BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai personal branding telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Namu, penelitian tentang personal branding di dalam media sosial masih sangat minim untuk didapat, terutama media sosial Blog. Dari penelitian yang ada dan telah dipelajari, peneliti mengambil tiga penelitian terdahulu yang memiliki ketiga metode maupun objek penelitian yang memiliki kemiripan dengan apa yang diteliti oleh peneliti saat ini. Adapaun tiga penelitian terdahulu yang dimaksud adalah sebagai berikut. Penelitian yang pertama ialah penelitian yang dilakukan oleh Gotina Dera Anggriyani dengan judul “Strategi Personal Branding Melalui Blog”. Penelitian yang mengangkat strategi personal branding Margareta Astaman melalui blog “Have a Sip of Margareta” ini, peneliti bertujuan untuk mengethaui bagaimana strategi personal branding yang dilakukan oleh Margareta Astaman melalui blognya serta latar belakang oleh adanya ketertarikan akan perubahan dimana proses personal branding tidak lagi ditujukan untuk produk maupun korporasi, tetapi juga untuk personal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori pemenuhan kebutuhan, self disclosure, serta personal branding. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Margareta http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 Astaman telah melalui beberapa proses dalam strategi personal branding melalui blog, yaitu selalu menekankan “what for readers”, memperhatikan konsistensi isi blog dengan citra yang ingin dibentuk, melakukan update terhadap blog dengan rutin, mengutamakan gaya penulisan yang menarik dan mudah dimengerti, memanfaatkan fasilitas internet selain blog untuk berkomunikasi dengan pembaca serta berusaha menemukan dan menjalin komunikasi dengan team leader dan menjaring komunitas online dan offline. Menurut peneliti, penelitian ini hampir mirip dengan apa yang diteliti oleh peneliti, memakai media sosial yang sama yaitu blog, namun pembahasan terlalu meluas dan menggunakan teori personal branding kontemporer yang dikemukakan oleh Montoya. Penelitian kedua ialah milik Anindita dengan judul “Strategi Personal Branding Dalam Media Sosial Twitter Studi Kasus Selebtwit”. Penelitian ini termasuk penelitian yang jarang sekali dibahas oleh peneliti lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi personal branding yang dilakukan oleh para selebtwit di media sosial Twitter. Selebtwit yang dimaksud disini adalah Selebriti Twitter. Selebriti Twitter bukanlah artis yang memang sudah terkenal dan memiliki akun di Twitter, namun merupakan orang-orang dari kalangan nonartis dengan profesi yang setiap kicauannya dinilai menarik oleh para pengikutnya. Disini peneliti membahas tentang cara para selebtwit menggunakan popularitas yang dimiliki untuk tujuan yang berbeda-beda, seperti bentuk kegiatan sosio-politik sampai untuk kegiatan pemasaran atau brand-endorsement. Para selebtwit itu berjumlah tiga orang, yaitu Marischka Prudence, Ariev Rahman dan Wendy Ghani. Ketiga informan didalam penelitian ini memilki personal branding 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 yang berbeda-beda. Menurut peneliti, penelitian ini sangat bagus dan detail. Dalam artian, penulis membahas secara lengkap dan runut dalam melakukan wawancara mendalam dan menggunakan teori personal branding kontemporer yang dicetuskan oleh Montoya. Penelitian ketiga hampir sama dengan penelitian kedua, yaitu personal branding mengenai selebtwit dengan judul “Pencitraan Diri Selebtwit”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pencitraan diri yang dilakukan oleh selebtwit sedangkan metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian yang dibuat oleh Widyanti Nurul Maulina ini menunjukkan hasil penelitiannya bahwa selebtwit melakukan pencitraan diri di Twitter untuk memupuk kesan tertentu agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Penelitian ini dibedah dengan menggunakan teori dramaturgi dari Erving Goffman. Penelitian ini tidak relevan dengan topik dari penelitian ini, akan tetapi peneliti menilai bahwa penelitian ini menjadi referensi tersendiri sehingga peneliti mengetahui bahwa pencitraan diri dapat menggunakan berbagai macam teori dan pendekatan. 2.1.2 Kajian Teroritis 2.1.2.1 Komunikasi Pemasaran Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu, atau antara organisasi dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan di mana perusahaan dan organisasi lainnya menstransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Maka 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 jika digabungkan, komunikasi pemasaran yaitu merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran atau marketing mix yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya1. Pemasaran adalah suatu kegiatan yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Menurut Philip Kotler2: “Marketing is a social and managerial process and by which individuals and group obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging product and service of value with other”. “Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.” Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi pemasaran adalah suatu bentuk pendekatan pemasaran baru yang dilakukan oleh pihak perusahaan kepada pelanggan dalam upaya membujuk dan mengingatkan konsumen mengenai produk dan merek yang merka jual guna mengembangkan hubungan perusahaan dengan konsumen sehingga dapat memelihara loyalitas konsumen. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika atau AMA (The American Marketing Association) pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepso, harga, promosi dan distribusi ide barang dan jasa untuk menciptakan 1 Terence AShimp, Advertising, Promotion, and Other Aspect of integrated Marketing Communication. Thomson Southwestern (7th ed). 2001 hal 4 2 Philip Kotler dan A.B Susanto. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Jakarta : Salemba Empat, hal 9 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 pertukaran yang memuaskan individu serta tujuan organisasi.3 Sedangkan Kotler mengemukakan pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai satu sama lain. Sedangkan menurut Meldrum, pemasaran adakah proses bisnis yang berusaha menyelaraskan antara sumber daya manusia, finansial dan fisik organisasi dengan kebutuhan dan keinginan para pelanggannya dalam konteks strategi kompetitif organisasi.4 2.1.2.2 Komunikasi Pemasaran Terintegrasi Istilah komunikasi pemasaran terintegrasi (Integrated Marketing Communications) merupakan pengembangan dari istilah promosi. Kata ‘promosi’ berkonotasi arus informasi satu arah, sedangkan komunikasi pemasaran lebih menekankan interaksi dua arah. Konsekuensinya, promosi dipersepsikan sebagai bentuk komunikasi yang bersifat massal, sedangkan komunikasi pemasaran terintegrasi lebih bersifat personal atau individual. Selain itu, istilah ‘terintegrasi’ menunjukkan keselarasan atau keterpaduan dalam hal tujuan, fokus, dan arah strategik antar elemen bauran promosi (periklanan, promosi penjualan, personal selling, public relations, dan direct & online marketing) dan unsur bauran pemasaran (produk, distribusi, harga dan komunikasi pemasaran). Dengan kata lain, komunikasi pemasaran terintegrasi menekankan dialog terorganisasi dengan audiens internal dan eksternal yang sifatnya lebih personalized, customeroriented, dan technology-driven.5 Morissan, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, 2010, hlm. 2-3 Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra, Dadi Adriana, Pemasaran Strategik, 2008, hlm. 3 5 Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra, Dadi Adriana, Pemasaran Strategik, 2008, hlm. 507-508 3 4 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 Pemasaran memfasilitasi proses pertukaran dan pengembangan hubungan dengan konsumen dengan cara mengamati secara cermat kebutuhan dan keinginan konsumen yang dilanjutkan dengan mengembangkan suatu produk (product) yang memuaskan kebutuhan konsumen dan menawarkan produk tersebut pada harga (price) tertentu serta mendistribusikannya agar tersedia di tempat-tempat (place) yang menjadi pasar bagi produk bersangkutan. Untuk itu perlu dilaksanakan suatu program promosi (promotion) atau komunikasi guna menciptakan kesadaran dan ketertarikan konsumen kepada produk bersangkutan. Proses ini disebut dengan marketing mix atau bauran pemasaran yang terdiri atas elemen-elemen, yaitu product, price, place (distribution) dan promotion, yang disingkat dengan ‘empat P’.6 Pengelola pemasaran hingga kini masih ada yang beranggapan bahwa kegiatan promosi yang paling efektif adalah beriklan melalui media massa. Saat ini banyak perusahaan mulai menyadari perlunya upaya mengintegrasikan berbagai kegiatan komunikasi pemasaran yang selama ini dilakukan secara terpisah-pisah. Kegiatan komunikasi pemasaran itu mencakup : 1) memasang iklan (beriklan) di media massa (media advertising); 2) pemasang langsung (direct marketing); 3) promosi penjualan (sales promotion); 4) penjualan personal (personal selling); 5) pemasaran interaktif; dan 6) hubungan masyarakat (public relations) untuk mecapai komunikasi pemasaran yang lebih efektif.7 Ibid, hlm. 5 Ibid, hlm. 6-7 6 7 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Menurut Kotler8, merupakan penggabungan dari lima model komunikasi dalam pemasaran, yaitu : a. Iklan : Setiap bentuk presentasi yang bukan dilakukan orang dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor yang telah ditentukan b. Promosi Penjualan : Berbagai jenis insentif jangka pendek untuk mendorong orang mencoba atau membeli produk atau jasa. c. Hubungan masyarakat dan pemberitaan : Berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya d. Penjualan pribadi : Interaksi tatap muka dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan maksud untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan memperoleh pemesanan. e. Pemasaran langsung dan interaktif : Penggunaan surat, telepon , faksimili,email, atau internet untuk berkomunikasi langsung atau meminta tanggapan atau berdialog dengan pelanggan tertentu dan calon pelanggan. Bauran komunikasi pemasaran ini selalu dikaitkan dengan penyampaian sejumlah pesan dan penggunaan visual yang tepat sebagai syarat utama keberhasilan dari sebuah program promosi. Tahapan-tahapan komunikasi dan strategi pesan disusun berdasarkan pencapaian kesadaran atas keberadaan sebuah produk atau jasa (awareness), menumbuhkan sebuah keinginan untuk memiliki atau mendapatkan produk (interest), sampai dengan mempertahankan loyalitas 8 Philip Kotler. (2005). Manajemen Pemasaran. (Alih bahasa Benyamin Molan). Jilid 1. Jakarta: PT. INDEKS. (Buku asli diterbitkan tahun 2003), hal 249 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 pelanggan. Dalam kajian komunikasi tahapan tersebut dikenal dengan rumusan AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, and Action ). Menurut Nickles (dalam Purba,dkk)9 komunikasi pemasaran merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual yang sangat membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran, serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik. Definisi ini menyatakan bahwa komunikasi pemasaran merupakan pertukaran informasi dua arah antara pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat akan mendengarkan, beraksi dan berbicara sehingga tercipta hubungan pertukaran yang memuaskan. 2.1.2.3 Branding Branding adalah kumpulan kegiatan komunikasi yang dilakukan perusahaan dalam rangka proses membangun dan membesarkan brand. Amalia E. Maulana. Branding bukan hanya tentang memenangkan hati target pasar supaya memilih brand tertentu, tapi lebih penting lagi supaya pelanggan bisa melihat brand tersebut sebagai satu-satunya yang terbaik yang mampu memberikan solusi untuk mereka. Al Ries dan Laura Ries mengatakan, brand is not just a name, nor is it not just a logo or a symbol. A brand is the umbrella and a set of value of positioning. 9 Amir Purba dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa Press. 2006 hal 126 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Branding merupakan hal yang sangat mendasar bagi sebuah kegiatan pemasaran sebuah produk. Branding melekat dengan citra sebuah organisasi, dan biasanya akan menyangkut pada produk-produk dari organisasi yang sama. Brand pada produk dapat bersangkut paut pada banyak faktor, mulai dari kemasan produk, logo yang digunakan, nama dari produk sampai dengan model yang digunakan dalam pengiklanan. Kesemua hal tersebut dapat berpengaruh pada brand yang ada pada produk dan mempengaruhi tingkat penjualan di pasar. Branding sangat berpengaruh pada penjualan produk di pasar, serta sangat berperan penting pada kekuatannya bersaing di pasar. Oleh karena itu, sangat penting bagi organisasi untuk melakukan riset terlebih dahulu pada branding ini, mengenalkan nama produk bahkan memperkuat citra brand di pasaran. Hal ini dimaksudkan agar brand produk yang dipasarkan benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat serta target pasar yang dituju. Strategi branding menurut Schultz dan Barnes adalah dapat diartikan manajemen suatu merek dimana terdapat terdapat sebagai kegiatan yang mengatur semua elemen-elemen yang bertujuan untuk membentuk suatu brand. Menurut Gelder “The brand strategy defines what the brand is supposed to achieve in terms of consumer attitudes and behaviors”. Strategi branding adalah apa yang hendak diraih baik dari segi sikap dan perilaku konsumen. Strategi branding adalah suatu strategi yang digunakan untuk mengatur elemen yang berkaitan dengan branding dengan tujuan untuk mendapatkan suatu perilaku dan sikap dari konsumen. Menurut Gelder terdapat beberapa bagian dari brand strategy yaitu brand postioning, brand identity dan brand personality. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 A. Brand Positioning Menurut Gelder, Brand positioning adalah “as a way of demonstrating a brand's advantage over and differentiation from its its competition”. Dalam hal ini yang dimaksud dengan brand positioning adalah menunjukkan kelebihan dari suatu merek dan sesuatu yang membedakannya dari produk serupa. B. Brand Identity Menurut Gelder, “Brand identity as a set of aspects that convey what a brand stands for: its background, its principles, its purpose and ambitions”. Pada definisi lainnya, Crainer dan Darlove mendeskripsikan bahwa brand identity “is a concept that has recently been brought to the forefront of the brands theory”. Brand identity merupakan sebuah konsep yang pada saat ini dikedepankan dalam teori mengenai brand. C. Brand Personality Pengertian brand personality menurut Gelder, “Brand personality is developed to enhance the appeal of a brand to the consumers”, yang berarti brand personality dibentuk untuk meningkatkan daya tarik sebuah brand kepada konsumen. Sedangkan Crainer dan Darlove mengemukakan bahwa “brand personality is a brand acquires a character through communication about the brand and experience of the brand and those persons identified with the brand”. Brand personality adalah suatu karakter yang didapat dari penyampaian mengenai suatu brand, pengalaman akan suatu brand dan dari orang yang memperkenalkan brand itu sendiri. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 2.1.2.4 Personal Branding Ada berbagai macam pengertian mengenai personal brand. Erwin Parengkuan dan Becky Tumewu mendefinisikan personal brand sebagai suatu kesan yang berkaitan dengan nilai, keahlian perilaku maupun prestasi yang dibangun oleh seseorang baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dengan tujuan untuk menampilkan citranya. Personal brand dapat dijadikan sebagai suatu identitas yang digunakan orang lain dalam mengingat seseorang. Montoya dan Vandehey dalam bukunya “The Brand Called You” mengungkapkan bahwa personal brand dapat muncul dari berbagai aspek baik nilai, kepribadian, keahlian maupun keunikan-keunikan lain yang dimiliki. Oleh sebab itu, personal brand dapat dianggap sebagai salah satu wujud komitmen seseorang kepada khalayak umum. Dari komitmen tersebutlah harapan-harapan orang lain mengenai seseorang secara spontan muncul menjadi sesuatu yang harus terwujud dan sesuai dengan realita. Semakin seseorang tersebut dapat menampilkan cita diri sesuai dengan persepsi orang lain, semakin besar pula kepercayaan yang diberikan orang lain terhadapnya.10 Di dalam personal brand terdapat komponen-komponen yang dapat dilihat dari diri seseorang. a. Komponen Personal Brand Berdasarkan sifatnya komponen-komponen personal brand terbagi menjadi dua bagian, yakni :11 1. Komponen utama, 10 11 Erwin Parengkuan, Becky Tumewu, Personal Brand-Inc, 2014, Hlm. 18 Ibid, hlm. 26 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 2. Komponen tambahan. Komponen utama merupakan rangkaian komponen yang paling diperlukan dalam membangun personal brand. Adapun komponen tambahan yang merupakan komponen pelengkap yang dapat memperkuat seseorang dalam membangun personal brand-nya. Selain itu, ada komponen paling penting yang memiliki kontribusi besar dalam proses pembangunan personal brand yang saling berkesinambungan dengan komponen utama maupun komponen tambahan, yakni :12 1. Prestasi (Achivement) 2. Kekuatan (Strength) 3. Tujuan (Goal) Berikut ini adalah komponen-komponen yang dapat dijadikan sebagai bahan personal brand seseorang, diantaranya :13 Komponen Komponen Utama Tambahan Value Total Look Skill Uniqueness Behaviour Authentic Achivement Strength Goal 12 13 Ibid, hlm. 27 Ibid, hlm. 28 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Tabel 1 1. Nilai (Value). Value berkaitan dengan nilai, keyakinan, kesukaan, passion yang dimiliki. Dalam buku “Authentic Personal Branding”, Rampersad mengungkapkan :14 “Nilai-nilai anda adalah prinsip-prinsip yang diapaki dalam hidup, yang mempengaruhi cara berpikir, merasakan, berperilaku dan mengambil keputusan. Nilainilai anda adalah keyakinan yang membuat anda bersedia berupaya mencapai tujuan merek dan hidup anda. Nilainilai anda adalah sesuatu yang penting bagi anda, yang dipegang sebagai suatu kebenaran dan dihormati oleh anda” Mengacu pada penjelasan mengenai nilai tersebut, personal brand yang dibangun dari nilai pribadi akan lebih bertahan dan mudah untuk dijalani. Nilai sebagai suatu yang tumbuh dan mengakar dalam diri seseorang dapat membentuk dan berperan besar dalam setiap keputusan/perilaku yang dikerjakannya. Ketika seseorang berperan teguh pada nilai yang dimilikinya maka apapun yang dimilikinya adalah sesuai dengan dirinya. Dengan begitu, mencintai apa yang dilakukannya bukan menjadi sesuatu yang sulit. 2. Kekuatan dan ketrampilan (Skill and Competence) Kemampuan/keterampilan yang dimiliki dapat digunakan untuk melakukan, mengerjakan atau menghasilkan sesuatu. Semakin cekatan dan terampil dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu, maka akan semakin kuat pula personal brand yang dimilikinya. 14 Ibid, hlm. 29 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Tidak hanya berhenti pada seberapa terampil seseorang, namun dibutuhkan pula kemampuan dalam mengkomunikasikan keterampilan yang dimiliki kepada orang lain secara efektif. Komunikasi efektif tersebut diperlukan agar keterampilan yang dimiliki dapat tersampaikan dan diketahui oleh orang lain secara jelas. Dengan demikian, orang lain akan mudah memahami keahlian yang dimiliki.15 3. Perilaku (Behaviour) Dalam membangun personal brand, seseorang harus melakukan berbagai upaya untuk mendukung terbentuknya personal brand. Upaya-upaya tersebut harus sejalan dengan personal branding yang ingin dibangun dan berjalan secara konsisten. Rampersad dalam buku Authentic Personal Branding menyatakan :16 “Terdapat perbedaan mengenai bagaimana anda memandang diri sendiri dan bagaimana orang lain memandang anda. Kita menilai diri sendiri berdasarkan pola perilaku yang tidak tampak, sementara orang lain menilai diri kita berdasarkan perilaku dan tindakan nyata kita yang tampak. Penilaian orang lain adalah persepsi mengenai anda yang ada dalam pikiran mereka. Oleh karena itu, semakin menonjol tindakan anda, maka semakin menonjol personal brand anda” 4. Penampilan (Total Look) Total look berkaitan dengan penampilan fisik seperti fashion, aksesoris, tata rambut dan lain-lain. Penampilan dapat mempengaruhi kesuksesan personal branding seseorang. 15 16 Ibid, hlm. 31-32 Ibid, hlm. 34-35 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Ketika seorang eksekutif muda ingin dipandang menjadi seseorang yang profesional, bijaksana dan pintar, maka penampilan harus disesuaikan dengan image yang ingin dibangun di masyarakat.17 5. Keunikan (Uniqueness) Ciri khas/keunikan yang dimiliki dapat menjadi komponen personal brand yang ingin kita bangun. Keunikan dapat menjadi pembeda seseorang jika dibandingkan dengan yang lainnya. Jika keunikan yang dimiliki dapat ditonjolkan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin maka personal brand yang dimiliki pun akan semakin diperhitungkan oleh prang lain. Orang lain akan semakin mudah dalam memahami dan mengingat seseorang dari sekian banyak orang yang memiliki keahlian sama melalui keunikannya.18 6. Prestasi (Achivement) Prestasi merupakan penghargaan dan pengakuan dari orang lain yang diterima sebagai hasil/pencapaian dari usaha yang dilakukan. Prestasi menjadi salah satu komponen personal brand yang diraih dengan berbagai proses sebagai bukti dan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan dalam pembagunan personal branding. Prestasi dapat menjadi nilai tambah bagi kredibilitas dan profesionalisme seseorang.19 7. Kekuatan (Strength) Kekuatan (strength) merupakan kelebihan yang dimiliki sebagai sesuatu yang membedakan dirinya dengan orang lain. Seseorang harus mengetahui keunggulan Ibid, hlm. 36 Ibid, hlm. 40 19 Ibid, hlm. 42 17 18 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 yang dimilikinya dibandingkan dengan orang lain khususnya dengan bidang yang sama sehingga dapat terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan yang lainnya.20 8. Otentik (Authentic) Otentik mengarah pada personal brand yang dibangun berdasarkan cerminan karakter asli, nilai-nilai, kekuatan, keunikan dan keunggulan diri.21 Seseorang harus dapat mengerti dan memahami dirinya sehingga pembangunan personal brand berlangsung lebih mudah dan mencermikan dirinya yang sebenarnya. Semakin seseorang memahami dirinya, semakin mudah pula dalam mengidentifikasi apa yang dinginkan, apa yang disukai, apa yang perlu dilakukan serta apa yang harus dikerjakan. Apa yang diinginkan, apa yang disukai, apa yang perlu dilakukan serta apa yang harus dikerjakan. Hal ini sangat diperlukan dalam personal brand karena apa yang dibangun dan ditampilkan benar-benar sesuai dengan dirinya serta dilakukan dengan perasaan senang dan sepenuh hati. 22 9. Tujuan (Goal) Tujuan memperkuat seseorang dalam mencapai yang dicita-citakan. Keberadaan tujuan membuat seseorang memiliki arah kemana, bagaimana dan apa yang harus dilakukan demi terwujudnya tujuan yang telah ditetapkan. Rangkuti mengungkapkan bahwa tujuan dapat memberikan motivasi, konsentrasi, ketekunan, keinginan dan perjuangan. Seseorang yang menetapkan tujuannya dengan jelas akan memfokuskan dirinya pada pencapaian target-target yang telah dibuat. Target-target tersebut ada sebagai titik-titik penghubung Ibid, hlm. 45 Rampesad dalam Personal Brand-Inc, hlm. 47 22 Ibid, hlm. 47 20 21 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 menuju tercapainya tujuan. Dengan waktu yang ditetapkan untuk setiap target, seseorang akan lebih gigih dan memanfaatkan waktunya dengan lebih optimal.23 Tidak hanya komponen utama, personal brand mempunya dua jenis kriteria. Personal brand dapat dibedakan menjadi dua, yakni : 24 A. Natural personal brand. Merupakan personal brand yang terbentuk secara tidak sengaja. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang sudah memili nilai dan prinsip yang kuat dalam dirinya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga saat ia dihadapkan pada berbagai situasi khususnya dalam menjalani karir-ia sudah mengetahui dan memahami apa yang dibutuhkan, diinginkan serta disukai. B. Created personal brand. Merupakan personal brand yang dibentuk dengan sengaja sesuai dengan apa yang diinginkan. Seseorang dapat membentuk personal brand sesuai dengan keinginannya melalui berbagai upaya yang dilakukan secara berkelanjutan. Created personal brand dapat bertahan jika berdasarkan pada komponenkomponen personal brand yang telah dijelaskan sebelumnya. Ketika seseorang membentuk personal brand secara otentik maka pembentukan tersebut akan berjalan dengan lebih mudah dan bertahan lebih lama. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai upaya yang dilakukan masih berada pada garis kesukaan dan sesuai dengan diri. Dengan demikian, proses pembentukannya dijalani tanpa ada rasa terpaksa dan bukan sesuatu yang dibuatbuat demi menimbulkan kesan positif pada pandangan orang lain. Berbeda dengan 23 24 Ibid, hlm. 50 Ibid, hlm. 60 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 created personal brand yang tidak otentik tidak sesuai dengan nilai, keyakinan, kekuatan dan keunggulan diri, berbagai upaya yang dilakukan belum tentu menjadi sesuatu yang disukai dan sesuai dnegan dirinya. Apapun yang dilakukan bukanlah sebagai gambaran atau cerminan dirinya melainkan gambaran atau cerminan bayangan orang lain yang ingin ditampilkannya.25 Kedua macam personal brand tersebut, baik natural personal brand maupun created personal brand berperan dalam keberhasilan dan keberlangsungan karir yang dimiliki. Akan tetapi, dalam hal created personal brand, seseorang akan lebih baik jika membangunnya secara otentik yakni berdasarkan pada nilai, keyakinan, keunggulan serta kemampuan dirinya sehingga apa yang telah diupayakan dapat bertahan lama karena sesuai dengan cerminan dirinya.26 B. Fungsi dan Tujuan Personal Brand Keberadaan personal brand tentunya memiliki fungsi dan tujuan tertentu, diantaranya : a) Memperkenalkan diri dan mempertajam citra diri seseorang. Citra diri merupakan sesuatu yang nampak dan terlihat dari diri seseorang yang dapat membentuk persepsi orang lain terhadapnya. Ketika seseorang memiliki personal brand yang kuat, orang lain akan dengan mudah mengetahui dan memahami citra dirinya termasuk kelebihan apa yang dimiliki, kepribadian seperti apa yang dimiliki dan sebagainya. Citra diri positif sangat diperlukan seseorang dalam menjalani karirnya. Hal ini berkaitan dengan kecocokan, kesesuaian serta 25 26 Ibid, hlm. 61 Ibid, hlm. 62 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 kemauan orang lain untuk melakukan kerjasama atau aktivitas lain yang menunjang kemajuan karirnya.27 b) Memudahkan orang lain untuk mengingat siapa kita. Dengan memiliki personal brand, seseorang akan dengan mudah diketahui keunikan yang dimilikinya khususnya mengenai style, skill ataupun aspek lain yang menjadi ikon/ciri khas yang dimiliki. Keunikan membuat seseorang menonjol dibandingkan dengan yang lainnya. Oleh sebab itu. Orang lain akan mudah mengingatnya. Hal ini menjadi sangat penting karena dapat menentukan posisi seseorang di pikiran orang lain. Semakin unik seseorang, maka akan semakin tinggi pula posisinya. Hal ini menentukan peluang seseorang untuk menerima kesempatan-kesempatan yang ada terkait dengan karir pekerjaan.28 c) Memudahkan dalam menentukan pilihan Dalam hal ini, personal brand dapat mempermudah seseorang mengetahui pekerjaan yang tepat dan lebih cocok untuk diambil/dilakukannya. Ketika seseorang memiliki personal brand, maka ia telah memahami dirinya. Dengan demikian, ketika dihadapkan pada berbagai pilihan dan kesempatan, seseorang yang memiliki personal brand akan dengan mudah menentukan dan mengambil keputusan. Pilihan ditetapkan sebagai hasil dari keinginan, kesukaan dan keahlian yang dimilikinya sehingga pekerjaaan yang dimilikinya memiliki keterikatan satu dengan yang lainnya.29 d) Berkarir secara fokus Ibid, hlm. 64-65 Ibid, hlm. 65 29 Ibid, hlm. 66 27 28 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Seseorang yang memiliki personal brand akan menjalani karirnya dengan fokus. Dengan adanya personal brand, seseorang mengetahui tujuan dengan target-target yang ingin dicapainya. Oleh sebab itu, pekerjaan yang dilakukan pun akan lebih fokus pada upaya-upaya pencapaian tujuan.30 2.1.2.5 Media Baru Dalam buku yang diluncurkan Mark Poster pada tahun 1990, “The Second Media Age” yang menandai periode baru dimana teknologi media interaktif dan komunikasi media jaringan, khususnya dunia maya akan mengubah masyarakat.31 Hal ini juga didukung oleh pandangan yang paling terkemuka dari Pierre Levy yang menulis buku yang terkenal berjudul Cyberculture. Levy memandang World Wide Web sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel, dan dinamis, yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat. Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang memperluas dunia sosial, menciptakan peluang pengetahuan baru, dan menyediakan tempat untuk berbagi pandangan secara luas. Fungsi komunikasi massa, pada umumnya dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu: pertama, adalah fungsi yang sifatnya berlaku di mana-mana (universal). Kedua, fungsi yang ditentukan oleh sistem politik dan sistem budaya di mana komunikasi massa itu berada. menurut Muis (2001:6-7), seringkali 30 31 Ibid, hlm. 67 Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi Edisi 9. (Jakarta: Salemba Humanika), hlm: 413 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 fungsi-fungsi media massa memiliki arti istilah yang sama, tetapi tidak memiliki konsep yang sama. hal ini disebabkan perbedaan sistem politik atau nilai budaya suatu bangsa atau negara. Dengan demikian, kategorisasi fungsi media massa pada dasarnya sejalan dengan pembagian sistem media massa di dunia ini. Kategori atau cara membagi sistem media massa paling sedikit ada lima macam, yaitu: A. Sistem yang tunduk pada kekuasaan politik dan yang tidak tunduk pada kekuasaan politik, tetapi kebebasannya dibatasi oleh undang-undang yang dilaksanakan pengadilan. B. Sistem otoriter, sistem liberter, sistem yang bertanggung jawab sosial dan sistem komunis. C. Sistem yang tunduk kepada kekuasaan politik (sistem otoriter dan sistem komunis dengan latar belakang filsafat ideologi yang berbeda), yang tidak tunduk kepada kekuasaan politik (sistem liberter dan sistem yang bertanggung jawab sosial), dan sistem peralihan yang pada umumnya ditemukan di negara-negara yang sedang berkembang di Asia dan Pasifik. D. Sistem otoritr liberter, bertanggung jawab sosial dan Pancasila (sudut pandang Indonesia), dan sistem teokrasi (di negara-negara Islam). E. Sistem media pembangunan dan sistem partisipan demokratis di negara sedang berkembang (Muis, 2005: 7). Terlepas dari sistem mana yang berlaku pada suatu negara, kemajuan teknologi komunikasi tentu saja, seperti teknologi yang lain, memiliki dampak positif dan negatif. Jadi teknologi bisa dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan positif, 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 tapi juga dapat membawa implikasi negatif. Ada potensi perubahan sosial yang cukup mendasar, dalam skala makro, yang diharapkan bisa terjadi dalam masyarakat sebagai akibat dari kemajuan terknologi komunikasi. potensi perubahan dimaksud, sebagaimana dikatakan Marwah Daud Ibrahim (1995: 6869) antara lain: Pertama, diharapkan dengan kemajuan teknologi komunikasi orang kian kosmopolit, dalam artian kemungkinan bagi orang untuk kian terbuka dan menerima orang lain semakin besar. perbedaan-perbedaan sudah diterima sebagai suatu yang baik. hal ini memungkinkan terjadi karena saling silang komunikasi antar budaya kian tinggi intesitasnya. Kedua, dengan kemajuan teknologi komunikasi yang luar biasa pesatnya, diharapkan saling pengertian antar warga masyarakat yang berbeda kian meningkat. Ketiga, diharapkan juga dengan semakin canggihnya teknologi, solidaritas sosial makin meningkat. mereka yang berada di negara atau wilayah atau strata sosial yang lebih baik diharapkan lebih peduli pada mereka yang berada pada lapisan bawah. Keempat, dengan semakin canggihnya alat komunikasi, setiap oranh diharapkan lebih berkualitas. asumsi ini diajukan mengingat bahwa peralatan komunikasi bisa menjadi alat untuk mengonukiasikan pesan-pesan pendidikan, mengajarkan keterampilan, menyampaikan pesan-pesan keagamaan, mengajarkan cara hidup yang sehat, santun dan berbudi, religius dan sebagainya. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Tetapi, harapan-harapan di atas dapat berubah sebaliknya, justru menjadi negatif. Dalam skala mikro, beberapa kemungkinan sosial yang bisa muncul akibat kemajuan teknologi komunikasi bisa dicatat, antara lain: kian meningkatnya sikap hedonisme, konsumtivisme, materialisme, permivisme dan sadisme. Hal-hal ini sering dihubungkan dengan isi media massa yang kian menggambar sifat-sifat yang dinlai negatif tadi. Jika nilai yag diintroduksi oleh media sejalan dengan apa yang diharapkan pada institusi nilai yang lain, maka akan didapatkan hasil yang maksimal. Tapi, jika apa yang disampaikan oleh media malah bertentangan dengan apa yang didapatkan di rumah, sekolah, dan tempat ibadah, maka boleh jadi, terutama anakanak dan generasi muda, dilanda oleh kebingungan. Dan nilai yang pengaruhnya lebih kuat dan dominan akan mewarnai sikap dan perilaku sosial sosial mereka. Kenyataan ini membuat harapan dan tuntutan agar media bisa membawakan misi dan visi yang menunjang pengembangan nilai positif menjadi sangat mendesak. Membincang hubungan antara media dan masyarakat, Leo (198;13) mengajukan dua macam jalur utama yang dapat dikaji lebih lanjut yaitu: pertama, alur masyarakat ke media massa; dan kedua, alurdari media massa ke masyarakat. Alur pertama mewakili pandangan bahwa masyarakat mempengaruhi masyarakat, sedang alur kedua sebaliknya, media massa dipengaruhi oleh masyarakat. Jelasnya pada semua tingkat, dewasa ini, ada satu keyakinan bahwa media massa dapat dan melakukan pengaruh pada kehidupan umat manusia dengan cara yang penting. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 2.1.2.6 Computer Media Communication Computer-Mediated Communication (CMC) adalah berbagai jenis program aplikasi yang digunakan untuk melakukan komunikasi antar dua orang atau lebih yang dapat saling berinteraksi melalui komputer yang berbeda. Yang dimaksud disini bukanlah bagaimana dua mesin atau lebih dapat saling berinteraksi, namun bagaimana dua orang atau lebih dapat berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan alat bantu komputer melalui aplikasi yang ada pada komputer tersebut.32 Dalam memasuki era globalisasi, dimana CMC menjadi suatu gebrakan baru di dunia teknologi komunikasi, partisipan CMC harus mempunyai keahlian dalam menggunakan komputer, dan mengetahui tentang settingan aplikasi dari media yang kita gunakan, ambil contoh Instant Messenger seperti Yahoo Messenger. Dalam CMC, juga harus mengenal psikologi komunikan, sebagai contoh seseorang yang akan memulai usaha yang menggunakan media Internet seperti Kaskus, ia harus mengetahui bagaimana cara menggunakan fitur-fitur yang disediakan oleh Kaskus. Hal ini dianggap sangat penting, apabila usaha yang dijalaninya sanpai nelintasi budaya. Jika pengusaha tersebut tidak mengetahui, maka lawan bisnis menganggap ia kurang mempunyai kredibilitas yang baik. Hal ini akan merusak reputasinya sebagai seorang partisipan CMC. Computer-Mediated Communication (CMC) ialah suatu transaksi komunikasi yang terjadi melalui penggunaan dua atau lebih komputer jaringan. Istilah tersebut secara tradisional disebut komunikasi yang terjadi melalui- 32 Jurnal Fulk and Collins-Jarvis, 2001 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 dimediasi format computer, misalnya pesan instan, email, dan chat room. Format tersebut diterapkan pada bentuk-bentuk lain dari interaksi berbasis teks seperti pesan teks. Penelitian CMC berfokus pada dampak sosial yang berbeda yang didukung teknologi komunikasi-komputer. Penelitian CMC berfokus pada dampak sosial yang berbeda yang didukung teknologi komunikasi-komputer. Banyak studi yang melibatkan Internet berbasis jaringan sosial yang didukung oleh perangkat lunak sosial. Mediasi ini mengacu pada proses pertukaran pesan dimana pesan disampaikan melalui perantaraan media bentuk teknologi dari teknologi paling sederhana hingga teknologi canggih seperti Computer Internet. Dalam perkembangannya komunikasi melalui media komputer terjadi peleburan antara komunikasi Mediation (perantara) dan Immediate (lagsung). Rice menyatakan Computer-Mediated Communication (CMC) mempelajari bagaimana perilaku manusia dibentuk melalui pertukaran informasi menggunakan media komputer khususnya komputer Internet. Internet sebagai sebuah jaringan komputer yang memungkinkan adanya transfer data atau informasi melalui bentuk protocol transmisi menurut sistem pengamatan global. 2.1.2.7 Blog WeBlog atau yang dikenal dengan Blog saat ini sudah sangat mewabah dikarenakan kemudahan dalam membuatnya. Hingga saat ini tidak sedikit pengguna Internet yang memiliki sebuah atau lebih Blog pribadi yang tersebar dan terus di-update setiap harinya di seluruh penjuru dunia. Blog merupakan singkatan dari “web log” yaitu bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 web umum. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urutan terbalik (isi terbaru dahulu baru kemudian diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian. Situs web sepertin ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna Internet sesuai dengan topik dan tujuan dari pengguna Blog tersebut. Media Blog pertama kali dipopulerkan oleh Blogger.com, yang dimiliki oleh PyraLab sebelum akhirnya diakuisisi oleh Google pada akhir tahun 2002. Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat open source yang diperuntukkan kepada pengembang dan penulis Blog. Blog mempunyai fungsi yang sangat beragan, dari sekedar sebuah catatan harian, media publikasi dalam sebuah kampanye politik, sampai dengan programprogram media dan perusahaan-perusahaan. Sebagian Blog dipelihara oleh seorang penulis tunggal, sementara sebagian lainnya dikelola oleh beberapa penulis. Banyak juga weBlog yang memiliki fasilitas interaksi dengan para pengunjungnya, yang memperkenankan para pengunjungnya untuk meninggalkan berbagai komentar atas isi dari tulisan yang dipublikasikan, namun demikian ada juga yang sebaliknya. Komunitas Blogger (sebutan bagi para pemilik Blog) adalah sebuah ikatan yang terbentuk dari para Blogger yang ada berdasarkan kesamaan-kesamaan tertentu. Di Indonesia sendiri Blog sudah mulai marak dibuat seiring dengan banyaknya pengguna Internet di seluruh penjuru tanah air yang makin bertambah setiap harinya. Enda Nasution disebut sebagai bapak Blog Indonesia karena beliaulah 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 pengenal Blog pertama kali di Indonesia dan saat ini Blog yang dikelolanya lebih memiliki banyak sekali tulisan dan artikel yang menjadi inspirasi bagi banyak Blogger Indonesia untuk terus menulis dan mempublikasikan pikiran cerdas mereka ke dalam betuk Blog di dunia maya.33 33 Budi Kurniawan, Cari Duit Modal Dengkul Cara Blogger, 2009, hlm. 16-17 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/