STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON

advertisement
STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN
PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
(Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana
dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat)
Oleh:
Yuddi Yustian
A14204057
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
YUDDI YUSTIAN. STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON
INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA
DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan
Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat).
Di bawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG).
Perubahan sistematika pemilihan kepala daerah yang ditandai dengan
disahkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang merupakan revisi dari Undang-undang No. 22 Tahun 1999, telah mengubah
tata cara pemilihan kepala daerah yang sebelumnya dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menjadi dipilih secara langsung oleh
masyarakat melalui pemilihan umum yang diselenggarakan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU). Perubahan tata cara pemilihan tersebut juga merubah
cara-cara dan pendekatan kampanye politik yang dijalankan oleh masing-masing
pasangan calon. Saat pemilihan dilakukan oleh DPRD, kampanye dengan cara
lobi politik kepada anggota dewan lebih diutamakan, sedangkan dalam pemilihan
secara langsung oleh masyarakat, pengenalan calon kepala daerah kepada
masyarakat melalui kampanye politik yang melibatkan masyarakat dijadikan cara
utama untuk menarik perhatian dan suara dari konstituen yaitu masyarakat daerah
setempat.
Kampanye dalam pemilihan kepala daerah dilakukan dengan beragam
teknik kampanye, yang dihasilkan melalui tahapan perencanaan kampanye politik
yang meliputi tahap perencanaan anggaran dan pendanaan kampanye, konsolidasi
internal dan eksternal tim kampanye, segmentasi sasaran kampanye, targeting
sasaran kampanye, dan positioning yang dinyatakan dalam bentuk slogan
kampanye. Beragam teknik kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye politik
diyakini akan membentuk suatu citra politik bagi pasangan calon yang
dikampanyekan. Citra politik yang menarik dan dianggap penting oleh masyarakat
akan mendorong pemilih untuk menjatuhkan pilihan politiknya kepada calon
tersebut.
Subjek dari penelitian ini adalah pasangan Danny Setiawan-Iwan
Sulanjana (DA’I) yang berstatus sebagai calon incumbent dan didukung oleh
Partai Golkar dan Partai Demokrat, dan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf
(HADE) sebagai calon pendatang baru yang didukung oleh PKS dan PAN.
Perbedaan status antara kedua calon kepala daerah tersebut diyakini akan
mempengaruhi teknik-teknik dan bentuk kampanye politik yang dijalankan oleh
kedua pasangan calon kepala daerah. Penelitian dalam skripsi ini memfokuskan
pada aspek perencanaan strategi kampanye politik, kegiatan kampanye politik
yang dilakukan, kesesuaian citra antara yang ditangkap oleh pemilih dan citra
yang dikomunikasikan oleh tim kampanye politik, serta perbandingan strategi
kampanye politik dari tim kampanye calon gubernur incumbent dan calon
gubernur pendatang baru, di Kota Bogor.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus
tipe instrumental, untuk mengetahui proses dan tahapan perencanaan kampanye
politik, serta teknik dan bentuk kampanye politik yang digunakan oleh tim
kampanye pasangan calon kepala daerah incumbent dan pendatang baru. Pada
penelitian ini juga digunakan metode polling untuk mengukur kesesuaian citra
yang ditangkap oleh pemilih DA’I dan HADE di Kota Bogor, dengan citra yang
dikomunikasikan oleh tim kampanye mereka. Jumlah responden polling dalam
penelitian ini sebanyak 60 orang yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu
30 responden yang memilih pasangan DA’I dan 30 responden yang memilih
pasangan HADE. Responden tersebut dipilih dari tiga kecamatan di Kota Bogor,
yaitu Kecamatan Bogor Tengah, Bogor Utara, dan Kecamatan Tanah Sareal.
Hasil penelitian ini mengungkap bahwa mekanisme kerja tim kampanye
HADE yang bekerja berdasarkan masing-masing partai politik pendukung menjadi
HADE PKS dan HADE PAN, ternyata lebih efektif dalam menjalankan kegiatan
kampanye yang hanya berlangsung kurang dari dua minggu. Sementara itu tim
kampanye DA’I yang anggota-anggotanya berasal dari Partai Golkar dan Partai
Demokrat, justru mengalami berbagai hambatan yang menyebabkan kondisi
”saling tunggu” karena sulitnya koordinasi antara anggota-anggota tim kampanye
dari parpol yang berbeda. Selain itu jumlah dana, konsolidasi internal dan
eksternal yang dilakukan, targeting sasaran kampanye, serta kalimat positioning,
ternyata mempengaruhi bentuk-bentuk kegiatan kampanye yang dilakukan dan
pada akhirnya berperan menjadi faktor-faktor yang berpengaruh untuk
memenangkan pemilihan kepala daerah.
Teknik kampanye yang dijalankan juga berpengaruh terhadap peluang
untuk memenangkan pemilihan kepala daerah. Teknik-teknik kampanye yang
menggunakan model komunikasi satu-satu ternyata lebih efektif untuk meraih
simpati dan dukungan masyarakat dibandingkan model komunikasi satu-banyak.
Model komunikasi satu-satu tersebut digolongkan ke dalam teknik kampanye dari
rumah ke rumah, yang dilakukan dengan cara mendatangi dan menjelaskan
biografi pasangan calon, visi-misi, dan program kerja yang akan dijalankan jika
nanti terpilih. Penggunaan perjanjian ”kontrak politik” antara pasangan calon
dengan masyarakat juga meningkatan rasa kepercayaan masyarakat kepada calon
yang melakukan perjanjian ”kontrak politik”. Selain itu, bentuk-bentuk kampanye
yang inovatif dan bermanfaat untuk masyarakat juga turut mempengaruhi pilihan
politik masyarakat.
Usia dan tingkat pendidikan pemilih ternyata tidak mempengaruhi
kesesuaian citra politik pasangan calon kepala daerah yang ditangkap oleh pemilih
dan yang dikomunikasikan oleh tim kampanye. Persentase kesesuaian citra dari
kedua pasangan berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pemilih pasangan DA’I
dan HADE yang lebih dari 50 persen (kecuali pemilih HADE yang berpendidikan
menengah yaitu sebesar 30 persen), menunjukkan bahwa usia dan tingkat
pendidikan tidak berhubungan dengan kemampuan individu dalam menangkap
citra dengan tepat.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemenangan pasangan HADE antara lain
adalah, penggunaan strategi kampanye yang tepat melalui direct selling,
mekanisme kerja tim kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang
inovatif, dan ketepatan momentum mengenai citra pasangan muda dengan isu
yang sedang berkembang saat itu. Sementara itu faktor-faktor yang menyebabkan
kekalahan pasangan DA’I antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim
kampanye dan partai ke tingkat atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan
strategi kampanye melalui strategi ”panggung” yang merupakan cara-cara lama
dalam berkampanye, dan ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari pasangan
DA’I, dengan pandangan masyarakat mengenai pasangan DA’I.
STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN
PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
(Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana
dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat)
Oleh:
Yuddi Yustian
A14204057
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh:
Nama
: Yuddi Yustian
NRP
: A14204057
Judul
: STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT
DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA
DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny
Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di
Kota Bogor, Jawa Barat)
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS
NIP. 131 879 331
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
STRATEGI
PENDATANG
KAMPANYE
BARU
POLITIK
DALAM
CALON
PEMILIHAN
INCUMBENT
KEPALA
DAN
DAERAH
(Studi Kasus: Tim Kampanye Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad
Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor, Jawa Barat) INI BENAR-BENAR
MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA
SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH
DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI
BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN
PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA
BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI.
Bogor, September 2008
Yuddi Yustian
A14204057
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yuddi Yustian, merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, yang dilahirkan di Bandung pada tanggal 2 Desember 1985 dari
orangtua bernama Buntara, SE dan Kenny Afantini. Pendidikan formal penulis
dimulai di SD Negeri Pengadilan 5 Bogor dan lulus pada tahun 1997, selanjutnya
penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun
2000, kemudian dilanjutkan di SMU PGRI I Bogor dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi pengurus pada beberapa
organisasi intra dan ekstra kampus, di antaranya adalah Ketua Departemen Minat,
Bakat, dan Profesi pada Himpunan Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
(MISETA) periode 2007-2008, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Bogor Fakultas Pertanian IPB periode 2006-2007. Selain aktif di organisasi
kemahasiswaan, penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen untuk mata kuliah
Dasar-dasar Komunikasi pada semester ganjil tahun 2006. Selama penulisan
skripsi ini, penulis juga bekerja paruh waktu sebagai Marketing Officer pada
Majalah Bogor-Q.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul: STRATEGI
KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU
DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye
Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota
Bogor, Jawa Barat).
Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk menganalisis dan
melakukan perbandingan pada tahap-tahap perencanaan dan kegiatan kampanye
politik, pada pemilihan kepala daerah Jawa Barat yang dilakukan oleh tim
kampanye calon incumbent dan pendatang baru. Penelitian skripsi ini merupakan
proses belajar yang dilakukan oleh penulis agar penulis dapat mengenal,
mempelajari, dan menganalisis fakta-fakta mengenai kampanye politik, yang
kemudian disajikan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi.
Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang
cukup relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para akademisi dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang.................................................................................
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................
1.4. Kegunaan Penelitian .......................................................................
1
1
5
8
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA ANALISIS ................
2.1. Tinjauan Pustaka.............................................................................
2.1.1. Definisi Kampanye Politik ....................................................
2.1.2. Teknik-teknik Kampanye Politik ..........................................
11
2.1.3. Strategi Kampanye Politik ....................................................
12
2.1.4. Tahapan Pemasaran Politik ...................................................
13
2.1.5. Persuasi Politik .....................................................................
20
2.1.6. Pencitraan Politik ..................................................................
23
2.1.7. Tim Kampanye .....................................................................
26
2.1.8. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pilkada .......
26
2.2. Kerangka Analisis ..........................................................................
28
2.3. Definisi Konseptual .......................................................................
29
9
9
9
BAB III METODOLOGI .................................................................................
32
3.1. Metode Penelitian ..........................................................................
32
3.2. Penentuan Subjek Penelitian dan Responden Polling ....................
33
3.3. Teknik Pengumpulan Data..............................................................
36
3.4. Teknik Analisis Data dan Penyajian Data.......................................
37
BAB IV PROFIL CALON GUBERNUR DAN TIM KAMPANYE ...........
39
4.1. Profil Pasangan Incumbent (DA’I) ................................................
39
4.2. Profil Tim Kampanye DA’I Kota Bogor .......................................
40
4.3. Profil Pasangan Pendatang Baru (HADE) .....................................
42
4.4. Profil Tim Kampanye HADE ........................................................
44
4.5. Perbandingan antara Tim Kampanye DA’I dan HADE ................
46
BAB V PERENCANAAN STRATEGI KAMPANYE POLITIK ................
48
5.1. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik DA’I ................
48
5.1.1. Anggaran Biaya dan Pendanaan Kampanye ........................
49
5.1.2. Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye ............
50
5.1.3. Segmentasi ...........................................................................
51
5.1.4. Targeting .............................................................................
54
5.1.5. Positioning ...........................................................................
54
5.2. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik HADE..............
55
5.2.1. Anggaran Biaya dan Pendanaan Kampanye ........................
56
5.2.2. Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye ............
57
5.2.3. Segmentasi ...........................................................................
59
5.2.4. Targeting .............................................................................
60
5.2.5. Positioning ...........................................................................
61
5.3. Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik .................
62
BAB VI KEGIATAN KAMPANYE POLITIK .............................................
65
6.1. Kegiatan Kampanye Politik Tim DA’I Kota Bogor.......................
65
6.1.1. Kampanye Massa Tidak Langsung .....................................
66
6.1.2. Kampanye Pembukaan ........................................................
71
6.1.3. Kampanye Dialogis dan Silaturahmi dengan Tokoh
Pemuda .................................................................................
72
6.1.4. Pawai Motor Simpatik .........................................................
72
6.1.5. Kampanye Massa Langsung ................................................
73
6.2. Kegiatan Kampanye Politik Tim HADE Kota Bogor ....................
75
6.2.1. Kampanye Massa Tidak Langsung .....................................
75
6.2.2. Kampanye Massa Langsung ................................................
81
6.2.3. Kunjungan Langsung ke Masyarakat oleh Pasangan
HADE....................................................................................
82
6.2.4. Kampanye Direct Selling .....................................................
84
6.2.5. Angkot Gratis .......................................................................
85
6.3. Kendala dalam Pelaksanaan Kegiatan Kampanye ........................
86
6.4. Pengaruh Kampanye terhadap Keputusan Memilih DA’I
dan HADE ...................................................................................
87
6.5. Perbandingan Kegiatan Kampanye DA’I dan HADE ...................
89
BAB VII PENCITRAAN PASANGAN CALON GUBERNUR ................
93
7.1. Pencitraan Pasangan Calon Gubernur oleh Tim Kampanye DA’I
93
7.2. Pencitraan Pasangan Calon Gubernur oleh Tim Kampanye
HADE ...........................................................................................
95
7.3. Perbandingan Kesesuaian Citra .....................................................
97
BAB VIII STRATEGI KAMPANYE POLITIK DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA...............................
102
8.1. Strategi Kampanye Politik ............................................................
102
8.2. Faktor-faktor Kemenangan Pasangan Pendatang Baru (HADE) ..
104
8.3. Faktor-faktor Kekalahan Pasangan Incumbent (DA’I)...................
106
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 109
9.1. Kesimpulan .................................................................................... 109
9.2. Saran .............................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 114
LAMPIRAN....................................................................................................... 116
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Matriks Organisasi Pendukung Pasangan DA’I di Kota Bogor ...... 51
Tabel 2.
Matriks Organisasi Pendukung Pasangan HADE di Kota
Bogor .............................................................................................. 58
Tabel 3.
Matriks Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik .... 62
Tabel 4.
Matriks Analisis Iklan Radio DA’I dan Hubungannya dengan
Sasaran Kampanye.......................................................................... 68
Tabel 5.
Matriks Analisis Iklan Radio DA’I dan Hubungannya dengan
Citra yang ingin dibentuk................................................................ 69
Tabel 6.
Matriks Analisis Iklan Radio DA’I dan Hubungannya dengan
Slogan Kampanye ........................................................................... 70
Tabel 7.
Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan Hubungannya
dengan sasaran Kampanye ............................................................. 77
Tabel 8.
Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan Hubungannya
dengan Citra yang Ingin Dibentuk .................................................. 78
Tabel 9.
Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan Hubungannya
dengan Slogan Kampanye .............................................................. 78
Tabel 10.
Persentase Pemilih DA’I di Kota Bogor yang Memilih
karena Pengaruh Kampanye DA’I, 2008 ........................................ 88
Tabel 11.
Persentase Pemilih DA’I di Kota Bogor yang Memilih
karena Pengaruh Kampanye HADE, 2008...................................... 88
Tabel 12.
Matriks Kegiatan Kampanye HADE di Kota Bogor ...................... 90
Tabel 13.
Matriks Kegiatan Kampanye DA’I di Kota Bogor ........................ 91
Tabel 14.
Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih DA’I
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008..... 94
Tabel 15.
Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih DA’I
Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008 ............................. 95
Tabel 16.
Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih HADE
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008..... 96
Tabel 17.
Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih HADE
Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008 ............................. 97
Tabel 18.
Persentase Perbandingan Kesesuaian Citra Pasangan DA’I
dan HADE Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008........... 98
Tabel 19.
Persentase Perbandingan Kesesuaian Citra Pasangan DA’I
dan HADE Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota
Bogor, 2008..................................................................................... 99
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tahapan Marketing Politik .......................................................... 15
Gambar 2. Kriteria Calon Gubernur Menurut Warga Jawa Barat .................. 25
Gambar 3. Kerangka Analisis Strategi Kampanye Politik Calon
Incumbent dan Pendatang Baru dalam Pemilihan Kepala
Daerah, 2008 ................................................................................. 29
Gambar 4.
Baligo Pasangan DA’I di daerah Pondok Rumput, Kota Bogor ... 70
Gambar 5.
Juru Kampanye sedang Mengkampanyekan Pasangan DA’I ........ 71
Gambar 6.
Pawai Motor Simpatik Pendukung DA’I ..................................... 73
Gambar 7.
Pamflet Kampanye Pasangan HADE ............................................ 79
Gambar 8.
Baligo Pasangan HADE di Jalan Juanda Bogor ........................... 80
Gambar 9.
Kampanye HADE di Lapangan Sempur Kota Bogor ................... 81
Gambar 10. Kunjungan Ahmad Heryawan ke Pasar Anyar Bogor ................. 83
Gambar 11. Kunjungan Dede Yusuf ke Stasiun Kereta Api Bogor ................ 83
Gambar 12. Kampanye Direct Selling HADE di Jembatan Merah, Kota
Bogor............................................................................................. 85
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Struktur Tim Kampanye DA’I Kota Bogor ...............................117
Lampiran 2.
Struktur Tim Kampanye HADE Kota Bogor ............................119
Lampiran 3.
Catatan Lapang Kampanye HADE.............................................121
Lampiran 4.
Catatan Lapang Kampanye DA’I................................................123
Lampiran 5.
Kuesioner Polling Pemilih DA’I ................................................124
Lampiran 6.
Kuesioner Polling Pemilih HADE..............................................127
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reformasi di segala bidang yang dilakukan pasca pemerintahan orde baru
pada bulan Mei 1998, telah membawa perubahan yang sangat besar dalam
kehidupan demokrasi politik di Indonesia. Disahkannya Undang-undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan revisi dari Undangundang No. 22 Tahun 1999, telah mengubah tata cara pemilihan kepala daerah.
Kepala daerah yang sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) diubah menjadi dipilih langsung oleh masyarakat. Ketentuan ini tertuang
dalam pasal 56 ayat 1 undang-undang tersebut yaitu, ‘Kepala daerah dan wakil
kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil’. Dengan demikian gubernur,
bupati dan walikota yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2005 dan
setelahnya akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam suatu pemilihan
langsung yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Perubahan sistematika pemilihan kepala daerah telah memberi kesempatan
kepada masyarakat untuk memilih calon-calon kepala daerah (gubernur, bupati
dan walikota) yang dikehendakinya secara langsung tanpa diwakili oleh DPRD.
Sistem pemilihan secara langsung dengan mengumpulkan suara terbanyak seperti
ini memerlukan upaya persuasif yang bertujuan menumbuhkan kesadaran
masyarakat agar turut berpartisipasi dalam demokrasi politik, karena partisipasi
masyarakat dalam menyalurkan suara politiknya akan menentukan arah dan
kebijakan pembangunan daerah selama sedikitnya lima tahun ke depan.
Perubahan tata cara pemilihan tersebut juga akan merubah cara-cara dan
pendekatan kampanye politik yang dijalankan oleh masing-masing pasangan
calon. Saat pemilihan dilakukan oleh DPRD, kampanye dengan cara lobi politik
kepada anggota dewan lebih diutamakan, sedangkan dalam pemilihan secara
langsung oleh masyarakat, pengenalan calon kepala daerah kepada masyarakat
melalui kampanye politik yang melibatkan masyarakat dijadikan cara utama untuk
menarik perhatian dan suara dari konstituen yaitu masyarakat daerah setempat.
Kampanye merupakan hal yang sangat esensial dalam pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah. Selama masa kampanye yang dilaksanakan
dalam jangka waktu 14 hari dan berakhir tiga hari sebelum pemungutan suara,
pasangan calon kepala daerah bersama tim kampanyenya akan berusaha
memperkenalkan dirinya serta memaparkan visi-misi mengenai rancangan
kebijakan
pembangunan
daerah
selama
lima
tahun
ke
depan
masa
kepemimpinannya jika terpilih.
Terbatasnya waktu kampanye yang disediakan oleh Komisi Pemilihan
Umum, memaksa pasangan calon kepala daerah beserta tim kampanyenya untuk
merencanakan strategi kampanye politik secara efektif agar dapat menjangkau
seluruh masyarakat di daerah pemilihan. Jenis komunikasi yang dianggap sesuai
untuk memenuhi kebutuhan itu adalah komunikasi massa, sehingga saluran
komunikasi yang paling banyak digunakan dalam kampanye politik adalah media
massa. Media massa dipilih karena memiliki kekuatan untuk menjangkau
khalayaknya secara luas dan serentak (Hamad, 2004; Mc Quail 1983).
Kesempatan seorang calon kepala daerah untuk memenangkan pemilihan secara
langsung pun bergantung pada penggunaan beragam media massa dalam
kampanye politik yang dilakukannya (Nimmo, 2005).
Luwarso (n.d.) dalam Amir (2006) menyatakan bahwa politik di era media
massa adalah soal membuat citra. Tim kampanye dari setiap pasangan calon
kepala daerah akan berusaha menciptakan citra diri yang positif dari pasangan
calon tersebut di mata masyarakat, sebab citra diri yang positif dan prestasi calon
kepala daerah berpengaruh besar bagi pemilih pemula dalam menentukan
pilihannya (Suryatna, 2007). Kelebihan-kelebihan tersebut harus dikemas dengan
baik melalui kegiatan kampanye politik yang telah disiapkan secara matang,
sehingga dapat dijadikan sebagai nilai jual bagi pasangan calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah yang mengikuti pemilihan umum.
Penelitian mengenai strategi komunikasi dalam pemilihan kepala daerah
sebelumnya telah dilakukan oleh Yuddho (2007). Yuddho mencoba mengkaji
strategi komunikasi yang dilakukan oleh tim kampanye calon Gubernur Banten
yaitu Ratu Atut dalam Pilkada Banten di Kota Tangerang dan mencari faktor
kekalahan Ratu Atut di Kota tersebut, tetapi penelitian itu dirasa kurang sempurna
karena Yuddho hanya menggali strategi komunikasi dari satu pasangan calon
gubernur dan tidak melakukan perbandingan strategi dengan pasangan calon
gubernur lainnya. Hal tersebut menjadi kelemahan penelitian, karena kekalahan
Ratu Atut belum tentu hanya disebabkan oleh faktor kurang maksimalnya kinerja
tim kampanye Ratu Atut, tetapi mungkin karena strategi komunikasi yang
dijalankan oleh calon gubernur lainnya lebih tepat sasaran.
Penelitian lainnya yang dilakukan dalam konteks pemilihan umum secara
langsung telah dilakukan oleh Amir (2006) dan Suryatna (2007), tetapi kedua
penelitian tersebut tidak membahas mengenai proses penyusunan rencana
kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan calon kepala
pemerintahan. Amir (2006), berhasil mengidentifikasi beberapa faktor penentu
kemenangan SBY-JK dalam pemilihan umum langsung Presiden RI tahun 2004,
yaitu faktor ketokohan atau figur pribadi SBY, faktor kepemimpinan, strategi
memilih pasangan, momen atau peristiwa khusus, jajak pendapat atau polling,
serta program hukum dan janji kampanye. Kombinasi dari beberapa faktor
tersebut yang didokumentasikan oleh media massa telah menimbulkan citra
tersendiri di benak pemilih. Sementara itu, penelitian Suryatna (2007) tentang
hubungan karakteristik pemilih dan terpaan informasi kampanye politik dengan
perilaku memilih dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Cianjur tahun 2006,
menemukan bahwa terdapat hubungan nyata antara karakteristik pemilih dan
terpaan informasi kampanye dengan perilaku memilih. Penelitian Suryatna ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak
100 orang pemilih yang terdaftar dalam pilkada Cianjur.
Pada ketiga penelitian tersebut belum dibahas mengenai proses perumusan
dan perbandingan strategi komunikasi dan kampanye oleh tim kampanye
pasangan calon kepala daerah atau pemerintahan, padahal pesan-pesan dalam
kampanye pemilihan langsung memiliki sifat persuasif atau bahkan mengandung
propaganda sehingga pesan-pesan yang dimuat atau diedarkan pastilah tidak
bebas nilai. Ide dan strategi komunikasi kampanye yang dilakukan oleh tim
kampanye
masing-masing
calon
kepala
pemerintahan
bertujuan
untuk
menimbulkan suatu citra mental positif tersendiri dalam benak masyarakat,
sehingga pada akhirnya akan mendorong masyarakat untuk memberikan suaranya
kepada calon tersebut (Nimmo, 2005; Amir 2006).
Penelitian dalam skripsi ini memfokuskan pada aspek perencanaan strategi
kampanye politik, kegiatan kampanye politik yang dilakukan, kesesuaian citra
antara yang ditangkap oleh pemilih dan citra yang dikomunikasikan oleh tim
kampanye politik, serta perbandingan strategi kampanye politik dari tim
kampanye calon gubernur incumbent dan calon gubernur pendatang baru di
daerah pemilihan Kota Bogor. Subjek dari penelitian ini adalah tim kampanye
pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana (DA’I) sebagai calon incumbent
dan pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (HADE) sebagai pendatang
baru.
Hasil dari pelaksanaan pemilihan kepala daerah Jawa Barat periode 20082013, menempatkan pasangan HADE sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat pilihan masyarakat dengan jumlah suara sebanyak1 5.238.449 suara
(39,29%), sedangkan pasangan DA’I memperoleh suara sebanyak 3.410.544 suara
(25,58%). Sementara itu untuk pemilihan di Kota Bogor, pasangan HADE juga
mampu mengungguli pasangan DA’I dengan jumlah suara sebanyak 191.167
suara (52,55%) berbanding dengan jumlah suara pasangan DA’I sebanyak 73.271
suara (20,10%).
1.2. Perumusan Masalah
Kegiatan kampanye politik yang dilakukan sebelum disahkannya Undangundang No. 32 Tahun 2004 mengenai tata cara pemilihan kepala daerah, hanya
1
Hasil penghitungan suara Pilgub.
http://www.kpu.jabarprov.go.id/?mod=addOnApps/situng/oprRekapSuaraPerDaerah&idMenuKiri
=139 (Diakses pada tanggal 30 April 2008)
dipusatkan dalam internal pemerintahan atau kampanye antar elit politik. Sebelum
undang-undang tersebut disahkan, kepala daerah dipilih oleh
DPRD melalui
mekanisme musyawarah sehingga pendekatan utama dalam kampanye yang
digunakan adalah lobi politik kepada anggota-anggota DPRD.
Setelah disahkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yang
menetapkan bahwa kepala daerah dipilih langsung oleh masyarakat, cara dan
pendekatan dalam kampanye pemilihan kepala daerah ikut berubah pula. Bentuk
kampanye yang umum digunakan saat ini lebih banyak bersentuhan langsung
dengan masyarakat sebagai konstituennya, hal tersebut dilakukan untuk meraih
simpati dan dukungan dari masyarakat secara langsung. Bentuk kampanye
tersebut antara lain adalah debat publik, apel akbar, kegiatan sosial, kunjungan ke
pusat aktivitas masyarakat (kantor, sekolah, pasar), kunjungan ke rumah sakit, dan
sebagainya.
Bentuk-bentuk kampanye tersebut dihasilkan melalui tahapan perencanaan
strategi komunikasi dan kampanye serta pemasaran politik yang dilakukan oleh
tim kampanye pasangan calon kepala daerah. Proses pemasaran politik tersebut
meliputi tahap segmentasi, targeting dan positioning. Hasil dari proses tersebut
akan memudahkan tim kampanye dalam menyusun strategi kampanye untuk
menjaring pemilih sebanyak-banyaknya.
Aspek penting yang perlu diutamakan dalam menjaring pemilih adalah
soal pembentukan citra positif pasangan calon kepala daerah. Dalam pemilihan
secara langsung, atribut citra positif yang melekat di pasangan calon kepala
daerah merupakan hal utama yang mendorong pemilih dalam memilih pasangan
calon kepala daerah. Proses pencitraan tersebut sebagian besar dibentuk selama
masa kampanye dan dilakukan berulang-ulang, sehingga pada akhirnya akan
melekat di pikiran pemilih dan mendorong pemilih untuk menjatuhkan pilihannya
pada calon kepala daerah tersebut.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dikemukakan di atas,
maka timbul pertanyaan besar yang dirumuskan ke dalam perumusan masalah
umum, yaitu sejauh mana efektivitas strategi kampanye yang dijalankan oleh
kedua pasangan, dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kemenangan
pasangan HADE sebagai calon pendatang baru, dan faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan kekalahan pasangan DA’I sebagai calon incumbent dalam
pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat di Kota Bogor. Pertanyaan umum tersebut
dirinci ke dalam perumusan masalah khusus, sebagai berikut:
1. Bagaimana tim kampanye calon kepala daerah incumbent dan calon kepala
daerah pendatang baru, melakukan tahapan
pemasaran politik dan
perencanaan strategi kampanye pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2008 di
Kota Bogor?
2. Bagaimana bentuk kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim
kampanye calon kepala daerah incumbent dan calon kepala daerah pendatang
baru, untuk meraih dukungan masyarakat dan suara pemilih dalam pemilihan
kepala daerah Jawa Barat 2008 di Kota Bogor?
3. Bagaimana kesesuaian citra diri pasangan DA’I dan HADE yang dibentuk oleh
tim kampanye dengan citra diri pasangan DA’I dan HADE yang terkonstruksi
dalam pikiran para pemilihnya di Kota Bogor sebagai sasaran kegiatan
kampanye politik?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan-perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menggambarkan bagaimana tim kampanye calon kepala daerah incumbent
dan calon kepala daerah pendatang baru, melakukan tahapan pemasaran
politik dan perencanaan strategi komunikasi dalam kampanye pemilihan
kepala daerah Jawa Barat 2008 di Kota Bogor.
2. Mengkaji bentuk kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim
kampanye calon kepala daerah incumbent dan calon kepala daerah pendatang
baru, untuk meraih dukungan masyarakat dan suara pemilih dalam pemilihan
kepala daerah Jawa Barat 2008 di Kota Bogor.
3. Menganalisis kesesuaian citra diri pasangan DA’I dan HADE yang dibentuk
oleh tim kampanyenya dengan citra diri pasangan DA’I dan HADE yang
terkonstruksi dalam pikiran masyarakat Kota Bogor sebagai sasaran kegiatan
kampanye politik.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
1. Referensi bagi praktisi komunikasi dalam mendesain sebuah strategi
komunikasi dan kampanye politik untuk pemilihan umum.
2. Memberikan kontribusi bagi pengembangan studi komunikasi politik,
terutama dalam konteks pemilihan kepala daerah secara langsung di
Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA ANALISIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Definisi Kampanye Politik
Terdapat banyak definisi mengenai kampanye yang dikemukakan oleh
para ilmuwan komunikasi, namun berikut ini adalah beberapa definisi yang
populer. Snyder (2002) dalam Venus (2004), mendefinisikan bahwa kampanye
komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung
ditujukan kepada khalayak tertentu, pada periode waktu yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan tertentu. Pfau dan Parrot (1993) dalam Venus (2004),
mendefinisikan kampanye sebagai kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk
menunjang dan meningkatkan proses pelaksanaan yang terencana pada periode
tertentu yang bertujuan mempengaruhi khalayak sasaran tertentu. Rogers dan
Storey (1987) dalam Venus (2004), mendefiniskan kampanye sebagai serangkaian
kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak
tertentu terhadap sebagian besar khalayak sasaran secara berkelanjutan dalam
periode waktu tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, Venus (2004) mengidentifikasi
bahwa aktivitas kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yakni, (1)
ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) ditujukan kepada
jumlah khalayak sasaran yang besar (3) dipusatkan dalam kurun waktu tertentu
dan (4) dilakukan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.
Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu
untuk memperoleh dukungan politik dari masyarakat (Arifin, 2003). Salah satu
jenis kampanye politik adalah kampanye massa, yaitu kampanye politik yang
ditujukan kepada massa (orang banyak), baik melalui hubungan tatap muka
maupun dengan menggunakan berbagai media, seperti surat kabar, radio, televisi,
film, spanduk, baligo, poster, folder dan selebaran serta medium interaktif melalui
komputer (internet). Penyampaian pesan politik melalui media massa merupakan
bentuk kampanye yang handal dalam hal menjangkau khalayak luas.
Kampanye politik saat ini sudah mengadopsi prinsip-prinsip pemasaran
dan pembentukan citra. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena perubahan
sistematika pemilihan kepala daerah dari yang sebelumnya dipilih oleh legislatif
menjadi dipilih langsung oleh masyarakat. Menurut Ruslan (2005), kampanye
politik merupakan jenis kampanye yang pada umumnya dimotivasi oleh hasrat
untuk meraih kekuasaan politik. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk
memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan
partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan
lewat proses pemilihan umum. Kampanye politik dapat diartikan pula sebagai
bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang atau
organisasi politik dalam waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari
rakyat (Arifin, 2003).
Kegiatan untuk membangun citra atau image merupakan bagian penting
dalam kampanye politik untuk memperoleh dukungan. Terkait dengan
komunikasi dalam kampanye politik, terdapat beberapa aktivitas komunikasi yang
dapat diidentifikasi. Menurut Nimmo (2005), kegiatan komunikasi politik adalah
kegiatan simbolik dimana kata-kata itu mencakup ungkapan yang dikatakan atau
dituliskan, gambar, lukisan, foto, film, gerak tubuh, ekspresi wajah dan segala
cara
bertindak.
Orang-orang
yang
mengamati
simbol-simbol
itu,
menginterpretasikannya dengan cara-cara yang bermakna sehingga membentuk
citra mental tentang simbol-simbol tersebut.
2.1.2. Teknik-teknik Kampanye Politik
Selama masa kampanye, tim kampanye berusaha menggalang dukungan
dan simpati pemilih agar pemilih menjatuhkan pilihannya pada calon kepala
daerah yang dikampanyekannya. Tim kampanye poltik menggunakan teknikteknik kampanye politik yang kemudian diwujudkan dalam suatu bentuk kegiatan
kampanye politik untuk mempengaruhi pemilih. Imawan (1997) dalam Amir
(2006) merumuskan beberapa teknik kampanye politik, yaitu:
1. Kampanye dari rumah ke rumah (door to door campaign), yaitu calon kepala
daerah mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan persoalanpersoalan yang dihadapi. Kampanye ini efektif dilakukan pada pemilihan
umum tahun 1955, dengan mendatangi orang-orang yang pilihannya dianggap
masih ragu dan dapat dibujuk atau diancam untuk mengubah sikap dan pilihan
politik mereka.
2. Diskusi Kelompok (group discussion), dilakukan dengan membentuk
kelompok-kelompok diskusi kecil yang membicarakan masalah yang dihadapi
masyarakat.
3. Kampanye massa langsung (direct mass campaign), dilakukan dalam bentuk
aktivitas yang menarik perhatian massa, seperti pawai, pertunjukkan kesenian
dan sebagainya. Teknik inilah yang dilarang dalam kampanye Pemilu 1992,
karena selain tidak efektif juga berpotensi menimbulkan bentrokan fisik.
4. Kampanye massa tidak langsung (indirect mass campaign), yang dilakukan
dengan cara berpidato di radio, televisi atau memasang iklan di media cetak
dan elektronik.
2.1.3. Strategi Kampanye Politik
Strategi dalam pengertian sempit maupun luas terdiri dari tiga unsur, yaitu
tujuan (ends), sarana (means), dan cara (ways). Dengan demikian strategi adalah
cara yang digunakan dengan menggunakan sarana yang tersedia untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan (Nasution, 2006). Tujuan akhir dalam kampanye
pemilihan kepala daerah adalah untuk membawa calon kepala daerah yang
didukung oleh tim kampanye politiknya menduduki jabatan kepala daerah yang
diperebutkan melalui mekanisme pemilihan secara langsung oleh masyarakat.
Agar tujuan akhir tersebut dapat dicapai, diperlukan strategi yang disebut
strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik. Terdapat tiga jenis strategi
komunikasi dalam konteks kampanye politik (Arifin, 2003), yaitu (1) Ketokohan
dan kelembagaan, dengan cara memantapkan ketokohan dan merawat
kelembagaan, (2) Menciptakan kebersamaan dengan memahami khalayak,
menyusun pesan persuasif, menetapkan metode, serta memilah dan memilih
media, dan (3) Membangun konsensus, melalui kemampuan berkompromi dan
kesediaan untuk membuka diri.
2.1.4. Tahapan Pemasaran Politik
Menurut Nursal (2004), pada dasarnya pemasaran politik adalah
serangkaian aktivitas terencana, strategis tetapi juga taktis, berdimensi jangka
panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para
pemilih. Tujuannya membentuk dan menanamkan harapan, sikap, keyakinan,
orientasi, dan perilaku pemilih. Perilaku pemilih yang diharapkan adalah
dukungan dalam berbagai bentuk, khususnya menjatuhkan pilihan pada kandidat
tertentu.
Pemasaran politik bertitik tolak dari konsep meaning, yakni political
meaning yang dihasilkan oleh stimulus politik berupa komunikasi politik, baik
lisan maupun non-lisan, baik langsung maupun tanpa perantara. Makna yang
muncul dari stimulus tersebut berupa persepsi yang tidak selalu mencerminkan
makna yang sebenarnya. Makna tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi
sikap, aspirasi dan perilku politik, termasuk pilihan politik.
Menurut Baines et al. (n.d.) dalam Nursal (2004), pemasaran politik
adalah cara-cara yang digunakan organisasi politik untuk enam hal berikut:
1. Mengkomunikasikan pesan-pesannya, ditargetkan atau tidak ditargetkan,
langsung atau tidak langsung, kepada para pendukungnya dan para pemilih
lainnya.
2. Mengembangkan kredibilitas dan kepercayaan para pendukung, para pemilih
lainnya dan sumber-sumber eksternal agar mereka memberi dukungan
finansial dan untuk mengembangkan dan menjaga struktur manajemen di
tingkat lokal maupun nasional.
3. Berinteraksi dan merespon dengan para pendukung, influencers, para
legislator, para kompetitor, dan masyarakat umum dalam pengembangan dan
pengadaptasian kebijakan-kebijakan dan strategi.
4. Menyampaikan kepada semua pihak berkepentingan atau stakeholders,
melalui berbagai media, tentang informasi, saran dan kepemimpinan yang
diharapkan atau dibutuhkan dalam negara demokrasi.
5. Menyelenggarakan pelatihan, sumberdaya infomasi dan materi-materi
kampanye untuk kandidat, para agen, pemasar, dan atau para aktivis partai.
6. Berusaha mempengaruhi dan mendorong para pemilih, media-media dan
influencers penting lainnya untuk mendukung partai atau kandidat yang
diajukan organisasi dan atau supaya jangan mendukung para pesaing.
Menurut Nursal (2004), fungsi dari kegiatan pemasaran politik adalah
sebagai berikut:
1. Sarana untuk menganalisis posisi pasar, yakni memetakan persepsi dan
preferensi para pemilih, baik konstituen, terhadap kontestan-kontestan yang
akan bertarung di arena pemilu.
2. Sarana untuk menetapkan tujuan objektif kampanye, marketing effort dan
pengalokasikan sumberdaya.
3. Sarana untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif-alternatif strategi.
4. Sarana untuk mengimplementasikan strategi untuk membidik segemensegmen tertentu yang menjadi sasaran berdasarkan sumberdaya yang ada.
5. Sarana untuk memantau dan mengendalikan penerapan strategi untuk
mencapai sasaran objektif yang telah ditetapkan.
Menurut O’Shaughnessy (2001) dalam Firmanzah (2007)2, marketing politik
tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan tools bagaimana menjaga
hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan selanjutnya
memperoleh dukungan suara.
Kompetisi dalam memperebutkan suara pemilih, menuntut tim kampanye
dari masing-masing kandidat kepala daerah untuk mendesain suatu formulasi
khusus untuk menjaring suara pemilih sebanyak mungkin. Formulasi khusus
tersebut berbentuk strategi komunikasi dan tahapan strategi pemasaran politik
yang dijalankan untuk mengidentifikasi khalayak pemilih potensial yang sesuai
dengan platform kandidat kepala daerah. Tahapan strategi pemasaran politik
tersebut terdiri dari tiga tahap3, yaitu segmentasi, targeting, dan positioning
(Gambar 1).
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Segmentasi
Pasar Politik
Targetisasi
Pasar Politik
Positioning
Pasar Politik
ï‚·
Identifikasi dasar
segmentasi
pemilih
ï‚·
Menyusun
kriteria pemilihan
segmen pemilih
ï‚·
Menyusun
strategi
positioning di
setiap segmen
ï‚·
Menyusun profil
dari segmentasi
pemilih
ï‚·
Memilih target
segmen pemilih
ï‚·
Menyusun
bauran
marketing di
setiap segmen
politik
Gambar 1. Tahapan Marketing Politik
2
Firmanzah, 2007. Marketing Politik : Strategi Alternatif Partai Politik. http://forumpolitisi.org/downloads/Marketing_Politik_-_Firmanzah.pdf (Diakses tanggal 13 Maret 2008)
3
Loc.cit.
2.1.4.1. Segmentasi
Segmentasi adalah proses pengelompokan yang menghasilkan kelompok
berisi individu-individu yang dihasilkan disebut sebagai segmen. Menurut Nursal
(2004), segmentasi pada dasarnya bertujuan untuk mengenal lebih jauh kelompokkelompok khalayak, hal ini berguna untuk mencari peluang, menggerogoti
segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani lebih
baik, menganalisa perilaku konsumen, mendesain produk dan lain sebagainya.
Para politisi perlu memahami konsep segmentasi karena berhadapan dengan para
pemilih yang sangat heterogen, para politisi dapat memberi tawaran politik yang
efektif bila mereka mengetahui karakter segmen yang menjadi sasaran.
Segmentasi pada pemasaran politik dikatakan efektif jika segmen-segmen
yang dihasilkan memenuhi lima syarat (Kotler, 1994) dalam Nursal (2004), yaitu:
1. Dapat diukur, khalayak hasil dari segmentasi harus dapat diukur untuk
memproyeksikan jumlah perolehan suara yang mungkin diraih dari setiap
segmen.
2. Dapat diakses, khalayak hasil segmentasi harus dapat diakses untuk
menyampaikan makna politik kepada khalayak seperti melalui media massa,
rapat umum, surat, kontak pribadi dan bentuk komunikasi lainnya.
3. Substansial, jumlah populasi dari setiap segmen yang relatif homogen harus
cukup besar dan signifikan terhadap total perolehan suara.
4. Respon khas, segmentasi dikatakan efektif jika setiap segmen yang dihasilkan
tersebut memberikan respon khas terhadap tawaran politik tertentu.
5. Program pemasaran khas, segmentasi yang efektif memungkinkan para
pemasar untuk menciptakan program pemasaran yang efektif untuk membidik
satu atau beberapa segmen itu. Program pemasaran khas tersebut diciptakan
berdasarkan karakter khas segmen pasar yang dibidik.
Segmentasi dapat dilakukan dengan banyak pendekatan. Para pemasar
dapat memilih salah satu pendekatan atau mengkombinasikan beberapa
pendekatan sebagai kerangka menyusun strategi pemasaran. Nursal (2004) dan
Ruslan (2005) menyajikan beberapa pendekatan untuk melakukan segmentasi
dalam pemasaran politik, yaitu:
1. Segmentasi Demografis
Adalah pemilahan para pemilih berdasarkan tingkat sosial ekonomi, usia ratarata dan tingkat pendidikan. Segmentasi demografis dalam pemasaran politik
dapat memberi pemahaman yang mendalam mengenai karakteristik khalayak
pemilih.
2. Segmentasi Agama
Adalah pemilahan para pemilih berdasarkan agama dan kepercayaan yang
dianut oleh masyarakat. Hingga saat ini, segmentasi berdasarkan agama
merupakan salah satu pendekatan segmentasi yang penting dalam memahami
karakter pemilih Indonesia.
3. Segmentasi Geografis
Adalah pemilahan para pemilih berdasarkan wilayah tempat tinggal.
Berdasarkan konteks wilayah Indonesia, pembagian dapat dilakukan
berdasarkan pembagian tiga kawasan yaitu barat, tengah, dan timur.
4. Segmentasi Psikografis
Adalah pemilahan para pemilih berdasarkan kecenderungan pilihan,
preferensi, keinginan, citra-rasa, gaya hidup, sistem nilai atau pola yang
dianut, hingga masalah-masalah yang sifatnya pribadi.
2.1.4.2. Targeting
Targeting atau menetapkan sasaran adalah memilih salah satu atau
beberapa segmen yang akan dibidik untuk mencapai sasaran obyektif. Targeting
dilakukan untuk memfokuskan kegiatan kampanye dan isu yang dibuat. Sebelum
menentukan target sasaran kampanye, terlebih dahulu dimulai dengan memahami
wilayah pemilihan. Tim kampanye harus melihat jumlah total pemilih di suatu
wilayah, dari situ akan ditetapkan jumlah pemilih minimal yang harus diraih
untuk memenangkan pemilihan secara umum.
Khalayak sasaran yang dipilih oleh tim kampanye kandidat kepala daerah
terutama adalah individu-individu yang dianggap masih belum menjatuhkan
pilihannya kepada kandidat kepala daerah tertentu. Selain itu, kampanye juga
dilakukan kepada basis massa pendukung utamanya dalam rangka proses
reinforcement.
2.1.4.3. Positioning
Menurut Nursal (2004), definisi positioning dalam pemasaran politik
adalah tindakan untuk menancapkan citra tertentu ke dalam benak para pemilih
agar tawaran produk politik dari suatu kandidat memiliki posisi khas, jelas dan
meaningful. Positioning yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan
keunggulan seorang kandidat dibandingkan dengan kandidat pesaing.
Political positioning menurut Kasali (1998) seperti diadaptasi oleh Nursal
(2004), dapat didefinisikan sebagai strategi komunikasi untuk memasuki pikiran
pemilih agar seorang kandidat kepala daerah mengandung arti tertentu yang
berbeda yang mencerminkan keunggulannya terhadap kandidat pesaing dalam
bentuk hubungan yang asosiatif. Positioning adalah sebuah strategi komunikasi
yang bersifat dinamis, berhubungan dengan event marketing, berhubungan dengan
atribut-atribut kandidat, memberi makna penting kepada para pemilih, atributatribut yang dipakai harus unik, harus diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang
enak dan mudah didengar serta terpercaya.
Berikut adalah beberapa persyaratan positioning statement (slogan
kampanye) yang efektif seperti yang disarankan oleh Nursal (2004), yaitu:
1. Harus dapat mewakili citra yang hendak ditanam dalam benak para pemilih.
2. Citra itu harus berupa hubungan asosiatif yang mencerminkan karakter suatu
kontestan.
3. Kata-kata itu diolah dalam suatu bentuk rangkaian kalimat menarik yang
disampaikan dengan manis. Kata-kata itu adalah atribut yang menunjukkan
segi-segi keunggulan kontestan terhadap kontestan pesaing; solusi bahwa
kontestan bersangkutan mampu mengatasi masalah yang dihadapi para
pemilih; kumpulan atribut yang menguntungkan pemilih; atau secara
sederhana mewakili unique selling proposition.
4. Semua kata-kata harus didesain berdasarkan informasi pasar. Atribut yang
ditonjolkan harus dianggap penting oleh pemilih, dan kontestan yang
dipasarkan percaya dan mampu meyakinkan bahwa kontestan tersebut
memenuhi klaim tersebut.
5. Pernyataan yang dihasilkan harus cukup singkat, mudah diulang-ulang dalam
iklan, promosi, pidato, event, dan bentuk sosialisasi lainnya, dan harus
memiliki dampak yang kuat terhadap para pemilih sasaran.
6. Mengandung kalimat yang unik dan bukti yang mendukung (Meyer, 1998).
7. Disebarluaskan dengan teknik-teknik yang jitu, pilihan media yang pas,
frekuensi yang optimal, dan momentum waktu yang tepat.
Positioning harus dikomunikasikan kepada para pemilih agar persepsi
pemilih tentang citra calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan
citra yang dikehendaki oleh tim kampanye. Oleh karena itu, perlu diciptakan
pernyataan singkat atau slogan kampanye yang menjadi inti dari komunikasi calon
kepala daerah. Slogan kampanye tersebut adalah tema utama tunggal yang
menjadi titik sentral pemasaran calon kepala daerah. Slogan kampanye tersebut
harus ditampilkan berulang-ulang melalui berbagai media komunikasi agar dapat
memasuki benak para pemilih. Proses penyusunan dan penyampaian produk
politik pada akhirnya bertujuan untuk menopang dan memperkuat positioning.
2.1.5. Persuasi Politik
Menurut Nimmo (2005), persuasi adalah pembicaraan pengaruh yang
bercirikan kemungkinan, diidentifikasi melalui saling memberi dan menerima
diantara pihak-pihak yang terlibat. Persuasi adalah suatu pembicaraan politik yang
dengan sadar atau tidak orang-orang yang terlibat dalam politik mencoba untuk
mengubah persepsi, pikiran, perasaan, dan pengharapan lawan bicaranya.
McGuire (1968) dalam Nimmo (2005) telah mengembangkan teori tentang
bagaimana orang menginterpretasikan imbauan persuasif. Agar persuasi terjadi,
McGuire percaya bahwa harus ada enam langkah berurutan untuk memproses
informasi persuasif, keenam langkah tersebut adalah: (1) Penyajian, dimana harus
ada imbauan persuasif terlebih dahulu yang disajikan melalui beragam saluran
komunikasi, (2) Perhatian, harus ada orang yang memperhatikan imbauan
persuasif tersebut sehingga menciptakan keterlibatan aktif khalayak persuasif, (3)
Pemahaman, memerlukan lebih banyak lagi tindakan dari anggota khalayak
persuasif. Pemahaman berarti mengerti argumentasi dan kesimpulan pesan, (4)
Penerimaan, tahap dimana khalayak persuasif menganggap bahwa imbauan
persuasif tersebut relevan dengan keadaan dirinya, (5) Retensi, menunjukkan
bahwa seseorang tetap pada pandangan yang baru diperolehnya dalam jangka
waktu yang lama; bukan hanya sekedar menyatakan persetujuan dan kemudian
melupakan seluruh pandangan itu, (6) Tanggapan ketaatan, tindakan yang sesuai
dengan imbauan persuasif, merupakan hasil praktis dari kegiatan ini.
Ada tiga cara pandang mengenai persuasi politik menurut Nimmo (2005)
yaitu, propaganda, periklanan, dan retorika. Ketiganya serupa dalam hal:
semuanya memiliki tujuan (purposive), disengaja (intentional), dan melibatkan
pengaruh, sehingga menghasilkan berbagai tingkat perubahan dalam persepsi,
kepercayaan, nilai, dan pengharapan pribadi. Namun ada cara-cara yang berbeda
dalam pendekatan ini. Pertama, ada perbedaan antara tekanan satu-kepada-banyak
dan dua arah dalam meneruskan pesan-pesan. Kedua, ada perbedaan dalam
orientasi pendekatan, yaitu apa diarahkan kepada perseorangan atau kelompok.
Ketiga, semua pendekatan tersebut mengesankan pandangan yang berbeda tentang
apa yang memungkinkan terbentuknya ketertiban masyarakat. Keempat, masingmasing menggunakan fokus yang berbeda dalam merumuskan kampanye
persuasi.
2.1.5.1. Persuasi Politik Sebagai Propaganda
Menurut Jacques Ellul (1965) dalam Nimmo (2005), propaganda
didefinisikan sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok
terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakantindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara
psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan dalam suatu
organisasi. Definisi dari Ellul tersebut menghasilkan ciri-ciri utama dari
propaganda, yaitu: (1) komunikasi satu-kepada-banyak, (2) beroperasi kepada
orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota kelompok, (3) sebagai
mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan persuasi untuk mencapai
ketertiban dalam masyarakat.
2.1.5.2. Persuasi Politik Sebagai Periklanan
Nimmo (2005) berpendapat bahwa seperti propaganda, periklanan massal
adalah komunikasi satu-kepada-banyak, akan tetapi terdapat perbedaan yang
sangat jelas mengenai keduanya. Propaganda ditujukan kepada orang-orang
sebagai anggota kelompok, sedangkan periklanan mendekati orang-orang sebagai
individu-individu tunggal, independen, terpisah dari kelompok apapun atau
anonim. Hubungan antara iklan dan pembeli adalah hubungan langsung, tidak ada
organisasi atau kepemimpinan yang seakan-akan dapat mengirimkan kelompok
pembeli itu kepada penjual. Setiap individu bertindak atas pilihannya sendiri.
Periklanan mengandalkan keselektifan konvergen dalam menciptakan ketertiban
masyarakat.
2.1.5.3. Persuasi Politik Sebagai Retorika
Menurut pemikiran Nimmo (2005), retorika politik berbeda dengan
propaganda dan periklanan dalam hal-hal yang penting. Retorika adalah
komunikasi dua arah, satu-kepada-satu bukan satu-kepada-banyak, ia bekerja
melalui hubungan interpersonal yang inheren, yang menghubungkan orang-orang
bukan sebagai anggota kelompok (propaganda) atau individu-individu yang
anonim (periklanan). Retorika politik adalah suatu proses yang memungkinkan
terbentuknya ketertiban masyarakat melalui negosiasi.
2.1.6. Pencitraan Politik
Kampanye pencitraan menurut Postman (2000) dalam Amir (2006),
ditandai dengan munculnya berita-berita dan informasi yang sarat citra dan gaya
seorang politisi (politician image and style) dan berkurang bahkan hilangnya
berita-berita yang mengupas isu-isu krusial, substantif dan ideologi politik. Salah
satu tujuan kampanye politik adalah membentuk citra politik yang baik untuk
konsumsi khalayak pemilih. Citra politik adalah suatu gambaran tentang politik
yang memiliki makna, walaupun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik
yang sebenarnya. Tujuan akhir dari komunikasi politik adalah partisipasi politik
dan kemenangan para calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah.
Ketokohan adalah gambaran orang yang memiliki kredibilitas atau
kompetensi, daya tarik dan kekuasaan yang sah. Menurut Nimmo (1978) dalam
Amir (2006), orang yang memiliki ketokohan adalah orang yang memiliki sifatsifat pemegang jabatan ideal yang cenderung abstrak seperti kedewasaan,
kejujuran, kesungguhan, kekuatan, kegiatan dan energi yang merupakan gabungan
sifat pahlawan politik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberi suara
dalam pemilu cenderung menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang sesuai
dengan citra jabatan ideal baginya. Citra diri ini dapat terbentuk melalui
pengalaman langsung (melalui pergaulan dan aktivitas yang lama dengan politisi
tersebut) juga melalui pengalaman tidak langsung, yaitu media massa, karena
media massa memiliki pengaruh dalam membentuk citra dan mengangkat status
seseorang. Selain itu, ketokohan juga berhubungan dengan daya tarik fisik tubuh,
busana dan dukungan fisik lainnya. Strategi ketokohan merupakan upaya untuk
membangun citra diri calon kepala daerah sebagai seorang yang memiliki sifatsifat pahlawan politik dan daya tarik fisik.
Menurut konsep kepemimpinan budaya Jawa, seorang pemimpin
hendaknya memiliki sifat asthabarata atau delapan watak dewa (Wiwoho dkk,
1998), yang meliputi kedermawanan atas harta (sifat Dewa Indra), kepahlawanan
dalam memberantas kejahatan (Dewa Yama/Maut), ramah dan bijaksana (Dewa
Surya/Matahari),
kasih
sayang
(Dewa
Candra/Bulan),
ketelitian
(Dewa
Bayu/Angin), kedermawanan atas harta dan hiburan (Dewa Kuwera/Harta dunia),
kecerdasan (Dewa Baruna/Lautan), dan keberanian menghancurkan musuh (Dewa
Brahma/Api).
Berdasarkan temuan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI)4 yang
dilakukan pada 24-29 September 2007 kepada 808 sampel yang tersebar di 82
Desa/Kelurahan dari seluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Sebanyak 30,3
persen responden menginginkan gubernur yang mampu mengatasi masalah
ekonomi, sedangkan 28,1 persen mengharapkan gubernur yang jujur, dan 19,7
persen responden menginginkan gubernur yang perhatian pada rakyat. Data
lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kriteria Calon Gubernur Menurut Warga Jawa Barat
Saat ini citra seorang calon pemimpin dimunculkan dengan perencanaan
melalui upaya-upaya periklanan, yang disebut Bensman dan Rosenberg (n.d.)
dalam Yuddho (2007) sebagai pseudocharisma. Upaya ini ditemukan pada
banyak kampanye politik, terutama yang menggunakan televisi. Proses
membentuk citra dalam politik sudah menyerupai kemunculan bintang film di
dunia hiburan yang hanya mengutamakan tampilan fisik dan popularitas dalam
4
Lembaga Survei Indonesia. www.lsi.or.id/file_download/39 (Diakses tanggal 25 Maret 2008)
pelaksanaan kampanye. Hal ini kemudian menjadikan para calon pemimpin
menjadi seperti selebritis, sehingga saat ini populer istilah “politisi selebriti”
karena maraknya iklan politik yang menampilkan tokoh-tokoh politik di berbagai
media massa.
2.1.7. Tim Kampanye
Tim Kampanye adalah sebuah tim yang dibentuk oleh pasangan calon
kepala daerah dan wakil kepala daerah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan kampanye calon kepala daerah dan wakil kepala daerah5. Anggota tim
kampanye sebagian besar berasal dari anggota partai politik pendukung pasangan
calon kepala daerah. Tugas mereka adalah merumuskan rencana-rencana strategis
sebagai bagian dari usaha untuk memenangkan pasangan yang didukungnya.
Menurut Nimmo (2005), karakteristik komunikator (juru kampanye)
dalam kampanye politik adalah berpendidikan tinggi melebihi rata-rata populasi,
memiliki pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi, terlibat aktif dalam
politik, memiliki kepercayaan politik, dan berpengaruh besar terhadap pembuatan
kebijakan.
2.1.8. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pilkada
Calon incumbent yang mengikuti pemilihan kepala daerah sebenarnya
memiliki peluang lebih besar untuk keluar sebagai pemenang dibandingkan
dengan calon kepala daerah pendatang baru, karena dalam menjalankan kampanye
politiknya calon incumbent memiliki beberapa keuntungan antara lain mereka
sudah dikenal oleh masyarakat setempat, selain itu sebagai kepala daerah yang
5
Pedoman siaran kampanye dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di wilayah
Jawa Barat melalui media penyiaran. http://www.kpid-jabar.go.id/Pedoman_Pilkada.pdf (Diakses
13 Maret 2008)
masih menjabat, calon incumbent juga dapat memanfaatkan program-program dan
anggaran pemerintah untuk memperkuat popularitasnya sebelum masa kampanye
resmi dimulai6. Calon incumbent juga dapat menciptakan isu yang menarik
dengan penciptaan opini publik melalui media massa, sehingga publikasi
kampanyenya semakin meluas. Sementara itu calon gubernur pendatang baru
memiliki kelebihan antara lain sebagai pilihan alternatif bagi sebagian masyarakat
yang tidak puas dengan kinerja gubernur sebelumnya.
Berdasarkan temuan Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR)7,
pada tahun 2005, dari 211 pilkada langsung yang diikuti oleh incumbent,
sebanyak 124 pilkada langsung (59,05%) dimenangkan oleh incumbent,
sedangkan di 87 daerah pemilihan (40,95%) calon incumbent mengalami
kekalahan. Pada tahun 2007, dari 31 calon incumbent yang maju dalam pilkada,
setengahnya (15 orang) mengalami kekalahan.
Fenomena kekalahan incumbent dalam pemilihan kepala daerah secara
langsung sebenarnya adalah merupakan suatu kewajaran, karena dalam pemilihan
kepala daerah secara langsung yang dipilih oleh masyarakat adalah orang yang
didukung oleh partai. Hal tersebut berbeda dengan pemilihan legislatif, karena
dalam pemilihan legislatif partai yang didukung oleh orang (calon anggotaanggota legislatif), sehingga yang penting dalam pemilihan kepala daerah adalah
faktor figur dari calon kepala daerah8.
6
Fenomena Kekalahan Incumbent dalam Pilkada.
http://www.jppr.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=589 (Diakses tanggal 11
Juni 2008)
7
Loc.cit.
8
As Rifai. Teori Dasar Pilkada dan Kekalahan Incumbent. 2008.
http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=44793 (Diakses tanggal 11 Juni
2008)
2.2. Kerangka Analisis
Mekanisme kerja tim kampanye politik yang meliputi cara kerja tim
kampanye, jumlah anggota pada tiap bidang, dan pengaruh partai dalam tim
kampanye, ikut mempengaruhi tahap-tahap perencanaan kampanye politik.
Tahap-tahap perencanaan yang terpengaruh itu antara lain adalah, konsolidasi
internal dan eksternal partai yang akan mempengaruhi jumlah anggaran dan
sumber dana yang diterima. Tahapan pemasaran politik yang meliputi tahap
segmentasi, targeting, dan positioning, ikut terpengaruh pula oleh mekanisme
kerja tim kampanye politik.
Setelah melalui tahap-tahap perencanaan kampanye politik yang meliputi
konsolidasi internal dan eksternal, perencanaan anggaran biaya dan sumber dana,
segmentasi, targeting, dan positioning, maka dirumuskanlah teknik-teknik
kampanye yang akan dilakukan untuk menjaring dukungan dan pemilih sebanyak
mungkin. Teknik-teknik kampanye tersebut antara lain adalah (1) kampanye dari
rumah ke rumah, (2) diskusi kelompok, (3) kampanye massa langsung, dan (4)
kampanye massa tidak langsung.
Beragam teknik kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye politik pada
akhirnya akan menimbulkan suatu citra mental tersendiri dalam pikiran khalayak
pemilih terutama sasaran kegiatan kampanye politik, yang pada akhirnya akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menjatuhkan pilihan politiknya.
Perbedaan status antara kedua calon kepala daerah, yaitu incumbent dan
pendatang baru, diduga akan menyebabkan perbedaan dalam penggunaan teknik-
teknik kampanye yang dijalankan oleh tim kampanye politk masing-masing
pasangan calon kepala daerah. Kerangka analisis dari penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 3.
Mekanisme Kerja Tim Kampanye Politik
Konsolidasi
Anggaran
dan sumber
dana
Kampanye
Segmentasi
Targeting
Positioning
Teknik-teknik Kampanye
Citra Mengenai Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur
Jawa Barat
Keterangan Gambar:
: Hubungan sebab-akibat
: Tahapan pemasaran politik
: Pengukuran kesesuaian citra
Gambar 3. Kerangka Analisis Strategi Kampanye Politik Calon Incumbent dan
Pendatang Baru dalam Pemilihan Kepala Daerah, 2008
2.3. Definisi Konseptual
1. Mekanisme kerja tim kampanye politik meliputi, cara kerja tim kampanye,
jumlah anggota tiap bidang, dan pengaruh partai dalam tim kampanye.
2. Konsolidasi internal dan eksternal adalah kegiatan penguatan dan perawatan
lembaga, dengan cara menggalang dukungan dari organisasi-organisasi lain
(konsolidasi eksternal), maupun dengan cara pelatihan anggota sebagai
persiapan dalam melakukan kampanye politik (konsolidasi internal).
3. Anggaran dan Sumber dana kampanye, anggaran menunjukkan jumlah biaya
yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan kampanye politik, sedangkan
sumber dana menunjukkan asal atau pemberi dana kampanye.
4. Segmentasi adalah pengelompokan yang menghasilkan kelompok berisi
individu-individu yang dihasilkan disebut sebagai segmen. Indikator dari
segmentasi yang efektif adalah jika segmen-segmen yang dihasilkan
memenuhi lima syarat: dapat diukur, dapat diakses, substansial, mempunyai
respon khas, dan bisa dibidik dengan program pemasaran yang khas.
5. Targeting adalah pemilihan salah satu atau beberapa segmen yang akan
dibidik untuk mencapai sasaran obyektif. Segmen yang menjadi sasaran
haruslah segmen yang menjanjikan jumlah suara potensial untuk memenangi
pemilihan umum.
6. Positioning adalah tindakan untuk menancapkan citra tertentu ke dalam benak
para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kandidat memiliki posisi
khas, jelas dan meaningful. Positioning yang efektif akan menunjukkan
perbedaan nyata dan keunggulan seorang kandidat dibandingkan dengan
kandidat pesaing.
7. Teknik-teknik kampanye adalah pilihan cara kampanye yang dapat dilakukan
oleh tim kampanye politik calon kepala daerah untuk menarik simpati massa,
yang terdiri dari (1) kampanye dari rumah ke rumah dengan mendatangi
langsung masyarakat ke rumah atau pusat-pusat keramaian dan aktivitas
masyarakat, (2) diskusi kelompok dengan cara membentuk atau mengadakan
kelompok diskusi untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, juga sebagai sarana penampungan ide dan aspirasi dari kelompok
peserta diskusi, (3) kampanye massa langsung dengan cara melakukan
aktivitas-aktivitas yang menarik perhatian masyarakat, biasanya dengan
pengerahan banyak orang/pendukung, dan (4) kampanye massa tidak langsung
yang dilakukan dengan media perantara seperti media massa, baligo, pamflet,
stiker, dan kaos.
8. Citra diri adalah suatu gambaran tentang atribut sifat dan fisik dari pasangan
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaknai oleh sasaran
kampanye.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih
karena dianggap mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci
berkaitan dengan suatu peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini mengenai
strategi kampanye politik dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat di Kota
Bogor. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk mengetahui kondisi tentang
permasalahan penelitian yang didasarkan pada pemahaman serta pembentukan
pemahaman yang diikat oleh teori terkait dan penafsiran peneliti.
Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata lisan atau tulisan dari
manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan,
1984 dalam Sitorus, 1998). Data yang dihasilkan merupakan hasil pengamatan
dari kegiatan kampanye politik pasangan DA’I dan HADE di Kota Bogor, serta
wawancara yang dilakukan peneliti kepada tim kampanye DA’I dan HADE
mengenai proses perencanaan dan strategi kampanye politik dalam pemilihan
Kepala Daerah Jawa Barat di Kota Bogor. Data tambahan yang berkaitan dengan
topik penelitian didapatkan melalui studi dokumen yang relevan dengan fokus
penelitian, yaitu mengenai anggaran dana, jadwal kampanye, notulen rapat, dan
foto-foto kegiatan kampanye dari tim kampanye DA’I dan HADE di Kota Bogor,
pemberitaan media massa cetak dan elektronik mengenai kegiatan kampanye yang
dilakukan oleh pasangan DA’I dan HADE juga digunakan sebagai data tambahan
untuk memperkaya substansi penulisan skripsi.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Tipe studi
kasus yang dipilih ialah studi kasus instrumental, seperti yang dikemukakan oleh
Stake dalam Sitorus (1998), bahwa studi kasus instrumental merupakan kajian
atas suatu kasus khusus untuk memperoleh wawasan atas suatu isu atau wawasan
untuk penyempurnaan teori. Kasus khusus yang dibahas dalam penelitian ini
adalah strategi komunikasi dan kampanye politik dalam Pemilihan Kepala Daerah
Jawa Barat periode 2008-2013 di Kota Bogor, yang menggunakan teori
pemasaran politik dari Nursal (2004) sebagai pijakan teori utama.
Pengukuran kesesuaian citra dan pengaruh kampanye politik yang
dikomunikasikan oleh tim kampanye kepada khalayak pemilih DA’I dan HADE di
Kota Bogor, dilakukan dengan metode polling. Menurut Eriyanto (1999), polling
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang suatu fenomena, dalam hal ini
polling digunakan untuk melihat bagaimana pandangan khalayak pemilih DA’I
dan HADE mengenai pencitraan terhadap pasangan DA’I dan HADE. Citra yang
ingin dibentuk oleh tim kampanye DA’I dan HADE diperoleh melalui wawancara
dengan anggota tim kampanye DA’I dan HADE serta pengamatan selama masa
kampanye melalui tulisan-tulisan pada atribut kampanye masing-masing pasangan
calon kepala daerah dan wakil wakil kepala daerah.
3.2. Penentuan Subjek Penelitian dan Responden Polling
Subjek dalam penelitian ini adalah tim kampanye pasangan DA’I (Danny
Setiawan dan Iwan Sulanjana) dan pasangan HADE (Ahmad Heryawan dan Dede
Yusuf) di Kota Bogor. Alasan dipilihnya pasangan DA’I dan HADE sebagai
subjek penelitian adalah (1) Selisih jumlah suara pemilihan di Kota Bogor yang
cukup signifikan, pasangan HADE menempati urutan teratas dalam pemilihan di
Kota Bogor dengan jumlah 52,55 persen, AMAN 27,35 persen, dan DA’I 20,10
persen. (2) Status pasangan HADE sebagai pendatang baru dalam pentas politik
Jawa Barat, sedangkan pasangan DA’I sebagai incumbent (gubernur yang sedang
menjabat selama masa kampanye). Pasangan AMAN (Agum Gumelar dan Nu’man
Abdul Hakim) tidak disertakan dalam penelitian, karena tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara pasangan DA’I dan AMAN. Ketidakbedaan tersebut
terutama dalam hal status sebagai incumbent dimana Nu’man Abdul Hakim
sebagai wakil gubernur yang sedang menjabat saat pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah akan dilangsungkan.
Penentuan tineliti untuk metode kualitatif dilakukan secara sengaja
(purposive), tineliti dalam penelitian ini merupakan perwakilan dari tim kampanye
pasangan DA’I dan HADE di Kota Bogor. Tineliti dalam penelitian kualitatif tidak
tergantung kepada jumlah, melainkan potensi tiap tineliti untuk memberi
pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari (Sitorus,
1998). Tineliti dalam penelitian ini adalah Bapak Hr dan Bapak Jm dari tim
kampanye DA’I Kota Bogor, serta Ibu An dan Bapak Im dari tim kampanye
HADE Kota Bogor.
Penentuan sampel responden dalam metode polling dilakukan dengan
teknik sampel kuota (quota sampling). Menurut Nainggolan (1998) dalam
Eriyanto (1999), teknik sampel kuota adalah proses pengidentifikasian kategori
atau karakteristik responden yang kemudian dikelompokkan berdasarkan
kesamaan karakteristik, dengan menentukan jumlah target responden yang harus
dipenuhi dari masing-masing kelompok responden. Jumlah responden ditentukan
berdasarkan kategori atau karakteristik yang telah dibuat. Teknik sampel kuota
digunakan untuk menghindari keseragaman responden berdasarkan karakteristik
tertentu dari responden polling yang kerangka sampelnya tidak tersedia.
Sampel metode polling dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
sampel yang mewakili pemilih pasangan HADE dan pemilih pasangan DA’I di
Kota Bogor. Masing-masing sampel tersebut terdiri dari 30 responden, sehingga
total responden dalam penelitian ini adalah 60 orang. Responden dikelompokan
berdasarkan tingkat pendidikan yang digolongkan ke dalam pendidikan tinggi,
sedang, dan rendah. Responden juga dikelompokkan ke dalam dua kelompok usia
yaitu, kelompok dewasa awal dan kelompok dewasa tengah (Hurlock, 1980),
yaitu pemilih yang berusia kurang atau sama dengan 35 tahun dan pemilih yang
berusia lebih dari 35 tahun. Pembedaan responden berdasarkan tingkat pendidikan
dan usia didasarkan pada dugaan bahwa proses pembentukan citra dari pasangan
calon gubernur dan wakil gubernur dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan
dan usia responden.
Data hasil polling tidak ditujukan untuk uji statistik melainkan hanya
untuk mendeskripsikan kesesuaian citra yang dikomunikasikan oleh tim
kampanye DA’I dan HADE, dengan citra yang ditangkap oleh pemilih DA’I dan
HADE dalam kampanye Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat di Kota Bogor.
Penelitian dilakukan bertahap pada bulan Maret-April 2008 saat masa
kampanye berlangsung, dan bulan Juli-Agustus 2008. Kurun waktu penelitian
yang dimaksud adalah waktu yang digunakan untuk mengumpulkan data, baik
data hasil pengamatan lapangan, data hasil wawancara, maupun data hasil polling.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Data kualitatif yang dihasilkan selama penelitian ini dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. Data hasil pengamatan: tulisan dalam bentuk deskripsi mengenai situasi,
kejadian/peristiwa, orang-orang, interaksi dan perilaku yang diamati secara
langsung di lapangan, yang disajikan dalam bentuk catatan lapang, saat
penulis melakukan pengamatan kegiatan kampanye HADE pada tanggal 27
Maret 2008 dan kampanye DA’I pada tanggal 8 April 2008 di Lapangan
Sempur, Kota Bogor.
b. Data hasil pembicaraan: kutipan langsung dari pernyataan anggota tim
kampanye DA’I dan HADE yang menjadi tineliti dalam penelitian ini,
mengenai pengalaman, sikap, keyakinan dan pandangan/pemikiran mereka
dalam kesempatan wawancara dengan peneliti. Hasil pembicaraan yang
dimaksud berupa tanggapan tineliti dari pertanyaan yang diajukan kepada
mereka seputar perencanaan strategi komunikasi dan kampanye politik,
pelaksanaan kegiatan kampanye politik, dan citra diri yang ingin dibentuk dari
pasangan DA’I dan HADE.
c. Data tertulis: petikan atau keseluruhan bagian dari dokumen yang berkaitan
dengan kampanye politik dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat 2008,
notulen rapat tim kampanye, dan surat keputusan pembentukan tim kampanye.
Bahan tertulis yang dijadikan sumber penulisan skripsi antara lain daftar
anggota tim kampanye DA’I dan HADE, laporan evaluasi kampanye DA’I,
notulensi rapat persiapan kampanye DA’I, jadwal kampanye HADE, anggaran
biaya kampanye HADE di Kota Bogor, dokumentasi kegiatan kampanye DA’I
dan HADE di Kota Bogor, dan artikel berita dari media massa cetak dan
elektronik mengenai kampanye politik pasangan DA’I dan HADE di Kota
Bogor.
Sementara itu, data hasil polling didapatkan dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner polling. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan kampanye politik dan pencitraan mengenai pasangan DA’I dan HADE
yang dimaknai oleh pemilihnya. Penyebaran kuesioner polling dilakukan di tiga
wilayah Kota Bogor, yaitu Kecamatan Tanah Sareal, Kecamatan Bogor Tengah,
dan Kecamatan Bogor Utara.
3.4. Teknik Analisis Data dan Penyajian Data
Selama peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan, peneliti juga
melakukan analisis data. Semua data yang telah didapat kemudian diolah melalui
tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Secara rinci, tahapan analisis data
dijabarkan sebagai berikut:
a. Reduksi data, dilakukan dengan cara memberikan kode terhadap data-data
yang sesuai dengan kebutuhan data penelitian untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dari perumusan masalah penelitian.
b. Penyajian data, data yang telah direduksi kemudian diorganisasikan dan
disajikan dalam bentuk tulisan yang memiliki arti dan kemampuan untuk
menjawab masalah-masalah penelitian. Penyajian data juga dilakukan dalam
bentuk: tabel, gambar, dan berbagai kutipan penjelasan dari tineliti dan hasil
pengisian kuesioner oleh responden polling. Tabel digunakan untuk melihat
perbandingan perencanaan strategi komunikasi dan bentuk kampanye yang
dilakukan oleh tim kampanye pasangan HADE dan DA’I di Kota Bogor. Tabel
juga digunakan untuk menjelaskan persentase kesesuaian citra dari pemilih
DA’I dan HADE. Kutipan langsung digunakan untuk menjelaskan proses
perencanaan strategi komunikasi dan mengetahui citra yang diharapkan
muncul dalam benak masyarakat sebagai sasaran kegiatan kampanye,
sedangkan
gambar
digunakan
untuk
menunjukkan
kegiatan-kegiatan
kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye masing-masing pasangan calon
kepala daerah.
c. Penarikan kesimpulan, dilakukan selama proses pengumpulan data dengan
tetap meninjau data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya untuk
memastikan bahwa data yang dibutuhkan sudah lengkap, sehingga penarikan
kesimpulan dapat dilakukan dengan tepat berdasarkan data-data yang sudah
terkumpul.
Data hasil polling dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang untuk
melihat hubungan-hubungan antara dua variabel penelitian. Variabel-variabel
tersebut antara lain adalah usia pemilih, tingkat pendidikan pemilih, citra yang
ditangkap oleh pemilih, dan kesesuaian citra. Hubungan-hubungan antar variabel
tersebut disajikan dalam bentuk tabel yang berisi besaran persentase hubungan
antar variabel, sebelum akhirnya data-data tersebut diinterpretasikan. Selama
proses analisis dan penyajian data, penulis juga terus melakukan penyempurnaan
atau bahkan merevisi kerangka analisis yang disesuaikan dengan keadaan di
lapangan. Tujuannya adalah untuk membantu penulis dalam menarik suatu
kesimpulan yang akan mengarahkan pada pengambilan kesimpulan berikutnya.
BAB IV
PROFIL CALON GUBERNUR DAN TIM KAMPANYE
4.1. Profil Pasangan Incumbent (DA’I)
Danny Setiawan adalah Gubernur Jawa Barat periode 2003-2008 yang
mencalonkan kembali (incumbent) dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat periode
2008-2013. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan Danny Setiawan banyak
dihabiskan di bidang pemerintahan, ia merupakan lulusan Akademi Pemerintahan
Dalam Negeri (APDN), lalu melanjutkan pendidikan pemerintahannya di IIP
Malang, kemudian dilanjutkan kembali dengan mengambil program S2 Kebijakan
Publik di Universitas Padjadjaran Bandung. Sebelum menjadi Gubernur Jawa
Barat periode 2003-2008 melalui pemilihan yang dilakukan oleh DPRD Jawa
Barat, Danny Setiawan juga pernah menjabat beberapa jabatan di lingkungan
pemerintahan, di antaranya adalah sebagai Camat Cimarga Kabupaten Lebak,
Kepala Bagian Pemerintahan di Kabupaten Lebak, Kepala Bidang Sosial dan
Budaya BAPPEDA Tk. I Jawa Barat, Kepala Dinas Pendapatan Daerah
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa
Barat.
Iwan Ridwan Sulanjana adalah calon Wakil Gubernur Jawa Barat periode
2008-2013 yang mendampingi Danny Setiawan. Latar belakang profesi Iwan
Sulanjana adalah sebagai pejabat militer, beliau merupakan mantan Panglima
Daerah Militer Jawa Barat (Pangdam Siliwangi), sebelum akhirnya pensiun dari
lingkungan militer dengan jabatan terakhir sebagai Asisten Operasi KASAD.
Iwan Sulanjana tinggal di daerah Cikeas Kabupaten Bogor, atas dasar itulah tim
kampanye DA’I Kota Bogor menekankan isu “pilih orang Bogor asli!!” selama
masa kampanye pemilihan gubernur di Kota Bogor.
Pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana dapat dikatakan sebagai
pasangan yang berpengalaman dalam memerintah Jawa Barat. Kombinasi antara
pengalaman Danny Setiawan yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat
dan Iwan Sulanjana sebagai mantan panglima militer daerah Jawa Barat, dijadikan
sebagai nilai jual utama selama masa kampanye oleh tim kampanye pasangan
DA’I. Adapun visi pasangan DA’I untuk Jawa Barat adalah penguatan upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keunggulan Jawa Barat, guna
mewujudkan visi Jawa Barat sebagai provinsi termaju.
4.2. Profil Tim Kampanye DA’I Kota Bogor
Tim kampanye pasangan calon gubernur Jawa Barat, Danny Setiawan dan
Iwan R. Sulanjana (DA’I) terdiri dari dua partai yang berkoalisi di tingkat Jawa
Barat yaitu, Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrat. Kesepakatan
koalisi tersebut diwujudkan dalam bentuk pertemuan khusus untuk membentuk
Tim Kampanye DA’I Kota Bogor yang terdiri dari anggota-anggota kedua partai
tersebut. Anggota-anggota tim kampanye tersebut dipilih melalui proses
musyawarah terpisah yang dilakukan oleh masing-masing partai, hingga akhirnya
muncul beberapa nama yang direkomendasikan untuk mengisi posisi-posisi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Anggota-anggota tim kampanye tersebut dipilih
berdasarkan track record dan kesesuaian bidang kerja yang selama ini dijabatnya
di tingkat partai. Tim kampanye DA’I Kota Bogor terdiri dari pengurus Partai
Golkar dan Partai Demokrat Kota Bogor. Sebanyak 12 anggota DPRD Kota
Bogor dari Fraksi Golkar dan Fraksi Demokrat juga tergabung dalam tim
kampanye DA’I.
Partai Golkar mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan Partai
Demokrat dalam tim kampanye DA’I, hal itu terjadi karena calon gubernur yaitu
Danny Setiawan merupakan kader partai Golkar, sehingga Partai Golkar lebih
mempunyai tanggung jawab memenangkan kader partainya dalam pemilihan
kepala daerah Jawa Barat. Besarnya pengaruh Partai Golkar dibandingkan Partai
Demokrat dapat dilihat dari terpilihnya kader Golkar, yaitu Tauhid Jagorga Tagor
sebagai ketua tim kampanye DA’I Kota Bogor.
Struktur tim kampanye DA’I terdiri dari sembilan bidang kerja beserta
ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, dan
penanggung jawab, dengan total jumlah anggota tim kampanye sebanyak 36
anggota. Bidang-bidang kerja tersebut antara lain adalah, bidang kesekretariatan,
bidang perencanaan, bidang advokasi dan hukum, bidang logistik, bidang
kampanye, bidang humas dan media massa, bidang monitor dan evaluasi, bidang
pemungutan suara dan saksi, serta bidang penggalangan massa.
Selama menjalankan kampanye pemilihan kepala Daerah Jawa Barat 2008
di Kota Bogor, tim kampanye gabungan dari Golkar dan Demokrat ini selalu
berusaha untuk bekerja bersama atas nama tim kampanye DA’I Kota Bogor.
Pembagian kerja tidak dilakukan berdasarkan keanggotaan partai, tetapi
berdasarkan bidang-bidang kerja yang ada dalam struktur tim kampanye DA’I
Kota Bogor. Selama masa kampanye, tim kampanye DA’I Kota Bogor tidak
menggunakan atau menyewa tempat khusus sebagai kantor tim kampanye DA’I
Kota Bogor, adapun tempat yang digunakan sebagai kantor tim kampanye DA’I
Kota Bogor adalah kantor sekretariat Partai Golkar Kota Bogor. Hal tersebut
dilakukan sebagai langkah untuk menghemat biaya kampanye, selain itu
keputusan tersebut juga diambil dengan melihat keadaan bahwa tim kampanye
DA’I Jawa Barat juga berkantor di sekretariat DPD Partai Golkar Jawa Barat di
Bandung.
4.3. Profil Pasangan Pendatang Baru (HADE)
Ahmad Heryawan merupakan politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
yang juga menjabat sebagai ketua umum Persatuan Umat Islam (PUI). Saat
mencalonkan diri sebagai calon Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013, Ahmad
Heryawan menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Latar belakang
pekerjaannya kebanyakan dihabiskan di bidang pendidikan, antara lain sebagai
dosen Universitas Ibnu Khaldun Bogor, dosen tidak tetap ekstensi Fakultas
Ekonomi UI, dosen Pusat Studi Islam Al-Manar, hingga menjadi pembimbing haji
Ummul Quro.
Yusuf Macan Efendi atau yang lebih dikenal dengan panggilan Dede
Yusuf merupakan bintang film pada tahun 1990-an, Ia memasuki jalur politik
melalui Partai Amanat Nasional (PAN) dengan jabatan terakhir di PAN sebagai
Wakil Sekretaris Jenderal. Saat mencalonkan diri sebagai calon Wakil Gubernur
Jawa Barat periode 2008-2013, Dede Yusuf terdaftar sebagai anggota DPR RI
dari Fraksi PAN. Dede Yusuf juga pernah menduduki posisi-posisi penting di
berbagai organisasi dan pekerjaan, di antaranya adalah sebagai Ketua Yayasan
Simpay Wargi Urang, Wakil Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia
(PARFI), Direktur Utama PT. Red Box Media Imaji, dan saat ini menjabat
sebagai Komisaris PT. Gen Komunika.
Pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf merupakan pasangan calon
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013 termuda. Usia
mereka berdua saat diresmikan menjadi calon gubernur adalah 41 tahun, hal
tersebut dijadikan sebagai isu utama oleh tim kampanye mereka dalam pemilihan
kepala daerah Jawa Barat. Pada awal terbentuk koalisi antara PKS dan PAN,
belum ditentukan siapa yang akan maju sebagai calon gubernur dan wakil
gubernur, namun akhirnya posisi calon gubernur dan wakil gubernur pun terisi
dengan cara menentukan yang lebih tua usianya di antara pasangan Ahmad
Heryawan dan Dede Yusuf. Ahmad Heryawan akhirnya ditentukan sebagai calon
gubernur karena usianya lebih tua tiga bulan daripada Dede Yusuf.
Visi HADE untuk Jawa Barat adalah terwujudnya masyarakat Jawa Barat
yang mandiri, dinamis, dan sejahtera. Program-program yang menjadi andalan
pasangan ini selama masa kampanye adalah mengusahakan sekolah gratis sampai
setingkat SMA untuk seluruh warga Jawa Barat dan peningkatan gaji guru negeri
serta swasta di Jawa Barat, penyerapan satu juta lapangan kerja melalui program
UKM, dan pembangunan serta revitalisasi Posyandu untuk ibu, anak, dan lansia.
Visi tersebut dituangkan ke dalam bentuk kontrak politik atau perjanjian tertulis
dengan masyarakat Jawa Barat selama masa kampanye berlangsung, salah satu
poin kontrak tersebut antara lain adalah pasangan HADE siap mengundurkan diri
jika janji-janji mereka selama kampanye tidak terwujud dalam jangka waktu tiga
tahun sejak mereka menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat
periode 2008-2013.
4.4. Profil Tim Kampanye HADE Kota Bogor
Tim kampanye pasangan calon Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan
dan Dede Yusuf (HADE) terdiri dari tiga komponen yaitu, Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan organisasi masyarakat
Persatuan Umat Islam (PUI). Ketiga komponen organisasi tersebut sepakat
mencalonkan pasangan HADE untuk maju sebagai Calon Gubernur Jawa Barat
setelah melalui proses yang cukup panjang.
Tim kampanye HADE Kota Bogor dibentuk oleh dua partai politik
pendukung yaitu PKS dan PAN, yang didukung juga dengan bantuan personil
untuk anggota kampanye dari PUI Kota Bogor. Pembentukan tim kampanye
diawali dengan pertemuan di antara ketiga komponen tersebut, yang pada
akhirnya menetapkan Dadang Ruchyana dari PKS sebagai Ketua tim kampanye
HADE di Kota Bogor. Setelah itu dibentuklah bidang-bidang kerja beserta
anggotanya untuk memaksimalkan pelaksanaan kampanye. Bidang-bidang
tersebut adalah, bidang jaringan dan kewilayahan, bidang advokasi dan hukum,
bidang media dan humas, bidang pendanaan, bidang logistik, dan bidang
pengamanan suara. Bidang-bidang tersebut dibentuk sesuai dengan bidang-bidang
yang terdapat pada tim kampanye HADE Jawa Barat, penyeragaman bidang kerja
tersebut dilakukan untuk memudahkan koordinasi antar tim kampanye pusat dan
daerah.
Anggota tim kampanye HADE tersebut dipilih berdasarkan kompetensi
dirinya yang disesuaikan dengan bidang kerja yang ditempatinya. Total anggota
tim kampanye HADE Kota Bogor sebanyak 61 orang, anggota-anggota tersebut
didistribusikan ke dalam bidang-bidang kerja yang proporsi jumlah anggota setiap
bidang disesuaikan dengan kebutuhan kerja tiap bidang tersebut. Delapan anggota
DPRD Kota Bogor dari Fraksi PKS dan Fraksi PAN juga ikut bergabung dengan
tim kampanye HADE Kota Bogor. Selain tim kampanye resmi, pelaksanaan
kampanye HADE di Kota Bogor juga didukung oleh lebih dari 10.000 kader PKS
dan simpatisan HADE. Proses kreatif dan perencanaan kampanye juga dilakukan
dengan melibatkan kader-kader dan simpatisan di luar tim kampanye resmi
HADE.
Konseptor utama kampanye HADE di Kota Bogor adalah Bapak Iman
Nugraha yang menjabat sebagai koordinator bidang Media dan Humas, Ia
bertugas untuk menggalang kampanye melalui media massa. Bapak Iman mampu
membina hubungan baik dengan para wartawan media massa, dan kemudian
menggerakkan wartawan-wartawan tersebut sebagai peliput kampanye HADE di
Kota Bogor. Bapak Im mampu melakukan hal-hal tersebut karena sebelumnya Ia
pernah bekerja di bidang jurnalistik dan Ia juga pernah aktif di LSM Yayasan
SIDIK (Studi dan Informasi Dunia Islam Kontemporer) Jakarta.
Selama masa kampanye pemilihan Gubernur Jawa Barat, tim kampanye
HADE menyewa ruko di daerah Jl. Pajajaran Bogor, sebagai pusat aktivitas dan
informasi mengenai pasangan HADE yang diberi nama “HADE Pisan Center”.
Ruko tersebut dijadikan sebagai sarana informasi untuk merumuskan strategi dan
kegiatan kampanye pasangan HADE di Kota Bogor. Selain itu HADE Pisan
Center juga berguna sebagai jembatan informasi antara pasangan HADE dengan
masyarakat calon pemilih, wartawan, pemimpin masyarakat, partai politik, dan
seluruh elemen masyarakat sehingga tercipta kampanye yang dialogis dimana
masyarakat menyampaikan secara langsung harapan-harapan, ide, saran dan
bahkan permasalahan yang dimilikinya untuk membangun Jawa Barat menjadi
lebih baik lagi.
Mekanisme kerja tim kampanye HADE Kota Bogor dibagi berdasarkan
partai dan kegiatan calon gubernur dan wakil gubernur. Tim kampanye dari PKS
menjadi panitia kampanye utama dan PAN hanya menjadi pendamping saja jika
yang berkampanye adalah calon gubernur Ahmad Heryawan, begitu pun
sebaliknya. Tim kampanye gabungan hanya bekerjasama saat Ahmad Heryawan
dan Dede Yusuf melakukan kampanye terbuka di Lapangan Sempur.
4.5. Perbandingan antara Tim Kampanye DA’I dan HADE
Perbedaan utama dari tim kampanye DA’I dan HADE adalah jumlah
anggota tim kampanye dan distribusi jumlah anggota pada setiap bidang. Tim
kampanye pasangan DA’I hanya terdiri dari 36 orang, sedangkan tim kampanye
pasangan HADE terdiri dari 61 orang. Tim kampanye DA’I mendistribusikan
anggota tim kampanye untuk masing-masing bidang kerja dengan jumlah yang
hampir sama yaitu sekitar dua sampai dengan empat orang dalam satu bidang.
Pendistribusian tim kampanye HADE untuk masing-masing bidang disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing bidang kerja. Seperti misalnya untuk bidang
jaringan dan kewilayahan, tim kampanye HADE menempatkan 22 orang anggota
untuk mengisi bidang itu karena bidang tersebut memang membutuhkan banyak
orang untuk disebarkan dan menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh masyarakat
di berbagai wilayah di Kota Bogor, sedangkan untuk bidang advokasi dan hukum
hanya diisi oleh empat orang anggota karena bidang tersebut memang tidak
bertugas langsung ke lapangan melainkan hanya menunggu laporan-laporan yang
bersinggungan dengan hukum dan peraturan selama masa kampanye di Kota
Bogor berlangsung.
Perbedaan lainnya juga dapat dilihat pada mekanisme kerja tim kampanye
DA’I dan HADE di Kota Bogor. Tim kampanye DA’I yang terdiri dari Partai
Golkar dan Partai Demokrat selalu bekerja bersama mulai perencanaan hingga
pelaksanaan kampanye berlangsung, sedangkan tim kampanye HADE yang terdiri
dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN)
kebanyakan bekerja sendiri-sendiri selama masa kampanye dilaksanakan.
Mekanisme kerja tim kampanye HADE yang dibagi berdasarkan partai ternyata
terbukti lebih efektif dalam menjalankan kampanye politik yang hanya diberi
waktu selama dua minggu. Mekanisme kerja tim kampanye DA’I yang bekerja
bersama dan berasal dari dua partai, justru menunjukkan kinerja yang kurang
efektif karena terhambat oleh perbedaan ide, birokrasi, dan cara kerja, sehingga
terjadi saling tunggu antara masing-masing bidang kerja yang akan melaksanakan
kegiatan kampanye. Kondisi tersebut menyebabkan kampanye yang dijalankan
menjadi tidak optimal, terutama dengan waktu kampanye yang disediakan oleh
KPU sangat terbatas. Ketidakoptimalan kegiatan kampanye pasangan DA’I
terutama terlihat dari terjadinya kekurangan logistik untuk kampanye, sehingga
proses sosialiasi pasangan DA’I tidak berjalan baik, sedangkan tim kampanye
HADE mampu menjalankan kegiatan kampanye dan sosialisasi calon kepala
daerah dengan optimal karena mereka memiliki “dua” tim kampanye, yaitu tim
kampanye HADE dari PKS dan PAN.
BAB V
PERENCANAAN STRATEGI KAMPANYE POLITIK
5.1. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik DA’I
Strategi kampanye politik yang dijalankan oleh tim kampanye DA’I di
Kota Bogor pada dasarnya mengadaptasi strategi kampanye politik yang telah
direncanakan oleh tim kampanye DA’I pusat (Jawa Barat). Tim kampanye di
daerah kota dan kabupaten diharuskan menerapkan strategi tersebut di daerahnya
masing-masing. Strategi yang dijalankan tersebut diwujudkan dalam teknik
kampanye massa secara langsung, dengan beragam seni hiburan untuk
menyemarakkan kegiatan kampanye, namun dalam pelaksanaannya tim kampanye
DA’I Kota Bogor melakukan beberapa modifikasi dengan menggunakan teknikteknik lain, tetapi tetap sesuai dengan prosedur dan tujuan yang telah ditetapkan
oleh tim kampanye pusat. Teknik kampanye massa secara langsung dipilih karena
dapat menjangkau masyarakat dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat
dibandingkan kampanye dari rumah ke rumah, namun biaya yang dikeluarkan
biasanya lebih besar dibandingkan dengan teknik kampanye lainnya.
Perencanaan kampanye pasangan DA’I di Kota Bogor dilakukan oleh tim
kampanye DA’I Kota Bogor beserta perwakilan partai Golkar dan Partai
Demokrat di tingkat kecamatan. Hal-hal yang menjadi perhatian utama pada saat
perencanaan kampanye adalah kegiatan-kegiatan kampanye yang akan dijalankan
untuk mencapai target 60 persen suara di Kota Bogor, sasaran atau target
kampanye politik pasangan DA’I, perencanaan kampanye melalui media massa,
hingga masalah penempatan saksi untuk tiap tempat pemungutan suara (TPS)
pada saat pemilihan dilakukan.
5.1.1. Anggaran Biaya dan Pendanaan Kampanye
Masalah anggaran biaya dan pendanaan merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan pelaksanaan kampanye, karena kampanye politik dalam
pemilihan kepala daerah secara langsung membutuhkan dana yang cukup besar
untuk mempromosikan kandidat yang didukungnya. Tanpa adanya dukungan
finansial, sulit untuk mengembangkan teknik kampanye, oleh karena itu
dibutuhkan perencanaan anggaran dana yang efektif dan efisien sehingga tujuan
dari kampanye politik dapat dicapai.
Selama masa kampanye pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat di Kota
Bogor, tim kampanye DA’I mengeluarkan dana sekitar Rp.250.000.000,00, seperti
diungkapkan oleh Jm, anggota tim kampanye DA’I Kota Bogor.
”....kalau engga salah waktu itu di laporan evaluasi kampanye juga
jumlah pengeluarannya sekitar 250 juta, coba sekarang kamu percaya ga
jumlah dana buat kampanye segitu?”
(Jm, anggota tim kampanye DA’I Kota Bogor)
Jumlah tersebut diakui oleh Jm memang tidak sesuai karena seharusnya biaya
yang dikeluarkan lebih dari itu, namun karena pengelolaan keuangan yang kurang
tertib membuat data-data mengenai anggaran dana tidak tercatat dengan baik.
Banyaknya sumbangan-sumbangan kecil dari kader partai juga membuat sulit
pencatatan dana masuk dan keluar. Dana tersebut sebagian besar berasal dari kas
Partai Golkar dan Partai Demokrat, juga ada sumbangan dari beberapa kader
kedua partai tersebut dan sumbangan dari calon gubernur dan wakil gubernur
yang diusung. Sebagai gambaran umum, setelah masa kampanye pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Jawa Barat berakhir, KPU Jawa Barat
mengumumkan bahwa selama masa kampanye berlangsung9, tim kampanye DA’I
Jawa Barat mendapatkan dana sebesar Rp. 16.391.000.000,00, sedangkan tim
kampanye HADE Jawa Barat mendapatkan dana sebesar Rp. 3.229.000.000,00.
5.1.2. Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye
Konsolidasi internal dan eksternal dilakukan dalam rangka penguatan
organisasi partai dan simpatisan yang memberikan dukungan kepada pasangan
DA’I dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2008.
Dukungan dari organisasi masyarakat (Ormas) diperlukan untuk mempengaruhi
pemilih yang memilih kepala daerah berdasarkan fatsoen politik, dengan cara
mengeluarkan kebijakan dari pimpinan organisasi untuk mendukung pasangan
DA’I. Selama masa kampanye Pilkada Jawa Barat 2008 di Kota Bogor, pasangan
DA’I mendapatkan dukungan dari beragam Ormas, beberapa di antaranya adalah
Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia
(AMPI), Pemuda Partai Demokrat, Karukunan Warga Bogor (KWB), Pendekar
Jalak Banten (PJB), Gerakan Sunda Tandang, Himpunan Pengrajin Industri Kecil,
Gerakan Relawan Pendukung Iwan Sulanjana, Forum Kerukunan Antar Umat
Beragama (FORKAGAMA), Ikatan Keluarga Besar Cimande (IKBC), Karang
Taruna, dan Gagak Lemayung (Tabel 1). Pembacaan deklarasi dukungan dari
organisasi masyarakat terhadap pasangan DA’I dilakukan pada saat kampanye
terbuka di Lapangan Sempur, surat dukungan tersebut diterima secara langsung
oleh calon gubernur Danny Setiawan. Selain dukungan dari Organisasi
9
Dana kampanye tidak jelas, KPU tegur tim AMAN.
http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=OTM3Ng==&click=MTE0 (Diakses tanggal 18 Agustus
2008)
masyarakat tim kampanye DA’I juga melakukan pendekatan kepada beberapa
tokoh masyarakat, tokoh budaya dan seni, serta pemuka agama di Kota Bogor.
Tabel 1. Matriks Organisasi Pendukung Pasangan DA’I di Kota Bogor
Jenis Organisasi
Nama Organisasi
Organisasi Profesi dan Komunitas
Karukunan Warga Bogor, Pendekar Jalak
Banten, Gerakan Sunda Tandang,
Himpunan Pengrajin Industri Kecil,
Gerakan Relawan Pendukung Iwan
Sulanjana, Forum Kerukunan Antar Umat
Beragama, Ikatan Keluarga Besar
Cimande, dan Gagak Lemayung.
Organisasi Keanggotaan Pemuda (OKP)
Karang Taruna.
Organisasi binaan partai politik
(underbow)
AMPG, AMPI, dan Pemuda Partai
Demokrat.
Konsolidasi internal tim kampanye DA’I dilakukan dengan cara menggelar
rapat-rapat persiapan sebelum dan selama masa kampanye berlangsung. Persiapan
tersebut meliputi penguatan jaringan-jaringan partai hingga ke pengurus
kecamatan dan kelurahan, persiapan saksi-saksi di tiap TPS, pemantauan
perkembangan kompetitor di tiap kelurahan, pencarian dan penganggaran dana
kampanye, pemilihan media dan teknik kampanye, serta penggalangan massa
untuk kampanye.
5.1.3. Segmentasi
Tim kampanye DA’I menargetkan jumlah suara sebesar 60 persen dari
total pemilih di Kota Bogor, untuk mencapai target jumlah suara sebesar 60
persen tersebut tim kampanye DA’I Kota Bogor melakukan riset mengenai
perilaku pemilih di Kota Bogor, sebagai bahan acuan untuk merumuskan strategi
dan kegiatan kampanye politik di Kota Bogor. Hasil dari riset tersebut
mengelompokkan pemilih ke dalam lima segmen, yaitu pemilih yang memilih
berdasarkan:
1. Ideologi Partai
Pemilih pada segmen ini adalah masyarakat yang memilih pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur dengan melihat partai pendukungnya, karena
pemilih tersebut merasa bahwa ideologi dan aspirasi politiknya sudah sesuai
dengan partai tersebut, sehingga ia tidak ragu lagi untuk memilih calon yang
diajukan oleh partai politik yang didukung oleh pemilih tersebut. Cara yang
dilakukan untuk meraih suara dari kelompok ini adalah dengan melakukan
penegasan posisi Partai Golkar dan Demokrat yang mendukung pasangan
Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat.
2. Kompetensi calon
Kelompok ini memilih calon gubernur dan wakil gubernur berdasarkan latar
belakang pendidikan, riwayat pekerjaan, serta prestasi yang sudah dicapai oleh
calon gubernur dan wakil gubernur. Kelompok yang mementingkan dan
memperhatikan kompetensi calon ini biasanya dianut oleh kalangan
intelektual, mahasiswa, profesional dan praktisi. Upaya untuk mengumpulkan
suara dari kelompok ini dilakukan dengan cara menyebarkan pamflet yang
berisi tentang riwayat pendidikan dan pekerjaan Danny Setiawan dan Iwan
Sulanjana.
3. Kharismatik calon
Kelompok masyarakat yang menginginkan pemimpin kharismatik biasanya
mereka yang masih terikat erat dengan budaya dan pranata lokal. Kelompok
seperti ini dapat disentuh dengan pendekatan-pendekatan melalui kebudayaan
dan seni. Cara yang dapat dilakukan untuk mendekati kelompok ini adalah
dengan melakukan pendekatan kepada tokoh budaya dan seni yang telah
berjasa mengembangkan dan mempertahankan seni sunda di Kota Bogor.
4. Fatsoen politik/kelompok
Biasanya kelompok pemilih ini tergabung dalam ormas dan OKP yang
bersandarkan pada isu-isu tertentu. Pada setiap organisasi masyarakat
biasanya ada kebijakan-kebijakan internal organisasi untuk mendukung salah
satu calon kepala daerah. Oleh karena itu untuk mendapatkan suara dari
kelompok ini perlu dilakukan pendekatan-pendekatan antar organisasi, agar
organisasi masyarakat tersebut melimpahkan dukungannya untuk pasangan
DA’I.
5. Mengikuti perasaan
Pemilih dalam kelompok ini biasanya adalah kelompok pemilih pemula yang
belum memiliki pilihan politik yang tetap dan jelas. Mereka memutuskan
memilih seorang calon gubernur dan wakil gubernur karena faktor fisik atau
bisa juga karena hal-hal lain yang menarik dan memancing emosional
masyarakat. Kelompok ini jumlahnya sangat signifikan dan sangat potensial
untuk dijadikan sasaran kampanye. Cara-cara yang dilakukan untuk
memperoleh suara dari kelompok ini adalah dengan memperbanyak pamflet,
spanduk, baligo yang bergambar pasangan DA’I, agar dapat mempengaruhi
pemikiran dan perasaan kelompok ini. Cara lain yang dapat dilakukan antara
lain adalah dengan menciptakan isu-isu tertentu yang mengundang simpati
masyarakat, isu yang diciptakan adalah pasangan DA’I merupakan putra asli
Bogor dan masyarakat Bogor harus bangga jika nanti Jawa Barat dipimpin
oleh orang Bogor.
5.1.4. Targeting
Tim kampanye DA’I tidak menetapkan segmen-segmen khusus sebagai
sasaran utama kampanye, bagi tim kampanye DA’I semua masyarakat Bogor yang
mempunyai hak pilih dianggap sebagai sasaran kampanye demi mengamankan
target perolehan suara sebesar 60 persen di Kota Bogor. Oleh karena itu, mereka
telah menyiapkan cara-cara tersendiri untuk meraih simpati dari kelima kelompok
pemilih yang telah mereka tetapkan.
Tidak adanya sasaran utama dari kelima kelompok pemilih tersebut,
menyebabkan tim kampanye DA’I harus melakukan pendekatan yang berbedabeda berdasarkan perilaku memilih masyarakat dalam segmen-segmen tersebut.
Untuk menjalankan kampanye yang berbeda-beda itu, diperlukan jumlah kader
partai dan simpatisan yang cukup banyak, jumlah dana yang dikeluarkan juga
dipastikan semakin bertambah karena beragamnya teknik kampanye yang harus
dijalankan untuk meraih suara dari segmen-segmen tersebut.
5.1.5. Positioning
Selama masa kampanye pemilihan kepala Daerah Jawa Barat periode
2008-2013, tim kampanye DA’I Kota Bogor menggunakan beberapa kalimat
positioning yang disebut juga sebagai slogan kampanye. Slogan kampanye yang
digunakan tersebut di antaranya adalah slogan kampanye yang menjadi slogan
utama DA’I se-Jawa Barat yaitu ”Mengabdi dengan hati”, adapun slogan lain
yang dibuat oleh tim kampanye DA’I Kota Bogor adalah ”Pilih orang Bogor asli!”
karena Iwan Sulanjana (calon wakil gubernur) memang berasal dari Bogor.
Sebelumnya juga ada slogan lain yaitu, ”Jika ingin AMAN dan HADE, pilih
DA’I”, namun slogan tersebut tidak jadi digunakan karena slogan tersebut
dianggap ikut mempopulerkan pasangan AMAN dan HADE yang merupakan
pesaing pasangan DA’I dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
Jawa Barat periode 2008-2013.
5.2. Perencanaan Strategi Komunikasi Tim Kampanye HADE
Strategi kampanye HADE selama mengikuti pemilihan kepala Daerah
Jawa Barat periode 2008-2013 adalah metode direct selling. Strategi ini
merupakan strategi partai keadilan sejahtera (PKS) dalam pemilihan legislatif
tahun 2004 yang lalu, karena dianggap cukup sukses maka strategi ini kembali
diterapkan pada Pilkada Jawa Barat. Strategi direct selling ini digunakan sebagai
strategi kampanye HADE se-Jawa Barat, strategi ini dipilih karena sesuai dengan
kondisi partai pendukung HADE terutama PKS, karena PKS memiliki kader dan
relawan yang banyak serta loyal kepada partai. Terdapat lebih dari 10.000 kader
dan relawan PKS yang siap menjalankan strategi direct selling.
Tujuan utama dari direct selling ini adalah memperkenalkan figur
pasangan
HADE,
menjelaskan
program
kerja
dan
visi
misi,
hingga
penandatanganan kontrak politik antara pasangan HADE yang diwakili oleh tim
kampanyenya, dengan masyarakat Jawa Barat. Pengenalan pasangan HADE
dimasukan dalam agenda direct selling karena pasangan ini merupakan pendatang
baru di lingkungan politik Jawa Barat, sehingga tim kampanye HADE
menitikberatkan kampanye pencitraan untuk memperkenalkan pasangan ini
kepada masyarakat.
Perencanaan strategi kampanye politik tidak hanya dilakukan oleh tim
kampanye utama, perencanaan kampanye juga dilakukan oleh masing-masing tim
kampanye HADE di kecamatan dan kelurahan. Tim kampanye di kecamatan dan
kelurahan diberikan keleluasaan untuk melakukan kegiatan kampanye sendiri
asalkan tetap dalam pantauan tim kampanye utama di Kota Bogor, seperti
misalnya dalam pelaksanaan kampanye “Angkot Gratis dari HADE” pada hari
terakhir kampanye yang direncanakan dan dilaksanakan oleh tim kampanye
HADE di Kecamatan Bogor Timur.
5.2.1. Anggaran Biaya dan Pendanaan Kampanye
Perumusan anggaran biaya untuk kampanye politik dilakukan oleh
masing-masing bidang kerja yang dipantau langsung oleh bendahara tim
kampanye HADE. Anggaran biaya kampanye terbesar digunakan oleh bidang
media dan humas yang menyedot anggaran dana sebesar Rp. 513.830.000,00.
Dana tersebut digunakan untuk pemasangan iklan di media massa cetak dan
elektronik lokal, pelaksanaan konferensi pers, pembuatan buletin HADE, dan
atribut kampanye lainnya seperti stiker, baligo, spanduk, dan kaos. Bidang logistik
juga menggunakan dana yang cukup besar, yaitu sebesar Rp. 466.700.000,00.
Dana tersebut digunakan untuk membiayai kampanye terbuka HADE di Lapangan
Sempur Bogor pada tanggal 29 Maret 2008. Pengeluaran lain yang cukup besar
adalah anggaran biaya untuk konsumsi saksi saat penghitungan suara di 1360
tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di Kota Bogor, dimana pada
masing-masing TPS ditempatkan dua orang saksi dari tim HADE sehingga jumlah
biaya yang harus dikeluarkan tercatat sebesar Rp. 136.000.000,00.
Dana kampanye HADE di Kota Bogor terutama berasal dari kas Partai
Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional, selain itu tim kampanye HADE
Kota Bogor juga menghimpun sumbangan dana dari para kader partai dan anggota
legislatif (DPRD) PKS dan PAN, sumbangan masing-masing anggota legislatif
ditetapkan sebesar Rp. 500.000,00/anggota. Sumbangan kampanye terbesar
berasal dari kader-kader PKS dan simpatisan HADE Kota Bogor, selama masa
kampanye mereka melakukan lelang yang bertujuan untuk mengumpulkan dana
dan bantuan atribut kampanye untuk sosialisasi pasangan HADE di Kota Bogor.
Lelang tersebut diprakarsai oleh DPC PKS (tingkat kecamatan) yang dilaksanakan
sebanyak dua kali selama masa kampanye, dari lelang tersebut dikumpulkan dana
sebesar Rp. 140.000.000,00. Total dana kampanye yang dikeluarkan oleh tim
kampanye HADE Kota Bogor dan sumbangan-sumbangan dari kader dan
simpatisan selama masa kampanye berlangsung ditaksir kira-kira mencapai
Rp. 1.200.000.000,00.
5.2.2. Konsolidasi Internal dan Eksternal Tim Kampanye
Konsolidasi internal tim kampanye HADE dimulai setelah tim kampanye
HADE pusat resmi dibentuk dan disusul dengan tim kampanye HADE di berbagai
kota dan kabupaten di Jawa Barat. Pertemuan antar tim kampanye HADE se-Jawa
Barat di Bandung ini membahas dan mensosialisasikan mengenai strategi
kampanye yang digunakan, pendanaan kampanye, target-target yang harus
dicapai, dan penyediaan peralatan kampanye. Konsolidasi internal tim kampanye
di Kota Bogor juga dilakukan dengan cara memberikan motivasi dan pelatihan
kepada pengurus partai di tingkat kelurahan mengenai cara-cara kampanye yang
baik dan sesuai dengan petunjuk teknis yang diberikan oleh tim kampanye pusat.
Konsolidasi eksternal tim kampanye HADE Kota Bogor juga dilakukan
dengan mencari dukungan dari berbagai organisasi masyarakat dan tokoh-tokoh
agama, tokoh wanita, serta tokoh budaya Sunda.
“….simpul-simpul masyarakat kita rangkul melalui silaturahim,
masyarakat umum kita datangi langsung, tokoh-tokoh agama dan
masyarakat juga kita menjalin silaturahmi.”
(An, anggota tim kampanye HADE Kota Bogor)
Organisasi masyarakat yang mendukung pasangan HADE antara lain adalah, Pos
Wanita Keadilan, Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan (JMPP), Nisa Kreatif,
Forsita PKS, Korps Muballighoh, Gema Keadilan, Persatuan Umat Islam (PUI),
Komunitas Bogor Peduli Olahraga (Korpora), Silaturahim Jawara Bogor (Sijago),
Solidaritas Angkot Bogor (SOLAR 46), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Ojeg
Bogor Bersatu (OBOS), Perkumpulan Motor Keadilan Sejahtera (Pekasa),
Paguyuban Masyarakat Sunda Bogor (Pasundar), Jaringan Majlis Ta’lim,
Komunitas Kesehatan, Becak Bogor Bersatu (Bagoes), dan Forum Silaturahim
Pemuda Bogor (Tabel 2).
Tabel 2. Matriks Organisasi Pendukung Pasangan HADE di Kota Bogor
Jenis Organisasi
Organisasi Profesi dan Komunitas
Nama Organisasi
Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan,
Korpora, Sijago, SOLAR 46, SPN, OBOS,
Bagoes, Jaringan Majlis Ta’lim, Komunitas
Kesehatan, PUI, dan Pasundar.
Organisasi Keanggotaan Pemuda (OKP) Forum Silaturahim Pemuda Kota Bogor.
Organisasi binaan partai politik
(underbow)
Pos Wanita Keadilan, Nisa Kreatif,
Forsitma PKS, Korps Muballighoh
Muhammadiyah, Gema Keadilan, dan
Pekasa.
Organisasi masyarakat pada Tabel 2 tersebut dibagi berdasarkan organisasi
profesi, organisasi kepemudaan, dan organisasi underbow yang merupakan binaan
partai
politik.
Organisasi-organisasi
masyarakat
tersebut
menyatakan
dukungannya kepada pasangan HADE, yang diwakilkan oleh tokoh-tokoh
organisasi masyarakat tersebut pada saat kampanye terbuka di Lapangan Sempur.
5.2.3. Segmentasi
Segmentasi yang dilakukan oleh tim kampanye HADE mengelompokkan
pemilih berdasarkan ciri-ciri demografis yaitu, usia pemilih, tingkat pendidikan,
dan jenis kelamin. Dari segi usia, pemilih di Jawa Barat didominasi oleh kaum
muda yang berusia 17-35 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, karena Bogor
memang terkenal dengan kota kaum intelektual maka pemilih di Bogor
didominasi oleh pemilih yang tingkat pendidikannya cukup tinggi atau setara
SMA, sedangkan berdasarkan jenis kelamin hampir berimbang namun lebih
banyak jumlah wanita walaupun jumlahnya tidak terlalu signifikan.
Selain melakukan segmentasi pemilih, tim kampanye HADE juga
melakukan survey mengenai pencitraan tokoh yang dilakukan jauh sebelum masa
kampanye dimulai. Survey dilakukan bertahap kepada pemilih di Jawa Barat,
survey pertama dilakukan dengan mengajukan tiga nama calon gubernur yaitu
Danny Setiawan, Agum Gumelar, dan Ahmad Heryawan, dengan tidak
menggunakan foto (hanya nama calon gubernur), hasilnya yang meraih suara
terbanyak adalah Danny Setiawan, Agum Gumelar, lalu Ahmad Heryawan.
Beberapa hari setelah itu dilakukan kembali survey serupa, namun kali ini
disertakan foto calon gubernur beserta namanya, hasilnya adalah Ahmad
Heryawan menempati urutan teratas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pencitraan secara visual mampu
mempengaruhi
pemilih
dalam
menjatuhkan
pilihannya.
Pemilih
mempertimbangkan kondisi fisik dan raut wajah untuk menilai kepribadian calon
gubernur yang tidak dikenalnya secara langsung. Berdasarkan hasil riset tersebut,
maka tim kampanye HADE menggarap dengan serius foto kampanye pasangan
HADE agar sesuai dengan citra yang ingin ditampilkan, yaitu pasangan muda
yang siap memimpin Jawa Barat. Untuk memperkuat citra “pasangan muda”,
pasangan HADE tidak menggunakan kopiah sebagai penutup kepala, karena
berdasarkan hasil survey juga didapat kesimpulan bahwa penggunaan kopiah
cenderung identik dengan golongan tua.
5.2.4. Targeting
Berdasarkan hasil segmentasi dan pemetaan karakteristik pemilih yang
telah dilakukan sebelumnya, maka selanjutnya tim kampanye HADE menentukan
sasaran utama kampanye politiknya. Penentuan sasaran utama ini dilakukan agar
kampanye yang dijalankan lebih fokus, efektif dan efisien, namun tim HADE juga
tetap melakukan kampanye dan sosialisasi kepada kelompok-kelompok lainnya.
Target utama kampanye HADE adalah kaum muda dan ibu rumah tangga.
Kelompok itu dipilih karena sesuai dengan isu dan tema kampanye pasangan
HADE yang mengedepankan perubahan di Jawa Barat. Kaum muda dianggap
sesuai karena mereka merupakan calon-calon pemimpin yang akan membawa
Jawa Barat menuju perubahan ke arah yang lebih baik, selain itu golongan muda
merupakan kelompok umur yang paling banyak jumlahnya di Jawa Barat
sehingga sangat potensial untuk memberikan suara. Ibu rumah tangga dipilih
karena perannya sebagai pendidik utama generasi muda di tingkat keluarga.
Selain itu ibu rumah tangga khususnya kaum wanita juga dianggap sebagai
penggerak utama kegiatan Posyandu dan Puskesmas yang menjadi salah satu
fokus program pasangan HADE sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan
keluarga, bayi dan kalangan lanjut usia.
5.2.5. Positioning
Selama masa kampanye pemilihan kepala Daerah Jawa Barat periode
2008-2013, tim kampanye HADE mengeluarkan dua slogan atau kalimat
positioning yang mencerminkan keunggulannya dari kandidat lain. Slogan
tersebut adalah “Harapan baru Jawa Barat” dan “HADE basana, HADE akhlakna,
HADE elmuna”. Slogan “Harapan baru Jawa Barat”, mencerminkan HADE
sebagai pasangan muda yang siap merealisasikan harapan-harapan masyarakat
Jawa Barat yang selama ini belum terealisasikan. Slogan kedua menggunakan
bahasa Sunda yang mencerminkan keunggulan pasangan HADE sebagai pasangan
yang sopan dalam bertutur kata, beriman kepada Tuhan YME, dan terampil dalam
memimpin. Slogan dalam bahasa Sunda tersebut dibuat untuk melengkapi arti
kata ”hade” dalam bahasa Sunda yang berarti ”bagus” dalam bahasa Indonesia.
Kedua slogan tersebut berasal dari tim kampanye HADE pusat, tim
kampanye HADE di Kota Bogor tidak membuat slogan khusus untuk Bogor
karena dirasakan hal tersebut sudah cukup. Tim kampanye HADE Kota Bogor
lebih memfokuskan kepada sosialisasi pasangan calon dan pengenalan visi misi
melalui direct selling.
5.3. Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik
Sebelum melaksanakan kegiatan kampanye politik untuk Pilkada Jawa
Barat periode 2008-2013, tim kampanye DA’I dan HADE melakukan perencanaan
strategi komunikasi dan kampanye politik yang meliputi segmentasi sasaran
kampanye, targeting sasaran kampanye, positioning, penyusunan anggaran dan
pendanaan kampanye, serta konsolidasi internal dan eksternal partai beserta tim
kampanye (Tabel 3).
Tabel 3. Matriks Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik
Tahapan Perencanaan
Anggaran dana dan
pendanaan kampanye
Konsolidasi internal
Dan eksternal
Segmentasi
Targeting
Positioning
DA’I
HADE
Anggaran dana mencapai 1,2
Milyar. Berasal dari kas
paratai, anggota legislatif
PKS dan PAN, serta kader
dan simpatisan.
Konsolidasi internal berjalan
sangat
baik
dengan
memanfaatkan jaringan PKS.
Konsolidasi eksternal berhasil
didukung oleh lebih dari 17
Organisasi di Kota Bogor.
Demografis
Golongan Pemuda dan Ibu
Tidak Melakukan
rumah tangga
”Mengabdi dengan hati”, ”Harapan baru Jawa Barat”
dan ”Pilih orang Bogor dan, ”HADE basana, HADE
asli!”
elmuna, HADE akhlakna”
Anggaran
dana
yang
dikeluarkan tercatat 250
juta. Berasal dari kas partai
dan
sumbangan
kader
partai.
Konsolidasi internal kurang
berjalan baik. Sedangkan
konsolidasi
eksternal
berhasil didukung oleh
lebih dari 12 Organisasi di
Kota Bogor.
Perilaku memilih
Jumlah dana yang dikeluarkan oleh tim kampanye HADE untuk
menjalankan kegiatan kampanye di Kota Bogor sangat besar, yaitu sebesar Rp.
1.200.000.000,00. Dana tersebut sebagian besar dihabiskan untuk melakukan
teknik kampanye massa tidak langsung, melalui pemberitaan media cetak, media
elektronik, spanduk, baligo, stiker, dan pamflet. Sementara itu tim kampanye
DA’I hanya menghabiskan dana sebesar Rp. 250.000.000,00, walaupun jumlah
tersebut diragukan kepastiannya, tetapi diperkirakan jumlahnya tidak melebihi
jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pasangan HADE.
Tim kampanye HADE melakukan konsolidasi eksternal dengan cara
menggalang dukungan dari ormas dan OKP yang sesuai dengan visi misi,
program kerja, dan sasaran kampanye politiknya. Ormas dan OKP tersebut di
antaranya adalah Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan (JMPP), Serikat Pekerja
Nasional (SPN), Forum Silaturahim Pemuda Kota Bogor, Jaringan Majlis Ta’lim,
dan Komunitas Kesehatan. Upaya untuk menjangkau fokus sasaran kampanye
HADE yaitu, kaum muda dan ibu rumah tangga, dilakukan menggunakan kalimat
positioning atau slogan kampanye yang berbunyi ”Harapan Baru Jawa Barat” dan
”HADE basana, HADE akhlakna, HADE elmuna”. Kedua slogan tersebut cukup
menggambarkan keunggulan pasangan HADE dibandingkan pasangan lainnya,
yaitu pasangan muda yang siap membawa perubahan dan melayani masyarakat
Jawa Barat. Slogan tersebut memberikan gambaran tentang pasangan HADE
sebagai pasangan alternatif bagi masyarakat yang tidak puas akan kepemimpinan
gubernur sebelumnya. Popularitas Dede Yusuf sebagai mantan bintang film juga
digunakan untuk menarik simpati dan dukungan dari sasaran kampanye HADE,
terutama ibu-ibu rumah tangga.
Tim kampanye DA’I menggunakan slogan ”Mengabdi dengan hati” dan
”Pilih orang Bogor asli!” untuk menarik simpati dan dukungan pemilih yang
memilih berdasarkan perasaan. Slogan ”Mengabdi dengan hati” mencoba
menggambarkan Danny Setiawan sebagai sosok yang telah berhasil membangun
Jawa Barat selama lima tahun ke belakang, dan akan kembali melakukan
pengabdian untuk lima tahun ke depan bagi masyarakat Jawa Barat. Slogan ”Pilih
orang Bogor asli” diciptakan untuk memancing rasa sentimen kedaerahan pemilih
yang tinggal di Bogor, agar memilih calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
yang berasal dari Bogor. Namun slogan kampanye yang diciptakan oleh tim
kampanye DA’I kurang berhasil menyentuh masyarakat, karena slogan tersebut
dianggap tidak memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh
masyarakat Jawa Barat, terutama masalah ekonomi dan pendidikan.
BAB VI
KEGIATAN KAMPANYE POLITIK
6.1. Kegiatan Kampanye Politik Tim DA’I Kota Bogor
Pelaksanaan kegiatan kampanye politik pasangan DA’I merupakan tahap
lanjutan setelah kegiatan perencanaan selesai dilakukan dan menghasilkan
berbagai informasi untuk melaksanakan kegiatan kampanye politik. Informasi
tersebut antara lain adalah perilaku pemilih, serta jumlah sumber daya dan sumber
dana yang tersedia. Kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim
kampanye DA’I di Kota Bogor ditekankan pada isu pengalaman memimpin serta
calon gubernur dan wakil gubernur yang berasal dari Bogor. Isu itu
dikomunikasikan kepada masyarakat dalam setiap kegiatan kampanye politik.
Kegiatan-kegiatan kampanye politik yang dilakukan disesuaikan pada kelompokkelompok pemilih yang telah diriset terlebih dahulu pada saat tahap segmentasi.
Selama masa kampanye resmi, tim kampanye DA’I tidak terlalu sering
mensosialisasikan visi misi dan program-program yang ditawarkan oleh pasangan
DA’I jika nanti terpilih. Alasannya karena pasangan DA’I tidak ingin terlalu
banyak mengobral janji-janji program yang muluk-muluk yang pada akhirnya
hanya membuat masyarakat kecewa jika janji-janji tersebut tidak terpenuhi.
Pasangan DA’I berkomitmen bahwa mereka akan terus melakukan pembangunan
demi pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jawa Barat, sambil
merampungkan
program-program
yang
masih
berjalan
selama
masa
kepemimpinan Danny Setiawan lima tahun terakhir. Berikut ini adalah kegiatan
kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye DA’I Kota Bogor berdasarkan
kronologis pelaksanaan kegiatan kampanye, dalam usahanya untuk mengantar
pasangan Danny-Iwan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode
2008-2013.
6.1.1. Kampanye Massa Tidak Langsung
Teknik kampanye massa tidak langsung yang dilakukan melalui media
massa cetak dan elektronik dilakukan sebelum masa kampanye resmi dilakukan,
namun isinya hanya berupa pemberitahuan kepada masyarakat bahwa pasangan
DA’I (khususnya Danny Setiawan) akan mencalonkan diri sebagai Gubernur dan
Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. Setelah masa kampanye resmi
dimulai pada tanggal 27 Maret 2008, barulah kampanye melalui media massa
dimulai, tim kampanye DA’I memasang iklan di media cetak dan elektronik
berupa ajakan untuk memilih pasangan bernomor urut 1 ini pada tanggal 13 April
2008.
Tim kampanye DA’I menggunakan surat kabar dan radio lokal sebagai
sarana kampanye selama 14 hari ke depan. Tim kampanye DA’I membuat dua
versi iklan kampanye untuk radio, isi dari iklan tersebut sebagian besar berupa
ajakan kepada masyarakat untuk memilih pemimpin yang sudah berpengalaman
dan mengetahui kondisi Jawa Barat dan jangan memilih pendatang baru yang
belum teruji kemampuannya. Selain itu terdapat juga ajakan untuk memilih
pasangan DA’I yang disuarakan berulang-ulang dengan iringan musik yang
bernada patriotik, sehingga cukup menggugah antusiasme masyarakat untuk
memilih pasangan ini. Menurut Ellul (1965) dalam Nimmo (2005), persuasi
politik semacam ini digolongkan kepada persuasi politik yang mengandung
propaganda, yaitu komunikasi yang disampaikan oleh suatu kelompok
terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-
tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara
psikologis melalui manipulasi psikologis. Berikut ini adalah naskah dari dua versi
iklan radio kampanye pasangan DA’I.
IKLAN RADIO DA’I (1)
Karena aku telah mengenalmu sepanjang hidupku
Karena ku lahir di pangkuanmu
Karena kau telah memberiku kesempatan untuk berbagi ilmu dan
menjadikannya bermanfaat
Karena kau memang layak dan berhak untuk dicintai
Karena kau berhak untuk segala hal yang terbaik
Karenamu aku mengabdi, mengabdi untuk terus mewujudkan harapan,
mengabdi dengan hati, mengabdi untukmu, Jawa Baratku
Pilih nomor satu pasangan Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana untuk
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat
Mengabdi dengan hati
Coblos nomor satu, Danny Setiawan Iwan Sulanjana
Coblos nomor satu, Danny Setiawan Iwan Sulanjana
Coblos nomor satu, Danny Setiawan Iwan Sulanjana
Coblos nomor satu, Danny Setiawan Iwan Sulanjana
IKLAN RADIO DA’I (2)
(suara pria)
Membangun dengan bekal pengalaman memimpin, pasti akan lebih baik
jika dibandingkan dengan tidak pernah memimpin Jabar
(suara wanita)
Jangan anggap mudah memimpin Jabar, pemimpin yang telah teruji,
itulah yang pantas menakhodai Jabar lima tahun ke depan
(suara pria)
Kekuatan Danny Iwan adalah kekuatan rakyat Jabar
(suara wanita)
Kemenangan Danny-Iwan adalah kemenangan masyarakat Jawa Barat
(suara pria)
Marilah kita menjadi tuan rumah di kampung halaman kita sendiri
Dengan memilih pemimpin yang telah terbukti mengabdi untuk jabar
(musik keroncong dan nyanyian)
Coblos DA’I, Coblos DA’I, Coblos DA’I, pasangan serasi Danny-Iwan.
(suara pria dan wanita)
Coblos nomor 1 pasangan Danny Setiawan Iwan Sulanjana sebagai
Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar lima tahun ke depan
Berdasarkan hasil analisis teks iklan kampanye radio DA’I, ditemukan
bahwa teks iklan radio DA’I versi pertama, mengandung unsur kata yang
ditujukan bagi sasaran pemilih yang memilih dengan mengikuti perasaan.
Sementara itu untuk iklan radio DA’I versi kedua, mengandung unsur kata yang
ditujukan bagi sasaran pemilih yang memilih berdasarkan kompetensi calon,
kharismatik calon, dan memilih dengan menggunakan perasaan. Keterangan
mengenai iklan radio DA’I dan hubungannya dengan sasaran kampanye, dapat
dilihat lebih jelas pada Tabel 4. Tipe pemilih yang memilih berdasarkan ideologi
partai, dan fatsoen kelompok atau politik, tidak menjadi sasaran kampanye
melalui iklan radio DA’I, karena segmen pemilih tersebut hanya dapat diraih
dengan efektif melalui pendekatan yang dilakukan oleh pengurus dan anggota
partai politik secara langsung.
Tabel 4. Matriks Analisis Iklan Radio DA’I dan Hubungannya dengan Sasaran
Kampanye
Sasaran kampanye
Kesamaan ideologi
Kompetensi calon
Kharismatik calon
Fatsoen politik/kelompok
Mengikuti perasaan
Iklan DA’I (1)
-
”Karenamu aku mengabdi,
mengabdi
untuk
terus
mewujudkan
harapan,
mengabdi dengan hati,
mengabdi untukmu, Jawa
Baratku”
Iklan DA’I (2)
”Jangan anggap mudah
memimpin
Jabar,
pemimpin yang telah
teruji, itulah yang pantas
menakhodai Jabar lima
tahun ke depan”
Dengan
penggunaan
musik keroncong sebagai
latar iklan
”Jangan anggap mudah
memimpin
Jabar,
pemimpin yang telah
teruji, itulah yang pantas
menakhodai Jabar lima
tahun ke depan”
Iklan radio pasangan DA’I pada kedua versi itu juga digunakan untuk
mengkomunikasikan citra yang ingin dibentuk dari pasangan DA’I, yaitu
pasangan yang telah berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat. Teks pada
kedua iklan tersebut mencoba menunjukkan bahwa pasangan DA’I adalah
pasangan yang sudah berpengalaman, dan pengalaman dalam memimpin Jawa
Barat merupakan kunci utama dalam membangun Jawa Barat. Informasi lebih
lanjut mengenai iklan radio DA’I dengan citra yang ingin dibentuk dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Matriks Analisis Iklan Radio DA’I dan Hubungannya dengan Citra yang
ingin dibentuk
Citra
Pasangan yang sudah
berpengalaman dalam
memimpin Jawa Barat
Iklan DA’I (1)
Iklan DA’I (2)
”Karena
aku
telah
mengenalmu
sepanjang
hidupku, karena ku lahir di
pangkuanmu,
...
Jawa
Baratku”
”Membangun
dengan
bekal
pengalaman
memimpin, pasti akan
lebih
baik
jika
dibandingkan
dengan
tidak pernah memimpin
Jabar”
Informasi pada Tabel 6, menunjukkan bahwa kedua naskah iklan radio
DA’I tersebut merupakan pengembangan dari slogan kampanye pasangan DA’I
yaitu ”Mengabdi dengan hati”. Slogan kampanye ”Pilih orang Bogor asli” tidak
dikomunikasikan melalui iklan radio, karena iklan radio kampanye ini diproduksi
secara langsung oleh tim kampanye DA’I pusat, sehingga materi dari iklan radio
ini pun diseragamkan untuk seluruh daerah di Jawa Barat.
Tabel 6. Matriks Analisis Iklan Radio DA’I dan Hubungannya dengan Slogan
Kampanye
Slogan Kampanye
Mengabdi dengan hati
Pilih orang Bogor asli!
Iklan DA’I (1)
”Karenamu aku mengabdi,
mengabdi
untuk
terus
mewujudkan
harapan,
mengabdi dengan hati,
mengabdi untukmu, Jawa
Baratku”
-
Iklan DA’I (2)
”...dengan
memilih
pemimpin yang telah
terbukti mengabdi untuk
Jabar”
-
Sementara itu kampanye yang dilakukan di media massa cetak dan baligo
hanya terbatas pada pemuatan gambar diri dari pasangan DA’I beserta kalimat
singkat yang merupakan slogan kampanye DA’I yaitu, ”Mengabdi dengan hati”.
Gambar 4. Baligo pasangan DA’I di daerah Pondok Rumput, Kota Bogor
Dalam kampanye berbentuk visual ini (Gambar 4), yang ditonjolkan adalah foto
diri dari pasangan calon yang berpakaian rapi lengkap dengan jas, dasi, peci, yang
menampilkan citra sepasang birokrat yang sudah berpengalaman. Baligo yang
digunakan berukuran sangat besar, ditujukan agar foto diri dan slogan kampanye
pasangan DA’I dapat lebih jelas terlihat.
6.1.2. Kampanye Pembukaan
Kampanye ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2008, bertempat di
kantor sekretariat DPD Partai Golkar Kota Bogor. Walaupun pasangan DA’I tidak
hadir dalam acara ini, namun dihadiri oleh lebih dari seratus pendukung DA’I
yang menggunakan atribut kampanye DA’I. Acara yang hanya berlangsung sekitar
tiga jam ini dibuka oleh Ketua Partai Golkar dan Partai Demokrat Kota Bogor,
hadir dalam acara ini Walikota Bogor, tokoh-tokoh Partai Golkar Kota Bogor,
serta seniman-seniman Kota Bogor. Dalam kesempatan ini Walikota Bogor
menghimbau kepada para peserta kampanye pemilihan Gubernur Jawa Barat
khususnya pendukung DA’I, agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban Kota
Bogor selama masa kampanye berlangsung. Kampanye ini disemarakkan oleh
pertunjukkan seni keroncong dari Grup Suara Pakuan Rupaya.
Gambar 5. Juru Kampanye sedang Mengkampanyekan Pasangan DA’I
Dalam kampanye ini, Ketua Partai Golkar dan Ketua Partai Demokrat Kota Bogor
menghimbau agar masyarakat yang memiliki hak pilih, memilih pasangan DA’I
karena Danny-Iwan merupakan kombinasi yang tepat untuk memimpin Jawa
Barat selama lima tahun ke depan. Danny Setiawan merupakan birokrat yang
berpengalaman dalam membangun Jawa Barat, sedangkan Iwan Sulanjana
merupakan tokoh militer yang sudah mengetahui teritori dan keamanan di wilayah
Jawa Barat karena Ia merupakan mantan Pangdam Siliwangi.
6.1.3. Kampanye Dialogis dan Silaturahmi dengan Tokoh Pemuda
Kampanye yang dilaksanakan di Gedung Balai Binarum Pajajaran pada
hari Rabu pagi tanggal 2 April 2008 ini merupakan kampanye yang berbentuk
dialogis sekaligus ajang silaturahmi antara tim kampanye DA’I dengan organisasi
kepemudaan yang berada di Kota Bogor, seperti AMPI dan AMPG (organisasi
binaan Partai Golkar), Pemuda Partai Demokrat (organisasi binaan Partai
Demokrat), dan organisasi kepemudaan lain seperti Karang Taruna Kota Bogor.
Acara yang dihadiri oleh sekitar 150 orang ini ditujukan untuk menjaring ide dan
aspirasi dari organisasi-organisasi kepemudaan tersebut sekaligus menggalang
dukungan dan membina silaturahmi dengan organisasi-organisasi tersebut.
Sasaran dari kampanye dialogis ini adalah pemilih yang memilih calon kepala
daerah berdasarkan kompetensi calon dan pemilih yang memilih dengan alasan
fatsoen politik atau kelompok.
6.1.4. Pawai Motor Simpatik
Kegiatan ini dilakukan setelah kampanye dialogis dan silaturahmi dengan
tokoh pemuda berakhir. Kampanye yang dilaksanakan siang hari pada tanggal
2 April 2008 ini diikuti oleh ratusan pendukung DA’I yang merupakan kader
partai Golkar dan Demokrat Kota Bogor.
Gambar 6. Pawai Motor Simpatik Pendukung DA’I
Rombongan ini membagi-bagikan atribut kampanye DA’I seperti stiker, pamflet
dan pin bergambar pasangan DA’I kepada masyarakat yang mereka lewati.
Mereka mengunjungi pusat-pusat keramaian di sekitar Jalan Pajajaran hingga ke
Pasar Bogor, di sana mereka melakukan orasi singkat berisi ajakan kepada
masyarakat untuk mendukung dan memilih pasangan DA’I sebagai Gubernur dan
Wakil Gubernur Jawa Barat.
6.1.5. Kampanye Massa Langsung
Kampanye massa secara langsung ini dilaksanakan di Lapangan Sempur
pada tanggal 8 April 2008, sekaligus menutup rangkaian kampanye DA’I ke
daerah-daerah pemilihan di Jawa Barat. Pada kampanye kali ini, Danny Setiawan
dan Iwan Sulanjana berkesempatan hadir untuk menemui ribuan pendukungnya di
Kota Bogor. Pasangan Danny-Iwan datang ke Lapangan Sempur dengan
menggunakan angkot yang disewa dari arah Terminal Baranangsiang. Kampanye
terbuka ini dihadiri oleh ribuan massa pendukung DA’I yang sebagian besar
menggunakan kaos bergambar pasangan DA’I. Kampanye yang berlangsung dari
pukul 11.00-15.00 ini sebagian besar menampilkan hiburan lagu dangdut dari
penyanyi Kinkin Kintamani dan penyanyi dangdut lainnya, sedangkan waktu
untuk orasi dari juru kampanye dan pasangan Danny-Iwan hanya memakan waktu
sekitar 30 menit.
Juru kampanye dalam kampanye terbuka ini antara lain adalah Ruhut
Sitompul, Cheppy Harun (ketua DPD Golkar Bogor), Mulyatma Soepardi (ketua
DPD Partai Demokrat Bogor), dan beberapa pengurus DPD Golkar dan Partai
Demokrat Jawa Barat. Para juru kampanye tidak henti-hentinya mengajak
masyarakat untuk mendukung pasangan DA’I karena mereka adalah pasangan
yang berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat dan sudah teruji, selain itu
mereka juga adalah asli putra daerah Bogor. Danny Setiawan menyatakan tidak
ingin mengumbar banyak janji selama masa kampanye, Ia hanya berkomitmen
akan meneruskan pembangunan yang sudah berjalan dengan baik selama ini di
wilayah Jawa Barat, tidak ada isu khusus yang dibawa dalam kampanye di Kota
Bogor.
Selama pelaksanaan kampanye di Sempur, tim kampanye membagikan
berbagai atribut kampanye berupa bola sepak, payung, kaos, tabloid birokrat, nasi
bungkus hingga air mineral yang bergambar pasangan DA’I. Sebelum pasangan
DA’I meninggalkan Lapangan Sempur, dibacakan juga pernyataan dukungan dari
berbagai Ormas di Kota Bogor yang isinya mendukung pasangan Danny-Iwan
sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013, surat
dukungan tersebut diterima secara langsung oleh Danny Setiawan.
6.2. Kegiatan Kampanye Politik Tim HADE Kota Bogor
Kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim kampanye HADE
beserta ribuan kader dan simpatisannya difokuskan pada kampanye direct selling,
dimana kegiatan kampanye dilakukan oleh perorangan secara langsung ke
masyarakat untuk mensosialisasikan program dan sosok calon gubernur dan wakil
gubernur yang mereka usung. Kegiatan kampanye HADE tidak difokuskan hanya
untuk sasaran kampanyenya saja, yaitu kaum muda dan ibu rumah tangga,
melainkan semua masyarakat Bogor. Kegiatan-kegiatan kampanye yang
dilakukan juga sebagian besar difokuskan untuk melayani masyarakat, upaya ini
dilakukan untuk menciptakan citra bahwa pasangan HADE adalah figur yang siap
melayani masyarakat. Berikut ini adalah kegiatan kampanye berdasarkan urutan
waktu dari kampanye hari pertama hingga kampanye hari terakhir yang dilakukan
oleh tim kampanye HADE Kota Bogor untuk mengantar pasangan Ahmad
Heryawan-Dede Yusuf sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode
2008-2013.
6.2.1. Kampanye Massa Tidak Langsung
Kampanye di media massa dan media luar ruang juga tidak luput dari
pasangan HADE. Tim kampanye HADE membuat buletin pekanan yang berisi
tentang pasangan HADE mulai Febuari hingga April, buletin tersebut disebar
hanya untuk kalangan terbatas sebagai sumber informasi mengenai programprogram dan pemikiran HADE untuk Jawa Barat. Kampanye di media cetak
dilakukan saat masa kampanye sudah diresmikan, tim kampanye HADE
melakukan pemasangan iklan politik di tiga surat kabar lokal yaitu Radar Bogor,
Jurnal Bogor, dan Pakuan Raya.
Kampanye melalui media elektronik dilakukan melalui stasiun radio
Megaswara, RRI, Lesmana, Mars, dan Elfas. Berbeda dengan iklan radio
pasangan DA’I yang berkali-kali mengajak masyarakat untuk memilih pasangan
DA”I, iklan radio pasangan HADE tidak menyebutkan nama pasangan HADE
sama sekali, dalam iklan tersebut hanya disebutkan bahwa pemimpin Jawa Barat
harus memiliki semangat baru untuk melayani masyarakat, oleh karena itu
diperlukan tokoh muda yang amanah, merakyat dan bebas dari korupsi. Berikut
ini adalah teks dari iklan radio kampanye pasangan HADE.
IKLAN RADIO HADE (1)
Semangat baru melayani rakyat
(Suara pria dewasa)
Birokrasi identik dengan pelayanan publik, pemimpin Jawa Barat harus
memiliki semangat baru melayani rakyat, bukan malah bersemangat kalo
dilayani rakyat.
(Suara pria muda)
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Buat gue pelajar, yang
penting bisa sekolah, bebas berekspresi, dan muda loh!
(Suara wanita muda)
Sebagai Mahasiswa, saya berpendapat Jawa Barat perlu dipimpin oleh
tokoh muda yang amanah, merakyat dan bebas dari korupsi.
IKLAN RADIO HADE (2)
Semangat baru, melayani rakyat
(Suara pria)
Sebagai petani, saya berharap Jawa Barat dipimpin oleh tokoh yang
mampu memajukan pertanian, yaah mirip jaman Pak Harto dulu lah..
(Suara wanita)
Bagi ibu-ibu seperti saya, Jawa Barat perlu Gubernur dan Wakil
Gubernur yang membuat rakyat sejahtera, sembako jadi murah dan
mudah..
(Suara pria)
Saya mah cuma seorang guru ngaji, saya teh ingin pemimpin Jawa Barat
yang mampu mengatasi pengangguran dan kemiskinan.
Teks pada iklan radio kampanye HADE tersebut mengandung pesan-pesan
yang ditujukan bagi sasaran utama kegiatan kampanye, yaitu kaum muda dan ibu
rumah tangga. Pada iklan radio HADE yang pertama mengandung pesan yang
ditujukan untuk kaum muda, dengan teks yang menggambarkan harapan-harapan
pelajar dan mahasiswa, terhadap calon gubernur yang diinginkannya. Iklan radio
HADE yang kedua juga menggambarkan harapan ibu rumah tangga terhadap
sosok gubernur yang diinginkan (Tabel 7).
Tabel 7. Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan hubungannya dengan sasaran
kampanye
Sasaran Kampanye
Kaum muda
Iklan HADE (1)
”Gubernur
dan
Wakil
Gubernur Jawa Barat, Buat
gue pelajar, yang penting
bisa
sekolah,
bebas
berekspresi, dan muda loh!”
dan
”Sebagai Mahasiswa, saya
berpendapat Jawa Barat
perlu dipimpin oleh tokoh
muda
yang
amanah,
merakyat dan bebas dari
korupsi”
Ibu rumah tangga
---
Iklan HADE (2)
---
”Bagi ibu-ibu seperti saya,
Jawa
Barat
perlu
Gubernur
dan
Wakil
Gubernur yang membuat
rakyat sejahtera, sembako
jadi murah dan mudah”
Citra HADE sebagai pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa
Barat dikomunikasikan melalui iklan kampanye radio HADE versi pertama, dalam
teks iklan radio tersebut disebutkan harapan-harapan dari kalangan pelajar dan
mahasiswa yang mendambakan Jawa Barat dipimpin oleh pemimpin muda.
Sementara itu pada iklan kampanye radio HADE versi kedua tidak muncul citra
HADE sebagai pasangan muda, pada iklan HADE versi kedua menampung
harapan-harapan kalangan ibu rumah tangga, petani, dan guru ngaji. Harapanharapan pada iklan radio HADE versi kedua lebih mengutamakan harapanharapan dari segi ekonomi rakyat. Informasi mengenai hubungan iklan kampanye
radio HADE dengan citra yang ingin dibentuk dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan hubungannya dengan Citra
yang ingin dibentuk
Citra
Pasangan muda yang
tepat untuk memimpin
Jawa Barat
Iklan HADE (1)
Iklan HADE (2)
”Gubernur
dan
Wakil
Gubernur Jawa Barat, Buat
gue pelajar, yang penting
bisa
sekolah,
bebas
berekspresi, dan muda loh!”
dan
”Sebagai Mahasiswa, saya
berpendapat Jawa Barat
perlu dipimpin oleh tokoh
muda
yang
amanah,
merakyat dan bebas dari
korupsi”
---
Slogan kampanye pasangan HADE yaitu ”Harapan baru Jawa Barat”
ditunjukkan pada kedua iklan kampanye radio HADE, dengan penggunaan
kalimat ”semangat baru melayani rakyat” sebagai pembuka iklan kampanye.
Sementara itu slogan ”HADE basana, HADE akhlakna, HADE elmuna”
ditunjukkan secara tidak langsung melalui kalimat ”...tokoh muda yang
amanah...”. (Tabel 9).
Tabel 9. Matriks Analisis Iklan Radio HADE dan hubungannya dengan Slogan
Kampanye
Slogan Kampanye
Harapan baru Jawa
Barat
HADE basana, HADE
akhlakna, HADE
elmuna
Iklan HADE (1)
Iklan HADE (2)
”Semangat baru melayani ”Semangat baru melayani
rakyat”
rakyat”
”...tokoh muda yang
amanah...”
---
Kegiatan kampanye tidak langsung tanpa melalui media massa dilakukan
dengan cara memproduksi baligo, spanduk kain, spanduk printing, dan pamflet
yang berisi visi misi, dan stiker (Gambar 7).
Gambar 7. Pamflet Kampanye Pasangan HADE
Atribut kampanye kampanye tersebut menampilkan foto Ahmad
Heryawan dan Dede Yusuf mengenakan setelan jas lengkap dengan dasi, tanpa
peci, dan tanpa kumis atau janggut. Foto tersebut berusaha menampilkan sosok
HADE sebagai pasangan muda yang profesional dan siap mewujudkan harapan
baru masyarakat Jawa Barat, oleh karena itu pasangan HADE tidak menggunakan
peci dan kumis serta janggut dalam foto tersebut agar timbul kesan muda dan
reformis. Contoh baligo kampanye dari pasangan HADE dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Baligo Pasangan HADE di Jalan Juanda Bogor
Selama masa kampanye berlangsung, tim kampanye HADE melalui
bidang media dan humas melakukan kampanye media massa dengan cara
menjalin hubungan dengan wartawan lokal. Tim HADE selalu mengundang
wartawan dalam setiap kegiatan kampanye, cara ini dilakukan untuk menghemat
biaya pemasangan iklan di media massa, karena pemberitaan merupakan sarana
kampanye yang murah dan efektif. Setiap wartawan yang hadir dan meliput
kegiatan kampanye HADE diberikan souvenir sebesar Rp. 500.000,00. Jumlah
tersebut jauh lebih kecil dibandingkan biaya untuk memasang iklan di media
cetak yaitu sebesar Rp. 1.500.000,00/edisi. Selain itu, tim kampanye HADE juga
melibatkan wartawan untuk merancang sebuah kegiatan kampanye yang unik dan
kreatif, sehingga wartawan pun merasa puas dan antusias dalam meliput berita.
6.2.2. Kampanye Massa Langsung
Kampanye terbuka pasangan HADE dilaksanakan pada tanggal 29 Maret
2008 di Lapangan Sempur. Kampanye yang dihadiri oleh ribuan pendukung
HADE ini dibuka dengan tilawah lalu dimeriahkan oleh grup lawak Barakatak
yang juga membuat lagu kompilasi untuk mendukung kampanye pasangan HADE.
Ahmad Heryawan beserta istrinya datang ke tempat kampanye dengan
menggunakan becak, Ahmad Heryawan menjadi pengemudi becak dan istrinya
menjadi penumpang. Sedangkan Dede Yusuf datang beberapa saat kemudian
dengan menggunakan mobil.
Gambar 9. Kampanye HADE di Lapangan Sempur Kota Bogor
Juru kampanye pada kampanye terbuka pasangan HADE ini antara lain
adalah Achmad Ru’yat (Wakil Ketua DPRD Jawa Barat), Sunmandjaja
Rukmandis (PKS) dan Lalu Suryade (PKS), turut hadir juga Ibunda Dede Yusuf
yaitu Rahayu Effendi. Dede Yusuf mengatakan dalam orasi yang disampaikannya
bahwa dia adalah asli orang Bogor, dia tumbuh remaja di Kota Bogor khususnya
di Gang Menteng, sedangkan Ahmad Heryawan dalam orasinya berjanji akan
membawa perubahan untuk Jawa Barat, khususnya di bidang pendidikan,
pemberdayaan perempuan, dan perluasan lapangan kerja.
Pada kegiatan kampanye ini juga dibacakan pernyataan dukungan dan
orasi dari perwakilan ormas yang mendukung HADE, diantaranya adalah
dukungan dari tokoh budaya Sunda , Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan
(JMPP), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Komunitas Angkot, dan ormas lainnya.
Selain itu juga dilakukan simulasi pencoblosan HADE yang dilakukan secara
simbolis oleh tokoh komunitas pendukung, yang diikuti oleh ribuan massa yang
hadir.
6.2.3. Kunjungan langsung ke Masyarakat oleh Pasangan HADE
Kegiatan kampanye ini dilakukan pada hari yang sama dengan kegiatan
kampanye terbuka di Lapangan Sempur yaitu pada tanggal 29 Maret 2008,
kegiatan ini dilakukan sebelum dan sesudah kampanye di Lapangan Sempur.
Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf secara terpisah melakukan kampanye dengan
cara mengunjungi pasar-pasar tradisional yang terdapat di Kota Bogor. Pasar yang
dikunjungi antara lain Pasar Anyar, Pasar Merdeka, dan Pasar Bogor. Saat di
pasar, kedua calon gubernur dan wakil gubernur tersebut melakukan diskusi
dengan pedagang dan pembeli di pasar tradisional. Hasil dari diskusi tersebut
antara lain adalah pasar tradisional harus dilindungi keberadaannya dengan
payung hukum yang jelas agar tidak kalah bersaing dengan pasar modern.
Gambar 10. Kunjungan Ahmad Heryawan ke Pasar Anyar Bogor
Selain kunjungan ke pasar, Dede Yusuf juga melakukan kunjungan ke
stasiun Bogor untuk menyapa dan berdialog dengan masyarakat, sedangkan
Ahmad Heryawan melakukan kunjungan ke pesantren. Ahmad Heryawan juga
sempat mengunjungi Jalan KH Sholeh Iskandar (Jalan Baru), disana ia melakukan
aksi simbolis memperbaiki jalan yang memang terkenal selalu rusak parah
walaupun sudah diperbaiki berkali-kali. Pada kesempatan itu juga ia melakukan
dialog dengan masyarakat yang tertarik akan aksinya.
Gambar 11. Kunjungan Dede Yusuf ke Stasiun Kereta Api Bogor
Kunjungan-kunjungan langsung ke pusat aktivitas dan keramaian oleh
calon gubernur dan wakil gubernur merupakan cara yang tepat untuk meraih
simpati pemilih, selain sebagai upaya kampanye untuk mensosialisasikan visi
misi, kunjungan tersebut juga sangat berguna untuk menjaring aspirasi masyarakat
secara langsung. Kepopuleran Dede Yusuf juga memegang peranan penting dalam
mensukseskan kampanye kunjungan ke lapangan ini, karena Dede Yusuf selalu
menjadi pusat perhatian masyarakat saat kunjungan dilakukan.
6.2.4. Kampanye Direct Selling
Kampanye direct selling atau sosialisasi pasangan HADE ke masyarakat
dilakukan secara masif dan intensif sejak kampanye resmi dimulai hingga hari
terakhir masa kampanye resmi berlangsung. Kampanye direct selling dilakukan
dengan cara mengunjungi rumah-rumah penduduk secara langsung atau yang
dikenal juga dengan “Tok-tok HADE”, kader dan simpatisan HADE tersebut
menjelaskan secara langsung kepada masyarakat mengenai visi misi dan programprogram yang ditawarkan oleh pasangan HADE jika terpilih menjadi gubernur dan
wakil gubernur nantinya. Pada kampanye “Tok-tok HADE” tersebut, tim
kampanye juga menawarkan penandatanganan kontrak politik yang berisi rencana
program-program yang akan dijalankan beserta target waktu pencapaian programprogram tersebut, dan jika sampai pada waktu yang sudah disepakati pasangan
HADE belum bisa memenuhi target tersebut, mereka akan mengundurkan diri
sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.
Gambar 12. Kampanye Direct Selling HADE di Jembatan Merah, Kota Bogor
Kampanye direct selling juga dilakukan dengan turun-turun ke jalan yang
menjadi pusat keramaian masyarakat seperti di sekitar Jalan Pajajaran, Air
Mancur, Merdeka, Terminal Baranangsiang, dan Stasiun Kereta Bogor. Pada
kesempatan itu, kader dan simpatisan HADE membagikan bunga dan hasil
kerajinan lain yang mereka buat sendiri, dengan menyelipkan pamflet dan stiker
HADE yang berisi visi misi pasangan HADE bagi Jawa Barat. Kegiatan kampanye
direct selling ini diperkirakan berhasil menjangkau puluhan ribu masyarakat dan
calon pemilih, karena kampanye direct selling ini dilakukan oleh sekitar 10.000
kader dan simpatisan HADE di Bogor, menurut tim kampanye HADE cara
kampanye seperti ini merupakan cara yang paling murah dan sesuai dengan
kondisi PKS yang memang memiliki kader-kader yang loyal dan siap bekerja
tanpa bayaran untuk partai dan calon yang didukung.
6.2.5. Angkot Gratis
Program kampanye “Angkot Gratis Sehari Penuh” ini
dilakukan
pada
saat memasuki hari terakhir kampanye yaitu pada tanggal 7 April 2008. Angkutan
Kota (Angkot) yang digratiskan ini berjumlah tujuh unit, yaitu tiga Angkot
jurusan Bantar kemang-Ramayana, satu Angkot Baranangsiang-Ciawi, dua
Angkot Ciheuleut-Ramayana, dan satu Angkot Pajajaran-Ramayana. Atribut
kampanye HADE dan tulisan “Gratis dari HADE”, memenuhi badan Angkot yang
disewa tersebut. Kegiatan kampanye ini dibuat dengan alasan untuk melayani
masyarakat, karena selama ini kampanye yang dilakukan oleh partai politik atau
calon kepala daerah biasanya banyak merugikan masyarakat seperti misalnya
membuat macet jalan umum, namun dalam kampanye HADE kali ini keadaan
tersebut dibalikkan menjadi melayani masyarakat. Kampanye ini mendapatkan
apresiasi yang sangat baik dari masyarakat, terlihat dari jumlah masyarakat yang
mengikuti kegiatan kampanye ini.
6.3. Kendala dalam Pelaksanaan Kegiatan Kampanye
Selama menjalankan kegiatan kampanye politik di Kota Bogor, tim
kampanye dari pasangan DA’I dan HADE mengalami beberapa kendala yang
menghambat pelaksanaan kegiatan kampanye politik. Berdasarkan hasil
wawancara dengan perwakilan tim kampanye DA’I Kota Bogor, kendala utama
yang dirasakan oleh tim kampanye DA’I adalah ketidaksiapan masyarakat
Indonesia khususnya Jawa Barat dalam menjalankan demokrasi politik,
masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih tergolong masyarakat miskin
tidak terlalu responsif terhadap isu-isu yang ditawarkan oleh pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur. Masyarakat cenderung memberikan dukungan dan
suara politiknya bagi calon pemimpin yang memberikan bantuan secara materil,
seperti sumbangan pembangunan di tempat-tempat tertentu, sumbangan sembako,
dan bahkan sumbangan uang secara langsung.
Kendala lainnya adalah waktu kampanye resmi yang disediakan oleh KPU
selama dua minggu dan dibagi rata untuk ketiga pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur dianggap tidak cukup untuk menjangkau seluruh wilayah Jawa
Barat, sehingga menyulitkan untuk menjalani kegiatan kampanye yang bersifat
dialogis seperti penyampaian visi misi dan rencana program kerja. Oleh karena
itu, tim kampanye DA’I lebih memfokuskan pada kampanye melalui media massa
dan penggunaan baligo serta pamflet sebagai media utama dalam menjalankan
kampanye.
Tim kampanye HADE Kota Bogor menyatakan bahwa kendala utama
yang dihadapinya adalah keterbatasan waktu kader untuk menjalankan strategi
kampanye mereka yaitu strategi direct selling. Keterbatasan waktu tersebut
dikarenakan kesibukan para kader dan simpatisan yang sebagian besar berprofesi
sebagai mahasiswa dan pekerja kantor, sehingga mereka baru bisa melakukan
direct selling pada saat hari libur. Kendala tersebut dapat diatasi dengan loyalitas
kader dan simpatisan yang tetap melakukan kampanye direct selling secara
mandiri di tempat mereka beraktivitas sehari-hari, misalnya dengan melakukan
penyebaran pamflet dan stiker selama perjalanan mereka pulang dari tempat kerja
dan kampus.
6.4. Pengaruh Kampanye terhadap Keputusan Memilih DA’I dan HADE
Tujuan utama dari kegiatan kampanye politik yang dilakukan oleh tim
kampanye DA’I dan HADE adalah untuk mengumpulkan suara dari pemilih
sebanyak-banyaknya agar dapat mengantarkan pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur yang didukungnya ke dalam posisi tersebut. Oleh karena itu,
kegiatan-kegiatan kampanye yang dilakukan oleh masing-masing tim kampanye
haruslah dapat merubah atau memperkuat suara dari pemilih, untuk memilih
pasangan yang diusungnya. Berbagai kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim
kampanye DA’I dan HADE mendapat respon yang beragam dari masyarakat.
Berdasarkan data hasil polling terhadap 30 pemilih pasangan DA’I di Kota Bogor
yang terdapat pada Tabel 10, tercatat sebanyak 66,67 persen responden
menyatakan bahwa kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye DA’I
di Kota Bogor telah mempengaruhi keputusan mereka untuk menetapkan
pilihannya pada pasangan DA’I.
Tabel 10. Persentase Pemilih DA’I di Kota Bogor yang Memilih karena Pengaruh
Kampanye DA’I, 2008
Pengaruh kampanye terhadap
keputusan memilih
Berpengaruh
Tidak berpengaruh
Total
Jumlah responden
(%)
20
10
30
66,67
33,33
100
Sementara itu untuk pemilih HADE di Kota Bogor, persentase responden yang
terpengaruh oleh kegiatan kampanye tim HADE dalam memilih pasangan HADE
adalah sebesar 83,33 persen, dan sisanya sebanyak 16,67 persen berpendapat
bahwa kegiatan kampanye politik yang dilakukan pasangan HADE tidak
mempengaruhi pilihan politiknya (Tabel 11).
Tabel 11. Persentase Pemilih HADE di Kota Bogor yang Memilih karena
Pengaruh Kampanye HADE, 2008
Pengaruh kampanye terhadap
keputusan memilih
Berpengaruh
Tidak berpengaruh
Total
Jumlah responden
(%)
25
5
30
83,33
16,67
100
Data-data di atas menunjukkan bahwa kegiatan kampanye politik yang
dilakukan oleh tim kampanye DA’I dan HADE dapat mempengaruhi sebagian
besar responden untuk memilih pasangan DA’I dan HADE dalam pemilihan
gubernur Jawa Barat periode 2008-2013. Hal ini sesuai dengan tujuan dari
kampanye politik, dimana kegiatan-kegiatan kampanye dilakukan sebagai usaha
persuasif kepada masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih, untuk memilih
pasangan calon gubernur yang dikampanyekan oleh tim kampanye.
6.5. Perbandingan Kegiatan Kampanye DA’I dan HADE
Perbedaan utama dalam kegiatan kampanye yang dijalankan oleh tim
kampanye DA’I dan HADE dapat terlihat jelas pada sasaran kegiatan kampanye.
Pada setiap kegiatan kampanye, tim kampanye HADE selalu menetapkan
masyarakat luas sebagai sasaran kegiatan kampanyenya terutama dengan
menggunakan teknik kampanye dari rumah ke rumah atau direct selling yang
menemui masyarakat secara langsung dengan model komunikasi satu-satu,
sehingga terjadi kedekatan melalui komunikasi interpersonal untuk menggalang
dukungan dan aspirasi langsung dari masyarakat. Kegiatan kampanye seperti itu
dapat dilihat pada kegiatan kampanye direct selling “Tok-tok HADE” yang
disertai dengan penandatanganan “kontrak politik”, serta kunjungan langsung
Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf ke pusat-pusat aktivitas masyarakat seperti ke
pasar tradisional dan stasiun kereta api di Kota Bogor (Tabel 12).
Tabel 12. Matriks Kegiatan Kampanye HADE di Kota Bogor
Kegiatan
kampanye
Kampanye massa
tidak langsung
Kampanye direct
selling (Tok-tok
HADE)
Kampanye massa
langsung
Kunjungan
langsung ke
masyarakat
Angkot gratis dari
HADE
Waktu
Teknik kampanye
Sasaran kampanye
29 Maret – 10 April
2008
Kampanye massa
tidak langsung
Masyarakat luas
29 Maret – 10 April
2008
Kampanye pintu ke
pintu
Masyarakat luas
29 Maret 2008
Kampanye massa
langsung
Masyarakat luas
29 Maret 2008
Kampanye pintu ke
pintu
Masyarakat luas
7 April 2008
Kampanye massa
langsung
Masyarakat luas
Kegiatan kampanye HADE dapat digolongkan ke dalam persuasi politik
sebagai retorika, dengan melihat dari aspek komunikasi satu-satu, dan proses
negosiasi melalui pengadaan ”kontrak politik” antara masyarakat dan pasangan
HADE. Selain itu, kegiatan kampanye HADE dengan teknik kampanye massa
tidak langsung melalui media massa yang dilakukan selama masa kampanye,
dapat digolongkan ke dalam bentuk persuasi sebagai periklanan.
Sementara itu tim kampanye DA’I banyak menerapkan teknik kampanye
massa secara langsung dengan model komunikasi satu-kepada-banyak. Kegiatankegiatan tersebut dapat dilihat dalam kegiatan kampanye DA’I di Lapangan
Sempur dan kampanye pembukaan di sekretariat DPD Golkar Kota Bogor. Satusatunya model kampanye dialogis yang dilakukan oleh tim kampanye DA’I,
dilakukan saat acara silaturahmi dengan tokoh-tokoh pemuda di Gedung Balai
Binarum Bogor, namun karena acara tersebut dilaksanakan di dalam gedung,
maka khalayak kampanye pada kegiatan tersebut terbatas pada anggota-anggota
organisasi kepemudaan, serta undangan lainnya. Kampanye massa langsung yang
dilaksanakan di sekretariat DPD Golkar Kota Bogor juga diperuntukkan bagi
kalangan terbatas, yaitu pendukung pasangan DA’I yang juga merupakan kader
dari Partai Golkar dan Partai Demokrat, serta undangan lainnya. Kegiatan
kampanye yang menyertakan masyarakat luas sebagai sasaran kampanye hanya
dilakukan melalui kampanye massa tidak langsung, kampanye massa langsung di
Lapangan Sempur, dan saat pawai motor simpatik mengelilingi Kota Bogor
(Tabel 13).
Tabel 13. Matriks Kegiatan Kampanye DA’I di Kota Bogor
Kegiatan
kampanye
Kampanye massa
tidak langsung
Kampanye
pembukaan
29 Maret – 10 April
2008
Kampanye dialogis
2 April 2008
Pawai motor
simpatik
Kampanye massa
langsung
Waktu
30 Maret 2008
2 April 2008
8 April 2008
Teknik kampanye
Kampanye massa
tidak langsung
Kampanye massa
langsung
Kampanye dialogis
Kampanye massa
langsung
Kampanye massa
langsung
Sasaran kampanye
Masyarakat luas
Pendukung DA’I
(kalangan terbatas)
Anggota OKP
(kalangan terbatas)
Masyarakat luas
Masyarakat luas
Kegiatan-kegiatan kampanye DA’I dapat digolongkan ke dalam bentuk
persuasi politik sebagai propaganda, terutama dalam hal komunikasi satu-kepadabanyak, dengan manipulasi psikologis berupa digulirkannya isu-isu sentimental
kedaerahan seperti dalam slogan kampanye “Pilih orang Bogor asli!!”. Selain itu
tim kampanye DA’I juga melakukan bentuk persuasi sebagai periklanan, melalui
pemasangan iklan di media massa dan cetak.
Kegiatan-kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye HADE
lebih mampu menyentuh masyarakat karena kegiatan-kegiatan kampanyenya
langsung bersentuhan dengan masyarakat, bahkan bersifat melayani masyarakat
seperti pada kegiatan “Angkot gratis dari HADE” yang memberikan pelayanan
transportasi gratis selama satu hari bagi masyarakat. Kegiatan-kegiatan kampanye
yang bersentuhan langsung dengan masyarakat tersebut mendapatkan respon
positif dari sebagian besar masyarakat Kota Bogor, sehingga pada akhirnya
mereka menjatuhkan pilihan politiknya dalam pemilihan kepala daerah Jawa
Barat periode 2008-2013 kepada pasangan HADE.
BAB VII
PENCITRAAN PASANGAN CALON GUBERNUR
7.1. Pencitraan Pasangan Calon Gubernur oleh Tim Kampanye DA’I
Kampanye pencitraan yang dilakukan oleh tim kampanye DA’I ditujukan
untuk membentuk suatu gambaran positif dari pasangan Danny Setiawan dan
Iwan Sulanjana yang berbeda dan menunjukkan keunggulan pasangan DA’I
dibandingkan pasangan lainnya. Citra yang ingin ditampilkan dari pasangan DA’I
selama masa kampanye pemilihan gubernur Jawa Barat Periode 2008-2013 di
Kota Bogor adalah, pasangan DA’I sudah berpengalaman dalam memimpin Jawa
Barat karena Danny Setiawan adalah calon gubernur incumbent dan Iwan
Sulanjana adalah mantan Pangdam Siliwangi Jawa Barat.
Citra tersebut dikomunikasikan kepada masyarakat pemilih selama masa
kampanye melalui media massa cetak, elektronik, baligo, pamflet, spanduk, dan
kampanye secara langsung. Citra tersebut dikomunikasikan secara berulang-ulang
agar mudah diingat dan untuk meyakinkan masyarakat bahwa citra yang
dikomunikasikannya itu adalah penting. Citra mengenai pengalaman memimpin
pasangan DA’I memang dianggap penting oleh sebagian besar responden polling
pemilih DA’I sebagai kompetensi utama yang dibutuhkan dari seorang gubernur.
Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil kuesioner polling yang disajikan
dalam Tabel 14, dimana citra yang paling banyak ditangkap dari pasangan DA’I
oleh pemilih DA’I di Kota Bogor berdasarkan jenjang pendidikan pemilih adalah
citra mengenai pasangan DA’I yang sudah berpengalaman dalam memimpin Jawa
Barat. Citra tersebut ditangkap oleh 50 persen responden penelitian yang
berpendidikan rendah, dan masing-masing 70 persen responden penelitian yang
berpendidikan menengah dan tinggi.
Tabel 14. Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih DA’I Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008
Citra yang Ditangkap
Berasal dari Bogor
Berpengalaman
Peduli terhadap masalah rakyat
Adil dan bijak
Solusi bagi Jawa Barat
Mengetahui kondisi Jawa Barat
Total (%)
Total Responden
≤ SD
(%)
30
50
20
100
10
Jenjang Pendidikan
SMP-SMA
> SMA
(%)
(%)
10
70
70
10
10
10
10
10
100
100
10
10
Total
(%)
13,33
63,33
10
3,33
6,67
3,33
100
30
Informasi pada Tabel 15 menunjukkan bahwa citra mengenai pasangan
DA’I yang ditangkap oleh responden penelitian yang memilih pasangan DA’I pada
pemilihan kepala daerah Jawa Barat periode 2008-2013, berdasarkan usia pemilih
yang dibagi ke dalam dua kategori usia yaitu pemilih yang berusia kurang atau
sama dengan 35 tahun dan usia pemilih yang lebih dari 35 tahun adalah citra
“berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat”. Citra berpengalaman dalam
memimpin Jawa Barat ditangkap oleh 66,67 persen responden penelitian yang
berusia kurang atau sama dengan 35 tahun, sebanyak 58,33 persen responden
penelitian yang berusia lebih dari 35 tahun juga sepakat memilih citra pasangan
DA’I sebagai pasangan yang sudah berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat
sebagai citra utama.
Tabel 15. Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih DA’I Berdasarkan Usia
Pemilih di Kota Bogor, 2008
Citra yang Ditangkap
Berasal dari Bogor
Berpengalaman
Peduli terhadap masalah rakyat
Adil dan bijak
Solusi bagi Jawa Barat
Mengetahui kondisi Jawa Barat
Total
Total Responden
Usia (tahun)
≤ 35
> 35
(%)
(%)
16,67
8,33
66,67
58,33
11,11
8,33
5,55
16,67
8,33
100
100
18
12
Total
(%)
13,33
63,33
10
3,33
6,67
3,33
100
30
Berdasarkan hasil polling mengenai citra yang ditangkap oleh pemilih
yang memilih pasangan DA’I di Kota Bogor, dapat disimpulkan bahwa tim
kampanye DA’I Kota Bogor telah cukup berhasil mengkomunikasikan atribut
citra dari pasangan DA’I. Hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase sampel
penelitian pemilih DA’I yang mampu menangkap dengan tepat citra utama yang
ingin ditampilkan dari pasangan DA’I yaitu “Berpengalaman dalam memimpin
Jawa Barat”.
7.2. Pencitraan Pasangan Calon Gubernur oleh Tim Kampanye HADE
Kampanye pencitraan merupakan salah satu program utama dari pasangan
HADE. Kampanye pencitraan dilakukan selain untuk memperkenalkan pasangan
HADE yang merupakan pendatang baru dalam pentas politik Jawa Barat, juga
berguna untuk membentuk citra positif dari pasangan ini. Citra yang ingin
dikomunikasikan oleh tim kampanye HADE kepada masyarakat adalah “pasangan
muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat”. Citra tersebut disesuaikan dengan
fakta bahwa pasangan HADE merupakan calon gubernur dan wakil gubernur
termuda yang mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat
periode 2008-2013. Citra pasangan HADE sebagai pasangan muda yang tepat
untuk memimpin Jawa Barat dikomunikasikan kepada masyarakat Kota Bogor
melalui berbagai cara, baik melalui media massa, melalui kampanye direct
selling, hingga saat kampanye terbuka di Lapangan Sempur Kota Bogor.
Berdasarkan polling yang dilakukan kepada 30 responden yang memilih
pasangan HADE di Kota Bogor, diketahui bahwa sebanyak 100 persen pemilih
HADE yang berpendidikan rendah, menangkap citra pasangan HADE sebagai
pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat, sebanyak 30 persen dari
pemilih berpendidikan menengah dan 80 persen yang berpendidikan tinggi juga
sepakat bahwa pasangan HADE merupakan pasangan muda yang tepat untuk
memimpin Jawa Barat. Hasil polling pemilih HADE berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 16.
Tabel 16. Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih HADE Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008
Citra yang Ditangkap
Pasangan muda yang tepat
Siap melayani masyarakat
Peduli terhadap rakyat
Pintar dan sopan bertutur kata
Reformis dan pembaharu
Mampu bersikap adil dan bijak
Total
Total Responden
≤ SD
(%)
100
100
10
Jenjang Pendidikan
SMP-SMA
> SMA
(%)
(%)
30
80
20
10
20
10
10
10
10
100
100
10
10
Total
(%)
70
6,67
3,33
10
6,67
3,33
100
30
Hasil polling mengenai citra pasangan HADE yang ditangkap oleh pemilih
HADE berdasarkan usia pemilih di Kota Bogor juga menunjukkan bahwa citra
pasangan HADE sebagai pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat
merupakan citra yang paling banyak ditangkap oleh pemilihnya. Citra tersebut
ditangkap oleh 68,19 persen pemilihnya yang berusia di bawah atau sama dengan
35 tahun, dan 75 persen pemilihnya yang berusia di atas 35 tahun. Citra pasangan
HADE sebagai pasangan muda mendominasi hasil jajak pendapat, sehingga
menyebabkan citra-citra lainnya hanya mampu ditangkap oleh kurang dari 10
persen pemilih yang didasarkan pada usia pemilih. Hasil lengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 17.
Tabel 17. Persentase Citra yang Ditangkap oleh Pemilih HADE Berdasarkan Usia
Pemilih di Kota Bogor, 2008
Usia (tahun)
≤ 35
> 30
(%)
(%)
68,19
75
9,09
4,54
9,09
12,5
9,09
12,5
100
100
22
8
Citra yang Ditangkap
Pasangan muda yang tepat
Siap melayani masyarakat
Peduli terhadap rakyat
Pintar sopan bertutur kata
Reformis dan pembaharu
Mampu bersikap adil dan bijak
Total
Total Responden
Total
(%)
70
6,67
3,33
10
6,67
3,33
100
30
Berdasarkan hasil polling mengenai citra yang ditangkap oleh pemilih
yang memilih pasangan HADE di Kota Bogor, dapat disimpulkan bahwa tim
kampanye HADE Kota Bogor telah berhasil mengkomunikasikan atribut citra dari
pasangan HADE. Hal ini dapat dilihat dari jumlah persentase sampel penelitian
pemilih HADE yang mampu menangkap dengan tepat citra utama yang ingin
ditampilkan dari pasangan HADE yaitu “pasangan muda yang tepat untuk
memimpin Jawa Barat”.
7.3. Perbandingan Kesesuaian Citra
Berdasarkan
hasil
polling
mengenai
kesesuaian
citra
yang
dikomunikasikan oleh tim kampanye dan citra yang ditangkap oleh pemilih, dapat
disimpulkan
bahwa
tim
kampanye
DA’I
dan
HADE
telah
berhasil
mengkomunikasikan citra utama dari pasangan DA’I dan HADE kepada para
pemilihnya. Pemilih DA’I yang berusia sama dengan atau kurang dari 35 tahun
lebih mampu menangkap dengan tepat citra dari pasangan DA’I yaitu
”Berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat” dengan persentase sebesar 66,67
persen, sedangkan pemilih DA’I yang berusia lebih dari 35 tahun yang mampu
menangkap citra pasangan DA’I dengan tepat hanya sebesar 58,33 persen. Hal ini
dikarenakan pemilih pasangan DA’I yang berusia sama dengan atau kurang dari
35 tahun lebih aktif dalam mencari informasi kampanye khususnya mengenai
pasangan DA’I dari berbagai sumber.
Pemilih HADE yang berusia sama dengan atau kurang dari 35 tahun yang
mampu menangkap dengan sesuai atribut citra pasangan HADE yaitu ”Pasangan
muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat” adalah sebesar 68,19 persen.
Pemilih HADE yang berusia lebih dari 35 tahun lebih mampu menangkap citra
yang dikomunikasikan oleh tim kampanye HADE dengan tepat yang ditunjukkan
dengan presentase sebesar 75 persen (Tabel 18).
Tabel 18. Persentase Perbandingan Kesesuaian Citra Pasangan DA’I dan HADE
Berdasarkan Usia Pemilih di Kota Bogor, 2008
Kesesuaian Citra
Sesuai
Tidak Sesuai
Total
Total Responden
DA’I
≤ 35 Tahun
66,67 %
33,33 %
100 %
18
> 35 Tahun
58,33 %
41,67 %
100 %
12
HADE
≤ 35 Tahun
> 35 Tahun
68,19 %
75 %
31,81 %
25 %
100 %
100 %
22
8
Angka-angka dalam bentuk persentase pada Tabel 18, memberikan
penjelasan bahwa ternyata faktor usia pemilih tidak berhubungan dengan
kemampuan pemilih dalam menangkap citra yang dikomunikasikan oleh tim
kampanye kedua pasangan calon kepala daerah. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara persentase kesesuaian citra dari pemilih yang berusia kurang
atau sama dengan 35 tahun, dengan pemilih yang berusia lebih dari 35 tahun.
Tabel 19. Persentase Perbandingan Kesesuaian Citra Pasangan DA’I dan HADE
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pemilih di Kota Bogor, 2008
Kesesuaian Citra
≤ SD
Sesuai
Tidak Sesuai
Total
Total Responden
50 %
50 %
100 %
10
DA’I
SMPSMA
70 %
30 %
100 %
10
> SMA
≤ SD
70 %
30 %
100 %
10
100 %
0%
100 %
10
HADE
SMPSMA
30 %
70 %
100 %
10
> SMA
80 %
20 %
100 %
10
Kesesuaian citra pemilih DA’I berdasarkan tingkat pendidikan responden
pada Tabel 19, menunjukkan bahwa pemilih DA’I yang berpendidikan terakhir
setara SMP hingga perguruan tinggi lebih mampu menangkap citra pasangan DA’I
dengan tepat yang ditunjukkan dengan presentasi sebesar 70 persen, dibandingkan
dengan pemilih DA’I yang berpendidikan sama dengan atau kurang dari SD yang
persentasenya sebesar 50 persen. Peningkatan persentase kesesuaian citra dari
pemilih yang berpendidikan rendah hingga pemilih berpendidikan tinggi
menunjukkan bahwa untuk pemilih DA’I di Kota Bogor, persentase kesesuaian
citra ditentukan oleh tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan
pemilih maka semakin besar peluang kesesuaian citra.
Kesesuaian citra yang ditangkap oleh pemilih HADE di Kota Bogor
dengan citra yang dikomunikasikan oleh tim kampanye HADE di Kota Bogor
berdasarkan tingkat pendidikan pemilih yang menjadi responden polling,
menunjukkan bahwa pemilih HADE yang berpendidikan setara atau kurang dari
SD (berpendidikan rendah) justru lebih tinggi presentase kesesuaian citranya
dibandingkan dengan pemilih yang berpendidikan tinggi dan menengah.
Sebanyak 100 persen pemilih HADE yang berpendidikan rendah mampu
menangkap citra pasangan HADE dengan tepat yaitu sebagai ”Pasangan muda
yang siap memimpin Jawa Barat”. Hal tersebut dikarenakan seluruh responden
dari kelompok yang berpendidikan rendah mengikuti kampanye massa langsung
HADE di Lapangan Sempur Bogor, selain itu mereka juga mendapatkan berbagai
macam atribut kampanye HADE seperti kaos dan stiker.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tim kampanye dari kedua
pasangan calon kepala daerah telah berhasil mengkomunikasikan citra utama dari
pasangan DA’I dan HADE kepada pemilihnya masing-masing. Hal itu ditunjukkan
melalui angka-angka dalam bentuk persentase kesesuaian citra yang ditangkap
oleh pemilih DA’I dan HADE di Kota Bogor yang menjadi responden polling
dalam penelitian ini. Namun citra pasangan HADE sebagai pasangan muda yang
tepat untuk memimpin Jawa Barat dianggap lebih penting oleh masyarakat
pemilih di Kota Bogor, dibandingkan dengan citra DA’I sebagai figur yang sudah
berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat. Hal tersebut terjadi karena
masyarakat Jawa Barat khususnya Kota Bogor tidak puas dengan hasil
pembangunan selama lima tahun terakhir saat Danny Setiawan memimpin,
sehingga citra pasangan DA’I sebagai pasangan yang sudah berpengalaman jadi
dianggap kurang penting.
Sementara itu selama masa kampanye pemilihan kepala daerah Jawa
Barat, sedang berkembang isu mengenai pemimpin muda yang dianggap mampu
memberikan harapan baru kepada masyarakat yang kecewa dan jenuh dengan
pemimpin-pemimpin tua yang identik dengan pemerintahan orde lama yang
dianggap korup. Isu mengenai pemimpin muda dan kekecewaan masyarakat
terhadap pembangunan di Jawa Barat selama Danny Setiawan menjadi Gubernur,
menjadikan citra pasangan HADE sebagai pasangan muda yang siap memimpin
Jawa Barat, menjadi lebih penting dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jawa
Barat saat itu, sehingga pasangan HADE mendapatkan jumlah suara yang lebih
besar dari pasangan DA’I.
BAB VIII
STRATEGI KAMPANYE POLITIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
8.1. Strategi Kampanye Politik
Perencanaan kampanye politik yang dilakukan oleh pasangan HADE dan
DA’I pada dasarnya mengadopsi tahapan pemasaran politik yang dirumuskan oleh
Nursal (2004), namun ada beberapa perbedaan antara tahapan pemasaran politik
yang dilakukan oleh tim kampanye HADE dan DA’I. Tim kampanye DA’I tidak
melakukan targeting kampanye dari hasil segmentasi yang dibuatnya, hal tersebut
dilakukan karena tim kampanye DA’I berusaha meraih 60 persen suara pemilih di
Kota Bogor.
Tidak dilakukannya targeting oleh tim kampanye DA’I, menyebabkan
tidak adanya segmen khalayak khusus yang dapat dijadikan sebagai sasaran
kampanye, sehingga kampanye yang dilakukan menjadi tidak fokus. Tidak adanya
sasaran khusus, menyebabkan kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim
kampanye DA’I sebagian besar dilakukan dengan teknik kampanye massa
langsung (strategi panggung), agar dapat menjangkau banyak khalayak kampanye
yang berasal dari berbagai segmen. Namun demikian, teknik tersebut tidak dapat
menjalin ikatan dengan khalayak kampanye seperti halnya kegiatan kampanye
yang dilakukan oleh tim kampanye HADE melalui strategi direct selling yang
dilakukannya.
Kampanye politik dapat dilihat juga sebagai persuasi politik yang
dikategorikan oleh Nimmo (2005) ke dalam tiga cara, yaitu melalui propaganda,
periklanan, dan retorika. Persuasi politik yang dilakukan oleh tim kampanye
HADE menggunakan persuasi politik melalui periklanan dan retorika. Persuasi
politik melalui periklanan dilakukan dengan cara memasang iklan di media massa
dan memasang atribut-atribut kampanye di sepanjang jalan di Kota Bogor.
Persuasi politik melalui retorika dilakukan dengan cara mengunjungi secara
langsung masyarakat pemilih ke rumahnya dan tempat-tempat aktivitas
masyarakat, untuk mensosialisasikan pasangan HADE dan melakukan kontrak
politik.
Sementara itu, tim kampanye DA’I melakukan persuasi politik melalui
periklanan dan propaganda. Persuasi politik melalui periklanan dilakukan dengan
cara memasang iklan di media massa dan memasang atribut kampanye DA’I di
sepanjang jalan di Kota Bogor. Persuasi melalui propaganda dilakukan melalui
teknik kampanye massa tidak langsung dengan cara menyatukan individuindividu ke dalam suatu massa yang disebut sebagai masyarakat Bogor, kemudian
massa tersebut ditekan dengan slogan kampanye yang berbunyi ”Pilih orang
Bogor asli!!”, sehingga masyarakat Bogor harus memilih calon kepala daerah
yang berasal dari Bogor pula.
Persuasi politik melalui retorika yang dilakukan oleh tim kampanye
pasangan HADE dan persuasi politik melalui propaganda yang dilakukan oleh tim
kampanye pasangan
DA’I,
dilakukan
sebagai
tindakan
lanjutan
untuk
mempengaruhi masyarakat yang dalam hal ini khususnya adalah pemilih. Persuasi
politik melalui retorika yang dilakukan oleh tim kampanye pasangan HADE lebih
mampu menarik simpati dan dukungan masyarakat, karena cara tersebut bekerja
dengan mekanisme komunikasi satu-kepada-satu, sehingga lebih mampu menjalin
kedekatan emosional dibandingkan model komunikasi satu-kepada-banyak yang
bekerja pada persuasi politik melalui propaganda yang dilakukan oleh pasangan
DA’I. Persuasi politik melalui retorika tersebut juga berhasil karena melibatkan
proses negosiasi antara masyarakat pemilih dengan pasangan HADE, melalui
perjanjian kontrak politik.
Penggunaan beragam strategi kampanye politik yang dilakukan oleh tim
kampanye pasangan DA’I dan HADE pada akhirnya akan mempengaruhi pemilih,
yang digambarkan dalam jumlah suara yang didapat oleh masing-masing
pasangan calon dalam pemilihan kepala daerah yang sudah dilangsungkan.
Strategi kampanye politik yang dilakukan dan diimplementasikan dalam tahap
perencanaan dan pelaksanaan kampanye politik, pada akhirnya akan menentukan
kemenangan maupun kekalahan pasangan calon kepala daerah.
8.2. Faktor-faktor Kemenangan Pasangan Pendatang Baru (HADE)
Kemenangan pasangan HADE sebagai calon pendatang baru dalam
pemilihan kepala daerah Jawa Barat memang cukup fenomenal. Pasangan HADE
yang sejak awal tidak diperhitungkan, karena diramalkan Pilkada Jawa Barat
hanya merupakan persaingan antara DA’I dan AMAN saja, ternyata mampu
memenangkan pemilihan kepala daerah dengan jumlah suara total sebanyak
5.238.449 suara (39,29%). Kemenangan ini disebut fenomenal juga karena
berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei sebelum
pemilihan dilaksanakan, pasangan HADE selalu menempati urutan terakhir di
belakang pasangan DA’I dan AMAN. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada
semacam kekuatan yang bekerja selama masa kampanye dilaksanakan, sehingga
mampu mengubah pilihan masyarakat menjadi mendukung pasangan HADE.
Berikut ini akan dibahas beberapa faktor yang menjadi penentu kemenangan
pasangan HADE khususnya di Kota Bogor, berdasarkan aspek-aspek yang diteliti
dalam penelitian skripsi ini.
Pertama, faktor kemenangan HADE disebabkan oleh keberhasilan
implementasi strategi kampanye dengan menggunakan teknik kampanye door to
door campaign (direct selling). Keberhasilan strategi kampanye direct selling
tersebut merupakan implikasi dari kegiatan konsolidasi internal yang sesuai
dengan pendapat Arifin (2003), yang menyatakan bahwa salah satu jenis strategi
komunikasi dalam konteks politik adalah dengan cara merawat kelembagaan dan
kader partai. Perawatan kader partai dan kelembagaan tersebut berupa penguatan
jaringan hingga ke lapisan paling bawah, yaitu tingkat kelurahan/desa, serta
pemberian pelatihan cara sosialisasi dan kampanye kepada tim kampanye tingkat
bawah. Hal ini menunjukkan kesiapan tim kampanye dalam menerapkan strategi
direct selling. Jumlah kader yang bergerak untuk melakukan direct selling
sebanyak 10.000 kader juga merupakan faktor kunci keberhasilan kampanye
pasangan HADE di Kota Bogor.
Kedua, mekanisme kerja tim kampanye HADE yang dibagi berdasarkan
partai politik, menjadi tim kampanye HADE PKS dan HADE PAN. Pembagian
kerja seperti itu ternyata mampu meningkatkan efektifitas kinerja tim kampanye,
karena mampu mengeliminasi berbagai hambatan yang muncul akibat
ketidakharmonisan dan ketidakkompakkan kerja akibat perbedaan birokrasi, ide,
dan terutama sifat dan gaya individu anggota partai. Pembagian kerja tersebut
juga efektif dalam menjalankan kampanye politik dengan waktu yang terbatas,
yaitu kurang dari dua minggu.
Ketiga, kegiatan-kegiatan kampanye politik yang dijalankan oleh tim
kampanye HADE lebih mampu menarik simpati masyarakat. Kegiatan seperti
”Angkot gratis dari HADE” merupakan salah satu bentuk kampanye inovatif yang
manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. Keberanian pasangan
HADE lewat tim kampanye, untuk melakukan kontrak politik dengan masyarakat
juga meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pasangan HADE.
Keempat, citra pasangan HADE sebagai pemimpin muda yang tepat untuk
memimpin Jawa Barat, sesuai dengan isu yang sedang ramai bergulir saat itu
mengenai kepemimpinan muda yang dipelopori oleh calon presiden Amerika
Serikat, Barrack Obama. Citra pasangan HADE sebagai pasangan muda juga
memposisikan HADE sebagai pasangan alternatif, bagi yang tidak puas dengan
kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur sebelumnya, yang juga merupakan
pesaing pasangan HADE, yaitu pasangan DA’I dan AMAN.
8.3. Faktor-faktor Kekalahan Pasangan Incumbent (DA’I)
Kekalahan pasangan DA’I yang berstatus sebagai incumbent merupakan
salah satu kejutan yang terjadi dalam pemilihan kepala daerah Jawa Barat periode
2008-2013. Pasangan DA’I yang didukung oleh dua partai besar yaitu Partai
Golkar dan Partai Demokrat, secara mengejutkan menduduki urutan terakhir
berdasarkan jumlah suara keseluruhan yang diterimanya, yaitu sebanyak
3.410.544 suara (25,58%), dan jumlah suara untuk pemilihan di Kota Bogor
sebanyak 73.271 suara (20,10%), sangat jauh dari jumlah suara yang ditargetkan
oleh tim kampanye DA’I di Kota Bogor, yaitu sebanyak 60 persen suara. Berikut
ini akan dibahas beberapa faktor yang menjadi penyebab kekalahan pasangan
DA’I di Kota Bogor, berdasarkan hasil analisis dari data-data yang didapat selama
penelitian skripsi ini.
Pertama, kegagalan disebabkan karena kurangnya konsolidasi internal
yang dilakukan oleh tim kampanye dan pengurus partai. Tim kampanye dan
pengurus partai di tingkat kelurahan dan desa kurang mendapat dukungan dan
sosialiasi mengenai kegiatan kampanye, sehingga pelaksanaan kampanye di
tingkat bawah tidak dapat berlangsung maksimal. Kurangnya konsolidasi internal
juga menyebabkan keterlambatan dalam pendistribusian atribut kampanye,
sehingga mengganggu pelaksanaan kegiatan kampanye. Hal tersebut terjadi
dikarenakan buruknya koordinasi antara tim kampanye pusat dan tim kampanye di
daerah, sehingga menyebabkan kekacauan sampai ke tingkat kelurahan dan desa.
Kedua, kesalahan dalam
menentukan strategi kampanye dengan
penggunaan strategi ”panggung”, yang mengutamakan teknik kampanye massa
secara langsung. Teknik kampanye yang digunakan oleh tim kampanye DA’I
kurang dapat menimbulkan kesan di hati pemilih, karena model komunikasi yang
digunakan adalah satu-kepada-banyak, sehingga kurang menghasilkan hubungan
emosional yang dekat dengan masyarakat. Selain itu, kegiatan kampanye yang
dilakukan oleh tim kampanye DA’I masih menggunakan cara-cara lama, yang
dilakukan dalam bentuk kampanye dengan mengerahkan banyak massa
pendukung, yang biasanya malah membuat macet jalan raya, sehingga kurang
mendapat simpati dari masyarakat.
Ketiga, citra
yang ingin dibentuk
yaitu pasangan yang sudah
berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat, kurang mendapat respon yang
cukup baik dari masyarakat Jawa Barat. Citra tersebut malah membuat
masyarakat berfikir mengenai apa saja yang telah diberikan oleh Danny Setiawan
selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2003-2008, dan ternyata
hasil pemilkiran masyarakat tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa banyak
masyarakat yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan Danny Setiawan,
sehingga masyarakat mengalihkan pilihannya kepada sosok lain.
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Perbedaan utama dari tim kampanye pasangan calon incumbent dan
pendatang baru adalah dari segi jumlah anggota tim kampanye, distribusi anggotaanggota tim kampanye ke dalam tiap bidang kerja, dan mekanisme kerja tim
kampanye. Mekanisme kerja tim kampanye calon pendatang baru yang dibagi dua
berdasarkan partai pendukung, yaitu HADE PKS dan HADE PAN lebih mampu
menjalankan kampanye politik yang efektif dalam menghadapi waktu kampanye
yang hanya kurang dari dua minggu. Tim kampanye pasangan incumbent yang
merupakan gabungan dari Partai Golkar dan Partai Demokrat, menghadapi
berbagai hambatan yang menyebabkan terjadinya kondisi ”saling tunggu” dalam
pendistribusian atribut-atribut kampanye, sehingga kegiatan kampanye yang
dijalankan menjadi terganggu.
Pada tahap perencanaan kampanye, tim kampanye pendatang baru
melakukan targeting, sementara tim incumbent tidak melakukannya. Tim
kampanye incumbent tidak menetapkan sasaran kampanye karena ingin
menjangkau sebanyak mungkin pemilih agar dapat mencapai target perolehan
suara sebesar 60 persen, namun kurangnya sumber daya dan sumber dana yang
dimiliki oleh tim kampanye incumbent menyebabkan kegiatan kampanye yang
dilaksanakan tidak maksimal. Sementara itu jumlah dana kampanye sebesar
Rp. 1.200.000.000,00 dan bantuan dari 10.000 kader partai dan simpatisan yang
mendukung pelaksanaan kampanye, membuat kampanye yang dilakukan oleh tim
kampanye pasangan pendatang baru lebih maksimal dalam menjangkau khalayak
kampanye secara langsung.
Teknik kampanye pasangan pendatang baru lebih mampu menyentuh
masyarakat secara langsung, karena dilakukan dengan teknik kampanye dari
rumah ke rumah (direct selling) dan kunjungan ke pusat aktivitas masyarakat.
Teknik kampanye semacam ini lebih mampu menyentuh masyarakat secara
langsung sehingga menimbulkan kepercayaan dan kejelasan mengenai visi misi
dan program-program yang dijanjikan. Kepercayaan masyarakat terhadap
pasangan pendatang baru juga dibentuk dengan cara melakukan “kontrak politik”
antara pasangan pendatang baru dengan masyarakat Jawa Barat. Kegiatan
kampanye yang inovatif dan dapat langsung terasa manfaatnya oleh masyarakat,
seperti “Angkot gratis dari HADE” juga semakin memperkuat kepercayaan
masyarakat terhadap janji pasangan HADE yang akan senantiasa melayani
masyarakat. Persuasi politik yang dijalankan oleh tim kampanye HADE tergolong
ke dalam persuasi politik dengan cara periklanan dan retorika. Persuasi periklanan
dilakukan melalui pemasangan iklan pasangan HADE di media massa dan
pemasangan atribut kampanye di sepanjang jalan di Kota Bogor, sedangkan
persuasi retorika diimplementasikan melalui strategi direct selling kepada
masyarakat.
Sementara itu kegiatan kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye
pasangan incumbent lebih banyak didominasi oleh kegiatan kampanye satukepada-banyak, seperti kampanye massa langsung di Lapangan Sempur,
kampanye pembukaan di sekretariat DPD Golkar Kota Bogor, kampanye massa
tidak langsung melalui media massa, dan pawai motor simpatik. Kegiatan-
kegiatan kampanye tersebut sudah tidak mampu menarik minat dan menggalang
kepercayaan masyarakat, karena tidak memberikan jaminan akan mengatasi
permasalahan masyarakat secara langsung. Persuasi politik yang dijalankan oleh
tim kampanye DA’I tergolong ke dalam persuasi politik dengan cara periklanan
dan propaganda. Persuasi periklanan dilakukan melalui pemasangan iklan
pasangan DA’I di media massa dan pemasangan atribut kampanye di sepanjang
jalan di Kota Bogor, sedangkan persuasi propaganda dilakukan dengan cara
menyatukan individu-individu ke dalam suatu massa yang diidentifikasi sebagai
masyarakat Bogor, dan dipengaruhi dengan slogan kampanye yang berbunyi
”Pilih orang Bogor asli!!”, agar menjatuhkan pilihannya pada pasangan DA’I.
Pencitraan pasangan calon kepala daerah yang dilakukan oleh tim
kampanye pasangan incumbent dan pendatang baru menunjukkan bahwa sebagian
besar pemilih yang menjadi responden polling mampu menangkap citra utama
dari kedua pasangan tersebut yang dikomunikasikan oleh tim kampanye dari
kedua pasangan calon tersebut. Persentase kesesuaian citra dari kedua pasangan
berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pemilih pasangan DA’I dan HADE yang
lebih dari 50 persen (kecuali pemilih HADE yang berpendidikan menengah yaitu
sebesar 30 persen), menunjukkan bahwa usia dan tingkat pendidikan tidak
berhubungan dengan kemampuan individu dalam menangkap citra dengan tepat.
Citra utama yang dikomunikasikan oleh tim kampanye pasangan
incumbent, yaitu pasangan yang berpengalaman dalam memimpin Jawa Barat
tidak dianggap penting oleh masyarakat Jawa Barat dan Kota Bogor pada
khususnya, karena masyarakat merasa kurang puas dengan pembangunan yang
dilakukan selama lima tahun kepemimpinan calon incumbent. Masyarakat justru
lebih tertarik dengan citra pasangan calon pendatang baru, yaitu pasangan muda
yang tepat untuk memimpin Jawa Barat, karena selama masa kampanye pemilihan
kepala daerah Jawa Barat sedang ramai isu mengenai kemunculan pemimpinpemimpin muda di dunia.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka faktor-faktor yang
menyebabkan kemenangan pasangan HADE antara lain adalah, penggunaan
strategi kampanye yang tepat melalui direct selling, mekanisme kerja tim
kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang inovatif, dan ketepatan
momentum mengenai citra pasangan muda dengan isu yang sedang berkembang
saat itu. Sementara itu faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan pasangan DA’I
antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim kampanye dan partai ke
tingkat atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan strategi kampanye melalui
strategi ”panggung” yang merupakan cara-cara lama dalam berkampanye, dan
ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari pasangan DA’I, dengan pandangan
masyarakat mengenai pasangan DA’I.
8.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka saran yang dikemukakan ditujukan
kepada pihak yang paling terkait dengan isi pembahasan, yaitu tim kampanye
politik sebagai perencana dan pelaksana kegiatan-kegiatan kampanye politik.
Selanjutnya saran ditujukan kepada para peneliti yang berminat untuk melakukan
penelitian mengenai kampanye politik dalam pemilihan umum. Saran-saran
tersebut, yaitu:
1. Kepada tim kampanye politik, perlu mengembangkan teknik-teknik kampanye
alternatif yang bersifat kreatif dan dapat dirasakan manfaatnya secara
langsung oleh masyarakat, sehingga biaya untuk kampanye politik tidak
terbuang percuma. Selain itu perlu dikembangkan teknik-teknik kampanye
yang sifatnya memberikan pendidikan politik untuk masyarakat, agar tidak
mudah timbul pertikaian akibat perbedaan pilihan politik.
2. Dengan disahkannya Undang-undang mengenai calon kepala daerah dari jalur
non-partai politik, maka penulis menyarankan kepada peneliti yang berminat
pada studi kampanye politik dalam pemilihan umum untuk melakukan
penelitian mengenai kampanye politik oleh calon kepala daerah yang berasal
dari jalur non-partai, karena dalam penelitian ini kedua subjek penelitiannya
adalah calon kepala daerah yang diusung oleh partai politik.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Fauziah. 2006. Strategi Kampanye Politik di Media Massa oleh Pasangan
SBY-JK dalam Kampanye pemilihan Presiden langsung 2004. Skripsi.
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Depok: Universitas Indonesia.
Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi Strategi dan
Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Eriyanto. 1999. Metodologi Polling: Memberdayakan Suara Rakyat. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Sebuah
Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik). Jakarta:
Penerbit Granit.
Hurlock, Elisabeth. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga
McQuaill, Denis. 1983. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Miles, Matthew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
UI Press.
Nasution, Noviantika. 2006. Bobolnya Kandang Banteng : Sebuah Otokritik.
Jakarta: Penerbit Suara Bebas.
Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nursal, Adman. 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ruslan, Rosady. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT
Rajawali Pers.
Sitorus, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Bogor: Sosek
Fakultas Pertanian IPB.
Suryatna, Undang. 2007. Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi
Kampanye Politik dan Perilaku Memilih (Kasus Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Cianjur Tahun 2006). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Wahyuni, Ekawati Sri. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Wiwoho, dkk (ed). 1998. Kepemimpinan Jawa: Falsafah dan Aktualisasi. Jakarta:
PT Bina Rena Pariwara.
Yuddho, Andy Satrio. 2007. Strategi Komunikasi Kandidat Gubernur (Kajian
Terhadap Strategi Kampanye Tim Sukses Kandidat Gubernur Ratu Atut
dalam Pilkada Banten 2006 di Kota Tangerang). Skripsi. Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik. Depok: Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Tim Kampanye DA’I Kota Bogor
TIM KAMPANYE
CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR JABAR
PERIODE 2008 – 2013
H. DANNY SETIAWAN DAN H. IWAN R SULANDJANA
Penanggung Jawab
: 1.
2.
3.
4.
R. Cheppy Harun. MH
Mulyatma Soepardi, SH
Ir. H. Gatut Susanta. K, MM
Hj. Nanny Ratnawaty
Ketua
Wakil Ketua
: Tauhid Jagorga Tagor
: Drs. Maman Herman, M.Sc
Sekretaris
Wakil Sekretaris
: Ir. H. Iwan Kustiawan, MM.
: Heri Cahyono, S.Hut, MM
Bendahara
Wakil Bendahara
: Melly Maria Silviano
: Mulyadi,SE
BIDANG – BIDANG
Kesekretariatan
Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
: Endy K Hermawan,SH
: Ir.Budi Sulistio, MM
: Zulkarnain Asman
Bidang Perencanaan
Ketua
Wakil Ketua
: Ir.Mufti Faoqi
: Didin Fathurrochman, ST
Advokasi dan Hukum
Ketua
Wakil Ketua
: Drs. H. Gunarto,SH,MH
: Bonaparte Situmorang, SH,MH
Logistik
Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
: Deddy D Karyadi, SE
: Jimmy S Mustopa
: Mad Halim
Kampanye
Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
: H. Sugandi, SE
: Adhi Daluputra
: E.Sudarjat,SE
Humas dan Media Massa
Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
: HR. Cheppy. AS
: Yadi Suharyadi
: Ferro Sopacua
: Rulli Karim
Monitor dan Evaluasi
Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
: Ir.Eddie Piyoto,MM
: H. Usman Mahmud
: Ir.H. Momon Permono
Pemungutan Suara & Saksi
Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
: Agus Sulaksana,S.Ip
: Subali Wantamani
: H. Suhendar
Penggalangan Massa
Ketua
Wakil Ketua
Wakil Ketua
: Dian Ardiansyah
: Ir.Fahleri
: Umar Suhendra, SE
Lampiran 2. Tim Kampanye HADE Kota Bogor
TIM KAMPANYE HADE KOTA BOGOR
Ketua
Sekretaris
Bendahara
: Dadang Ruhiyana, S.sos.
: Beni Mahyudin, Duan Bari, Karantiano
: Dedeh Surya Atmaja, Ani Sumarni, SP
Bidang Jaringan dan Kewilayahan
1. Toriq Nasution (Co.)
2. Ery Nugroho
3. Eliyawati
4. Dudi Sumantri
5. H. Bastian Rasyid
6. M. Ridho Jauhari
7. Uran Cahyono
8. Yono Suryatno
9. M. Nasri
10. Ade Supriatna
11. Mad Syarif
12. Gumilar Nugraha
13. H. Samino
14. M. Handy Sutriana
15. Masrial
16. Udi Fahrudin
17. Syam Makmur
18. Irfan Sholeh
19. Agus Satria
20. Dadeng S. Effendi
21. Santi Yulia
22. Iwan Suryawan
Bidang Advokasi dan Hukum
1. Donny Syamsul, SH (Co.)
2. Didin Fahrudin, SH
3. Mahakaty, SH
4. Iwan Suwandi, SH
Bidang Media dan Humas
1. Iman Nugraha, SH (Co.)
2. Syaiful Anwar
3. Abdullah Marassabesy
4. Hadi Badrussalam
5. Safrudin A. R. Bima
6. Ir. Fauzi Sutopo, MS.
7. Taufik
Bidang Pendanaan
1. Indah Siti Khulaidah (Co.)
2. Aditya
3. Drs. H. Nana Djuhana
4. Teguh Rihananto, Amd. Ak.
5. Ir. Yusuf Dardiri
6. Andi Yuliansyah
Bidang Logistik
1. Dedeh Usman (Co.)
2. Wahyudin
3. Rahmat Saleh
4. Suhenri
5. Edwin Ikhwan
6. Hanafi
Bidang Pengamanan Suara
1. Atang Trisnanto (Co.)
2. Djati Kusumo
3. Bambang Wahyu Hidayat
4. Masrial
5. H. Muhammad H. Basyir
6. Hardiyan Noviyanto
7. Siti Laemah A
8. Margani
9. Saiful Bahri
10. Fariz HK Tholib
Lampiran 3. Catatan Lapang Kampanye HADE
Hari/Tanggal
Pukul
Lokasi
Konteks
: Kamis, 27 Maret 2008
: 09.20-12.00
: Lapangan Sempur Kota Bogor
: Kampanye Terbuka pasangan HADE di Kota Bogor
Selama perjalanan menuju lokasi kampanye, banyak bendera berlambang
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) dikibarkan.
Mungkin hal itu ingin menunjukkan bahwa sedang ada acara besar yang digagas
oleh kedua partai tersebut di Lapangan Sempur, lapangan yang hampir selalu
dijadikan tempat kampanye partai politik sejak zaman orde baru. Saat saya sampai
di lapangan sempur sekitar pukul 09.20, suasana tempat kampanye sudah dipenuhi
oleh massa pendukung dari pasangan HADE yang jumlahnya diperkirakan sekitar
5000 orang. Para pendukung HADE tersebut mengibarkan beberapa bendera yang
diantaranya berlambang PKS, PAN, Persatuan Umat Islam (PUI), Serikat Pekerja
Nasional (SPN), Jaringan Masyarakat Peduli Pendidikan (JMPP), dan lain-lain.
Beberapa saat setelah saya datang yaitu sekitar pukul 09.30, suasana di
tempat kampanye semakin ramai dengan kedatangan Ahmad Heryawan yang
mengayuh becak, sedangkan istrinya duduk di kursi penumpang. Kedatangan
Ahmad Heryawan langsung disambut pendukung HADE dengan tepuk tangan dan
teriakan “HIDUP HADE” yang diiringi musik nasyid yang bertema lagu-lagu
perjuangan, langsung dari atas panggung.
Setelah kedatangan Ahmad Heryawan, acara di panggung lebih banyak
diisi oleh hiburan-hiburan musik mulai dari musik nasyid, hingga musik perkusi.
Sekitar pukul 10.20 Dede Yusuf muncul bersama rombongan dengan
menggunakan mobil, setelah itu pasangan HADE beserta istrinya masing-masing,
didampingi oleh para juru kampanye menduduki kursi di atas panggung untuk
melakukan orasi politik. Orasi politik dimulai oleh Ahmad Heryawan yang
berjanji akan membawa perubahan bagi Jawa Barat, khususnya terkait dengan
bidang pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan perluasan lapangan kerja.
Kemudian disambung dengan orasi dari Dede Yusuf yang berjanji akan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan memanfaatkan semua
potensi SDA dan SDM Jawa Barat, seperti melatih pengangguran untuk membuat
pupuk kompos, sehingga sampah berkurang dan masyarakat mendapatkan
penghasilan. Para juru kampanye juga tidak henti-hentinya mengajak masyarakat
untuk memilih pasangan HADE, karena saat ini Jawa Barat perlu dipimpin oleh
pemimpin muda, dengan stamina yang masih prima. Untuk saat ini biarlah orang
yang sudah tua hanya menjadi pembina. Ibu dari Dede Yusuf, yaitu Rahayu
Effendi juga hadir pada acara kampanye ini, sambil mempromosikan anaknya
dengan cara memberi tahu bahwa Dede Yusuf adalah orang Bogor, karena ia dulu
tinggal dan besar di daerah Menteng Bogor.
Acara dilanjutkan dengan berbagai orasi dari juru kampanye yang berasal
dari organisasi-organisasi pendukung HADE seperti SPN, JMPP, Ibu-ibu Majlis
Tak’lim, dll. Substansi dari orasi mereka pada intinya mengajak masyarakat untuk
memilih pasangan HADE. Setelah melakukan orasi, para tokoh yang berasal dari
organisasi pendukung HADE ini lalu memberikan pernyataan dukungan terhadap
pasangan HADE dalam menghadapi pemilihan gubernur Jawa Barat, yang
diterima secara langsung oleh Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf. Acara
kampanye diakhiri sekitar pukul 12.00 siang, dengan cara melakukan simbolisasi
coblos HADE yang diikuti oleh seluruh peserta kampanye, termasuk saya, yang
dibarengi juga pembagian atribut-atribut kampanye HADE seperti pamflet,
bendera, stiker, yang bergambar pasangan HADE.
Lampiran 4. Catatan Lapang Kampanye DA”I
Hari/Tanggal
Pukul
Lokasi
Konteks
: Selasa, 8 April 2008
: 13.15-14.20
: Lapangan Sempur Kota Bogor
: Kampanye hari terakhir pasangan DA’I di Kota Bogor
Siang ini matahari bersinar sangat terik, namun panasnya matahari nampak
tidak menyurutkan semangat ribuan pendukung dan simpatisan pasangan calon
gubernur DA’I yang sebagian besar mengenakan kaos putih bergambar pasangan
Danny Setiawan dan Iwan Sulanjana. Mereka telah memenuhi lapangan sempur
sejak pukul 11.00. Berbagai spanduk, baliho, poster, bendera dan atribut
kampanye yang sebagian besar bergambar pasangan Danny dan Iwan bertebaran
di sekitar lapangan tersebut. Suara juru kampanye yang berisi ajakan untuk
memilih pasangan dari koalisi Partai Golkar dan Demokrat ini terus menggema
dari atas panggung kampanye.
Saat itu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Danny Setiawan dan
Iwan Sulanjana sudah berdiri diatas panggung bersama beberapa pengurus DPD
Partai Golkar dan Demokrat, diatas panggung juga terlihat public figure yang juga
dikenal sebagai aktiivis politik yaitu Ruhut Sitompul. Danny dan Iwan hanya
sedikit mengeluarkan orasi politiknya, orasinya hanya ditekankan pada ajakan
untuk memilih pasangan nomor urut 1 tersebut pada pemilihan tanggal 13 April
mendatang. Juru kampanye pasangan ini pun berkali-kali mengajak masyarakat
Kota Bogor agar memilih Gubernur yang sudah teruji dan tidak obral janji yaitu
Danny Setiawan, karena beliau sudah terbukti kualitasnya sebagai Gubernur Jawa
Barat periode 2004-2008. Selain itu, juru kampanye juga mengajak masyarakat
Kota Bogor untuk mendukung Iwan Sulanjana sebagai Wakil Gubernur Jawa
Barat, karena Iwan merupakan orang Bogor asli.
Sebelum Pasangan DA’I meninggalkan panggung, dibacakan pula ikrar
dukungan bagi pasangan DA’I dari ormas-ormas di Kota Bogor dan sekitarnya
yang dibacakan secara langsung oleh perwakilannya. Setelah ikrar dibacakan,
pasangan Danny dan Iwan pun bergegas turun panggung dan langsung menuju
bus kampanye yang bergambar pasangan tersebut untuk menuju ke tempat
kampanye berikutnya di Cibinong. Acara pun dilanjutkan kembali dengan hiburan
musik dangdut oleh penyanyi Kin-Kin Kintamani, kalimat “Danny”, “Iwan”, dan
“DA’I” pun diselipkan disetiap lirik lagu yang ditampilkan. Ditengah-tengah lagu
pun dibagikan berbagai souvenir seperti kaos, payung, koran Birokrat, nasi
bungkus dan air mineral yang semuanya bergambar atau bertuliskan pasangan
DA’I.
Di sela-sela acara, saya menghampiri seorang pria yang bernama Pa Ucin
(40 Tahun) yang tinggal di daerah Abesin Bogor. Beliau menyatakan bahwa dari
awal memang sudah mendukung pasangan DA’I karena faktor Iwan Sulanjana
yang berasal dari Kota Bogor, selain itu juga ia merasa bahwa Danny Setiawan
memang sudah terbukti kinerjanya sebagai Gubernur Jawa Barat. Pa Ucin
menyatakan sudah sangat yakin untuk memilih pasangan Danny-Iwan pada
pemilihan tanggal 13 April nanti.
Lampiran 5. Kuesioner Polling Pemilih DA’I
Kuesioner polling untuk pemilih DA’I di Kota Bogor
Nama
:
Umur
:
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan
:
Petunjuk pengisian kuesioner:
Beri tanda checklist “√”, pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda
1. Apakah anda mengikuti perkembangan informasi atau berita kampanye dalam
Pilkada Jabar 2008?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, darimana anda mendapatkan informasi tersebut (jawaban boleh lebih
dari satu)
( ) Koran
( ) Tabloid ( ) Bulletin
( ) Baligo
( ) Televisi
( ) Radio ( ) Internet
( ) Pamflet
( ) Teman
( ) Keluarga ( ) Diskusi Kelompok
( ) Poster
( ) lain-lain, sebutkan …………………………………
2. Apakah anda memperhatikan informasi tentang kampanye pasangan DA’I
dalam Pilkada Jabar 2008?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, dari mana anda mendapatkan informasi tersebut (jawaban boleh lebih
dari satu)
( ) Koran
( ) Tabloid ( ) Bulletin
( ) Baligo
( ) Televisi
( ) Radio ( ) Internet
( ) Pamflet
( ) Teman
( ) Keluarga ( ) Diskusi Kelompok
( ) Poster
( ) Mengikuti kampanye terbuka pasangan DA’I
( ) lain-lain, sebutkan …………………………………
3. Apakah anda mengetahui visi misi atau program yang dijanjikan oleh
pasangan DA’I jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, Sebutkan visi misi atau program tersebut.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Apakah anda mendapat atribut kampanye atau bantuan dalam bentuk materi
dari tim kampanye DA’I?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, sebutkan atribut dan bantuan yang didapat.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. Apakah cara-cara kampanye yang dilakukan oleh pasangan
mempengaruhi keputusan anda untuk memilih pasangan DA’I?
( ) Ya ( ) Tidak
DA’I
6. Apa alasan anda memilih pasangan DA’I dalam Pilkada Jawa Barat 20082013?
7. Citra apa yang menurut anda sesuai dengan pasangan DA’I?
Keterangan: pilih 5 dari 10 atribut citra yang tersedia, jika tidak ada/kurang
sesuai dengan citra yang sudah tersedia, silakan isi di kolom “lainnya” dengan
maksimal 5 citra.
Atribut Citra Pasangan DA’I
Berpengalaman dalam memimpin
Jujur dan amanah dalam mengemban tugas
Mampu bersikap adil dan bijaksana
Peduli terhadap permasalahan rakyat
Mampu memberikan solusi bagi permasalahan rakyat Jawa
Barat
Mengetahui kondisi Jawa Barat secara keseluruhan
Pasangan DA’I adalah asli putra Bogor
Berwibawa dan berkharisma
Tegas dalam mengambil keputusan
Lainnya :
-
8. Dari kelima citra yang telah anda pilih/sebutkan tadi, citra apa yang menurut
anda paling utama (pilih satu) melekat di pasangan DA’I? Mengapa?
-Terima Kasih Atas Partisipasi Anda-
Lampiran 6. Kuesioner Polling Pemilih HADE
Kuesioner polling untuk pemilih HADE di Kota Bogor
Nama
:
Umur
:
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan
:
Petunjuk pengisian kuesioner:
Beri tanda checklist “√”, pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda
1. Apakah anda mengikuti perkembangan informasi atau berita kampanye dalam
Pilkada Jabar 2008?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, darimana anda mendapatkan informasi tersebut (jawaban boleh lebih
dari satu)
( ) Koran
( ) Tabloid ( ) Bulletin
( ) Baligo
( ) Televisi
( ) Radio ( ) Internet
( ) Pamflet
( ) Teman
( ) Keluarga ( ) Diskusi Kelompok
( ) Poster
( ) lain-lain, sebutkan …………………………………
2. Apakah anda memperhatikan informasi tentang kampanye pasangan HADE
dalam Pilkada Jabar 2008?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, dari mana anda mendapatkan informasi tersebut (jawaban boleh lebih
dari satu)
( ) Koran
( ) Tabloid ( ) Bulletin
( ) Baligo
( ) Televisi
( ) Radio ( ) Internet
( ) Pamflet
( ) Teman
( ) Keluarga ( ) Diskusi Kelompok
( ) Poster
( ) Mengikuti kampanye terbuka pasangan HADE
( ) lain-lain, sebutkan …………………………………
3. Apakah anda mengetahui visi misi atau program yang dijanjikan oleh
pasangan HADE jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Barat?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, Sebutkan visi misi atau program tersebut.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Apakah anda mendapat atribut kampanye atau bantuan dalam bentuk materi
dari tim kampanye HADE?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, sebutkan atribut dan bantuan yang didapat.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. Apakah cara-cara kampanye yang dilakukan oleh pasangan HADE
mempengaruhi keputusan anda untuk memilih pasangan HADE?
( ) Ya ( ) Tidak
6. Apa alasan anda memilih pasangan HADE dalam Pilkada Jawa Barat 20082013?
7. Citra apa yang menurut anda sesuai dengan pasangan HADE?
Keterangan: pilih 5 dari 10 atribut citra yang tersedia, jika tidak ada/kurang
sesuai dengan citra yang sudah tersedia, silakan isi di kolom “lainnya” dengan
maksimal 5 citra.
Atribut Citra Pasangan HADE
Pasangan muda yang tepat untuk memimpin Jawa Barat
Jujur dan amanah dalam mengemban tugas
Mampu bersikap adil dan bijaksana
Peduli terhadap permasalahan rakyat
Mampu memberikan solusi bagi permasalahan rakyat Jawa
Barat
Reformis dan berjiwa pembaharu
Siap membawa perubahan untuk Jawa Barat
Siap melayani masyarakat Jawa Barat
Pintar dan sopan dalam bertutur kata
Lainnya :
-
8. Dari kelima citra yang telah anda pilih/sebutkan tadi, citra apa yang menurut
anda paling utama (pilih satu) melekat di pasangan HADE? Mengapa?
-Terima Kasih Atas Partisipasi Anda-
Download