ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. A UMUR 24 TAHUN

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. A UMUR
24 TAHUN P1A0 DENGAN PUTING SUSU LECET
DI RB AN-NUUR SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh
Sundari Sukowati
NIM B12.103
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. A UMUR
24 TAHUN P1A0 DENGAN PUTING SUSU LECET
DI RB AN-NUUR SURAKARTA
Diajukan Oleh :
Sundari Sukowati
NIM B12.103
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal
Juli 2015
Pembimbing
Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes
NIK. 201083059
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. A UMUR
24 TAHUN P1A0 DENGAN PUTING SUSU LECET
DI RB AN-NUUR SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Oleh :
Sundari Sukowati
NIM B12.103
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Pada tanggal
2015
Penguji I
Penguji II
Yunia Renny Andhikatias, SST
NIK 2011880
Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes
NIK. 201083059
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Ka.Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, SST
NIK. 200985034
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24 tahun
P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Hj. Sri Surti Mulyani, selaku pimpinan RB An-Nuur Surakarta yang telah
memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
6. Ny. A yang telah bersedia untuk diambil datanya guna penulisana KaryaTulis
Ilmiah.
iv
7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta,
Juli 2015
Penulis
v
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015
Sundari Sukowati
B12.103
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. A UMUR
24 TAHUN P1A0 DENGAN PUTING SUSU LECET
DI RB AN-NUUR SURAKARTA
xi + 81 halaman + 12 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Banyak hal yang dapat terjadi pada ibu dan bayi selama masa
nifas yang berlangsung lebih kurang 6 minggu, pada ibu yang mengalami puting
lecet sebanyak 13% di RB An – Nuur Surakarta, ada ibu yang dapat melalui masa
nifas dengan aman, nyaman dan sejahtera. Namun ada juga ibu yang tidak dapat
melalui dengan baik. Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu
saat menyusui, selain itu dapat pula dari teknik menyusui yang tidak benar, puting
susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat ibu
membersihkan puting susu dan cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
(Maritallia, 2012).
Tujuan : Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan menurut Varney
pada asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting
Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta.
Metode Penelitian : Jenis studi kasus ini adalah laporan studi kasus dengan
metode deskriptif. Lokasi pengambilan kasus dilaksanakan di RB An-Nuur
Surakarta. Subyek studi kasus yaitu Ny. A dengan puting susu lecet. Studi kasus
ini dilaksanakan pada tanggal 17 April – 1 Mei 2014. Instrumen yang digunakan
dalam pengambilan data studi kasus ini menggunakan format asuhan kebidanan
pada ibu nifas. Teknik pengumpulan data meliputi data primer yaitu wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik. Data sekunder yaitu studi dokumentasi dan studi
kepustakaan. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan kasus yaitu alat
wawancara dan observasi.
Hasil Studi Kasus : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari pada Ny.A
dengan puting susu lecet didapatkan hasil : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi,
rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar.
Kesimpulan : Hasil asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0
dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta terdapat kesenjangan pada
langkah antisipasi dan rencana tindakan tetapi tidak menimbulkan masalah
kegawatan dalam asuhan
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, nifas, puting susu lecet
Kepustakaan : 15 literatur (tahun 2005 – 2013)
vi
MOTTO
1. Jangan takut pada masa depan dan jangan pernah menangis untuk masa lalu
2. Pelajari apapun yang anda bisa, kapanpun, dan dari siapapun. Di sanalah nanti
akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang menyenangkan (Sarah
Caldwell)
3. Kesalahan adalah sekolah tempat kebenaran selalu tumbuh lebih kuat (Henry
Ward Beecher)
PERSEMBAHAN
1. Sujud syukur kepada Allah SWT atas kesabaran dan kemudahan sehigga KTI
ini bisa terselesaikan
2. Trimakasih Bapak dan Ibu dan segenap keluarga besarku tanpamu aku
bukanlah apa-apa
3. Kakakku dan adikku terima kasih doa dan semangat
4. Sahabat Elma, Retno, Tri, Dinda, Rina, Dyas “Kost Cantik: do'a, nasehat,
semangat yang kalian berikan, tertawa dan menangis bersama kalian, yang
selalu mengisi hari hariku semoga kebersamaan ini akan menjadikan kita
dewasa
5. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2012, semangat…!!!!
6. Almamater tercinta
vii
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama
: Sundari Sukowati
Tempat / Tanggal Lahir
: Prabumulih, 07 Mei 1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Taman Murni RT 001 RW 003 Gunung Ibul Barat
Prabumulih Timur Sumatra Selatan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 48 Prabumulih
Lulus tahun 2006
2. SMP Negeri 08 Prabumulih
Lulus tahun 2009
3. SMA Negeri 06 Prabumulih
Lulus tahun 2012
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ...................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURRICULUM VITAE ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Studi kasus ....................................................................... 2
D. Manfaat Studi kasus ..................................................................... 4
E. Keaslian Studi kasus .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .................................................................................. 6
1. Konsep Dasar Masa Nifas ...................................................... 6
2. Puting Susu Lecet ................................................................... 14
B. Teori Manajemen Kebidanan ....................................................... 18
C. Landasan Hukum ........................................................................ 34
ix
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus ........................................................................ 36
B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................... 36
C. Subyek Studi Kasus .................................................................... 37
D. Waktu Studi Kasus ...................................................................... 37
E. Instrumen Studis Kasus ............................................................... 37
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 37
G. Alat dan Bahan yang digunakan ................................................. 40
H. Jadwal Penelitian.......................................................................... 41
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ............................................................................. 42
1. Pengakajian Data .................................................................... 42
2. Interpretasi Data .................................................................... 52
3. Diagnosa Potensial ................................................................ 54
4. Tindakan Segera .................................................................... 54
5. Rencana Tindakan ................................................................. 54
6. Implementasi/Pelaksanaan .................................................... 55
7. Evaluasi ................................................................................. 57
B. Pembahasan ................................................................................. 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
.............................................................. 77
B. Saran
.............................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Permohonan Penggunaan Lahan
Lampiran 5.
Surat Balasan Penggunaan Lahan
Lampiran 6.
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7.
Surat Persetujuan Pasien Dalam Pengambilan Kasus
Lampiran 8.
Format Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Lampiran 9.
Lembar Oservasi
Lampiran 10 SAP tentang puting susu lecet dan perawatannya dan leaflet
Lampiran 11. SAP tentang teknik menyusui yang benar dan leaflet
Lampiran 12.` SAP cara melakukan perawatan payudara yang baik dan benar dan
Leaflet.
Lampiran 13. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 14. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI tahun 2013 bayi
usia 0 – 6 bulan sebanyak 2.347.496, yang diberikan ASI secara Ekslusif
sebanyak 1.141.298 (48,62%), sedangkan di Jawa Tengah jumlah bayi 0- 6
bulan sebanyak 158.913 bayi dan 67.863 bayi (42,70%) yang diberi ASI
Eksklusif (Depkes RI, 2013). Masa nifas merupakan masa selama
persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
(Nugroho dkk, 2014).
Banyak hal yang dapat terjadi pada ibu dan bayi selama masa nifas yang
berlangsung lebih kurang 6 minggu, ada ibu yang dapat melalui masa nifas
dengan aman, nyaman dan sejahtera. Namun ada juga ibu yang tidak dapat
melalui dengan baik. Menyusui merupakan tugas seorang ibu setelah tugas
melahirkan bayi berhasil dilalui. Menyusui dapat merupakan pengalaman
yang menyenangkan atau dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan
atau dapat menjadi pengalaman yang tidak nyaman bagi ibu dan bayi. Puting
susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu
dapat pula dari teknik menyusui yang tidak benar, puting susu terpapar oleh
sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu
dan cara menghentikan menyusui yang kurang tepat (Maritallia, 2012).
1
2
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas yaitu memberi
dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis serta
mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
(Nugroho dkk, 2014)
Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 28 Oktober 2014 di RB AnNuur Surakarta selama bulan Januari sampai September 2014 diperoleh data
100 ibu nifas terdiri 40 ibu nifas (40%)dengan rupture, 22 ibu nifas (22%)
nifas normal, 15 pasien (15%) nifas puting susu lecet, 13 ibu nifas (13%) ibu
nifas dengan mastitis dan 10 ibu nifas (10%) ibu nifas dengan anemia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan
Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0
dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta?”
C. Tujuan Studi Kasus
1.
Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan menurut
Varney pada asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun
P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta.
3
2.
Tujuan khusus
a.
Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap dan sistematis pada
ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu
Lecet di RB An-Nuur Surakarta.
2) Melakukan interpretasi data dengan merumuskan diagnosa
kebidanan, masalah yang mungkin timbul serta kebutuhan ibu
nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet
di RB An-Nuur Surakarta.
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu nifas pada Ny. A
umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur
Surakarta.
4) Melakukan antisipasi pada ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun
P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta.
5) Merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny. A
umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur
Surakarta.
6) Melakukan perencanaan asuhan secara efisiensi ibu nifas pada
Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB
An-Nuur Surakarta.
7) Evaluasi pada ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan
Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta.
b.
Mahasiswa mampu menganalisa adanya kesenjangan antara teori dan
kasus nyata yang ditemui di lapangan
4
D. Manfaat Studi Kasus
1.
Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan suhan
kebidanan secara langsung kepada ibu nifas patologis dengan puting susu
lecet melalui pendekatan manajemen kebidanan Varney
2.
Bagi Profesi
Menambah referensi dan wawasan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan puting susu lecet
3.
Bagi Institusi
a.
Institusi Pendidikan
Sebagai bahan rujukan dalam perkuliahan asuhan kebidanan pada
ibu nifas dengan puting susu lecet.
b.
RB An-Nuur Surakarta
Sebagai bahan rujukan dalam pelayanan kebidanan khususnya
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus dengan judul asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
puting susu lecet pernah dilakukan oleh :
1.
Wiwik Widhiyanti (2013), STKes Kusuma Husada Surakarta, dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. R P1A0 Umur 25 Tahun
dengan Puting Susu Lecet di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo
Surakarta”. Menggunakan manajemen asuhan kebidanan Varney dalam
5
mengatasi masalah puting susu lecet pada ibu nifas. Hasil anamnesa
didapat bahwa ibu mengeluh puting susu lecet, nyeri, terasa panas, bayi
tidak mau menyusu dan ibu cemas dengan keadaannya. Dalam mengatasi
masalah puting susu lecet dilakukan suhan selama 3 hari. Melakukan
observasi keadaan umum dan vital sign Memberikan terapi sesuai dengan
saran dokter Sp.OG yaitu paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin
500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari . Setelah dilakukan
asuhan kebidanan pada Ny.W dengan puting susu lecet didapatkan hasil :
KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi
berjalan lancar
2.
Nurjannah, AS (2010), STKes Muhammadiyah Lamongan Jawa Timur
dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologis pada Ny F
Postpartum Hari ke-2 dengan Putting Susu Lecet di RS Muhammadiyah
Lamongan”. Asuhan yang dilakukan adalah memberikan terapi analgesik
dan antibiotik yaitu parasetamol 500 gr, amoxilin 500 gr 3 x 1 per hari
dan perawatan payudara yang benar dan menyusui yang benar. Hasil
yang didapatkan setelah dilakukan asuhan selama 2 hari yaitu ASI
menjadi lancar, tidak terjadi abses.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Pengertian
Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil dan berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
b. Tahapan Masa Nifas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), masa nifas dibagi
menjadi 3 (tiga) tahap antara lain :
1) Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan.
2) Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 sampai
8 minggu.
6
7
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan.
c. Perubahan fisiologis masa nifas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), Perubahan fisiologis masa
nifas sebagai berikut :
1) Perubahan sistem reproduksi
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), perubahan sistem
reproduksi sebagai berikut :
a) Involusi
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat
sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
b) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai perubahan
karena proses involusi dan proses keluarnya darah nifas atau
lochea dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu:
(1) Lochea rubra / kruenta
Lochea rubra muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah berisi
8
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
(2) Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7
postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
(3) Lochea serosa
Lochea
ini
berwarna
kuning
kecoklatan
karena
mengandung serum, lekosit dan robekan / laserasi
plasenta.Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14
postpartum.
(4) Lochea alba
Lochea ini berwarna putih karena mengandung leukosit,
sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati. Lochea alba berlangsung selama 2
sampai 6 minggu postpartum.
(5) Lochea purulenta
Keluarnya cairan seperti nanah yang berbau busuk akibat
adanya infeksi.
(6) Lochiotosis/ lochea statis
Lochea yang tidak lancar keluarnya.
9
c) Cervik
Cerviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.
Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil, karena robekan
kecil yang terjadi selama masa dilatasi, serviks tidak pernah
kembali pada keadaan sebelum hamil.
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selam proses persalina dan akan kembali
secara bertahap dalam 6 – 8 minggu post partum. Penurunan
hormon estrogen pada pasa postpartum berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugue.
2) Perubahan sistem pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi penurunan
produksi progesteron, sehingga hal ini dapat menyebabkan
heartburn dan konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama.
Kemungkinan terjadi hal demikian karena inaktivitas motilitas
usus karena kurangnya kesimbangan cairan selama persalinan dan
adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adana rasa nyeri
pada perineum karena adanya luka episiotomi, pengeluaran cairan
yang berlebihan waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
haemorroid (Wulandari dan Handayani, 2011).
10
3) Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung biasanya akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan
penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan belangsung (Sulistyawati, 2009).
4) Perubahan sistem muskuloskeletal (Diatesis Rectie Abdominis)
Otot-otot uterus berkontrasksi segera setelah partus. Pembuluhpembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta
fasia yang meregang pada waktu persalian, secara berangsurangsur menjai ciut dan pulih kembali sehinga tak jarang uteus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor (Sulistyawati, 2009).
5) Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas
(a) Suhu badan
Pada 24 jampostpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50C
– 380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan (Ambarwati dan Wulandari,
2008). Sekitar hari ke 3 atau hari ke 4 setelah persalinan suhu
ibu mungkin naik sedikit, antara 37,20C sampai 37,50C.
11
Kemungkinan disebabkan karena aktivitas payudara karena
ada pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak dan
memerah karena banyaknya ASI. Bila kenaikan suhu badan
mencapai 380C pada hari kedua sampai ke sepuluh postpartum
harus
diwaspadai
adanya
infeksi
atau
sepsis
nifas
(Suherni dkk, 2009).
(b) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit
setelah persalinan dikarenakan ibu dalam keadaan istirahat
penuh. Apabila nadi ibu meningkat lebih dari 100x/menit
kemungkinan
terjadi
gejala
syok
akibat
infeksi
atau
perdarahan postpartum yang tertunda.
(c) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu postpartum biasanya tidak berubah,
tetapi
kadang menjadi
rendah sebagai
akibat
adanya
perdarahan selama persalinan.Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi
postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
(d) Pernafasan
Pernafasan berhubungan dengan suhu dan nadi apabila suhu
dan nadi meningkat maka pernafasan juga meningkat.
12
d. Komplikasi Masa Nifas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008),
komplikasi pada
masa nifas antara lain :
1) Infeksi nifas
Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genetalia,
terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu hari pertama pasca
persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
2) Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam merupakan perdarahan lebih dari 500 –
600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir.
3) Kelainan payudara
Kelainan payudara antara lain adalah bendungan ASI, mastitis,
putting susu lecet, abses payudara.
4) Pre eklampsia postpartum
Preeklampsia
pasca
persalinan
(postpartum
pre-eclampsia)
biasanya ditandai dengan gejala mirip dengan pre-eklampsia pada
masa hamil.
5) Anemia
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin menurun
sehingga tubuh mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan
kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang.
13
6) Depresi postpartum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari
setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi
kapan pun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
e. Masalah dalam Pemberian ASI
Menurut Saleha (2009), masalah dalam pemberian ASI pada masa
nifas antara lain adalah :
a. Puting susu lecet
Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita
kelecetan pada puting. Penyebabnya adalah kesalahan dalam
teknik menyusui, bayi tidak menyusu sampai areola tertutup mulut
bayi.
b. Payudara bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusukan
dengan adekuat sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus
yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
c. Saluran susu tersumbat
Hal-hal yang menyebabkan saluran susu tersumbat adalah tekanan
jari ibu yang telalu kuat pada waktu menyusui. Pemakaian bra
yang telalu kuat, komplikasi payudara bengkak yaitu susu
terkumpul tiadk segera dikeluarkan sehingga terbentuklah
sumbatan.
14
d. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara yang disebabkan oleh
payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat. Puting
susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadiyna
payudara bengkak. Bra yang telalu kuat mengakibatkan segmental
engorgement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi
mastitis.
e. Abses Payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan atau komplikasi dari
mastitis yang disebabkan meluasnya peradangan dalam payudara.
2. Puting susu lecet
a. Pengertian
Puting susu lecet adalah puting susu terasa nyeri karena lecet
bahkan sampai mengeluarkan darah dan terasa nyeri
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
b. Penyebab puting susu lecet
Menurut Saleha (2009), beberapa penyebab yang menjadikan
puting susu lecet adalah sebagai berikut :
1) Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusu sampai
areola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusu pada
puting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi
15
bayi tidak menekan pada sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya
akan menjadi nyeri pada puting susu.
2) Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
3) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya
untuk mencuci puting susu
4) Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingue) sehingga
menyebabkan bayi sulit mengisap sampai ke kalam payudara dan
isapan hanya pada puting susu saja.
5) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui
dengan kurang berhati-hati.
c. Tanda dan gejala
Menurut Sulistyawati (2009), tanda gejala puting susu lecet, yaitu:
Biasanya kulit akan merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang
menetap dan kulit kering bersisik (flaky).
d. Pencegahan
Menurtu Saleha (2009), pencegahan puting susu lecet dapat dilakukan
cara sebagai berikut:
1) Tidak membersihkan puting susu denga sabun, alkoholm krim
atau zat-zat iritan lainnya.
2) Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat
bayi selesai menyusu tidak dengan memaksa menarik puting tetapi
dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingkin
yang bersih ke mulut bayi.
16
3) Posisi menyusui harus benar yaitu bayi harus menyusu sampai ke
kalang payudara dan menggunakan kelua payudara.
e. Penatalaksanaan puting susu lecet
Penatalaksanaan atau cara menangani puting susu lecet menurut
Ambarwati dan Wulandari (2009), antara lain :
1) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, candidiasis,
atau dermatitis)
2) Bila penyebab puting lecet karena posisi menyusui salah perhatikan
posisi menyusui, ibu bisa terus memberikan ASI pada puting yang
tidak lecet terlebih dahulu, olesi puting susu dengan ASI akhir
(hind milk)
3) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1x24 jam, dan akan sembuh sendiri dalam waktu 2x24
jam
4) Selama puting susu diistirahatkan anjurkan ibu tetap mengeluarkan
ASI dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena
akan menambah nyeri, bubuhkan minyak kelapa pada payudara dan
bersihkan payudara dengan air hangat dan tidak dianjurkan dengan
sabun
5) Apabila sangat menyakitkan untuk sementara berhenti menyusu
pada payudara yang sakit, ASI dikeluarkan dengan tangan dan
diberikan dengan sendok kepada bayi, setelah membaik mulai
menyusui kembali dengan waktu yang lebih singkat, bila lecet tidak
17
sembuh dalam 1 minggu anjurkan ibu untuk pergi ke tenaga
kesehatan.
Menurut Suherni dkk (2009), rencana asuhan yang dapat
dilakukan oleh bidan pada ibu dengan puting lecet meliputi :
6. Bayi disusukan terlebih dahulu pada puting susu yang normal yang
lecetnya lebih sedikit untuk puting susu yang lecet dianjurkan
mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
7. Posisi menyusui haru sering diubah
8. Biarkan ASI pada putting dan areola mengering dengan sendirinya
dengan cara diangin-anginkan setelah menyusui sebelum memakai
BH.
9. Jangan membersihkan putting dengan alkohol, sabun atau zat iritan
lainnya.
10. Pada puting susu dapat dibubuhkan minyak kelapa yang sudah
dimasak terlebih dahulu.
11. Menyusi lebih sering sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh
dan bayi tidak begitu lapar sehingga tidak terlalu kuat menyusu.
12. Perbaiki cara menyusui, ajari ibu cara menyusui yang benar.
13. Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai
menyusu.
14. Usahakan bayi menghisap sampai bagian di sekitar areola
18
15. Bila masih terasa sakit boleh minum obat yaitu paracetamol 500
gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3
x 1 per hari sesuai petunjuk dokter/bidan.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian manajemen kebidanan
Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan adalah pemecahan
masalah yang dipergunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
ketrampilan dalam tahapan yang akurat untuk pengambilan keputusan
yang berfokus pada klien.
2. Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada pola pikir varney
karena metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga
memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien.
Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pengumpulan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut adalah
sebagai berikut:
Langkah 1 : Pengkajian Data
Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses sistematis
dalam pengumpulan data-data (Nursalam, 2008).
19
1) Data Subjektif
Adalah data yang didapat dari sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian (Nursalam, 2008).
a) Biodata Identitas pasien
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), biodata identitas
pasienterdiri dari :
(1) Nama
Dikaji nama jelas dan lengkap bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(2) Umur
Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko karena
pada umur 20 tahun, alat-alat reproduksi belum siap menerima
kejadiannya. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
(3) Agama
Untuk
mengetahui
keyakinan
pasien
tersebut
untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan
Untuk mengetahui sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan
dapat
memberikan
konseling
sesuai
dengan
pendidikannya
(5) Suku/bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat-istiada atau kebiasaan seharihari.
20
(6) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingat sosial ekonominya
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
(7) Alamat
Untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b) Keluhan Utama
Keluhan yang dinyatakan dengan singkat dan menggunakan bahasa
yang dipakai si pemberi keterangan (Varney, 2007). Pasien dengan
puting susu lecet mengeluh nyeri pada puting susu dan kulit
mengelupas bahkan mengeluarkan darah
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya, yang meliputi menarche, siklus, volume dan
keluhan (Sulistyawati, 2009).
d) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010)
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil
akhirnya yaitu : abortus, lahir mati, lahir hidup dan apakah dalam
kesehatan yang baik, apakah terdapat komplikasi atau intervensi
pada kehamilan, persalinan ataupun masa nifas sebelumnya, dan
apakah ibu hamil itu mengetahui penyebabnya (Sulisyawati, 2009).
21
f) Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir, masalah atau
kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan,
keluhan selama hamil (Wiknjosastro, 2005)
g) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, adakah keluhan selama menggunakan
kotrasepsi seta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontasepsi apa (Ambarwati dan Wulanari, 2010).
h) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya
(Ambarwati &Wulandari, 2010).
(2) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini
(Ambarwati &Wulandari, 2010).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menurun seperti asma, hepatitis, dan DM, serta
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis
(Ambarwati &Wulandari, 2010).
22
i) Kebiasaan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Yang perlu dikaji meliputi pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya,
jenis
makanan
dan
makanan
pantangan
(Ambarwati &Wulandari, 2010).
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar (BAB), meliputi frekuensi, konsistensi, dan bau. Juga
kebiasaan buang air kecil (BAK), meliputi frekuensi, warna
dan jumlah (Ambarwati &Wulandari, 2010).
(3) Istirahat
Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur di siang dan malam
hari. Untuk istirahat malam rata-rata waktu yang diperlukan
adalah 6 – 8 jam (Sulistyawati, 2009).
(4) Personal Hygiene
Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia, karena pasa masa nifas masih
mengeluarkan lochea (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Seksual
Untuk menggali data dari kebiasaan seksual yang berupa
frekuensi, gangguan selama melakukan hubungan seksual
(Sulistyawati, 2009).
23
(6) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pola ini
perlu
dikaji
karena
mempengaruhi
aktivitas
terhadap
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat
proses pengembalian alat-alat reproduksi
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Data Objektif
Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat
(Nursalam, 2008).
Adapun data objektif meliputi :
a) Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui data pasien dala keadaan baik jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam bejalan. Lemah jika pasien kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain serta pasien tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri
(Sulistyawati, 2009).
Pada kasus ibu nifas dengan putting susu lecet keadaan umum
yaitu baik (Ambarwati dan Wuldandari, 2010).
24
(2) Kesadaran
Untuk mendapat gambaran tentang kesadaran pasien dari
kadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai degnan
coma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009).
Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet kesadaan ibu
composmentis (Saleha, 2009).
(3) Tanda-tanda vital
(a) Tekanan darah
Untuk mengukur faktor hipertensi atau hipotensi, batas
normal antara 90/60 mmHg sampai 130/90 mmHg dan
peningkatan diastolik tidak lebih dari 150 mmHg dari
keadaan pasien normal (Wiknjosastro, 2005). Tekanan
Darah < 140/90 mmHg dikatakan normal pada ibu
postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2009).
(b) Suhu
Untuk mengetahui suhu setelah nifas pada umumnya
setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal.
Suhu yang normal adalah 36 ˚C sampai 37 ˚C
(Wiknjosastro, 2005).
(c) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1
menit, batas normal 60 -100 x/menit (Wiknjosastro, 2005).
25
(d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung
dalam 1 menit, batas normal 20 - 30 x/menit (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
b) Pemeriksaan Sistematis
Menurut Wiknjosastro (2005), pemeriksaan sistemik meliputi :
(1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan
indera penglihatan (Nursalam, 2008)
Kepala, kepala meliputi :
(a) Rambut
: Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih,
rontok dan berketombe.
(b) Muka
: Keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema.
(c) Mata
:
untuk
menilai
kantung
conjungtiva,
warnasklera, mata strabismus (juling) atau
tidak.
(d) Hidung
: Untuk menilai adanya kelainan, adakah polip,
apakah hidung tersumbat.
(e) Telinga
: Untuk mengetahui apakah didalam ada
serumen.
(f) Mulut
: Untuk mengetahui mulut bersih atau tidak, ada
karies dan karang gigi tidak.
26
(2) Palpasi
(a) Leher
:
Perlu
dikaji
untuk
mengetahui
adanya
pembesaran kelenjar gondok atau tidak, ada
pembesaran kelenjar getah bening atau tidak,
tumor ada atau tidak (Nursalam, 2008).
(b) Mammae : Untuk mengetahui apakah ada nyeri, dischage
puting, gumpalan, biopsy, dan lecet pada
puting susu (Varney, 2007). Pada kasus ibu
nifas dengan puting susu lecet ditemukan
putih berwarna kemerahan serta pecah-pecah
(Suherni, dkk, 2009). Keadaan payudara tidak
ada
pembengkakan
(Widhiyanti,
2013).
Menurut Sulistyawati (2009), pada puting susu
lecet biasanya kulit akan merah, berkilat,
kadang gatal, terasa sakit yang menetap dan
kulit kering bersisik (flaky).
(c) Axilla
: Untuk mengetahui apakah ada tumor atau nyeri
tekan (Varney, 2007)
(d) Abdomen : Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada
luka
bekas
operasi
apa
tidak,
striae
gravidarum, linea nigra (Wiknjosastro, 2005).
(e) Ekstremitas : Apakah terdapat oedema atau tidak, adakah
varises, reflek patella atau tidak, betis merah
atau lembek atau keras (Wiknjosastro, 2005).
27
(f) Genetalia : Untuk mengetahui daerah genetalia ekterna
yang meliputi kesimetrisan labia mayora dan
labia mynora, ada atau tidak varises dan
oedema, pembesaran kelenjar bartholini, dan
cairan yang keluar berbau busuk atau tidak.
Barapa jumlah perdarahan yang keluar, ada
luka episiotomi atau laserasi periuneum
(Wiknjosastro, 2005).
(g) Anus
: Dikaji Untuk mengetahui apakah ada hemoroid
(Nursalam, 2008).
c) Data penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan
diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi
(Varney, 2007). Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet tidak
dilakukan pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi.
Langkah 2 : Interpretasi Data
Pada langkah kedua ini harus mampu mengidentifikasi data yang dapat
menganalisa serta merumuskan diagnosa dan masalah yang dihadapi
pasien. Diagnosa ini dirumuskan sesuai data yang didapat atau yang
muncul, yang dihadapi pasien dan merumuskan menjadi diagnosa
kebidanan.
28
Menurut Varney (2007), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan dalam praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan.
a. Diagnosa Kebidanan
Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus puting susu lecet adalah
“Ny. X P… A….umur….tahun postpartum hari …dengan puting susu
lecet “.
1) Data subjektif
Pasien dengan puting susu lecet mengeluh nyeri pada puting susu
dan kulit mengelupas bahkan mengeluarkan darah
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
2) Data objektif
a) Keadaan umum ibu : Sedang
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD : <140/90mmHg, S : 36-370C, R : 12-20x/menit, N :
60-100x/menit. Pada puting susu lecet :
TTV : 120/80 mmHg
R : 20 x/menit
N
S : 36,90C.
: 80 x/menit
d) Adanya lecet pada puting susu ditemukan putih berwarna
kemerahan serta pecah-pecah.
e) Keluar darah dari puting yang lecet
29
(Ambarwati dan Wulandari, 2008)
b. Masalah
Masalah adalah
hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian yang disertai diagnosa (Varney,
2007). Masalah yang sering timbul pada ibu nifas dengan puting susu
lecet yaitu merasa cemas dan gelisah (Varney, 2007).
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisa data (Varney, 2007).
Kebutuhan pada ibu nifas dengan puting susu lecet yaitu dorongan
moral dan informasi tentang cara penatalaksanaan puting susu lecet
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Langkah 3: Diagnosa Potensial
Dalam langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang sekarang
hanya merupakan antisipasi, pencegahan bila memungkinkan, menunggu
sambil waspada, dan bersiap-siap bila benar terjadi dan penting melakukan
asuhan yang aman (Varney, 2007).
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosa tidak terjadi. Sehingga langkah ini
benar, merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis
30
(Varney, 2007). Pada kasus ibu nifas dengan puting lecet potensial
terjadinya payudara bengkak (Saleha, 2009).
Langkah 4: Antisipasi
Langkah keempat ini membutuhkan kesinambungan dan proses
manajemen kebidanan. Pada langkah ini bidan mengidentifikasi perlu
tindakan segera oleh bidan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Disini bidan dituntut untuk dapat menentukan langkah diagnosa potensial
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Langkah pertama untuk mengantisipasi terjadinya diagnosa potensial
dari puting susu lecet yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk
pemberian terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1
per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari (Suherni dkk, 2009).
Langkah 5: Rencana Tindakan
Pada langkah kelima ini dilakukan rencana tindakan yang
menyeluruh yang merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap
diagnosa yang telah teridentifikasi. Tindakan yang dapat dilakukan berupa
observasi, penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan pengobatan sesuai
advis dokter.
Setiap rencana harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan
dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien diharapkan
juga akan melaksanakan rencana tersebut (Varney, 2007).
31
Menurut Suherni dkk (2009), rencana asuhan yang dapat dilakukan
oleh bidan pada ibu dengan puting lecet meliputi :
1) Bayi disusukan terlebih dahulu pada puting susu yang normal yang
lecetnya lebih sedikit untuk puting susu yang lecet dianjurkan
mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
2) Posisi menyusui haru sering diubah
3) Biarkan ASI pada puting dan areola mengering dengan sendirinya
dengan cara diangin-anginkan setelah menyusui sebelum memakai BH.
4) Jangan membersihkan puting dengan alkohol, sabun atau zat iritan
lainnya.
5) Pada puting susu dapat dibubuhkan minyak kelapa yang sudah
dimasak terlebih dahulu.
6) Menyusi lebih sering sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh
dan bayi tidak begitu lapar sehingga tidak terlalu kuat menyusu.
7) Perbaiki cara menyusui, ajari ibu cara menyusui yang benar.
8) Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai
menyusu.
9) Usahakan bayi menghisap sampai bagian di sekitar areola
10) Bila masih terasa sakit boleh minum analgesik sesuai petunjuk
dokter/bidan.
32
Langkah 6: Implementasi
Pada langkah keenam ini menurut Varney (2007) rencana asuhan
yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan oleh bidan dan pasien secara efisien dan aman.
Menurut Suherni dkk (2009) implementasi asuhan kebidanan pada
ibu nifas dengan puting susu lecet adalah sebagai berikut :
1) Menyusukan terlebih dahulu pada puting susu yang normal yang
lecetnya lebih sedikit untuk putting susu yang lecet dianjurkan
mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
2) Posisi menyusui haru sering diubah
3) Membiarkan ASI pada puting dan areola mengering dengan
sendirinya dengan cara diangin-anginkan setelah menyusui sebelum
memakai BH.
4) Jangan membersihkan putting dengan alkohol, sabun atau zat iritan
lainnya.
5) Pada puting susu dapat dibubuhkan minyak kelapa yang sudah
dimasak terlebih dahulu.
6) Menyusi lebih sering sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh
dan bayi tidak begitu lapar sehingga tidak terlalu kuat menyusu.
7) Perbaiki cara menyusui, ajari ibu cara menyusui yang benar.
8) Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai
menyusu.
9) Usahakan bayi menghisap sampai bagian di sekitar areola
33
10) Bila masih terasa sakit boleh minum analgesik sesuai petunjuk
dokter/bidan.
Langkah 7: Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan
yang kegiatannya dilakukan terus menerus dengan melibatkan pasien,
bidan, dokter dan keluarga (Varney, 2007).
Setelah dilakukan asuhan kebidanan hasil yang diharapkan
menurut
Ambarwati danWulandari (2010) adalah : KU ibu baik, puting lecet dapat
diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar.
Data Perkembangan
Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah
manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan
kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney (2007)
sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP
yaitu :
1. S (Subjektif)
: Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai
langkah satu Varney.
2. O (Objektif)
: Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes
diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.
34
3. A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa
dan intepretasi data subjektif dan objektif suatu
identifikasi:
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan
sebagai langkah
4. P (Planning)
II, III, IV Varney.
: Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan
dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment
sebagai langkah V, VI, VII Varney.
C. Landasan Hukum
Dalam Permenkes Nomor HK.02.02/MenKes/1464/2010 Pasal 10
tentang penyelenggaraan praktik Bidan dalam menjalankan pratik berwenang
untuk pemberian pelayanan yang meliputi :
1.
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a
diberikan padamasa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
2.
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a.
Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b.
Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c.
Pelayanan persalinan normal
d.
Pelayanan ibu nifas normal
e.
Pelayanan ibu menyusui
35
f.
3.
Pelayanan konseling antara dua masa kehamilan
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) berwenang untuk :
a.
Episiotomi
b.
Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c.
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d.
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e.
Pemberitan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f.
Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI
eksklusif.
g.
Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post
partum.
h.
Penyuluhan dan konseling
i.
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j.
Pemberian surat keterangan kematian, dan
k.
Pemberian keterangan cuti bersalin
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Jenis studi yang digunakan adalah metode observasional deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional yaitu suatu prosedur
berencana yang antara lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas
tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek. Studi
kasus adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu
unit selama kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus yang
digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini adalah dengan
menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah Varney dari
pengkajian sampai dengan evaluasi dan data perkembangan menggunakan
SOAP.
B. Lokasi Studi kasus
Lokasi
merupakan
tempat
pengambilan
kasus
dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini telah dilaksanakan di RB An-Nuur
Surakarta.
36
37
C. Subjek Studi Kasus
Dalam penulisan studi kasus ini subjek merupakan orang yang
dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2012).
Laporan kasus ini akan menggunakan subjek asuhan kebidanan ibu nifas pada
Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur
Surakarta.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus merupakan kapan pelaksanaan pengambilan studi
kasus akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan data pasien
dilaksanakan pada bulan 16 April - 20 April 2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data (Arikunto, 2006). Pada kasus ini instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan data adalah format 7 langkah varney dengan
data perkembangan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil
data primer dan data sekunder :
1.
Data primer
Adalah data yang diambil secara langsung diambul dari
objek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2013)
38
Data primer diperoleh dengan cara :
a.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu :
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematik. Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet
Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan
untuk mengobservasi keadaan puting susu (Nursalam, 2008).
Inspeksi dilakukan secara berurutan dari kepala sampai kaki.
Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet, inspeksi yang
dilakukan adalah pada bagian kepala meliputi wajah pasien
tidak oedem, tidak anemis, tetapi terlihat cemas, pada payudara
puting susu berwarna kemerahan serta pecah-pecah, pada
genetalia keluar lochea dengan bau khas dan tidak ada tandatanda infeksi.
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera
peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
(Nursalam, 2008). Pada kasus ibu nifas dengan puting susu
lecet palpasi dilakukan untuk mengetahui involusi uteri seperti :
Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksinya dan lochea serta
keadaan payudara apakah terdapat benjolan, pembesaran
kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan puting.
39
3) Perkusi
Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetukngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk
membandingkan
bagian
yang
kiri
dengan
yang
kanan
(Nursalam, 2008). Perkusi pada ibu nifas dengan puting susu
lecet dengan pemeriksaan reflek patella untuk mengetahui
apakah terjadi trombo flebitis pada ibu nifas.
4) Auskultasi
Adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop
untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh
(Nusalam, 2008). Auskultasi pada kasus pada ibu nifas dengan
puting susu lecet yaitu mengukur tekanan darah
(Nursalam, 2008).
b.
Wawancara
Yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau peneliti secara
lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakapcakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face),
sehingga tidak hanya ucapan responden saja yang diperhatikan tetapi
mimik wajah juga (Notoatmodjo, 2012). Pada studi kasus ini
wawancara dilakukan pada pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
dengan menggunakan pedoman wawancara berupa format asuhan
kebidanan ibu nifas patologi menurut Varney.
40
c. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera mengobservasi dapat dilakukan
melalui penglihatan, penciuman, pendengaran peraba dan pengecap
(Arikunto, 2006). Dalam studi kasus ini observasi pada ibu nifas
dengan puting susu lecet melakukan pengamatan Keadaan Umum
dan keadaan puting susu serta proses laktasi (Suherni dkk, 2009).
2.
Data sekunder
Adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber informasi
yang penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi masalah
untuk menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan kebidanan dan
memonitor respon pasien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2012).
a.
Studi dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010).
Dalam
kasus
ini
dokumentasi
dilakukan
dengan
mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam medik klien di
RB An-Nuur Surakarta.
b.
Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu
penelitian (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus pada ibu nifas dengan
41
puting susu lecet mengambil dari buku-buku kesehatan tahun
2004 – 2014.
G. Alat-alat yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain :
1.
2.
3.
Wawancara
a.
Format pengkajian pada ibu nifas
b.
Buku tulis
c.
Bulpoint
Observasi menggunakan alat :
a.
Tensi meter
b.
Stetoskop
c.
Termometer
d.
Timbangan berat badan
e.
Metlin
f.
Jam tangan dengan penunjuk detik
Dokumentasi
a.
Status atau catatan pasien
b.
Rekam medik
c.
Alat tulis
H. Jadwal Penelitian
Bagian ini menguraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian sampai dengan penulisan laporan penelitian,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian terlampir.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
I. Pengkajian data
a. Identitas Pasien
Identitas Ibu
Identitas Suami
Nama
: Ny. A
Nama
: Tn. P
Umur
: 24 tahun
Umur
: 26 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa/indonesia
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Perum Baturan
b. Anamnese (data subjektif) :
Tanggal :16April 2015
Pukul : 16.00WIB
1) Alasan utama pada waktu masuk
Ibu mengatakan tanggal 13 April 2015 pukul 17.05 telah
melahirkan anak pertamanya, sejak kemarin ibu mengeluh puting
susu lecet, nyeri, terasa panas, dan ibu cemas dengan keadaannya
dan bayinya yang tidak mau menyusu.
42
43
2) Keluhan
Ibu mengatakan puting susu lecet, nyeri, terasa panas, dan ibu
cemas dengan keadaannya dan bayinya yang tidak mau menyusu
3) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan nyeri pada payudara karena puting susu lecet
b) Riwayat penyakit sistemtik
(1) Jantung
: Ibu mengatakan dadanya tidak berdebardebar cepat, tidak mudah lelah saat
beraktifitas ringan, dan tidak pernah
mengalami nyeri dada.
(2) Ginjal
: Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat
BAK, dan tidak sakit pada pinggang
(3) Asma/TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas,
tidak pernah batuk atau batuk berdahak
lebih
dari
2
minggu,
tidak
pernah
mengalami sesak napas dan nyeri pada
bagian dada, tidak pernah mengalami
deman (meriang panas dingin) lebih dari
sebulan,
tidak
pernah
mengalami
berkeringat pada waktu malam hari tanpa
penyebab
yang
jelas,
dan
tidak
44
mengalamipenurunan
berat
badan
dikarenakan hilangnya nafsu makan .
(4) Hepatitis
: Ibu mengatakan tidak ada masalah dalam
nafsu makan, tidak cepat lelah dan pada
mata, kuku tidak kuning
(5) DM
: Ibu mengatakan tidak mengalami merasa
mudah haus, mudah lapar dan sering BAK
serta sering berkeringat dingin di malam
hari
(6) Hipertensi
: Ibu mengatakan tidak pernah pusing
maupun
darahnya
nyeri
tengkuk
tidak
dan
pernah
tekanan
tinggi
(>140/90mmHg)
(7) Epilepsi
: ibu mengatakan tidak pernah kejangkejang dan mengeluarkan busa dari mulut
(8) Lain-lain
: Ibu mengatakan tidak ada penyakit lain
yang
dideritanya,
misalnya
gonoroe,
sipilis, HIV/AIDS
4) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga baik dari pihak ibu maupun
suami tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM,
asma, jantung, hipertensi dan tidak ada riwayat penyakit menular
seperti hepatitis, TBC
45
5) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari keluarga pihak ibu maupun dari pihak
suami tidak ada keturunan kembar
6) Riwayat operasi
Ibu mengatakan belum pernah operasi.
7) Riwayat menstruasi
a) Menarche
:Ibu mengatakan menstruasi pertama kali umur
13 tahun
b) Siklus
: Ibu mengatakan siklus menstruasi ± 28 hari
c) Lama
: Ibu mengatakan lama menstruasi ± 5 hari
d) Banyak
: Ibu mengatakan ganti pembalut 2 - 3x / hari
e) Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur
f) Sifat darah
: Ibu mengatakan darah menstruasi merah
encer
g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak nyeri saat menstruasi
8) Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu mengatakan belum pernah menjadi akseptor KB
9) Riwayat Perkawinan
a) Status Perkawinan : syah kawin 1 kali
b) Kawin I : umur 23 tahun, dengan suami umur 26 tahun
Lama : 1 tahun, anak 1 orang
46
10) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No
1
Tgl/Thn
Partus
2015
Tempat
Partus
RB
Nuur
An-
Jenis
par
Tus
Uk
39
Spont
an
BB
(gr)
PB
(cm)
Keadaan
Laktasi
Keadaan
Anak
SekaRang
290
0
49
Baik
Lancar
Hidup
Anak
Peno
long
Jenis
Bidan
♀
Nifas
11) Riwayat Hamil
a) HPHT
: 06 – 07 - 2014
b) HPL
: 13 – 04 - 2015
c) Keluhan Keluhan pada
Trimester I
: Mual dan muntah
Trimester II
: Tidak ada keluhan
Trimester III
: Nyeri pada punggung
d) ANC
: 10kali, di Bidan, teratur
e) Penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang
gizi ibu hamil, tablet Fe dan ASI eksklusif
f) Imunisasi TT
: 2 kali
12) Riwayat Persalinan Ini
a) Tempat persalinan
Penolong
: RB An-Nuur Surakarta
: Bidan
b) Tanggal/Jam Persalinan : 13April 2015 pukul : 17.05 WIB
c) Umur Kehamilan
: 39 minggu
d) Jenis Persalinan
: spontan
47
e) Tindakan lain
:Tidak dilakukan
f) Komplikasi / Kelainan dalam persalinan : tidak ada
komplikasi / Kelainan dalam persalinan
13) Perinium
a) Ruptur / Tidak
: Ruptur derajat I
b) Dijahit / Tidak
: Dijahit
14) Pola Kebiasaan Saat Nifas
a) Nutrisi
1) Pola makan
: ibu mengatakan sehari makan 3 kali
dengan makanan bervariasi 1 piring nasi,
1 mangkok sayur dan 2 potong lauk-pauk
2) Pola minum
: ibu
mengatkan
sehari
minum
8-9
gelas/hari air putih, teh dan susu
b) Eliminasi
(1) BAB
: ibu mengatakan BAB 1 kali sehari
konsistensi
feces
lunak
dan
warna
kecoklatan
(2) BAK
: ibu mengatakan BAK 5-6 kali sehari
warna kekuningan, tidak keruh
c) Istirahat/Tidur
Ibu mengatakan selama nifas tidur siang ± 1 jam dan tidur
malam ± 5 jam.
48
d) Personal Hygiene
Ibu mengatakan selama nifas mandi 2 kali sehari, gosok gigi
3 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, ganti baju 2 kali
sehari dan ganti pembalut 2 kali sehari
e) Keadaan Psikologis
Ibu mengatakan saat ini cemas dengan keadaan anaknya dan
dirinya sendiri
f) Riwayat sosial budaya
(1) Dukungan keluarga
Ibu mengatakan semua keluarga senang dengan
kelahiran bayinya
(2) Keluarga lain yang tinggal serumah
Ibu mengatakan hanya tinggal serumah dengan
suaminya
(3) Pantangan makanan
Ibu mengatakan tidak ada pantangan makan selama
nifas ini
(4) Kebiasaan adat istiadat
Ibu mengatakan ada acara sepasaran
(5) Penggunaan obat-obatan/rokok
Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan selain
dari bidan dan ibu tidak merokok
49
c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1) Status generalis
a) Keadaan umum : Sedang
b) Kesadaran
: Compos mentis
c) TTV
: TD : 110/70mmHg
N : 80x/menit
d) TB
: 155 cm
e) BB sebelum hamil
: 45 kg
f) BB sekarang
: 52 kg
g) LLA
: 26 cm
R: 20x/menit
S : 36,60C
2) Pemeriksaan sistematis
a) Kepala
Rambut
: bersih, warna hitam, tidak bau, tidak
berketombe
Muka
: tidak bengkak, tidak ada cloasma, tampak
menahan nyeri
b) Mata
(1) Oedema
: tidak oedema
(2) Conjungtiva
: merah muda
(3) Sklera
: berwarna putih
c) Hidung
: bersih, tidak ada benjolan
d) Telinga
: bersih, simetris kanan dan kiri, tidak ada
sekret
50
e) Mulut/gigi/gusi
:
bersih, tidak ada pembengkakan, tidak
ada stomatitis, tidak ada caries
f) Leher
(1) Kelenjar gondok
: tidak ada pembesaran kelenjar gondok
(2) Tumor
: tidak ada tumor
(3) Pembesaran kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
g) Dadat dan Axilla
(1) Mammae
(a) Pembengkakan
: Tidak ada pembengkakan namun
ada nyeri tekan.
(b) Tumor
: Tidak ada tumor
(c) Simetris
: Simetris kanan dan kiri
(d) Areola
: Hiperpigmentasi
(e) Puting susu
: Menonjol, puting susu sebelah
kiri lecet, sedikit pecah-pecah dan
warnanya kemerahan.
(2) Kolostrum/ASI
: Sudah keluar
h) Axilla
(1) Benjolan
: tidak ada benjolan
(2) Nyeri
: tidak adanyeri saat ditekan
i) Ektremitas
(1) Varices
: Tidak ada varices
51
(2) Oedema
: Tidak oedema
(3) Reflek Patella
: Positif kanan dan kiri
(4) Betis merah/lembek/keras
: betis tidak merah, tidak
lembek dan tidak keras
j) Hofman Sign
: (-)
d. Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)
1) Abdomen
a) Inspeksi
(1) Pembesaran perut
: Tidak ada
(2) Linea alba/nigra
: Linea alba
(3) Strie Albican / Livide: Striae albican
(4) Kelainan
: Tidak ada kelainan
b) Palpasi
(1) Kontraksi
: Tidak ada
(2) TFU
: 3 jari bawah pusat
(3) Kandung Kencing
: Kosong
2) Anogenital
a) Vulva Vagina
(1) Varices
: Tidak ada varices
(2) Kemerahan
: Tidak kemerahan
(3) Nyeri
: Tidak ada nyeri tekan
(4) Lochea
: Rubra
52
b) Perinium
(1) Keadaan luka
: luka jahitan masih basah
(2) Bengkak/kemerahan : tidak ada kemerahan maupun
bengkak
c) Anus
(1) Haemorhoid
: tidak ada haemoroid
(2) Lain-lain
: tidak ada kelainan
d) Inspekulo
(1) Vagina
: tidak dilakukan
(2) Portio
: tidak dilakukan
e) Pemeriksaan dalam
: tidak dilakukan
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan
II. Interpretasi Data
Tanggal :16 April 2015
Pukul : 16.30 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Ny.A P1A0 Umur 24 tahun Post partum hari ke 3 dengan puting susu
lecet.
Data Dasar :
DS
:
53
1. Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya tanggal 13
April 2015 pukul 17.05 WIB
2. Ibu mengatakan puting susu sebelah kiri lecet, agak pecah-pecah,
terasa panas dan nyeri
3. Ibu mengatakan bayinya susah menyusu
DO
:
1. Keadaan umum
: Sedang
2. Kesadaran
: Composmentis
3. TTV
: TD : 110/70mmHg
N : 80x/menit
R: 20x/menit
S : 369 0C
4. Puting susu : sebelah kiri lecet, pecah-pecah
5. Mammae sedikit kemerahan dan nyeri tekan (+)
6. TFU : 3 jari bawah pusat
7. Pengeluaran pervaginam : Lochea rubra
B. Masalah
Ibu cemas dan takut dengan keadaan dirinya dan bayinya
C. Kebutuhan
1. Beri dukungan moril dan informasi kepada ibu tentang keadaan
puting susu lecet
2. Beri informasi dan dukungan pada ibu teknik menyusui yang benar
dan perawatan puting susu lecet
54
III. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial pada kasus ini adalah payudara bengkak.
IV. Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter umum untuk pemberian terapi.
V. Rencana Tindakan
Tanggal :16 April 2015
pukul : 16.45 WIB
1. Beritahu hasil pemeriksaan dan kondisi ibu
2. Berikan ibu KIE tentang puting susu lecet dan perawatannya
3. Berikan ibu KIE tentang teknik menyusui yang benar
4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada puting susu yang tidak
lecet terlebih dahulu
5. Anjurkan ibu untuk tidak membersihkan payudara setelah menyusui
dan cukup diangin-anginkan saja karena sisa ASI merupakan anti
infeksi dan pelembut bagi puting susu
6. Anjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet
diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan
7. Anjurkan ibu memberikan ASI perah dengan sendok dan jangan
memakai dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara langsung
8. Beri terapi yaitu paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3
x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari
9. Beri informasi kepada ibu besok akan dilakukan kunjungan rumah.
55
VI. Implementasi/Pelaksanaan
Tanggal :16 April 2015
pukul : 17.00WIB
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan kondisi ibu dimana ibu
mengalami puting susu lecet yang harus dilakukan perawatan dengan
benar dan hasil pemeriksaan :
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
TTV
: TD : 110/70mmHg
R
: 20x/menit
N
: 80x/menit
S
: 369 0C
2. Memberikan KIE pada ibu tentang puting susu lecet yaitu keadaan
dimana puting susu ibu lecet atau terbelah yang menimbulkan nyeri
dan bahkan sampai mengeluarkan darah. Cara perawatan puting susu
lecet yaitu dengan melakukan teknik menyusui yang benar dan
melakukan perawatan payudara.
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar
yaitu :
a. Ibu duduk dengan posisi santai dan tegak, menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar
pada sandaran kursi.
56
b. Sebelum menyusui, keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada puting
sampai sekitar areola mammae, pengolesan ASI ini memiliki
manfaat sebagai desinfektan dan pelembut puting susu
c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan
diatas pangkuan ibu dengan cara :
1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada
lengkung siku ibu, dan kepala bayi ditahan dengan telapak
tanagn ibu. Sedangkan bokong bayi diletakkan pada lengan
ibu.
2) Tangan bayi yang satu diletakkan dibagian depan ibu dan
satunya di belakang badan ibu
3) Perut bayi menempel badan ibu dan kepala bayi menghadap
payudara
4) Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus
5) Saat proses menyusui ibu menantap bayi dengan penuh kasih
sayang
d. Mulailah menyusui pada payudara yang putingnya tidak lecet
terlebih dahulu, dengan cara payudara ibu dipegang dengan tangan
kiri dan keempat jari sedangkan ibu jari menekan areola mammae
e. Berikan rangsangan pada bayi dengan menyentuhkan puting susu
pada daerah pipi dan sekitar mulut bayi
57
f. Jika bayi sudah membuka mulut, dengan cepat menghadapkan
kepala bayi ke payudara ibu dan masukkan puting sampai areola ke
mulut bayi
4. Mengenjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada payudara dengan
puting yang tidak lecet terlebih dahulu
5. Menganjurkan ibu seletah menyusui jangan membersihkan payudara
dan cukup diangin-anginkan saja, karena sisa ASI sebagai desinfektan
dan pelembut kulit puting susu
6. Menganjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet
diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan
dan ditampung pada gelas
7. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI perah dengan sendok dan
jangan memakai dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara
langsung
8. Memberikan ibu terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin
500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari
9. Memberikan informasi kepada ibu bahwa besok akan dilakukan
kunjungan rumah.
VII.Evaluasi
Tanggal :16 April 2014
pukul: 17.50 WIB
1. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan dan kondisinya
2. Ibu sudah tahu apa itu puting susu lecet dan cara perawatannya
58
3. Ibu sudah tahu tentang teknik menyusui yang benar
4. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya dimulai dari puting yang tidak
lecet terlebih dahulu
5. Ibu bersedia setelah menyusui puting susu cukup diangin-anginkan
saja dan tidak perlu dibersihkan
6. Ibu
bersedia
mengistirahatkan
puting
yang
lecet
dan
tetap
mengeluarkan ASI dengan tangan kemudian menampung ASI pada
gelas
7. Ibu bersedia memberikan ASI dengan sendok pada bayinya jika bayi
tetap belum mau menyusu secara langsung
8. Ibu sudah diberi terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin
500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari
9. Ibu bersedia besok dilakukan kunjungan rumah
59
DATA PERKEMBANGAN I
Kunjungan Rumah 1
Tanggal : 17 April 2015
pukul : 09.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan puting susunya masih lecet, masih terasa nyeri dan
panas
2. Ibu mengatakan asi sudah diperah dengan tangan dan sudah di
berikan pada bayi menggunakan sendok.
3. Ibu mengatakan untuk mengeluarkan ASI pada puting yang lecet
dilakukan dengan tangan setiap 3 jam
4. Ibu masih cemas dengan bayinya
5. Ibu mengatakan obatnya sudah diminum.
O : Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran
TTV
: Composmentis
: TD : 120/70mmHg
N : 88x/menit
R: 24x/menit
S : 366 0C
3. Puting susu : sebelah kiri lecet, pecah-pecah
4. Nyeri tekan pada payudara (+)
5. TFU : 3 jari bawah pusat
6. Pengeluaran pervaginam : Lochea sanguilonenta
7. Perineum : jahitan sudah kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.
60
A :Asessment
Ny.A P1A0 Umur Ibu 24 tahun Post partum hari ke 4 dengan puting susu
lecet
P :Planning
Tanggal 17 April 2014
pukul 09. 25 WIB
1. Memberikan KIE pada ibu cara melakukan perawatan payudara yang
baik dan benar yaitu :
a. Menyiapkan alat dan bahan sebagai berikut :
1) Minyak kelapa
2) Kapas
3) 2 baskom yang berisi air panas dan air dingin
4) Waslap atau sapu tangan bahan dari handuk
5) Handuk bersih BH yang menyokong
b. Melakukan langkah-langkah pengurutan payudara
1) Pengurutan pertama
a. Melicinkan kedua tangan dengan minyak
b. Meletakkan kedua telapak tangan diantara payudara ibu
c. Melakukan pengurutan dimulai kearah atas, lalu telapak
tangan kiri kearah sisi kiri dan telapak tangan kanan
kearah sisi kanan
d. Dilanjutkan dengan pengurutan ke bawah atau kesamping.
Selanjutnya
pengurutan
melintang,
telapak
tangan
mengurut kedepan lalu kedua tangan dilepas dari payudara
61
e. Mengulang gerakan 20 sampai 30 kali gerakan setiap
payudara
2) Pengurutan kedua
Menyangga payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua
atau tiga jari tanagan kanan melakukan gerakan memutar
sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai puting
susu, setelah itu pada payudara yang kanan dan setiap
payudara dilakukan dua kali
3) Pengurutan ketiga
Menyangga payudara denagn satu tangan, sedangkan tangan
yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah
tepi ke arah puting susu, gerakan ini dilakukan pada kedua
payudara dan diulang 20 sampai 30 kali
c. Pengompresan
Mengompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2
menit dan kemudian dengan waslap dingin selama 1 menit,
kompres bergantian 3 kali berturut-turut dan diakhiri dengan
waslap hangat.
d. Menganjurkan ibu untuk mengulangi langkah-langkah perawatan
payudara yang baik dan benar
2. Melihat ibu bagaimana cara mempraktekkan teknik menyusui yang
benar
62
3. Melihat ibu bagaimana cara menegluarkan ASI pada payudara dengan
puting susu yang lecet
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin
sesuai kebtuhan bayi dan dahulukan untuk menyusui pada payudara
dengan puting yang tidak lecet
5. Mengnjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
dan istirahat cukup
6. Melanjutkan terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr
3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari
7. Menyampaiakan pada ibu bahwa besok akan dilakukan kunjungan
rumah lagi
Evaluasi :
Tanggal 17 April 2015
pukul : 09.45 WIB
1. Ibu sudah bisa melakukan perawatan payudara sendiri
2. Ibu sudah bisa menyusui bayinya dengan teknik menyusi yang benar,
bayi menyusu dengan tenang, tetapi puting masih lecet dan bayi masih
belum mau menyusu pada puting yang lecet
3. Ibu sudah bisa mengeluarkan ASI dengan benar dan ASI keluar
lumayan banyak
4. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan sesuai
kebutuhan bayi
5. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizi dan istirahat saat bayi
tidur
63
6. Ibu bersedia minum obat yang sudah diberikan secara teratur
7. Ibu bersedia dilakukan kunjungan rumah lagi besok
64
DATA PERKEMBANGAN II
Kunjungan Rumah 2
Tanggal :18 April 2014
pukul : 09.00WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan puting susu masih lecet sedikit, sudah tidak terasa panas
dan nyeri berkurang
2. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai mau menyusu langsung pada puting
yang sedikit lecet tapi sebentar-sebentar
3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancar
4. Ibu mengatakan obatnya masih diminum.
O : Objektif
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
TTV
TD : 120/80mmHg
N : 84x/menit
R: 24x/menit
S : 366 0C
3. Puting susu : sebelah kiri lecet sedikit basah
4. Nyeri tekan pada payudara masih sedikit terasa
5. TFU : 3 jari bawah pusat
6. Pengeluaran pervaginam : Lochea sanguilonenta
7. Perineum : jahitan sudah kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
A :Asessment
Ny.A P1 A0 Umur Ibu 24 tahun Post partum hari ke 5 dengan puting susu
lecet
65
P : Planning
Tanggal :18 April 2015
pukul : 09.15 WIB
1. Melihat ibu cara mempraktekkan perawatan payudara dengan benar
2. Melihat ibu cara menusui bayinya
3. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menyusui bayi sesering mungkin
dan pada kedua payudara
4. Mengingatkan ibu untuk sebelum menyusui agar mengoleskan ASI pada
puting dan daerah sekitar areola payudara
5. Menganjurkan ibu untuk memberika ASI eksklusif sampai bayi usia 6
bulan
6. Menganjurkan ibu untuk tetap minum obat paracetamol 500 gr 3 x 1 per
hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari secara
teratur
7. Menginformasikan kepada ibu bahwa besok akan dilakukan kunjungan
rumah kembali
Evaluasi :
Tanggal 18 April 2015
pukul : 09.50WIB
1. Ibu sudah bisa mempraktekkan sendiri cara perawatan payudara
2. Ibu dalam menyusui bayinya tekniknya sudah benar
3. Ibu bersedia untuk menyususi bayinya sesering mungkin dan pada
kedua payudara
4. Ibu mengerti sebelum menyusui mengoleskan puting dan areola sekitar
payudara denagn ASI terlebih dahulu.
66
5. Ibu bersedia dan berkomitmen akan memberikan ASI eksklusif pada
bayinya sampai umur 6 bulan
6. Ibu bersedia minum obat sesuai aturan dan secara tertatur
7. Ibu bersedia dilakukan kunjungan rumah besok pagi
67
DATA PERKEMBANGAN III
Kunjungan Rumah 3
Tanggal :19 April 2015
pukul : 10.00WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan puting susu tidak lecet dan sudah tidak terasa nyeri
2. Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu langsung pada kedua
payudara ibu
3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancer
4. Ibu mengatakan obatnya masih diminum.
O : Objektif
1. Keadaan umum
Kesadaran
TTV
: Baik
: Compos mentis
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
R: 24x/menit
S : 365 0C
2. Puting susu : sebelah kiri sudah tidak lecet
3. Sudah tidak ada nyeri tekan pada payudara ibu
4. TFU : 3 jari bawah pusat
5. Pengeluaran pervaginam : Lochea sanguilonenta
6. Perineum : jahitan sudah kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
A : Asessment
Ny.A P1 A0 Umur Ibu 24 tahun Post partum hari ke 6 dengan riwayat puting
susu lecet
68
P : Planning
Tanggal : 19 April 2015
pukul : 10.10WIB
1. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara secara
teratur
2. Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan teknik menyusui agar tidak
terjadi masalah selama periode pemberian ASI
3. Menganjurkan ibu untuk berkomitmen memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya sampai usia 6 bulan
4. Menganjurkan ibu untuk selalu mengkonsumsi makanan gizi seimbang
dan isirahat cukup
5. Memberitahu ibu bahwa puting susu sudah sembuh sudah tidak nyeri dan
sudah tidak terasa panas dan kembali normal.
Evaluasi :
Tanggal 19 April 2015
pukul : 10.45WIB
1. Ibu bersedia untuk melakukan perwatan payudara secara teratur
2. Ibu dalam menyusui bayinya sudah sesuai dengan teknik menyusui
yang benar
3. Ibu sudah berkomitmen untuk memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya sampai usia 6 bulan dan akan tetap menyusui sampai berusia
2 tahun
4. Ibu bersedia menjaga asupan makanan denagn memilih makanan gizi
seimbang
5. Puting susu ibu sudah tidak lecet, tidak terasa nyeri dan sudah kembali
normal
69
DATA PERKEMBANGAN IV
Kunjungan Rumah 4
Tanggal : 20April 2015
pukul : 10.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan puting susu tidak lecet dan sudah tidak terasa nyeri
2. Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu langsung pada kedua
payudara ibu
3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancar
O : Obyektif
1. Keadaan umum
Kesadaran
TTV
: Baik
: Composmentis
TD : 120/80mmHg
N : 80x/menit
R: 24x/menit
S : 365 0C
2. Puting susu : sebelah kiri sudah tidak lecet dan kering
3. Sudah tidak ada nyeri tekan pada payudara ibu
4. TFU : 3 jari bawah pusat
5. Pengeluaran pervaginam : lochea sanguilonenta
6. Perineum : jahitan sudah kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
A :Asessment
Ny.A P1 A0 Umur Ibu 24 tahun Post partum hari ke 8 dengan riwayat puting
susu lecet
70
P : Planning
Tanggal : 20 April 2015
pukul : 10.10 WIB
1. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara secara
teratur
2. Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan teknik menyusui agar tidak
terjadi masalah selama periode pemberian ASI
3. Memberitahu ibu bahwa puting susu sudah sembuh sudah tidak nyeri dan
sudah tidak terasa panas dan kembali normal.
4. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila ada keluhan.
Evaluasi :
Tanggal 19 April 2015
pukul : 10.45 WIB
1. Ibu bersedia untuk melakukan perwatan payudara secara teratur
2. Ibu dalam menyusui bayinya sudah sesuai dengan teknik menyusui
yang benar
3. Puting susu ibu sudah tidak lecet, tidak terasa nyeri dan sudah kembali
normal
71
B. Pembahasan
Pembahasan merupakan bagian dari karya tulis yang akan dibahas
kesenjangan antara teori yang didapat dengan praktek langsung tentang
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting
Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. Kesenjangan-kesenjangan yang
diberikan juga memerlukan pemecahan masalah, adapun pemecahan
masalahnya dilakukan dengan melaksanakan asuhan kebidanan sebagai salah
satu cara yang dilakukan oleh bidan dalam menangani masalah kebidanan
dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney yang
dirumuskan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2008), pengkajian adalah langkah pertama
yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan
merupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data-data.
Pada pengkajian data diperoleh Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24
tahun
P1A0 dengan puting susu lecet dengan keluhan utama ibu
mengatakan puting susu lecet, nyeri, terasa panas, dan ibu cemas dengan
keadaannya dan bayinya yang tidak mau menyusu. Sedangkan dari data
obyektifdilakukan pemeriksaan Keadaan umum: Sedang, Kesadaran:
Composmentis, TD : 110/70mmHg, R: 20x/menit, N : 80x/menit, S :
3690C, Puting susu : sebelah kiri lecet, pecah-pecah, Mammae sedikit
kemerahan dan nyeri tekan (+), TFU : 3 jari bawah pusat, Pengeluaran
pervaginam : Lochea rubra.
72
Pada langkah ini antara kasus dan teori tidak ada kesenjangan,
menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), keluhan pada puting susu
lecet yaitu puting susu terasa nyeri karena lecet bahkan sampai
mengeluarkan darah.
2. Interpretasi Data
b. Diagnosa Kebidananmerupakan diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008),
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus puting susu lecet adalah
“Ny. X P… A….umur …. tahun postpartum hari …dengan puting susu
lecet “. Data subjektifpasien dengan puting susu lecet mengeluh nyeri
pada puting susu dan kulit mengelupas bahkan mengeluarkan darah.
Data objektifKeadaan umum ibu : Sedang, Kesadaran : composmentis,
TTV : TD : < 140/90 mmHg, S : 36-370C, R : 12-20 x /menit, N : 60100 x /menit. Pada puting susu lecet, adanya lecet pada puting susu
ditemukan putih berwarna kemerahan serta pecah-pecah, keluar darah
dari puting yang lecet.
Pada kasus didapatkan data Ny.A P1A0 Umur 24 tahun Post
partum hari ke 3 dengan puting susu lecet. Data subjektif ibu
mengatakan telah melahirkan anak pertamanya tanggal 13 April 2015
pukul 17.05 WIB, ibu mengatakan puting susu sebelah kiri lecet, agak
pecah-pecah, terasa panas dan nyeri, Ibu mengatakan bayinya susah
menyusu.
73
Data objektif keadaan umum sedang, kesadaran composmentis,
tekanan darah 110/70mmHg, R: 20x/menit, Nadi 80x/menit, suhu 369
0
C, puting susu sebelah kiri lecet, pecah-pecah, mammae sedikit
kemerahan dan nyeri tekan (+), TFU : 3 jari bawah pusat, pengeluaran
pervaginam : Lochea rubra
Menurut Varney (2007), masalah adalah hal-hal yang berkaitan
dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang
disertai diagnosa. Masalah yang sering timbul pada ibu nifas dengan
puting susu lecet yaitu merasa cemas dan gelisah. Pada kasus
didapatkan Ibu cemas dan takut dengan keadaan dirinya dan bayinya
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisa data (Varney, 2007). Kebutuhan pada ibu nifas
dengan puting susu lecet yaitu dorongan moral dan informasi tentang
cara penatalaksanaan puting susu lecet (Ambarwati dan Wulandari,
2008). Pada kasus kebutuhan yaitu beri dukungan moril dan informasi
kepada ibu tentang keadaan puting susu lecet, Beri informasi dan
dukungan pada ibu teknik menyusui yang benar dan perawatan puting
susu lecet. Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan parkatek.
3. Diagnosa Potensial
Menurut Varney (2007), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan dalam praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
74
diagnosa kebidanan. Pada kasus Ny. Adengan puting susu lecet terjadi
payudara bengkak.
4. Antisipasi
Pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet diberikan antisipasi
yaitu beri suport mental berhubungan dengan kecemasan dan takut dengan
keadaan dirinya dan bayinya.
Ambarwati dan Wulandari (2010), langkah ini membutuhkan
kesinambungan dan proses manajemen kebidanan. Pada langkah ini bidan
mengidentifikasi
perlu
tindakan
segera
oleh
bidan
atau
untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai kondisi klien. Disini bidan dituntut untuk dapat
menentukan langkah diagnosa potensial.
Menurut Suherni dkk (2009), pada kasus untuk mengantisipasi
terjadinya diagnosa potensial dariputing susu lecet yaitu kolaborasi dengan
dokter Sp.OG untuk pemberian terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari,
amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari. Pada
langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
5. Rencana Tindakan
Pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet rencana tindakan yang
diberikan yaitu :beritahu hasil pemeriksaan dan kondisi ibu, berikan ibu
KIE tentang puting susu lecet dan perawatannya, berikan ibu KIE tentang
teknik menyusui yang benar, anjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada
puting susu yang tidak lecet terlebih dahulu, anjurkan ibu untuk tidak
membersihkan payudara setelah menyusui dan cukup diangin-anginkan
75
saja karena sisa ASI merupakan anti infeksi dan pelembut bagi puting
susu, anjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet
diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
anjurkan ibu memberikan ASI perah dengan sendok dan jangan memakai
dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara langsung, beri terapi
yaitu paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari,
antalgin 500 gr 3 x 1 per hari, beri informasi kepada ibu besok akan
dilakukan kunjungan rumah.
Menurut Suherni dkk (2009), rencana asuhan yang dapat dilakukan
oleh bidan pada ibu dengan puting lecet meliputi : bayi disusukan terlebih
dahulu pada puting susu yang normal yang lecetnya lebih sedikit untuk
puting susu yang lecet dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui, Posisi menyusui harus sering diubah, biarkan ASI pada puting
dan areola mengering dengan sendirinya dengan cara diangin-anginkan
setelah menyusui sebelum memakai BH, jangan membersihkan puting
dengan alkohol, sabun atau zat iritan lainnya, pada puting susu dapat
dibubuhkan minyak kelapa yang sudah dimasak terlebih dahulu, menyusui
lebih sering sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak
begitu lapar sehingga tidak terlalu kuat menyusu, perbaiki cara menyusui,
ajari ibu cara menyusui yang benar, perhatikan cara melepaskan mulut
bayi dari puting setelah selesai menyusu, usahakan bayi menghisap sampai
bagian di sekitar areola, bila masih terasa sakit boleh minum analgesik
sesuai petunjuk dokter/bidan.
76
Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek di lapangan dikarenakan ibu cemas dengan keadaannya sehingga
takut untuk memberikan ASI kepada bayinya.
6. Implementasi
Pelaksanaan asuhan harus secara menyeluruh sesuai dengan kondisi
pasien, Menurut Suherni dkk (2009) implementasi asuhan kebidanan pada
ibu nifas dengan puting susu lecet sesuai dengan rencana tindakan.
Sedangkan pada kasus Ny.A dengan puting susu lecet dilakukan
pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan sesuai denganteori. Sehingga
dalam langkah pelaksanaan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus..
7. Evaluasi
Menurut Varney (2007), evaluasi merupakan langkah terakhir dalam
manajemen kebidanan yang kegiatannya dilakukan terus menerus dengan
melibatkan pasien, bidan, dokter dan keluarga. Setelah dilakukan asuhan
kebidanan selama 5 hari pada Ny.A dengan puting susu lecet didapatkan
hasil :KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada dan
laktasi berjalan lancar. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010),
evaluasi adalah : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak
ada dan laktasi berjalan lancar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur
24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta, maka
penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pengkajian data diperoleh Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24 tahun P1A0
dengan puting susu lecet dengan keluhan utama ibu mengatakan puting
susu lecet, nyeri, terasa panas, dan ibu cemas dengan keadaannya dan
bayinya yang tidak mau menyusu.
2.
Interpretasi data pada kasus didapatkan data Ny.A P1A0 Umur 24 tahun
Post partum hari ke 3 dengan puting susu lecet. Masalah pada kasus
didapatkan ibu cemas dan takut dengan keadaan dirinya dan bayinya.
3.
Diagnosa Potensial pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet timbul
yaitu payudara bengkak.
4.
Antisipasi pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet diberikan antisipasi
yaitu Beri Suport mental berhubungan dengan kecemas dan takut dengan
keadaan dirinya dan bayinya Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan.
5.
Rencana Tindakan pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet rencana
tindakan yang diberikan yaitu : beritahu hasil pemeriksaan dan kondisi ibu,
berikan ibu KIE tentang puting susu lecet dan perawatannya, berikan ibu
KIE tentang teknik menyusui yang benar, anjurkan ibu untuk menyusui
77
78
bayinya pada puting susu yang tidak lecet terlebih dahulu, anjurkan ibu
untuk tidak membersihkan payudara setelah menyusui dan cukup dianginanginkan saja karena sisa ASI merupakan anti infeksi dan pelembut bagi
puting susu, anjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet
diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,
anjurkan ibu memberikan ASI perah dengan sendok dan jangan memakai
dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara langsung, beri terapi
yaitu paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari,
antalgin 500 gr 3 x 1 per hari, Bila lecet tidak sembuh dalam waktu 1
minggu rujuk ke puskesmas, beri informasi kepada ibu besok akan
dilakukan kunjungan rumah. Dalam langkah ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan
6.
Implementasi pada kasus Ny.A dengan puting susu lecet dilakukan
pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan sesuai denagnteori. Sehingga
dalam langkah pelaksanaan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
7.
Evaluasi asuhan kebidanan selama 5 hari pada Ny.A dengan puting susu
lecet didapatkan hasil : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri
tidak ada dan laktasi berjalan lancar. Menurut Ambarwati dan Wulandari
(2010), evaluasi adalah : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri
tidak ada dan laktasi berjalan lancar.
8.
Hasil asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan
Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan, menganjurkan ibu untuk memerah
asinya dengan tangan, serta memberikan asi dengan menggunakan sendok
dan tidak menyusukan sampai puting ibu sembuh
79
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan
prosedur pada kasus puting susu lecet.
2. RB An-Nuur Surakarta
Diharapkan
lebih meningkatkan
demonstrasi
dengan
memberikan
informasi tentang perawatan payudara yang benar, teknik menyusui yang
benar, terutama pada ibu primigravida
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk studi kasus selanjutnya
atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan kebidanan
khususnya pada ibu nifas dengan puting susu lecet.
4. Pada ibu nifas dengan puting susu lecet
Diharapkan agar selalu melakukan perawatan payudara secara teratur
dengan
benar,
melakukan
teknik
menyusui
denagn
benar
dan
mengkonsumsi makanan bergizi agar selama proses laktasi tidak timbul
masalah.
Download