Konsumsi Fast Food dan fakto-faktor yang

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan teknologi di bidang informasi dan teknologi pangan
menyebabkan sebagian masyarakat, terutama di perkotaan mengalami perubahan
gaya hidup dalam pemilihan makanan yaitu cenderung menyukai makanan cepat
saji @sr food) yang kandungan gizinya tidak seimbang. Perubahan gaya hidup
dan pola konsumsi pangan dengan kandungan lemak, gula dan garam yang tinggi
tetapi miskin serat ini dapat mengakibatkan kegemukan dan obesitas. Seperti
yang dinyatakan Meilany (2001), salah satu jenis makanan yang diduga ikut
berperan dalam meningkatnya prevalensi obesitas adalah fast food. Fast food
dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dihidangkan dan dikonsumsi dalam
waktu seminimal mungkin atau dapat juga diartikan sebagai makanan yang dapat
dikonsumsi secara cepat. Pada umumnya komposisi fast food mengandung lebih
tinggi energi, garam dan lemak termasuk kolesterol, dan hanya sedikit
mengandung serat (Bowman et al. 2004). Saat ini fast food telah menjadi bagian
dari perilaku konsumsi sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah di
berbagai kota dan diperkirakan cenderung akan semakin meningkat.
Peningkatan daya beli masyarakat berdampak pada sikap orang tua yang
memanjakan anak-anaknya dalam pemberian makanan, khususnya makanan
berenergi tinggi. Pada umumnya fast food diberikan dalam jumlah besar dengan
frekuensi yang lebih sering sehingga berkontribusi pada terjadinya kegemukan
dan obesitas. Hal ini sesuai dengan pernyataan St-Onge et al. (2003), bahwa
asupan energi yang lebih besar pada anak-anak yang mengkonsumsi dalam
jumlah banyak fast food dan so3 drink yang tidak diimbangi dengan aktivitas
fisik dapat menyebabkan obesitas.
Kegemukan dan obesitas merupakan bentuk masalah gizi lebih, yang
tidak hanya mengganggu penampilan fisik seseorang tetapi juga dapat
mengganggu kesehatan bahkan dapat meningkatkan angka kematian. Kedua ha1
tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyakit degeneratif antara lain jantung
koroner, diabetes mellitus, hipertensi, kanker dan sebagainya.
Faktor utama penyebab kegemukan adalah keseimbangan energi positif,
yaitu pemasukan energi rnelalui konsuinsi pangan yang melebihi pengeluaran
energi untuk metabolisme basal dan aktivitas fisik. Seperti yang dinyatakan oleh
Almatsier (2002) bahwa keseimbangan energi yang positif terjadi apabila
pemasukan energi lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran energi. Selain
konsumsi pangan dan aktivitas fisik, terdapat faktor lain yang dapat menyebabkan
kegemukan yaitu faktor genetik, metabolisme, kerja enzim dan hormon, serta
pengaruh penggunaan obat-obatan (Punvati et al. 2005).
Meningkatnya
jumlah
penderita
kegemukan
disebabkan
oleh
meningkatnya keadaan ekonomi masyarakat. Akan tetapi gaya hidup dan pola
makan yang dijalankan tidak sesuai dengan kaidah hidup sehat. Sebelumnya
fenomena kegemukan dan obesitas lebih banyak terjadi pada orang dewasa, akan
tetapi saat ini kedua ha1 tersebut juga terjadi pada anak-anak dan remaja terutama
anak usia sekolah dasar. Dari hasil penelitian Sakamoto et al. (1999) diacu dalam
Prihatini dan Jahari (2007), pada murid SD umur 8-10 tahun di Bogor
menunjukkan 7.6% anak laki-laki dan 4.9% anak perempuan termasuk dalam
kategori gemuk. Kegemukan pada masa anak-anak adalah sebuah masalah
kesehatan masyarakat yang penting dan harus mendapat perhatian serius. Hal ini
disebabkan kegemukan pada masa anak-anak merupakan faktor resiko terjadinya
kegemukan pada masa dewasa, yang akan menirnbulkan penyakit degeneratif.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara
konsumsi fast food dengan kejadian obesitas. Pereira et al. (2003) menemukan
odd rasio menjadi obes periode lebih dari 15 tahun meningkat 86% di antara
remaja kulit putih (tidak termasuk kulit hitam) yang mengunjungi restoran fast
food lebih dari dua kali seminggu. Dibandingkan dengan mereka yang
mengunjungi restoran fast food hanya satu kali seminggu. Sementara di Indonesia
Padmiari
dan Hadi (2003)
melaporkan
bahwa
anak-anak yang biasa
mengkonsumsi empat jenis fast food atau lebih mempunyai resiko untuk
menderita obesitas 9,7 kali lebih tinggi dibandingkan anak yang mengkonsumsi
kurang dari empat jenis fast food. Di beberapa daerah penelitian-penelitian tentang
konsumsi fast food kaitannya dengan obesitas pada anak sekolah dasar
menunjukkan angka prevalensi yang cukup tinggi, seperti di Kota Yogyakarta
sekitar 9.5% (Ismail et al., 1999), Kota Denpasar 13.6% (Padmiari dan Hadi,
2003) dan di Jakarta sekitar 27.5% (Meilany, 2001).
Menurut Sanjur (1982) perilaku konsumsi pangan anak-anak dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu pengetahuan dan sikap terhadap makanan. Pe~nbentukan
dua faktor tersebut tergantung pada lingkungan sekolah serta lingkungan rumah
dan keluarga. Perilaku konsumsi pangan akan membentuk kebiasaan makan yang
dapat menyebabkan masalah gizi lebih. Selain makanan yang disiapkan di rumah,
kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan yang sudah sangat membodaya pada
sebagian besar masyarakat juga menjadi salah satu faktor penyebab kegemukan.
Sekolah Dasar Bina lnsani Bogor merupakan salah satu sekolah dasar
swasta favorit di Kotamadya Bogor. Biaya pendidikan di SD Bina lnsani pun
cukup tinggi, sehingga pada umumnya anak-anak yang bersekolah di sekolah
tersebut berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas. Keadaan ekonomi
yang memadai ini menyebabkan mereka terbiasa dengan gaya hidup dan pola
makan yang beragam. Lingkungan sekolah pun menunjang kebiasaan mereka
dengan menyajikan menu katering dan jajanan di kantin berupa produk fast food
serta makanan lain yang berenergi tinggi. Sekolah memegang peranan penting
dalam mencegah .kegemukan dengan mengajarkan dan memberi contoh
kebiasaan yang sehat dan berusaha melengkapinya di rumah (Story et al. 1999).
Miller (2004) menyatakan beberapa sekolah menyediakan fast food di kantin
yang dijadikan sebagai alternatif makan siang anak sekolah.
Banyaknya anak yang mengalami kegemukan secara klinis dan lokasi
sekolah yang dekat dengan pusat perbelanjaan dan restoran-restoran khususnya
restoran fast food. Selain itu adanya menu jajanan berupa fast food di kantin
sekolah serta pengaruh negatif yang muncul akibat mengkonsumsi fast food
secara berlebihan, membuat penulis tertarik untuk meneliti bagai~nanakonsumsi
fast food dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegemukan anak sekolah di
SD Bina Insani Bogor tersebut.
Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menjaivab pertanyaan seberapa seringkah
anak SD Bina lnsani Bogor mengkonsumsi jasr food dan faktor-faktor apa saja
yang berhubungan dengan kegemukan anak sekolah di SD Bina lnsani Bogor
serta berapakah prevalensi kegemukan tersebut.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari konsumsi fast
food dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kegemukan anak
sekolah di SD Bina Insani Bogor. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini
adalah
1. Mengetahui prevalensi kegemukan anak sekolah di SD Bina Insani Bogor.
2. Mempelajari frekuensi konsumsi fast food anak sekolah gemuk dan normal.
3. Mengetahui tingkat konsumsi energi anak sekolah gemuk dan normal.
4. Mempelajari aktivitas fisik pada hari sekolah dan hari libur anak sekolah
gemuk dan normal.
5. Menganalisis hubungan pendidikan ayah dan ibu, pengetahuan gizi ibu,
pendapatan keluarga, besar keluarga, sumber informasi dan tingkat kesukaan
dengan frekuensi konsumsi fast food anak sekolah di SD Bina Insani Bogor.
6. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kegemukan anak
sekolah di SD Bina Insani Bogor.
Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang konsumsi
fast fooddan prevalensi kegemukan anak sekolah di SD Bina lnsani Bogor.
2. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber informasi bagi orang tua dan pihak
sekolah di SD Bina Insani Bogor tentang kegemukan pada anak Sekolah
Dasar.
Download