PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Nur Qomaria, S.Pd1, Anna Fauziah, M.Pd2, Drajat Friansah, M.Pd3. Email: [email protected] PMIPA, Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau ABSTRACT This thesis entitled "The Effect of Active Learning Strategies Type of Active Knowledge Sharing to Communication Student Class VIII SMPN 5 Tebing Tinggi of the school year 2015/2016". The research problems are: “Is there any influence of active learning strategies type of Active Knowledge Sharing to communication of mathematics students in grade VIII SMPN 5 Tebing Tinggi of the school year 2015/2016?”. The objective of the study to determine the effect of active learning strategies Active Knowledge Sharing to communication mathematics student in grade VIII SMPN Tebing Tinggi 2015/2016 academic year after the aplication of active learning strategies type Active Knowledge Sharing. This study is pure experiment. The population is all students of class VIII at SMPN 5 Tebing Tinggi the school year 2015/2016, amounting to 226 students and as a sample is a class VIII.A and class VIII.B taken at random. The data collection was done by using the test. Data were analyzed using t-test at significant level α = 0.05. Based on the result and analysis, it can be concluded that there is active learning strategies influence the type of Active Knowledge Sharing to communication mathematics students in grade VIII at SMPN 5 Tebing Tinggi the school year 2015/2016. The average score of communication mathematics experimental class at 25,87 and the average score of mathematical communication control class is 22,50. PENDAHULUAN Komunikasi merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajaran tak terkecuali dalam pembelajaran matematika. Pada dasarnya dalam pembelajaran matematika seorang siswa yang sudah mempunyai kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk bisa mengkomunikasikannya agar pemahamannya tersebut dapat dimengerti oleh orang lain. Dengan mengkomunikasikan ide-ide matematisnya kepada orang lain, seorang siswa dapat meningkatkan pemahaman matematisnya. Seperti yang dikemukakan oleh Huggins (dalam Qohar, 2006:45) bahwa untuk meningkatkan pemahaman konseptual matematis, siswa dapat melakukannya dengan mengemukakan ide-ide matematisnya kepada orang lain. Dengan demikian, untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa maka guru juga perlu mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. 1 Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2dan3 Dosen Prodi Matematika Los Angeles Country Office of Education (dalam Mahmudi, 2009:3) menyatakan komunikasi matematika mencakup komunikasi tertulis maupun lisan atau verbal. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematika merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dan dikembangkan. Dalam mengembangkan komunikasi matematis guru harus berusaha agar anak didik aktif dan kreatif secara optimal. Dalam proses pembelajaran guru tidak harus selalu dominan dan hanya bersifat mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan para siswa dengan diam dan pasif menerima transfer pengetahuan dari guru tersebut. Namun yang diharapkan adalah guru sebagai fasilitator belajar di kelas dapat mengkondisikan agar siswa aktif berkomunikasi dalam belajarnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi terungkap bahwa sebagian besar siswa masih kurang baik dalam melakukan komunikasi, baik secara tertulis maupun secara lisan. Siswa sering kali tidak dapat menyelesaikan permasalahan matematika karena siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan ide gagasannya dan seringkali siswa kesulitan untuk mengungkapkan pendapatnya walaupun sebenarnya ide-ide sudah ada dipikiran mereka. Salah satu penyebab rendahnya komunikasi matematis pada pelajaran matematika adalah guru mendominasi dalam proses pembelajaran dan hanya bersifat mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan para siswa dengan diam dan pasif menerima transfer pengetahuan dari guru tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru harus menggunakan suatu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menarik, yang memberikan kesempatan siswa lebih aktif dan kreatif serta siswa dapat saling berbagi informasi atau pengetahuan dalam menyelesaikan masalah bersama-sama yaitu strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing. LANDASAN TEORI Strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing adalah strategi pembelajaran dengan sistem pembentukan tim dimulai dari perorangan (individu) hingga akhirnya terbentuk kerjasama/diskusi dengan siswa lain sehingga terjadilah pembentukan tim. Seperti diungkapkan oleh Zaini (2008:22) Active Knowledge Sharing (Berbagi Pengetahuan Aktif) adalah salah satu strategi yang dapat membawa siswa untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat serta dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa untuk membentuk kerjasama tim. Sedangkan menurut Silberman (2014:100) mengatakan bahwa strategi Active Knowledge Sharing merupakan cara yang bagus untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang guru ajarkan, guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sembari melakukan kegiatan pembentukan tim. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran aktif dengan dasar Active Knowledge Sharing. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain. Strategi Active Knowledge Sharing dapat digunakan dalam pembelajaran aktif yaitu mendengarkan, berdiskusi, menulis dan memecahkan masalah. Strategi pembelajaran ini dapat juga digunakan untuk semua mata pelajaran. Strategi ini cocok untuk semua kelas atau tingkatan. Dalam strategi ini, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Menurut Djamarah (2010:398) pembelajaran dengan strategi Active Knowledge Sharing diawali dengan guru menyediakan daftar pertanyaan terkait dengan materi pelajaran yang akan guru ajarkan, kemudian guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sebaik yang mereka bisa dan siswa juga diperintahkan untuk menyebar di dalam ruangan mencari siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang mereka sendiri tidak tahu cara menjawabnya, kemudian guru memerintahkan siswa untuk kembali ke tempat semula lalu guru membahas jawaban yang siswa dapatkan dengan cara menjawab pertanyaan yang tak satupun siswa dapat menjawabnya. Sedangkan menurut Silberman (2014:100) dalam strategi ini guru membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan guru ajarkan, pertanyaan itu dapat berupa definisi suatu istilah, pertanyaan dalam bentuk multiple choice, mengidentifikasi seseorang, menanyakan sikap atau tindakan yang mungkin dilakukan, melengkapi kalimat dan lain-lain. Setelah itu guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut sebaik yang mereka bisa, kemudian guru juga meminta semua siswa untuk berkeliling mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya sembari menekankan kepada mereka untuk saling membantu. Setelah itu siswa kembali ke tempat duduk mereka masing-masing dan guru menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa dengan menggunakan jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik yang penting di kelas. Adapun langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing yang digunakan pada penelitian ini yaitu: (1) Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran yang akan anda ajarkan, (2) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa, (3) Minta semua siswa berkeliling mencari teman untuk dijadikan tim/kelompok agar dapat saling tukar pengetahuan/bekerja sama dalam menjawab pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan jawabannya, (4) Minta siswa untuk kembali ke tempat duduk mereka, jawablah pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa. Gunakan jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk mengenalkan topik yang penting di kelas. Komunikasi matematika adalah kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar, diagram dan lainnya ke dalam ide matematika (Romberg dan Chair dalam Qohar, 2006:44). Komunikasi matematika meliputi komunikasi tertulis maupun lisan (Los Angeles Country Office of Education dalam Mahmudi, 2009:3) yang dimaksud dengan komunikasi matematika secara tertulis adalah kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosa kata, struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan masalah. Sedangkan komunikasi matematika secara lisan tercermin melalui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama berlangsungnya proses pembelajaran. Adapun indikator komunikasi matematika menurut Cai, Lane dan Jacobsin (dalam Fachrurazi, 2011:81) adalah: (1) Menulis matematika, (2) Menggambar secara matematika, (3) Ekspresi matematika. Selanjutnya Pemberian skor kemampuan komunikasi matematika dapat diatur sesuai dengan kriteria jawaban yang diinginkan guru. Cai, Lane dan Jacobsin (dalam Putri, 2014:31) mengemukakan pedoman penskoran kemampuan komunikasi matematika melalui “Holistic Scoring Rubrics”. Adapun pedoman penskoran seperti pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Skor 0 1 2 3 4 Menulis (Written Text) Menggambar (Drawing) Ekspresi Matematika(Mathematical Exspression) Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa Hanya sedikit dari Hanya sedikit dari Hanya sedikit dari model penjelasan yang benar gambar, diagram, atau matematika yang benar tabel yang benar Penjelasan secara Melukiskan gambar, Membuat model matematika matematis masuk akal diagram, atau tabel dengan benar, namun salah namun hanya sebagian namun kurang lengkap dalam mendapatkan solusi lengkap dan benar dan benar Penjelasan secara masuk Melukiskan gambar, Membuat model matematika akal dan benar, meskipun diagram, atau tabel dengan benar, kemudian tidak tersusun secara logis secara lengkap dan melakukan perhitungan atau ataupun terdapat sedikit benar mendapatkan solusi secara kesalahan bahasa benar dan lengkap Penjelasan secara masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis Skor Maksimal = 4 Skor Maksimal = 3 Skor Maksimal = 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Menurut Arikunto (2010:125) eksperimen murni merupakan jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan, yang dimaksud dengan persyaratan dalam eksperimen adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan. Desain eksperimen yang digunakan adalah Random, pre-test, post-test desain (Arikunto, 2010:126). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2015/2016 dan berdasarkan pengundian, maka terpilihlah sebagai sampel adalah kelas VIII.A dan VIII.B. Sebagai kelas eksperiman yaitu kelas VIII.A dan kelas VIII.B sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan komunikasi matematika siswa. Tes yang diberikan berbentuk soal essay dengan jumlah enam soal, adapun materi tes yang diujikan yaitu sistem persamaan linear dua variabel. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Tes kemampuan komunikasi matematika, (2) menetukan rata-rata skor dan simpangan baku, (3) uji normalitas data, dan (4) uji homogenitas. Pada penelitian ini, data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal serta kedua data kelompok homogen. Maka, uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t. Adapun hipotesis statistik pada penelitian ini yaitu: H0 : rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing kurang dari atau sama dengan rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional 𝜇1 ≤ 𝜇2 Ha : Rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing lebih dari rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional (𝜇1 > 𝜇2 ) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2015/2016 dari tanggal 1 Oktober sampai dengan 2 November 2015. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan, dengan rincian satu kali pre-test, tiga kali pertemuan pembelajaran, dan satu kali post-test. Pre-test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal komunikasi matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran. Kemampuan pre-test tersebut menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Setelah pre-test maka dilakukan tiga kali pertemuan pembelajaran untuk menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing pada kelas eksperimen. Sedangkan post-test diberikan setelah dilaksanakannya proses pembelajaran yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan data pre-test disimpulkan bahwa secara signifikan tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Sedangkan perhitungan data post-test menyimpulkan bahwa secara signifikan skor rata-rata kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing lebih dari skor kemampuan komunikasi matematika kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Dapat dikatakan juga bahwa ada pengaruh yang signifikan dengan pemebelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing. Adapun kemampuan komunikasi matematika awal dan akhir siswa dapat di lihat pada tabel 2. Tabel 2 Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa No 1 2 Kelas Eksperimen Kontrol Pre-test 8,13 7,80 Post-test 25,87 22,50 Peningkatan 17,74 14,70 Berdasarkan analisis data pre-test siswa diperoleh bahwa kemampuan awal siswa relatif sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan hasil post-test siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas pada pre-test dan post-test menunjukkan bahwa nilai 𝜒 2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒 2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 hal ini menunjukkan bahwa data kedua kelas berdistribusi normal. Begitu juga dengan hasil perhitungan uji homogenitas, karena pada pre-test Fhitung < Ftabel, demikian juga pada post-test Fhitung < Ftabel, dengan demikian kedua varians pre-test dan posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Dengan menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α =0,05 dan dk = 60. Pada perhitungan pre-test, thitung < ttabel maka Ho diterima, hal ini berarti rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Sedangkan hasil post-test didapat thitung > ttabel sehingga Ho ditolak, hal ini berarti rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika pada kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Dengan kata lain ada pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, siswa dengan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing lebih baik kemampuan komunikasi matematikanya dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal tersebut disebabkan karena pada penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing siswa dituntut untuk berfikir dan bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya sehingga terbentuk suatu pola kerjasama yang aktif. Pada pertemuan pertama, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti secara mandiri dengan materi penyelesaiaan sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan metode eliminasi dan substitusi, siswa kelihatan ragu-ragu untuk menuliskan jawaban tersebut, serta timbulnya keributan didalam kelas pada saat peneliti meminta siswa untuk mencari teman yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang sulit mereka selesaikan dengan cara membentuk kelompok/tim, serta kerjasama setiap anggota kelompok juga masih kurang dan setelah peneliti mengecek jawaban siswa ternyata masih banyak soal yang tidak dapat diselesaikan. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dengan materi penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel menggunakan metode campuran, pada proses pembelajaran kedua ini siswa mulai terbiasa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan strategi Active Knowledge Sharing sudah tidak ada kecanggungan lagi, keributan berkurang dan siswa sudah mulai dapat bekerjasama dalam menyelesaikan soal yang diberikan peneliti. Pada proses pembelajaran selanjutnya yaitu pertemuan ketiga dengan materi penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) menggunakan metode grafik, pada proses pembelajaran ini hambatanhambatan yang terjadi pada pembelajaran sebelumnya mulai mengalami perubahan yang lebih baik. Siswa sudah dapat bekerjasama dengan baik, antar anggota kelompok lebih aktif bertanya dan menjawab dalam kelompoknyajika mengalami kesulitan atau kurang mengerti dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran yang diterapkan di kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru lebih mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa pasif dan hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru. Setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan strategi Active Knowledge Sharing dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dilakukan tes akhir (post-test) yang berguna untuk mengukur kemampuan akhir siswa. Perolehan skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan strategi Active Knowledge Sharing diketahui terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yaitu pada kelas eksperimen sebesar 18,83. Data ini menunjukkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematika kelas kontrol yang hanya meningkat sebesar 14,03. Hal tersebut disebabkan karena pada penggunaan strategi Active Knowledge Sharing siswa dituntut untuk berfikir dan bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya sehingga terbentuk suatu pola kerjasama yang aktif. Penelitian ini juga di dukung oleh penelitian yang terlebih dahulu dilakukan oleh Anisya Syahril (2014) dengan judul “Penerapan Strategi Active Knowledge Sharing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi Active Knowledge Sharing terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 11 Padang adalah Baik. Hal ini dapat di lihat berdasarkan rata-rata nilai tes akhir (post-test) di peroleh sebesar 80,05 dan uji hipotesisnya di peroleh t hitung (8,55) SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe Active Knowledge Sharing terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Hal ini terlihat dari hasil post-test diperoleh thitung= 3,96 dengan ttabel= 1,671, karena nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol, dimana rata-rata skor kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen sebesar 52,87 dan kelas kontrol sebesar 22,50. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif; Jakarta: Rineka Cipta. Fachrurazi, 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Edisi Khusus. (1) 76-82. Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika. 8 (1) 3. Putri, Erfiza N. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Tipe Point Counterpoint dengan Pendekatan Keterampilan Proses terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP Negeri 3 Pekanbaru. Skripsi. 10-32. Qohar, Abdul. 2006. Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis untuk Siswa SMP. Makalah. Malang: Universitas Negeri Malang. 44-46. Silberman, Melvin L. 2014. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Bandung: NUANSA CENDEKIA. Syahril, Anisya. 2014. Penerapan Strategi Active Knowledge Sharing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi Serta Kemandirian Belaajar Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. 36-57. Zaini, Hisyam dkk,. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.