BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tentang Peranan Pemahaman peranan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berasal dari kata peran. Peran memiliki makna, yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang di miliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Pengertian peranan yang dikemukakan oleh Soekanto (2006:243) adalah sebagai berikut : “Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya”. Sesuai dengan pendapat di atas, peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status seseorang. Seseorang akan dinyatakan melaksanakan peranan setelah menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Hak dan kewajiban tersebut juga menentukan tindakan-tindakan seseorang dalam melaksanakan peranan. Masyarakat akan memberikan tanggapan-tanggapan atas peranan yang dilakukan oleh seseorang. Menurut pendapat Soekanto peranan dapat mencakup 3 (tiga) hal, yaitu : 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan 11 12 rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Karena itulah ada yang disebut dengan role expectation. Harapan mengenai peran seseorang dalam posisinya, dapat dibedakan atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan orang yang menerima manfaat dari pekerjaan/posisi tersebut. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi utama yang dilakukan seseorang, tugas dan pola perilaku yang diharapkan dapat dilakukan oleh seseorang atau bagian akibat kedudukan atau status yang melekat padanya, dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan. 2.2 Pengertian Audit Internal Audit Internal yang modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang pemeriksaan finansial tetapi sudah meluas ke bidang lainnya seperti manajemen audit, audit lingkungan hidup, sosial audit dan lain-lain. Bahkan mulai tahun 2000 13 an kegiatan intemal audit sudah mencakup konsultasi yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan kegiatan operasi suatu organisasi. Menurut Tugiman (2006:11) pengertian audit internal adalah sebagai berikut: “Internal Auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.” Sedangkan menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:9) pengertian Audit Internal adalah sebagai berikut: “Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen obyektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi”. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah suatu aktivitas penilaian yang bersifat independen dan objektif sehingga dengan adanya independensi ini diharapkan auditor internal dapat memberikan laporan yang objektif kepada manajemen atas hasil temuan dan kesimpulan selama pemeriksaan. Pemeriksaan Internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan. 14 Karena yang melakukan internal audit adalah pegawai perusahaan sendiri (orang dalam perusahaan). Dapat dipastikan bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan usahanya, suatu perusahaan sangat memerlukan adanya intemal audit departemen yang efektif, terutama di perusahaan menengah dan besar termasuk BUMN. Auditor mengawali perencanaan audit dengan meletakan akhir audit di benaknya. 1 Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP yang tujuannya adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, maka tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. 2.2.1 Ruang Lingkup Audit Internal Ruang lingkup audit intern yaitu menilai keefektifan sistem pengendalian intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:20) mendefinisikan ruang lingkup fungsi audit internal sebagai berikut : “Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh” 1 William C. Boynton. 2003. Modern Auditing ed. 7 Jilid 1, Jakarta: Erlangga 15 Dengan demikian lingkup penugasan audit internal menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:20), yaitu : 1. Pengelolaan Risiko Fungsi audit internal harus dapat membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern. 2. Pengendalian Fungsi audit internal harus dapat membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi, dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian secara berkesinambungan. 3. Proses Governance Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut : a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam perusahaan; b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas; c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit unit yang tepat dalam perusahaan; d. Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dan mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal, dan eksternal serta manajemen. 16 2.3 Pengertian Satuan Pengawasan Internal ( SPI ) Auditor Internal dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dikenal dengan sebutan Satuan Pengawasan Internal (SPI). Ketentuan perundangundangan yang mendukunng eksistensi Satuan Pengawasan Internal BUMN sudah cukup memadai. Didalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 mengenai BUMN sebagaimana diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 45 Tahun 2005 perihal Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN, diatur mengenai eksistensi, tugas dan tanggung jawab serta pelaporan SPI. Satuan pengawas intern atau lebih dikenal SPI adalah satuan pengawas yang dibentuk untuk membantu terselenggaranya pengawasan terhadap pelaksanaan tugas unit kerja di lingkungan Perusahaan. SPI disini mengawasi seluruh kegiatan dan fungsi organisasi yang bertujuan untuk mengendalikan kegiatan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi, serta mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Anthony dan Govindarajan “pengawasan intern merupakan suatu proses dimana manajemen memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang dimaksudkan”. Untuk mengawasi itulah dibutuhkan SPI yang independen sebagai penengah dan pencegah apabila nantinya terdapat suatu kecurangan. Untuk mempertahankan independensi dari fungsi-fungsi bisnis lainnya, biasanya SPI melapor langsung pada direktur utama jika di lingkungan perusahaan. Pekerjaan SPI tidak dapat digunakan sebagai pengganti pekerjaan 17 auditor independen atau auditor eksternal seperti BPK. Namun demikian, pekerjaan SPI dapat menjadi pelengkap yang penting bagi auditor independen. Untuk menentukan pengaruh SPI bagi audit, auditor mempertimbangkan kompentensi dan objektivitas independen harus auditor internal serta mengevaluasi mutu pekerjaan SPI. 2.3.1 Fungsi Satuan Pengawasan Internal ( SPI ) Menurut Zarkasyi (2008), Satuan Pengawasan Intern (SPI) bertanggung jawab kepada Direktur dan seluruh unit kerja yang membawahi tugas pengawasan internal. Satuan pengawasan intern berfungsi dan bertugas membantu dalam memastikan pencapaian tujuan dan misi perusahaan dengan : 1. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan. 2. Memperbaiki efektifitas proses pengendalian risiko. 3. Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perusahaan dan perundang-undangan. 4. Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal. Jadi inti fungsi dari SPI ini terdiri dari melakukan penyusunan, pengawasan dan pemantauan terhadap satuan unit perusahaan yang nantinya hasilnya dapat ditinjau kembali guna menyusun laporan hasil pemeriksaan yang berisi tentang pemberian saran dan rekomendasi kepada Direktur. 2.3.2 Tugas dan Tanggung Jawab SPI Ketentuan perundang-undangan yang medukung eksistensi Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN sudah cukup memadai. Di dalam Undangundang 19/2003 mengenai BUMN sebagaimana diatur lebih lanjut dalam PP 18 45/2005 perihal Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN, diatur mengenai eksistensi, tugas dan tanggung jawab, serta pelaporan SPI sebagai berikut: 1. Pada setiap BUMN dibentuk SPI yang dipimpin seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama. 2. SPI bertugas: (a) membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan operasional dan keuangan BUMN, menilai pengendalian, pengelolaan dan pelaksanaannya pada BUMN serta memberikan saransaran perbaikannya; (b) memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas SPI kepada Direktur Utama; dan (c) memonitor tindak lanjut atas hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan. 3. Direktur Utama menyampaikan hasil pemeriksaan SPI kepada seluruh anggota Direksi, untuk selanjutnya ditindaklanjuti dalam Rapat Direksi. Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh SPI. 4. Atas permintaan tertulis Komisaris/Dewan Pengawas, Direksi memberikan keterangan hasil pemeriksaan atau, hasil pelaksanaan tugas SPI. Satuan internal audit juga bertanggung jawab secara berkesinambungan atas organisasi dan akuntabilitas organisasi, etika dan kinerja untuk kepentingan auditee. Dengan kata lain SPI dituntut untuk memelihara dan mengembangkan kompetensi profesional auditor mereka sesuai dengan standar kompetensi Institute of Internal Auditor. 19 Dalam melaksanakan kegiatan pemantauannya, Satuan Pengawas Intern akan melakukan kegiatan-kegiatan utama pemeriksaan yang terbagi dalam enam kegiatan, yaitu: - Complience test, yaitu pemeriksaan tentang sejauh mana kebijakan, rencana, dan prosedur-prosedur telah dilaksanakan, meliputi : a. Ketaatan terhadap prosedur akuntansi b. Ketaatan terhadap prosedur operasional c. Ketaatan terhadap peraturan pemerintah - Verification, yang menjurus pada pengukuran akurasi dan kehandalan berbagai laporan dan data manajemen serta evaluasi manfaat dari laporan tersebut yang akan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. - Protection of assets, Pemeriksa intern harus dapat menyatakan bahwa pengedalian intern yang ada benar-benar dapat diandalkan untuk memberikan proteksi terhadap aktiva perusahaan. - Appraisal of control, Pemeriksaan intern merupakan bagian dari struktur pengendalian intern yang bersifat mengukur, menilai, dan mengembangkan struktur pengendalian intern yang ada dari waktu ke waktu mengikuti pertumbuhan perusahaan. - Appraising performance, Suatu kegiatan pemeriksaan intern dalam suatu area operasional tertentu yang sangat luas sehingga membutuhkan keahlian khusus. 20 Recommending operating improvements, Merupakan tindak lanjut dari evaluasi terhadap area-area dimana rekomendasi yang akan disusun hendaknya memperhatikan pula rekomendasi-rekomendasi sebelumnya. Dengan adanya peran SPI ini maka akan dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang nantinya bisa merugikan perusahaan dan negara. 2.4 Pengertian Corporate Governance Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), definisi corporate governance adalah : “Seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”. Menurut Sutedi (2011), definisi corporate governance adalah : “Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai etika”. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, corporate governance secara singkat dapat sebagai suatu proses sistem yang mengatur pihak internal perusahaan dengan eksternal perusahaan yang mempunyai kepentingan masingmasing namun bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi suatu perusahaan atau organisasi tersebut. 21 2.4.1 Tujuan Corporate Governance Corporate Governance yang baik merupakan langkah yang penting dalam membangun kepercayaan pasar (market confidence) dan mendorong arus investasi internasional yang lebih stabil dan bersifat jangka panjang. Berikut merupakan tujuan dari corporate governance : 1. Menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan 2. Memastikan bahwa sasaran yang ditetapkan telah dicapai 3. Memastikan bahwa aktiva perusahaan dijaga dengan baik 4. Memastikan bahwa menjalankan praktik-praktik usaha yang sehat 5. Memastikan kegiatan-kegiatan perusahaan bersifat transparan Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/M-MBU/Pasal 4 tujuan dari penerapan corporate governance adalah : 1. Memaksimalkan BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. 2. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan dan efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ. 3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan 22 adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan. 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5. Meningkatkan iklim investasi nasional. 6. Menyukseskan program privatisasi BUMN. 2.4.2 Manfaat Corporate Governance Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pelaksanaan corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut : 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan terhadap stakeholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. 4. Pemegang saham akan merasa puas atas kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen. 2.4.3 Komponen dan Prinsip Corporate Governance Prinsip-prinsip internasional mengenai corporate governance mulai muncul dan berkembang baru-baru ini. Prinsip-prinsip corporate governance yang dikembangkan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) bermaksud untuk membantu anggota dan non-anggota 23 dalam usaha untuk menilai dan memperbaiki kerangka kerja legal, institusional dan pengaturan untuk corporate governance di negara-negara mereka dan memberikan petunjuk dan usulan untuk pasar modal, investor, korporasi dan pihak lain yang mempunyai peranan dalam proses mengembangkan corporate governance. Menurut Tunggal dan Tunggal (2002), Good corporate governance adalah hubungan antara stakeholders yang digunakan untuk menentukan arah dan pengendalian kinerja suatu perusahaan. Corporate governance yang efektif, yang menyelaraskan kepentingan manjer dengan pemegang saham, dapat menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Komponen atau prinsip Good Corporate Governance: 1. Transparansi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Kewajaran yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hakhak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. 3. Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 24 4. Responsibilitas yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. 5. Kemandirian yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Menurut Sutedi (2011), Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai berikut: “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”. Sesuai dengan pendapat di atas, suatu tata hubungan antara para stakeholders yang digunakan untuk menentukkan dan mengendalikan arah strategi dan kinerja perusahaan. Menurut Sutedi (2011) prinsip-prinsip dasar yang diperhatikan dalam corporate governance antara lain : 1. Transparansi Penyediaan informasi harus memadai, akurat dan tepat waktu kepada stakeholders harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat dikatakan transparan. Perusahaan harus meningkatkan kualitas, kuantitas dan frekuensi dari pelaporan keuangan. 25 2. Dapat Dipertanggungjawabkan Manajemen perusahaan duduk dalam dewan pengurus harus melakukan sesuai dengan keadaan sehingga laporan yang digunakan dapat dipercaya, dalam kata lain laporan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Kejujuran Prinsip ketiga dari pengelolaa perusahaan penekanan pada kejujuran, terutama untuk pemegang saham minoritas. Investor harus memiliki hakhak yang jelas tentang kepemilikan dan sistem dari aturan dan hukum yang dijalankan untuk melindungi hak-haknya. 4. Sustainability Ketika perusahaan menghasilkan keuntungan, dalam jangka panjang mereka juga harus menemukan cara untuk memuaskan pegawai dan komunitasnya agar berhasil. Perusahaan harus tanggap terhadap lingkungan, memperhatikan hukum dan memperlakukan pekerja secara adil. Menurut Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menguraikan prinsip dalam corporate governance, yaitu : 1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (the rights of shareholders). Hak-hak para pemegang saham harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. 26 2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham (the equitable treatment of shareholders). Dalam hal ini terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham orang dalam (insider trading). 3. Peran stakeholders yang terkait dengan perusahaan (the role of shareholders). Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. 4. Keterbukaan dan transparansi (disclosure and transparency). Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan serta pemegang kepentingan (shareholders). 5. Akuntabilitas dan komisaris (the responsibilities of the board). Tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan pemegang saham. 2.5 Pengertian Mekanisme Corporate Governance Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk memenuhi persyaratan tertentu (Wahyuningtyas,2010). Mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang 27 mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan (Ningsaptiti,2010). Menurut Bruce (2011), “the effect of Corporate Governance using a performance measure directly linked to the production process as the core of a business organization is it efficient operation of resources to achieve optimal outputs” Dari pengertian di atas bahwa pengaruh corporate governance dengan menggunakan ukuran kinerja secara langsung terkait dari sebuah organisasi bisnis adalah untuk mencapai output atau tujuan yang optimal. Menurut Walsh dan Seward (1990) dalam Gunarsih (2003) terdapat dua mekanisme corporate governance yaitu mekanisme pengendalian internal dan eksternal perusahaan. Mekanisme internal didesain untuk menyamakan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Sedangkan mekanisme eksternal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar. Mekanisme internal dalam perusahaan antara lain struktur kepemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam hal ini komposisi dewan (World Bank, 1999 dalam Boediono, 2005). Mekanisme corporate governance seperti kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit dipandang sebagai mekanisme control yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan (Rustiarini, 2010). Menurut Kim dan Nofsinger (2009), mekanisme corporate governance dibutuhkan agar agar aktivitas didalam sebuah organisasi dapat berjalan secara sehat sesuai dengan arah yang ditetapkan. Mekanisme internal corporate 28 governance meliputi pemegang saham, rapat umum pemegang saham (RUPS), dewan komisaris, dewan direksi dan manajemen. Menurut Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) ada enam komponen utama dari mekanisme corporate governance agar konsep corporate governance dapat berjalan dengan baik yaitu : 1. Dasar keyakinan untuk menerapkan konsep corporate governance yang efektif (penjelasan mengenai transparansi dalam laporan keuangan seperti tanggung jawab perusahaan, fungsi pengawasan oleh pihak manajemen perusahaan). 2. Hak dari para pemegang saham (shareholders) dimana perusahaan harus melindungi kepentingan dari para pemegang saham. 3. Perlakuan yang sesuai terhadap para pemilik perusahaan baik pemilik mayoritas dan minoritas seperti hak untuk meminta informasi penting berkaitan dengan perusahaan. 4. Peran dari para pemilik dalam mekanisme corporate governance seperti hak yang dimiliki oleh pemilik terhadap transfer-wealth yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan. 5. Transparansi dan pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. 6. Tanggung jawab dari para direktur (board of directors). 29 2.6 Pengertian Efektivitas Sebelum membahas tentang pengertian efektivitas, terlebih dahulu harus kita ketahui bahwa kata efektivitas berasal dari bahasa inggris effect yang berarti akibat, dari kata effect ini berkembang suatu istilah yaitu effective. Effective diartikan sebagai suatu yang berakibat, jadi bila seseorang bekerja secara efektif, hal ini karena orang tersebut mengharapkan apa yang dikerjakannya menghasilkan akibat yang dikehendaki. Akibat yang dikehendaki tersebut adalah akibat-akibat yang telah direncanakan terlebih dahulu kemudian dijadikan tujuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu, begitu juga dengan organisasi. Pengertian efektivitas organisasi biasanya diartikan sebagai keberhasilan yang dicapai oleh suatu organisasi dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini adalah pengertian efektivitas menurut Gie (2000:131) yang mengemukakan bahwa pengertian efektivitas adalah : “Kata efektif berarti terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efektif dan efisien, karena dilihat dari hasil tujuan atau akibat yang dikehendaki dengan perbuatan ini telah mencapai bahkan secara maksimal (mutu dan jumlahnya). Setiap pekerjaan yang efektif belum tentu efisien, karena hasil dapat tercapai apabila dengan penghamburan tenaga dan waktu”. Menurut Amsyah (2005:130) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan efektivitas adalah : “Efektivitas adalah kegiatan mulai dengan adanya fakta kegiatan sehingga menjadi data, baik yang berasal dari hubungan dan transaksi internal dan eksternal maupun berasal dari hubungan antar unit dan di dalam unit itu sendiri”. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan efektivitas merupakan kemampuan suatu organisasi untuk memperoleh dan memanfaatkan 30 sumber daya yang ada sebaik mungkin dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Suatu unit dapat dikatakan sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut yang berhubungan dengan hasil operasi perusahaan. 2.7 Efektivitas Kerja Efektivitas kerja merupakan suatu masalah yang kompleks. Ada banyak pengertian tentang efektivitas tetapi ciri yang sama dari berbagai pengertian yang diberikan yaitu menyangkut keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi Nahdiyan (2012). Efek secara umum dapat diartikan sebagai dampak atau akibat. Efektivitas terdiri dari gabungan dua kata yaitu efek dan aktivitas. Pengertian efek adalah dampak yang terjadi sedangkan aktivitas berarti tindakan (aksi) atau kegiatan yang dilakukan secara rutin pada waktu tertentu. Jadi arti sederhana dari efektivitas adalah dampak atau akibat dari tindakan yang dilakukan secara rutin pada waktu tertentu. 2.7.1 Pengertian Efektivitas Kerja Suatu organisasi selalu berupaya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam usaha mencapai tujuan itu, efektivitas kerja karyawan sangat diperlukan karena keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya sangat tergantung dari efektivitas kerja karyawan yang bekerja di dalamnya. 31 Sebelum membahas pengertian efektivitas kerja, terlebih dahulu mengetahui pengertian kerja. Pengertian kerja menurut Gie (2000:108) adalah : “Keseluruhan pelaksanaan aktivitas-aktivitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan manajemen untuk mencapai tujuan tertentu yang berhubungan dengan kelangsungan hidup”. Sedangkan menurut Hasibuan (2007:94) mengemukakan bahwa yang dimaksud kerja adalah : “Kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani dan pikiran untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kerja merupakan suatu usaha yang dikehendaki untuk mencapai tujuan tertentu atau dapat juga dikatakan apabila seorang karyawan yang melakukan suatu kegiatan atau aktivitas dengan menggunakan tenaga, baik jasmani maupun rohani untuk mencapai sasaran. Setelah mengetahui pengertian kerja menurut para ahli, berikut adalah pengertian efektivitas kerja menurut Gie (2000:108), yaitu : “Efektivitas kerja manusia adalah keadaan atau keberhasilan sesuatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan”. Sedangkan pengertian efektivitas kerja menurut Argris dalam Tangkilisan (2005:139), yaitu : “Efektivitas kerja adalah keseimbangan atau pendekatan optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia. Jadi konsep tingkat efektivitas menunjukan pada tingkat seberapa jauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada”. 32 Berikut ini adalah pengertian efektivitas kerja ditinjau dari ketetapan waktu menurut Siagian (2009), yaitu: “Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditentukan artinya pelaksanaan suatu pekerjaan dinilai baik atau tidak sangat bergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu”. Dari pengertian di atas, terdapat empat hal yang menonjol dalam unsur efektivitas kerja, yaitu : 1. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 3. Manfaat, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila tujuan itu memberikan manfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhannya. 4. Hasil, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut mendatangkan hasil. Berdasarkan pendapat ahli di atas mengenai efektivitas kerja secara keseluruhan dapat disimpulkan, bahwa efektivitas kerja merupakan suatu keberhasilan pelaksanaan seluruh program kerja dengan pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat dan hasil yang sempurna sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan awal perusahaan dapat tercapai. 33 2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja Organisasi selalu berusaha untuk meningkatkan efektivitas kerja guna dapat mencapai tujuannya, keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sangat ditentukan oleh kemampuan para pegawai yang secara hirarki menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Efektivitas kerja karyawan erat hubungannya dengan kinerja karyawan itu sendiri dan akan menentukan tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007:155), bahwa kinerja seseorang dalam rangka mencapai efektivitas kerja ditentukan oleh : 1. Personal, meliputi unsur pengetahuan keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki tiap individu karyawan. 2. Kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat arahan dan dukungan kerja kepada karyawan. 3. Tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan satu tim kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 4. Sistem meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau instruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi. 5. Konstektual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. 34 Menurut Steers (2005:151) faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja yaitu : 1. Karakteristik Organisasi Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi. Struktur yang dimaksud adalah hubungan yang relatif tetap sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi sehubungan dengan susunan sumber daya manusia. Struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau mengelompokan orang-orang di dalam menyelesaikan pekerjaan sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. 2. Karakteristik Pekerja Pada kenyataannya, para karyawan atau pekerja perusahaan merupakan faktor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. 3. Kebijakan dan Praktek Manajemen Makin rumitnya proses teknologi dan kejamnya lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit. Kebijaksanaan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat merintangi pencapaian 35 tujuan, ini tergantung bagaimana kebijaksanaan dan praktek manajemen dalam tanggung jawab terhadap para karyawan dan organisasi. Menurut Siagian (2009:40), bahwa kinerja seseorang ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu : 1. Motivasi 2. Kemampuan 3. Ketepatan Penugasan Dari faktor tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Motivasi adalah daya dorong yang dimiliki, baik secara intrinsik maupun ekstrisik yang membuatnya mau dan rela untuk bekerja sekuat tenaga dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. 2. Kemampuan yang bersifat fisik dan ini lebih diperlukan oleh karyawan yang dalam pelaksanaan tugasnya lebih banyak menggunakan fisik. Di lain pihak, ada kemampuan yang bersifat mental intelektual yang lebih banyak dituntut oleh penyelesaian tugas pekerjaan dengan menggunakan otak. Sudah tentu mereka yang lebih banyak menggunakan fisik tetap harus menggunakan otak dan sebaliknya, mereka yang lebih banyak menggunakan otak tetap dituntut untuk memiliki kemampuan fisik. 3. Dalam dunia manajemen ada ungkapan yang mengatakan bahwa “tidak ada karyawan yang bodoh, yang bodoh adalah para manajer 36 yang tidak mengenali secara tepat pengetahuan, keterampilan, kemampuan, bakat dan minat para bawahannya”. Memang telah terbukti bahwa dengan penempatan yang tepat, kinerja seseorang akan sesuai dengan harapan dan tuntutan organisasi untuk mencapai tujuan. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja antara lain adanya koordinasi atau kerjasama, pengawasan, perincian tugas, pertimbangan biaya, waktu dan sarana, kemampuan, pembuatan keputusan, penetapan tujuan, pemberian dukungan dan ketepatan penugasan, yang hal ini perlu untuk dipertimbangkan dan dilakukan dalam setiap organisasi agar setiap karyawan ada rasa senang dan puas dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan. 2.7.3 Kriteria-kriteria Efektivitas Kerja Efektivitas kerja karyawan yang tinggi sangat diperlukan oleh organisasi dalam mencapai tujuan. Adapun manfaat dari efektivitas kerja karyawan antara lain: para karyawan mempunyai kepuasan kerja, prestasi kerja karyawan, adanya disiplin kerja dan kepatuhan terhadap peraturan kerja, dengan kondisi yang demikian lebih mudah bagi organisasi untuk menggerakan pegawai dalam mengolah sumber daya secara optimal. Sebaliknya apabila efektivitas kerja karyawan rendah sulit bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, ini dikarenakan unsur-unsur efektivitas kerja 37 rendah, meskipun sumber daya dan sarana yang mendukung pelaksanaan kerja telah tersedia namun proses pelaksanaan pekerjaan tidak akan berjalan lancar. Menurut Gibson et al. (2005:141) mengatakan bahwa efektivitas dapat diukur sebagai berikut : 1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai 2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan 3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap 4. Perencanaan yang matang 5. Penyusunan program yang tepat 6. Tersedianya sarana dan prasarana 7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik Menurut Amsyah (2005:131) menyebutkan tolok ukur efektivitas kerja sebagai berikut : 1. Volume pekerjaan 2. Akurasi hasil pengolahan 3. Tepat waktu 4. Peningkatan biaya Menurut Hasibuan (2007), efektivitas merupakan suatu keadaan keberhasilan kerja yang sempurna sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Hal ini dilakukan agar dapat menjamin suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan efektivitas kerja karyawan dalam suatu organisasi perlunya pengaruh dari struktur organisasi sehingga dapat menimbulkan kuantitas kerja, kualitas kerja dan pemanfaatan waktu. 38 1. Kuantitas kerja, merupakan volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang didapat atau dialaminya selama bekerja. Setiap perusahaan akan selalu berusaha agar efektivitas kerja dari karyawannya dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, suatu perusahaan selalu berusaha agar setiap karyawannya memiliki moral kerja yang tinggi. 2. Kualitas kerja, merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian dan keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan di dalam mengerjakan pekerjaan. 3. Pemanfaatan waktu, setiap karyawan juga harus dapat menggunakan waktu seefisien mungkin, terutama dengan cara datang tepat waktu ke kantor dan berusaha untuk menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dengan memanfaatkan waktu selama penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan yang dimaksud efektivitas kerja adalah keberhasilan pelaksanaan seluruh program kerja yang menjadi tugas dan tanggung jawab para pegawai sehingga mencapai hasil yang sama atau lebih besar dari sasaran yang telah ditentukan, melalui kriteria efektivitas kerja meliputi: waktu, produktivitas, kepuasan kerja, semangat kerja, kemampuan menyesuaikan diri, kedisiplinan, hubungan kerjasama, perlengkapan dan fasilitas, pengawasan dan evaluasi kerja. 39 Untuk memperjelas kriteria-kriteria efektivitas kerja tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Waktu Tepat waktu adalah disiplin karyawan. Dalam penilaian waktu kerja biasanya dilakukan dengan absensi kehadiran karyawan dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan faktor utama. Semakin lama tugas yang dibebankan itu dikerjakan, maka semakin banyak tugas lain menyusul dan hal ini akan memperkecil tingkat efektivitas kerja karena memakan waktu yang tidak sedikit. 2. Produktivitas Menurut Hasibuan (2007:94) produktivitas merupakan perbandingan hasil keluaran (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang diberikan. Jadi, efektivitas kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Produktivitas kerja adalah suatu kemampuan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan suatu produk atau hasil kerja dari sumbersumber daya (man, money, material and machine) yang ada dalam organisasi sesuai dengan mutu yang ditetapkan dalam waktu yang lebih singkat dari seorang tenaga kerja yang pada akhirnya tercapai tujuan organisasi, ini berarti efektivitas kerja tercapai. 3. Kepuasan kerja Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda 40 sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi persepsinya terhadap kegiatan yang sesuai dengan keinginan. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. 4. Semangat kerja Kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai tujuan dan sasaran organisasi termasuk perasaan terikat. Semangat kerja adalah gejala kelompok yang melibatkan kerjasama dan perasaan memiliki. Masalah semangat kerja adalah masalah yang sangat penting untuk dipecahkan oleh setiap manajemen dalam rangka menciptakan kerjasama pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Semangat merupakan pendorong utama untuk mempengaruhi orang lain dan secara sadar maupun tidak sadar semangat akan menyebabkan “sugesti diri” secara otomatis. Sewaktu kita memberikan semangat pada orang lain, kita juga akan terpengaruh dengan sendirinya. Semangat dapat menyelesaikan masalah kehidupan karena semangat merupakan salah satu emosi terbesar yang secara otomatis akan membuat kita memiliki pandangan yang positif. 5. Kedisiplinan Banyak orang memberikan pengertian bahwa kedisiplinan adalah apabila karyawan selalu dan datang serta pulang tepat pada waktunya. Disiplin terutama ditinjau dari perspektif organisasi dapat dirumuskan 41 sebagai ketaatan setiap anggota organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut yaitu terwujud melalui sikap, perilaku dan perbuatan yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada perselisihan serta keadaan-keadaan baik lainnya. Menegakkan suatu kedisplinan penting bagi suatu organisasi sebab dengan kedisiplinan itu dapat diharapkan sebagian besar dari peraturan-peraturan itu ditaati oleh karyawannya. Dengan demikian, adanya kedisplinan tersebut, dapat diharapkan pekerjaan akan dilakukan seefektif dan seefisien mungkin. 6. Perlengkapan dan Fasilitas Perlengkapan dan fasilitas kerja merupakan suatu bentuk pelayanan perusahaan terhadap karyawan agar menunjang kinerja dalam memenuhi kebutuhan kerja karyawan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Fasilitas yang kurang lengkap akan mempengaruhi kelancaran karyawan dalam bekerja. Adanya fasilitas kerja yang disediakan juga akan mempengaruhi dalam pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. 7. Pengawasan Pengawasan adalah suatu proses kegiatan yang merupakan salah satu fungsi manajemen, umumnya dilakukan oleh pimpinan untuk mencegah terjadinya penyimpangan, mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan dan mengadakan tindakan perbaikan apabila diperlukan dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana 42 yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya pengawasan maka kinerja karyawan dapat terus terpantau dan hal ini dapat memperkecil risiko kesalahan dalam pelaksanaan tugas. 8. Evaluasi kerja Evaluasi kerja adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Manajer memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada bawahan, sebaliknya bawahan harus melaksanakan tugas dengan baik dan menyelesaikannya. Hal ini dilakukan untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan terutama jika terjadi keterlambatan atau penyimpangan. Dengan demikian, evaluasi kerja dapat dikatakan sebagai suatu sistem dan cara penilaian pencapaian hasil kerja individu karyawan, unit kerja maupun organisasi secara keseluruhan. 2.8 Konsep Pengiriman Barang Menurut Mulyadi (2001:201), sistem pengiriman barang merupakan suatu kegiatan mengirim barang dikarenakan adanya penjualan barang dagang. Penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara tunai atau kredit. Secara umum pengirman barang merupakan mempersiapkan pengiriman fisik barang dari gudang ketempat tujuan yang disesuakan dengan dokumen pemesanan dan pengiriman serta dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan penanganan barangnya. 43 2.8.1 Sistem dan Prosedur Pengiriman Barang Sebelum melakukan pengiriman, aktivitas yang dilakukan setelah barang disiapkan adalah pengepakan (pack) dan pemilahan (sortasi). Packaging dilakukan secara sendiri-sendiri atau digabungkan untuk kenyamanan/keamanan barang. Sedangkan sortasi adalah mengumpulan picking atau packaging ke rute yang benar dan harus membandingkan antara kapasitas dan rute yang akan dilalui. (Logistik Indonesia 2010, diakses pada tanggal 8 Oktober 2015) Yang terpenting dilakukan didalam proses pack dan sortasi adalah: 1. Adanya alamat/label untuk per tujuan 2. Mengurangi waktu pencarian dalam packaging 3. Pengelompokan antara karton, boxes atau pcs 4. Memberikan label khusus untuk packaging boxes 5. Menghitung jumlah 6. Mengelompokan packaging kedalam alur keberangkatan yang benar 2.9 Peranan Satuan Pengawasan Internal dan Mekanisme Corporate Governance dalam menunjang Efektivitas Kerja Sebagaimana telah dibahas sebelumnya tentang pengertian satuan pengawasan internal, mekanisme corporate governance dan efektivitas kerja, bahwa ketiganya berfungsi sebagai alat yang mempermudah pimpinan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas perusahaan. Dalam hal ini perlu diketahui bagaimana peranan yang ada antara ketiga pengertian tersebut, agar dapat 44 diketahui letak dan peranan satuan pengawasan internal dan mekanisme corporate governance dalam menunjang efektivitas kerja. Oleh karena itu, dalam usaha meningkatkan pengendalian internal perusahaan yang efektif dan efisien untuk meminimalisasi hal-hal yang dapat merugikan perusahaan. Risiko pengendalian yang dimaksud merupakan pengendalian atas risiko yang mungkin muncul dalam aktivitas perusahaan. Risiko tersebut dapat terjadi karena kesalahan karyawan yang menangani suatu aktivitas, kelemahan suatu sistem yang telah dibuat, kemajuan teknologi dan lain sebagainya. Adanya pengendalian menjamin kebijakan dan pengarahanpengarahan manajemen menjadi cukup memadai (Christyanto,2011). Selain independen, seorang auditor internal (SPI) dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif. Fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya (SPAP,2011). Auditor Internal (SPI) juga harus dibekali dengan pengetahuan tertentu. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pengalaman maupun pendidikan. Selain pendidikan formal yang telah dimiliki, auditor internal harus mengikuti pendidikan tertentu sesuai dengan bidang yang menjadi tugasnya (Tugiman,2006:48). Satuan Pengawasan lnternal juga bertugas mengidentifikasi dan menangani risiko pengendalian internal perusahaan karena Satuan Pengawasan Internal (SPI) merupakan mata dan telinga pimpinan, Satuan Pengawasan Internal 45 (SPI) memberikan peranan penting untuk memberikan masukan dalam perencanaan strategis bisnis dan peringatan dini atas masalah yang akan terjadi dan dihadapi oleh perusahaan (Puspitawati,2002). Satuan Pengawasan Internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan metode yang sistematis disertai disiplin dalam mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas dari pengendalian internal dan proses governance. Satuan Pengawasan Internal (SPI) berperan membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dalam mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas kerja dari pengendalian internal dan proses governance untuk menjaga aktivitas pekerjaan yang baik, transparan, dapat dipertanggung jawabkan dan adil kepada seluruh pemangku kepentingan (Priscilla,2012), dapat dikatakan apabila ketiga alat tersebut berjalan bersama-sama dalam suatu perusahaan yang telah menjalankan satuan pengawasan internal, mekanisme corporate governance baik maka efektivitas kerja akan baik juga. Di pihak lain efektivitas kerja yang telah berjalan harus ditunjang oleh satuan pengawasan internal dan mekanisme corporate governance yang baik, agar efektivitas kerja dapat mencapai sasaran yang dapat diandalkan, sehingga tujuan awal perusahaan dapat tercapai. 2.9 Kerangka Pemikiran Satuan Pengawasan Internal Pengertian Satuan Pengawasan Internal menurut Zarkasyi (2008:103) adalah sebagai berikut: “Satuan pengawasan internal merupakan pengawas internal yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau Direktur yang 46 membawahi tugas pengawas internal. Satuan pengawasan internal mempunyai hubungan fungsional dengan Dewan Komisaris melalui Komite Audit”. Menurut Undang-undang RI No. 19 Tahun 2003 Pasal 67, “Satuan Pengawasan Internal merupakan aparat pengawas internal perusahaan dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama”. Dari pengertian di atas, penulis mendefinisikan bahwa satuan pengawasan internal adalah unit internal yang bersifat independen dan berkedudukan langsung dibawah Direktur Utama. Tugas Satuan Pengawasan Internal dilakukan dengan tujuan-tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif (Prativi,2012). Menurut Zarkasyi (2008:45), “Satuan pengawasan internal sangat besar fungsinya terhadap perusahaan dalam membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance”. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk memenuhi persyaratan tertentu (Wahyuningtyas,2010). Mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan (Ningsaptiti,2010). Menurut Bruce (2010), “the effect of Corporate Governance using a performance measure directly linked to the production process as the core of a business organization is it efficient operation of resources to achieve optimal outputs” 47 Dari pengertian di atas bahwa pengaruh corporate governance dengan menggunakan ukuran kinerja secara langsung terkait dari sebuah organisasi bisnis adalah untuk mencapai output atau tujuan yang optimal. Menurut Walsh dan Seward (1990) dalam Gunarsih (2003) terdapat dua mekanisme corporate governance yaitu mekanisme pengendalian internal dan eksternal perusahaan. Mekanisme internal didesain untuk menyamakan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Sedangkan mekanisme eksternal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar. Mekanisme internal dalam perusahaan antara lain struktur kepemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam hal ini komposisi dewan (World Bank, 1999 dalam Boediono, 2005). Mekanisme corporate governance seperti kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit dipandang sebagai mekanisme control yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan (Rustiarini, 2010). Efektivitas Kerja Menurut Emerson dalam Handayaningrat (1996) : “Effectiveness is a measuring in term of attaining prescribed goals or objectives.” Pengertian di atas dapat diartikan bahwa efektivitas yaitu bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif, tetapi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka pekerjaan itu tidak efektif. Atau dengan kata lain efektivitas dapat diartikan sebagai suatu upaya peningkatan untuk mencapai suatu tujuan secara tepat yang 48 ditimbulkan dari pengaruh suatu hal tertentu. 1. Tujuan dan Upaya-upaya Dalam Efektivitas Kerja Tujuan dari efektivitas kerja yaitu : 1) Mencegah dan mengurangi terjadinya tindakan-tindakan yang tidak diharapkan dari karyawan yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan. 2) Mencapai produktivitas yang tinggi, perusahaan harus dapat menimbulkan semangat kerja yang tinggi dari karyawan. 3) Memproduksi lebih banyak keluaran (nilai rupiah dan unit jasa) dari setiap masukan. 4) Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan efektivitas kerja antara lain : a. Menetapkan standar-standar pelaksanaan kerja Standar-standar pelaksanaan kerja harus ditetapkan untuk semua pekerjaan, agar tanggungjawab dan apa yang diharapkan para karyawan jelas. b. Merumuskan secara jelas tanggungjawab perusahaan Bila tanggungjawab pekerjaan tidak jelas dan berubah-ubah, para karyawan akan frustasi, hasilnya dapat berupa kualitas rendah. c. Komitmen dengan implementasi Harus mengimplementasikan segala yang akan menghasilkan peningkatan produktivitas. Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan Putra (2014). Penelitian dilakukan pada PT. Kereta Api Indonesia Kantor Pusat Bandung, hasilnya 49 membuktikan bahwa Audit internal berpengaruh secara signifikan terhadap Pendeteksian Kecurangan. Sementara dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pratami (2012) yang menghasilkan adanya bahwa Mekanisme Corporate Governance berpengaruh secara kuat terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, begitu pula dengan penelitian yang dilakukan Citra (2013) dimana Mekanisme Corporate Governance berpengaruh pada integritas laporan keuangan di BUMN Kota Padang. Good Governance yang sejalan dengan penerapan Mekanisme Corporate Governance dalam menunjang Efektivitas Kerja pada Proses Pengiriman Barang. Sementara dengan penelitian sebelumnya Nurlisnawati (2015) bahwa audit intern secara berpengaruh dan signifikan terhadap Efektivitas Kinerja Karyawan pada PT Telkom Indonesia yang sejalan dengan penerapan Efektivitas Kerja pada Proses Pengiriman Barang. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya penyalahgunaan itu dapat dikurangi bahkan dicegah dengan cara membudayakan iklim kejujuran, keterbukaan, dan saling membantu satu sama lain. 50 Rumusan masalah dan keterangan tersebut dapat digambarkan sebuah paradigma sebagai berikut: Satuan Pengawasan Internal Kualifikasi Audit Internal (SPI) Yang Memadai, menurut Tugiman (2006:11) : a.Independensi Audit Internal b.Kompetensi Audit Internal c.Program Audit Internal d.Pelaksanaan Audit Internal e.Laporan Hasil Audit Internal f.Tindak Lanjut Audit Internal H1 Efektivitas Kerja (Y) H3 Mekanisme Corporate Governance Menurut Tunggal dan Tunggal (2002). Prinsip-prinsip dasar yang diperhatikan dalam corporate governance antara lain: 1 Transparansi 2. Kewajaran 3. Akuntabilitas 4. Responsibilitas 5. Kemandirian Menurut Siagian (2009) unsur efektivitas kerja, yaitu: 1.Pencapaian tujuan 2.Ketepatan waktu 3.Manfaat 4.Hasil H2 KETERANGAN GARIS : Hubungan secara Parsial : Hubungan secara Simultan Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran 51 2.10 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2011) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dari uraian diatas, penulis mengemukakan suatu hipotesis, Bahwa : H1: Satuan Pengawasan Internal dapat berperan terhadap Efektivitas Kerja pada proses pengiriman barang H2: Mekanisme Corporate Governance dapat berperan terhadap Efektivitas Kerja pada proses pengiriman barang H3: Satuan Pengawasan Internal dan Mekanisme Corporate Governance dapat berperan terhadap Efektivitas Kerja pada proses pengiriman barang