BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Realisasi Anggaran 1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Laporan Realisasi Anggaran
1. Definisi Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran adalah laporan yang disusun untuk memberikan
informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara
tersanding,
penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukan tingkat ketercapaian
target-target yang telah disepakati anatara legislative dan eksekutif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Menurut (Indra Bastian, 2007:387), laporan Realisasi Anggaran adalah laporan
yang menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan di awal periode
dengan jumlah yang telah direalisasi di akhir periode.
Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah
pusat/daerah yang menunjukan ketaatan terhadap APBN/ABBD.
Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan.
Laporan realisasi anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan
5
6
anggaran seperti kebijakan fiscal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan
yang material antara anggaran dan realisasinya.
Menurut (Mohamad Mahsun dkk, 2006:128), Laporan realisasi anggaran adalah
sebagai berikut:
Laporan yang berisi tentang informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja dan
pembiayaan dari suatu entitas yang dibandingkan dengan anggaran ketiga pos
tersebut.
Melalui laporan realisasi anggaran dapat diketahui prediksi tentang sumber daya
ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah
serta resiko ketidakpastian atas sumber daya ekonomi tersebut. Selain itu, laporan
realisasi anggaran juga memberikan informasi tentang indikasi apakah sumber daya
ekonomi yang diperoleh dan digunakan telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip
ekonomis, efisiensi dan efektivitas, sesuai dengan anggaran yang ditetapkan serta
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Informasi tambahan, termasuk informasi non keuangan, yang berkaitan dengan
laporan realisasi anggaran disajikan dalan nota perhitungan APBN/APBD. Laporan
realisasi anggaran dilaporkan selambat-lambatnya 6 bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran.
2. Tujuan Laporan Realisasi Anggaran
a.
Tujuan standart Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar
penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka
7
memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.
b.
Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang
realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara
anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang
telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Manfaat Laporan Realisasi Anggaran
a. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas
pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi
tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan
entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:
1) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
2) menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan
efektivitas penggunaan anggaran.
8
b.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam
memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan
informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi:
1) telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;
2) telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan
3) telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4.
Struktur Laporan Realisasi Anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja,
transfer,
surplus/defisit
dan
pembiayaan,
yang
masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Dalam Laporan Realisasi
Anggaran harus diidentifikasikan secara jelas, dan diulang pada setiap halaman
laporan, jika dianggap perlu, informasi berikut:
1)
nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;
2)
cakupan entitas pelaporan;
3)
periode yang dicakup;
4)
mata uang pelaporan; dan
5)
satuan angka yang digunakan.
9
5. Periode Pelaporan
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang Laporan Realisasi Anggaran
disajikan sekurang kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal
laporan suatu entitas berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan
dengan suatu periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas
mengungkapkan informasi sebagai berikut:
1) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
2) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
6. Informasi yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran atau Dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan.
Entitas
pelaporan
menyajikan
klasifikasi
pendapatan dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan
pendapatan
menurut
jenis
rincian lebih lanjut jenis
pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam
Laporan Realisasi Anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran atau di Catatan atas Laporan Keuangan. Klasifikasi
belanja menurut fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
10
7. Akuntansi Dalam Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran
Dalam penyajian laporan realisasi anggaran, terdapat berbagai akuntansi yang
disusun. Antara lain adalah:
a. Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian
manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,
transfer dan pembiayaan.
Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan srtuktur anggaran yang
terdiri dari anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan. Anggaran pendapatan
meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi alokasi estimasi
pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan menjadi
otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran pembiayaan terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
b. Akuntansi Pendapatan – LRA
Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah nettonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Dalam hal besaran pengurang
terhadap pendapatan LRA bruto (biaya) bersifat variable terhadap pendapatan
11
dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum
selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan. Dalam hal badan layanan umum,
pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan.
Akuntansi
pendapatan-LRA
disusun
untuk
memenuhi
kebutuhan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan pengendalian
bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.
c. Akuntansi Belanja
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
Khusus
pengeluaran
melalui
bendahara
pengeluaran
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan
oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Belanja
diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan
fungsi.
Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada
jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk
pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi belanja
pemerintah daerah adalah belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja tak terduga.
12
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat / daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi
antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial.
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan, aset tak berwujud. Belanja lain-lain/tak terduga adalah
pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang
ditetapkan dalam dokumen anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja
(penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja
dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima
pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan dalam
pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.
Akuntansi
belanja
disusun
selain
untuk
memenuhi
kebutuhan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk
13
keperluan pengendalian bagi manajemen untuk mengukur efektivitas dan efisiensi
belanja tersebut.
d. Akuntansi Surplus / Defisit – LRA
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara
pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan. Defisit-LRA adalah
selisih kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.
e. Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara
lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran
pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
f. Akuntansi Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
14
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali
pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen
lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
g. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan
modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun
anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan
diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan.
Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah
merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatanLRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
15
h. Akuntansi Pembiayaan Netto
Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah
dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih
lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode
pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.
i. Akuntansi Sisa Lebih / Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA / SiKPA)
SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan
pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi
pendapatan-LRA dan Belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA. Sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih
16
B. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut ikatan akuntansi Indonesia (Standar Akuntansi Keuangan, 2009:27)
diungkapkan:
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya:
sabagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dan laporan keuangan. Di
samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industry dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Pengertian laporan keuangan menurut
peraturan Menteri
Keuangan
(2005:59/PMK.06):
Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja Negara berupa laporan raelisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Dari kedua pernyataan diatas, terlihat adanya perbedaan pada komponen
laporan keuangan. Pada laporan keuangan konvensional terdapat laporan yang
dinamakan laporan laba rugi, laporan tersebut berfungsi sebagai tolak ukur kinerja
perusahaan. Sedangkan pada laporan keuangan pemerintah pusat tidak terdapat
17
laporan laba rugi, hal ini dikarenakan pemerintah tidak berorientasi pada profit, tapi
di dalam laporan keuangan kementrian Negara / lembaga ada laporan yang
memperlihatkan jumlah anggaran yang diotorisasikan dengan realisasinya, laporan ini
disebut laporan realisasi anggaran. Laporan keuangan merupakan sumber informasi
yang penting untuk mengetahui dan menganalisa keadaan dari suatu perusahaan dan
dari hasil analisa tersebut dapat diperoleh keputusan yang tepat.
1. Tujuan Laporan Keuangan
A. tujuan laporan keuangan konvensional
Harahap (2202:122) menuliskan tujuan laporan keuangan seperti dinyatakan
dalam APB statement no 4 yang diiktisarkan sabagai berikut:
a. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai
prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan
perubahan lain dalam posisi keuangan.
b. Tujuan umum laporan keuangan adalah :
1. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya
ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis.
2. Menyediakan informasI yang dapat dipercaya tentang perubahan
sumber daa bersih bersih sebagai hasil dari aktivitas – aktivitas
perusahaan yang menghasilkan profit.
3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
18
mengestimasi earnings potensial perusahaan.
4. Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan
sumber daya ekonomi dan kewajiban
5. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan
pemakai
c. Tujuan kualitatif akuntansi keuangan adalah :
1. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu
pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.
2. Dapat dipahami, informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan
harus jelas dan dapat dipahami pemakai
3. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi menggunakan ukuran
yang independen, menggunakan metode ukuran yang sama.
4. Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum pemakai
dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu.
5. Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan informasi seawal mungkin
untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi.
6. Dapat diperbandingkan, dapat diperbandingkan antar periode Laporan
Keuangan, tidak digunakan perlakuan akuntansi yang berbeda.
7. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuantujuan kualitatif lain harus dilaporkan
19
2. Komponen laporan keuangan organisasi nirlaba
a.
Laporan realisasi anggaran
b.
Neraca
c.
Laporan arus kas
d.
Catatan atas laporan keuangan
Keterangan :
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan penggabungan Laporan
Realisasi Anggaran seluruh entitas akutansi yang berada dibawah Direktorat
Jendral Perhubungan Udara Laporan Realisasi APBN terdiri dari Pendapatan
Negara dan Hibah dan Belanja.
2. Neraca
Neraca disusun berdasarkan penggabungan neraca entitas akutansi yang
berada dibawah Direktorat Jendral Perhubungan Udara dan disusun melalui
SAI.
3. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang pendekatan
penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas
20
nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca
dalam rangka pengungkapan yang memadai.
Komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap antitas kecuali
laporan arus kas yang hanya disajikan oleh unit yang memegang
perbendaharaan
3. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah:
a. Basis akuntansi:
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban,
dan ekuitas dalam Neraca.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh
entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening
Kas Umum Negara/ Daerah atau entitas pelaporan
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
21
kondisi
lingkungan
berpengaruh
pada
keuangan
pemerintah,
tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
b. Prinsip nilai historis (historical cost)
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan
datang. Nilai perolehan lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain
karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi.
c. Prinsip realisasi
Pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran
pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk membiayai belanja
yang terjadi dalam periode tersebut. Prinsip penandingan pendapatan-belanja
tidak mendapat penekanan seperti dalam akuntansi komersial.
d. Substance over form
Peristiwa harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, bukan hanya mengikuti aspek formalitas.
22
e. Periodisitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pemerintah perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur
dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan
f. Konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama harus ditetapkan pada kejadian yang
serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas (prinsip konsistensi internal).
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat metode yang baru
diterapkan menunjukkan hasil yang lebih baik dari metode yang lama.
Pengaruh atas perubahan penerapan metode harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
g. Pengungkapan lengkap (full disclosure)
Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna. Informasi tersebut dapat ditempatkan pada lembar
muka laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.
h. Penyajian wajar (fair presentation)
Dalam penyajian dengan wajar posisi keuangan, kinerja, dan perubahan
posisi keuangan suatu entitas, diperlukan pertimbangan sehat yang mengandung
unsur-unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi
23
ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah
4. Partisipasi Dalam Proses Penyusunan Anggaran
Menurut Robert N. Anthony dalam buku system pengendalian manajemen
menyatakan bahwa suatu proses anggaran bias bersifat dari “atas ke bawah” atau dari
“bawah ke atas”. Dengan penyusunan anggaran dari atas ke bawah, manajemen
senior menetapkan anggaran bagi tingkat yang lebih rendah, tetapi pendekatan ini
jarang berhasil. Pendekatan tersebut mengarah kepada kurangnya komitmen dari sisi
pembuatan anggaran dan hal ini membahayakan keberhasilan rencana tersebut.
Dengan penyusunan anggaran dari bawah-ke-atas, manajer di tingkat yang
lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran. Penyusunan
anggaran dari bawah-ke-atas kemungkinan besar akan menciptakan komitmen untuk
mencapai tujuan anggaran, tetapi jika tidak dikendalikan dengan hati-hati, pendekatan
ini dapat meghasilkan jumlah yang tidak sesuai dengan tujuan keseluruhan dari
perusahaan.
24
5. Siklus Anggaran Pemerintah
Sedangkan
menurut
Muhammad
Gade
dalam
bukunya
akuntansi
pemerintahan (2002:44) menyatakan bahwa siklua anggaran Negara Republik
Indonesia dapat dibagi dalam 5 tahap, yaitu:
Tahap 1:
Penyusunan anggaran dan pengajuan RUU-APBN oleh pemerintah
kepada DPR
Tahap 2:
Pembahasan dan persetujuan DPR atas RU-APBN yang dilanjutkan
dengan penetapan UU-APBN
Tahap 3:
Pelaksanna anggaran, akuntansi anggaran dan pelaporan keuangan
oleh pemerintah
Tahap 4:
pengawasan dan pemeriksaan atas pelaksanaan anggaran dan
akuntansi anggaran oleh aparat pengawasan fungsional
Tahap 5:
pembahasan dan persetujuan DPR atas RUU perhitungan anggaran
Negara sebagai pertanggung jawaban pemerintah atas pelaksanaan
APBN dan dilanjutkan dengan penetapan UU perhitungan anggaran
Negara.
25
6. Analisa Intern Laporan Keuangan
Robert N. Anthony dalam buku Sistem Pengendalian Manajemen (2005:129)
menyatakan bahwa system yang efektif mengindenfikasikan variasi yang terjadi
ketingkat manajemen terendah. Variasi bersifat heirarkis. Variasi dimulai dengan
kinerja unit bisnis keseluruhan, yang terdiri dari variasi pendapatan dan variasi beban.
a. Variasi Pendapatan
Variasi yang positif adalah menguntung, karena hal tersebut mengidikasikan
bahwa pendapat actual melebihi pedapatan yang dianggarkan, dan variasi yang
negatif adalah tidak menguntungkan, karena hal tersebut mengidikasikan bahwa
pendapatan actual lebih rendah dari pendapatan yang dianggarkan.
b. Variasi Beban
Variasi yang negatif adalah menguntungkan, karena hal tersebut mengartikan
bahwa beban actual lebih rendah dari beban yang dianggarkan, dan variasi yang
positif adalah tidak menguntungkan, sebab hal tersebut mengartikan bahwa beban
actual lebih tinggi dari pendapatan yang dianggarkan.
7.
Siklus Akuntansi Pemerintah
Pada dasarnya siklus akuntansi pemerintah dengan siklus akuntansi umum
tidak jauh berbeda. Dimana tahap pertama dari siklus ini adalah transaksi yang
merupakan tahapan pertukaran barang/jasa diantara entitas dan peristiwa lain yang
26
memiliki dampak ekonomi dalam suatu instansi. Setelah transaksi terjadi, kemudian
dilakukan proses penjurnalan yaitu catatan akuntansi dimana pertama kali
dimasukkan dan menunjukan catatan akuntansi dimana transaksi pertama kali
dimasukan dan menunjukan catatan kegiatan usaha secara kronologis. Kemudian
pemostingan dilakukan yaitu pemindahan data – data dari jurnal ke perkiraanperkiraan yang bersangkutan di buku besar, setelah posting, setiap instansi wajib
membuat neaaca, hal ini dilakukan untuk mengetahui posisi keuangan dari periode
yang baru dan dapat menyusun rencana yang lebih baik. Dari semua siklus inilah
dihasilkan output berupa laporan keuangan yang dapat digunakan untuk melihat
kinerja pemerintah selama satu periode.
GAMBAR 2.1
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAH
Sumber : Kennedy-blogz.blogspot.com
Download