LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN - Simpemaus

advertisement
181 / SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN DOSEN PEMBINA
PERAN KELEMBAGAAN
DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS MENDONG
Oleh :
Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi
Suyudi, SP., MP
NIDN 0419096501
NIDN 0430056902
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
JULI 2017
i
ii
RINGKASAN
Usahatani mendong di Kecamtan Manonjaya sama halnya dengan usahatani di daerah
lainnya termasuk dalam skala usaha kecil. Skala usaha pertanian yang kecil akan
menghambat petani dalam meningkatkan pendapatannya sehingga sulit keluar dari
lingkaran kemiskinan. Salah satu dampak dari rendahnya pendapatan petani adalah
rendahnya ketahanan pangan keluarga, yaitu rendahnya aksesibilitas keluarga tani
didalam memperoleh kebutuhan terhadap pangan khususnya beras.
Mendasarkan pada orientasi pembangunan pertanian pada saat ini yang berdasarkan
pada sistem agribisnis, maka peranan kelembagaan pertanian sangat menentukan
terhadap keberhasilan pembangunan pertanian, karena diharapkan akan mampu
berkontribusi terhadap aksesibilitas petani terhadap pengembangan sosial ekonomi
petani, informasi pertanian, modal, infrastruktur serta pasar. Penelitian bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mengetahui kinerja kelembagaan agribisnis yang berperan dalam
usahatani mendong beserta tigkat kepuasan petani terhadap keberadaan lembaga
agribisnsis tersebut
Metode penelitian adalah survey terhadap petani mendong di Kecamatan Manonjaya,
Analisis yang digunakan adalah Importance-Performance Analysis atau Analisis tingkat
Kepentingan dan Kinerja / Kepuasan Pelanggan
Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah survey lapangan untuk memperoleh data
penelitian, data yang telah diperoleh sebagian telah dianalis.
Hasil penelitian sementara telah mengidentifikasi sub sistem dalam sistem agribisnis
mendong.
Rencana kegiatan selanjutnya menganalisis kinerja dari masing-masing subsistem
dalam agribisnis mendong
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan Kemajuan Penelitian Peran Kelembagaan dalam
Pengembangan Agribisnis Mendong
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada mengucapkan terimakasih atas
seala kerjasama dan dukungan dari Rektor; Ketua Lembaga Penelitian , Pengabdian
Kepada Masyarakat dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LP2M-PMP) Universitas
Silwangi, Kepala Desa dan Camat Kecamatan Manonjaya. para petani nara sumber
serta mahasiswa sebagai enumerator
Terimakasih juga kami sampaikan kepada segenap dosen anggota Tim Peneliti
atas segala dedikasinya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya. Amin
Tasikmalaya, 31 Juli 2017
Ketua Peneliti,
Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
ii
RINGKASAN .........................................................................................
iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………
vi
DAFTAR ISI
........................................................................................
v
PENDAHULUAN ................................................................
1
1.1.Latar Belakang ................................................................
1
1.2.Tujuan Penelitian .............................................................
3
1.3. Luaran Penelitian ..............................................................
3
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................
4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ...........................................
9
3.1. Metode Penelitan ....................................................
9
BAB I
3.2. Rancangan Analisis .......................................................
10
BAB IV
ANGGARAN DAN WAKTU PENELITIAN
13
BAB V.
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………......
14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
19
LAMPIRAN ……………………………………………………………...
21
v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam
pereekonomian nasional Indonesia, sektor agribisnis menyerap lebih dari 75 persen
angkatan kerja nasional termasuk didalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa
usaha rumah tangga pertanian. Apabila seluruh rumah tangga diperhitungkan maka
sekitar 80 persen dari penduduk nasional menggantungkan hidupnya pada sektor
agribisnis ( Bungaran Saragih, 2010 )
Keberhasilan pengembangan suatu komoditas tidak hanya dipengaruhi oleh
budidaya yang dilakukan oleh petani tetapi juga diluar budidaya baik pengadaan sarana
produksi, penanganan pasca panen, pemasaran maupun sarana penunjang untuk
kelancaran kegiatan tersebut, yang membentuk suatu sistem dan disebut dengan
agribisnis
Pertumbuhan sektor pertanian tidak dapat dipercepat tanpa memperhatikan
ketertarikan antar produksi, pengolahan dan hasil pemasaran. Pengembangannya
diarahkan kepada pertumbuhan usaha skala besar paralel dengan skala kecil. Usaha
agribisnis skala besar harus mampu menarik usaha skala kecil dalam suatu ikatan
keterkaitan, ketergantungan atau interdepensi yang saling menguntungkan
Mengingat pada kenyataan bahwa pembangunan pertanian terutama digerakan
oleh para petani dengan skala usaha kecil, dengan kemampuan modal serta penyerapan
teknologi yang masih rendah, maka upaya menempatkan sektor pertanian sebagai poros
penggerak pembangunan ekonomi harus mengutamakan peningkatan sumber daya,
sehingga pembangunan pertanian dan perdesaan yang ideal adalah terbentuk karena
adanya partisipasi dari masyarakat desa (subjek) sebagai sebagai sasaran utama.
Pembangunan ekonomi pedesaan adalah usaha meningkatkan taraf hidup
masyarakat pedesaan yang dapat dicerminkan dengan meningkatnya pendapatan orangorang sedaerah yang mempunyai kebutuhan yang sama sehingga akan menaikan tingkat
kehidupan bersama sehingga masyarakat tersebut menjadi lebih baik keadaan
ekonominya.
Engene Stanley dalam Ign Sukamdiyo (1996), menyatakan bahwa
pembangunan yang dapat diharapkan berhasil adalah pembangunan yang menjamin
perkembangan demokrasi. Demokrasi berarti bahwa setiap orang merasa bertanggung
6
jawab untuk ikut mengambil keputusan yang bermanfaat selain untuk dirinya juga
untuk masyarakat secara keseluruhan.
Kecamatan Manonjaya adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten
Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Manonjaya terdiri dari 11 desa dengan
luas wilayah 44,71 km2
Tasikmalaya, 2013).
dan jumlah penduduk 60.952 orang (BPS
Kabupaten
Kecamatan Manonjaya sama halnya dengan wilayah lain di
Kabupaten Tasikmalaya mempunyai arah pembangunan pertanian karena daerah ini
merupakan daerah agraris dan mempunyai potensi pengembangan di sektor pertanian
yaitu usahatani padi sawah dan mendong, perikanan dan peternakan baik unggas, ternak
kecil maupun ternak besar. Kegiatan bisnis yang banyak dilakukan adalah industri
kreatif yang berbahan baku mendong
Meskipun tanaman mendong sudah menjadi bagian dari usahatani bagi
masyarakat tani di Kecamatan Manonjaya, petani mendong sama halnya dengan petani
di daerah lainnya termasuk dalam skala usaha kecil. Skala usaha pertanian yang kecil
akan menghambat petani dalam meningkatkan pendapatannya sehingga sulit keluar dari
lingkaran kemiskinan. Salah satu dampak dari rendahnya pendapatan petani berdampak
terhadap ketahanan pangan keluarga, yaitu rendahnya aksesibilitas keluarga tani
didalam memperoleh kebutuhan terhadap pangan khususnya beras. Masyarakat petani
yang miskin selain luas lahannya yang sempit juga disebabkan oleh produktivitas yang
rendah, infrastruktur terbatas, aksesibilitas rendah terhadap modal, teknologi informasi
dan pasar serta rendahnya kapasitas petani.
Mendasarkan pada orientasi pembangunan pertanian pada saat ini yang
berdasarkan pada sistem agribisnis, maka peranan kelembagaan pertanian termasuk
didalamnya
kelembagaan
petani
sangat
menentukan
terhadap
keberhasilan
pembangunan pertanian, karena diharapkan akan mampu berkontribusi terhadap
aksesibilitas petani terhadap
: pengembangan social ekonomi petani, informasi
pertanian, modal, infrastruktur serta pasar.
7
1.2. Tujuan penelitian
Penelitian bertujuan untuk :
a.
Mengidentifikasi kelembagaan agribisnis yang berperan dalam usahatani
mendong
b.
Bagaimanakah tingkat kinerja kelembagaan agribisnis dalam usahatani mendong.
c.
Bagaimanakah tingkat kepuasan petani terhadap kinerja kelembagaan agribisnis
dalam usahatani mendong
1.3. Urgensi Kajian
a.
Lembaga di pedesaan terbentuk untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakatnya,
yang sifatnya cenderung merupakan kebutuhan individu anggotanya. baik berupa
kebutuhan fisik, rasa aman, hubungan social, pengakuan dan pengembangan
pengakuan
b. Keberhasilan agribisnis yang dilakukan oleh petani memerlukan dukungan
kelembagaan.
Keberhasilan kelembagaan tidak hanya ditentukan oleh peran
kelembagaan itu sendiri akan tetapi juga memerlukan keterlibatan para petani
secara aktif dalam kelembagaan tersebut, jika peran kelembagaan tersebut belum
optimal maka peran kelembagaan sebagai salah satu subsistem agribisnis sulit
diharapkan dalam menunjang agribisnis mendong.
c.
Dokumen hasil kajian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber rujukan bagi
pemangku kepentingan yang berkaitan dengan
upaya-upaya mewujudkan
terwujudnya pemenuhan industri kreatif berbahan baku mendong.
d.
Keberadaan data dan informasi terkait permasalahan usahatani (on farm) mendong
di Kecamatan Manonjaya khususnya sebagai sentral produksi mendong di
Kabupaten Tasikmalaya ini diharapkan mampu memberikan panduan bagi seluruh
pelaku pembangunan dalam perencanaan pengembangan, pemanfaatan, pembinaan,
peningkatan produksi mendong di Kabupaten Tasikmalaya.
1.4. Target luaran dari kegiatan ini adalah
Target luaran dari kegiatan menghasilkan publikasi hasil penelitian dalam jurnal
nasional
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 State of Art Penelitian
Pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana hanya oleh kegiatan para petani
sendiri, dan untuk merubah bentuk pertanian dari yang bersifat subsisten atau untuk
pemenuhan sendiri menjadi bentuk usaha tani yang komersial sangat tergantung kepada
sumber-sumber yang ada di luar lingkungan usahataninya. Mosher, AT ( 1974)
menyatakan bahwa terdapat dua syarat dalam pembangunan pertanian yaitu syarat
mutlak dan syarat pelancar. Syarat mutlak pembangunan pertanian adalah (1) Pasar
untuk hasil pertanian (2) Teknologi yang terus berkembang (3) Terjadinya bahan-bahan
produksi dan peralatan secara lokal (4) Perangsang produksi bagi petani serta (5)
Pengangkutan.
Syarat pelancar pembangunan pertanian meliputi (1) Pendidikan
pembangunan (2) Kredit produksi (3) Kegiatan gotong royong (4) Perbaikan dan
perluasan tanah pertanian serta (5) Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian
Bungaran Saragih (2010), menyatakan bahwa agribisnis adalah cara pandang
baru dalam melihat pertanian. Ini berarti bahwa pertanian tidak hanya on-farm
aktivities, tetapi juga off-farm aktivities. Dengan demikian pertanian tidak hanya
berorientasi produksi, tetapi juga berorientasi pasar, tidak hanya dilihat dari sisi
permintaan (demand side) tetapi juga dari sisi penawaran (supply side). Dalam hal ini
pertanian tidak hanya bercocok tanam, beternak, menambak ikan, dan berkebun saja,
tetapi juga bagaimana memproses dan memasarkan out-putnya, serta bagaimana
keterlibatan penunjang
Kerangka strategi pembangunan pertanian yanng berwawasan agrobisnis pada
dasarnya menunjukan arah bahwa agrobisnis merupakan suatu upaya yang sangat
penting untuk mencapai beberapa tujuan, yang antara lain :
(1) Menarik dan mendorong sektor pertanian
(2) Menciptakan stuktur perekonomian yang tangguh, efesien dan fleksibel
(3) Menciptakan nilai tambah
(4) Meningkaatkan penerimaan devisa
(5) Menciptakan lapangan kerja
(6) Memperbaiki pembagian pendapatan
9
Secara konseptual sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari
berbagai sub-sistem, yaitu
a) Sub-sistem
pengadaan
dan
penyaluran
sarana
produksi,
teknologi
dan
pengembangan sumber daya pertanian
b) Sub-sistem produksi pertanian atau usahatani
c) Sub-sistem pengolahan hasil-hasil pertanian atau agroindustri
d) Sub-sistem pemasaran hasil-hasil pertanian
e) Sub-sistenm penunjang, meliputi aktivitas yang mendorong kelancaran kegiatan
keempat sub-sistem lainnya, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan
serta penyuluhan.
Gambar. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjang Sistem
Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya
Pembangunan kelembagaan pertanian sebagai penujang keberhasilan agribisnis
diperlukan karena :
1)
Proses pertanian memerlukan sumberdaya tangguh yang didukung oleh
infrastruktur, peralatan, kredit
2)
Pembangunan kelembagaan petani lebih rumit daripada menejemen sumberdaya
alam karena memerlukan factor pendukung dan unit-unit produksi
3)
Kegiatan pertanian mencakup rangkaian penyiapan input, mengubah input
menjadi produk dengan tenaga kerja dan manajemen dan menempatkan output
menjadi berharga
4)
Kegiatan pertanian memerlukan dukungan dalam bentuk kebijakan dan
kelembagaan dari pusat dan local
10
5)
Kompleksitas pertanian yang meliputi unit usaha dan kelembagaan sulit mencapai
optimal.
Kelembagaan adalah keseluruhan pola-pola ideal organisasi dan aktivitas yang
berpusat disekeliling kebutuhan dasar.
Suatu lembaga dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan manusia sehingga sehingga lembaga mempunyai fungsi, Selain itu lembaga
merupakan suatu konsep yang terpadu dengan struktur artinya tidak saja melibatkan
pola aktivitas yang lahir dari segi social untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi juga
pola organisasi untuk melaksanakannya ( Roncek dan Warren, 1994 dalam Sapja
Anantayu, 2011)
Strategi-strategi yang dilakukan untuk memenangkan persaingan banyak sekali,
salah satunya adalah dengan cara menyampaikan secara konsisten layanan yang
berkualitas tinggi dibandingkan para pesaing dan lebih tinggi dari harapan pelanggan
(Kotler, 1997). Konsumen akan merasa puas bilamana produk atau jasa yang dirasakan
memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan, kepuasan akan mendorong konsumen
untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
Kepuasan menurut Philip Kotler (1997) adalah sebagai berikut “ Kepuasan
konsumen merupakan fungsi kedekatan antara harapan/expectasi konsumen dengan
prestasi produk yang dirasakan konsumen/perceived performance. Tingkat kepuasan
dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dan selanjutnya dapat digunakan dalam
pengembangan usaha.
Husein Umar (2005) menyatakan kepuasan konsumen akan terpenuhi apabila
proses penyampaian jasa dari si pemberi jasa kepada konsumen sesuai dengan apa yang
dipersepsikan konsumen. Perbedaan cara penyampaian dari apa yang dipersepsikan
konsumen itu menurut Parasuraman mencakup 5 gap:
1) Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen
2) Gap antara persepsi manajemen tentang harapan konsumen dan spesifikasi kualitas
jasa
3) Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan jasa yang disajikan
4) Gap antara penyampaian jasa actual dan komunikasi eksternal kepada konsumen
5) Gap antara jasa yang diharapkan dan jasa actual yang diterima konsumen
Jika dikaitkan dengan system agribisnis, kelembagaan adalah termasuk
subsistem jasa penunjang, dimana lembaga tersebut harus mampu berperan dalam
11
menunjang terhadap kegiatan dalam subsistem pengadaan sarana produksi, usahatani,
pengolahan hasil pertanian dan pemasaran. Petani sebagai pelaku utama adalah adalah
subjek dalam pembagunan agribisnis tersebut adalah konsumen dari jasa yang diberikan
oleh lembaga penunjang agribisnis tersebut. Agribisnis akan berjalan dengan baik jika
tidak terjadi gap antara lembaga penunjang dan dengan kegiatan usahataninya.
2.2. Hasil Penelitian yang sudah dicapai.
Terdapat beberapa hasil penelitian tentang kelembagaan agribisnis,
a) Hasil penelitan Juraemi (2004) mengenai Hubungan antara Kinerja Kelembagaan
dengan Keragaan Sistem Agribisnis Pada Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan
Kelapa Sawit menunjukan terdapat empat kelembagaan yang mendukung dalam
keragaan sistem agribisnis kelapa sawit, yaitu kelompok tani, koperasi, PPL
perkebunan serta Pembina perkebunan. Keempat lembaga tersebut mempunyai
hubungan yang signifikan dengan keragaan sistem agribisnis kelapa sawit sistem
PIRBUN
b) Roosganda Elizabeth (2008) menyatakan perlunya mengevaluasi kebijakan
pembangunan pertanian dari aspek kelembagaan sehingga upaya keakuratan
perumusan kebijakan pembangunan dapat berimplikasi besar bagi peningkatan
daya saing SDM perdesaan dan pengembangan agribisnis produk pertanian,
Rancangan yang diusulkan terutama melihat relasi sosial ekonomi dan budaya
dalam mengkaji potensi kelembagaan tradisional pertanian di perdesaan, mengkaji
alternatif
kebijakan pembangunan dan perdesaan yang mempertimbangkan
indegenous knowledge (kearipan lokal ) dan local knowledge (pengetahuan lokal)
serta pemberdayaan kelembagaan pertanian dan perdesaan untuk menciptakan
kemandirian petani, peningkatan pendapatan rumah tangga, pengembangan
agribisnis produk pertanian
c)
Kusnandar, Dwiningtyas Padmaningrum dkk (2013)
Model kelembagaan
agribisnis padi organik dirancang untuk memenuhi empat dimensi yaitu kondisi
lingkungan eksternal (the external environment), motivasi kelembagaan (
intitutional motivation), kapasitas kelembagaan (institution capacity) dan kinerja
kelembagaan ( institustional performance).
Kelembagaan Bapeluh, Lembaga
Keuangan dan lembaga seryfikasi sangat diperlukan sehingga apabila akan
mengembangkan padi organik lembaga-lembaga tersebut harus diperhatikan.
12
d) Tenten Tedjaningsih, Suyudi dan Hendar Nuryaman (2016) Karakteristik internal
petani, dukungan iklim usaha serta persepsi petani terhadap pemupukan organik
pada usahatani mendong termasuk dalam katagori sedang dan perilaku komunikasi
termasuk dalam katagori rendah, sehingga masih diperlukan pembinaan terhadap
petani baik secara individu maupun kelembagaan untuk mendorong petani
menggunakan pupuk organik. pada usatani mendong.
e)
Sapta Anantanyu (2011) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa peningkatan
kapasitas kelembagaan petani dilakukan sejalan dengan kegiatan penyuluhan
pertanian dengan memotivasi petani untuk berpartisipasi dalam kelembagaan petani
Dengan memberikan muatan pada penguatan kapasitas individu petani sekaligus
kapasitas kelembagaan petani.
13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode pelaksanaan penelitian survei yang bersifat eksplorasi yaitu menjelaskan
kelembagaan yang mendukung terhadap agribisnis mendong Metode penentuan daerah
penelitian dilakukan secara purposive,
Kecamatan Manonjaya dipilih karena
merupakan sentral produksi mendong di Kabupaten Tasikmalaya. Unit analisis adalah
petani mendong sebagai responden penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel
sebanyak 25 orang petani mendong, pengambilan sampel petani menggunakan simple
random sampling terhadap petani mendong di Kecamatan Manonjaya.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data skunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani
mendong, yang dipandu dengan menggunakan kuesioner sedangkan data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari literatur, instansi terkait dan sumber lain yang
terkait dengan penelitian ini.
3.2.
Kerangka Analisis
Dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif-kuantitatif
a..
Kinerja unsur pelayanan (X) adalah tingkat pelaksanaan unsur-unsur
pelayanan lembaga penunjang agribisnis yang dapat memberikan kepuasan petani
dalam kegiatan usatani mendong
Pengukuran yang digunakan dengan skala Likert:
Skor 5. Tingkat kinerja sangat istimewa
Skor 4, Tingkat kinerja istimewa
Skor 3, Tingkat kinerja Baik
Skor 2, Tingkat kinerja Cukup
Skor 1, Tingkat kinerja kurang
b.
Kepentingan unsur pelayanan (Y) adalah tingkat kepentingan unsur-unsur
pelayanan lembaga penunjang agribisnis yang dapat memberikan kepuasan petani
dalam kegiatan usatani mendong
Pengukuran yang digunakan dengan skala Likert:
Skor 5, Tingkat kepentingan, sangat penting
Skor 4, Tingkat kepentingan penting
14
Skor 3. Tingkat kepentingan cukup penting
Skor 2, Tingkat kepentingan kurang penting
Skor 1, Tingkat kepentingan Tidak penting
(1)
Untuk mengetahui tanggapan petani terhadap unsur-unsur pelayanan digunakan
Importance-Performance Analysis atau Analisis tingkat Kepentingan dan Kinerja/
Kepuasan Pelanggan (John A. Martila dan John C James dalam J. Supranto,
2006), yaitu memetakan hubungan antara kepentingan dan kinerja dari masing –
masing unsur.
(2)
Untuk menganalisa tingkat kepuasan petani terhadap unsur pelayanan secara
keseluruhan digunakan Consumer Satisfaction Index (Aritonang dalam Riandina
Wahyu Oktaviani dan Rita Nurmalina Suryana, 2006)
Importance-Performance Analysis atau Analisis tingkat Kepentingan dan
Kinerja terdiri dari dua komponen yaitu analisis kuadran dan analisis kesenjangan
a. Menghitung rata-rata penilaian kepentingan dan kinerja untuk setiap atribut
k
 Xi
Xi =
i 1
n
Xi = bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke – i
k
 Yi
Yi =
i i
n
Yi = bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke – i
n = jumlah responden
b. Menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan atribut
k
 Xi
Xi =
i 1
n
Xi = nilai rata-rata kinerja atribut
k
 Yi
Yi =
i 1
n
Yi = nilai rata-rata kepentingan atribut
n = jumlah atribut
Nilai X akan memotong tegak lurus pada sumbu horizontal, yakni sumbu yang
mencerminkan kinerja (X) sedangkan nilai Y akan memotong tegak lurus pada sumbu
vertical yakni sumbu yang mencerminkan kepentingan (Y). Setelah diperoleh bobot
15
kinerja dan kepentingan serta nilai rata-rata kinerja dan kepentingan, kemudian nilainilai tersebut diplotkan kedalam diagram Kartesius seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2. Diagram Kartesius
Kepentingan (Y)
Kuadran A
Prioritas utama
Kuadran B
Pertahankan Prestasi
Kuadran C
Prioritas Rendah
Kuadran D
Berlebihan
Y
X
Kinerja ( X )
Consumer Satisfaction Index (CSI), digunakan untuk mengetahui tingkat
kepuasan petani terhadap kelembagaan agribisnis secara menyeluruh dengan melihat
tingkat kepentingan dari masing-masing unsur
a. Menentukan Mean Importance Score (MIS)
n
 Yi
i 1
MIS =
n = jumlah responden
n
Yi = Nilai kepentingan atribut Y ke –i
b. Menentukan = Mean Satisfaction Score (MSS)
n
 Xi
i 1
MSS =
n = jumlah responden
n
Xi = Nilai kepentingan atribut X ke –i
c. Membuat Weight Factors (WF)
WF =
MISi
i
 MISi
x 100 %
i 1
d.
Membuat Weight Score (WS)
WSi = WFi x MSS
16
e.
Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI)
n
WSi
CSI =
i 1
HS
x 100 %
i
= atribut kepentingan ke – i
HS = (Highest scale) skala maksimum yang
digunakan
Pada umumnya, nilai CSI diatas 50 % dapat dikatakan bahwa konsumen sudah
merasa puas, tetapi bila nilai CSI dibawah 50 % konsumen belum dikatakan puas, pada
penelitian ini tingkat kepuasan konsumen akan mengacu kepada Indeks Kepuasan
Pelanggan dari PT Sucofindo
Tabel
Kriteria Indeks Kepuasan Pelanggan ( CSI )
No
Nilai CSI
Kriteria CSI
1
0,81 – 1,00
Sangat puas
2
0,66 – 0,80
Puas
3
0,51 – 0,65
Cukup puas
4
0,35 – 0,50
Kurang puas
5
0,00 – 0,34
Tidak puas
17
BAB IV. PENGGUNAAN DANA DAN WAKTU PELAKSANAAN
Peneltian dilakanakan di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
Waktu pelitian dari mulai pengajuan proposal sampai dengan laporan akhir
direncanakan selama 10 bulan yaitu dari mulai bulan Februari sampai dengan bulan
November 2017 dengan jadwal kegiatan sbb :
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan
No
Jenis Kegiatan
Bulan
1
1
Pengajuan proposal
2
3
4
5
6
7
Persiapan Pelaksanaan
Observasi lapangan
Pelaksanaan
Analisa data
Pelaporan hasil
Publikasi
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Penggunaan dana penelitian sampai dengan laporan kemajuan terlampir
18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sistem Agribisnis Mendong
Agribisnis merupakan paradigma baru pembangunan ekonomi berbasis
pertanian. Cakupan agribisnis yang sangat luas melibatkan banyak lembaga karena
agribisnis tidak hanya menghasikan produk pertanian primer seperti tumbuhan, ternak
dan ikan saja tetapi dari mulai pengadaan sarana produksi sampai dengan kegiatan
pemasaran dari produk usahatani serta produk olahannya yang satu sama lain saling
terkait dan tidak terpisahkan. Dengan demikian agribisnis merupakan suatu system
yang terdiri dari subsistem hulu atau pengadaan sarana produksi, subsistem usahayani,
subsistem pengolahan hasil produksi pertanian atau agroindustri, subsistem pemasaran
serta subsistem jasa penunjang yang mendorong kegiatan ke empat subsistem lainnya.
Keberhasilan agribisnis suatu komoditas tergantung kepada kemajuan-kemajuan yang
dapat dicapai disetiap subsistemnya.
Perubahan dan perkembangan pertanian pada dasarnya berasal kepada
permasalan kelembagaan Konsep dan potensi system pertanian tidak dapat melakukan
perubahan tanpa diikuti perubahan structural kelembagaannya.
Budidaya dan industry kreatif yang berbahan baku mendong di Kecamatan
Manonjaya bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakatnya sehingga Kecamatan
Manonjaya merupakan sala satu sentra industry mendong. Sebagai salah satu pelaku
dalam industry permendongan yaitu petani sebagai penghasil produk mendong primer
sama halnya dengan petani lainnya termasuk dalam usatani yang skala usaha kecil.
5.1.1. Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi
Pada umumnya tanaman mendong diusahakan di lahan-lahan sekitar sumber air
atau di lahan-lahan persawahan yang memiliki irigasi teknis yang bagus. Keunggulan
tanaman ini adalah sekali tanam dapat dipanen berkali-kali sehingga dibandingkan
dengan tanaman semusim lainnya tanaman mendong merupakan tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi (Sunanto, 2000). Demikian halnya dengan usahatani
mendong yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Manonjaya. Lahan yang digunakan
adalah lahan sawah beririgasi teknis dari Cimulu. Lahan yang digunakan adalah lahan
sawah sehingga petani pada umunya adalah petani padi dengan status kepemilikan
sebagian besar adalah penyakap akan tetapi ada juga petani penggarap serta pemilik
penggarap.
Usahatani yang dilakukan pada umumnya monokultur akan tetapi karena
19
system pengairan yang bagus ada juga yang mengusahakan dengan system mina
mendong, yaitu melakukan penanaman mendong bersama-sama dengan memelihara
ikan.
Biaya sewa lahan sawah di Kecamatan Manonjaya berdasarkan nilai harga
gabah perhektar, hasil produksi rata-rata perhektar adalah 1750 kg GKG dengan harga
Rp 4,500 perkg GKG jadi Rp 7,875,000 perhektar pertahun.
Luas lahan yang
diusahakan berkisar antara 30 bata sampai dengan 400 bata setara dengan 0.04 ha
sampai 0,57 ha.
Sempitnya lahan usahatani merupakan salah satu permasalahan dalam usahatan
karena sempitnya penguasaan lahan dapat menyebabkan petani enggan untuk
mengambil risiko jika harus menerapkan teknologi baru. Akan tetapi jika lahan tersebut
dikelola dengan benar dengan penggunaan faktor produksi lain yang tepat akan
menghasilkan produk dengan optimal.
Sarana produksi pada agribisnis mendong meliputi input yang terdiri dari bibit
mendong, pupuk urea, phonska dan pupuk organik serta obat-obatan, Introduksi
penggunaan pupuk organik juga sudah dilakukan. Hasil penelitian Tenten Tedjaningsih
dan Suyudi pada tahun 2016 tentang persepsi petani pada penggunaan pupuk organik,
ternyata pupuk organik pada beberapa petani hanya digunakan pada saat tidak tedapat
atau susah diperolehnya pupuk kimia sintetis.
Penggunaan bibit rata-rata 1111 batang perhektar, Urea 100 kg perha. Phonska
300 kg perha . Penggunaan pupuk Phonska ini mampu mengurangi penggunaan pupuk
urea karena pupuk ini sudah mengandung unsur hara Nitrogen, Phospor dan Kalium
sekaligus. Pada saat normal harga bibit mendong adalah Rp
50 perbatang, harga
pupuk Phonska Rp 450,000 perkuintal, dan urea Rp 190,000 perkuintal.
Pada umunya petani mendapatkan sarana produksi berupa pupuk dan obatobatan dari kios atau warung saprotan yang berada di wilayahnya sedangkan bibit
mendong diperoleh dari sesama petani. Pupuk organik ada yang dibeli dari kios saprodi
adapula yang membuat sendiri terutama para petani yang mempunyai ternak domba,
kambing dan sapi.
Cara perolehan sarana produksi tersebut dengan pembelian secara tunai.
Kesulitan yang dialami oleh petani dalam pengadaan sarana produksi ini adalah pada
saat langkanya sarana produksi sehingga sulit diperoleh sehingga harga menjadi lebih
tinggi, artinya petani harus mempunyai modal secara tunai yang lebih besar. Untuk
20
mengatasi kekurangan modal petani umumnya lebih mengandalkan untuk meminjam
kepada saudara atau tetangga dibandingkan kepada lembaga keuangan koperasi atau
perbankan.
Tenaga kerja yang digunakan untuk usahatani mendong adalah tenaga kerja
dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang berasal dari warga setempat.
Penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak digunakan adalah pemeliharaan
dibandingkan dengan kegiatan pengolahan tanah, panen dan pasca panen.
Karena
pemeliharaan termasuk kegiatan pemupukan dan penyiangan
5.1.2. Subsistem Usahatani
Pelaku dalam produksi mendong adalah anggota kelompok tani yang ada di
Kecamatan Manonjaya, akan tetapi kelompok tersebut belum benar-benar khusus untuk
petani mendong tetapi karena masyarakat tani di daerah tersebut juga adalah petani padi
maka kelompok taninya tidak menghususkan kepada komoditas mendong.
Mendong merupakan salah satu komoditas perkebunan, akan tetapi sama halnya
dengan usahatani tanaman pangan padi, masih merupakan skala usahatani kecil dengan
luas lahan usaha antara 0.04 ha sampai dengan 0.57 ha.
(1)
Pengolahan lahan
Pengolahan dilakukan dengan cara dicangkul yang tujuannya
untuk
membalikan dan meratakan tanah serta membuat selokan untuk jalan air, tenaga
kerja yang digunakan adalah tenaga kerja dalam dan luar keluarga.
(2).
Penanaman
Bibit mendong yang digunakan adalah bibit unggul yang siap tanam. Ukuran
bibit adalah yang masih mempunyai ketinggian sekitar 20 cm. Sama halnya
dengan tanama padi, penanaman mendongpun menggunakan jarak tanam, yang
biasa digunakan oleh petani di Kecamatan Manonjaya adalah jarak tanam
30 cm x 30 cm. Tujuan dari penggunaan jarak tanak adalah untuk memudahkan
dalam pemeliharaan, apalagi jika diusahakan bersama-sama budidaya ikan atau
mina mendong.
(3)
Pemupukan
Pemupukan pada tanaman mendong dilakukan tiga kali yaitu pemupukan dasar
pada saat pengolahan lahan dengan menggunakan pupuk kandang kemudian
21
dilanjutkan dengan pemupukan susulan pada umur 45 HST dan umur 75 HST
masing-masing 50 kg urea dan 150 kg phonska untuk setiap kali pemupukan
(4)
Pemeliharaan
Pemeliharaan pertanaman mendong dilakukan berupa penyiangan gulma yang
berada pada areal pertanaman, pemeliharaan saluran air atau penyemprotan
pestisida jika terserang hama atau penyakit.
Pemeliharaan saluran air
diperlukan karena sama halnya dengan pertanaman padi, pada fase-fase tertentu
mendong memerlukan kecukupan akan air.
(5)
Panen
Tanaman mendong termasuk tanaman musiman, rata-rata dapat dipanen sampai
8 sampai 10 kali.
Panen dilakukan setelah pertanaman berumur 3-4 bulan
dengan cara menyabit rumpun mendong dan menyisakan kurang lebih 1-2 cm
dari permukaan tanah, sehingga akan muncul kembali tunas sehingga bertambah
jumlah anakan mendong dan kembali akan dipanen setelah berumur 3-4 bulan.
Sehingga pada usahatani mendong pengadaan bibit hanya dilakukan satu kali
selama satu periode yaitu sekitar 2,5 tahun.
Hasil produksi mendong rata-rata sekitar 4,255 ton mendong kering perha atau
6-7 kg mendong kering per bata
5.1.3. Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian (Agroindustri )
Pasca panen yang dilakukan oleh petani adalah dengan menjemur mendong
yang telah diarit di atas tanah atau lantai
sampai kering, pada umumya untuk
menghindari dari kebusukan jika dipanen pada saat hujan maka pada saat penjemuran
ditaburi abu padi/mendong. kemudian diikat masing-masing sekitar 30-40 kg,
Setelah kering benar maka dilakukan grading berdasarkan panjang batang
mendong, sortir dilakukan dengan cara ikatan mendong diberdirikan kemudian
mencabut /mautan batang mendong yang ukurannya berbeda untuk dsatukan dengan
ukuran panjang yang sama. Ukuran panjang mendong adalah 70 cm, 80 cm, 90 cm
cm,100 cm dan 120 cm ukuran panjang yang panjang biasanya digunakan untuk bahan
baku tikar mendong sedangkan ukuran pendek digunakan sebagai bahan kerajinan
lainnya seperti sajadah, taplak meja, dompet, sandal, kipas
Advin Priatna, Suyudi dan Tenten Tedjaningsih (2015) telah melaksanakan
mensosialisasikan penggunaan bahan pengawet untuk mempertahankan kualitas
22
mendong bagi para pengrajin mendong, akan tetapi masih belum terlihat nyata
responnya karena ada keterkaitannya dengan keterbatasan dalam pengadaan bahan
pengawetnya.
5.1. 4. Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian
Para petani pada umumnya menjual mendong kering kepada pedagang,
pengumpul, Bandar atau langsung kepada pengrajin mendong. Harga jual mendong
pada umumnya adalah Rp 500,000 rupiah per kuintal kering
Pada akhir-akhir ini juga terjadi kesulitan dalam penjualan mendong karena bandar/
pedagang pengumpul membatasi pembelian mendong sehingga terdapat stok mendong
baik di petani maupun pedagang pengumpul hal ini disebabkan banyak perusahaan
pengrajin tikar anyaman mendong mengurangi dan beralih menggunakan bahan baku
non mendong yaitu plastik sehingga kalaupun dijual petani menjual hasil produksinya
dengan harga rendah. Hal tersebut berakibat pada menurunnya pendapatan petani.
SUBSISTEM
SARANA
PRODUKSI
 Lahan
 Bibit
 Pupuk
 Pestisida
 Tenaga
kerja
SUBSISTEM
USAHATANI
 Pengolahan
lahan
 Penanaman
 Pemupukan
 Pemeliharaan
 Panen
SUBSISTEM
AGROINDUSTR
I
 Pasca
Panen
SUBSISTEM
PEMASARAN
 Pedagang
Pengumpul
 Pengrajin
mendong
SUBSISTEM JASA PENUNJANG
 Lembaga keuangan (perbankan,
koperasi)
 Lembaga Pemasaran (pedagang)
 Lembaga Informasi & Teknologi
( Perguruan Tinggi, BP3KP, Pemda)
Gambar. Sistem Agribisnis Mendong
VI.
RENCANA KEGIATAN SELANJUTNYA
Kelanjutan dari kegiatan penelitian adalah menganalisis kinerja dari lembaga agribisnis
mendong di Kecamatan Manonjaya
23
DAFTAR PUSTAKA
Bungaran Saragih, 2010. Agribisnis, Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian. Penerbit IPB Press Jakarta
BPS Kabupaten Tasikmalaya. 2013.. Kabupaten Tasikmalaya dalam Angka.
Husein Umar. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT SUN Jakarta.
Juraemi. 2004. Hubungan Antara Kinerja Kelembagaan Dengan Keragaan Sistem
Agribisnis Pada Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit. EPP. Ol 1
No 2. 2004
J. Supranto, 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan Pangsa
Pasar. PT Rineka Cipta. Jakarta
Kusnandar, Dwiningtyas Padmaningrum, Wiwit Rahayu dan Agung Wibowo. 2013.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 14 No 1, Juni 2013
LP2M-PMP Universitas Siliwangi. 2016. Panduan Penyelenggaraan Penelitian ,
Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Riandina Wahyu Oktaviani dan Rita Nurmalina Suryana, 2006. Analisis Kepuasan
Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Agro ( Studi Kasus di Kebun
Wisata Pasirmukti Bogor. Jurnal Agro Ekonomi. IPB. Bogor.
Roosganda Elizabeth. 2008. Penguatan dan Pemberdayaan Kelembagaan Petani
Mendukung Pengembangan Agribisnis Kedelai. Pusat Analisis Sosial Ekonomi
Kebijakan Pertanian.
Sapta Anantanyu. 2011. Kelembagaan Petani, Peran dan Strategi Pengembangan
Kapasitasnya. SEPA Vol 7 No 2 Februari 2011.
Suyudi, Advin Priatna, Tenten Tedjaningsih. 2015 Sosialisasi penggunaan pupuk organik
pada tanaman mendong di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, LPPM
Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Suyudi, Advin Priatna, Tenten Tedjaningsih. 2016 Teknologi Penguat Bahan Baku Mendong
Untuk Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Mendong di Kecamatan Manonjaya
Kabupaten Tasikmalaya Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Siliwangi
Tasikmalaya.
Tenten Tedjaningsih, Suyudi, Hendar Nuryaman. 2017. Persepsi Petani Terhadap
Penggunaan Pupuk Organik Pada Usahatani Mendong. Mimbar Agribisnis
Universitas Galuh Ciamis
24
Lampiran 1. Loogbook Kegiatan Penelitian
Judul Penelitian
: Peran Kelembagaan Dalam Pengembangan Agribisnis Mendong
Nama Pelaksana
: Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi
Suyudi, SP., MP
: Tahun Pelaksanaan 2017
Tahun Pelaksanaan
1
2
3
4
Tgl
Pelaksanaan
10-Jan-17
21-Jan-17
4-Feb-17
10-Feb-17
5
10-Apr-17
6
15-Apr-17
7
19 Mei 2017
8
21 Mei 2017
9
10
11
22 Mei 2017
25 Mei 2017
2 Juni 2017
12
13
14
15
16
17
3 Juni 2017
12 Juni 2017
13-21 Juni
2017
2-16 Juli 2017
23 Juli 2017
24 Juli 2017
18
31 Juli 2017
No
Isi Catatan
Tempat
Survey penentuan tempat penelitian
Rapat Penyusunan Usulan Penelitian
Pembelian ATK dan perbanyakan UP
Pengusulan Program Penelitian ke LP3MP Univ.
Siliwangi
Pengumuman pemenang Penelitian Dosen
Pembina Yang didanai DIPA Unsil TA 2016
(Batch I )Tahun 2016
Rapat koordinasi tim peneliti, mengenai perub.
rencana kerja dan anggaran
Kec. Manonjaya
Tasikmalaya
Tasikmalaya
Tasikmalaya
Penandatanganan MoU dan Pencairan Dana
Penelitian Internal Batch I (40 % )
Koordinasi peneliti dengan pengurus kelompok
tani
Tasikmalaya
Pembelian ATK
Survey penentuan responden
Pembelian Pulsa komunikasi
Tasikmalaya
Kec. Manonjaya
Tasikmalaya
Tasikmalaya
Kec. Manonjaya
Tasikmalaya
Kec. Manonjaya
Perbanyakan kuesioner
Pengambilan data awal kpd responden
Rapat persiapan pengambilan data
Pengambilan data di lapangan
Pengambilan data di lapangan
Pembayaran Pengolahan data penelitian
Rapat koordinasi tim peneliti untuk penyusunan
laporan kemajuan
Perbanyakan laporan Kemajuan dan ATK
Tasikmalaya
Tasikmalaya
Kec. Manonjaya
Kec. Manonjaya
Tasikmalaya
Tasikmalaya
Tasikmalaya
Taikmalaya, 31 Juli 2017
Ketua Peneliti,
Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi
25
Lampiran 2
Laporan Penggunaan Dana Penelitian
Judul Penelitian
Peran Kelembagaan Dalam Pengembangan Agribisnis
Nama Pelaksana
Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi
Suyudi, SP., MP
2017
Thn Pelaksanaan
No
Tgl
Pelaksanaan
1
2
3
4
10-Jan-17
21-Jan-17
4-Feb-17
15-Apr-17
5
21 Mei 2017
6
7
8
22 Mei 2017
25 Mei 2017
2 Juni 2017
9
10
11
3 Juni 2017
12 Juni
2017
22 Juni 2017
12
17 Juli 2017
13
14
23 Juli 2017
24 Juli 2017
15
31 Juli 2017
Mendong
No
bukti
Isi Catatan
Survey penentuan tempat penelitian
Konsumsi rapat Penyusunan Usulan Penelitian
Pembelian ATK dan perbanyakan UP
Konsumsi Rapat koordinasi tim peneliti,
mengenai perub. rencana kerja dan anggaran
Transfortasi Koordinasi peneliti dengan
pengurus kelompok tani
Pembelian ATK
Transfort Survey penentuan responden
Pembelian Pulsa komunikasi
Perbanyakan kuesioner
Pengambilan data awal kpd responden
Konsumsi rapat persiapan pengambilan data
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
dana
terpakai
680,000
47,000
136,750
43,500
1,290,000
368,250
340,000
400,000
70,000
340,000
93,000
Pembayaran transfor enumerator
Pembayaran transfort tim peneliti
Pembayaran transfort enumerator
Pembayaran transfort tim peneliti
Pembayaran Pengolahan data penelitian
Konsumsi rapat koordinasi tim peneliti untuk
penyusunan laporan kemajuan
11
13
14
1,300,000
1,020,000
1,300,000
1,020,000
500,000
99,000
Perbanyakan laporan Kemajuan
Total biaya
15
52,500
12
9,100,000
Terbilang Sembilan juta seratus ribu rupiah
Taikmalaya, 31 Juli 2017
Ketua Peneliti,
Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi
26
Download