar (Bray, 2008). Prebiotik merupakan fragmen karbohidrat yang dimasukkan pada ternak melalui pencampuran dalam ransum untuk menjamin keberadaan populasi mikroorganisme baik dalam usus ayam (Gunawan dan Sundari, 2003). Saluran pencernaan ayam sendiri memiliki mikroorganisme baik di dalamnya tetapi jumlahnya terbatas, sehingga perlu ditunjang keberadaannya dengan penambahan prebiotik. Karbohidrat yang umum digunakan sebagai prebiotik adalah oligosakarida (Murwani, 2008). Prebiotik yang digunakan adalah mannan oligosakarida (MOS) karena fungsinya yang dapat menjebak bakteri patogen saluran pencernaan dengan cara oligosakarida mengikat patogen sehingga tidak menempel pada mukosa usus (McCann et al., 2006). Menurunkan sintesis lemak dengan cara menurunkan enzim lipogenesis (Teitelbaum, 2010). Sinbiotik merupakan kombinasi dari probiotik dan prebiotik yang memiliki efek meningkatkan daya hidup bakteri probiotik karena ditunjamg keberadaanya oleh prebiotik. Penggunaan sinbiotik pada manusia lebih efisien dari pada efek masing-masing bahan (Fotiadis et al., 2008, Li et al., 2008). 3 Salah satu faktor yang mempengaruhi komposisi kimia daging adalah penyerapan pakan yang baik, hal ini perlu ditunjang dengan enzimenzim pencernaan yang dapat merombak suatu nutrien pakan menjadi molekul yang lebih kecil yang dapat memudahkan penyerapannya, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan (Winedar et al., 2004). Penyerapan nutrien yang baik berpengaruh pada pertumbuhan yang baik, sehingga dapat mempengaruhi komposisi kimia daging (Ivanovic et al., 2012). Bahan tambahan pakan yang berupa probiotik dapat menurunkan kadar air dan meningkatkan kadar protein kasar dalam daging ayam broiler (Hossain et al., 2012). Menurut Rasyaf (2005) lemak daging yang rendah berkorelasi negatif terhadap protein daging dan menurut Muhajir (2002), lemak daging ayam yang rendah berkorelasi positif terhadap jumlah kolesterol daging ayam. Menurut Tizard et al. (1989) prebiotik seperti mannan dan sejenisnya dapat menghambat penyerapan kolesterol di saluran pencernaan. Penggunaan probiotik, prebiotik dan sinbiotik diharapkan dapat meningkatan kandungan protein daging dan menurunkan kandungan lemak dan kolesterol daging. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian Bacillus subtlilis, Mannan Oligosakarida (MOS) dan kombinasi keduanya terhadap komposisi kimia daging ayam broiler yang meliputi kadar air, lemak daging, protein daging, dan kolesterol daging. 4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dihasilkan daging ayam yang tinggi protein dan rendah lemak dan kolesterol. 5