BAB III TINJAUAN PROYEK, TINJAUAN TEMA DAN STUDI BANDING 3.1 ANALISA FISIK 3.1.1 Kondisi Stasiun KRL Sudirman Lokasi : Dukuh atas (Stasiun Dukuh Atas) Keterangan : Eksisting dianggap kosong Luas Lahan : 50.000 m2 (5 Ha) GSB :5m KDB : 60 % x 50.000 = 30.000 KLB : 1-5 Ketinggian Bangunan : Maksimal 5 Lantai Peruntukan : Fasilitas Umum (Stasiun) 1 3.1.2 Batas site 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3.1.3 Tata Guna lahan Saat ini lahan digunakan sebagai stasiun kereta listrik (KRL), Namun kedepannya pemerintah akan merubah fungsi stasiun kereta dukuh atas menjadi stasiun antar moda. 3 3.1.4 Kondisi eksisting bangunan di sekitar 1 2 4 3 5 2 1 3 4 5 3 4 3.1.5 Sirkulasi Tapak 3 1 2 2 1 3 5 Akses menuju lokasi proyek dapat dicapai melalui : - Kendaraan bermotor, hanya dapat melalui jalan dukuh atas, karena Jl. Sudirman terlalu riskan untuk kendaraan sementara. Jalur ini termasuk jalur sibuk - Angkutan umum (buskota ) melalui Jl. Sudirman. - Angkutan umum kecil seperti mikrolet, taksi bisa menggunakan dua akses jalan yaitu Jl. Sudirman dan Dukuh Atas - Pejalan kaki , bisa menggunakan 2 jalan yaitu pedestrian jalan Sudirman dan jalan Dukuh Atas - Sepeda hanya bisa menggunakan jalur Dukuh Atas karena harus berputar dari jalan Sudirman 3.2 POTONGAN JALAN 6 Gambar 22. Potongan Jl. Sudirman Jl. Sudirman merupakan jalan utama kota sehingga memiliki panjang jalan yang lebar. Namun mobil pribadi tidak bisa langsung mengakses stasiun. Pada jam-jam tertentu, jalan ini juga sangat padat Akses mobil pribadi menuju stasiun hanya bisa dicapai melalui jalan dukuh atas. Permasalahannya adalah panjang jalan yang hanya bisa digunakan 2 mobil, sehingga bila mobil menuju stasiun jumlahnya banyak akan menyebabkan antrean lebar di jalan dukuh atas dan mennyebar ke Jl. Sudirman yang bercabang ke jalan ini Gambar 23. Potongan Jl. Dukuh atas Posisi tapak lebih rendah dari jalan utama (Jl. Sudirman). Sehingga pejalan kaki tidak bisa mengakses tapak bila tidak ada bantuan seperti tangga. Cara lain bisa ditempuh dengan menambah jumlah lantai. Jl Sudirman sangat ramai, sehingga harus diusahakan fasilitas yang dapat mempermudah pencapaian, sehingga dapat menarik calon penumpang 7 3.3 Kondisi eksisting Saat ini Stasiun Sudirman beroperasi sebagai stasiun kereta listrik yang berintergrasi dengan dermaga waterway. Gambar 24. Tampak depan Gambar 25. Ruang tunggu dan tiketing Stasiun eksisting bergaya modern dengan menggunakan bahan cleding (allumunium composit) sebagai selimut bangunan. Bagian dalam stasiun juga memakai cleding dengan konstruksi space frame sebagai penahan beban atapnya. Ruang tunggu dan tiketing terdapat di lantai atas bangunan, hal ini mempermudah sirkulasi manusia yang mencapai stasiun melalui jalan Sudirman, sedangkan yang dari jalan Dukuh atas dapat mengalami kebingungan, karena di lantai 1 tidak terdapat tanda (signage) Aksesibilitas antar lantai stasiun dapat menggunakan eskalator dan lift. 8 Gambar 27. Dermaga waterway Gambar 26 . Kondisi di lantai bawah 3.4 KAJIAN TEMA POST- MODERN SECARA GLOBAL Menurut beberapa literatur, kata Post-Modern sudah muncul pada tahun 1934 yang dipakai oleh Federico de Oniz untuk menyebut suatu periode pendek dalam bidang sastra, khususnya puisi Spanyol dan Amerika Latin. Pada tahun 1947, Arnold Toynbee seorang ahli sejarah, dalam bukunya yang berjudul A Study of History memakai kata Post-Modern untuk menyebut tahap kontemporer dari kebudayaan barat yang dimulai tahun 1875, dengan ciri peralihan politik dari pola pemikiran negara nasional ke interaksi global. POST- MODERN DALAM ARSITEKTUR Jika ada pertanyaan yang menyatakan “Apa dan siapakah arsitektur post modern itu ?”, maka tak ada satu jawaban yang pasti untuk menjawabnya. Kata Post-Modern itu dapat berarti sehabis modern (modern ubah usah): atau berarti setelah modern (modern masih berlanjut tetapi tidak lagi dominan): dan 9 bisa juga berarti kelanjutan modern (modern masih berlangsung terus tetapi dengan melakukan adaptasi terhadap perkembangan dan pembaharuan yang terjadi di masa kini)1. Pada tahun 1975, arsitek Amerika, Charles Jencks, mengalihkan istilah postmodern ke dunia arsitektur dan membuka sebuah ruang diskusi baru di benua Eropa. Arsitektur postmodern menurutnya, mewakili sifat pluralitas kebahasaan. Kodifikasi plural menjadi tuntutan minimalnya, lebih jelasnya bangunan Postmodern menggunakan kode yang berbeda, seperti kode eliter, populer, modern dan tradisional, internasional dan regional, fungsional dan fiksional.2 Secara harfiah, Post-modern dalam bahasa Indonesia disebut juga Pasca Modern, yakni : Pasca = Menunjukan apa yang telah kita tinggalkan dan lalui tetapi belum menerangkan dimana kita akan tiba. Pasca modern = Belum sampai pada tujuannya yang baru tetapi juga belum melepaskan semua makna modernnya3. “Post-Modern architecture is obviously concerned with more then ‘pluralism’ and ‘complexity’, although these two key words begin to locate its centre”.4 Ciri-ciri Post-Modern adalah : • Pluralistik = - Banyak ragam pandangan - memiliki variasi atau keragaman bentuk. • Komunikatif = Digunakan sebagai alat komunikasi - Arsitek dan masyarakat - waktu (dulu, sekarang dan yang akan datang). 1 “Pengertian Post-Modern”, www.arsitektur-dekonstruksi.com, (halaman 1) “Postmodernitas dan Masa Depan Peradabannya”, Aditya Media (halaman 220-222). 3 Wisnu Budiarso, ST, “Perkembangan Arsitektur 2” (halaman 2). 4 Balding and Mansell Ltd, “The Language of Post-Modern Architecture- Charles Jencks”, Wisbech, England, (halaman 12). 2 10 • Tempat dan sejarah = Arsitektur yang berakar pada tempat dan Sejarah Melihat dari Beberapa definisi Post-Modern5 dibawah ini, yaitu : • Kelanjutan dan reaksi dari arsitektur modern. • Regionalisme yang mengganti Internasionalisme. • Respresentasifisional yang menggantikan bentuk geometrik. • Koreksi terhadap kesalahan Arsitektur Modern. • Arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, craft dan Teknologi, Internasional dan lokal, serta mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksial dalam arsitektur. • Menyodorkan alternatif sehingga arsitektur tidak hanya satu jalur saja. • Post-Modern berusaha mengembalikan ingatan masa lalu. • Bisa dimengerti sebagai filsafat, pola pikir, pokok berpikir, dasar berpikir, ide, gagasan dan teori. • Anak dari Arsitektur Modern. Pada tahun 1977, Charles Jencks dalam bukunya The Language of Post-Modern Architecture, menyatakan bahwa dengan kacamata moda komunikasi, arsitektur dapat didekati dengan pendekatan bahasa, yang terdiri atas : 1. Kata-kata 2. Sintaksis 3. Semantik 4. Metafora Di Indonesia sendiri modernitas telah diperkenalkan sejak penjajahan Belanda. Di satu pihak kita merasakan dampak negatif proses modernitas tersebut, dipihak lain kita selalu ingin mencari jati diri kita sebagai bangsa dan orang Indonesia. Sebenarnya dilihat dari pengamatan budaya, Indonesia telah lama menyimpan potensi Postmodernisme, hal tersebut tercermin pada konsep “Bhineka Tunggal Ika”, dimana mengakui ‘Pluralitas’ (Kebhinekaan) didalamnya yang juga merupakan salah satu ciri penting Postmodernism 5 “Bab II-Pengertian Post-Modern”, www.arsitektur_dekonstruksi.com, (halaman 1) 11 POKOK-POKOK PIKIRAN ARSITEKTUR POST-MODERN Pokok-pokok pikiran yang dipakai pada arsitektur Post-Modern terdiri dari tiga bagian penting6, yaitu : 1. Tidak memakai semboyan “Form Follow Function”. Arsitektur Post-Modern mendefinisikan arsitek sebagai sebuah bahasa dan oleh karena itu Ia tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan. 2. Fungsi Yang dimaksud dengan “fungsi” disini bukanlah “aktivitas”, bukan pula apa yang dikerjakan manusia terhadap arsitektur dimana keduanya diangkat sebagai pengertian tentang “fungsi” yang lazim digunakan dalam arsitektur Modern. Dalam arsitektur Post-Modern yang dimaksud dengan fungsi adalah peran dan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani manusia, dengan kata lain fungsi merupakan apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia sehingga dengan demikian fungsi dalam arsitektur Post-Modern bukan berarti “aktivitas”. Dibawah ini merupakan beberapa analisa dari fungsi Arsitektur, antara lain : - Arsitektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia. - Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman dan nikmat. - Arsitektur memberikan gambaran dan kenyataan sejujur-jujurnya. - Arsitektur memberikan kesempatan pada manusia untuk berkhayal. - Arsitektur berfungsi untuk menyadarkan manusia akan budaya dan masa silamnya. 3. Bentuk dan Ruang Dalam Post-Modern, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak harus berhubungan satu dengan yang lain, keduanya menjadi 2 komponen yang mandiri sehingga bisa dihubungkan atau tidak dihubungkan. Ciri-ciri pokok khas ada yang terlihat ataupun sebaliknya tidak terlihat (tidak nyata). Kedua ciri ini kemudian akan menjadi tugas arsitek untuk mewujudkannya. 6 “Pengertian Post-Modern”, www.arsitektur_dekonstruksi.com, (halaman 3). 12 3.5 KARYA-KARYA ARSITEKTUR POST-MODERN Piazza d’Italia Gambar 28. Pandangan bagian tengah (kolam) Piazza d’italia Charles Moore (1925-), merancang Piazza d’Italia (1975-1980), sebuah taman atau ruang terbuka dalam rangka renovasi kawasan kumuh di New Orleans Amerika Serikat, ditujukan untuk para imigran Italia yang mendominasi daerah tersebut. Proyek ini terletak dalam lingkungan modern, selain berfungsi sebagai ruang terbuka juga berfungsi sosial bagi masyarakat keturunan Eropa khususnya Italia. Denahnya berupa lingkaran, diperkuat dengan garis-garis melingkar pada lantai dengan warna dari bahan. Pada tengah taman dibuat model tanah Italia yang berbentuk seperti sepatu tinggi, di keliling kolam menggambarkan laut Mediterania. Titik pusat lingkaran adalah Pulau Sisilia di ujung dari “sepatu Italia” melambangkan masyarakat Sisilia, mayoritas dari imigran Itali disana. Dengan pola mengikuti bentuk lingkaran terdapat sebuah kuil Romawi kecil dengan kolom-kolom dari lima orde termasyhur Italia : dorique, ionique, corinthien, toscan dan composite. Kolom-kolom tadi terletak dalam susunan garis bagian dari lingkaran (convec) mendukung potonganpotongan architrave lengkap dengan molding Romawi. Dikiri-kanan dari semacam pintu gerbang kuil terdapat architrave cukup lebar ditulis kalimatkalimat yang mengingatkan pada sejarah Italia. Unsur modern Art-Deco dimasukan dalam beberapa kepala kolom disela-sela kolom-kolom Italia tersebut. Bentuk-bentuk klasik dan sedikit aspek modern digabung dengan unsur modern kontemporer dalam didominasi warna-warna. Dengan mengetengahkan unsur-unsur historis, bentuk-bentuk langsung menyentuh 13 tanah Italia lengkap dengan “Laut Mediterania”, Piazza d’Italia betul-betul merupakan contoh sangat respresentatif dari Post-Modern yang menghubungkan masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Piazza Italia menjadi bentuk pelopor Post-Modern dan banyak memberikan inspirasi konsepsual dalam perkembangan arsitektur. 3.6 STASIUN DARI MASA KEMASA Stasiun dianggap paling mewakili dari kelima moda transportasi (busway, monorel, KRL, MRT, dan waterway). Stasiun pun telah berkembang dari jaman ke jaman, namun dalam perkembangannya ada beberapa kekhasan yang tidak boleh hilang dan akan menjadi kekhasan dari Jakarta. Stasiun pada tahun 1910 14 Stasiun pada tahun 2008 Jakarta selain terkenal dengan kebudayaan Betawinya, tidak bisa lepas dari masa kolonial (jaman penjajahan Belanda). Secara tidak langsung gaya kolonial menjadi sebuah trendmark sendiri dari sebuah kota Jakarta. 3. 7 KAITAN POST MODERN DAN STASIUN INTERCHANGE Kategori Post Modern yang diambil adalah Post modern yang mengingatkan kembali ke masa lalu dengan tampilan yang modern kontemporer, sebagai kritik terhadap sistem transportasi yang semakin carut-marut (sistem transportasi yang tidak jelas, kemacetan dimana-mana, kumuh pada area stasiun). Usaha penggalian Ide Post Modern berasal dari : 1. Usaha mengingatkan masa lalu 2. Usaha mengkritik pemerintah yang diterapkan kedalam bentuk bangunan 3. Keterkaitan antara moda transportasi yang ada di stasiun Interchange Penikmat dan pengguna stasiun Interchange adalah orang-orang yang nanti dianggap ‘terluka’ dengan kacaunya sebuah sistem, dan kemodernisme yang sedikit demi sedikit mengikis sebuah perjalanan bangsa. 15 3.8 STUDI BANDING 3.8.1 Studi Banding dengan Konsep yang sudah ada di stasiun dukuh atas dari lomba yang diadakan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Gambar 32. Gambar Isometri 16 Gambar 33. Studi banding stasiun MRT 17 Gambar 34. Studi banding stasiun KA 18 Gambar 35 . Studi banding Stasiun Monorel 19 3.8.2 Studi Banding dengan negara Lain dari segi: - Sistem Tiketing Sistem tiketing di Singapore menggunakan Tiket Umum Mesin (GTM) , di mana penumpang dapat membeli tiket Standar, atau menambahkan nilai kartu EZ-Link mereka. Stasiun dibagi menjadi dua bidang, dibayar dan belum dibayar, yang memungkinkan operator rel untuk mengumpulkan tiket dengan membatasi masuknya hanya melalui gerbang tarif, juga dikenal sebagai pintu kontrol akses. Sebagai sistem tarif telah diintegrasikan oleh Transit Link, komuter perlu hanya membayar satu tiket dan melewati dua gerbang tarif (sekali masuk, sekali pada keluar) untuk seluruh perjalanan, bahkan ketika mentransfer antara garis dioperasikan oleh perusahaan yang berbeda. Penumpang dapat memilih untuk memperpanjang perjalanan di pertengahan perjalanan, dan membayar selisih saat mereka keluar stasiun tujuan mereka. - Sistem Operasi Di Singapore sistem transpotasinya dijalankan oleh dua pihak, yaitu swasta dan pemerintah. Sistem pengoperasiannya dijalankan oleh perusahaan swasta, sedangkan struktur tarif sistem diatur oleh Public Transport Council (PTC), dimana operator mengajukan permintaan perubahan tarif. Tarif disimpan terjangkau dengan mengelompokkan mereka kira-kira untuk jarak yang terkait tarif bis, sehingga mendorong komuter untuk menggunakan jaringan dan mengurangi ketergantungan pada sistem bus. 20 - Sistem Keamanan Di Singapore sistem keamanannya dibagi menjadi 3,yaitu : - Penjaga bersenjata untuk platform stasiun patroli dan memeriksa barang dari penumpang. - Kamera digital sirkuit tertutup (CCTV) telah ditingkatkan dengan rekaman kemampuan di semua stasiun dan kereta api dioperasikan oleh SMRT Corporation. - Penerapan lainnya diterapkan dengan mengubah sistem tempat sampah, penghapusan sistem kotak surat, dan pengamanan di pintu masuk stasiun. Hal ini untuk menghilangkan risiko bom ditempatkan di dalamnya . Photography tanpa izin juga dilarang di semua stasiun MRT sejak pemboman Madrid. - Bentuk Stasiun Interchange Shenzen di China Gambar 36. Futian Transportation Hub6 6 Futian Tansportation Hub, Majalah Future Arch Volume 5 2Q, 2007, 21 Gambar 37. Futian Transportation hub suasana malam6 Stasiun Interchange Wuhan di China. Gambar 39. Stasiun Wuhan dengan bentuk dinamis Gambar 38. Bentuk yang mengurangi reduksi sinar matahari 6 Futian Tansportation Hub, Majalah Future Arch Volume 5 2Q, 2007, 22