AKTIVITAS KOMPONEN ANTIBAKTERI

advertisement
RINGKASAN
YUNNY KOSASIH. C34070005. Aktivitas Komponen Antibakteri Mikroalga
Porphyridium cruentum terhadap Berbagai Jenis Bakteri Patogen.
Dibimbing oleh ELLA SALAMAH dan IRIANI SETYANINGSIH.
Masalah kesehatan sering terjadi akibat lingkungan yang kotor dan
makanan yang tercemar mikroorganisme yang umumnya adalah golongan bakteri.
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan senyawa antibakteri yang aman.
Antibakteri yang umum beredar adalah antibakteri sintetik dimana senyawa
sintetik berpotensi menimbulkan efek negatif yang dapat mengganggu kesehatan
sehingga membutuhkan pencarian alternatif antibakteri alami yang aman.
Porphyridium cruentum adalah mikroalga merah bersel satu yang memiliki
potensi antibakteri. Media Becker sebagai media pertumbuhan yang umum
digunakan dalam kultivasi P. cruentum dinilai cukup mahal sehingga perlu
dilakukan pencarian alternatif media pertumbuhan. Media yang digunakan dalam
penelitian ini adalah modifikasi media Becker (tanpa penambahan trace element)
dan media pupuk.
Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu: 1) kultivasi dan pemanenan
P. cruentum dalam modifikasi media Becker dan media pupuk, 2) ekstraksi
komponen antibakteri P. cruentum, dan 3) analisis aktivitas antibakteri
P. cruentum terhadap bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, dan bakteri
Gram-negatif yakni Escherichia coli.
Kultivasi P. cruentum dilakukan pada intensitas cahaya 1900-2400 lux,
suhu 25-27 °C, dan salinitas air laut sebesar 3% dengan pH sebesar 7,9. Kultur
dalam modifikasi media Becker memiliki pH 7,5 dan salinitas 7,4%, sedangkan
dalam media pupuk memiliki pH sebesar 7,6 dan salinitas sebesar 4%. Kultur
P. cruentum dalam modifikasi media Becker tidak teramati fase adaptasi yang
terjadi, namun mengalami fase logaritmik hingga hari ke-6 kemudian memasuki
fase stasioner. Kultur P. cruentum dalam media pupuk mengalami fase adaptasi
pada awal kultivasi hingga hari ke-1, dan memasuki fase logaritmik hingga hari
ke-4 kemudian memasuki fase stasioner. Fase stasioner berlangsung hingga hari
ke-7 dan dilanjutkan fase kematian. Pemanenan biomassa dilakukan pada fase
stasioner, yaitu kultur dalam modifikasi media Becker dipanen pada umur 7 hari,
sedangkan kultur dalam media pupuk dipanen pada umur 4 hari. Ekstraksi
dilakukan melalui ekstraksi bertingkat menggunakan etanol 96%,
diklorometan/akuades, dan diklorometan/NaOH. Rendemen ekstrak akhir dari
kultur dalam modifikasi media Becker, yaitu sebesar 1%. Pengujian aktivitas
antibakteri menggunakan teknik difusi sumur agar (agar well diffusion). Jumlah
ekstrak P. cruentum yang digunakan tiap sumur sebanyak 400 μg, 600 μg, 800 μg,
dengan kontrol positif kloramfenikol (10 μg) dan kontrol negatif diklorometan
(20 μL). Diameter zona hambat terbesar berasal dari ekstrak 800 μg pada S.
epidermidis yaitu sebesar 4 mm. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menghasilkan
zona hambat yang semakin besar. Potensi antibakteri dari P. cruentum dalam
modifikasi media Becker termasuk kategori antibakteri dengan daya hambat
lemah.
Download