Pengujian kontribusi pengaruh dari variabel bebas (X 1, X 2 ) terhadap variabel tidak bebas (Y), dapat dilihat dari koefisien determinasi berganda (R2) 0<R2<1. Hal ini menunjukkan jika R2 semakin dekat dengan 1, maka pengaruh variabel bebas (X 1 , X 2 ) terhadap variabel tidak bebas (Y) semakin kuat. Sebaliknya jika R2 semakin dekat pada 0 maka pengaruh variabel bebas (X 1 , X 2 ) terhadap variabel Y semakin lemah. BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu 1. Nainggolan (2007), “Pengaruh Tarif Hemat Simpati (Rp 300,-/menit) Terhadap Keputusan Pemakaian Kartu Simpati di SMA Negeri 5 Medan”. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai R2 sebesar 0,298. Ini berarti sebesar 29,8% keputusan menjadi pemakai kartu Simpati dipengaruhi oleh tarif hemat (Rp 300,-/menit), dan sisanya 70,2% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat pada persamaan model. 2. Siregar (2009), “Daya Dukung Tarif Hemat Dan Produk Simpati Pede Terhadap Keputusan Pemakaian Kartu Simpati Pada Siswa SMA Negeri 6 Medan”. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai R2 sebesar 0,499 , artinya variabel bebas yakni tarif hemat dan produk mampu menjelaskan 49,9% terhadap variabel terikat keputusan pemakaian Kartu Simpati pada siswa SMA Negeri 6 Medan, sedangkan 50,1 % lainnya dijelaskan oleh variabel lainnya. B. Pemasaran Pemasaran menurut Kotler (2001: 7) adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan,dan bertukar sesuatu yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran menurut Sunarto (2006: 4) adalah proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran menurut Miller dan Layton (dalam Tjiptono 2005: 2) adalah sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional. C. Pemasaran Jasa 1. Pengertian Jasa Menurut Kotler (dalam Khotijah 2004: 76), jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan proses atau aktivitas yang didalamnya selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa, meskipun bagi pihak-pihak terlibat tidak sadar melakukannya. Contohnya jasa pengobatan, jasa pengangkutan, jasa telekomunikasi, hiburan, dan berbagai macam jasa lainnya. 2. Karakteristik Jasa Sifat perusahaan yang menghasilkan jasa ialah bahwa jasa itu tidak dapat ditimbun seperti barang-barang lain sambil menunggu untuk dijual, hal ini disebabkan jasa memiliki karakteristik-karakteristik yang unik. Menurut Tjiptono (2005: 18), jasa memiliki karakteristik sebagai berikut: 2.1 Intangibility (Tidak Berwujud) Ketidakpastian bagi para pelanggan dalam pembelian jasa relatif tinggi karena keterbatasan search qualities yang tinggi. Experience quality adalah karakteristik-karakteristik yang hanya dapat dinilai pelanggan setelah pembelian, misalnya kualitas, efisiensi, dan kesopanan. Sedangkan credence quality merupakan aspek-aspek yang sulit dievaluasi, bahkan setelah pembelian dilakukan, misalnya sebagian besar orang sulit untuk peningkatan kemampuan berbahasa Inggris selama periode tertentu. Intangibility juga menimbulkan masalah bagi penyedia jasa. Kurangnya karakteristik fisik menyebabkan penyedia jasa sulit memajang dan mendiferensiasikan penawarannya. 2.2 Inseparability (Tidak Dapat Dihasilkan Secara Terpisah) Pada umumnya, barang diproduksi terlebih dahulu kemudian dijual dan dikonsumsi. Sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. Contohnya pemeriksaan medis. Dokter tidak dapat memproduksi jasanya tanpa kehadiran pasien. 2.3 Variability (Hasilnya Bervariasi Tergantung Siapa yang Memberikan Jasa) Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut diproduksi. Ini disebabkan jasa melibatkan unsur manusia biasanya tidak dapat diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya. 2.4 Perishability (Tidak Tahan Lama) Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan. 2.5 Lack of Ownership Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan, atau menjualnya. Dilain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas. 3. Aspek Sosial dan Aspek Fisik Pemasaran Jasa Pemasaran jasa dipengaruhi aspek sosial dan aspek fisik karena kedua aspek tersebut merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam setiap service marketing tersebut. Interaksi sosial yang terjadi dalam kegiatannya secara tidak langsung akan mempengaruhi setiap fasilitas yang ada serta lingkungan di mana setiap konsumen dan penjual yang saling berinteraksi akan berupaya meningkatkan service yang dilakukan. Aspek sosial merupakan aspek yang berhubungan secara langsung antara penjual dan pembeli yang dilihat dari segi penawarannya, atau dengan kata lain bagaimana si penjual berusaha untuk menarik perhatian konsumen. Aspek fisik merupakan aspek yang mendukung service menjadi menarik konsumen, misalnya gedung atau tempat jasa tersebut ditawarkan (Lupiyoadi. 2001:11). D. Bauran Pemasaran Menurut Tjiptono (2005: 30), bauran pemasaran adalah seperangkat alat yang digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi jangka panjang dan merancang program taktik jangka pendek. Unsur-unsur bauran pemasaran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Produk (product) Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Keputusan bauran produk yang dihadapi pemasar barang. Aspek pengembangan produk jasa baru juga memiliki keunikan khusus yang berbeda dengan barang, yakni jasa baru sukar diproteksi dengan paten. Selain itu, aspek kualitas dari produk jasa juga merupakan faktor yang berperan penting dalam menghasilkan suatu produk jasa. Penciptaan suatu produk jasa yang berbeda dari produk jasa pesaing merupakan faktor penting dalam konsep pemasaran. Salah satu konsep pemasaran jasa adalah fokus pada kemauan dan keinginan konsumen sehingga organisasi dapat membedakan produknya dari produk yang ditawarkan oleh para pesaing (Lamb, dkk, 2001: 8). 2. Harga (pricing) Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa (Lamb, dkk. 2001 :8). Harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis, seperti tingkatan harga, struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan. Menurut Tjiptono (2005: 181), penetapan harga maksimum akan dibatasi oleh permintaan pelanggan, khususnya daya beli. 3. Lokasi (place) Lokasi keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial. Suryana (2001: 105), menyatakan bahwa tempat yang menarik bagi konsumen adalah tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan efisien. 4. Promosi (promotion) Promosi meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan actual. Metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi, penjualan, direct marketing, personal selling, dan public relations. Meskipun secara garis besar bauran promosi untuk barang sama dengan jasa, promosi jasa seringkali membutuhkan penekanan tertentu pada upaya meningkatkan kenampakan jasa. Selain itu, dalam kasus pemasaran jasa, personel produksi juga menjadi bagian penting. 5. Orang (people) Orang merupakan unsur vital dalam bauran pemasaran. Dalam industri jasa, setiap organisasi harus secara jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan dalam interaksinya dengan pelanggan. 6. Bukti fisik (physical evidence) Bukti fisik digunakan untuk mengurangi tingkat resiko terhadap persepsi konsumen terhadap suatu jasa yang akan digunakan. Bukti fisik ini bisa dalam berbagai bentuk, misalnya brosur paket liburan yang memuat foto lokasi liburan dan tempat menginap; penampilan staf yang rapi dan sopan; dan lain sebagainya 7. Proses (process) Proses merupakan faktor penting bagi konsumen high-contact services. Faktor ini berperan sebagai co-producer jasa bersangkutan. 8. Layanan Pelanggan (costumer service) Layanan pelanggan dalam sektor jasa dapat diartikan sebagai kualitas total jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu tanggung jawab atas unsur bauran pemasaran tidak bisa diisolasi hanya pada departemen layanan pelanggan,tetapi menjadi perhatian dan tanggung jawab semua personel produksi, baik yang dikerjakan oleh organisasi maupun pemasok. E. Harga 1. Pengertian Harga (tarif) Harga merupakan salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Menurut Hasan (2009:298), bagi konsumen, harga merupakan segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen, untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan suatu produk. Bagi perusahaan, penetapan harga merupakan cara untuk membedakan penawarannya dari para pesaing. Harga memiliki banyak istilah; sewa ongkos,tarif, premi, honorarium, iuran,ongkos, gaji, komisi, upah dan lain sebagainya(Kotler&Amstrong 2001: 439). Menurut Ismaini (2002: 75), Harga (tarif) merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya merupakan unsur biaya saja. Disatu pihak,harga yang ditetapkan perusahaan pada hakekatnya merupakan tawaran kepada pembeli atau pasar. Dapat atau tidaknya pasar tersebut diterima, pembeli atau pasarlah yang menentukannya. Sebaliknya jika pasar menolak maka perusahaan harus meninjau kembali penetapan tarif, atau jika dirasa perlu, menarik kembali produknya dari peredaran. Menurut Kotler&Amstrong (2001:439) “Harga(tarif) adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan pelanggan atas manfaat-manfaat karena menggunakan produk atau jasa tersebut”. 2. Penetapan Harga Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penetapan harga yakni : a. Faktor-faktor yang terdiri dari : pertimbangan organisasi, sasaran pemasaran, biaya dan strategi bauran pemasaran. b. Faktor-faktor eksternal yang terdiri dari : situasi dan permintaan pasar, persaingan, harapan perantara dan faktor-faktor lingkungan seperti kondisi sosial ekonomi, budaya dan politik. Menurut Simamora (2003: 200) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penetapan harga adalah: 1) Analisa keadaan pasar, yakni memahami hubungan permintaan harga, karena perubahan harga dapat memberikan pengaruh besar pada permintaan. 2) Identifikasi faktor-faktor pembahas adalah faktor yang membatasi perusahaan dalam menetapkan harga. 3) Menetapkan sasaran yang menjadi umum adalah memperoleh keuntungan untuk harga harus lebih tinggi dan biaya rata operasional. 4) Analisis potensi keuntungan. Suatu usaha perlu mengetahui beberapa keuntungan yang ingin mereka peroleh. 5) Penentuan harga awal harus disepakati bahwa harga awal bagi produk baru yang pertama kali diluncurkan berdasarkan kesepakatan bersama. 6) Penetapan harga disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah oleh karena itu harga harus disesuaikan. 3. Kebijakan Tarif Menurut Alif (2002: 82), Adapun kebijakan tarif yang dibebankan kepada para pelanggan untuk menikmati jasa selular tersebut, sebagai berikut: a. Tarif Aktivasi, biaya-biaya yang dibebankan oleh Operator Selular kepada para pelanggan untuk mengaktifkan layanan jasa telepon dasar (termasuk layanan jelajah internasional) dan jasa multimedia. b. Besaran tarif aktivitasi dihitung berdasarkan formula : total biaya aktivasi dibagi dengan proyeksi jumlah pelanggan yang ditetapkan berdasarkan jasa historis atau rencana pengembangan jumlah pelanggan. c. Tarif berlangganan bulanan, biaya-biaya yang dibebankan oleh Operator Selular kepada para pelanggan untuk berlangganan layanan jasa selular setiap bulannya. Biaya-biaya tersebut terdiri dari : biaya billing operation, biaya customer care operation, dan biaya collection. d. Tarif Penggunaan, biaya-biaya yang dibebankan oleh Operator Selular kepada para pelanggan untuk setiap panggilan jasa telepon dasar, penggunaan layanan fasilitas jelajah dan penggunaan layanan jasa multimedia yang berhasil digunakan. 4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Harga(Tarif) Menurut Glueck dan Jauch (2000: 83), Faktor-faktor Internal yang mempengaruhi keputusan tarif : a. Tujuan Pemasaran Sebelum menetapkan tarif, perusahaan seharusnya menentukan strategi atas produk tersebut, jika perusahaan telah memilih pasar sasarannya dan memposisikannya dengan baik, maka strategi bauran pemasarannya, termasuk harga, akan berjalan dengan baik. b. Strategi Bauran Pemasaran Tarif adalah salah satu alat bauran pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya. Keputusan harga harus dihubungkan dengan keputusan rancangan produk, distribusi dan promosi untuk membentuk program pemasaran yang efektif. Kebutuhan yang dibuat untuk variabel- variabel bauran pemasaran lainnya. c. Biaya Biaya menjadi dasar penetapan tarif yang dapat ditetapkan perusahaan terhadap produknya. Perusahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutupi semua biaya untuk produksi, distribusi, dan penjualan produk, dan memberikan laba yang wajar bagi usaha dan resikonya. Biaya perusahaan mungkin merupakan elemen penting dalam strategi penetapan tarif. Banyak perusahaan berusaha untuk menjadi “produsen berbiaya rendah” dalam industrinya. Perusahaan dengan biaya rendah dapat menetapkan harga yang lebih rendah sehingga menghasilkan penjualan dan laba yang lebih besar. d. Pertimbangan Organsisasi Manajemen harus memutuskan siapa yang harus menetapkan tarif didalam organisasi tersebut. Perusahaan-perusahaan menangani penetapan tarif dengan berbagai cara. Dalam perusahaan kecil, harga sering kali ditetapkan oleh manajemen puncak dan bukan oleh departemen pemasaran ataupun penjualan. Dalam perusahaan besar, penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer-manajer divisi ataupun lini produk. Dalam pasar industri, wiraniaga mungkin diijinkan bernegosiasi dengan pelanggan dalam suatu rentang tarif tertentu. Faktor- faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan penetapan harga : 1) Pasar dan Permintaan Ketika biaya menjadi dasar penetapan batas bawah tarif, pasar dan permintaan menjadi dasar penetapan batas atasnya. Baik konsumen maupun pembeli industri menyamakan tarif suatu produk atau jasa dengan manfaat dari pemiliknya. Jadi, sebelum menetapkan harga, seorang pemasar harus memahami hubungan dan permintaan atas produknya. 2) Biaya, harga dan Penawaran pesaing Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi keputusan penetapan tarif adalah biaya dan harga pesaing serta kemungkinan reaksi pesaing atas tindakan penetapan harga yang dilakukan perusahaan. 3) Faktor Eksternal Lainnya Ketika menetapkan harga, perusahaan harus juga mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam lingkungan eksternalnya. Keadaan ekonomi dapat memberikan dampak yang besar terhadap strategi penetapan harga perusahaan. Faktor-faktor seperti booming atau resesi, inflasi dan tingkat bunga mempengaruhi keputusan penetapan tarif karena dapat mempengaruhi baik biaya produksi maupun persepsi konsumen terhadap harga dan nilai produk. F. Produk 1. Pengertian Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler 2001: 20). Menurut Tjiptono (2005: 31) : Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Berdasarkan defenisi-defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen kepada konsumen untuk dicari, dibeli, dan digunakan dalam memenuhi kebutuhannya. 2. Tingkatan Produk Produk juga memiliki tingkatan yang membedakan antara produk satu dengan produk yang lainnya. Hal ini harus diperlihatkan oleh para pemasar dalam memasarkan produknya. Menurut Kotler & Amstrong (2001: 348) tingkatan produk ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : a. Produk Inti (core product) Merupakan tingkatan paling dasar dan berisikan manfaat pemecahan masalah yang konsumen cari ketika membeli barang atau jasa tertentu. b. Produk Aktual (actual product) Merupakan tingkatan kedua setelah produk inti. Pemasar harus membangun produk aktualnya diberbagai posisi yang dekat dengan produk inti. Produk aktual minimal harus mempunyai lima sifat; tingkatan kualitas, fitur, disain, merek dan kemasan. c. Produk Tambahan (augmented product) Ini merupakan tingkatan produk terakhir yang menawarkan layanan dan manfaat tambahan bagi konsumen. 3. Klasifikasi Produk Menurut Kotler & Amstrong (2001: 349): berdasarkan konsumen yang menggunakannya, produk dan jasa dibagi menjadi dua kategori, yaitu produk konsumen, dan produk industri. a. Produk Konsumen Semua produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi secara pribadi. Para pemasar umumnya mengklasifikasikan produk lebih lanjut berdasarkan cara konsumen membelinya. Produk konsumen meliputi : 1. Produk sehari-hari (convenience product), yaitu barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen secara teratur, cepat, dan dengan perbandingan dengan produk lain yang minimal serta usaha untuk mendapatkan produk tersebut juga minimal. 2. Produk belanja (shopping product), yaitu barang yang frekuensi pembeliannya tidak sesering produk sehari-hari dan dalam pembeliannya konsumen melakukan perbandingan dengan produk lain berdasarkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya. 3. Produk khusus (specialty product), yaitu barang dan jasa konsumen yang mempunyai karakteristik dan identifikasi merek yang unik sehingga kelompok pembeli yang signifikan bersedia melakukan usaha pembelian yang khusus. 4. Produk yang tidak cari (unsought product), yaitu produk konsumen yang konsumen tidak mengetahui, ataupun mengetahuinya tetapi biasanya tidak terpikirkan untuk membeli produk tersebut. b. Produk Industri, merupakan produk yang dibeli dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut atau digunakan untuk menjalankan bisnis. Tiga kategori barang dan jasa industri adalah bahan baku dan suku cadang, barang modal, dan perlengkapan jasa. G. Perilaku Konsumen dan Proses Mengambil Keputusan 1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menurut The American Marketing Association dalam Setiadi (2003: 3) adalah interaksi dinamis antara afeksi, kognisi, perilaku dan lingkungan dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari defenisi tersebut, terdapat tiga ide penting dari perilaku konsumen, yaitu : (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut melibatkan interaksi afeksi dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar; (3) hal tersebut melibatkan pertukaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah: a. Faktor kebudayaan, merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga sosial lainnya b. Faktor sosial, yang terdiri dari lembaga kelompok referensi, yaitu seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang, ataupun peran dan status yaitu posisi seseorang dalam setiap kelompok c. Faktor pribadi, seperti umur dan tahapan dalam siklus hidup; pekerjaan; keadaan ekonomi; dan gaya hidup; serta kepribadian; dan konsep diri d. Faktor psikologis, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang lahir dari dalam diri manusia itu sendiri seperti motivasi; persepsi; proses belajar; serta kepercayaan; dan sikap. 2. Proses Pengambilan Keputusan Suatu keputusan melibatkan pilihan alternatif. Pemasar biasanya tertarik pada perilaku konsumen, terutama pilihan mereka. Semua aspek pengaruh dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen. Akan tetapi inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif dan memilih salah satu diantaranya: Mengenali Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Pasca Pembelian Gambar 2.1 : Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sumber : Setiadi (2003: 16) Secara rinci tahap-tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pengenalan masalah, yaitu konsumen menyadari akan adanya kebutuhan. Konsumen menyadari adanya perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diharapkan. b. Pencarian informasi, yaitu konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak lagi. Proses ini diperoleh dari bahan bacaan, bertanya pada teman ataupun melakukan kegiatan-kegiatan mencari lainnya. c. Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif yang diperoleh melalui pencarian informasi untuk mendapatkan alternatif terbaik yang digunakan untuk melakukan keputusan pembelian. d. Keputusan pembelian, yaitu melakukan keputusan untuk melakukan pembelian yang telah diperoleh dari evaluasi alternatif. e. Pasca pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah pembelian terhadap suatu produk atau jasa, maka konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan.