181 / SOSIAL EKONOMI PERTANIAN LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN DOSEN PEMBINA PERAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS MENDONG Oleh : Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi Suyudi, SP., MP NIDN 0419096501 NIDN 0430056902 UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA JULI 2017 i ii RINGKASAN Usahatani mendong di Kecamtan Manonjaya sama halnya dengan usahatani di daerah lainnya termasuk dalam skala usaha kecil. Skala usaha pertanian yang kecil akan menghambat petani dalam meningkatkan pendapatannya sehingga sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Salah satu dampak dari rendahnya pendapatan petani adalah rendahnya ketahanan pangan keluarga, yaitu rendahnya aksesibilitas keluarga tani didalam memperoleh kebutuhan terhadap pangan khususnya beras. Mendasarkan pada orientasi pembangunan pertanian pada saat ini yang berdasarkan pada sistem agribisnis, maka peranan kelembagaan pertanian sangat menentukan terhadap keberhasilan pembangunan pertanian, karena diharapkan akan mampu berkontribusi terhadap aksesibilitas petani terhadap pengembangan sosial ekonomi petani, informasi pertanian, modal, infrastruktur serta pasar. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui kinerja kelembagaan agribisnis yang berperan dalam usahatani mendong beserta tigkat kepuasan petani terhadap keberadaan lembaga agribisnsis tersebut Metode penelitian adalah survey terhadap petani mendong di Kecamatan Manonjaya, Analisis yang digunakan adalah Importance-Performance Analysis atau Analisis tingkat Kepentingan dan Kinerja / Kepuasan Pelanggan Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah survey lapangan untuk memperoleh data penelitian, data yang telah diperoleh sebagian telah dianalis. Hasil penelitian sementara telah mengidentifikasi sub sistem dalam sistem agribisnis mendong. Rencana kegiatan selanjutnya menganalisis kinerja dari masing-masing subsistem dalam agribisnis mendong iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kemajuan Penelitian Peran Kelembagaan dalam Pengembangan Agribisnis Mendong Kami juga mengucapkan terimakasih kepada mengucapkan terimakasih atas seala kerjasama dan dukungan dari Rektor; Ketua Lembaga Penelitian , Pengabdian Kepada Masyarakat dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LP2M-PMP) Universitas Silwangi, Kepala Desa dan Camat Kecamatan Manonjaya. para petani nara sumber serta mahasiswa sebagai enumerator Terimakasih juga kami sampaikan kepada segenap dosen anggota Tim Peneliti atas segala dedikasinya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya. Amin Tasikmalaya, 31 Juli 2017 Ketua Peneliti, Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi iv DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ii RINGKASAN ......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ………………………………………………… vi DAFTAR ISI ........................................................................................ v PENDAHULUAN ................................................................ 1 1.1.Latar Belakang ................................................................ 1 1.2.Tujuan Penelitian ............................................................. 3 1.3. Luaran Penelitian .............................................................. 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 9 3.1. Metode Penelitan .................................................... 9 BAB I 3.2. Rancangan Analisis ....................................................... 10 BAB IV ANGGARAN DAN WAKTU PENELITIAN 13 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………...... 14 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 19 LAMPIRAN ……………………………………………………………... 21 v BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam pereekonomian nasional Indonesia, sektor agribisnis menyerap lebih dari 75 persen angkatan kerja nasional termasuk didalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa usaha rumah tangga pertanian. Apabila seluruh rumah tangga diperhitungkan maka sekitar 80 persen dari penduduk nasional menggantungkan hidupnya pada sektor agribisnis ( Bungaran Saragih, 2010 ) Keberhasilan pengembangan suatu komoditas tidak hanya dipengaruhi oleh budidaya yang dilakukan oleh petani tetapi juga diluar budidaya baik pengadaan sarana produksi, penanganan pasca panen, pemasaran maupun sarana penunjang untuk kelancaran kegiatan tersebut, yang membentuk suatu sistem dan disebut dengan agribisnis Pertumbuhan sektor pertanian tidak dapat dipercepat tanpa memperhatikan ketertarikan antar produksi, pengolahan dan hasil pemasaran. Pengembangannya diarahkan kepada pertumbuhan usaha skala besar paralel dengan skala kecil. Usaha agribisnis skala besar harus mampu menarik usaha skala kecil dalam suatu ikatan keterkaitan, ketergantungan atau interdepensi yang saling menguntungkan Mengingat pada kenyataan bahwa pembangunan pertanian terutama digerakan oleh para petani dengan skala usaha kecil, dengan kemampuan modal serta penyerapan teknologi yang masih rendah, maka upaya menempatkan sektor pertanian sebagai poros penggerak pembangunan ekonomi harus mengutamakan peningkatan sumber daya, sehingga pembangunan pertanian dan perdesaan yang ideal adalah terbentuk karena adanya partisipasi dari masyarakat desa (subjek) sebagai sebagai sasaran utama. Pembangunan ekonomi pedesaan adalah usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan yang dapat dicerminkan dengan meningkatnya pendapatan orangorang sedaerah yang mempunyai kebutuhan yang sama sehingga akan menaikan tingkat kehidupan bersama sehingga masyarakat tersebut menjadi lebih baik keadaan ekonominya. Engene Stanley dalam Ign Sukamdiyo (1996), menyatakan bahwa pembangunan yang dapat diharapkan berhasil adalah pembangunan yang menjamin perkembangan demokrasi. Demokrasi berarti bahwa setiap orang merasa bertanggung 6 jawab untuk ikut mengambil keputusan yang bermanfaat selain untuk dirinya juga untuk masyarakat secara keseluruhan. Kecamatan Manonjaya adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Manonjaya terdiri dari 11 desa dengan luas wilayah 44,71 km2 Tasikmalaya, 2013). dan jumlah penduduk 60.952 orang (BPS Kabupaten Kecamatan Manonjaya sama halnya dengan wilayah lain di Kabupaten Tasikmalaya mempunyai arah pembangunan pertanian karena daerah ini merupakan daerah agraris dan mempunyai potensi pengembangan di sektor pertanian yaitu usahatani padi sawah dan mendong, perikanan dan peternakan baik unggas, ternak kecil maupun ternak besar. Kegiatan bisnis yang banyak dilakukan adalah industri kreatif yang berbahan baku mendong Meskipun tanaman mendong sudah menjadi bagian dari usahatani bagi masyarakat tani di Kecamatan Manonjaya, petani mendong sama halnya dengan petani di daerah lainnya termasuk dalam skala usaha kecil. Skala usaha pertanian yang kecil akan menghambat petani dalam meningkatkan pendapatannya sehingga sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Salah satu dampak dari rendahnya pendapatan petani berdampak terhadap ketahanan pangan keluarga, yaitu rendahnya aksesibilitas keluarga tani didalam memperoleh kebutuhan terhadap pangan khususnya beras. Masyarakat petani yang miskin selain luas lahannya yang sempit juga disebabkan oleh produktivitas yang rendah, infrastruktur terbatas, aksesibilitas rendah terhadap modal, teknologi informasi dan pasar serta rendahnya kapasitas petani. Mendasarkan pada orientasi pembangunan pertanian pada saat ini yang berdasarkan pada sistem agribisnis, maka peranan kelembagaan pertanian termasuk didalamnya kelembagaan petani sangat menentukan terhadap keberhasilan pembangunan pertanian, karena diharapkan akan mampu berkontribusi terhadap aksesibilitas petani terhadap : pengembangan social ekonomi petani, informasi pertanian, modal, infrastruktur serta pasar. 7 1.2. Tujuan penelitian Penelitian bertujuan untuk : a. Mengidentifikasi kelembagaan agribisnis yang berperan dalam usahatani mendong b. Bagaimanakah tingkat kinerja kelembagaan agribisnis dalam usahatani mendong. c. Bagaimanakah tingkat kepuasan petani terhadap kinerja kelembagaan agribisnis dalam usahatani mendong 1.3. Urgensi Kajian a. Lembaga di pedesaan terbentuk untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakatnya, yang sifatnya cenderung merupakan kebutuhan individu anggotanya. baik berupa kebutuhan fisik, rasa aman, hubungan social, pengakuan dan pengembangan pengakuan b. Keberhasilan agribisnis yang dilakukan oleh petani memerlukan dukungan kelembagaan. Keberhasilan kelembagaan tidak hanya ditentukan oleh peran kelembagaan itu sendiri akan tetapi juga memerlukan keterlibatan para petani secara aktif dalam kelembagaan tersebut, jika peran kelembagaan tersebut belum optimal maka peran kelembagaan sebagai salah satu subsistem agribisnis sulit diharapkan dalam menunjang agribisnis mendong. c. Dokumen hasil kajian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber rujukan bagi pemangku kepentingan yang berkaitan dengan upaya-upaya mewujudkan terwujudnya pemenuhan industri kreatif berbahan baku mendong. d. Keberadaan data dan informasi terkait permasalahan usahatani (on farm) mendong di Kecamatan Manonjaya khususnya sebagai sentral produksi mendong di Kabupaten Tasikmalaya ini diharapkan mampu memberikan panduan bagi seluruh pelaku pembangunan dalam perencanaan pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, peningkatan produksi mendong di Kabupaten Tasikmalaya. 1.4. Target luaran dari kegiatan ini adalah Target luaran dari kegiatan menghasilkan publikasi hasil penelitian dalam jurnal nasional 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of Art Penelitian Pembangunan pertanian tidak dapat terlaksana hanya oleh kegiatan para petani sendiri, dan untuk merubah bentuk pertanian dari yang bersifat subsisten atau untuk pemenuhan sendiri menjadi bentuk usaha tani yang komersial sangat tergantung kepada sumber-sumber yang ada di luar lingkungan usahataninya. Mosher, AT ( 1974) menyatakan bahwa terdapat dua syarat dalam pembangunan pertanian yaitu syarat mutlak dan syarat pelancar. Syarat mutlak pembangunan pertanian adalah (1) Pasar untuk hasil pertanian (2) Teknologi yang terus berkembang (3) Terjadinya bahan-bahan produksi dan peralatan secara lokal (4) Perangsang produksi bagi petani serta (5) Pengangkutan. Syarat pelancar pembangunan pertanian meliputi (1) Pendidikan pembangunan (2) Kredit produksi (3) Kegiatan gotong royong (4) Perbaikan dan perluasan tanah pertanian serta (5) Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian Bungaran Saragih (2010), menyatakan bahwa agribisnis adalah cara pandang baru dalam melihat pertanian. Ini berarti bahwa pertanian tidak hanya on-farm aktivities, tetapi juga off-farm aktivities. Dengan demikian pertanian tidak hanya berorientasi produksi, tetapi juga berorientasi pasar, tidak hanya dilihat dari sisi permintaan (demand side) tetapi juga dari sisi penawaran (supply side). Dalam hal ini pertanian tidak hanya bercocok tanam, beternak, menambak ikan, dan berkebun saja, tetapi juga bagaimana memproses dan memasarkan out-putnya, serta bagaimana keterlibatan penunjang Kerangka strategi pembangunan pertanian yanng berwawasan agrobisnis pada dasarnya menunjukan arah bahwa agrobisnis merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan, yang antara lain : (1) Menarik dan mendorong sektor pertanian (2) Menciptakan stuktur perekonomian yang tangguh, efesien dan fleksibel (3) Menciptakan nilai tambah (4) Meningkaatkan penerimaan devisa (5) Menciptakan lapangan kerja (6) Memperbaiki pembagian pendapatan 9 Secara konseptual sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai sub-sistem, yaitu a) Sub-sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan sumber daya pertanian b) Sub-sistem produksi pertanian atau usahatani c) Sub-sistem pengolahan hasil-hasil pertanian atau agroindustri d) Sub-sistem pemasaran hasil-hasil pertanian e) Sub-sistenm penunjang, meliputi aktivitas yang mendorong kelancaran kegiatan keempat sub-sistem lainnya, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan. Gambar. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjang Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya Pembangunan kelembagaan pertanian sebagai penujang keberhasilan agribisnis diperlukan karena : 1) Proses pertanian memerlukan sumberdaya tangguh yang didukung oleh infrastruktur, peralatan, kredit 2) Pembangunan kelembagaan petani lebih rumit daripada menejemen sumberdaya alam karena memerlukan factor pendukung dan unit-unit produksi 3) Kegiatan pertanian mencakup rangkaian penyiapan input, mengubah input menjadi produk dengan tenaga kerja dan manajemen dan menempatkan output menjadi berharga 4) Kegiatan pertanian memerlukan dukungan dalam bentuk kebijakan dan kelembagaan dari pusat dan local 10 5) Kompleksitas pertanian yang meliputi unit usaha dan kelembagaan sulit mencapai optimal. Kelembagaan adalah keseluruhan pola-pola ideal organisasi dan aktivitas yang berpusat disekeliling kebutuhan dasar. Suatu lembaga dibentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga sehingga lembaga mempunyai fungsi, Selain itu lembaga merupakan suatu konsep yang terpadu dengan struktur artinya tidak saja melibatkan pola aktivitas yang lahir dari segi social untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya ( Roncek dan Warren, 1994 dalam Sapja Anantayu, 2011) Strategi-strategi yang dilakukan untuk memenangkan persaingan banyak sekali, salah satunya adalah dengan cara menyampaikan secara konsisten layanan yang berkualitas tinggi dibandingkan para pesaing dan lebih tinggi dari harapan pelanggan (Kotler, 1997). Konsumen akan merasa puas bilamana produk atau jasa yang dirasakan memiliki kualitas yang sesuai dengan harapan, kepuasan akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Kepuasan menurut Philip Kotler (1997) adalah sebagai berikut “ Kepuasan konsumen merupakan fungsi kedekatan antara harapan/expectasi konsumen dengan prestasi produk yang dirasakan konsumen/perceived performance. Tingkat kepuasan dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dan selanjutnya dapat digunakan dalam pengembangan usaha. Husein Umar (2005) menyatakan kepuasan konsumen akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa dari si pemberi jasa kepada konsumen sesuai dengan apa yang dipersepsikan konsumen. Perbedaan cara penyampaian dari apa yang dipersepsikan konsumen itu menurut Parasuraman mencakup 5 gap: 1) Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen 2) Gap antara persepsi manajemen tentang harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa 3) Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan jasa yang disajikan 4) Gap antara penyampaian jasa actual dan komunikasi eksternal kepada konsumen 5) Gap antara jasa yang diharapkan dan jasa actual yang diterima konsumen Jika dikaitkan dengan system agribisnis, kelembagaan adalah termasuk subsistem jasa penunjang, dimana lembaga tersebut harus mampu berperan dalam 11 menunjang terhadap kegiatan dalam subsistem pengadaan sarana produksi, usahatani, pengolahan hasil pertanian dan pemasaran. Petani sebagai pelaku utama adalah adalah subjek dalam pembagunan agribisnis tersebut adalah konsumen dari jasa yang diberikan oleh lembaga penunjang agribisnis tersebut. Agribisnis akan berjalan dengan baik jika tidak terjadi gap antara lembaga penunjang dan dengan kegiatan usahataninya. 2.2. Hasil Penelitian yang sudah dicapai. Terdapat beberapa hasil penelitian tentang kelembagaan agribisnis, a) Hasil penelitan Juraemi (2004) mengenai Hubungan antara Kinerja Kelembagaan dengan Keragaan Sistem Agribisnis Pada Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit menunjukan terdapat empat kelembagaan yang mendukung dalam keragaan sistem agribisnis kelapa sawit, yaitu kelompok tani, koperasi, PPL perkebunan serta Pembina perkebunan. Keempat lembaga tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan keragaan sistem agribisnis kelapa sawit sistem PIRBUN b) Roosganda Elizabeth (2008) menyatakan perlunya mengevaluasi kebijakan pembangunan pertanian dari aspek kelembagaan sehingga upaya keakuratan perumusan kebijakan pembangunan dapat berimplikasi besar bagi peningkatan daya saing SDM perdesaan dan pengembangan agribisnis produk pertanian, Rancangan yang diusulkan terutama melihat relasi sosial ekonomi dan budaya dalam mengkaji potensi kelembagaan tradisional pertanian di perdesaan, mengkaji alternatif kebijakan pembangunan dan perdesaan yang mempertimbangkan indegenous knowledge (kearipan lokal ) dan local knowledge (pengetahuan lokal) serta pemberdayaan kelembagaan pertanian dan perdesaan untuk menciptakan kemandirian petani, peningkatan pendapatan rumah tangga, pengembangan agribisnis produk pertanian c) Kusnandar, Dwiningtyas Padmaningrum dkk (2013) Model kelembagaan agribisnis padi organik dirancang untuk memenuhi empat dimensi yaitu kondisi lingkungan eksternal (the external environment), motivasi kelembagaan ( intitutional motivation), kapasitas kelembagaan (institution capacity) dan kinerja kelembagaan ( institustional performance). Kelembagaan Bapeluh, Lembaga Keuangan dan lembaga seryfikasi sangat diperlukan sehingga apabila akan mengembangkan padi organik lembaga-lembaga tersebut harus diperhatikan. 12 d) Tenten Tedjaningsih, Suyudi dan Hendar Nuryaman (2016) Karakteristik internal petani, dukungan iklim usaha serta persepsi petani terhadap pemupukan organik pada usahatani mendong termasuk dalam katagori sedang dan perilaku komunikasi termasuk dalam katagori rendah, sehingga masih diperlukan pembinaan terhadap petani baik secara individu maupun kelembagaan untuk mendorong petani menggunakan pupuk organik. pada usatani mendong. e) Sapta Anantanyu (2011) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa peningkatan kapasitas kelembagaan petani dilakukan sejalan dengan kegiatan penyuluhan pertanian dengan memotivasi petani untuk berpartisipasi dalam kelembagaan petani Dengan memberikan muatan pada penguatan kapasitas individu petani sekaligus kapasitas kelembagaan petani. 13 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode pelaksanaan penelitian survei yang bersifat eksplorasi yaitu menjelaskan kelembagaan yang mendukung terhadap agribisnis mendong Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, Kecamatan Manonjaya dipilih karena merupakan sentral produksi mendong di Kabupaten Tasikmalaya. Unit analisis adalah petani mendong sebagai responden penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 25 orang petani mendong, pengambilan sampel petani menggunakan simple random sampling terhadap petani mendong di Kecamatan Manonjaya. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani mendong, yang dipandu dengan menggunakan kuesioner sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur, instansi terkait dan sumber lain yang terkait dengan penelitian ini. 3.2. Kerangka Analisis Dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif a.. Kinerja unsur pelayanan (X) adalah tingkat pelaksanaan unsur-unsur pelayanan lembaga penunjang agribisnis yang dapat memberikan kepuasan petani dalam kegiatan usatani mendong Pengukuran yang digunakan dengan skala Likert: Skor 5. Tingkat kinerja sangat istimewa Skor 4, Tingkat kinerja istimewa Skor 3, Tingkat kinerja Baik Skor 2, Tingkat kinerja Cukup Skor 1, Tingkat kinerja kurang b. Kepentingan unsur pelayanan (Y) adalah tingkat kepentingan unsur-unsur pelayanan lembaga penunjang agribisnis yang dapat memberikan kepuasan petani dalam kegiatan usatani mendong Pengukuran yang digunakan dengan skala Likert: Skor 5, Tingkat kepentingan, sangat penting Skor 4, Tingkat kepentingan penting 14 Skor 3. Tingkat kepentingan cukup penting Skor 2, Tingkat kepentingan kurang penting Skor 1, Tingkat kepentingan Tidak penting (1) Untuk mengetahui tanggapan petani terhadap unsur-unsur pelayanan digunakan Importance-Performance Analysis atau Analisis tingkat Kepentingan dan Kinerja/ Kepuasan Pelanggan (John A. Martila dan John C James dalam J. Supranto, 2006), yaitu memetakan hubungan antara kepentingan dan kinerja dari masing – masing unsur. (2) Untuk menganalisa tingkat kepuasan petani terhadap unsur pelayanan secara keseluruhan digunakan Consumer Satisfaction Index (Aritonang dalam Riandina Wahyu Oktaviani dan Rita Nurmalina Suryana, 2006) Importance-Performance Analysis atau Analisis tingkat Kepentingan dan Kinerja terdiri dari dua komponen yaitu analisis kuadran dan analisis kesenjangan a. Menghitung rata-rata penilaian kepentingan dan kinerja untuk setiap atribut k Xi Xi = i 1 n Xi = bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke – i k Yi Yi = i i n Yi = bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke – i n = jumlah responden b. Menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan atribut k Xi Xi = i 1 n Xi = nilai rata-rata kinerja atribut k Yi Yi = i 1 n Yi = nilai rata-rata kepentingan atribut n = jumlah atribut Nilai X akan memotong tegak lurus pada sumbu horizontal, yakni sumbu yang mencerminkan kinerja (X) sedangkan nilai Y akan memotong tegak lurus pada sumbu vertical yakni sumbu yang mencerminkan kepentingan (Y). Setelah diperoleh bobot 15 kinerja dan kepentingan serta nilai rata-rata kinerja dan kepentingan, kemudian nilainilai tersebut diplotkan kedalam diagram Kartesius seperti gambar dibawah ini : Gambar 2. Diagram Kartesius Kepentingan (Y) Kuadran A Prioritas utama Kuadran B Pertahankan Prestasi Kuadran C Prioritas Rendah Kuadran D Berlebihan Y X Kinerja ( X ) Consumer Satisfaction Index (CSI), digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan petani terhadap kelembagaan agribisnis secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari masing-masing unsur a. Menentukan Mean Importance Score (MIS) n Yi i 1 MIS = n = jumlah responden n Yi = Nilai kepentingan atribut Y ke –i b. Menentukan = Mean Satisfaction Score (MSS) n Xi i 1 MSS = n = jumlah responden n Xi = Nilai kepentingan atribut X ke –i c. Membuat Weight Factors (WF) WF = MISi i MISi x 100 % i 1 d. Membuat Weight Score (WS) WSi = WFi x MSS 16 e. Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI) n WSi CSI = i 1 HS x 100 % i = atribut kepentingan ke – i HS = (Highest scale) skala maksimum yang digunakan Pada umumnya, nilai CSI diatas 50 % dapat dikatakan bahwa konsumen sudah merasa puas, tetapi bila nilai CSI dibawah 50 % konsumen belum dikatakan puas, pada penelitian ini tingkat kepuasan konsumen akan mengacu kepada Indeks Kepuasan Pelanggan dari PT Sucofindo Tabel Kriteria Indeks Kepuasan Pelanggan ( CSI ) No Nilai CSI Kriteria CSI 1 0,81 – 1,00 Sangat puas 2 0,66 – 0,80 Puas 3 0,51 – 0,65 Cukup puas 4 0,35 – 0,50 Kurang puas 5 0,00 – 0,34 Tidak puas 17 BAB IV. PENGGUNAAN DANA DAN WAKTU PELAKSANAAN Peneltian dilakanakan di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Waktu pelitian dari mulai pengajuan proposal sampai dengan laporan akhir direncanakan selama 10 bulan yaitu dari mulai bulan Februari sampai dengan bulan November 2017 dengan jadwal kegiatan sbb : Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan No Jenis Kegiatan Bulan 1 1 Pengajuan proposal 2 3 4 5 6 7 Persiapan Pelaksanaan Observasi lapangan Pelaksanaan Analisa data Pelaporan hasil Publikasi 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Penggunaan dana penelitian sampai dengan laporan kemajuan terlampir 18 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sistem Agribisnis Mendong Agribisnis merupakan paradigma baru pembangunan ekonomi berbasis pertanian. Cakupan agribisnis yang sangat luas melibatkan banyak lembaga karena agribisnis tidak hanya menghasikan produk pertanian primer seperti tumbuhan, ternak dan ikan saja tetapi dari mulai pengadaan sarana produksi sampai dengan kegiatan pemasaran dari produk usahatani serta produk olahannya yang satu sama lain saling terkait dan tidak terpisahkan. Dengan demikian agribisnis merupakan suatu system yang terdiri dari subsistem hulu atau pengadaan sarana produksi, subsistem usahayani, subsistem pengolahan hasil produksi pertanian atau agroindustri, subsistem pemasaran serta subsistem jasa penunjang yang mendorong kegiatan ke empat subsistem lainnya. Keberhasilan agribisnis suatu komoditas tergantung kepada kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai disetiap subsistemnya. Perubahan dan perkembangan pertanian pada dasarnya berasal kepada permasalan kelembagaan Konsep dan potensi system pertanian tidak dapat melakukan perubahan tanpa diikuti perubahan structural kelembagaannya. Budidaya dan industry kreatif yang berbahan baku mendong di Kecamatan Manonjaya bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakatnya sehingga Kecamatan Manonjaya merupakan sala satu sentra industry mendong. Sebagai salah satu pelaku dalam industry permendongan yaitu petani sebagai penghasil produk mendong primer sama halnya dengan petani lainnya termasuk dalam usatani yang skala usaha kecil. 5.1.1. Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi Pada umumnya tanaman mendong diusahakan di lahan-lahan sekitar sumber air atau di lahan-lahan persawahan yang memiliki irigasi teknis yang bagus. Keunggulan tanaman ini adalah sekali tanam dapat dipanen berkali-kali sehingga dibandingkan dengan tanaman semusim lainnya tanaman mendong merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi (Sunanto, 2000). Demikian halnya dengan usahatani mendong yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Manonjaya. Lahan yang digunakan adalah lahan sawah beririgasi teknis dari Cimulu. Lahan yang digunakan adalah lahan sawah sehingga petani pada umunya adalah petani padi dengan status kepemilikan sebagian besar adalah penyakap akan tetapi ada juga petani penggarap serta pemilik penggarap. Usahatani yang dilakukan pada umumnya monokultur akan tetapi karena 19 system pengairan yang bagus ada juga yang mengusahakan dengan system mina mendong, yaitu melakukan penanaman mendong bersama-sama dengan memelihara ikan. Biaya sewa lahan sawah di Kecamatan Manonjaya berdasarkan nilai harga gabah perhektar, hasil produksi rata-rata perhektar adalah 1750 kg GKG dengan harga Rp 4,500 perkg GKG jadi Rp 7,875,000 perhektar pertahun. Luas lahan yang diusahakan berkisar antara 30 bata sampai dengan 400 bata setara dengan 0.04 ha sampai 0,57 ha. Sempitnya lahan usahatani merupakan salah satu permasalahan dalam usahatan karena sempitnya penguasaan lahan dapat menyebabkan petani enggan untuk mengambil risiko jika harus menerapkan teknologi baru. Akan tetapi jika lahan tersebut dikelola dengan benar dengan penggunaan faktor produksi lain yang tepat akan menghasilkan produk dengan optimal. Sarana produksi pada agribisnis mendong meliputi input yang terdiri dari bibit mendong, pupuk urea, phonska dan pupuk organik serta obat-obatan, Introduksi penggunaan pupuk organik juga sudah dilakukan. Hasil penelitian Tenten Tedjaningsih dan Suyudi pada tahun 2016 tentang persepsi petani pada penggunaan pupuk organik, ternyata pupuk organik pada beberapa petani hanya digunakan pada saat tidak tedapat atau susah diperolehnya pupuk kimia sintetis. Penggunaan bibit rata-rata 1111 batang perhektar, Urea 100 kg perha. Phonska 300 kg perha . Penggunaan pupuk Phonska ini mampu mengurangi penggunaan pupuk urea karena pupuk ini sudah mengandung unsur hara Nitrogen, Phospor dan Kalium sekaligus. Pada saat normal harga bibit mendong adalah Rp 50 perbatang, harga pupuk Phonska Rp 450,000 perkuintal, dan urea Rp 190,000 perkuintal. Pada umunya petani mendapatkan sarana produksi berupa pupuk dan obatobatan dari kios atau warung saprotan yang berada di wilayahnya sedangkan bibit mendong diperoleh dari sesama petani. Pupuk organik ada yang dibeli dari kios saprodi adapula yang membuat sendiri terutama para petani yang mempunyai ternak domba, kambing dan sapi. Cara perolehan sarana produksi tersebut dengan pembelian secara tunai. Kesulitan yang dialami oleh petani dalam pengadaan sarana produksi ini adalah pada saat langkanya sarana produksi sehingga sulit diperoleh sehingga harga menjadi lebih tinggi, artinya petani harus mempunyai modal secara tunai yang lebih besar. Untuk 20 mengatasi kekurangan modal petani umumnya lebih mengandalkan untuk meminjam kepada saudara atau tetangga dibandingkan kepada lembaga keuangan koperasi atau perbankan. Tenaga kerja yang digunakan untuk usahatani mendong adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang berasal dari warga setempat. Penggunaan tenaga kerja yang lebih banyak digunakan adalah pemeliharaan dibandingkan dengan kegiatan pengolahan tanah, panen dan pasca panen. Karena pemeliharaan termasuk kegiatan pemupukan dan penyiangan 5.1.2. Subsistem Usahatani Pelaku dalam produksi mendong adalah anggota kelompok tani yang ada di Kecamatan Manonjaya, akan tetapi kelompok tersebut belum benar-benar khusus untuk petani mendong tetapi karena masyarakat tani di daerah tersebut juga adalah petani padi maka kelompok taninya tidak menghususkan kepada komoditas mendong. Mendong merupakan salah satu komoditas perkebunan, akan tetapi sama halnya dengan usahatani tanaman pangan padi, masih merupakan skala usahatani kecil dengan luas lahan usaha antara 0.04 ha sampai dengan 0.57 ha. (1) Pengolahan lahan Pengolahan dilakukan dengan cara dicangkul yang tujuannya untuk membalikan dan meratakan tanah serta membuat selokan untuk jalan air, tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja dalam dan luar keluarga. (2). Penanaman Bibit mendong yang digunakan adalah bibit unggul yang siap tanam. Ukuran bibit adalah yang masih mempunyai ketinggian sekitar 20 cm. Sama halnya dengan tanama padi, penanaman mendongpun menggunakan jarak tanam, yang biasa digunakan oleh petani di Kecamatan Manonjaya adalah jarak tanam 30 cm x 30 cm. Tujuan dari penggunaan jarak tanak adalah untuk memudahkan dalam pemeliharaan, apalagi jika diusahakan bersama-sama budidaya ikan atau mina mendong. (3) Pemupukan Pemupukan pada tanaman mendong dilakukan tiga kali yaitu pemupukan dasar pada saat pengolahan lahan dengan menggunakan pupuk kandang kemudian 21 dilanjutkan dengan pemupukan susulan pada umur 45 HST dan umur 75 HST masing-masing 50 kg urea dan 150 kg phonska untuk setiap kali pemupukan (4) Pemeliharaan Pemeliharaan pertanaman mendong dilakukan berupa penyiangan gulma yang berada pada areal pertanaman, pemeliharaan saluran air atau penyemprotan pestisida jika terserang hama atau penyakit. Pemeliharaan saluran air diperlukan karena sama halnya dengan pertanaman padi, pada fase-fase tertentu mendong memerlukan kecukupan akan air. (5) Panen Tanaman mendong termasuk tanaman musiman, rata-rata dapat dipanen sampai 8 sampai 10 kali. Panen dilakukan setelah pertanaman berumur 3-4 bulan dengan cara menyabit rumpun mendong dan menyisakan kurang lebih 1-2 cm dari permukaan tanah, sehingga akan muncul kembali tunas sehingga bertambah jumlah anakan mendong dan kembali akan dipanen setelah berumur 3-4 bulan. Sehingga pada usahatani mendong pengadaan bibit hanya dilakukan satu kali selama satu periode yaitu sekitar 2,5 tahun. Hasil produksi mendong rata-rata sekitar 4,255 ton mendong kering perha atau 6-7 kg mendong kering per bata 5.1.3. Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian (Agroindustri ) Pasca panen yang dilakukan oleh petani adalah dengan menjemur mendong yang telah diarit di atas tanah atau lantai sampai kering, pada umumya untuk menghindari dari kebusukan jika dipanen pada saat hujan maka pada saat penjemuran ditaburi abu padi/mendong. kemudian diikat masing-masing sekitar 30-40 kg, Setelah kering benar maka dilakukan grading berdasarkan panjang batang mendong, sortir dilakukan dengan cara ikatan mendong diberdirikan kemudian mencabut /mautan batang mendong yang ukurannya berbeda untuk dsatukan dengan ukuran panjang yang sama. Ukuran panjang mendong adalah 70 cm, 80 cm, 90 cm cm,100 cm dan 120 cm ukuran panjang yang panjang biasanya digunakan untuk bahan baku tikar mendong sedangkan ukuran pendek digunakan sebagai bahan kerajinan lainnya seperti sajadah, taplak meja, dompet, sandal, kipas Advin Priatna, Suyudi dan Tenten Tedjaningsih (2015) telah melaksanakan mensosialisasikan penggunaan bahan pengawet untuk mempertahankan kualitas 22 mendong bagi para pengrajin mendong, akan tetapi masih belum terlihat nyata responnya karena ada keterkaitannya dengan keterbatasan dalam pengadaan bahan pengawetnya. 5.1. 4. Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian Para petani pada umumnya menjual mendong kering kepada pedagang, pengumpul, Bandar atau langsung kepada pengrajin mendong. Harga jual mendong pada umumnya adalah Rp 500,000 rupiah per kuintal kering Pada akhir-akhir ini juga terjadi kesulitan dalam penjualan mendong karena bandar/ pedagang pengumpul membatasi pembelian mendong sehingga terdapat stok mendong baik di petani maupun pedagang pengumpul hal ini disebabkan banyak perusahaan pengrajin tikar anyaman mendong mengurangi dan beralih menggunakan bahan baku non mendong yaitu plastik sehingga kalaupun dijual petani menjual hasil produksinya dengan harga rendah. Hal tersebut berakibat pada menurunnya pendapatan petani. SUBSISTEM SARANA PRODUKSI Lahan Bibit Pupuk Pestisida Tenaga kerja SUBSISTEM USAHATANI Pengolahan lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Panen SUBSISTEM AGROINDUSTR I Pasca Panen SUBSISTEM PEMASARAN Pedagang Pengumpul Pengrajin mendong SUBSISTEM JASA PENUNJANG Lembaga keuangan (perbankan, koperasi) Lembaga Pemasaran (pedagang) Lembaga Informasi & Teknologi ( Perguruan Tinggi, BP3KP, Pemda) Gambar. Sistem Agribisnis Mendong VI. RENCANA KEGIATAN SELANJUTNYA Kelanjutan dari kegiatan penelitian adalah menganalisis kinerja dari lembaga agribisnis mendong di Kecamatan Manonjaya 23 DAFTAR PUSTAKA Bungaran Saragih, 2010. Agribisnis, Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Penerbit IPB Press Jakarta BPS Kabupaten Tasikmalaya. 2013.. Kabupaten Tasikmalaya dalam Angka. Husein Umar. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT SUN Jakarta. Juraemi. 2004. Hubungan Antara Kinerja Kelembagaan Dengan Keragaan Sistem Agribisnis Pada Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit. EPP. Ol 1 No 2. 2004 J. Supranto, 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan Pangsa Pasar. PT Rineka Cipta. Jakarta Kusnandar, Dwiningtyas Padmaningrum, Wiwit Rahayu dan Agung Wibowo. 2013. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 14 No 1, Juni 2013 LP2M-PMP Universitas Siliwangi. 2016. Panduan Penyelenggaraan Penelitian , Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Riandina Wahyu Oktaviani dan Rita Nurmalina Suryana, 2006. Analisis Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Agro ( Studi Kasus di Kebun Wisata Pasirmukti Bogor. Jurnal Agro Ekonomi. IPB. Bogor. Roosganda Elizabeth. 2008. Penguatan dan Pemberdayaan Kelembagaan Petani Mendukung Pengembangan Agribisnis Kedelai. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Kebijakan Pertanian. Sapta Anantanyu. 2011. Kelembagaan Petani, Peran dan Strategi Pengembangan Kapasitasnya. SEPA Vol 7 No 2 Februari 2011. Suyudi, Advin Priatna, Tenten Tedjaningsih. 2015 Sosialisasi penggunaan pupuk organik pada tanaman mendong di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, LPPM Universitas Siliwangi Tasikmalaya Suyudi, Advin Priatna, Tenten Tedjaningsih. 2016 Teknologi Penguat Bahan Baku Mendong Untuk Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Mendong di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Tenten Tedjaningsih, Suyudi, Hendar Nuryaman. 2017. Persepsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Organik Pada Usahatani Mendong. Mimbar Agribisnis Universitas Galuh Ciamis 24 Lampiran 1. Loogbook Kegiatan Penelitian Judul Penelitian : Peran Kelembagaan Dalam Pengembangan Agribisnis Mendong Nama Pelaksana : Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi Suyudi, SP., MP : Tahun Pelaksanaan 2017 Tahun Pelaksanaan 1 2 3 4 Tgl Pelaksanaan 10-Jan-17 21-Jan-17 4-Feb-17 10-Feb-17 5 10-Apr-17 6 15-Apr-17 7 19 Mei 2017 8 21 Mei 2017 9 10 11 22 Mei 2017 25 Mei 2017 2 Juni 2017 12 13 14 15 16 17 3 Juni 2017 12 Juni 2017 13-21 Juni 2017 2-16 Juli 2017 23 Juli 2017 24 Juli 2017 18 31 Juli 2017 No Isi Catatan Tempat Survey penentuan tempat penelitian Rapat Penyusunan Usulan Penelitian Pembelian ATK dan perbanyakan UP Pengusulan Program Penelitian ke LP3MP Univ. Siliwangi Pengumuman pemenang Penelitian Dosen Pembina Yang didanai DIPA Unsil TA 2016 (Batch I )Tahun 2016 Rapat koordinasi tim peneliti, mengenai perub. rencana kerja dan anggaran Kec. Manonjaya Tasikmalaya Tasikmalaya Tasikmalaya Penandatanganan MoU dan Pencairan Dana Penelitian Internal Batch I (40 % ) Koordinasi peneliti dengan pengurus kelompok tani Tasikmalaya Pembelian ATK Survey penentuan responden Pembelian Pulsa komunikasi Tasikmalaya Kec. Manonjaya Tasikmalaya Tasikmalaya Kec. Manonjaya Tasikmalaya Kec. Manonjaya Perbanyakan kuesioner Pengambilan data awal kpd responden Rapat persiapan pengambilan data Pengambilan data di lapangan Pengambilan data di lapangan Pembayaran Pengolahan data penelitian Rapat koordinasi tim peneliti untuk penyusunan laporan kemajuan Perbanyakan laporan Kemajuan dan ATK Tasikmalaya Tasikmalaya Kec. Manonjaya Kec. Manonjaya Tasikmalaya Tasikmalaya Tasikmalaya Taikmalaya, 31 Juli 2017 Ketua Peneliti, Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi 25 Lampiran 2 Laporan Penggunaan Dana Penelitian Judul Penelitian Peran Kelembagaan Dalam Pengembangan Agribisnis Nama Pelaksana Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi Suyudi, SP., MP 2017 Thn Pelaksanaan No Tgl Pelaksanaan 1 2 3 4 10-Jan-17 21-Jan-17 4-Feb-17 15-Apr-17 5 21 Mei 2017 6 7 8 22 Mei 2017 25 Mei 2017 2 Juni 2017 9 10 11 3 Juni 2017 12 Juni 2017 22 Juni 2017 12 17 Juli 2017 13 14 23 Juli 2017 24 Juli 2017 15 31 Juli 2017 Mendong No bukti Isi Catatan Survey penentuan tempat penelitian Konsumsi rapat Penyusunan Usulan Penelitian Pembelian ATK dan perbanyakan UP Konsumsi Rapat koordinasi tim peneliti, mengenai perub. rencana kerja dan anggaran Transfortasi Koordinasi peneliti dengan pengurus kelompok tani Pembelian ATK Transfort Survey penentuan responden Pembelian Pulsa komunikasi Perbanyakan kuesioner Pengambilan data awal kpd responden Konsumsi rapat persiapan pengambilan data 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah dana terpakai 680,000 47,000 136,750 43,500 1,290,000 368,250 340,000 400,000 70,000 340,000 93,000 Pembayaran transfor enumerator Pembayaran transfort tim peneliti Pembayaran transfort enumerator Pembayaran transfort tim peneliti Pembayaran Pengolahan data penelitian Konsumsi rapat koordinasi tim peneliti untuk penyusunan laporan kemajuan 11 13 14 1,300,000 1,020,000 1,300,000 1,020,000 500,000 99,000 Perbanyakan laporan Kemajuan Total biaya 15 52,500 12 9,100,000 Terbilang Sembilan juta seratus ribu rupiah Taikmalaya, 31 Juli 2017 Ketua Peneliti, Hj. Tenten Tedjaningsih, Ir., MSi 26