BAB III. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang penyebaran penyakit tumbuhan, serta tipe siklus (daur) hidup patogen. Selanjutnya juga akan disampaikan mengenai beberapa teknik peramalan epidemi penyakit tumbuhan sehingga terjadinya epidemi dapat diantisipasi agar kerugian yang ditimbulkan dapat diperkecil. Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan mahasiswa akan dapat memahami tentang cara-cara penyebaran patogen. Materi ini akan disampaikan dalam satu kali pertemuan (2 jam tatap muka). PENYAJIAN Epidemi (epidemic) merupakan suatu kejadian meningkatnya penyakit dengan hebat pada waktu dan wilayah tertentu dalam suatu populasi tumbuhan. Epidemi terjadi dalam jangka waktu dan ruang tertentu, sehingga tidak terjadi setiap saat dan tidak merata. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit dalam tingkat populasi, karena wabah penyakit akan terjadi apabila ada interaksi antara populasi patogen dalam populasi tanaman inang, dalam kurun waktu dan ruang tertentu. Penyebaran patogen Perkembangan patogen ditentukan oleh jumlah inokulum yang dibentuk, pembebasan inokulum dari substratnya, ketahanan inokulum terhadap faktor yang tidak baik, luas dan lamanya penyebaran, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkecambahan inokulum dan infeksi. Inokulum patogen mempunyai ketahanan yang berbeda-beda. Bakteri patogen tumbuhan tidak membentuk spora, namun beberapa di antaranya dapat bertahan cukup lama di dalam bagian tumbuhan, sisa-sisa tumbuhandan dalam tanah. Miselium jamur dapat bertahan pada bahan perbanyakan seperti biji, umbi maupun alat pembiak lainnya, kompos, sisa tanaman, dan pada umumnya tidak mampu bertahan dalam waktu yang relatif lama di dalam tanah bila kelembapan terlalu tinggi. Universitas Gadjah Mada Pada umumnya penyebaran patogen terjadis secara pasif, meskipun beberapa bakteri, zoospora, nematoda mampu bergerak secara aktif, namun patogen tersebut hanya dapat bergerak dalam jarak yang sangat pendek. Penyebaran patogen dapat terjadi dengan perantaraan angin, air, serangga, hewan lain, dan manusia. Angin merupakan salah satu agensia penyebaran patogen yang paling efektif. Angin dapat membawa spora jamur, bakteri mapun partikel virus, baik berupa propagul patogen itu sendiri maupun terangkut bersama dengan jaringan tanamannya. Angin merupakan agensia penyebar yang efektif dalam jarak pendek, namun tidak efektif untuk penyebaran jarak jauh, karena pada umumnya spora jamur akan mati karena kekeringan dan sinar matahari pada waktu menempuh perjalanan yang jauh tersebut. Selain itu adanya barier alam yang berupa gunung dan laut, akan menghambat penyebaran jarak jauh dari patogen, karena apabila isokulum jatuh pada tempat yang tidak sesuai maka penyakit tidak akan terjadi. Penyebaran patogen dengan bantuan air hanya bersifat lokal. Percikan air hujan maupun air irigasi yang dilakukan dengan cara penyiraman dapat memercikkan spora jamur maupun bakteri. Aliran air irigasi maupun air hujan dapat mengangkut spora jamur maupun bakteri, miselium jamur, nematoda, menuju ke areal-areal yang lebih rendah letaknya. Serangga selain berperan sebagai agensia penyebar juga mampu berperan sebagai agensia pembiak karena beberapa patogen mampu membiak dan bertahan di dalam tubuh serangga. Serangga yang pergerakannya lambat merupakan agen penular yang efektif namun bukan penyebar yang efektif. Penyebaran yang efektif hanya dapat dilakukan oleh serangga yang bersayap sehingga dapat terbang atau tertiup angin. Jadi dalam hal ini serangga dapat berperan sebagai penyebar, penular, pembiak dan tempat bertahan patogen. Penyebaran oleh manusia merupakan penyebaran yang paling efektif. Manusia dapat menyebarkan patogen dalam jarak yang cukup jauh dan dalam jangka waktu yang relatif singkat, apalagi seiring dengan kemajuan sistem transportasi pada saat ini yang memungkinkan manusia untuk pergi dalam jarak yang jauh dalam waktu yang relatif singkat, serta kemungkinan untuk dapat menjangkau daerah-daerah yang terpencil. Manusia dapat menyebarkan patogen bersama dengan bahan tanaman, tanah, bahan organik, kompos, atau produk pertanian yang dibawanya, bahkan spora jamur atau bakteri dapat menempel pada baju atau badan manusia dan akan terbawa mengikuti ke mana perginya. Universitas Gadjah Mada Tipe penyebaran penyakit Penyakit dapat menular dan meluas dari satu daerah ke daerah yang lain, namun kecepatan meluasnya penyakit-penyakit tersebut tidak sama, ada yang lambat dan ada yang cepat. Dalam epidemiologi penyakit relatif cepat berkembang digolongkan dalam penyakit bunga majemuk (polisiklik) sedangkan penyakit relatif lambat perkembangannya digolongkan dalam penyakit bunga tunggal (monosiklik). Penyakit bunga majemuk memiliki ciri sebagai berikut : (a) inokulum berkembang dengan cepat; (b) perkembangannya bersifat logaritmik (eksponensial); (c) bagian tanaman atau tanaman yang mula-mula terinfeksi maupun yang baru saja terinfeksi akan menjadi sumber infeksi bagi tanaman di sekitarnya; (d) laju infeksinya mula-mula kecil, namun akan meningkat dengan cepat. Pada umumnya penyakit yang termasuk dalam golongan ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh patogen yang penyebarannya dengan perantaraan angin. Penyakit bunga tunggal mempunyai ciri sebagai berikut: (a) jumlah inokulum relatif tidak bertambah; (b) perkembangan penyakitnya bersifat lamban; (c) tanaman yang menjadi sumber infeksi bagi tanaman berikutnya hanya tanaman yang barn saja terinfeksi sedangkan tanaman yang telah terinfeksi sebelumnya tidak menjadi sumber infeksi; (d) laju infeksinya relaif rendah. Pada umumnya penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah penyakit yang disebabkan oleh patogen terbawa tanah (soil borne pathogen). Peramalan epidemi penyakit Peramalan akan terjadinya epidemi penyakit tumbuhan sangat berguna untuk melakukan tindakan pencegahan, sehingga kerugian yang besar dapat dihindari. Untuk dapat dilakukan peramalan, faktor-faktor yang membantu perkembangan penyakit perlu diketahui. Gabungan dari faktor patogen, tumbuhan inang, lingkungan, dan waktu merupakan kombinasi yang sangat menentukan terjadinya epidemi. Agar dapat dilakukan peramalan terhadap akan terjadinya epidemi, diperlukan beberapa persyaratan, antara lain : a. Tumbuhan inang tersebut merupakan tanaman yang penting, atau yang mempunyai nilai ekonomi tinggi Universitas Gadjah Mada b. Penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar, tetapi hanya pada keadaan tertentu. Apabila pengendalian dilakukan secara terus menerus akan membuang biaya namun jika dilalaikan akan menimbulkan bahaya. c. Perlu terdapat cukup keterangan, baik basil pengamatan maupun penelitian, tentang pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap perkembangan penyakit. d. Para penanam/petani cukup siap dan mengerti. e. Untuk penyakit yang bersangkutan telah tersedia cara pengendalian yang tepat. f. Terdapat jarak (tenggang waktu) yang cukup panjang antara diumumkannya hasil peramalan dengan timbulnya epidemi penyakit. Peramalan penyakit tumbuhan yang telah disusun antara lain adalah untuk penyakit cacar teh yang telah dilakukan oleh Huysmans dengan berdasarkan pada kelembapan udara di slang hari, namun karena kesulitan pengukuran kelembapan udara pada perkebunan yang topografinya tidak rata, maka Homburg, van der Knapp dan de Weille menyusun cara peramalan dengan berdasarkan pada lamanya penyinaran matahari, sedangkan Wolthuis menyusun cara peramalan berdasarkan pengamatan pada perkecambahan spora di lapangan. Peramalan epidemi penyakit hawar daun kentang dilakukan berdasarkan atas pengamatan cuaca dan intensitas penyakit di banyak petak pengamatan yang letaknya tersebar luas, dengan mengamati jumlah bercak aktif. Dengan diketahui akan adanya epidemi penyakit dengan sistem peramalan tersebut maka pekebun dapat segera melakukan tindakan pencegahan, sehingga kerugian yang akan ditimbulkan akibat adanya epidemi penyakit dapat diantisipasi. PENUTUP Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa akan dapat memahami tentang sistem penyebaran patogen yang efektif, dan bagaimana terjadinya epidemi penyakit tumbuhan. Universitas Gadjah Mada REFERENSI Agrios, G.N. 1988. Plant Pathology. 3d Ed. Academic Press, New York. 803p. Nagarajan, N., 1983. Plant Diseases Epidemiology, Oxford & 1BH Publ, New Delhi, 267p. Oka, 1.N.1993. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 92p. Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. 754p. Universitas Gadjah Mada