ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. A UMUR 24 TAHUN P1A0 DENGAN PUTING SUSU LECET DI RB AN-NUUR SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh Sundari Sukowati NIM B12.103 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. A UMUR 24 TAHUN P1A0 DENGAN PUTING SUSU LECET DI RB AN-NUUR SURAKARTA Diajukan Oleh : Sundari Sukowati NIM B12.103 Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal Juli 2015 Pembimbing Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes NIK. 201083059 ii HALAMAN PENGESAHAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. A UMUR 24 TAHUN P1A0 DENGAN PUTING SUSU LECET DI RB AN-NUUR SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Diajukan Oleh : Sundari Sukowati NIM B12.103 Telah dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Pada tanggal 2015 Penguji I Penguji II Yunia Renny Andhikatias, SST NIK 2011880 Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes NIK. 201083059 Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Ka.Prodi D III Kebidanan Retno Wulandari, SST NIK. 200985034 iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 3. Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 4. Hj. Sri Surti Mulyani, selaku pimpinan RB An-Nuur Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. 5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Ny. A yang telah bersedia untuk diambil datanya guna penulisana KaryaTulis Ilmiah. iv 7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Juli 2015 Penulis v Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015 Sundari Sukowati B12.103 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. A UMUR 24 TAHUN P1A0 DENGAN PUTING SUSU LECET DI RB AN-NUUR SURAKARTA xi + 81 halaman + 12 lampiran INTISARI Latar Belakang : Banyak hal yang dapat terjadi pada ibu dan bayi selama masa nifas yang berlangsung lebih kurang 6 minggu, pada ibu yang mengalami puting lecet sebanyak 13% di RB An – Nuur Surakarta, ada ibu yang dapat melalui masa nifas dengan aman, nyaman dan sejahtera. Namun ada juga ibu yang tidak dapat melalui dengan baik. Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula dari teknik menyusui yang tidak benar, puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu dan cara menghentikan menyusui yang kurang tepat (Maritallia, 2012). Tujuan : Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan menurut Varney pada asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. Metode Penelitian : Jenis studi kasus ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif. Lokasi pengambilan kasus dilaksanakan di RB An-Nuur Surakarta. Subyek studi kasus yaitu Ny. A dengan puting susu lecet. Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 17 April – 1 Mei 2014. Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data studi kasus ini menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu nifas. Teknik pengumpulan data meliputi data primer yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Data sekunder yaitu studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan kasus yaitu alat wawancara dan observasi. Hasil Studi Kasus : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari pada Ny.A dengan puting susu lecet didapatkan hasil : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar. Kesimpulan : Hasil asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta terdapat kesenjangan pada langkah antisipasi dan rencana tindakan tetapi tidak menimbulkan masalah kegawatan dalam asuhan Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, nifas, puting susu lecet Kepustakaan : 15 literatur (tahun 2005 – 2013) vi MOTTO 1. Jangan takut pada masa depan dan jangan pernah menangis untuk masa lalu 2. Pelajari apapun yang anda bisa, kapanpun, dan dari siapapun. Di sanalah nanti akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang menyenangkan (Sarah Caldwell) 3. Kesalahan adalah sekolah tempat kebenaran selalu tumbuh lebih kuat (Henry Ward Beecher) PERSEMBAHAN 1. Sujud syukur kepada Allah SWT atas kesabaran dan kemudahan sehigga KTI ini bisa terselesaikan 2. Trimakasih Bapak dan Ibu dan segenap keluarga besarku tanpamu aku bukanlah apa-apa 3. Kakakku dan adikku terima kasih doa dan semangat 4. Sahabat Elma, Retno, Tri, Dinda, Rina, Dyas “Kost Cantik: do'a, nasehat, semangat yang kalian berikan, tertawa dan menangis bersama kalian, yang selalu mengisi hari hariku semoga kebersamaan ini akan menjadikan kita dewasa 5. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2012, semangat…!!!! 6. Almamater tercinta vii CURICULUM VITAE BIODATA Nama : Sundari Sukowati Tempat / Tanggal Lahir : Prabumulih, 07 Mei 1994 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Taman Murni RT 001 RW 003 Gunung Ibul Barat Prabumulih Timur Sumatra Selatan RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Negeri 48 Prabumulih Lulus tahun 2006 2. SMP Negeri 08 Prabumulih Lulus tahun 2009 3. SMA Negeri 06 Prabumulih Lulus tahun 2012 4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012 viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv INTISARI ...................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii CURRICULUM VITAE ................................................................................ viii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2 C. Tujuan Studi kasus ....................................................................... 2 D. Manfaat Studi kasus ..................................................................... 4 E. Keaslian Studi kasus .................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis .................................................................................. 6 1. Konsep Dasar Masa Nifas ...................................................... 6 2. Puting Susu Lecet ................................................................... 14 B. Teori Manajemen Kebidanan ....................................................... 18 C. Landasan Hukum ........................................................................ 34 ix BAB III METODOLOGI A. Jenis Studi Kasus ........................................................................ 36 B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................... 36 C. Subyek Studi Kasus .................................................................... 37 D. Waktu Studi Kasus ...................................................................... 37 E. Instrumen Studis Kasus ............................................................... 37 F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 37 G. Alat dan Bahan yang digunakan ................................................. 40 H. Jadwal Penelitian.......................................................................... 41 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ............................................................................. 42 1. Pengakajian Data .................................................................... 42 2. Interpretasi Data .................................................................... 52 3. Diagnosa Potensial ................................................................ 54 4. Tindakan Segera .................................................................... 54 5. Rencana Tindakan ................................................................. 54 6. Implementasi/Pelaksanaan .................................................... 55 7. Evaluasi ................................................................................. 57 B. Pembahasan ................................................................................. 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................. 77 B. Saran .............................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien Dalam Pengambilan Kasus Lampiran 8. Format Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Lampiran 9. Lembar Oservasi Lampiran 10 SAP tentang puting susu lecet dan perawatannya dan leaflet Lampiran 11. SAP tentang teknik menyusui yang benar dan leaflet Lampiran 12.` SAP cara melakukan perawatan payudara yang baik dan benar dan Leaflet. Lampiran 13. Dokumentasi Studi Kasus Lampiran 14. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI tahun 2013 bayi usia 0 – 6 bulan sebanyak 2.347.496, yang diberikan ASI secara Ekslusif sebanyak 1.141.298 (48,62%), sedangkan di Jawa Tengah jumlah bayi 0- 6 bulan sebanyak 158.913 bayi dan 67.863 bayi (42,70%) yang diberi ASI Eksklusif (Depkes RI, 2013). Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil (Nugroho dkk, 2014). Banyak hal yang dapat terjadi pada ibu dan bayi selama masa nifas yang berlangsung lebih kurang 6 minggu, ada ibu yang dapat melalui masa nifas dengan aman, nyaman dan sejahtera. Namun ada juga ibu yang tidak dapat melalui dengan baik. Menyusui merupakan tugas seorang ibu setelah tugas melahirkan bayi berhasil dilalui. Menyusui dapat merupakan pengalaman yang menyenangkan atau dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan atau dapat menjadi pengalaman yang tidak nyaman bagi ibu dan bayi. Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula dari teknik menyusui yang tidak benar, puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu dan cara menghentikan menyusui yang kurang tepat (Maritallia, 2012). 1 2 Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas yaitu memberi dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis serta mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman (Nugroho dkk, 2014) Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 28 Oktober 2014 di RB AnNuur Surakarta selama bulan Januari sampai September 2014 diperoleh data 100 ibu nifas terdiri 40 ibu nifas (40%)dengan rupture, 22 ibu nifas (22%) nifas normal, 15 pasien (15%) nifas puting susu lecet, 13 ibu nifas (13%) ibu nifas dengan mastitis dan 10 ibu nifas (10%) ibu nifas dengan anemia. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta”. B. Perumusan Masalah “Bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta?” C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan umum Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan menurut Varney pada asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. 3 2. Tujuan khusus a. Penulis mampu : 1) Melaksanakan pengkajian secara lengkap dan sistematis pada ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. 2) Melakukan interpretasi data dengan merumuskan diagnosa kebidanan, masalah yang mungkin timbul serta kebutuhan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. 3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. 4) Melakukan antisipasi pada ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. 5) Merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. 6) Melakukan perencanaan asuhan secara efisiensi ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. 7) Evaluasi pada ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. b. Mahasiswa mampu menganalisa adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata yang ditemui di lapangan 4 D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Penulis Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan suhan kebidanan secara langsung kepada ibu nifas patologis dengan puting susu lecet melalui pendekatan manajemen kebidanan Varney 2. Bagi Profesi Menambah referensi dan wawasan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet 3. Bagi Institusi a. Institusi Pendidikan Sebagai bahan rujukan dalam perkuliahan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet. b. RB An-Nuur Surakarta Sebagai bahan rujukan dalam pelayanan kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet. E. Keaslian Studi Kasus Studi kasus dengan judul asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan puting susu lecet pernah dilakukan oleh : 1. Wiwik Widhiyanti (2013), STKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. R P1A0 Umur 25 Tahun dengan Puting Susu Lecet di BPM Puji Setiani Tegal Mulyo Mojosongo Surakarta”. Menggunakan manajemen asuhan kebidanan Varney dalam 5 mengatasi masalah puting susu lecet pada ibu nifas. Hasil anamnesa didapat bahwa ibu mengeluh puting susu lecet, nyeri, terasa panas, bayi tidak mau menyusu dan ibu cemas dengan keadaannya. Dalam mengatasi masalah puting susu lecet dilakukan suhan selama 3 hari. Melakukan observasi keadaan umum dan vital sign Memberikan terapi sesuai dengan saran dokter Sp.OG yaitu paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari . Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny.W dengan puting susu lecet didapatkan hasil : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar 2. Nurjannah, AS (2010), STKes Muhammadiyah Lamongan Jawa Timur dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologis pada Ny F Postpartum Hari ke-2 dengan Putting Susu Lecet di RS Muhammadiyah Lamongan”. Asuhan yang dilakukan adalah memberikan terapi analgesik dan antibiotik yaitu parasetamol 500 gr, amoxilin 500 gr 3 x 1 per hari dan perawatan payudara yang benar dan menyusui yang benar. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan selama 2 hari yaitu ASI menjadi lancar, tidak terjadi abses. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Konsep Dasar Masa Nifas a. Pengertian Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Ambarwati dan Wulandari, 2008). b. Tahapan Masa Nifas Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), masa nifas dibagi menjadi 3 (tiga) tahap antara lain : 1) Puerperium dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. 2) Puerperium intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 sampai 8 minggu. 6 7 3) Remote puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. c. Perubahan fisiologis masa nifas Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), Perubahan fisiologis masa nifas sebagai berikut : 1) Perubahan sistem reproduksi Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), perubahan sistem reproduksi sebagai berikut : a) Involusi Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. b) Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai perubahan karena proses involusi dan proses keluarnya darah nifas atau lochea dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu: (1) Lochea rubra / kruenta Lochea rubra muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah berisi 8 darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium (Ambarwati dan Wulandari, 2008). (2) Lochea sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2008). (3) Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, lekosit dan robekan / laserasi plasenta.Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 postpartum. (4) Lochea alba Lochea ini berwarna putih karena mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba berlangsung selama 2 sampai 6 minggu postpartum. (5) Lochea purulenta Keluarnya cairan seperti nanah yang berbau busuk akibat adanya infeksi. (6) Lochiotosis/ lochea statis Lochea yang tidak lancar keluarnya. 9 c) Cervik Cerviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil, karena robekan kecil yang terjadi selama masa dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil. d) Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selam proses persalina dan akan kembali secara bertahap dalam 6 – 8 minggu post partum. Penurunan hormon estrogen pada pasa postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugue. 2) Perubahan sistem pencernaan Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi penurunan produksi progesteron, sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal demikian karena inaktivitas motilitas usus karena kurangnya kesimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adana rasa nyeri pada perineum karena adanya luka episiotomi, pengeluaran cairan yang berlebihan waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid (Wulandari dan Handayani, 2011). 10 3) Perubahan sistem perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung biasanya akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan belangsung (Sulistyawati, 2009). 4) Perubahan sistem muskuloskeletal (Diatesis Rectie Abdominis) Otot-otot uterus berkontrasksi segera setelah partus. Pembuluhpembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalian, secara berangsurangsur menjai ciut dan pulih kembali sehinga tak jarang uteus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor (Sulistyawati, 2009). 5) Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas (a) Suhu badan Pada 24 jampostpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50C – 380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Sekitar hari ke 3 atau hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,20C sampai 37,50C. 11 Kemungkinan disebabkan karena aktivitas payudara karena ada pembentukan ASI, payudara menjadi bengkak dan memerah karena banyaknya ASI. Bila kenaikan suhu badan mencapai 380C pada hari kedua sampai ke sepuluh postpartum harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas (Suherni dkk, 2009). (b) Nadi Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/menit setelah persalinan dikarenakan ibu dalam keadaan istirahat penuh. Apabila nadi ibu meningkat lebih dari 100x/menit kemungkinan terjadi gejala syok akibat infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda. (c) Tekanan darah Tekanan darah pada ibu postpartum biasanya tidak berubah, tetapi kadang menjadi rendah sebagai akibat adanya perdarahan selama persalinan.Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2008). (d) Pernafasan Pernafasan berhubungan dengan suhu dan nadi apabila suhu dan nadi meningkat maka pernafasan juga meningkat. 12 d. Komplikasi Masa Nifas Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), komplikasi pada masa nifas antara lain : 1) Infeksi nifas Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. 2) Perdarahan pervaginam Perdarahan pervaginam merupakan perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. 3) Kelainan payudara Kelainan payudara antara lain adalah bendungan ASI, mastitis, putting susu lecet, abses payudara. 4) Pre eklampsia postpartum Preeklampsia pasca persalinan (postpartum pre-eclampsia) biasanya ditandai dengan gejala mirip dengan pre-eklampsia pada masa hamil. 5) Anemia Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin menurun sehingga tubuh mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang. 13 6) Depresi postpartum Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 tahun kedepan. e. Masalah dalam Pemberian ASI Menurut Saleha (2009), masalah dalam pemberian ASI pada masa nifas antara lain adalah : a. Puting susu lecet Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puting. Penyebabnya adalah kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusu sampai areola tertutup mulut bayi. b. Payudara bengkak Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusukan dengan adekuat sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. c. Saluran susu tersumbat Hal-hal yang menyebabkan saluran susu tersumbat adalah tekanan jari ibu yang telalu kuat pada waktu menyusui. Pemakaian bra yang telalu kuat, komplikasi payudara bengkak yaitu susu terkumpul tiadk segera dikeluarkan sehingga terbentuklah sumbatan. 14 d. Mastitis Mastitis adalah radang pada payudara yang disebabkan oleh payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat. Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadiyna payudara bengkak. Bra yang telalu kuat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis. e. Abses Payudara Abses payudara merupakan kelanjutan atau komplikasi dari mastitis yang disebabkan meluasnya peradangan dalam payudara. 2. Puting susu lecet a. Pengertian Puting susu lecet adalah puting susu terasa nyeri karena lecet bahkan sampai mengeluarkan darah dan terasa nyeri (Ambarwati dan Wulandari, 2008). b. Penyebab puting susu lecet Menurut Saleha (2009), beberapa penyebab yang menjadikan puting susu lecet adalah sebagai berikut : 1) Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusu sampai areola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusu pada puting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi 15 bayi tidak menekan pada sinus laktiferus, sedangkan pada ibunya akan menjadi nyeri pada puting susu. 2) Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu. 3) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu 4) Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingue) sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai ke kalam payudara dan isapan hanya pada puting susu saja. 5) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang berhati-hati. c. Tanda dan gejala Menurut Sulistyawati (2009), tanda gejala puting susu lecet, yaitu: Biasanya kulit akan merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap dan kulit kering bersisik (flaky). d. Pencegahan Menurtu Saleha (2009), pencegahan puting susu lecet dapat dilakukan cara sebagai berikut: 1) Tidak membersihkan puting susu denga sabun, alkoholm krim atau zat-zat iritan lainnya. 2) Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu tidak dengan memaksa menarik puting tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingkin yang bersih ke mulut bayi. 16 3) Posisi menyusui harus benar yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara dan menggunakan kelua payudara. e. Penatalaksanaan puting susu lecet Penatalaksanaan atau cara menangani puting susu lecet menurut Ambarwati dan Wulandari (2009), antara lain : 1) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, candidiasis, atau dermatitis) 2) Bila penyebab puting lecet karena posisi menyusui salah perhatikan posisi menyusui, ibu bisa terus memberikan ASI pada puting yang tidak lecet terlebih dahulu, olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk) 3) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan akan sembuh sendiri dalam waktu 2x24 jam 4) Selama puting susu diistirahatkan anjurkan ibu tetap mengeluarkan ASI dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena akan menambah nyeri, bubuhkan minyak kelapa pada payudara dan bersihkan payudara dengan air hangat dan tidak dianjurkan dengan sabun 5) Apabila sangat menyakitkan untuk sementara berhenti menyusu pada payudara yang sakit, ASI dikeluarkan dengan tangan dan diberikan dengan sendok kepada bayi, setelah membaik mulai menyusui kembali dengan waktu yang lebih singkat, bila lecet tidak 17 sembuh dalam 1 minggu anjurkan ibu untuk pergi ke tenaga kesehatan. Menurut Suherni dkk (2009), rencana asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan pada ibu dengan puting lecet meliputi : 6. Bayi disusukan terlebih dahulu pada puting susu yang normal yang lecetnya lebih sedikit untuk puting susu yang lecet dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. 7. Posisi menyusui haru sering diubah 8. Biarkan ASI pada putting dan areola mengering dengan sendirinya dengan cara diangin-anginkan setelah menyusui sebelum memakai BH. 9. Jangan membersihkan putting dengan alkohol, sabun atau zat iritan lainnya. 10. Pada puting susu dapat dibubuhkan minyak kelapa yang sudah dimasak terlebih dahulu. 11. Menyusi lebih sering sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar sehingga tidak terlalu kuat menyusu. 12. Perbaiki cara menyusui, ajari ibu cara menyusui yang benar. 13. Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai menyusu. 14. Usahakan bayi menghisap sampai bagian di sekitar areola 18 15. Bila masih terasa sakit boleh minum obat yaitu paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari sesuai petunjuk dokter/bidan. B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian manajemen kebidanan Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan adalah pemecahan masalah yang dipergunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam tahapan yang akurat untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. 2. Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada pola pikir varney karena metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut: Langkah 1 : Pengkajian Data Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data-data (Nursalam, 2008). 19 1) Data Subjektif Adalah data yang didapat dari sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008). a) Biodata Identitas pasien Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), biodata identitas pasienterdiri dari : (1) Nama Dikaji nama jelas dan lengkap bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (2) Umur Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko karena pada umur 20 tahun, alat-alat reproduksi belum siap menerima kejadiannya. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. (4) Pendidikan Untuk mengetahui sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (5) Suku/bangsa Dikaji untuk mengetahui adat-istiada atau kebiasaan seharihari. 20 (6) Pekerjaan Untuk mengetahui dan mengukur tingat sosial ekonominya karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien (7) Alamat Untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. b) Keluhan Utama Keluhan yang dinyatakan dengan singkat dan menggunakan bahasa yang dipakai si pemberi keterangan (Varney, 2007). Pasien dengan puting susu lecet mengeluh nyeri pada puting susu dan kulit mengelupas bahkan mengeluarkan darah (Ambarwati dan Wulandari, 2010). c) Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya, yang meliputi menarche, siklus, volume dan keluhan (Sulistyawati, 2009). d) Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010) e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya yaitu : abortus, lahir mati, lahir hidup dan apakah dalam kesehatan yang baik, apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun masa nifas sebelumnya, dan apakah ibu hamil itu mengetahui penyebabnya (Sulisyawati, 2009). 21 f) Riwayat Kehamilan Sekarang Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir, masalah atau kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan, keluhan selama hamil (Wiknjosastro, 2005) g) Riwayat Keluarga Berencana Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, adakah keluhan selama menggunakan kotrasepsi seta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontasepsi apa (Ambarwati dan Wulanari, 2010). h) Riwayat Kesehatan (1) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati &Wulandari, 2010). (2) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini (Ambarwati &Wulandari, 2010). (3) Riwayat kesehatan keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menurun seperti asma, hepatitis, dan DM, serta penyakit menular seperti TBC, Hepatitis (Ambarwati &Wulandari, 2010). 22 i) Kebiasaan Sehari-hari (1) Nutrisi Yang perlu dikaji meliputi pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan makanan pantangan (Ambarwati &Wulandari, 2010). (2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar (BAB), meliputi frekuensi, konsistensi, dan bau. Juga kebiasaan buang air kecil (BAK), meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati &Wulandari, 2010). (3) Istirahat Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur di siang dan malam hari. Untuk istirahat malam rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6 – 8 jam (Sulistyawati, 2009). (4) Personal Hygiene Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pasa masa nifas masih mengeluarkan lochea (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (5) Seksual Untuk menggali data dari kebiasaan seksual yang berupa frekuensi, gangguan selama melakukan hubungan seksual (Sulistyawati, 2009). 23 (6) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pola ini perlu dikaji karena mempengaruhi aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 2) Data Objektif Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat (Nursalam, 2008). Adapun data objektif meliputi : a) Pemeriksaan fisik (1) Keadaan umum Untuk mengetahui data pasien dala keadaan baik jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam bejalan. Lemah jika pasien kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain serta pasien tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009). Pada kasus ibu nifas dengan putting susu lecet keadaan umum yaitu baik (Ambarwati dan Wuldandari, 2010). 24 (2) Kesadaran Untuk mendapat gambaran tentang kesadaran pasien dari kadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai degnan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009). Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet kesadaan ibu composmentis (Saleha, 2009). (3) Tanda-tanda vital (a) Tekanan darah Untuk mengukur faktor hipertensi atau hipotensi, batas normal antara 90/60 mmHg sampai 130/90 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 150 mmHg dari keadaan pasien normal (Wiknjosastro, 2005). Tekanan Darah < 140/90 mmHg dikatakan normal pada ibu postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2009). (b) Suhu Untuk mengetahui suhu setelah nifas pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal. Suhu yang normal adalah 36 ˚C sampai 37 ˚C (Wiknjosastro, 2005). (c) Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit, batas normal 60 -100 x/menit (Wiknjosastro, 2005). 25 (d) Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung dalam 1 menit, batas normal 20 - 30 x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010). b) Pemeriksaan Sistematis Menurut Wiknjosastro (2005), pemeriksaan sistemik meliputi : (1) Inspeksi Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan (Nursalam, 2008) Kepala, kepala meliputi : (a) Rambut : Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe. (b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah oedema. (c) Mata : untuk menilai kantung conjungtiva, warnasklera, mata strabismus (juling) atau tidak. (d) Hidung : Untuk menilai adanya kelainan, adakah polip, apakah hidung tersumbat. (e) Telinga : Untuk mengetahui apakah didalam ada serumen. (f) Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih atau tidak, ada karies dan karang gigi tidak. 26 (2) Palpasi (a) Leher : Perlu dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar gondok atau tidak, ada pembesaran kelenjar getah bening atau tidak, tumor ada atau tidak (Nursalam, 2008). (b) Mammae : Untuk mengetahui apakah ada nyeri, dischage puting, gumpalan, biopsy, dan lecet pada puting susu (Varney, 2007). Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet ditemukan putih berwarna kemerahan serta pecah-pecah (Suherni, dkk, 2009). Keadaan payudara tidak ada pembengkakan (Widhiyanti, 2013). Menurut Sulistyawati (2009), pada puting susu lecet biasanya kulit akan merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap dan kulit kering bersisik (flaky). (c) Axilla : Untuk mengetahui apakah ada tumor atau nyeri tekan (Varney, 2007) (d) Abdomen : Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi apa tidak, striae gravidarum, linea nigra (Wiknjosastro, 2005). (e) Ekstremitas : Apakah terdapat oedema atau tidak, adakah varises, reflek patella atau tidak, betis merah atau lembek atau keras (Wiknjosastro, 2005). 27 (f) Genetalia : Untuk mengetahui daerah genetalia ekterna yang meliputi kesimetrisan labia mayora dan labia mynora, ada atau tidak varises dan oedema, pembesaran kelenjar bartholini, dan cairan yang keluar berbau busuk atau tidak. Barapa jumlah perdarahan yang keluar, ada luka episiotomi atau laserasi periuneum (Wiknjosastro, 2005). (g) Anus : Dikaji Untuk mengetahui apakah ada hemoroid (Nursalam, 2008). c) Data penunjang Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi (Varney, 2007). Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi. Langkah 2 : Interpretasi Data Pada langkah kedua ini harus mampu mengidentifikasi data yang dapat menganalisa serta merumuskan diagnosa dan masalah yang dihadapi pasien. Diagnosa ini dirumuskan sesuai data yang didapat atau yang muncul, yang dihadapi pasien dan merumuskan menjadi diagnosa kebidanan. 28 Menurut Varney (2007), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. a. Diagnosa Kebidanan Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus puting susu lecet adalah “Ny. X P… A….umur….tahun postpartum hari …dengan puting susu lecet “. 1) Data subjektif Pasien dengan puting susu lecet mengeluh nyeri pada puting susu dan kulit mengelupas bahkan mengeluarkan darah (Ambarwati dan Wulandari, 2008). 2) Data objektif a) Keadaan umum ibu : Sedang b) Kesadaran : Composmentis c) TTV : TD : <140/90mmHg, S : 36-370C, R : 12-20x/menit, N : 60-100x/menit. Pada puting susu lecet : TTV : 120/80 mmHg R : 20 x/menit N S : 36,90C. : 80 x/menit d) Adanya lecet pada puting susu ditemukan putih berwarna kemerahan serta pecah-pecah. e) Keluar darah dari puting yang lecet 29 (Ambarwati dan Wulandari, 2008) b. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang disertai diagnosa (Varney, 2007). Masalah yang sering timbul pada ibu nifas dengan puting susu lecet yaitu merasa cemas dan gelisah (Varney, 2007). c. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2007). Kebutuhan pada ibu nifas dengan puting susu lecet yaitu dorongan moral dan informasi tentang cara penatalaksanaan puting susu lecet (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Langkah 3: Diagnosa Potensial Dalam langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang sekarang hanya merupakan antisipasi, pencegahan bila memungkinkan, menunggu sambil waspada, dan bersiap-siap bila benar terjadi dan penting melakukan asuhan yang aman (Varney, 2007). Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar, merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis 30 (Varney, 2007). Pada kasus ibu nifas dengan puting lecet potensial terjadinya payudara bengkak (Saleha, 2009). Langkah 4: Antisipasi Langkah keempat ini membutuhkan kesinambungan dan proses manajemen kebidanan. Pada langkah ini bidan mengidentifikasi perlu tindakan segera oleh bidan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Disini bidan dituntut untuk dapat menentukan langkah diagnosa potensial (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Langkah pertama untuk mengantisipasi terjadinya diagnosa potensial dari puting susu lecet yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari (Suherni dkk, 2009). Langkah 5: Rencana Tindakan Pada langkah kelima ini dilakukan rencana tindakan yang menyeluruh yang merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosa yang telah teridentifikasi. Tindakan yang dapat dilakukan berupa observasi, penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan pengobatan sesuai advis dokter. Setiap rencana harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien diharapkan juga akan melaksanakan rencana tersebut (Varney, 2007). 31 Menurut Suherni dkk (2009), rencana asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan pada ibu dengan puting lecet meliputi : 1) Bayi disusukan terlebih dahulu pada puting susu yang normal yang lecetnya lebih sedikit untuk puting susu yang lecet dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. 2) Posisi menyusui haru sering diubah 3) Biarkan ASI pada puting dan areola mengering dengan sendirinya dengan cara diangin-anginkan setelah menyusui sebelum memakai BH. 4) Jangan membersihkan puting dengan alkohol, sabun atau zat iritan lainnya. 5) Pada puting susu dapat dibubuhkan minyak kelapa yang sudah dimasak terlebih dahulu. 6) Menyusi lebih sering sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar sehingga tidak terlalu kuat menyusu. 7) Perbaiki cara menyusui, ajari ibu cara menyusui yang benar. 8) Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai menyusu. 9) Usahakan bayi menghisap sampai bagian di sekitar areola 10) Bila masih terasa sakit boleh minum analgesik sesuai petunjuk dokter/bidan. 32 Langkah 6: Implementasi Pada langkah keenam ini menurut Varney (2007) rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh bidan dan pasien secara efisien dan aman. Menurut Suherni dkk (2009) implementasi asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet adalah sebagai berikut : 1) Menyusukan terlebih dahulu pada puting susu yang normal yang lecetnya lebih sedikit untuk putting susu yang lecet dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. 2) Posisi menyusui haru sering diubah 3) Membiarkan ASI pada puting dan areola mengering dengan sendirinya dengan cara diangin-anginkan setelah menyusui sebelum memakai BH. 4) Jangan membersihkan putting dengan alkohol, sabun atau zat iritan lainnya. 5) Pada puting susu dapat dibubuhkan minyak kelapa yang sudah dimasak terlebih dahulu. 6) Menyusi lebih sering sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar sehingga tidak terlalu kuat menyusu. 7) Perbaiki cara menyusui, ajari ibu cara menyusui yang benar. 8) Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai menyusu. 9) Usahakan bayi menghisap sampai bagian di sekitar areola 33 10) Bila masih terasa sakit boleh minum analgesik sesuai petunjuk dokter/bidan. Langkah 7: Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan yang kegiatannya dilakukan terus menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter dan keluarga (Varney, 2007). Setelah dilakukan asuhan kebidanan hasil yang diharapkan menurut Ambarwati danWulandari (2010) adalah : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar. Data Perkembangan Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney (2007) sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu : 1. S (Subjektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney. 2. O (Objektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney. 34 3. A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan intepretasi data subjektif dan objektif suatu identifikasi: a. Diagnosa atau masalah b. Antisipasi diagnosa atau masalah c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 4. P (Planning) II, III, IV Varney. : Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment sebagai langkah V, VI, VII Varney. C. Landasan Hukum Dalam Permenkes Nomor HK.02.02/MenKes/1464/2010 Pasal 10 tentang penyelenggaraan praktik Bidan dalam menjalankan pratik berwenang untuk pemberian pelayanan yang meliputi : 1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan padamasa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. 2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal d. Pelayanan ibu nifas normal e. Pelayanan ibu menyusui 35 f. 3. Pelayanan konseling antara dua masa kehamilan Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berwenang untuk : a. Episiotomi b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e. Pemberitan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI eksklusif. g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post partum. h. Penyuluhan dan konseling i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil j. Pemberian surat keterangan kematian, dan k. Pemberian keterangan cuti bersalin BAB III METODOLOGI A. Jenis Studi Kasus Jenis studi yang digunakan adalah metode observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional yaitu suatu prosedur berencana yang antara lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek. Studi kasus adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit selama kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini adalah dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah Varney dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan data perkembangan menggunakan SOAP. B. Lokasi Studi kasus Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini telah dilaksanakan di RB An-Nuur Surakarta. 36 37 C. Subjek Studi Kasus Dalam penulisan studi kasus ini subjek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2012). Laporan kasus ini akan menggunakan subjek asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus merupakan kapan pelaksanaan pengambilan studi kasus akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan data pasien dilaksanakan pada bulan 16 April - 20 April 2015. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2006). Pada kasus ini instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah format 7 langkah varney dengan data perkembangan SOAP. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil data primer dan data sekunder : 1. Data primer Adalah data yang diambil secara langsung diambul dari objek/objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2013) 38 Data primer diperoleh dengan cara : a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu : 1) Inspeksi Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan untuk mengobservasi keadaan puting susu (Nursalam, 2008). Inspeksi dilakukan secara berurutan dari kepala sampai kaki. Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet, inspeksi yang dilakukan adalah pada bagian kepala meliputi wajah pasien tidak oedem, tidak anemis, tetapi terlihat cemas, pada payudara puting susu berwarna kemerahan serta pecah-pecah, pada genetalia keluar lochea dengan bau khas dan tidak ada tandatanda infeksi. 2) Palpasi Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif (Nursalam, 2008). Pada kasus ibu nifas dengan puting susu lecet palpasi dilakukan untuk mengetahui involusi uteri seperti : Tinggi Fundus Uteri (TFU), kontraksinya dan lochea serta keadaan payudara apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan puting. 39 3) Perkusi Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetukngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan (Nursalam, 2008). Perkusi pada ibu nifas dengan puting susu lecet dengan pemeriksaan reflek patella untuk mengetahui apakah terjadi trombo flebitis pada ibu nifas. 4) Auskultasi Adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh (Nusalam, 2008). Auskultasi pada kasus pada ibu nifas dengan puting susu lecet yaitu mengukur tekanan darah (Nursalam, 2008). b. Wawancara Yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau peneliti secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakapcakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face), sehingga tidak hanya ucapan responden saja yang diperhatikan tetapi mimik wajah juga (Notoatmodjo, 2012). Pada studi kasus ini wawancara dilakukan pada pasien, keluarga dan tenaga kesehatan dengan menggunakan pedoman wawancara berupa format asuhan kebidanan ibu nifas patologi menurut Varney. 40 c. Pengamatan (Observasi) Kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran peraba dan pengecap (Arikunto, 2006). Dalam studi kasus ini observasi pada ibu nifas dengan puting susu lecet melakukan pengamatan Keadaan Umum dan keadaan puting susu serta proses laktasi (Suherni dkk, 2009). 2. Data sekunder Adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi masalah untuk menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan kebidanan dan memonitor respon pasien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2012). a. Studi dokumentasi Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010). Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam medik klien di RB An-Nuur Surakarta. b. Studi kepustakaan Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus pada ibu nifas dengan 41 puting susu lecet mengambil dari buku-buku kesehatan tahun 2004 – 2014. G. Alat-alat yang Dibutuhkan Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain : 1. 2. 3. Wawancara a. Format pengkajian pada ibu nifas b. Buku tulis c. Bulpoint Observasi menggunakan alat : a. Tensi meter b. Stetoskop c. Termometer d. Timbangan berat badan e. Metlin f. Jam tangan dengan penunjuk detik Dokumentasi a. Status atau catatan pasien b. Rekam medik c. Alat tulis H. Jadwal Penelitian Bagian ini menguraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian terlampir. BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus I. Pengkajian data a. Identitas Pasien Identitas Ibu Identitas Suami Nama : Ny. A Nama : Tn. P Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun Agama : Islam Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa/indonesia Suku Bangsa : Jawa Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta Alamat : Perum Baturan b. Anamnese (data subjektif) : Tanggal :16April 2015 Pukul : 16.00WIB 1) Alasan utama pada waktu masuk Ibu mengatakan tanggal 13 April 2015 pukul 17.05 telah melahirkan anak pertamanya, sejak kemarin ibu mengeluh puting susu lecet, nyeri, terasa panas, dan ibu cemas dengan keadaannya dan bayinya yang tidak mau menyusu. 42 43 2) Keluhan Ibu mengatakan puting susu lecet, nyeri, terasa panas, dan ibu cemas dengan keadaannya dan bayinya yang tidak mau menyusu 3) Riwayat penyakit a) Riwayat penyakit sekarang Ibu mengatakan nyeri pada payudara karena puting susu lecet b) Riwayat penyakit sistemtik (1) Jantung : Ibu mengatakan dadanya tidak berdebardebar cepat, tidak mudah lelah saat beraktifitas ringan, dan tidak pernah mengalami nyeri dada. (2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak sakit pada pinggang (3) Asma/TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas, tidak pernah batuk atau batuk berdahak lebih dari 2 minggu, tidak pernah mengalami sesak napas dan nyeri pada bagian dada, tidak pernah mengalami deman (meriang panas dingin) lebih dari sebulan, tidak pernah mengalami berkeringat pada waktu malam hari tanpa penyebab yang jelas, dan tidak 44 mengalamipenurunan berat badan dikarenakan hilangnya nafsu makan . (4) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak ada masalah dalam nafsu makan, tidak cepat lelah dan pada mata, kuku tidak kuning (5) DM : Ibu mengatakan tidak mengalami merasa mudah haus, mudah lapar dan sering BAK serta sering berkeringat dingin di malam hari (6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah pusing maupun darahnya nyeri tengkuk tidak dan pernah tekanan tinggi (>140/90mmHg) (7) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejangkejang dan mengeluarkan busa dari mulut (8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak ada penyakit lain yang dideritanya, misalnya gonoroe, sipilis, HIV/AIDS 4) Riwayat penyakit keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga baik dari pihak ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM, asma, jantung, hipertensi dan tidak ada riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TBC 45 5) Riwayat keturunan kembar Ibu mengatakan dari keluarga pihak ibu maupun dari pihak suami tidak ada keturunan kembar 6) Riwayat operasi Ibu mengatakan belum pernah operasi. 7) Riwayat menstruasi a) Menarche :Ibu mengatakan menstruasi pertama kali umur 13 tahun b) Siklus : Ibu mengatakan siklus menstruasi ± 28 hari c) Lama : Ibu mengatakan lama menstruasi ± 5 hari d) Banyak : Ibu mengatakan ganti pembalut 2 - 3x / hari e) Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah menstruasi merah encer g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak nyeri saat menstruasi 8) Riwayat Keluarga Berencana : Ibu mengatakan belum pernah menjadi akseptor KB 9) Riwayat Perkawinan a) Status Perkawinan : syah kawin 1 kali b) Kawin I : umur 23 tahun, dengan suami umur 26 tahun Lama : 1 tahun, anak 1 orang 46 10) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu No 1 Tgl/Thn Partus 2015 Tempat Partus RB Nuur An- Jenis par Tus Uk 39 Spont an BB (gr) PB (cm) Keadaan Laktasi Keadaan Anak SekaRang 290 0 49 Baik Lancar Hidup Anak Peno long Jenis Bidan ♀ Nifas 11) Riwayat Hamil a) HPHT : 06 – 07 - 2014 b) HPL : 13 – 04 - 2015 c) Keluhan Keluhan pada Trimester I : Mual dan muntah Trimester II : Tidak ada keluhan Trimester III : Nyeri pada punggung d) ANC : 10kali, di Bidan, teratur e) Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi ibu hamil, tablet Fe dan ASI eksklusif f) Imunisasi TT : 2 kali 12) Riwayat Persalinan Ini a) Tempat persalinan Penolong : RB An-Nuur Surakarta : Bidan b) Tanggal/Jam Persalinan : 13April 2015 pukul : 17.05 WIB c) Umur Kehamilan : 39 minggu d) Jenis Persalinan : spontan 47 e) Tindakan lain :Tidak dilakukan f) Komplikasi / Kelainan dalam persalinan : tidak ada komplikasi / Kelainan dalam persalinan 13) Perinium a) Ruptur / Tidak : Ruptur derajat I b) Dijahit / Tidak : Dijahit 14) Pola Kebiasaan Saat Nifas a) Nutrisi 1) Pola makan : ibu mengatakan sehari makan 3 kali dengan makanan bervariasi 1 piring nasi, 1 mangkok sayur dan 2 potong lauk-pauk 2) Pola minum : ibu mengatkan sehari minum 8-9 gelas/hari air putih, teh dan susu b) Eliminasi (1) BAB : ibu mengatakan BAB 1 kali sehari konsistensi feces lunak dan warna kecoklatan (2) BAK : ibu mengatakan BAK 5-6 kali sehari warna kekuningan, tidak keruh c) Istirahat/Tidur Ibu mengatakan selama nifas tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 5 jam. 48 d) Personal Hygiene Ibu mengatakan selama nifas mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, ganti baju 2 kali sehari dan ganti pembalut 2 kali sehari e) Keadaan Psikologis Ibu mengatakan saat ini cemas dengan keadaan anaknya dan dirinya sendiri f) Riwayat sosial budaya (1) Dukungan keluarga Ibu mengatakan semua keluarga senang dengan kelahiran bayinya (2) Keluarga lain yang tinggal serumah Ibu mengatakan hanya tinggal serumah dengan suaminya (3) Pantangan makanan Ibu mengatakan tidak ada pantangan makan selama nifas ini (4) Kebiasaan adat istiadat Ibu mengatakan ada acara sepasaran (5) Penggunaan obat-obatan/rokok Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan selain dari bidan dan ibu tidak merokok 49 c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif) 1) Status generalis a) Keadaan umum : Sedang b) Kesadaran : Compos mentis c) TTV : TD : 110/70mmHg N : 80x/menit d) TB : 155 cm e) BB sebelum hamil : 45 kg f) BB sekarang : 52 kg g) LLA : 26 cm R: 20x/menit S : 36,60C 2) Pemeriksaan sistematis a) Kepala Rambut : bersih, warna hitam, tidak bau, tidak berketombe Muka : tidak bengkak, tidak ada cloasma, tampak menahan nyeri b) Mata (1) Oedema : tidak oedema (2) Conjungtiva : merah muda (3) Sklera : berwarna putih c) Hidung : bersih, tidak ada benjolan d) Telinga : bersih, simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret 50 e) Mulut/gigi/gusi : bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada stomatitis, tidak ada caries f) Leher (1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran kelenjar gondok (2) Tumor : tidak ada tumor (3) Pembesaran kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe g) Dadat dan Axilla (1) Mammae (a) Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan namun ada nyeri tekan. (b) Tumor : Tidak ada tumor (c) Simetris : Simetris kanan dan kiri (d) Areola : Hiperpigmentasi (e) Puting susu : Menonjol, puting susu sebelah kiri lecet, sedikit pecah-pecah dan warnanya kemerahan. (2) Kolostrum/ASI : Sudah keluar h) Axilla (1) Benjolan : tidak ada benjolan (2) Nyeri : tidak adanyeri saat ditekan i) Ektremitas (1) Varices : Tidak ada varices 51 (2) Oedema : Tidak oedema (3) Reflek Patella : Positif kanan dan kiri (4) Betis merah/lembek/keras : betis tidak merah, tidak lembek dan tidak keras j) Hofman Sign : (-) d. Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis) 1) Abdomen a) Inspeksi (1) Pembesaran perut : Tidak ada (2) Linea alba/nigra : Linea alba (3) Strie Albican / Livide: Striae albican (4) Kelainan : Tidak ada kelainan b) Palpasi (1) Kontraksi : Tidak ada (2) TFU : 3 jari bawah pusat (3) Kandung Kencing : Kosong 2) Anogenital a) Vulva Vagina (1) Varices : Tidak ada varices (2) Kemerahan : Tidak kemerahan (3) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan (4) Lochea : Rubra 52 b) Perinium (1) Keadaan luka : luka jahitan masih basah (2) Bengkak/kemerahan : tidak ada kemerahan maupun bengkak c) Anus (1) Haemorhoid : tidak ada haemoroid (2) Lain-lain : tidak ada kelainan d) Inspekulo (1) Vagina : tidak dilakukan (2) Portio : tidak dilakukan e) Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan e. Pemeriksaan penunjang 1) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan 2) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan II. Interpretasi Data Tanggal :16 April 2015 Pukul : 16.30 WIB A. Diagnosa Kebidanan Ny.A P1A0 Umur 24 tahun Post partum hari ke 3 dengan puting susu lecet. Data Dasar : DS : 53 1. Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya tanggal 13 April 2015 pukul 17.05 WIB 2. Ibu mengatakan puting susu sebelah kiri lecet, agak pecah-pecah, terasa panas dan nyeri 3. Ibu mengatakan bayinya susah menyusu DO : 1. Keadaan umum : Sedang 2. Kesadaran : Composmentis 3. TTV : TD : 110/70mmHg N : 80x/menit R: 20x/menit S : 369 0C 4. Puting susu : sebelah kiri lecet, pecah-pecah 5. Mammae sedikit kemerahan dan nyeri tekan (+) 6. TFU : 3 jari bawah pusat 7. Pengeluaran pervaginam : Lochea rubra B. Masalah Ibu cemas dan takut dengan keadaan dirinya dan bayinya C. Kebutuhan 1. Beri dukungan moril dan informasi kepada ibu tentang keadaan puting susu lecet 2. Beri informasi dan dukungan pada ibu teknik menyusui yang benar dan perawatan puting susu lecet 54 III. Diagnosa Potensial Diagnosa potensial pada kasus ini adalah payudara bengkak. IV. Tindakan Segera Kolaborasi dengan dokter umum untuk pemberian terapi. V. Rencana Tindakan Tanggal :16 April 2015 pukul : 16.45 WIB 1. Beritahu hasil pemeriksaan dan kondisi ibu 2. Berikan ibu KIE tentang puting susu lecet dan perawatannya 3. Berikan ibu KIE tentang teknik menyusui yang benar 4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada puting susu yang tidak lecet terlebih dahulu 5. Anjurkan ibu untuk tidak membersihkan payudara setelah menyusui dan cukup diangin-anginkan saja karena sisa ASI merupakan anti infeksi dan pelembut bagi puting susu 6. Anjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan 7. Anjurkan ibu memberikan ASI perah dengan sendok dan jangan memakai dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara langsung 8. Beri terapi yaitu paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari 9. Beri informasi kepada ibu besok akan dilakukan kunjungan rumah. 55 VI. Implementasi/Pelaksanaan Tanggal :16 April 2015 pukul : 17.00WIB 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan kondisi ibu dimana ibu mengalami puting susu lecet yang harus dilakukan perawatan dengan benar dan hasil pemeriksaan : Keadaan umum : Sedang Kesadaran : Compos mentis TTV : TD : 110/70mmHg R : 20x/menit N : 80x/menit S : 369 0C 2. Memberikan KIE pada ibu tentang puting susu lecet yaitu keadaan dimana puting susu ibu lecet atau terbelah yang menimbulkan nyeri dan bahkan sampai mengeluarkan darah. Cara perawatan puting susu lecet yaitu dengan melakukan teknik menyusui yang benar dan melakukan perawatan payudara. 3. Memberikan KIE kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar yaitu : a. Ibu duduk dengan posisi santai dan tegak, menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. 56 b. Sebelum menyusui, keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada puting sampai sekitar areola mammae, pengolesan ASI ini memiliki manfaat sebagai desinfektan dan pelembut puting susu c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara : 1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu, dan kepala bayi ditahan dengan telapak tanagn ibu. Sedangkan bokong bayi diletakkan pada lengan ibu. 2) Tangan bayi yang satu diletakkan dibagian depan ibu dan satunya di belakang badan ibu 3) Perut bayi menempel badan ibu dan kepala bayi menghadap payudara 4) Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus 5) Saat proses menyusui ibu menantap bayi dengan penuh kasih sayang d. Mulailah menyusui pada payudara yang putingnya tidak lecet terlebih dahulu, dengan cara payudara ibu dipegang dengan tangan kiri dan keempat jari sedangkan ibu jari menekan areola mammae e. Berikan rangsangan pada bayi dengan menyentuhkan puting susu pada daerah pipi dan sekitar mulut bayi 57 f. Jika bayi sudah membuka mulut, dengan cepat menghadapkan kepala bayi ke payudara ibu dan masukkan puting sampai areola ke mulut bayi 4. Mengenjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada payudara dengan puting yang tidak lecet terlebih dahulu 5. Menganjurkan ibu seletah menyusui jangan membersihkan payudara dan cukup diangin-anginkan saja, karena sisa ASI sebagai desinfektan dan pelembut kulit puting susu 6. Menganjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan dan ditampung pada gelas 7. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI perah dengan sendok dan jangan memakai dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara langsung 8. Memberikan ibu terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari 9. Memberikan informasi kepada ibu bahwa besok akan dilakukan kunjungan rumah. VII.Evaluasi Tanggal :16 April 2014 pukul: 17.50 WIB 1. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan dan kondisinya 2. Ibu sudah tahu apa itu puting susu lecet dan cara perawatannya 58 3. Ibu sudah tahu tentang teknik menyusui yang benar 4. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya dimulai dari puting yang tidak lecet terlebih dahulu 5. Ibu bersedia setelah menyusui puting susu cukup diangin-anginkan saja dan tidak perlu dibersihkan 6. Ibu bersedia mengistirahatkan puting yang lecet dan tetap mengeluarkan ASI dengan tangan kemudian menampung ASI pada gelas 7. Ibu bersedia memberikan ASI dengan sendok pada bayinya jika bayi tetap belum mau menyusu secara langsung 8. Ibu sudah diberi terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari 9. Ibu bersedia besok dilakukan kunjungan rumah 59 DATA PERKEMBANGAN I Kunjungan Rumah 1 Tanggal : 17 April 2015 pukul : 09.00 WIB S : Subjektif 1. Ibu mengatakan puting susunya masih lecet, masih terasa nyeri dan panas 2. Ibu mengatakan asi sudah diperah dengan tangan dan sudah di berikan pada bayi menggunakan sendok. 3. Ibu mengatakan untuk mengeluarkan ASI pada puting yang lecet dilakukan dengan tangan setiap 3 jam 4. Ibu masih cemas dengan bayinya 5. Ibu mengatakan obatnya sudah diminum. O : Objektif 1. Keadaan umum : Sedang 2. Kesadaran TTV : Composmentis : TD : 120/70mmHg N : 88x/menit R: 24x/menit S : 366 0C 3. Puting susu : sebelah kiri lecet, pecah-pecah 4. Nyeri tekan pada payudara (+) 5. TFU : 3 jari bawah pusat 6. Pengeluaran pervaginam : Lochea sanguilonenta 7. Perineum : jahitan sudah kering, tidak ada tanda-tanda infeksi. 60 A :Asessment Ny.A P1A0 Umur Ibu 24 tahun Post partum hari ke 4 dengan puting susu lecet P :Planning Tanggal 17 April 2014 pukul 09. 25 WIB 1. Memberikan KIE pada ibu cara melakukan perawatan payudara yang baik dan benar yaitu : a. Menyiapkan alat dan bahan sebagai berikut : 1) Minyak kelapa 2) Kapas 3) 2 baskom yang berisi air panas dan air dingin 4) Waslap atau sapu tangan bahan dari handuk 5) Handuk bersih BH yang menyokong b. Melakukan langkah-langkah pengurutan payudara 1) Pengurutan pertama a. Melicinkan kedua tangan dengan minyak b. Meletakkan kedua telapak tangan diantara payudara ibu c. Melakukan pengurutan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kiri kearah sisi kiri dan telapak tangan kanan kearah sisi kanan d. Dilanjutkan dengan pengurutan ke bawah atau kesamping. Selanjutnya pengurutan melintang, telapak tangan mengurut kedepan lalu kedua tangan dilepas dari payudara 61 e. Mengulang gerakan 20 sampai 30 kali gerakan setiap payudara 2) Pengurutan kedua Menyangga payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tanagan kanan melakukan gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai puting susu, setelah itu pada payudara yang kanan dan setiap payudara dilakukan dua kali 3) Pengurutan ketiga Menyangga payudara denagn satu tangan, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu, gerakan ini dilakukan pada kedua payudara dan diulang 20 sampai 30 kali c. Pengompresan Mengompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit dan kemudian dengan waslap dingin selama 1 menit, kompres bergantian 3 kali berturut-turut dan diakhiri dengan waslap hangat. d. Menganjurkan ibu untuk mengulangi langkah-langkah perawatan payudara yang baik dan benar 2. Melihat ibu bagaimana cara mempraktekkan teknik menyusui yang benar 62 3. Melihat ibu bagaimana cara menegluarkan ASI pada payudara dengan puting susu yang lecet 4. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin sesuai kebtuhan bayi dan dahulukan untuk menyusui pada payudara dengan puting yang tidak lecet 5. Mengnjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan istirahat cukup 6. Melanjutkan terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari 7. Menyampaiakan pada ibu bahwa besok akan dilakukan kunjungan rumah lagi Evaluasi : Tanggal 17 April 2015 pukul : 09.45 WIB 1. Ibu sudah bisa melakukan perawatan payudara sendiri 2. Ibu sudah bisa menyusui bayinya dengan teknik menyusi yang benar, bayi menyusu dengan tenang, tetapi puting masih lecet dan bayi masih belum mau menyusu pada puting yang lecet 3. Ibu sudah bisa mengeluarkan ASI dengan benar dan ASI keluar lumayan banyak 4. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin dan sesuai kebutuhan bayi 5. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizi dan istirahat saat bayi tidur 63 6. Ibu bersedia minum obat yang sudah diberikan secara teratur 7. Ibu bersedia dilakukan kunjungan rumah lagi besok 64 DATA PERKEMBANGAN II Kunjungan Rumah 2 Tanggal :18 April 2014 pukul : 09.00WIB S : Subjektif 1. Ibu mengatakan puting susu masih lecet sedikit, sudah tidak terasa panas dan nyeri berkurang 2. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai mau menyusu langsung pada puting yang sedikit lecet tapi sebentar-sebentar 3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancar 4. Ibu mengatakan obatnya masih diminum. O : Objektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis TTV TD : 120/80mmHg N : 84x/menit R: 24x/menit S : 366 0C 3. Puting susu : sebelah kiri lecet sedikit basah 4. Nyeri tekan pada payudara masih sedikit terasa 5. TFU : 3 jari bawah pusat 6. Pengeluaran pervaginam : Lochea sanguilonenta 7. Perineum : jahitan sudah kering, tidak ada tanda-tanda infeksi A :Asessment Ny.A P1 A0 Umur Ibu 24 tahun Post partum hari ke 5 dengan puting susu lecet 65 P : Planning Tanggal :18 April 2015 pukul : 09.15 WIB 1. Melihat ibu cara mempraktekkan perawatan payudara dengan benar 2. Melihat ibu cara menusui bayinya 3. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menyusui bayi sesering mungkin dan pada kedua payudara 4. Mengingatkan ibu untuk sebelum menyusui agar mengoleskan ASI pada puting dan daerah sekitar areola payudara 5. Menganjurkan ibu untuk memberika ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan 6. Menganjurkan ibu untuk tetap minum obat paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari secara teratur 7. Menginformasikan kepada ibu bahwa besok akan dilakukan kunjungan rumah kembali Evaluasi : Tanggal 18 April 2015 pukul : 09.50WIB 1. Ibu sudah bisa mempraktekkan sendiri cara perawatan payudara 2. Ibu dalam menyusui bayinya tekniknya sudah benar 3. Ibu bersedia untuk menyususi bayinya sesering mungkin dan pada kedua payudara 4. Ibu mengerti sebelum menyusui mengoleskan puting dan areola sekitar payudara denagn ASI terlebih dahulu. 66 5. Ibu bersedia dan berkomitmen akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai umur 6 bulan 6. Ibu bersedia minum obat sesuai aturan dan secara tertatur 7. Ibu bersedia dilakukan kunjungan rumah besok pagi 67 DATA PERKEMBANGAN III Kunjungan Rumah 3 Tanggal :19 April 2015 pukul : 10.00WIB S : Subjektif 1. Ibu mengatakan puting susu tidak lecet dan sudah tidak terasa nyeri 2. Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu langsung pada kedua payudara ibu 3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancer 4. Ibu mengatakan obatnya masih diminum. O : Objektif 1. Keadaan umum Kesadaran TTV : Baik : Compos mentis TD : 120/80mmHg N : 80x/menit R: 24x/menit S : 365 0C 2. Puting susu : sebelah kiri sudah tidak lecet 3. Sudah tidak ada nyeri tekan pada payudara ibu 4. TFU : 3 jari bawah pusat 5. Pengeluaran pervaginam : Lochea sanguilonenta 6. Perineum : jahitan sudah kering, tidak ada tanda-tanda infeksi A : Asessment Ny.A P1 A0 Umur Ibu 24 tahun Post partum hari ke 6 dengan riwayat puting susu lecet 68 P : Planning Tanggal : 19 April 2015 pukul : 10.10WIB 1. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara secara teratur 2. Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan teknik menyusui agar tidak terjadi masalah selama periode pemberian ASI 3. Menganjurkan ibu untuk berkomitmen memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai usia 6 bulan 4. Menganjurkan ibu untuk selalu mengkonsumsi makanan gizi seimbang dan isirahat cukup 5. Memberitahu ibu bahwa puting susu sudah sembuh sudah tidak nyeri dan sudah tidak terasa panas dan kembali normal. Evaluasi : Tanggal 19 April 2015 pukul : 10.45WIB 1. Ibu bersedia untuk melakukan perwatan payudara secara teratur 2. Ibu dalam menyusui bayinya sudah sesuai dengan teknik menyusui yang benar 3. Ibu sudah berkomitmen untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sampai usia 6 bulan dan akan tetap menyusui sampai berusia 2 tahun 4. Ibu bersedia menjaga asupan makanan denagn memilih makanan gizi seimbang 5. Puting susu ibu sudah tidak lecet, tidak terasa nyeri dan sudah kembali normal 69 DATA PERKEMBANGAN IV Kunjungan Rumah 4 Tanggal : 20April 2015 pukul : 10.00 WIB S : Subjektif 1. Ibu mengatakan puting susu tidak lecet dan sudah tidak terasa nyeri 2. Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu langsung pada kedua payudara ibu 3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancar O : Obyektif 1. Keadaan umum Kesadaran TTV : Baik : Composmentis TD : 120/80mmHg N : 80x/menit R: 24x/menit S : 365 0C 2. Puting susu : sebelah kiri sudah tidak lecet dan kering 3. Sudah tidak ada nyeri tekan pada payudara ibu 4. TFU : 3 jari bawah pusat 5. Pengeluaran pervaginam : lochea sanguilonenta 6. Perineum : jahitan sudah kering, tidak ada tanda-tanda infeksi A :Asessment Ny.A P1 A0 Umur Ibu 24 tahun Post partum hari ke 8 dengan riwayat puting susu lecet 70 P : Planning Tanggal : 20 April 2015 pukul : 10.10 WIB 1. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara secara teratur 2. Menganjurkan ibu untuk selalu memperhatikan teknik menyusui agar tidak terjadi masalah selama periode pemberian ASI 3. Memberitahu ibu bahwa puting susu sudah sembuh sudah tidak nyeri dan sudah tidak terasa panas dan kembali normal. 4. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila ada keluhan. Evaluasi : Tanggal 19 April 2015 pukul : 10.45 WIB 1. Ibu bersedia untuk melakukan perwatan payudara secara teratur 2. Ibu dalam menyusui bayinya sudah sesuai dengan teknik menyusui yang benar 3. Puting susu ibu sudah tidak lecet, tidak terasa nyeri dan sudah kembali normal 71 B. Pembahasan Pembahasan merupakan bagian dari karya tulis yang akan dibahas kesenjangan antara teori yang didapat dengan praktek langsung tentang Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta. Kesenjangan-kesenjangan yang diberikan juga memerlukan pemecahan masalah, adapun pemecahan masalahnya dilakukan dengan melaksanakan asuhan kebidanan sebagai salah satu cara yang dilakukan oleh bidan dalam menangani masalah kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Pengkajian Menurut Nursalam (2008), pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien dan merupakan suatu proses sistematis dalam pengumpulan data-data. Pada pengkajian data diperoleh Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan puting susu lecet dengan keluhan utama ibu mengatakan puting susu lecet, nyeri, terasa panas, dan ibu cemas dengan keadaannya dan bayinya yang tidak mau menyusu. Sedangkan dari data obyektifdilakukan pemeriksaan Keadaan umum: Sedang, Kesadaran: Composmentis, TD : 110/70mmHg, R: 20x/menit, N : 80x/menit, S : 3690C, Puting susu : sebelah kiri lecet, pecah-pecah, Mammae sedikit kemerahan dan nyeri tekan (+), TFU : 3 jari bawah pusat, Pengeluaran pervaginam : Lochea rubra. 72 Pada langkah ini antara kasus dan teori tidak ada kesenjangan, menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), keluhan pada puting susu lecet yaitu puting susu terasa nyeri karena lecet bahkan sampai mengeluarkan darah. 2. Interpretasi Data b. Diagnosa Kebidananmerupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2008), Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus puting susu lecet adalah “Ny. X P… A….umur …. tahun postpartum hari …dengan puting susu lecet “. Data subjektifpasien dengan puting susu lecet mengeluh nyeri pada puting susu dan kulit mengelupas bahkan mengeluarkan darah. Data objektifKeadaan umum ibu : Sedang, Kesadaran : composmentis, TTV : TD : < 140/90 mmHg, S : 36-370C, R : 12-20 x /menit, N : 60100 x /menit. Pada puting susu lecet, adanya lecet pada puting susu ditemukan putih berwarna kemerahan serta pecah-pecah, keluar darah dari puting yang lecet. Pada kasus didapatkan data Ny.A P1A0 Umur 24 tahun Post partum hari ke 3 dengan puting susu lecet. Data subjektif ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya tanggal 13 April 2015 pukul 17.05 WIB, ibu mengatakan puting susu sebelah kiri lecet, agak pecah-pecah, terasa panas dan nyeri, Ibu mengatakan bayinya susah menyusu. 73 Data objektif keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70mmHg, R: 20x/menit, Nadi 80x/menit, suhu 369 0 C, puting susu sebelah kiri lecet, pecah-pecah, mammae sedikit kemerahan dan nyeri tekan (+), TFU : 3 jari bawah pusat, pengeluaran pervaginam : Lochea rubra Menurut Varney (2007), masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang disertai diagnosa. Masalah yang sering timbul pada ibu nifas dengan puting susu lecet yaitu merasa cemas dan gelisah. Pada kasus didapatkan Ibu cemas dan takut dengan keadaan dirinya dan bayinya Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2007). Kebutuhan pada ibu nifas dengan puting susu lecet yaitu dorongan moral dan informasi tentang cara penatalaksanaan puting susu lecet (Ambarwati dan Wulandari, 2008). Pada kasus kebutuhan yaitu beri dukungan moril dan informasi kepada ibu tentang keadaan puting susu lecet, Beri informasi dan dukungan pada ibu teknik menyusui yang benar dan perawatan puting susu lecet. Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan parkatek. 3. Diagnosa Potensial Menurut Varney (2007), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur 74 diagnosa kebidanan. Pada kasus Ny. Adengan puting susu lecet terjadi payudara bengkak. 4. Antisipasi Pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet diberikan antisipasi yaitu beri suport mental berhubungan dengan kecemasan dan takut dengan keadaan dirinya dan bayinya. Ambarwati dan Wulandari (2010), langkah ini membutuhkan kesinambungan dan proses manajemen kebidanan. Pada langkah ini bidan mengidentifikasi perlu tindakan segera oleh bidan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Disini bidan dituntut untuk dapat menentukan langkah diagnosa potensial. Menurut Suherni dkk (2009), pada kasus untuk mengantisipasi terjadinya diagnosa potensial dariputing susu lecet yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan. 5. Rencana Tindakan Pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet rencana tindakan yang diberikan yaitu :beritahu hasil pemeriksaan dan kondisi ibu, berikan ibu KIE tentang puting susu lecet dan perawatannya, berikan ibu KIE tentang teknik menyusui yang benar, anjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada puting susu yang tidak lecet terlebih dahulu, anjurkan ibu untuk tidak membersihkan payudara setelah menyusui dan cukup diangin-anginkan 75 saja karena sisa ASI merupakan anti infeksi dan pelembut bagi puting susu, anjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, anjurkan ibu memberikan ASI perah dengan sendok dan jangan memakai dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara langsung, beri terapi yaitu paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari, beri informasi kepada ibu besok akan dilakukan kunjungan rumah. Menurut Suherni dkk (2009), rencana asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan pada ibu dengan puting lecet meliputi : bayi disusukan terlebih dahulu pada puting susu yang normal yang lecetnya lebih sedikit untuk puting susu yang lecet dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui, Posisi menyusui harus sering diubah, biarkan ASI pada puting dan areola mengering dengan sendirinya dengan cara diangin-anginkan setelah menyusui sebelum memakai BH, jangan membersihkan puting dengan alkohol, sabun atau zat iritan lainnya, pada puting susu dapat dibubuhkan minyak kelapa yang sudah dimasak terlebih dahulu, menyusui lebih sering sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar sehingga tidak terlalu kuat menyusu, perbaiki cara menyusui, ajari ibu cara menyusui yang benar, perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai menyusu, usahakan bayi menghisap sampai bagian di sekitar areola, bila masih terasa sakit boleh minum analgesik sesuai petunjuk dokter/bidan. 76 Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan dikarenakan ibu cemas dengan keadaannya sehingga takut untuk memberikan ASI kepada bayinya. 6. Implementasi Pelaksanaan asuhan harus secara menyeluruh sesuai dengan kondisi pasien, Menurut Suherni dkk (2009) implementasi asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet sesuai dengan rencana tindakan. Sedangkan pada kasus Ny.A dengan puting susu lecet dilakukan pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan sesuai denganteori. Sehingga dalam langkah pelaksanaan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.. 7. Evaluasi Menurut Varney (2007), evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan yang kegiatannya dilakukan terus menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter dan keluarga. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 5 hari pada Ny.A dengan puting susu lecet didapatkan hasil :KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), evaluasi adalah : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengkajian data diperoleh Ibu Nifas Pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan puting susu lecet dengan keluhan utama ibu mengatakan puting susu lecet, nyeri, terasa panas, dan ibu cemas dengan keadaannya dan bayinya yang tidak mau menyusu. 2. Interpretasi data pada kasus didapatkan data Ny.A P1A0 Umur 24 tahun Post partum hari ke 3 dengan puting susu lecet. Masalah pada kasus didapatkan ibu cemas dan takut dengan keadaan dirinya dan bayinya. 3. Diagnosa Potensial pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet timbul yaitu payudara bengkak. 4. Antisipasi pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet diberikan antisipasi yaitu Beri Suport mental berhubungan dengan kecemas dan takut dengan keadaan dirinya dan bayinya Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan. 5. Rencana Tindakan pada kasus Ny. A dengan puting susu lecet rencana tindakan yang diberikan yaitu : beritahu hasil pemeriksaan dan kondisi ibu, berikan ibu KIE tentang puting susu lecet dan perawatannya, berikan ibu KIE tentang teknik menyusui yang benar, anjurkan ibu untuk menyusui 77 78 bayinya pada puting susu yang tidak lecet terlebih dahulu, anjurkan ibu untuk tidak membersihkan payudara setelah menyusui dan cukup dianginanginkan saja karena sisa ASI merupakan anti infeksi dan pelembut bagi puting susu, anjurkan ibu untuk sementara pada puting susu yang lecet diistirahatkan 1 x 24 jam, dan ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, anjurkan ibu memberikan ASI perah dengan sendok dan jangan memakai dot apabila bayi tetap belum mau menyusu secara langsung, beri terapi yaitu paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1 per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari, Bila lecet tidak sembuh dalam waktu 1 minggu rujuk ke puskesmas, beri informasi kepada ibu besok akan dilakukan kunjungan rumah. Dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan 6. Implementasi pada kasus Ny.A dengan puting susu lecet dilakukan pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan sesuai denagnteori. Sehingga dalam langkah pelaksanaan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. 7. Evaluasi asuhan kebidanan selama 5 hari pada Ny.A dengan puting susu lecet didapatkan hasil : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), evaluasi adalah : KU ibu baik, puting lecet dapat diatasi, rasa nyeri tidak ada dan laktasi berjalan lancar. 8. Hasil asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 24 tahun P1A0 dengan Puting Susu Lecet di RB An-Nuur Surakarta tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan, menganjurkan ibu untuk memerah asinya dengan tangan, serta memberikan asi dengan menggunakan sendok dan tidak menyusukan sampai puting ibu sembuh 79 B. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur pada kasus puting susu lecet. 2. RB An-Nuur Surakarta Diharapkan lebih meningkatkan demonstrasi dengan memberikan informasi tentang perawatan payudara yang benar, teknik menyusui yang benar, terutama pada ibu primigravida 3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk studi kasus selanjutnya atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan puting susu lecet. 4. Pada ibu nifas dengan puting susu lecet Diharapkan agar selalu melakukan perawatan payudara secara teratur dengan benar, melakukan teknik menyusui denagn benar dan mengkonsumsi makanan bergizi agar selama proses laktasi tidak timbul masalah.