BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamplung

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyamplung (Calophyllum inophyllum) merupakan tanaman yang dapat
dimanfaatkan seluruh bagian tanamannya, mulai dari akar, batang, daun,
bunga dan bijinya. Di Indonesia, nyamplung (Calophyllum inophyllum) hidup
dan banyak ditemui di kawasan pesisir. Tanaman ini tumbuh baik di daerah
pantai sampai dengan dataran tinggi (800 mdpl) dengan struktur tanah
mengandung pasir dan mengandung humus. Pohon nyamplung tumbuh secara
meluas di Asia Tenggara, Afrika, Australia Utara, India, dan negara lain. Di
Indonesia, pohon nyamplung tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara dan Maluku (Heryati, 2011).
Pemanfaatan biji nyamplung telah dikenal luas sebagai bahan bakar
minyak. Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam pembuatan biodiesel
dari nyamplung dikarenakan menghasilkan rendemen minyak yang tinggi. Biji
nyamplung memiliki kandungan minyak yang tinggi yaitu 55% pada biji segar
(Hadi W.A, 2009) dan 70,5% pada biji kering (Heyne K, 1987). Rendemen
minyak pada biji nyamplung lebih tinggi dibandingkan dengan jarak (40-60%)
dan sawit (46-54%) (Masyhud, 2008). Semakin banyak industri pengolahan
biodiesel nyamplung, maka akan semakin banyak pula menyisakan produk
samping yakni bungkil nyamplung (press cake) yang belum banyak
1
2
dimanfaatkan. Bungkil biji nyamplung memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi sekitar 11,4% (Bustomi et.al, 2008) yang dapat dimanfaatkan
sebagai isolat protein maupun konsentrat protein mengingat banyaknya
manfaat dan senyawa aktif yang terdapat didalamnya.
Tidak hanya di bidang biodiesel. Di bidang kesehatan, biji nyamplung
dikenal memiliki senyawa aktif yang mempunyai efek sebagai anti HIV
(Pawar et al., 2007), aktivitas penghambat EVV (epstein bar virus), anti tumor
dan anti kanker (Itogawa et al., 2001), anti mikrobia (Yimdjo et al., 2004), anti
malaria (Hay et al., 2004) dan anti peradangan (Gopalarhisnan et al., 1980),
sehingga dapat diteliti manfaat dari bungkil nyamplung mengingat terdapatnya
senyawa aktif yang terdapat dalam biji nyamplung.
Menurut Putra (2010), bungkil nyamplung memiliki kadar protein
22,76% db. Sumber protein tersebut dapat diekstrak dan digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan hidrolisat protein melalui proses hidrolisis protein
dimana terjadi pemecahan ikatan peptida sehingga melepaskan asam-asam
amino penyusunnya. Melalui hidrolisis protein, dapat diketahui tingkat atau
derajat hidrolisisnya dan mampu menghasilkan peptida bioaktif dengan sifat
fungsional tertentu seperti antioksidan. Peptida yang memiliki aktivitas
antioksidan dapat dijadikan sumber antioksidan alami pengganti antioksidan
sintetis. Antioksidan sintesis saat ini telah mempunyai persepsi negatif dan
keamanan terhadap batas pemakaian antioksidan sintesis dalam makanan dan
berbagai bahaya yang mungkin ditimbulkan seperti penyakit kardiovaskuler,
diabetes dan beberapa jenis kanker.
3
Aktivitas antioksidan peptida hasil hidrolisis dipengaruhi oleh sumber
protein dan proses hidrolisis yang akan menentukan ukuran, komposisi asam
amino dan sekuen peptida yang memiliki aktivitas antioksidan sehingga dapat
berperan sebagai penangkap radikal bebas (Zue et al., 2008).
Hidrolisat protein merupakan protein yang mengalami degradasi
hidrolitik dengan enzimatis, basa maupun kimiawi. Hasilnya, berupa asam
amino dan peptida. Proses hidrolisis kimiawi, yaitu dengan penambahan asam
klorida, dapat memperpendek waktu, mempermudah dan mengurangi biaya
pembuatan.Dengan adanya proses hidrolisis maka akan menentukan ukuran,
komposisi asam amino, dan sekuen peptida.
Hidrolisat protein memiliki kegunaan pada industri pangan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hidrolisat protein dapat dimanfaatkan sebagai
bahan penyedap rasa pada beberapa makanan seperti sup, saus, snack, sosis
dan kuah daging. Selain itu hidrolisat protein juga dapat disertakan untuk diet
pada penderita gangguan pencernaan (Pigot dan Trucr, 1990).
Merajuk pada manfaat di atas, proses pembuatan hidrolisat protein dari
nyamplung (Callophlyum inophyllum) perlu dilakukan mengingat penelitian
mengenai produksi hidrolisat dari isolat bungkil nyamplung masih jarang
dilakukan dan bermanfaat untuk memanfaatkan produk samping pengolahan
minyak nyamplung agar memiliki nilai tambah. Selain memiliki kandungan
protein yang tinggi, hidrolisat nyamplung juga terbukti memiliki nilai
4
antioksidan yang tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan
alami.
1.2 Perumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh konsentrasi asam (HCl) terhadap derajat
hidrolisis (DH) konsentrat protein bungkil nyamplung yang dibuat
dengan hidrolisis secara kimiawi menggunakan HCl?
b. Bagaimana pengaruh konsentrasi asam (HCl) terhadap derajat
hidrolisis (DH) konsentrat protein bungkil nyamplung yang dibuat
dengan hidrolisis secara kimiawi menggunakan HCl?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a. Mempelajari pengaruh konsentrasi HCl terhadap derajat hidrolisis
konsentrat protein bungkil nyamplung.
b. Mempelajari pengaruh konsentrasi HCl terhadap aktivitas antioksidan
hidrolisat.
1.4 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada masyarakat umum, mahasiswa, maupun
industri mengenai pemanfaatan bahan yang berpotensi menjadi produk
5
samping dari ekstraksi minyak dalam pembuatan biodiesel yakni bungkil
nyamplung (press cake) yang dapat dijadikan sebagai alternatif hidrolisat
protein, sehingga dapat menumbuhkan inisiatif bangsa Indonesia dalam
pemanfaatan produk samping sebagai sumber pangan alternatif.
Download