BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal oleh dunia sebagai salah satu negara yang memiliki sumber daya alam melimpah, beragam jenis hasil tambang juga tersedia di alam Indonesia. Pada sebuah penelitian yang dilaksanakan oleh Policy Briefs menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara pengahasil timah kedua terbesar di dunia, lalu indonesia menempati urutan ke empat terbesar di dunia untuk hasil tembaga, kemudian menempati posisi ke lima untuk hasil tambang emas dan posisi ke delapan untuk hasil tambang emas. Maka dari itu Indonesia merupakan salah satu negara yang penting dalam bidang pertambangan di dunia. Sektor energi dan sumber daya mineral ini juga memiliki rekam jejak yang nyata. Pada tahun 1980 sektor ini merupakan andalan utama penerimaan negara dan peran sektor ini masih terus dirasakan hingga beberapa periode berikutnya. Berdasarkan target penerimaan negara yang telah ditetapkan pada tahun 2008 yaitu sebesar 850 triliun, sektor energi dan sumber daya mineral memberikan kontribusi pada penerimaan negara sebesar 295 triliun atau sekitar 33% dari total target penerimaan negara. Kontribusi dari sektor energi dan sumber daya mineral ini terdiri dari sub sektor pertambangan umum sebesar 37 triliun, sub sektor minyak & gas sebesar 257 triliun dan dari sub sektor lain nya sebesar 1,1 triliun (www.esdm.go.id). 1 Peran sektor energi dan sumber daya mineral dalam memajukan kondisi perekonomian Indonesia ini tidak hanya berhenti pada bentuk penerimaan negara dan devisa saja, tetapi juga meliputi kegiatan perekonomian lain seperti penyediaan bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja, memacu efek berantai ekonomi dan bahan bakar domestik. Disamping itu juga sektor pertambangan juga menjadi salah satu faktor yang cukup dominan dalam pembentukan IHSG. Proses berkembangnya indeks saham sektor pertambangan pertambangan dapat dilihat dari perubahan nilai harga saham yang di perdagangkan di BEI. Perubahan nilai nilai harga saham dapat menunjukan kondisi aktivitas pasar modal dan investor dalam melakukan kegiatan jual beli saham. Pembentukan harga saham dipengaruhi permintaan dan penawaran para investor atas saham tersebut. Naik turunya supply dan demand tersebut terjadi karena banyaknya faktor, baik yang bersifat internal makroekonomi.Terdapat (kinerja keuangan) maupun eksternal seperti faktor beberapa faktor makroekonomi yang dapatmempengaruhi harga saham, antara lain harga minyak dunia, nilai tukar rupiah, harga emas dunia dan inflasi. Salah satu sektor industri di Indonesia yang terpengaruh oleh faktor makroekonomi tersebut ialah industri yang bergerak pada sektor pertambangan. Perubahan harga minyak mentah dunia merupakan salah satu faktor yang mampu mempengaruhi kondisi saham sektor pertambangan. Hampir semua kegiatan industri tambang yang dilakukan membutuhkan sumber energi minyak sebagai penggerak kegiatan usahanya mulai dari eksplorasi, produksi hingga kegiatan distribusi selalu membutuhkan minyak. Sehingga nilai pergerakan 2 minyak dunia akan sangat mempengaruhi pergerakan saham sektor pertambangan. Begitu pula dengan barang-barang hasil pertambangan yang di dominasi oleh barang pengganti sumber energi minyak tersebut. Barang-barang tambang yang didominasioleh jenis barang yang dapat dijadikan sumber energi merupakan barangsubsitusi dari minyak dunia tersebut. Sehingga pergerakan harga minyakdunia juga akan di ikuti oleh harga saham sektor pertambangan. Hal inidiperkuat melalui penilitian yang sudah dilakukan olehhayo dan kutan (2004)yang menyatakan terdapat kaitan positif antara harga minyak dunia denganindeks harga saham. Melalui peningkatan harga minyak mentah dunia yang juga diikuti peningkatan pendapatan perusahaan dapat menggerakan harga saham melalui sentimen positif investor. Sehingga kondisi indeks harga saham turut meningkat mengikuti harga minyak mentah dunia. Hal ini diperkuat juga dengan suatu fenomena pada awal tahun 2011, dimana banyak investor yang mengalihkan portofolio dari saham perbankan ke saham sektor komoditas seperti pertambangan dan perkebunan yang lebih menajikan karena tren harga komoditas yang cenderung naik mengikuti kenaikan harga minyak mentah dunia. Hampir seluruh sektor mengalami penurunan kecuali sektor tambang, perkebunan dan properti yang terus menguat. 3 Grafik 1.1 Grafik Harga Minyak Dunia Sumber: stlouisfed.org Perusahaan pertambangan tidak hanya bergantung pada pergerakan harga minyak mentah dunia saja, namun perusahaan pertabangan juga memiliki ketergantungan pada modal asing, teknologi dan berbagai bahan impor. Tingkat aktivitas perdagangan international perusahaan tambang juga relatif tinggi dengan melakukan kegiatan ekspor produk tambang. Maka dari itu perusahaan sektor tambang di Indonesia juga sensitif terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar US. Perubahan nilai tukar uang ini memiliki peluang untuk memperngaruhi kondisi internal perusahaan yang pada akhirnya bisa menimbulkan dampak negatif/risiko pada tingkat keuntungan perusahaan. Dengan merosotnya nilai tukar suatu mata uang juga bisa menimbulkan peningkatan jumlah hutang serta biaya produksi. Hal ini sangat terasa bagi perusahaan yang meminjam dana dari luar negeri, merekaharus membayar hutang lebih besar, sehingga kinerja perusahaan tersebut akan tampak semakin melemah, yang pada akhirnya akan mempengaruhi 4 nilai saham. Hal ini juga diperkuat dengan menurunnya kinerja saham sektor tambang sejak awal 2014, hal ini diakibatkan oleh pelemahan nilai mata uang rupiah yang sudah masuk di kisaran Rp 12.000. hal ini mengakibatkan rata-rata emiten pertambangan mengalami penurunan pendapatan hingga 30%. Hal ini sangat dirasakan oleh emiten produsen minyak karena terjadi penurunan aktivitas produksi pada industri manufaktur akibat harga bahan baku impor yang melambung tinggi sehingga mengakibatkan penurunan tingkat permintaan sumber energi minyak pada saat itu. Grafik 1.3 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Sumber: www.bi.go.id Selain nilai tukar mata uang, emas merupakan salah satu komoditas penting yang dapat mempengaruhi naik turunnya return saham. Emas merupakan salah satu alternatif investasi yang kecenderungannya bebas dari resiko. Emas banyak dijadikan pilihan oleh para investor karena nilai emas cenderung stabil dan selalu ada peningkatan Nilai. Emas juga digunakan sebagai alat untuk menangkal inflasi yang sering terjadi setiap tahunnya karena emas diterima oleh 5 setiap kalangan sehingga bisa juga digunakan untuk melakukan pembayaran atau pelunasan hutang. Pada pertengahan tahun 2011 terjadi sebuah peralihan tren investasi, yang semula para investor lebih memilih untuk berinvestasi pada saham sektor perbankan kemudia beralih menuju sektor pertambangan yang lebih menjajikan. Terbukti emas merupakan salah satu harga komoditas yang memiliki prospek menjajikan karena jika diamati sejak tahun 2010 terus mengalami kenaikan hingga mencapai harga puncaknya di pertengahan tahun 2011 dan relatif stabil tahun-tahun berikutnya. Melalui tren ini nilai saham sektor tambang mengalami apresiasi sehingga banyak investor yang memburu saham emiten tambang tersebut. Grafik 1.2 Grafik Harga Emas Dunia Sumber: stlouisfed.org Inflasijuga merupakan salah satu faktor yang tidak bisa dipisahkan pada saat terjadi pergerakan nilai pada bursa saham. Hal ini dikarenan hampir rata-rata harga bahan-bahan dasar baik itu untuk rumah tangga ataupun industri sangatlah terpengaruh dengan tinggi rendahnya tingkat inflasi di suatu negara. Hal 6 dibuktikan dengan melemahnya indstri tambang di pertengahan 2013 akibat terjadi peningkatan nilai inflasi di indonesia yang mencapai kisaran 8% yang normalnya hanya pada kisaran 4%. Meningkatnya harga bahan dasar pada saat itu menyebabkan banyak pelaku industri yang mengalami penurunan produktivitas yang akhirnya terjadi penurunan permintaan sumber energi minyak sebagai penggerak kegiatan produksi bannyak indsutri. pada saat terjadi peningkatan inflasi di indonesia yang mencapu kisaran 8% pada awal tahun 2013. Ukuran inflasi yang sering digunakan sebagai patokan adalah consumer price index atau cost of living index. Consmer Price Index (CPI) adalah angka indeks yang menunjukan tingkat barang dan jasa yang harus dibeli konsumen pada satu periode tertentu. Indeks ini berdasarkan pada harga dari suatu paket barang yang dipilih dan mewakili pola pengeluaran konsumen. Grafik 1.4 Inflasi Indonesia Tahun 2010-2014 Sumber: www.bi.go.id Terdapat beberapa penelitian mengenai keterkaitan faktor harga minyak mentah dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, harga emas dunia dan Inflasi dengan return saham. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hayo dan Kutan (2004) ditemukan bukti bahwa bahwa harga minyak dunia 7 memberikan dampak positif terhadap pergerakan indeks bursa saham Rusia. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Muri Lestari (2005) ditemukan bukti bahwa harga minyak dunia memberikan dampak positif terhadap pergerakan harga indeks BEI. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Valadkhani, Chancharat dan Havie (2006) ditemukan bukti bahwa harga minyak memberikan pengaruh negatif terhadap bursa saham Thailand. Pada penelitian yang dilakukan oleh Thobarry (2009) ditemukan bukti bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika memberikan pengaruh positif terhadap saham-saham sektor properti. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruhendi dan Johan Arifin (2003) ditemuka bukti bahwa nilai tukar rupiah memberikan pengaruh positif terhadap pasar modal indonesia. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Fuadi (2009) ditemukan bukti bahwa kurs menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham sektor properti. Berikutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Witjaksono (2010) ditemukan bukti bahwa harga emas dunia berpengaruh positif terhadap indeks IHSG. Begitu juga dengan peelitian yang dilakukan oleh Gary Twite (2002) ditemukan bukti bahwa harga emas berpengaruh positif terhadap pasar modal Australia. Namun pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Smith (2001) ditemukan bukti bahwa bahwa harga emas dunia memberikan pengaruh negatif terhadap bursa saham Amerika. Lalu pada penelitian yang dilakukan oleh Andreas Humped dan Peter Macmillan (2007) ditemukan bukti bahwa Inflasi berpengaruh negatif terhadap pasar modal Jepang. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardining Sih, dkk (2002) ditemukan bukti bahwa inflasi memberi 8 pengaruh positif terhadap return saham. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Don Bredin, Stuart Hyde dan Gerard O Reilly (2007) ditemukan bukti bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap pasar modal Kanada.. Dengan adanya research gap atau ketidak sepahaman dari peneliti tentang pengaruh harga minyak mentah dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, harga emas dunia dan inflasi terhadap return. Maka berdasar variabel makro ekonomi tersebut dilakukan penelitian sebagai berikut: “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Sektor Pertambangan Selama Periode 2010-2014)”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah harga minyak mentah dunia berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia (BEI) tahun 2010-2014? 2. Apakah nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia (BEI) tahun 2010-2014? 3. Apakah harga emas dunia berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia (BEI) tahun 2010-2014? 4. Apakah inflasi berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia (BEI) tahun 2010-2014? 9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh harga minyak mentah dunia terhadap return saham pada perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. 2. Mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return saham pada perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. 3. Mengetahui pengaruh harga emas dunia terhadap return saham pada perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. 4. Mengetahui pengaruh inflasi terhadap return saham pada perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. 1.3.1 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang berguna sebagai referensi berbagai pihak yaitu: 2.1 Bagi para investor dapat membantu menambah referensi yang bermanfaat dalam menambah wawasan atau masukan dalam mengambil keputusan pembelian dan penjualan saham. 10 2.2 Bagi perusahaan bisa digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kinerja, sehingga dapat meningkatkan harga per lembar saham yang dimiliki perusahaan sehingga return saham juga dapt ditingkatkan. 2.3 Bagi peneliti hal ini menjadi tempat untuk mempraktikan teori yang telah di terima selama dibangku kuliah dengan kondisi yang terjadi sesungguhnya dan untuk persyaratan akademik dalam memperoleh gelar sarjana (S1) program studi manajemen Universitas Katolik Soegijapranata. 11