pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe active knowledge sharing

advertisement
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE
ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP KOMUNIKASI
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Nur Qomaria, S.Pd1, Anna Fauziah, M.Pd2, Drajat Friansah, M.Pd3.
Email: [email protected]
PMIPA, Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRACT
This thesis entitled "The Effect of Active Learning Strategies Type of Active
Knowledge Sharing to Communication Student Class VIII SMPN 5 Tebing Tinggi
of the school year 2015/2016". The research problems are: “Is there any
influence of active learning strategies type of Active Knowledge Sharing to
communication of mathematics students in grade VIII SMPN 5 Tebing Tinggi of
the school year 2015/2016?”. The objective of the study to determine the
effect of active learning strategies Active Knowledge Sharing to communication
mathematics student in grade VIII SMPN Tebing Tinggi 2015/2016 academic
year after the aplication of active learning strategies type Active Knowledge
Sharing. This study is pure experiment. The population is all students of class
VIII at SMPN 5 Tebing Tinggi the school year 2015/2016, amounting to 226
students and as a sample is a class VIII.A and class VIII.B taken at random. The
data collection was done by using the test. Data were analyzed using t-test at
significant level α = 0.05. Based on the result and analysis, it can be concluded
that there is active learning strategies influence the type of Active Knowledge
Sharing to communication mathematics students in grade VIII at SMPN 5
Tebing Tinggi the school year 2015/2016. The average score of communication
mathematics experimental class at 25,87 and the average score of mathematical
communication control class is 22,50.
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan komponen yang penting dalam proses
pembelajaran tak terkecuali dalam pembelajaran matematika. Pada dasarnya
dalam pembelajaran matematika seorang siswa yang sudah mempunyai
kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk bisa
mengkomunikasikannya agar pemahamannya tersebut dapat dimengerti oleh
orang lain. Dengan mengkomunikasikan ide-ide matematisnya kepada orang
lain, seorang siswa dapat meningkatkan pemahaman matematisnya. Seperti
yang dikemukakan oleh Huggins (dalam Qohar, 2006:45) bahwa untuk
meningkatkan pemahaman konseptual matematis, siswa dapat melakukannya
dengan mengemukakan ide-ide matematisnya kepada orang lain. Dengan
demikian, untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa maka
guru juga perlu mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
1
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2dan3 Dosen Prodi Matematika
Los Angeles Country Office of Education (dalam Mahmudi, 2009:3)
menyatakan komunikasi matematika mencakup komunikasi tertulis maupun
lisan atau verbal. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematika
merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dan dikembangkan. Dalam
mengembangkan komunikasi matematis guru harus berusaha agar anak didik
aktif dan kreatif secara optimal. Dalam proses pembelajaran guru tidak harus
selalu dominan dan hanya bersifat mentransfer ilmu pengetahuan kepada
siswa, sedangkan para siswa dengan diam dan pasif menerima transfer
pengetahuan dari guru tersebut. Namun yang diharapkan adalah guru sebagai
fasilitator belajar di kelas dapat mengkondisikan agar siswa aktif berkomunikasi
dalam belajarnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru di SMP Negeri 5
Tebing Tinggi terungkap bahwa sebagian besar siswa masih kurang baik dalam
melakukan komunikasi, baik secara tertulis maupun secara lisan. Siswa sering
kali tidak dapat menyelesaikan permasalahan matematika karena siswa
tersebut mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan ide gagasannya dan
seringkali siswa kesulitan untuk mengungkapkan pendapatnya walaupun
sebenarnya ide-ide sudah ada dipikiran mereka. Salah satu penyebab
rendahnya komunikasi matematis pada pelajaran matematika adalah guru
mendominasi dalam proses pembelajaran dan hanya bersifat mentransfer ilmu
pengetahuan kepada siswa, sedangkan para siswa dengan diam dan pasif
menerima transfer pengetahuan dari guru tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru harus menggunakan suatu
strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk
memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu strategi pembelajaran yang
dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menarik, yang memberikan
kesempatan siswa lebih aktif dan kreatif serta siswa dapat saling berbagi
informasi atau pengetahuan dalam menyelesaikan masalah bersama-sama
yaitu strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing.
LANDASAN TEORI
Strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing adalah
strategi pembelajaran dengan sistem pembentukan tim dimulai dari
perorangan (individu) hingga akhirnya terbentuk kerjasama/diskusi dengan
siswa lain sehingga terjadilah pembentukan tim. Seperti diungkapkan oleh Zaini
(2008:22) Active Knowledge Sharing (Berbagi Pengetahuan Aktif) adalah salah
satu strategi yang dapat membawa siswa untuk siap belajar materi pelajaran
dengan cepat serta dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa
untuk membentuk kerjasama tim. Sedangkan menurut Silberman (2014:100)
mengatakan bahwa strategi Active Knowledge Sharing merupakan cara yang
bagus untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang guru ajarkan,
guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa
sembari melakukan kegiatan pembentukan tim. Banyak riset telah dilakukan
berkaitan dengan pembelajaran aktif dengan dasar Active Knowledge Sharing.
Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di
dalam pembelajaran strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing
ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih
positif terhadap pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan dan
pendapat orang lain.
Strategi
Active Knowledge Sharing dapat digunakan dalam
pembelajaran aktif yaitu mendengarkan, berdiskusi, menulis dan memecahkan
masalah. Strategi pembelajaran ini dapat juga digunakan untuk semua mata
pelajaran. Strategi ini cocok untuk semua kelas atau tingkatan. Dalam strategi
ini, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Menurut Djamarah (2010:398) pembelajaran
dengan strategi Active Knowledge Sharing diawali dengan guru menyediakan
daftar pertanyaan terkait dengan materi pelajaran yang akan guru ajarkan,
kemudian guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut sebaik yang mereka bisa dan siswa juga diperintahkan untuk
menyebar di dalam ruangan mencari siswa yang dapat menjawab pertanyaan
yang mereka sendiri tidak tahu cara menjawabnya, kemudian guru
memerintahkan siswa untuk kembali ke tempat semula lalu guru membahas
jawaban yang siswa dapatkan dengan cara menjawab pertanyaan yang tak
satupun siswa dapat menjawabnya. Sedangkan menurut Silberman (2014:100)
dalam strategi ini guru membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang akan guru ajarkan, pertanyaan itu dapat berupa definisi
suatu istilah, pertanyaan dalam bentuk multiple choice, mengidentifikasi
seseorang, menanyakan sikap atau tindakan yang mungkin dilakukan,
melengkapi kalimat dan lain-lain. Setelah itu guru meminta siswa untuk
menjawab pertanyaan tersebut sebaik yang mereka bisa, kemudian guru juga
meminta semua siswa untuk berkeliling mencari teman yang dapat membantu
menjawab pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya
sembari menekankan kepada mereka untuk saling membantu. Setelah itu siswa
kembali ke tempat duduk mereka masing-masing dan guru menjawab
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa dengan menggunakan
jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik
yang penting di kelas.
Adapun langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe Active
Knowledge Sharing yang digunakan pada penelitian ini yaitu: (1) Sediakan
daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran yang akan anda
ajarkan, (2) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu
sebaik yang mereka bisa, (3) Minta semua siswa berkeliling mencari teman
untuk dijadikan tim/kelompok agar dapat saling tukar pengetahuan/bekerja
sama dalam menjawab pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan
jawabannya, (4) Minta siswa untuk kembali ke tempat duduk mereka, jawablah
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa. Gunakan jawaban-jawaban
yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik yang penting di kelas.
Komunikasi matematika adalah kemampuan menghubungkan benda
nyata, gambar, diagram dan lainnya ke dalam ide matematika (Romberg dan
Chair dalam Qohar, 2006:44). Komunikasi matematika meliputi komunikasi
tertulis maupun lisan (Los Angeles Country Office of Education dalam Mahmudi,
2009:3) yang dimaksud dengan komunikasi matematika secara tertulis adalah
kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosa kata, struktur
matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya
dalam memecahkan masalah. Sedangkan komunikasi matematika secara lisan
tercermin melalui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
Adapun indikator komunikasi matematika menurut Cai, Lane dan
Jacobsin (dalam Fachrurazi, 2011:81) adalah: (1) Menulis matematika, (2)
Menggambar secara matematika, (3) Ekspresi matematika. Selanjutnya
Pemberian skor kemampuan komunikasi matematika dapat diatur sesuai
dengan kriteria jawaban yang diinginkan guru. Cai, Lane dan Jacobsin (dalam
Putri, 2014:31) mengemukakan pedoman penskoran kemampuan komunikasi
matematika melalui “Holistic Scoring Rubrics”. Adapun pedoman penskoran
seperti pada tabel 1 berikut:
Tabel 1
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Skor
0
1
2
3
4
Menulis
(Written Text)
Menggambar
(Drawing)
Ekspresi
Matematika(Mathematical
Exspression)
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep
sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa
Hanya sedikit dari
Hanya sedikit dari
Hanya sedikit dari model
penjelasan yang benar
gambar, diagram, atau matematika yang benar
tabel yang benar
Penjelasan secara
Melukiskan gambar,
Membuat model matematika
matematis masuk akal
diagram, atau tabel
dengan benar, namun salah
namun hanya sebagian
namun kurang lengkap dalam mendapatkan solusi
lengkap dan benar
dan benar
Penjelasan secara masuk
Melukiskan gambar,
Membuat model matematika
akal dan benar, meskipun diagram, atau tabel
dengan benar, kemudian
tidak tersusun secara logis secara lengkap dan
melakukan perhitungan atau
ataupun terdapat sedikit
benar
mendapatkan solusi secara
kesalahan bahasa
benar dan lengkap
Penjelasan secara masuk
akal dan jelas serta
tersusun secara logis
Skor Maksimal = 4
Skor Maksimal = 3
Skor Maksimal = 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen murni. Menurut Arikunto (2010:125) eksperimen murni merupakan
jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi
persyaratan, yang dimaksud dengan persyaratan dalam eksperimen adalah
adanya kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan
pengamatan. Desain eksperimen yang digunakan adalah Random, pre-test,
post-test desain (Arikunto, 2010:126). Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran
2015/2016 dan berdasarkan pengundian, maka terpilihlah sebagai sampel
adalah kelas VIII.A dan VIII.B. Sebagai kelas eksperiman yaitu kelas VIII.A dan
kelas VIII.B sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik tes. Teknik tes digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kemampuan komunikasi matematika siswa. Tes
yang diberikan berbentuk soal essay dengan jumlah enam soal, adapun materi
tes yang diujikan yaitu sistem persamaan linear dua variabel.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Tes kemampuan
komunikasi matematika, (2) menetukan rata-rata skor dan simpangan baku, (3)
uji normalitas data, dan (4) uji homogenitas. Pada penelitian ini, data kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal serta kedua data kelompok
homogen. Maka, uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t. Adapun hipotesis
statistik pada penelitian ini yaitu:
H0 : rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge
Sharing kurang dari atau sama dengan rata-rata kemampuan
komunikasi matematika siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional 𝜇1 ≤ 𝜇2
Ha : Rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge
Sharing lebih dari rata-rata kemampuan komunikasi matematika
siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional (𝜇1 > 𝜇2 )
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi
Tahun Pelajaran 2015/2016 dari tanggal 1 Oktober sampai dengan 2 November
2015. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan, dengan rincian
satu kali pre-test, tiga kali pertemuan pembelajaran, dan satu kali post-test.
Pre-test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal komunikasi
matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel sebelum
dilaksanakannya proses pembelajaran. Kemampuan pre-test tersebut
menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran yang akan
disampaikan oleh guru. Setelah pre-test maka dilakukan tiga kali pertemuan
pembelajaran untuk menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Active
Knowledge Sharing pada kelas eksperimen. Sedangkan post-test diberikan
setelah dilaksanakannya proses pembelajaran yang berfungsi untuk
mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diterapkannya
strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing pada kelas
eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Berdasarkan perhitungan data pre-test disimpulkan bahwa secara
signifikan tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Sedangkan perhitungan data
post-test menyimpulkan bahwa secara signifikan skor rata-rata kemampuan
komunikasi matematika kelas eksperimen menggunakan strategi pembelajaran
aktif tipe Active Knowledge Sharing lebih dari skor kemampuan komunikasi
matematika kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Dapat
dikatakan juga bahwa ada pengaruh yang signifikan dengan pemebelajaran
menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing.
Adapun kemampuan komunikasi matematika awal dan akhir siswa
dapat di lihat pada tabel 2.
Tabel 2
Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa
No
1
2
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Pre-test
8,13
7,80
Post-test
25,87
22,50
Peningkatan
17,74
14,70
Berdasarkan analisis data pre-test siswa diperoleh bahwa kemampuan
awal siswa relatif sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan
hasil post-test siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas pada pre-test
dan post-test menunjukkan bahwa nilai 𝜒 2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒 2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 hal ini menunjukkan
bahwa data kedua kelas berdistribusi normal. Begitu juga dengan hasil
perhitungan uji homogenitas, karena pada pre-test Fhitung < Ftabel, demikian juga
pada post-test Fhitung < Ftabel, dengan demikian kedua varians pre-test dan posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
Dengan menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α =0,05 dan dk =
60. Pada perhitungan pre-test, thitung < ttabel maka Ho diterima, hal ini berarti
rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah sama. Sedangkan hasil post-test didapat thitung > ttabel sehingga
Ho ditolak, hal ini berarti rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika
pada kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Dengan kata lain ada pengaruh
strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing terhadap
kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Tebing
Tinggi Tahun Pelajaran 2015/2016.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, siswa dengan pembelajaran
menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing lebih
baik kemampuan komunikasi matematikanya dibandingkan dengan siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional. Hal tersebut disebabkan karena
pada penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing
siswa dituntut untuk berfikir dan bertukar pikiran dengan teman
sekelompoknya sehingga terbentuk suatu pola kerjasama yang aktif.
Pada pertemuan pertama, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan
yang diberikan peneliti secara mandiri dengan materi penyelesaiaan sistem
persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode eliminasi dan
substitusi, siswa kelihatan ragu-ragu untuk menuliskan jawaban tersebut, serta
timbulnya keributan didalam kelas pada saat peneliti meminta siswa untuk
mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang sulit mereka
selesaikan dengan cara membentuk kelompok/tim, serta kerjasama setiap
anggota kelompok juga masih kurang dan setelah peneliti mengecek jawaban
siswa ternyata masih banyak soal yang tidak dapat diselesaikan.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dengan materi
penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel menggunakan metode
campuran, pada proses pembelajaran kedua ini siswa mulai terbiasa mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan strategi Active Knowledge Sharing sudah tidak
ada kecanggungan lagi, keributan berkurang dan siswa sudah mulai dapat
bekerjasama dalam menyelesaikan soal yang diberikan peneliti.
Pada proses pembelajaran selanjutnya yaitu pertemuan ketiga dengan
materi penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
menggunakan metode grafik, pada proses pembelajaran ini hambatanhambatan yang terjadi pada pembelajaran sebelumnya mulai mengalami
perubahan yang lebih baik. Siswa sudah dapat bekerjasama dengan baik, antar
anggota kelompok lebih aktif bertanya dan menjawab dalam kelompoknyajika
mengalami kesulitan atau kurang mengerti dalam menyelesaikan masalah.
Pembelajaran yang diterapkan di kelas kontrol adalah pembelajaran
konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru lebih
mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa pasif dan hanya
mendengarkan penjelasan materi dari guru.
Setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan
menggunakan strategi Active Knowledge Sharing dan kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran konvensional, dilakukan tes akhir (post-test) yang
berguna untuk mengukur kemampuan akhir siswa.
Perolehan skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
dengan strategi Active Knowledge Sharing diketahui terdapat peningkatan
kemampuan komunikasi matematika siswa yaitu pada kelas eksperimen
sebesar 18,83. Data ini menunjukkan kemampuan komunikasi matematika
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan
komunikasi matematika kelas kontrol yang hanya meningkat sebesar 14,03. Hal
tersebut disebabkan karena pada penggunaan strategi Active Knowledge
Sharing siswa dituntut untuk berfikir dan bertukar pikiran dengan teman
sekelompoknya sehingga terbentuk suatu pola kerjasama yang aktif. Penelitian
ini juga di dukung oleh penelitian yang terlebih dahulu dilakukan oleh Anisya
Syahril (2014) dengan judul “Penerapan Strategi Active Knowledge Sharing
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi Matematis Serta
Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika dengan
menggunakan strategi Active Knowledge Sharing terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 11 Padang adalah Baik. Hal
ini dapat di lihat berdasarkan rata-rata nilai tes akhir (post-test) di peroleh
sebesar 80,05 dan uji hipotesisnya di peroleh t hitung (8,55)
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe Active
Knowledge Sharing terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Hal ini terlihat dari hasil post-test diperoleh
thitung= 3,96 dengan ttabel= 1,671, karena nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha
diterima artinya rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika siswa kelas
eksperimen lebih dari kelas kontrol, dimana rata-rata skor kemampuan
komunikasi matematika siswa kelas eksperimen sebesar 52,87 dan kelas
kontrol sebesar 22,50.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan
Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif;
Jakarta: Rineka Cipta.
Fachrurazi, 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar. Edisi Khusus. (1) 76-82.
Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal
Pendidikan Matematika. 8 (1) 3.
Putri, Erfiza N. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif (Active
Learning) Tipe Point Counterpoint dengan Pendekatan Keterampilan
Proses terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP
Negeri 3 Pekanbaru. Skripsi. 10-32.
Qohar, Abdul. 2006. Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis untuk
Siswa SMP. Makalah. Malang: Universitas Negeri Malang. 44-46.
Silberman, Melvin L. 2014. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Bandung: NUANSA CENDEKIA.
Syahril, Anisya. 2014. Penerapan Strategi Active Knowledge Sharing untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi Serta Kemandirian
Belaajar Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. 36-57.
Zaini, Hisyam dkk,. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani.
Download