9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Uses and

advertisement
9 TINJAUAN PUSTAKA
Teori Uses and Gratification
Pendekatan teori uses and gratification
merupakan pendekatan dari
komunikasi tentang efek, walaupun hanya menjelaskan tentang proses
penerimaan saja, tidak mencakup keseluruhan proses, pendekatan ini memiliki
keuntungan antara lain dapat membantu peneliti memahami pentingnya
penggunaan media (McQuail, 1991).
Pendekatan uses and gratification memfokuskan pada pelanggan
anggota khalayak, lebih dari sekedar pesan. Pendekatan ini mulai dengan orang
sebagai pemilih media komunikasi yang aktif. Pendekatan uses and gratification
memusatkan pada konsumen media dari pada pesan media dalam menentukan
titik awal pembahasan dan mengungkapkan perilaku komunikasinya dalam
kaitannya dengan pengalaman langsung dengan media. Pendekatan ini
memandang para anggota khalayak secara aktif memanfaatkan isi media lebih
dari sekedar bertindak pasif terhadap media. Dengan demikian, pendekatan ini
tidak mengasumsikan suatu hubungan langsung antara pesan dan pengaruh,
melainkan mendalilkan bahwa para anggota khalayak mengambil pesan untuk
digunakan, dan bahwa tindakan menggunakan pesan itu sebagai variabel antara
dalam proses pengaruh (Winarso, 2005).
Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan
manusiawi dalam melihat media massa. Artinya pengguna mempunyai otonomi,
wewenang
untuk
memperlakukan
media.
Teori
uses
and
gratifications
beroperasi dalam beberapa cara yaitu kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman
mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami
dan menguasai lingkungan. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan
emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan kredibelitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal
itu bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif
adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman, dan dunia (Nurudin, 2007).
10 Media Komunikasi
Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) komunikasi sebagai proses
mengirim dan menerima pesan melalui saluran yang menciptakan pengertian
yang sama antara sumber dan penerima. Komunikasi adalah proses di mana
pesan-pesan dioper dari sumber kepada penerima.
Soekartawi (2005)
menyatakan komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara
perorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan menggunakan
lambang-lambang
yang
berarti.
Definisi
komunikasi
bisa
berbeda-beda
tergantung dari bidang ilmu yang akan digunakannya.
Menurut Effendy (2000) proses komunikasi pada hakikatnya adalah
proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator)
kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi,
opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan,
kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan yang
timbul dari lubuk hati.
Dhani dalam Prawiranegara (2010) mengemukakan saluran/media
komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke
komunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai ke
komunikannya yaitu tanpa media (yang berlangsung secara tatap muka) dan
dengan media. Media yang dimaksud adalah media komunikasi. Media
merupakan alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk meghantarkan
pesannya agar sampai ke komunikan. Termasuk di dalamnya media personal
(penyuluh).
Fungsi media komunikasi adalah sebagai alat yang dipakai untuk
melakukan komunikasi, sedangkan pelaku komunikasi itu sendiri terdiri dari
komunikator dan komunikan melalui pesan yang disampaikan. Memperhatikan
komponen komunikasi tersebut, maka komunikator dapat mengetahui apakah
tugasnya telah dinilai berhasil atau tidak, komunikator dapat melakukan suatu
evaluasi. Pekerjaan evaluasi dalam proses komunikasi penting sekali. Salah satu
cara yang dapat dipakai untuk melakukan evaluasi adalah mengevaluasi umpan
balik (feed-back) dari komunikasi yang telah dilakukan. Umpan balik dari
komunikan ke komunikator ini dapat bersifat langsung (direct feed-back) atau
bersifat tidak langsung (Soekartawi, 2005).
Menurut Lionberger dan Gwin (1982) kenyataan yang ada pada
komunikasi yang terjadi secara berulang antara dua individu dan di antara
11 individu-individu dalam suatu kelompok dapat meningkatkan pengenalan
kebutuhan dari para petani dan para peneliti.
Pada dasarnya interaksi
merupakan proses yang berkelanjutan di mana hubungan antara pengirim pesan
dan penerima pesan akan terus berlanjut dalam waktu yang lebih lama.
Meskipun kita tidak selalu dapat memastikan respon penerima pesan terhadap isi
pesan dari pesan yang pengirim sampaikan, kita harus selalu menanamkan
bahwa kita harus selalu dapat meningkatkan proses percakapan seperti
berdiskusi, mendengarkan, dan bertanya.
Pemikiran mengenai komunikasi sirkuler memiliki beberapa implikasi
praktis untuk para agen perubahan. Para agen perubahan mungkin akan berfikir
dua kali sebelum mereka menyampaikannya kepada para petani.
Dengan
memiliki pengetahuan mengenai cara atau kecenderungan seorang petani dalam
merespon para agen perubahan dapat menyesuaikan diri dalam memberikan
pesan-pesan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti
yang dikatakan Lionberger dan Gwin (1982), “the better we understand the
situation of our intended respondents and appropriately consider it, the more
succesful we are likely to be.”
Media menjadi penghubung semua elemen masyarakat, media memiliki
arti penting dalam kehidupan bermasyarakat seperti dikemukakan oleh Althaeide
dalam Wisnu (2006) media dapat menjembatani kesenjangan informasi antar
pihak, mengurangi jumlah informasi asimetris. Kesenjangan informasi sendiri erat
kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat. Salah satu cara memberdayakan
suatu masyarakat adalah dengan membuka akses informasi seluas-luasnya,
agar mereka bisa mendapatkan informasi yang sekiranya berguna dan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup.
Dengan kemampuan membantu masyarakat, media memiliki potensi
pembebas yang meluaskan cakrawala pemikiran agar tidak terpenjara dalam
batas-batas ketidaktahuan dan keterbatasan lain yang umum ditemui pada
masyarakat yang belum maju terutama di pedesaan. Media diketahui memiliki
kekuatan mengendalikan pengetahuan khalayaknya melalui apa-apa yang
ditampilkan. Karena itu dengan mengorganisir sedemikian rupa isi pesan yang
disampaikan. Media pada dasarnya dapat membantu masyarakat memusatkan
perhatian pada masalah-masalah pembangunan, termasuk di dalamnya
mengenai sikap-sikap baru yang diperlukan dan keterampilan yang harus dimiliki
12 untuk
mengubah
keadaan
suatu
bangsa
yang
sedang
membangun
(Nasution, 1990).
Media Massa
Media massa sebenarnya merupakan kependekan dari istilah media
komunikasi massa, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai alat yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan serentak kepada khalayak banyak
yang berbeda-beda dan tersebar di berbagai tempat. Sebagai “alat penyampai
pesan” dalam proses komunikasi, media massa juga disebut saluran pesan atau
penyaluran pesan. Kemampuan media massa sebagai penyalur pesan kepada
khalayak yang berbeda-beda, berjumlah besar dan tersebar diberbagai tempat,
disebabkan oleh penggunaan mesin yang mampu menggandakan lambanglambang pesan tersebut. Lambang-lambang itu umumnya dapat ditangkap oleh
panca indera telinga. Oleh karena itu, media massa sering dibedakan menjadi
media massa bentuk tampak (visual), media massa bentuk dengar (audio), dan
media
massa
bentuk
gabungan
tampak
dengar
atau
audio-visual
(Depdikbud, 1998).
Saluran media massa adalah semua alat penyampaian pesan-pesan
yang melibatkan mekanisme untuk mencapai audien yang luas dan tidak
terbatas.
Surat
kabar,
radio,
film
dan
televisi
merupakan
alat
yang
memungkinkan sumber informasi menjangkau audien dalam jumlah yang besar
dan tersebar luas. Pesan-pesan dalam media massa memang kurang kuat dalam
merubah sikap, kecuali pesan-pesan tersebut justru memperkuat nilai-nilai dan
kepercayaan audien, sedangkan pesan-pesan yang bertentangan akan disaring
audien melalui tingkat selektivitas mereka. Saluran komunikasi yang tepat harus
dipilih berdasarkan tujuan dari sumber komunikasi serta pesan yang akan
disampaikan pada audien. Seringkali melalui pemanfaatan pel-bagai jenis media
massa dan menggabungkannya dengan saluran komunikasi antar pribadi. Hal ini
terjadi apabila sumber informasi bertujuan untuk mencapai audien dalam jumlah
besar dan mengharapkan suatu perubahan yang meluas (Depari dan
MacAndrews, 1991).
Menurut Soekartawi (2005) Media massa yaitu komunikasi melalui media
massa seperti koran, majalah, radio, televisi dan film. Media umum adalah
komunikasi yang isi pesan dikomunikasikan kepada semua pihak, secara bebas,
umum dan tidak rahasia, hanya saja sifatnya tidak massal. Dengan demikian
13 semua anggota masyarakat dapat memperoleh pesan tersebut dengan proporsi
yang sama dengan anggota masyarakat yang lain. Komunikasi dengan media
massa sebenarnya mirip dengan komunikasi media umum, hanya saja pada
komunikasi media massa sifatnya lebih massal. Schramm dalam Jahi (1988)
mengatakan bahwa media massa mencerminkan sistem kontrol sosial suatu
negara, yang menentukan hubungan antara lembaga-lembaga dan individuindividu.
Untuk saluran yang lebih kecil namun masih tergolong dalam saluran
komunikasi massa biasanya masih menggunakan media massa tradisional
seperti meneriakkan berita-berita dan pengumuman-pengumuman publik di jalanjalan dengan menggunakan juru bicara atau pendongeng. Bahkan pertunjukan
boneka yang menggunakan pengisi suara juga bisa dikategorikan dalam
komunikasi massa. Media sekunder adalah media yang berwujud, baik media
massa, misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media surat, telepon
atau poster. Dalam komunikasi interpersonal, sumber informasi dapat dilihat
sebagai seseorang yang bersahabat, hangat, dapat diterima, kredibel, dan
berpengetahuan. Jadi, komunikator pada komunikasi interpersonal hanya
menggunakan satu media saja, misalnya bahasa.
Berbeda dengan situasi pada komunikasi interpersonal, mereka yang
membangun pesan-pesan
untuk saluran dengan khalayak banyak, didukung
oleh organisasi tertentu yang mengumpulkan informasi-informasi, membantu
dalam proses informasi tersebut sampai ke pengiriman, dan berpartisipasi dalam
pemilihan materi yang akan dikomunikasikan kepada publik. Tanpa sistem yang
mendukung, komunikasi massa tidak lebih dari sekedar proses perluasan tingkat
kedua dari komunikasi interpersonal.
Dalam saluran dengan khalayak massa yang baru, mereka yang
membangun pesan jarang mengetahui atau melihat para pendengarnya, akan
tetapi berusaha menarik dan memikat para khalayaknya. Untuk mencapai hal ini
mereka melakukan banyak hal, mereka berusaha untuk memberikan apa yang
orang-orang inginkan dalam cara-cara yang sangat menarik. Mereka banyak
menggunakan gimmick untuk memikat dan menarik perhatian para audiennya.
Polling dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan apakah orangorang membaca, mendengar, atau melihat dan apakah mereka bereaksi
terhadap yang sudah disuguhkan.
14 Pada pemograman informasi, seperti pada saluran massa, pesan harus
disusun agar menarik dan dapat memenuhi kebutuhan pendengar istimewa.
Pesan juga harus disuguhkan pada waktu yang tepat, di mana para
pendengarnya dapat mendengar atau melihat pesan tersebut. Ketertarikan
khalayak sangat penting karena melihat, membaca atau mendengarkan
merupakan hal yang dilakukan secara sukarela, dan juga karena kompetisi
dalam hal menarik perhatian sangat ramai dilakukan, terutama di negara-negara
yang dapat mengembangkan pemograman saluran.
Televisi
Televisi bukanlah sekedar fenomena teknologis. Bagi masyarakat
modern, televisi juga merupakan fenomena sosiologis, politis, ekonomis, dan
cultural yang terpenting di abad ke-20. Kehadirannya dalam masyarakat modern
itu diwarnai oleh penerimaan dan penolakan sekaligus. Sebagai sebuah
fenomena teknologis, ia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari revolusi
informasi setelah penemuan mesin cetak oleh Gutenberg dan penemuan
teknologi radio.
Televisi dapat dikatakan sebagai fenomena aktual masyarakat modern,
dalam arti televisi dipersepsikan sebagai karakter khas masyarakat “modern”
yang acap kali mengedepankan logika dan rasionalitas. Berkat kehadiran televisi,
jarak kultural peradaban dapat teratasi (Deptan, 1995).
Televisi menjadi bukti bagaimana perkembangan teknologi media
komunikasi dalam masyarakat tidak pernah mengenal batas ruang dan waktu.
Sebagai sebuah simbol dari kemajuan teknologi, televisi, secara diam-diam , pun
memiliki hubungan yang erat dengan proses pembentukan kesadaran kultural
dalam masyarakat. Televisi dianggap sebagai salah satu artefak budaya yang
paling pengaruh. Sebagai media informasi, televisi diartikulasi sebagai media
yang dapat semakin mendekatkan masyarakat pada permasalahan kemanusiaan
diberbagai belahan penjuru dunia. Sebagai media hiburan, televisi menampilkan
ruang katarsis yang lebih intim bagi para pemirsanya. Keintiman ini terjadi karena
transmisi langsung yang berupa gambar.
15 Surat Kabar
Di negara-negara Dunia Ketiga, surat kabar pada umumnya menunjukkan
ciri urban yang kuat. Surat kabar tersebut biasanya dicetak di kota besar, ibu
kota negara bagian ataupun ibu kota propinsi, dan di kota metropolitan. Sirkulasi
surat kabar-surat kabar itu biasanya terbatas di daerah urban dan pinggirannya
(Nwuneli, Sinha, Vilanilam dalam Jahi, 1988).
Leaflet
Menurut De Fleur & Dennis (dalam Prawiranegara, 2010) leaflet
merupakan terbitan tidak terjilid (tidak berkulit) yang disebarkan kepada umum,
biasanya untuk mempropogandakan sesuatu, selain itu leaflet biasanya satu
halaman naskah tercetak berisikan pesan. Leaflet berguna untuk menyajikan
informasi yang sederhana dan hal-hal yang praktis. Itulah sebabnya maka pada
leaflet perlu penyajian pesan yang sesuai dengan keadaan media dan sasaran
yang dituju. Bentuk penyajian pesan merupakan salah satu strategi untuk
mencapai komunikasi yang efektif.
Media cetak disediakan untuk memenuhi bahan kebutuhan para petani
dan masyarakat lain yang memerlukan dan mengambil manfaat dari adanya
informasi. Menyiapkan informasi kepada khalayak ataupun petani melalui media
cetak hendaknya merencanakan pesan yang akan disampaikan tersebut untuk
siapa disampaikan, apakah khalayak tersebut cocok untuk dapat menerima
informasi melalui media cetak ini dan apakah media cetak tersebut cocok untuk
digunakan kepada khalayak tertentu.
Menurut Deptan (1995), seseorang menyiapkan informasi untuk petani
melalui media cetak hendaknya bertanya pada diri sendiri tentang ; 1) untuk
siapa media cetak ini disiapkan, 2) apakah calon pembaca mengetahui pokok
yang dibahas, 3) informasi apa yang dapat disampaikan untuk menambah
pengetahuan calon pembaca, 4) kebijaksanaan apakah yang dapat membawa
perubahan, 5) apakah keputusan itu mungkin dapat diterapkan. Untuk menjawab
pertanyaan ini maka perencanaan pembuatan leaflet yang baik sangat diperlukan
yaitu ; 1) harus menentukan dengan pasti tingkat usia, latar belakang dan jenis
kepentingan calon pembaca, 2) mempersiapkan outline termasuk rencana
ilustrasinya, 3) mengumpulkan bahan yang akan disajikan, 4) mengembangkan
dan mengorganisasi ide dan informasi ke dalam bentuk cetak.
Media cetak tetap bertahan dalam pembangunan khususnya di Negara
Asia disebabkan oleh beberapa sifat media cetak itu sendiri untuk mencapai
16 khalayak di antaranya yaitu sifat permanen pesan-pesan yang telah dicetak,
keluasan pembaca mengontrol keterdedahannya (exposure), dan mudah
disimpan
serta
mengakibatkan
diambil
media
kembali.
cetak
tetap
Sifat-sifat
yang
menguntungkan
dianggap
sebagai
tulang
ini
punggung
komunikasi (Lozare dalam Jahi, 1988).
Media yang disampaikan harus dibuat sesuai dengan kondisi dan
kemampuan mereka. Hal ini karena mengingat masyarakat pedesaan dalam
kehidupannya
sehari-hari
mempunyai
banyak
keterbatasan
antara
lain
pendidikan, kemampuan baca tulis yang rendah, serta berfikir yang sederhana
dan sebagainya. Untuk itu media yang dibuat harus mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut : 1) sederhana, mudah dimengerti dan dikenal, 2) menarik, 3)
mengesankan ketelitian, 4) menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, 5)
mengajak sasaran untuk memperhatikan, mengingatkan, dan menerima ide-ide
yang dikemukakan (Deptan, 1995).
Media cetak berfungsi sebagai bahan publikasi untuk untuk menyebarkan
informasi pertanian, khusnya kepada masyarakat tani dan masyarakt ramai yang
menaruh
minat
terhadap
pembangunan
pertanian.
Leaflet
atau
folder
dimaksudkan untuk mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan sasaran pada
tahap menilai, mencoba dan menerapkan (Mardikanto dalam Prawiranegara,
2010).
Beberapa keunggulan media cetak yaitu (a) sifat permanen pesan-pesan
yang telah dicetak, (b) keluwesan pembaca mengontrol keterdedahan dan (c)
mudah disimpan serta diambil kembali.
Untuk meningkatkan keefektivan media cetak disarankan agar media :
(a) menyajikan topik yang sesuai dengan kebutuhan yang dianggap penting dan
mendesak serta dapat diterapkan oleh masyarakat, (b) menyajikan materi yang
sesuai dengan masalah, minat dan tingkat pendidikan pembaca, (c) menghindari
konsep yang sukar, (d) menyusun fakta secara logis sehingga pembaca dapat
mengikuti secara bertahap, (e) menggunakan ilustrasi foto dan gambar yang
sesuai (Kesley dan Hearne dalam Kushartini, 2001).
Selanjutnya menurut van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan
bahwa agar publikasi teknis media cetak yang diterbitkan oleh dinas-dinas
penyuluhan efektif bagi sasaran/penggunanya, media tersebut harus dikemas
dalam bentuk yang mudah dimengerti, artinya dengan menggunakan bahasa
yang sederhana, meyusun dan merangkaikan perbedaan pendapat dengan jelas
17 dan hal-hal pokok dinyatakan dengan singkat dan jelas. Isi pesan ditulis sesuai
dengan kemampuan daya serap pembaca, bahasa yang setingkat dengan
pengertian mereka, dengan pilihan pesan yang diminati dan menggunakan
media yang mereka kenal dan menarik pesan.
Berkaitan dengan efek dari media cetak akan sangat tergantung dari
sasaran atau penggunanya. Sebab efek tidak ada seandainya sasaran atau
pengguna tidak menyukai media tersebut, meskipun media itu sarat dengan
informasi dan pengetahuan. Karakteristik media cetak (bahasa yang mudah
dipahami, sesuai kebutuhan, dan penyajian yang menarik) merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku petani (Syarifuddin dalam
Prawiranegara, 2010).
Media cetak yang telah diterapkan kepada petani dalam Program
Ketahanan Pangan adalah media cetak dalam bentuk leaflet, di mana media ini
merupakan media yang paling banyak dalam penyebaran informasi secara luas
kepada setiap petani Program Ketahanan Pangan. Berdasarkan pustaka dan
hasil penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini karakteristik media cetak
dimaksud adalah karakteristik media leaflet dilihat dari kejelasan materi dan
kesesuaian isi materi dengan kebutuhan petani.
Komunikasi Interpersonal
Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika
komunikator menyampaikan pembicaraannya komunikan menganggapnya dapat
dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang yang baik
daripada orang lain. Ini berlaku pada masalah apa saja dan secara mutlak
berlaku ketika tidak mungkin terbagi. Ketika komunikator berkomunikasi, yang
berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. Ia
tidak menyuruh pendengar hanya memeperhatikan apa yang ia katakan.
Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Kadang-kadang
siapa lebih penting dari apa (Rakhmat, 2005).
Menurut Koehler, Annatol, dan Applbaum (dalam Rakhmat, 2005) ada
empat
komponen
kredibilitas
seorang
komunikator
dalam
komunikasi
interpersonal yaitu:
1. Dinamisme, komunikator memiliki dinamisme bila dipandang sebagai
bergairah, bersemangat, aktif, tegas dan berani. Sebaliknya komunikator
18 yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, lesu dan lemah. Dalam
komunikasi, dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.
2. Sosiabilitas adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang
yang periang dan senang bergaul.
3. Koorientasi merupakan kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang
yang mewakili kelompok yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita.
4. Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki
komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikan seperti magnet
menarik dan mengendalikan benda-benda di sekitarnya.
Penyuluh Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah proses komunikasi ide dan praktek di
antara dan sesama orang. Termasuk di dalamnya tidak saja pengalihan informasi
teknis dari sumbernya kepada petani atau penduduk pedesaan, tetapi lebih dari
itu. Informasi teknis akan berguna apabila informasi itu dapat dipercaya,
disesuaikan dengan keperluan penduduk dan dipraktekkan. Lagi pula penduduk
mungkin saja tidak memahami informasi yang disampaikan dan ingin
mengajukan pertanyaan. Atau penduduk mungkin juga menghadapi masalah
yang pemecahannya ingin dibantu oleh penyuluh pertanian. Oleh karena itu
komunikasi timbal balik antara penyuluh pertanian dengan petani atau penduduk
pedesaan sangat diperlukan (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001).
Selanjutnya,
penyuluh
pertanian
harus
selalu
menyadari
betapa
pentingnya peranan yang harus dimainkan dalam situasi belajar. Penyuluh
pertanian tidak bisa menghindari dari situasi belajar, karena peranan pertama
dan utamanya adalah menjadi pendidik orang dewasa. Situasi belajar adalah
kesempatan untuk mengajar, tetapi kegiatan belajar tidak terjadi dengan
sendirinya. Menciptakan situasi belajar yang efektif adalah tugas utama seorang
penyuluh pertanian, keseluruhan program akan tetap melekat di atas secarik
kertas
atau
didalam
pikirannya,
kecuali
penyuluh
pertanian
berupaya
menghidupkannya. Menghidupkan dengan menciptakan situasi belajar yang
efektif. Terdapat ratusan cara menciptakan situasi belajar yang efektif. Setiap
cara harus dirancang agar tujuan khusus tertentu menjadi kenyataan. Karena itu
perlu memahami proses komunikasi (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001).
19 Keterdedahan Terhadap Media Massa
Media memiliki kemampuan yang besar untuk menyebarkan pesan-pesan
pembangunan kepada banyak orang, yang tinggal di tempat yang terpisah dan
tersebar, secara serentak dan dengan kecepatan tinggi. Meskipun tingkat literasi
fungsional pada banyak bangsa di Dunia Ketiga itu masih rendah, cepatnya
penyebaran di transistor diharapkan dapat mengatasi rendahnya pendidikan
formal sebagai suatu penghambat keterdedahan pada media massa yang lebih
tinggi.
Keterdedahan ini, pada dasawarsa 1960 dianggap perlu bagi khalayak di
Dunia Ketiga itu karena media massa ialah faktor kunci bagi modernisasi individu
dan pembangunan nasional. Media massa dapat menyediakan informasi pada
khalayak dan memotivasi khalayak (Jahi, 1988).
Keterdedahan adalah melihat, mendengarkan, membaca atau secara
lebih umum mengalami dengan sedikitnya sejumlah perhatian minimal pada
pesan media. Keterdedahan pada media massa mempunyai kolerasi yang tinggi,
sehingga dapat dibuat suatu indeks keterdedahan pada media massa. Indikator
keterdedahan pada media massa paling tidak dikotomikan ke dalam hal berikut :
1. Sedikitnya pernah terdedah (misalnya kebiasaan membaca surat kabar sekali
dalam seminggu )
2. Tidak terdedah
Keterdedahan petani pada media komunikasi berhubungan dengan
tingkat penerapan teknologi. Keterdedahan terhadap media massa mempunyai
indikasi positif terhadap respon peternak guna meningkatkan produktivitasnya.
Keterdedahan media komunikasi adalah intensitas masyarakat atau khalayak
yang menggunakan media komunikasi. Keterdedahan terdapat dua indikator
yaitu (1) Frekuensi keterdedahan, yaitu jumlah intensitas khalayak terdedah
terhadap media massa (2) Lamanya keterdedahan, yaitu lamanya waktu
khalayak terdedah terhadap media massa (Asmirah, 2006).
20 Efektivitas Media Komunikasi
Menurut Tubbs and Moss (2001) komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyamakan apa yang dimaksud. Untuk mengukur keefektivan
komunikasi tidak cukup dengan mengatakan orang tersebut telah berhasil
menyampaikan maksudnya tetapi harus melalui kriteria penilaian tertentu yang
benar dan jelas dalam pengukurannya. Prinsip efektif itu adalah kemampuan
untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orang-orang
dengan memanfaatkan sumber yang ada seefesien mungkin. Semakin besar
kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan,
maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan.
Menurut Jahi (1988) tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu : kognitif,
afektif dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan
tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan
attitud (sikap). Efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk
melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Meskipun dimensi-dimensi efek ini
berhubungan satu sama lain, ketiganya independen satu sama lain. Mereka
terjadi dalam berbagai sekuen, dan perubahan dalam suatu dimensi tidak perlu
diikuti oleh perubahan dalam dimensi lainnya.
Menurut Stamm dan Bowes (dalam Nurudin, 2007) efek komunikasi
massa dibagi menjadi dua bagian dasar. Pertama, efek primer meliputi terpaan,
perhatian, dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan tingkat
kognitif (perubahan pengetauan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima
dan memilih).
Menurut Bertrand (dalam Binaefsa, 2007) keefektivan komunikasi
terhadap media meliputi lima komponen yaitu :
1. Daya tarik (attraction),
2. Pemahaman (comperhantion),
3. Penerimaan (acceptability),
4. Keterlibatan (self-inflovment),
5. Keyakinan (persuasion).
Selanjutnya Nurudin (2007) menyatakan komunikasi untuk dapat
dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu kognitif, afektif dan
behevioral. Pada dampak kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan
tambahan pengetahuan. Pada efektif meliputi efek yang berhubungan dengan
emosi, perasaan dan sikap. Pada konatif meliputi efek yang berhubungan
21 dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu (Jahi,
1988). Jadi, efektivitas komunikasi adalah dampak dari proses komunikasi oleh
media terhadap khalayak meliputi peningkatan pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Penjelasan dari efektivitas komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan
pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran seseorang sebagai hasil
penggunaan panca indera. pengetahuan terdiri dari sekumpulan informasi yang
dipahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat
digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri maupun lingkungannya.
Individu mendapatkan pengetahuan baik melalui proses belajar, pengalaman
atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori individu.
b. Sikap
Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap perasaan tertentu, tetapi sikapsikap tersebut dibentuk sepanjang perkembangannya. Peranan sikap dalam
kehidupan manusia berperan besar, sebab apabila sudah dibentuk pada diri
manusia, maka sikap-sikap itu akan turut menentukan tingkah lakunya terhadap
obyek-obyek sikapnya. Adanya sikap-sikap menyebabkan manusia akan
bertindak secara khas terhadap obyek-obyeknya (Gerungan, 2009).
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa
dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya
pendorong atau motivasi. Sikap timbul dari pengalaman tidak dibawa sejak lahir,
tetapi merupakan hasil belajar oleh karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah
(Rakhmat, 2005). Sikap terbentuk dalam perkembangan individu dan faktor
pengalaman individu mempunyai peranan sangat penting dalam rangka
pembentukan sikap individu yang bersangkutan. Selanjutnya dikemukakan
bahwa untuk mengukur sikap dapatlah digunakan pertanyaan-pertanyaan dan
subyek yang diteliti akan memilih salah salah satu jawabannya.
Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungaan
seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu
dalam lingkungannya. Sikap juga adalah kecenderungan evaluatif terhadap suatu
obyek atau subyek yang memiliki kosekuensi yakni bagaimana seseorang
berhadapan dengan obyek sikap. Sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu atau seseorang yang
22 ditunjukkan
dalam
kepercayaan,
perasaan
atau
perilaku
seseorang
(van den Ban dan Hawkins, 1999).
c. Tindakan
Tindakan adalah hasil kumulatif dari seluruh proses komunikasi, sehingga
biasanya efektivitas komunikasi diukur dari tindakan nyata (action) yang
dilakukan komunikan (Rakhmat, 2005).
Karakteristik Petani
Nurudin (2007) menyebutkan komunikasi
massa mepunyai efek yang
tidak bisa dibantah. Wujud efek bisa berwujud tiga hal yaitu efek kognitif
(pengetahuan), afektif (emosional dan perasaan) dan behavioral (perubahan
pada perilaku). Dalam perkembangan komunikasi kontemporer saat ini,
sebenarnya proses pengaruh (munculnya efek kognitif, afektif dan behavioral)
tidak bisa berdiri sendiri. Dengan kata lain ada beberapa faktor yang ikut
mempengaruhi proses penerimaan pesan. Jadi, pesan itu tidak langsung
mengenai individu, tetapi disaring, dipikirkan dan dipertimbangkan, apakah
seorang mau menerima pesan-pesan media
massa itu atau tidak. Menurut
Whitney dan Black (dalam Nurudin, 2007), faktor-faktor yang ikut menjadi
penentu besar tidaknya faktor efek yang dilakukan media massa. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah usia, jenis kelamin, pendidikan dan pelatihan,
pekerjaan dan pendapatan, agama dan tempat tinggal.
Karakteristik manusia terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan sosio
psikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem syaraf dan sistem
hormonal. Faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen konatif
(intelektual) yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif atau faktor
emosional (Rakhmat, 2005).
Tanggapan
petani
dalam
memanfaatkan
media
sebagai
sumber
informasi, maka dilihat dari karakteristik merupakan salah satu faktor yang paling
penting. Karakteristik ini dibangun berdasarkan unsur-unsur demografis, perilaku,
psikografis dan geografis. Demografis merupakan salah satu peubah yang sering
digunakan untuk melihat kemampuan berkomunikasi seseorang dan juga
kemampuan untuk memilih media.
Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan bahwa karakteristik personal
yang perlu diperhatikan adalah usia, pendidikan dan karakteristik psikologis.
23 Pendidikan, tempat tinggal, kedudukan atau status sosial, kemampuan
manajemen, kesehatan, usia dan sikap mempengaruhi penerimaan individu atas
suatu perubahan. Karakteristik personal yang perlu diperhatikan adalah usia,
pendidikan, pengalaman, kekosmopolitan, keterampilan, persepsi, gender,
motivasi, kesehatan, dan fasilitas informasi.
Secara umum karakteristik invidu seseorang mempengaruhi tingkat
efektivitas komunikasi. Dalam penelitian ini faktor internal yang diteliti adalah,
usia, pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan status kepemilikan lahan.
a. Usia
Hasil penelitian Rahmani (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor
internal seperti usia berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi terutama
pada aspek afektif dan konatif.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat dijadikan sebagai cara
untuk dapat membawa ke arah perubahan karena pendidikan merupakan tingkat
intelejensia yang berhubungan dengan daya pikir. Menurut pendapat beberapa
ilmuan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam
mendapatkan pengetahuan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan
lebih
tinggi
umumnya
menyadari
kebutuhan
akan
informasi,
sehingga
menggunakan lebih banyak jenis sumber informasi dan lebih terbuka terhadap
media masa (Gonzales dalam Jahi, 1988). Menurut Rakhmat (2005), diduga
orang yang berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar, tetapi sering
menonton televisi.
Jahi (1988) merangkum pendapat beberapa ilmuan bahwa pendidikan
merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya lebih
menyadari kebutuhan akan informasi, sehingga menggunakan lebih banyak jenis
sumber informasi dan lebih terbuka terhadap media massa. Diduga orang yang
berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar tetapi lebih sering menonton
televisi.
c. Pengalaman
Menurut Rakhmat (2005), pengalaman merupakan salah satu cara
kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kururn waktu yang tidak
24 ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan
temperamen ditentukan oleh pengalaman indera. Pikiran dan perasaan, bukan
penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh penyebab masa lalu.
Pengalaman adalah akumulasi dari proses belajar mengajar yang dialami
oleh seseorang. Kecenderungan seseorang untuk berbuat tergantung dari
pengalamannya, karena menentukan minat dan kebutuhan yang dirasakan.
Seseorang yang bekerja dalam bidang tertentu pada waktu relatif lama akan
semakin banyak memperoleh pengalaman. Pengalaman berupa keahlian yang
dibarengi dengan lebih banyak belajar (membaca), maka pengetahuan yang
diperoleh akan semakin tinggi dan hal ini akan meningkatkan kepekaan dalam
menyerap sumber-sumber informasi yang dibutuhkan (Tomatala, 2004).
d. Luas Lahan
Lahan merupakan suatu sumberdaya alam fisik yang mempunyai peran
sangat penting dalam berbagai dalam berbagai segi kehaidupan manusia. Luas
lahan merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh petani. Luas lahan
garapan
petani
mempengaruhi
pendapatan,
taraf
hidup
dan
derajat
kesejahteraan rumah tangga tani (Hernanto dalam Yani, 2009).
Program Ketahanan Pangan
Program peningkatan ketahanan pangan kota Palembang dimaksudkan
untuk mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan
sistem ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun di tingkat masyarakat.
Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak
dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein lemak dan vitamin
serta mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan
ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah
diperoleh, aman dikonsumsi dan harga yang terjangkau. Hal ini diwujudkan
dengan bekerjanya sub sistem ketersediaan, sub sistem distribusi dan sub
sistem konsumsi.
Tujuan Program Ketahanan Pangan adalah :
a. Meningkatnya ketersediaan pangan.
b. Mengembangkan diversifikasi pangan.
25 c. Mengembangkan kelembagaan pangan.
d. Mengembangkan usaha pegelolaan pangan.
Sasaran yang ingin dicapai dari program ini adalah :
a. Tercapainya ketersediaan pangan di tingkat regional dan masyarakat yang
cukup.
b. Mendorong partisipasi masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan,
meningkatnya
keanekaragaman
konsumsi
pangan
masyarakat
dan
menurunnya ketergantungan pada pangan pokok beras melalui pengalihan
konsumsi non beras.
Pelaksanaan program peningkatan ketahanan pangan dioperasionalkan
dalam bentuk empat kegiatan pokok sebagai berikut :
a. Peningkatan mutu intensifikasi yang dilaksanankan dalam bentuk usaha
peningkatan produktivitas melalui upaya penerapan teknologi tepat guna,
peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam rangka penerapan
teknologi spesifik lokasi.
b. Peluasan areal tanam (ekstensifikasi) yang dilaksanakan dalam bentuk
pengairan serta perluasan baku lahan dan peningkatan indeks pertanaman
melalui percepatan pengolahan tanah, penggarapan lahan tidur dan terlantar.
c. Pengamanan produksi yang ditempuh melalui penggunaan teknologi panen
yang tepat, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan bantuan
sarana produksi terutama benih, pada petani yang tanamannya mengalami
puso.
d. Rehabilitas dan konservasi lahan dan air tanah dan air tanah, dilaksanakan
dalam bentuk upaya perbaikan kualitas lahan kritis/marginal dan pembuatan
terasering serta embung dan rorak/jebakan air.
Program Ketahanan Pangan di Kota Palembang menggunakan media
yang sengaja dirancang untuk menyebarkan informasi tentang ketahanan
pangan. Media yang dipilih oleh Dinas Pertanian Kota Palembang untuk
penyebaran informasi tentang ketahanan pangan adalah leaflet. Media leaflet
memuat tentang teknik perbanyak benih yang di dalamnya terdapat informasi
mengenai teknik budidaya tanaman padi. Leaflet kedua memuat tentang metode
SRI (System Rice Intensification) di mana memberikan informasi tentang metode
SRI yang lebih menguntungkan dibandingkan metode konvensional dalam
penanaman padi. Metode SRI yang terdapat pada leaflet seperti perlakuan benih,
penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit.
26 Informasi yang berkaitan dengan ketahanan pangan khususnya tanaman
padi dapat pula petani dapatkan dari media lain selain media yang diberikan oleh
Dinas Pertanian Kota Palembang. Media-media tersebut seperti televisi, radio,
majalah, surat kabar, atau dari kelompok-kelompok masyarakat yang ada di
daerah di mana Program Ketahanan Pangan dilaksanakan seperti Majlis Taklim,
PKK dan Koperasi.
Alur informasi budidaya tanaman padi kepada petani oleh Dinas
Pertanian Kota Palembang Ke Petani dapat dilihat pada Gambar 1.
DINAS PERTANIAN
INFORMASI KETAHANAN
PANGAN
Media Interpersonal
Interpersonal
PENYULUH PERTANIAN Media cetak
(media Program)
LEAFLET
Petani Padi
Media-Media Lain yang
dimanfaatkan oleh petani
padi
di
Kecamatan
Gandus
• Televisi
• Surat kabar
Gambar 1. Alur informasi budidaya tanaman padi kepada petani padi di
Kecamatan Gandus Kota Palembang.
27 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Berfikir
Media dapat diartikan sebagai alat atau saluran yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran baik dalam pendidikan formal, non formal, maupun
informal guna meningkatkan pengetahuan petani dalam kegiatan usahatani padi
dalam Program Ketahanan Pangan. Media belajar dalam penelitian ini
selanjutnya disebut media.
Berdasarkan perspektif pemanfaatannya, media digolongkan kedalam
dua kelompok yaitu media massa dan media interpersonal. Media massa tidak
dirancang secara khusus tetapi dapat dimanfaatkan secara umum untuk belajar
dan mengetahui informasi. Media yang digunakan pada Program Ketahanan
Pangan Kota Palembang merupakan pembelajaran yang dirancang secara
khusus untuk belajar. Media interpersonal yaitu penyuluh pertanian untuk
menciptakan komunikasi dua arah.
Program Ketahanan Pangan sebagai salah satu program Kementrian
Pertanian menggunakan media komunikasi sebagai salah satu transfer
percepatan penyebaran informasi teknologi, yang diharapkan dapat diadopsi
secara berkelanjutan oleh petani. Media yang digunakan dalam Program
Ketahanan Pangan adalah media cetak leaflet yang dibagikan kepada para
petani peserta program dan fasilitas pendampingan penyuluh pertanian dalam
penerapan Program Ketahanan Pangan.
Media
yang
memuat
informasi
tentang
budidaya
tanaman
padi
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam
usahatani tanaman padi. Penggunaan media leaflet dan media-media lain seperti
televisi dan surat kabar diduga akan mempengaruhi tingkat efektivitas media
komunikasi petani padi di Kecamatan Gandus Kota Palembang.
Dalam penelitian ini, Peubah bebas pertama yang diukur adalah faktorfaktor internal
yang berhubungan dengan petani yang menggunakan media
komunikasi yang memiliki indikator usia, pendidikan, pengalaman, luas lahan,
dan status kepemilikan lahan. Peubah bebas kedua yaitu keterdedahan terhadap
media dengan indikator frekuensi menonton TV, frekuensi membaca surat kabar
dan leaflet
serta intensitas penyuluhan. Peubah bebas selanjutnya adalah
penilaian petani padi terhadap media komunikasi yaitu televisi memiliki indikator
kejelasan materi/isi pesan yang disampaikan, dan kesesuaian isi pesan yang
28 disampaikan dengan kebutuhan petani dalam membudidayakan tanaman padi.
Penilaian petani padi terhadap media komunikasi surat kabar memiliki indikator
kejelasan materi/isi pesan yang disampaikan, dan kesesuaian isi pesan yang
disampaikan dengan kebutuhan petani dalam membudidayakan tanaman padi.
Penilaian petani padi terhadap media cetak leaflet memiliki indikator kejelasan
materi/isi pesan yang disampaikan, dan kesesuaian isi pesan yang disampaikan
dengan kebutuhan petani dalam membudidayakan tanaman padi. Penilaian
petani padi terhadap media komunikasi interpersonal yaitu PPL memiliki indikator
kejelasan materi/isi pesan yang disampaikan, dan kesesuaian isi pesan yang
disampaikan dengan kebutuhan petani dalam membudidayakan tanaman padi.
Peubah tidak bebas adalah efektivitas media komunikasi yang memiliki indikator
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dari uraian tersebut maka dapat dilihat
kerangka pemikiran seperti Gambar 2 berikut ini :
29 Faktor Internal Petani padi (X)
X1. Usia
X2. Pendidikan
X3. Pengalaman
X4. Luas Lahan
X5. Kepemilikan Lahan
H1
Keterdedahan (X6)
X6.1. Keterdedahan Menonton TV
X6.2. Keterdedahan Membaca Koran
dan Leaflet
X6.3. Interaksi Bertemu PPL
H2
Media TV (X7)
X7.1. Kejelasan
Materi Pesan yang
Ditonton
X7.2. Kesesuaian Isi Pesan yang
Ditonton Dengan Kebutuhan
Budidaya Padi
Media Surat kabar (X8)
X8.1. Kejelasan Materi Pesan yang
Dibaca
X8.2. Kesesuaian Isi Pesan yang
Dibaca Dengan Kebutuhan
Efektivitas Komunikasi
Petani Padi Dalam
Program Ketahanan
Pangan (Y1)
Petani Padi
Memiliki
Ketahanan
Y1.1. Pengetahuan
Pangan yang
Y1.2. Sikap
Tinggi
Y1.3. Tindakan
Media Leaflet (X9)
X9.1. Kejelasan Materi Pesan yang
Dibaca
X9.2. Kesesuaian Isi Pesan yang
Dibaca Dengan Kebutuhan
Budidaya Padi
H3
Penyuluh Pertanian (X10)
X10.1. Kejelasan Materi Pesan yang
Disampaikan PPL
X10.2. Kesesuaian Isi Pesan yang
Disampaikan Dengan
Kebutuhan Petani
Keterangan :
= Peubah yang diukur dalam penelitian
----------
= Peubah yang tidak diukur dalam penelitian
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Efektivitas Media Komunikasi Petani Padi.
30 Hipotesis
1. Terdapat hubungan nyata antara faktor internal yaitu usia, pendidikan,
pengalaman, luas lahan, dan kepemilikan lahan dengan efektivitas
komunikasi petani padi.
2. Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan media (keterdedahan
menonton TV, keterdedahan membaca koran dan leaflet, serta interaksi
bertemu dengan Penyuluh Pertanian Lapangan) dengan efektivitas
komunikasi petani padi.
3. Terdapat hubungan nyata antara penilaian petani padi terhadap media
televisi, koran, leaflet dan penyuluh pertanian dengan efektivitas
komunikasi petani padi.
Download