Ada Dana Tidak Terpakai Andalan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2009 Hanya dari APBN Jumat, 21 November 2008 | 01:06 WIB Jakarta, Kompas - Hingga akhir tahun ini diperkirakan terdapat dana sebesar Rp 98,95 triliun yang tidak terpakai. Dengan demikian, anggaran belanja negara yang terpakai berjumlah Rp 890,55 triliun atau 90 persen dari target di dalam APBN Perubahan 2008 sebesar Rp 989,5 triliun. Hal itu dikatakan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu, Kamis (20/11) di Jakarta, seusai menghadiri Rapat Pimpinan dengan Menkeu sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati. Menurut Anggito, dana yang tidak terpakai di tahun ini akan dihimpun dalam sisa lebih penggunaan anggaran (Silpa). Dana ini akan digunakan tahun depan untuk memperkuat anggaran pemerintah. Penggunaan Silpa itu diprioritaskan sebagai bantalan dalam menghadapi kemungkinan memburuknya krisis keuangan dan perekonomian global. ”Silpa bisa dipakai untuk membiayai anggaran pemerintah 2009 karena situasi ekonomi tahun depan sangat tidak pasti, antara lain ditunjukkan dengan perlambatan ekonomi. Penggunaan Silpa itu belum ditentukan, tetapi kami masih memonitor perkembangannya dari waktu ke waktu,” katanya. Harus diperbaiki Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bambang Soesatyo mengatakan bahwa realisasi anggaran belanja pemerintah yang masih sangat rendah tahun ini harus diperbaiki di tahun 2009. ”Dalam kondisi (ekonomi) yang memburuk, pelaku usaha akan sangat tertekan. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun depan, harapan satu-satunya adalah hanya pada percepatan realisasi belanja negara. Kita tidak bisa mengandalkan pelaku usaha sebagai pendorong ekonomi,” ujar Bambang. Anggito menambahkan, belanja negara sudah mulai berjalan setelah sempat macet karena lamanya persiapan proyek di departemen, lembaga nondepartemen, atau pemerintah daerah. Hingga 20 November 2008, realisasi anggaran belanja departemen dan lembaga nondepartemen sebesar Rp 197,2 triliun atau 68 persen dari target APBN-P 2008 sebesar Rp 290 triliun. Adapun realisasi belanja negara secara keseluruhan hingga periode yang sama mencapai Rp 771,81 triliun atau 78 persen dari target belanja negara Rp 989,5 triliun. ”Dari sisi penerimaan, salah satu penerimaan utama, yakni pajak, diperkirakan akan mencapai 105 persen dari target di APBN-P 2008,” ujarnya. Lambatnya pencairan anggaran belanja negara terjadi karena satuan-satuan kerja atau pimpro masih menyelesaikan persiapan proyeknya. Selain itu, ada daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) yang belum selesai. Dengan memperhitungkan prognosa belanja negara hingga akhir tahun yang mencapai 90 persen dari target dan realisasi anggaran belanja saat ini yang mencapai 78 persen, pemerintah masih akan mencairkan dana sekitar Rp 118,74 triliun atau 12 persen dari target belanja negara di APBN-P 2008. Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan menyebutkan, pemerintah sempat tidak membelanjakan dananya selama satu bulan penuh karena tidak ada penyerapan, yakni di bulan Agustus 2008. ”Saat itu, dana pemerintah di BI (Bank Indonesia) mencapai Rp 200 triliun, padahal normalnya Rp 50 triliun. Ini yang membuat likuiditas rupiah sempat sangat ketat,” ujarnya. Hemat utang Pemerintah memperkirakan bisa menghemat kebutuhan pembiayaan APBN-P 2008 sekitar Rp 44 triliun yang berarti jumlah utang baru yang ditarik lebih rendah dari target awalnya. Prognosa defisit APBN-P 2008 diperkirakan mencapai 1,1 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Itu jauh lebih rendah dari target APBN-P 2008, yakni 2,1 persen terhadap PDB. Dalam APBN-P 2008, defisit ditetapkan senilai Rp 94,5 triliun atau setara 2,1 persen PDB. Setelah itu, pemerintah membuat perhitungan-perhitungan baru terkait realisasi defisit yang dihubungkan dengan tekanan krisis keuangan global, antara lain menurunkan defisit menjadi 1,3 persen dari PDB. (OIN)