PEMBERIAN TERAPI MUROTAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PRA OPERASI FRAKTUR HUMERUS PADA ASUHAN KEPERAWATAN TN. M DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO DISUSUN OLEH: FAJAR JATMIKO P.12 085 PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 PEMBERIAN TERAPI MUROTAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PRA OPERASI FRAKTUR HUMERUS PADA ASUHAN KEPERAWATAN TN. M DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH: FAJAR JATMIKO P.12 085 PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i ii iii iv KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian terapi murotal terhadap penurunan tingkat kecemasan pra operasi fraktur humerus pada asuhan keperawatan tn.m diruang flamboyan RSUD Sukoharjo” Dalam penyusunan Karya TulisI lmiah ini Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M. Kep., selaku Ketua Program studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta serta selaku penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. 2. Ibu Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M. Kep., selaku sekertaris program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Bapak Ns. Fakhrudin Nasrul Sani., M.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan dengan cermat dan perasaan yang nyaman dalam bimbingan, sehingga membantu penulis dalam penyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. v 4. Bapak Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku penguji II yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini 5. Seluruh dosen dan staf Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. Terima kasih atas segala kasih sayang selama ini, selalu memberikan semangat, do’a, pengorbanan, bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga putramu ini mampu menyelesaikan tugas akhir ini. 6. RSUD Sukoharjo yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan pengelolaan kasus. 7. Bapak Agus, S.Kep.,Ns., sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan saat pengambilan kasus di Rumah Sakit. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.Amin. Wa’alaikumsalam. Wr. Wb Surakarta, Mei 2015 Penulis vi untuk DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv KATA PENGANTAR ................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 3 C. Manfaat Penulis ........................................................................ 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori .......................................................................... 6 1. Konsep Fraktur .................................................................... 6 2. Asuhan Keperawatan Pre Operasi Fraktur Humerus .......... 15 3. Terapi murotal ..................................................................... 25 4. Kecemasan ........................................................................... 26 B. Kerangka Teori ......................................................................... 45 C. Kerangka Konsep ..................................................................... 46 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi Riset ............................................................... 47 B. Tempat dan Waktu ................................................................... 47 C. Media Alat yang Digunakan ..................................................... 47 D. Prosedur Tindakan .................................................................... 47 BAB IV LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien ......................................................................... vii 48 BAB V B. Pengkajian ................................................................................ 48 C. Perumusan Masalah Keperawatan ............................................ 54 D. Perencanaan Keperawatan ........................................................ 54 E. Implementasi ............................................................................ 56 F. Evaluasi .................................................................................... 58 PEMBAHASAN A. Pengkajian ................................................................................ 59 B. Perumusan Masalah .................................................................. 62 C. Intervensi Keperawatan ............................................................ 65 D. Implementasi Keperawatan ...................................................... 68 E. Evaluasi .................................................................................... 70 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................... 72 B. Saran ......................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka teori ............................................................................. 45 Gambar 2.2 Kerangka konsep ......................................................................... 46 Gambar 3.1 Genogram .................................................................................... 49 ix DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kerangka teori ................................................................................. x 42 DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Riwayat Hidup 2. Jurnal Utama 3. Asuhan Keperawatan 4. Log book 5. Pendelegasian xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur humerus atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur humerus adalah nyeri yang hebat. Nyeri fraktur tersebut bersifat tajam dan menusuk karena terjadinya spasme otot (Muttaqin, 2012). Kecelakaan lalulintas sering kali terjadi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Menurut data kepolisian Republik Indonesia tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kasus. Kasus itu menyebabkan kematian pada 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat dan 8.694 luka ringan dan diperkirakan tiap tahunya akan mengalami peningkatan. Adapun trauma yang sering terjadi pada kasus ini adalah trauma kepala, fraktur (patah tulang), dan trauma dada (Sujudi, 2008). 1 2 Salah satu penatalaksanaan fraktur adalah dilakukannya tindakan operasi atau pembedahan, yang dapat menimbulkan kecemasan pada pasien dikarenakan pasien belum mengetahui apa yang akan terjadi saat dilakukannya operasi dan akibat dilakukan tindakan tersebut (Rendy, 2012). Kecemasan terjadi dihubungkan dengan adanya rasa nyeri, kemungkinan cacat menjadi bergantung dengan orang lain dan mungkin kematian. Kecemasan apabila tidak diatasi akan menimbulkan masalah dan menganggu proses operasi berlangsung atau dapat pula terjadi pembatalan operasi, kondisi ini memerlukan suatu upaya dalam menurunkan kecemasan yang dapat dilakukan dengan mengajarkan pasien tentang teknik relaksasi, misalnya; relaksasi nafas dalam, mendengar musik, dan masase. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kendali dan percaya diri serta mengurangi stres dan kecemasan yang dirasakan (Stuart, 2007). Saat ini banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk menangani kecemasan, salah satunya adalah terapi musik dan terapi murotal yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Terapi musik berguna dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa nyeri dan dapat membuat perasaan klien rileks (Kate and Mucci, 2002). Hal ini telah dibuktikan dalamJournal of the American Medical Association(1996) melaporkan tentang hasil studi bahwa setengah dari ibu-ibu hamil yang mendengarkan musik selama kelahiran anaknya tidak 3 membutuhkan anestesi. Rangsangan musik meningkatkan pelepasan endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan obat-obatan. Pelepasan tersebut memberikan pula suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan dapat mengurangi kecemasan (Campbell, 2001). Terapi murotal dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan oleh Al-Qadhi, bahwa pengaruh Al-Quran dapat menurunkan ketegangan urat saraf reflektif (Ramolda, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Sukoharjo ruang Flamboyan, penulis memperoleh data hasil wawancara dengan salah satu perawat bahwa kasus fraktur humerus selama 2014-2015 sejumlah 122 kejadian. Tetapi teori tentang pemberian terapi murotal ini belum diterapkan oleh rumah sakit. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengaplikasikan tentang pemberian terapi murotal dan terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre oprasi fraktur humerus. B. Tujuan penulisan 1. Tujuan umum Mengaplikasikan tindakan pemberian terapi murotal dan terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada Tn.M dengan pre oprasi fraktur humerus di RSUD Sukoharjo. 4 2. Tujuan kusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.M dengan pre operasi fraktur humerus. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.M pre operasi fraktur humerus. c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.M pre operasi fraktur humerus. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.M pre operasi fraktur humerus. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.M pre operasi fraktur humerus. f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi murotal terhadap penurunan tingkat kecemasan pada Tn. M dengan fraktur humerus. C. Manfaat penulis 1. Bagi penulis Menambah wawasan dan pengalaman tentang konsep penyakit fraktur humerus penatalaksanaannya dan aplikasi riset melalui proses keperawatan pemberian terapi murotal terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre oprasi fraktur humerus. 5 2. Bagi profesi keperawatan Mengembangkan metode pengelolaan terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan penelitian. 3. Bagi pendidik Sebagai referensi dan wacana dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan medikal bedah dengan penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. 4. Bagi rumah sakit Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dalam asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada pasien fraktur humerus dengan kolaborasi pemberian terapi murotal terhadap penurunan tingkat kecemasan. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Konsep Fraktur a. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadijika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer dan Bare, 2002). Humerus (tulang pangkal lengan) mempunyai tulang panjang seperti tongkat. Bagian yang mempunyai hubungan dengan bahu bentuknya bundar membentuk kepala sendi disebut kaput humeri. Pada kaput humeri ini terdapat tonjolan yang disebut tuberkel mayor dan minor. Di sebelah bawah kaput humeri terdapat lekukan yang disebut kolumna humeri. Pada bagian bawah terdapat taju (kapitulum, epikondilus lateralis, dan epikondilus medialis). Di samping itu juga mempunyai lekukan yang disebut fosa koronoid (bagian depan) dan fosa olekrani bagian belakang. (Syifuddin, 2006) Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung 6 7 karena diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus . (Syifuddin, 2006) b. Klasifikasi fraktur Frakture (patah tulang) adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang atau tulang rawan,baik yang bersifat total maupun sebagian. Menurut Muttaqin (2008) Klasifikasi fraktur secara klinis : 1) Fraktur tertutup (simple fraktur) Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. 2) Fraktur terbuka (compound fracture) Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak,dapatberbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar). 3) Fraktur dengan komplikasi ( complicated fracture) Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya mal-union dan de-layedunion, non-union. (Muttaqin, 2008) c. Klasifikasi Fraktur Humerus Patah tulang humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur tulang humerus. Macam – macam patah tulang humerus : 8 1) Fraktur suprakondilar humeri Fraktur suprakondilar humeri (transkondilar) merupakan fraktur yang sangat sering terjadi pada anak-anak setelah fraktur antebraki. Dua tipe suprakondilar humeri berdasarkan pergeseran fragmen distal sebagai berikut : a) Tipe posterior (tipe ekstensi) Tipe eksistensi merupakan 99% dari seluruh jenis fraktur suprakondilar humeri. Pada tipe ini fragmen distal bergeser kearah posterior. Tipe ekstensi terjadi apabila klien mengalami trauma saat siku dalam posisi hiperekstensi atau sedikit fleksi serta pergelangan tangan dalam posisi dorso flexi. b) Tipe anterior (tipe flexi) Tipe anterior (tipe fleksi) hanya merupakan 1 - 2% dari seluruh fraktur suprakondilar humeri. Tipe fleksi terjadi apabila klien jatuh dan mengalami trauma langsung sendi siku pada humerus distal. 2) Fraktur intrakondilar humerus Bagian kodilus humerus sering juga mengalami fraktur akibat suatu trauma. Gambaran klinis nyeri, pembengkakan, dan perdarahan subcutan pada daerah sendi siku. Pada daerah tersebut ditemukan nyeri tekan, gangguan pergerakan dan krepitasi. Fraktur kondilar biasanya disertai dengan fraktur suprakondilar. ( Muttaqin, 2008). 9 d. Penyebab terjadinya fraktur Trauma musculoskeletal yang dapat mengakibatkan fraktur adalah sebagai berikut : 1) Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. 2) Trauma tidak langsung Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari dari daerah fraktur, langsung,misalnya trauma jatuh tersebut dengan disebut tangan trauma tidak ekstensi dapat menyebabkan fraktur clavikula, pada kedaaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. (Muttaqin, 2008) e. Manifestasi klinik 1) Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbanagan dan rupture terjadi seperti: rotasi pemendekan tulang, penekanan tulang. 2) Bengkak Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur. 10 3) Echimosis dari perdarahan subculaneous 4) Spasme otot spasme invoulunter dekat fraktur 5) Tenderness/keempukan 6) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot 7) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf / perdarahan) 8) Pergerakan abnormal (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012 : 19-20) f. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk pemeriksaan fraktur humerus : 1) Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan yang penting adalah “pencintraan” menggunakan sinar rontgent (sinar-X). Untuk mendapatkan gambaran tiga dimensi dari keadaaan dan kedudukan tulang yang sulit, memerlukan 2 proyeksi, yaitu : AP atau PA. 2) Pemeriksaan laboratorium a) Kalsium serum dan fosfat serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang b) Fosfatase alkali meningkat pada tulang yang rusak dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH5), aspartat tranferase (AST),dan aldose meningkat pada tahap penyembuhan tulang. (Muttaqin, 2008) 11 g. Komplikasi Menurut Muttaqin (2008) komplikasi yang terjadi pada fraktur jangka pendek bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tidak tepat meliputi : 1) Kerusakan arteri: pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT (capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian distal, hemtoma melebar, dan dingin pada ekstermitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. 2) Sindrom kompartemen: sindrom kompartemen merupakan komplikasi yang serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebanan yang terlalu kuat. 3) Fat embolism syndrome :fat embolism syndrome adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Hal tersebut ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardia, hipertensi, takipnea dan demam. 12 4) Infeksi: infeksi terjadi karena sistem pertahanan tubuh yang rusak akibat trauma jaringan. Pada truma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi dapat juga terjadi karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti ORIF dan OREF serta plat. 5) Nekrosis avaskular: nekrosis avaskuler terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya iskemia. 6) Shock shock terjadi karena kehilangan banyak darah atau meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun. h. Patofisiologi Penyebab dari terjadinya fraktur antara lain karena adanya trauma dan kelemahan abnormal pada tulang. Kebanyakan fraktur humerus ini terjadi pada usia muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya klien ini mengalami trauma multiple yang menyertainya. Kondisi degenerasi tulang (osteoporosis) atau keganasan tulang lengan yang menyebabkan fraktur patologis tanpa riwayat trauma. Kerusakan jaringan lunak disekitar fraktur menimbulkan spasme otot sehingga menyebabkan nyeri yang sangat hebat (Muttaqin, 2012) Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang 13 akan menderita komplikasi antara lain: nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan yang akan memunculkan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik. (Muttaqin, 2008) i. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada fraktur menurut Muttaqin (2008: 85) dibagi menjadi 2 yaitu : a) Penatalaksanaan konservatif Penatalaksaan konservatif merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar imobilisasi pada patah tulang terpenuhi meliputi : 1) Proteksi (tanpa reduksi dan imobilisasi) Proteksi fraktur terutama utuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah. Tindakan ini terutama di indikasikan pada fraktur-fraktur yang tidak bergeser, fraktur, falang, metacarpal, atau fraktur klavikula pada anak. Indikasi lain yaitu fraktur impaksi pada humerus proksimal, serta fraktur yang sudah mengalami union secara klinis, tetapi belum mencapai konsolidasi radiologis. 2) Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi) Imobilsasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan sedikit imobilisasi. Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastik atau metal. Metode 14 ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan. 3) Reduksi tertutup Dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. 4) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan couter traksi Menurut muttaqin (2008) penatalaksaaan fraktur yang ke 2 yaitu dengan pembedahan. Penatalaksaan dengan pembedahan perlu diperhatikan karena memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif perioperatif 1) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkuatan dengan K-Wire. 2) Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang Operasi reduksi terbuka fiksasi internal/ORIF (open reduction internal fixation) dan operasi reduksi terbuka fiksasi eksternal/OREF (open reduction ekternal fixation) b) Terapi rehabilitative Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi dengan latihan pergerakan ROM aktif (Active Range Of Motion) atau ROM pasif (Passive Range Of Motion). (Muttaqin, 2008). 15 2. Asuhan Keperawatan Pre Operasi Fraktur Humerus a. Pengkajian Pada pengkajian fokus yang perlu di perhatikan pada pasien fraktur merujuk pada teori menurut Muttaqin (2008) ada berbagai macam meliputi: 1) Riwayat penyakit sekarang Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang, pertolongan apa yang di dapatkan, apakah sudah berobat ke dukun patah tulang. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lainya. Adanya trauma angulasi akan menimbulkan fraktur tipe konversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan tipe spiral. 2) Riwayat penyakit dahulu Penyakit tertentu seperti kanker tulang atau menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka sangat beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakit diabetes menghambat penyembuhan tulang. 3) Riwayat penyakit keluarga Penyakit keluarga seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik. 16 4) Pola kesehatan fungsional pre op a) Aktifitas/ Istirahat Karena adanya nyeri post operasi gerak menjadi terbatas, aktivitas berkurang. b) Status sirkulasi 1. Hipertensi (kadang – kadang terlihat sebagai respon nyeri atau ansietas atau hipotensi (kehilangan darah) 2. Takikardia (respon stress, hipovolemi) 3. Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena. 4. Pembangkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera. 5) Neurosensori 1. Hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot 2. Kebas/ kesemutan (parestesia) 3. Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit) Spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi. 4. Agitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain) 6) Nyeri/kenyamanan 1. Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang pada imobilisasi ), tidak ada nyeri akibat kerusakan syaraf . 17 2. Spasme/kram otot setelah imobilisasi 7) Keamanan 1. Laserasi kulit, avulse jaringan, pendarahan, perubahan warna 2. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba). 8) Pola persepsi dan konsep diri pre op Dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan dan kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktifitasnya secara normal dan pandangan terhadap dirinya yang salah. 9) Pola sensori dan kognitif pre op Daya raba pasien fraktur berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitif tidak mengalami gangguan. Selain itu juga timbul nyeri akibat fraktur dan akbiat pemebedahan pemasangan ORIF, pengkajian nyeri dengan P, Q, R, S, T pre op. 1) Pemeriksaan Fisik Menurut Muttaqin (2008), ada dua macam pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan secara umum (status general) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal) 2) Keadaan umum pre operasi Keadaan baik buruknya klien, tanda-tanda yang perlu dicatat a) Kesadaran klien: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis yang 18 bergantung pada klien. b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronis, ringan, sedang, berat. c) Tanda-tanda vital tidak normal karena terdapat gangguan local, baik fungsi maupun bentuk. d) B1 (breathing) Pada pemeriksaan sitem pernafasan tidak ada gangguan pada pasien dengan fraktur humerus, vokal fremitus seimbang kanan dan kiri, tidak terdapat suara nafas tambahan. e) B2 (Blood) Palpasi : denyut nadi meningkat f) B3 (Bone) Adanya fraktur pada humerus akan mengganggu secara lokal baik fungsi motorik, sensorik maupun peredaran darah. g) Pada sistem integument terdapat eritema, suhu di sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema, dan nyeri tekan. Perhatikan adanya sindrom kompartemen pada lengan bagian distal fraktur humerus tanda khas pada sindrom kompartemen pada fraktur humerus adalah perfusi yang tidak baik pada bagian distal, seperti pada jari-jari tangan, lengan bawah, pada sisi fraktur bengkak, adanya keluhan nyeri pada lengan, dan timbul bula banyak yang menutupi bagian bawah fraktur humerus. Apabila terjadi fraktur terbuka ada tanda-tanda trauma jaringan lunak sampai kerusakan integritas kulit. fraktur oblik spiral mengakibatkan pemendekan 19 batang humerus, kaji adanya tanda-tanda cedera dan kemungkinan keterlibatan neurovaskuler. Kaji adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah lengan atas h) Pada ekstermitas atas terjadi gangguan pergerakan (mobilitas) pada daerah yang cedera. Pengkajian khusus ekstermitas pre dan post op meliputi look, feel and moveInspeksi (look) : pada isnpeksi secara umum perhatikan raut wajah klien (apakah terlihat kesakitan), warna kulit dan tekstur kulit, jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendon, ligamen, jaringan lemak, fasia, kelenjar limfe, tulang dan sendi, jaringan parut, warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hiperpigmentasi, benjolan, pembengkakan, cekungan atau abnormalitas, posisi dan bentuk dari ekstermitas (deformitas). (1) Palpasi (feel) yang perlu diperhatikan pada palpasi yaitu : suhu kulit, denyut arteri teraba atau tidak, palpasi jaringan lunak untuk mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan jaringan senovia, adanya cairan di dalam atau diluar sendi, adanya pebengkakan, nyeri tekan apakah ada nyeri setempat atau nyeri alih (referred pain), perhatikan bentuk tulang, ada tidaknya penonjolan atau adanya gangguan. (2) Pergerakkan (move): perhatikan gerakan sendi secara aktif maupun pasif, apakah pergerakkan menimbulkan rasa sakit, apakah pergerakkan disertai dengan krepitasi, pemeriksan stabilitas sendi terutama, apakah pergerakan disertai dengan 20 krepitas, pemeriksaan stabilitas sendi, pemeriksaan ROM (Range Of Motion), pemeriksaan batas gerakan sendi aktif maupun pasif. 3) Diagnosa keperawatan Menurut Nursalam (2009), diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah. Merurut Nursalam (2009), diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan pre operasi fraktur humerus adalah: a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik . b. Ansietas berhubungan dengan gejala terkait penyakit. c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromskular, nyeri. d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, trauma. e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. 4) Intervensi Keperawatan Menurut Nursalam (2009), perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalahmasalah yang telah diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. 1) Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari 21 individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah. 2) Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai untuk untuk mengatasi masalah keperawatan. Penentuan tujuan pada perencanaan dari proses keperawatan adalah sebagai arah dalam membuat rencana tindakan dari masing-masing diagnosa keperawatan. 3) Kriteria hasil dilakukan untuk memberi petunjuk bahwa tujuan telah dicapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kriteria hasil adalah berfokus pada klien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan diukur, ada batas waktu, realistik, ditemukan oleh perawat dan klien (Setiadi, 2012) 4) Perencanaan asuhan keperawatan post operasi berdasarkan (Wilkinson 2009) antara lain: a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. (1) Tujuan : nyeri akut dapat teratasi (2) Kriteria hasil: (a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) (b) Melaporkan nyeri berkurang menejemen nyeri (c) Mampu mengenali nyeri dengan menggunakan 22 (d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang (3) Intervensi : (a) Lakukan pengkajan nyeri secara komprehensi, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. (b) Observasi breaksi nonverbal dari ketidak nyamanan (c) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri (d) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri sperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan. (e) Ajarkan tentang teknik non farmakologi dengan terapi musik. (f) Berikan analgetik untuk mengurang nyeri b) Ansietas berhubungan dengan gejala terkait penyakit. (1) Tujuan : ansietas dapat berkurang (2) Kriteria hasil: (a) Mampu mengontrol kecemasan (b) Status lingkungan yang nyaman (c) Mengontrol nyeri (d) Kualitas tidur dan istirahat adekuat (e) Status kenyamanan meningkat (3) Intervensi : (a) Gunakan pendekatan yang menenangkan (b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku klien 23 (c) Pahami prespektif klien terhadap situasi stress (d) Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut (e) Dorong keluarga untuk menemani anak (f) Bantuk lien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan (g) Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksai (h) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan c) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, nyeri. (1) Tujuan : mobilitas fisik dapat teratasi (2) Kriteria hasil: (a) Klien meningkat dalam aktivitas fisik (b) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah (c) Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (3)Intervensi : (a) Monitor tanda-tanda vital/sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan (b) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencanan ambulasi sesuai dengan kebutuhan (c) Ajarkan klien tentang teknik ambulasi (d) Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi (e) Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan 24 latihan secara mandiri sesuai kemampuan (f) Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi aktivitas dan latihan klien (g) Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan (h) Berikan alat bantu jika klien memerlukan d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, trauma. (1) Tujuan : gangguan citra tubuh dapat teratasi (2) Kriteria hasil: (a) Body image positif (b) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal (c) Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungi tubuh (d) Mempertahankan interaksi sosial (3) Intervensi : (a) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya (b) Monitor frekuensi mengkritik dirinya (c) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan proknosis penyakit (d) Dorong klien mengungkapkan perasaan 25 3. Terapi Murotal a. Pengertian Terapi murotal adalah terapi bacaan Al-Quran yang merupakan terapi religi dimana seseorang di bacakan ayat-ayat Al-Quran selama beberapa menit atau jam sehingga memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang (Gusmiran,2005) b. Manfaat terapi murotal Menurut Gusmiran (2005) Al-Quran memiliki banyak manfaat bagi pembaca maupun pendengar salah satunya terhdap perkembangan kognitif yaitu dapat mempertajam ingatan dan pemikiran yang cemerlang. c. Mekanisme pemberian terapi murotal Pelaksanaan terapi musik meliputi assesment yaitu observasi menyeluruh tentang keadaan pasien, dilanjutkan ke rencana perlakuan yaitu meningkatkan ketrampilan musiknya, menambah pengetahuan tentang komunitas musik, dan mengatasi masalah dengan musik dilakukan dengan bertahap. Dilanjutkan ke tahap pencatatan yaitu mendokumentasikan hasil aplikasi terapi musik, dan melanjutkan ke tahap evaluasi yaitu menyiapkan kesimpulan akhir dari proses perlakuan dan membuat rekomendasi untuk ditindaklanjuti . ( Djohan, 2006) 26 4. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian normal (Hawari, 2013). Kecemasan adalah perasaan yang menetap berupa ketakutan atau kecemasan yang merupakan respon terhadap kecemasan yang akan datang. Hal tersebut dapat merupakan perasaan yang ditekan kedalam bawah alam sadar bila terjadi peningkatan akan adanya bahaya dari dalam. Kecemasan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala. Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwaperistiwa atau situasi-situasi khusus dapat mempercepat munculnya kecemasan tetapi setelah terbentuk pola dasar yang menunjukkan reaksi rasa cemas pada pengalaman hidup seseorang (Ibrahim, 2012). b. Tanda dan gejala kecemasan Menurut Hawari (2008), keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas antara lain: 1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. 2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. 27 3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. 4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. 5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat. 6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala. c. Tingkat Kecemasan Menurut Asmadi (2008), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain: 1) Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan ringan mempunyai karakteristik : a) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari. b) Kewaspadaan meningkat. c) Persepsi terhadap lingkungan meningkat. 28 d) Dapat menjadi motivasi posotif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas. e) Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berekrut, serta bibir bergetar. f) Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan. g) Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi. 2) Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis. mudah 29 Kecemasan sedang mempunyai karakteristik : a) Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih. b) Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dna mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima. c) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman. 3) Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. 30 Kecemasan berat mempunyai karakteristik : a) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. b) Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,penglihatan kabur, serta tampak tegang. c) Respon kognitif : tidak mampu berpikir berat lagidan membutuhkan banyak pengarahan / tuntunan, serta lapang persepsi menyempit. d) Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat). 4) Panik Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. Panik mempunyai karakteristik : a) Respons fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik. 31 b) Respons kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi c) Respons prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik tidak menentu), perasaan terancamm serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan dii sendiri dan atau orang lain. d. Tahapan Kecemasan Kecemasan diidentifikasikan menjadi 4 tingkat yaitu, ringan, sedang, berat dan panik (Stuart 2007). Semakin tinggi tingkat kecemasan individu maka akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis. Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Kecemasan merupakan masalah psikiatri yang paling sering terjadi, tahapan tingkat kecemasan akan dijelaskan sebagai berikut : 1) Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; cemas menyebabkan individu menjadi waspada. menajamkan indera dan meningkatkan lapang persepsinya. 2) Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada suatu hal dan mempersempit lapang persepsi individu. 32 Individu menjadi tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area. 3) Kecemasan berat, mengurangi lapang persepsi individu. Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.Semua perilaku ditujukan untuk rnengurangi ketegangan, individu perlu banyak arahan untuk berfokus pada area lain. 4) Tingkat panik (sangat berat) dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, kelakuian, danteror. Hal yang rinci terpecah dari proporsi, karena mengalarni kehilangan kendali. Individu yang mencapai tingkat ini tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,dan kehilangan pemikiran yang rasional. e. Etiologi Kecemasan Kecemasan disebabkan faktor patofisiologis maupun faktor situasional (Sutrimo 2012), Penyebab kecemasan tidak spesifik bahkantidak diketahui oleh individu.Perasaan cemas diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku, dapat jugadiekspresikan secara tidak langung melalui timbulnya gejala danmekanisme koping sebagai upaya melawan kecemasan (Stuart 2007). 33 Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart (2007) dan Tomb (2004), antara lain: 1) Faktor predisposisi a) Teori psikoanalisis Pandangan teori psikoanalisis memaparkan bahwa cemas merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan Impuls primitif, sedangkan super ego mencerminka hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi kecemasan untuk meningkatkan ego bahwa ada bahaya. b) Teori interpersonal Teori interpersonal menyatakan bahwa cemas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah rentan mengalami kecemasan yang berat. c) Teori perilaku Teori perilaku menyatakan bahwa cemas merupakan produk frutasi. Frustasi merupakan segala sesuatu yang 34 menggangu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan dikarakteristikkan sebagai suatu dorongan yang dipelajari untuk menghindari kepedihan. Teori pembelajaran menyakini individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan kecemasan memandang yang berlebihan pada kehidupan cemas sebagai lebih sering menunjukkan selanjutnya.Teori pertentangan konflik antara dua kepentingan yang berlawanan. Kecemasan terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan : konflik menimbulkan kecemasan, dan cemas menimbulkan perasaan tak berdaya, yang pada gilirannyameningkatkan konflik yang dirasakan. d) Teori kajian keluarga Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan cemas terjadi didalam keluarga.Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi. Setiap perubahan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan stres disebut stresor.Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan (Ibrahim 2012). Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan antara lain faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. 35 2) Faktor presipitasi Pengalaman cemas setiap individu bervariasi bergantung pada situasi dan hubungan interpersonal. Ada dua faktor presipitasi yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart (2007) dan Tomb(2004), yaitu : a) Faktor eksternal (1) Ancaman integritas diri Meliputi ketidakmampuan fisiotogis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan). (2) Ancaman sistem diri Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri, hubungan interpersorial, kehilangan, dan perubahan status dan peran. b) Faktor internal (1) Potential stressor Stresor menyebabkan psikososial merupakan perubahan dalam keadaan kehidupan yang sehingga individu dituntut untuk beradaptasi. (2) Maturitas Kematangan kepribadian inidividu akan mempengaruhi kecemasan yang dihadapinya. Kepribadian individu yang lebih matur maka lebih sukar mengalami 36 gangguan akibat kecemasan, karena individu mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan. (3) Pendidikan Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam menguraikan masalah baru. (4) Respon koping Mekanisme koping mengalami kecemasan. kecemasan secara digunakan seseorang Ketidakmampuan konstruktif merupakan saat mengatasi penyebab terjadinya perilaku patologis. (5) Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi yang rendah pada seseorangakan menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan. (6) Keadaan fisik Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah mengalami kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan mempermudah individu mengalami kecemasan. 37 (7) Tipe kepribadian Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan tipe kepribadian B. Individu dengan tipe kepribadian A memiliki ciri-ciri Individu yang tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempuma, merasa diburuburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang. mudah tersinggung dan mengakibatkan otot-otot mudah tegang. Individu dengan tipe kepribadian B memiliki ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian A. Tipe kepribadian B merupakan individu yang penyebar, tenang, teliti dan rutinitas. (8) Lingkungan dan situasi Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan di lingkungan yang sudah dikenalnya. (9) Dukungan sosial Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber kopingindividu. Dukungan sosial dari kehadiranorang lain membantu seseorang mengurangi kecemasan sedangkan lingkungan mempengaruhi area berfikir individu. 38 (10) Usia Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua. (11) Jenis kelamin Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami wanita dari pada pria. Dampak negatif dari kecemasan merupakan rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata maupun potential. Keadaan cemas akan membuat individu menghabiskan tenaganya, menimbulkan rasa gelisah, dan menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi interpersonal maupun hubungan sosial (Videbeck 2008). f. Penatalaksanaan Kecemasan Aspek klinik menyatakan bahwa kecemasan dapat dijumpai pada orang yang menderita stres normal, pada orang yang menderita sakit fisik berat lama dan kronik, dan pada orang dengan gangguan psikiatri berat. Kecemasan yang berkepanjangan menjadi patologis dan menghasilkan berbagai gejala hiperaktivitas otonom pada sistem muskulosketetal, kardiovaskuler. Gastrointestinal bahkan genitourinarius. Respon kecemasan yang berkepanjangan dinamakan gangguan kecemasan (Sutrimo 2012). Penyembuhan gangguan 39 kecemasan dapat dilakukan dengan cara farmakologis maupun non farmakologis menurut Maramis (2004) yaitu sebagai berikut: 1) Farmakologis Terapi farmakologis yang diberikan untuk menurunkan kecemasan terdiri dart obat anxiolytic dan psikoterapi. Anxiolytic mempunyai keunggulan efek terapeutik dalam menurunkan tanda dan gejala kecemasan tetapi mempunyai kerugian resiko adiksi.Obat anxiolytic diberikan sampai 2 minggu pengobatan, kemudian dilakukan psikoterapi yang dimulai pada awal minggu kedua. Saat psikoterapi diberikan, obat anxiolytic masih tetap diberikan tetapi secara bertahap diturunkan dosisnya(tapering off sampai minggu ke empat pengobatan). Jenis obat yang digunakan sebagai agen anxiolytic yaitu golongan benzodiazepin.nonbenzodiazepin, anti-depresan: trisiklik, monoamine, Oxidase inhibitor (MAOI), Seratonin Reuptake Inhibitor(SRI), specific Serotenin Reuptake Inhibitor (SSRI) (Sutrimo 2012). Pengobatan farmakologi anxiolytic mempunyai efek klinik tranquilaizer dan neroleptika (Maramis 2004). 2) Non farmakologis Terapi nonfarmakologis untuk menurunkan kecemasan dilakukan dengan psikoterapi. Psikoterapi yang digunakan untuk gangguan kecemasan merupakan psikoterapi berorientasi insight, terapi perilaku, terapi kognitifatau psikoterapi provokasi 40 kecemasan jangka pendek (Sutrimo 2012).Menurut Dongoes (2002) menurunkan stressor yang dapat memperberat kecemasan dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: a) Menurunkan kecemasan dengan teknik distraksi yang memblok persepsi nyeri dalam korteksserebral. b) Relaksasi musik murotal dapat menurunkan respon kecemasan, rasa takut, tegang dan nyeri. Teknik relaksasi terdapat dalam berbagai jenis yaitu latihan nafas dalam,visualisasi dan guide imagery, biofeedback, meditasi, teknik relaksasi autogenic, relaksasi otot progresif dan sebagainya. c) Pendidikan kesehatan membantu pasien dengan gangguan kecemasan untuk mempertahankan kontrol diri dan membantu membangun sikap positif sehingga mampu menurunkan ketergantungan terhadap medikasi. d) Memberikan bimbingan pada klien dengan gangguan kecemasan untuk membuat pilihan perawatan diri sehingga memungkinkan klien terlibat dalam aktivitas pengalihan. Bimbingan yang diberikan dapat berupa bimbingan fisikmaupun mental. e) Dukungan keluarga meningkatkan mekanisme koping dalam menurunkan stres dan kecemasan. Penatalaksanaan keperawatan mandiri berdasarkan Nursing lntervention Classification (NIC) yang dianjurkan untuk tindakan 41 menurunkan kecemasan yaitu penurunan kecemasan, teknik menenangkan, pengembangan mekanisme koping, pendampingan pasien, kehadiran perawat dan konseling lewat telepon. NIC untuk diagnose kecemasan juga dianjurkan dalam kategori intervensilain yaitu konseling, pedoman antisipasi, terapi seni. Terapi autogenik, manajemen sikap, distraksi, humor, hipnotis, meditasi. terapi musik, terapi otot progresif. Bimbingan imajinasi, relaksasi pendidikan kesehatan dan kunjungan tenaga kesehatan (McCloskey &Bulechek2008). g. Cara Mengukur Kecemasan Untuk mengukur kecemasan menggunakan alat ukur HRS-A (Hamilton Rating scale). Masing-masing gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4 dengan penilaian sebagai berikut: 1) Nilai 0 : tidak ada gejala (keluhan) 2) Nilai 1 : gejala ringan 3) Nilai 2 : gejala sedang 4) Nilai 3 : gejala berat 5) Niali 4 : gejala berat sekali Masing-masing nilai angka (skor) dari 14 kelompok gejala dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu : 42 Total nilai (skor) = 1. Kuarang dari 14 : tidak ada kecemasan 2. 14 – 20 : kecemasan ringan 3. 21 – 27 : kecemasan sedang 4. 28 – 41 : kecemasan berat 5. 42 – 56 : kecemasan panik Tabel 2.1. Alat Ukur HRS-A (Hamilton Rating Scale For Anxiety) No Gejala kecemasan Nilai Angka (Skor) 1 0 Perasaan kecemasan a. Cemas b. Firasat buruk c. Takut akan pikiran sendiri d. Mudah tersinggung 2 Ketegangan a. Merasa tegang b. Lesu c. Tidak bisa istirahat tenang d. Mudah terkejut e. Mudah menangis f. Gemetar g. Gelisah 3 Ketakutan a. Pada gelap b. Pada orang lain c. Ditinggal sendiri 4 Gangguan tidur a. Sukar tidur b. Terbangun malam hari c. Tidur tidak nyenyak d. Bangun dengan lesu e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi 1 2 3 4 43 buruk) 5 Gaguan kecerdasan a. Sukar kosentrasi b. Daya ingat menurun c. Daya ingat buruk 6 Perasaan depresi (murung) a. Hilangya minat b. Sedih c. Bangun dini hari d. Perasaan berubah-ubah 7 Gejala somatik/fisik (otot) a. Sakit dan nyeri di otot b. Kaku c. Kedutan otot d. Gigi gemerutuk e. Suara tidak stabil 8 Gejala somatik/fisik (sensorik) a. Tinitus (telinga berdenging) b. Penglihatan kabur c. Muka merahatau pucat d. Merasa lemas 9 Gejala kardiovaskular pembuluh darah) (jantung dan a. Takikardia (denyut antung cepat) b. Berdebar-debar c. Nyeri di dada d. Denyut nadi mengeras e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan 10 Gejala respiratory (pernafasan) a. Rasa tertekan atau sempit dada b. Rasa tercekik c. Sering menarik nafas d. Nafas pendek /sesak 11 Gejala gastrointestinal 44 a. Sulit menelan b. Perut melilit c. Gangguan pencernaan d. Nyeri sebelum atau sesudah makan e. Rasa penuh dan kembung f. Buang air konstipasi 12 besar lembek Gejala urogenital (perkemihan) a. Sering buang air seni b. Tidak dapat menahan air seni 13 Gejala autonomy a. Mulut kering b. Muka merah c. Mudah berkeringat d. Kepala terasa berat 14 Tingkah laku a. Gelisah b. Tidak tenang c. Jari gemetar d. Keutkening e. Muka tegang f. Otot tegang/mengeras atau 45 B. Kerangka Teori Faktor penyebab fraktur humerus Deformitas, bengkak, spasme otot, nyeri kehilangan sensasi, pergerakan abnormal konservatif pembedahan Kecemasan meningkat nyeri Terapi murotal Suara murotal Masuk ketelinga Kepasrahan kepada tuhan Gendang telinga bergetar Otak dalam gelombang alpha Cairan ditelinga bergetar Sel rambut dalam kokhlearis bergetar Frek 7-14 Hz Saraf kokhlearis Otak Stres menurun Imajinasi indah dalam otak Perasaan nyaman Korteks limbik hipokampus amigdala Formatio kuralis Saraf otonom Saraf parasimpatis Kecemasan menurun Stres menurun Saraf simpatis Relaksasi organ-organ Gambar 2.1 Kerangka teori (Faradisi, 2012) 46 C. Kerangka Konsep Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan Pemberian terapi murotal Gambar 2.2 Kerangka konsep 47 BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi Riset Subjek aplikasi riset ini adalah pasien dengan Fraktur Humerus yang dirawat diruang Flamboyan RSUD Sukoharjo. B. Tempat dan Waktu Aplikasi riset ini dilakukan di bangsal flamboyan pada tanggal 11 Maret 2015, pengaplikasian ini hanya satu hari karena pasien harus segera dilaksanakan tindakan operasi. C. Media Alat yang Digunakan Dalam aplikasi riset ini yang digunakan adalah musik, handphone, dan jam tangan D. Prosedur Tindakan Prosedur tindakan yang akan dilakukan pada aplikasi riset tentang pemberian terapi musik untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi fraktur humerus, pemberian terapi murotal dan terapi musik klasik diberikan dua kali sebelum operasi dilakukan dan dilakukan dalam satu hari hanya satu kali. 47 48 BAB IV LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien Pasien merupakan seorang laki-laki yang berusia 65 tahun dengan inisial Tn. M beragama islam, berpendidikan SD yang beralamat di Bulakrejo Sukoharjo, dengan diagnosa medis fraktur humerus. Selama pasien dirumah sakit yang bertanggung jawab atas nama Tn. M adalah Tn. M yang berusia 40 tahun, pekerjaan swasta bertempat tinggal di Bulakrejo Sukoharjo, hubungan dengan pasien adalah sebagai anak. B. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 11 Maret 2015 jam 13.45 WIB dengan metode autoanamnesa dan alloonamnesa. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri pada bagian lengan kanan, seperti ditusuk-tusuk, dengan riwayat kesehatan sekarang Tn. M mengatakan jatuh dari atap rumah pada jam 07.00 WIB, pasien bawa ke IGD oleh keluarga, di IGD pasien disarankan untuk rontgen dan didapatkan hasil ada fraktur humerus dibagian kanan pada tanggal 9 Maret 2015.pasien mendapat terapi infus RL 20 tpm,ketorolac 30 mg. Pasien pada jam 10 di bawa ke bangsal untuk mendapat perawatan lebih lanjut. 48 49 Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan 10 tahun yang lalu pasien pernah dirawat dirumah sakit karena pasien mengalami kecelakaan dan dilakukan operasi pada kaki sebelah kanan dengan fraktur. Riwayat penyakit keluarga, klien merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan seorang ayah yang memiliki anak tiga laki-laki dan satu perempuan. Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, diabetes militus, dan asma. Genogram: Tn. M 65 Th Keterangan : : laki-laki : perempuan : pasien : meninggal : garis keturunan :tinggal satu rumah Gambar 3.1 Genogram 50 Riwayat kesehatan lingkungan, keluarga pasien mengatakan lingkungan keluarga pasien tampak bersih dan begitu juga dengan rumah pasien tampak bersih dan nyaman untuk ditempati. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting dan harus selalu dijaga, dalam melakukan aktivitasnya pasien akan lebih berhati-hati agar tidak jatuh lagi dan patah tulang. Polanutrisi dan metabolisme sebelum sakit pasien mengatakan makan 3X sehari dengan 1 porsi habis dengan jenis nasi,sayur,lauk,air putih dan teh, tidak ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan 1 porsi habis, dengan jenis makanan yang disajikan dari RS dan tidak ada keluhan.Pasien mengatakan minum sebelum sakit sebanyak 3000ml per hari, selama sakit pasien mengatakan minum sebanyak 1600 ml perhari. Pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAK 4-6 kali sehari dengan warna kuning berbau amoniak kurang lebih 250cc, BAB 1 kali dengan resistensi lunak berwarna kuning kecoklatan dan tidak ada keluhan. Selama sakit mengatakan BAK 3-5 kali sehari dengan warna kuning kurang lebih 200cc, pasien mengatakan selama masuk RS sampai dia dioperasi belum BAB dan tidak ada keluhan. Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit pasien mengatakan makan atau minum dengan mandiri, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah dan ambulasi dilakukan secara mandiri. Selama sakit 51 pasien mengatakan makan atau minum dan berpakaian dibantu oleh keluarganya, dan aktivitas yang lain seperti toileting, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi dilakukan secara mandiri. Pola istirahat tidur sebelum sakit pasien mampu tidur kurang lebih 7-8 jam, tidur nyenyak, bangun tidur terlihat segar dan selama sakit pasien tidur kurang dari 6 jam. Pasien mengatakan tidur pada jam 21.00 dan sering terbangun karena merasa nyeri. Pola kognitif perseptual sebelum sakit pasien mengatakan dapat berbicara dengan jelas dan lancar, dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan pasien tidak menggunakan alat bantu pengelihatan maupun pendengaran, selama sakit pasien mengatakan nyeri pada lengan kanan, nyeri saat digunakan untuk bergerak atau mengangkat lengan, terasa nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri terasa pada bagian lengan bagian kanan atas, skala nyeri 5 dari 10, dan nyeri terasa terus menerus, pasien mengatakan merasa takut untuk dioperasi dan takut apabila terjadi apa-apa pada saat operasi. Pola persepsi konsep diri sebelum sakit pasien mengatakan dirinya adalah seorang kepala keluarga dan memiliki 1 orang istri. Selama sakit pasien mengatakan selalu diperhatikan oleh keluarganya walaupun dalam keadaan sakit selalu ditunggu. Pola hubungan dan peran pasien mengatakan hubungan dengan keluarga dan masyarakat baik. 52 Pola seksualitas dan reproduksi pasien mengatakan seorang bapak yang memiliki 4 orang anak yang kini sudah berrumah tangga sendiri dan memiliki 1 orang istri. Pola mekanisme koping pasien mengatakan ketika ada masalah saat pre operasi fraktur humerus, pasien mengatakan takut akan dilakukan operasi pada tangan kanan kepada keluarganya dan saat ditanya perawat pasien terlihat takut dan cemas. Hasil pemeriksaan fisik dari keadaan atau penampilan dengan kesadaran pasien composmentis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital sebagai berikut, tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36,5°C, bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe dengan rambut berwarna hitam. Hasil pemeriksaan muka dari mata palpebra tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis,sclera tidak iterik, pupil isokor, diameter kaki simetris, reflek cahaya baik dan tidak menggunakan alat bantu pengelihatan. Pemeriksaan hidung tidak ada sekret dan tidak ada polip, pemeriksaan mulut dengan hasil mukosa lermbab dan tidak ada stomatitis. Hasil pemeriksaan gigi sedikit kotor dan berlubang, hasil pemeriksaan telinga dengan pendengaran baik dan tidak ada serumen. Pemeriksaan pada leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid. Pemeriksaan dada : inspeksi didapatkan hasil bentuk dada simetris, pengembangan paru simetris dan tidak ada jejas, palpasi vocal fremitus 53 kanan kiri sama, saat di perkusi sonor tidak ada pelebaran dan saat di auskultasi bunyi jantung BJ I-II regular. Pemeriksaan abdomen tidak ada jejas atau bekas luka dan bentuk perut datar pada saat di inspeksi, pada saat di auskultasi bising usus 15 kali per menit, terdengar bunyi thympani pada saat di perkusi, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pelebaran hati dan ginjal pada saat di palpasi. Pada saat pemeriksaan ekstermitas atas, kekuatan otot kanan: 1 kiri:5, ROMtangan kanan tidak bisa digerakan/tangan kiri normal, capilary refile lebih dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang. Ekstermitas bawah kekuatan otot kanan kiri: 5, ROM kanan kiri: 5, capilary refile normal kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, perabaan akral dingin. Pemeriksaan laboratorium tanggal 11 maret 2015 didapatkan hasileritrosit 3,75 ribu/uL normal(450-590), hemoglobin 11,3 g/dl normal(13,5-17,5), leukosit 7,4 ribu/uL normal(4,5-11,0), hematokrit 32,2% normal(33-45), MCV 85,9 fL normal(80,0-96,0), MCH 30,1 pg normal(28,0-33,0), MCHC 35,1 g/dl normal(33,0-36,0), trombosit 159 ribu/Ul normal(150-450), RDW-CV 12,7%, PDW 9,4 fl normal(25-65), PLCR 20,9%, NRBC 0,00%, neutrofil 72,7% normal(29,00-72,00), limfosit 17,6% normal(36,00-52,00), monosit 7,20% normal(0,00-5,00), eosinofil 2,20%, basofil 0,30% normal(0,00-1,00), IG 0,70%, gula darah sewaktu 93 mg/dl, ureum 30,8 mg/dl normal(<50), creatinin 1,18 mg/dl normal(0,81,3). Terapi yang didapat selama di bangsal pada tanggal 11 maret 2015 54 antara lain cairan ringer lactat 20 tetes per menit, ketorolac 30 mg per 8 jam, cefazolin 1g per 8 jam. C. Perumusan Masalah Keperawatan Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian dipereoleh data subjektif antara lain pasien mengatakan nyeri pada tangan kanan seperti ditusuk-tusuk, skala 5, nyeri datang hilang timbul durasi sekitar 1-2 menit, nyeri datang ketika beraktivitas. Data obyektif yang diperoleh pasien tampak meringis kesakitan, menahan sakit. Hasil rontgen terdapat fraktur humerus pada lengan kanan pasien. Pemeriksaan tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36,5°C. Berdasarkan analisa data diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Hasil analisa data yang lain didapatkan hasil data subjektif antara lain pasien mengatakan takut dioperasi dan takut apabila terjadi apa-apa pada saat operasi. Data objektif yang diperoleh pasien tampak gelisah, panik dan cemas, serta pasien tampak menahan sakit, skala kecemasan tingkat 3 (berat). Berdasarkan analisa data diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan. D. Perencanaan Keperawatan Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 11 maret 2015 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan 55 asuhan keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dengan tujuan nyeri dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang menjadi 3, pasien sudah tidak tampak gelisah, sudah tidak tampak ekspresi nyeri pada wajah. Intervensi yang dilakukan yaitu observasi karakteristik nyeri dengan rasional untuk mengetahui karakteristik nyeri, atur posisi yang nyaman dengan rasional untuk memberikan kenyamanan pada pasien, observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik dengan rasional untuk mengurangi nyeri. Perencanaan dari masalah keperawatam yang kedua pada tanggal 11 maret 2015 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan dengan tujuan kecemasan berkurang dengan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cemas berkurang, pasien tidak tampak bingung dengan criteria hasil, dapat mengungkapkan gejala cemas, dapat mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas, vital sign dalam batas normal, postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan.. 56 Intervensi yang akan dilakukan adalah kaji tingkat kecemasan dengan rasional untuk memberikan waktu kepada pasien untuk mengutarakan perasaannya, berikan pasien dorongan emosional dengan rasional dukungan yang baik dapat memberikan semangat yang tinggi untuk menerima keadaan dengan sabar dan lapang dada, berikan terapi murotal dengan rasional untuk mengurangi kecemasan pada paisen. E. Implementasi Tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan utama berdasarkan rencana tindakan tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 11 maret 2015 sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. M diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan dan gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas. Dilakukan implementasi yaitu pengkajian pada pasien kelolaan, jam 14.00 mengobservasi karateristik nyeri didapatkan hasil respon subjektif pasien mengatakan nyeri, nyeri terasa ditusuk-tusuk, nyeri dibagian lengan tangan kanan, skala nyeri 5,nyeri hilang timbul. Respon objektif pasien tampak menahan sakit, tampak meringis dan gelisah. Tindakan keperawatan pada jam 14.15 kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik, pasien bersedia untuk diinjeksi dan obat masuk lewat iv injeksi ketorolac 3 kali sehari. Mengkaji skala nyeri pasien 57 mengatakan nyeri di tangan kanan skala nyeri 5, nyeri terasa saat beraktivitas. Tindakan keperawatan pada jam 19.30 mengobservasi kecemasan pasien, pasien mengatakan cemas dan mengatakan takut bila dilakukan operasi, pasien tampak cemas, gelisah dan skala kecemasan pasien: 3. Setelah mengobservasi kecemasan pasien pada jam 19.45 memberikan terapi musik pasien mengatakan mau untuk mendengarkan musik murotal, suka pada musik murotal yang diberikan dan menikmatinya, pasien tampak rileks, sala kecemasan pasien: 2. Tindakan keperawatan pada jam 20.15 memberikan posisi nyaman kepada pasien, pasien bersedia untuk merubah posisinya dan pasien tampak merasa lebih nyaman. Tindakan keperawatan pada jam 07.15 mengobservasi karateristik nyeri dan kecemasan pasien, pasien mengatakan nyeri ditangan kanan, nyeri seperti ditusuk-tusuk.Skala nyeri 5,nyeri hilang timbul. Pasien masih kelihatan menahan nyeri. Pasien mengatakan masih cemas dan takut akan dioperasi, pasien tampak cemas,gelisah skala kecemasan pasien: 3 Tindakan keperawatan pada jam 07.30 memberikan terapi musik murotal untuk mengurangi kecemasan, pasien mengatakan mau mendengarkan musik murotal yang diberikan,pasien tampak suka dan menikmati musiknya, pasien tampak rileks dan skala kecemasan menjadi: 2. 58 F. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 11-12 maret 2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien mengtakan nyeri berkurang, skala nyeri 4, nyeri seperti tertusuk-tusuk, dari data objektif pasien tampak sedikit rileks, masalah teratasi sebagian nyeri berkurang menjadi 4, pasien tampak sedikit rileks, pertahankan intervensi observasi karakteristik nyeri untuk mengetahui karakteristik nyeri, atur posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik untuk mengurangi nyeri. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 11-12 maret 2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien mengtakan pasien sudah tidak takut untuk dioperasi. Data objektif pasien sudah tidak tampak cemas, pasien tampak rileks, masalah ansietas tertatasi, hentikan intervensi. 59 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Tn. T dengan pre operasi di Ruang flamboyan RSUD Sukoharjo. Pembahasan pada bab ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan kasus. Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui tahap, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. A. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan, dimulai perawat dengan menerapkan pengetahuan. Pengakajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verikasi dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah pengumpulan data yaitu pengumpulan data primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. (Potter dan Perry, 2005) Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengakajian identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan 11 fungsi gordon serta pemeriksaan fisik head to toe. Serta pengakajian khusus pada ekstermitas yang mengalami fraktur dengan look, feel, move. (Potter dan Perry, 2005) 59 60 Data yang didapatkan penulis dari pengkajian keluhan utama, klien mengatakan takut diopersi, kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan jiwa (psychiatric disoder). Secara klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu : gangguan cemas (anxiety disoder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disoder / GAD), gangguan panik, gangguan phobik, dan gangguan obsesif-kompulsif. Keluhan utama yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan nyeri dan lemah pada tangan kanan. Hasil pembacaan rontgen oleh dokter jaga di IGD terjadi fraktur proximal humerus dextra. Fracture (patah tulang) adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang,tulang rawan,baik yang bersifat total maupun sebagian (Muttaqin,2008). Manifestasi klinis pada fraktur Deformitasmenyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan,edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi dalam jaringanyang berdekatan dengan fraktur, echimosis dari perdarahan subculaneous, spasme otot, spasme invoulunter dekat fraktur, tenderness/keempukan, Nyeri disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan, pergerakan abnormal, Krepitasi. (Jitowiyono dan Kristiyanasari,2012) Data yang mendukung keluhan utama klien nyeri pada tangan yaitu pola fungsi kognitif dan perceptual dengan melakukan pengkajian nyeri menggunakan P, Q, R, S , T (Provoking, Quality, Region, Scale, Time) pasien 61 mengatakan merasakan nyeri pada lengan kanan, P : nyeri saat digunakan untuk bergerak/mengangkat lengan, Q: terasa nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri terasa pada bagian lengan bagian kanan atas, S: skala nyeri 5 dari 10, dan T: nyeri terasa terus menerus. Pengkajian fokus yang penulis uraikan adalah tentang pengkajian pada fraktur yaitu dengan mengggunakan look, feel dan move untuk pemeriksaan fisik pada pasien dengan fraktur. (Muttaqin, 2008) Pemeriksaan ekstermitas kanan atas sebelum operasi dari hasil pengamatan (look) terdapat luka lebam pada bagian lengan, terdapat edema pada lengan atas, lengan bawah dan jari-jari tangan, capilarry refille > 2 detik, ada perubahan bentuk tulang, luka tertutup dan terbalut elastic perban bersih, tidak ada tanda-tanda lesi pada nervus radialis. Feel pasien mengatakan nyeri pada lengan kanan atas kanan, skala nyeri 5, nyeri bila digunakan untuk bergerak, tangan terasa kaku. Move (pergerakan) pergerakan sendi shoulder terbatas, pergerakan sedi siku terbatas belum mampu menekuk secara sempurna, pergerakan sendi pergelangan tangan masih lemah, kekuatan otot 1 kontraksi halus dapat dirasakan bila otot diraba. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil sebagai berikut, tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36,5°C. Pada pengkajian Pola kognitif perseptual sebelum sakit pasien mengatakan dapat berbicara dengan jelas dan lancar, dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan pasien tidak menggunakan alat bantu pengelihatan maupun 62 pendengaran, selama sakit pasien mengatakan nyeri pada lengan kanan, pasien mengatakan merasa takut untuk dioperasi dan takut apabila terjadi apa-apa pada saat operasi. B. Perumusan Masalah Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature yang berkaitan, catatan medis klien. (Potter dan Perry, 2005) Hasil pengkajian dan pengelompokkan data penulis menemukan beberapa masalah kesehatan dan memfokuskan pada fungsi kesehatan fungsional yang membutuhkan dukungan dan bantuan pemulihan sesuai dengan kebutuhan hirarki maslow. (Potter dan Perry, 2005) dari hasil pengkajian dan analisa data penulis mengangkat diagnosa, yaitu : Diagnosa pertama yang penulis rumuskan adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Menurut international for the study of pain nyeri akut adalah awitan yang tiba- tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan. (NANDA, 2012). 63 Batasan karakteristik nyeri akut terjadi perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan, mengekpresikan perilaku gelisah, waspada iritabilitas, sikap melindungi area nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur. (NANDA, 2012) Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut mencakup data obyektif, data subyektif dan hasil pemeriksaan. Data subyektif pasien mengatakan nyeri pada lengan kanan,P : nyeri saat digunakan untuk bergerak/mengangkat lengan,Q: terasa nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri terasa pada bagian lengan bagian kanan atas, S: skala nyeri 5 dari 10, dan T: nyeri terasa terus menerus. Data objektif pasien tampak meringis kesakitan, terdapat edema dan lebam pada lengan atas. Batasan karateristik menyebutkan pada nyeri terjadi perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung dan frekuensi pernafasan, didalam analisa data penulis tidak mencantumkan perubahan nadi, respiratory rate dan tekanan darah karena kurangnya ketelitian penulis tidak mendokumentasikan dan memasukknnya dalam analisa data. Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berdasarkan hirarki kebutuhan menurut maslow yaitu masuk dalam kebutuhan tingkat kedua mencakup kebutuhan keamanan dan keselamatan (fisik dan psikologis) yang merupakan kebutuhan paling dasar kedua yang harus diprioritaskan. (Potter dan Perry, 2005). 64 Diagnosa kedua yang diangkat penulis yaitu ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan. Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu): perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 2012). Pada kasus Tn. M kecemasan disebabkan karena ketakutan menghadapi operasi ditandai dengan pasien tegang dan gelisah. Tanda dari kecemasan adalah adanya respon fisiologis, respon perilaku,kognitif dan afektif yaitu salah satunya pasien tegang, gelisah, frekuensi nadi tidak teratur dan cepat serta pernafasan cepat (Stuart, 2007). Penulis mengambil etiologi ancaman pada status kesehatan karena dari data pasien, pasien akan dilakukan operasi. Tindakan pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan membahayakan bagi pasien (Faradisi, 2012). Perumusan masalah keperawatan diambil penulis adalah ansietas yang telah disesuaikan dengan diagnosa NANDA. Penulis mencantumkan masalah ansietas dengan alasan mengacu pada data pengkajian yaitu data subjektif antara lain pasien mengatakan takut dioperasi, pasien mengatakan takut dengan penyakitnya. Data objektif yang diperoleh yaitu pasien tampak 65 gelisah, pasien tampak cemas, pasien tampak panik total score 40, skala kecemasan 3 yaitu berat, pasien tidak bisa tidur atau insomnia. Batasan karakteristik untuk diagnosa keperawatan ansietas yaitu perilaku: penurunan produktivitas, gerakan yang irevelan, gelisah, melihat sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai, tampak waspada, afektif, gugup, senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidak nyamanan, bingung, menyesal, ragu, khawatir, tidak percaya diri (NANDA, 2012:). Data yang ditemukan penulis sudah sesuai dengan batasan karateristik dari (NANDA, 2012). Sehingga diagnosa yang diangkat sudah tepat. Pada askep yang disusun penulis diagnosa yang dimunculkan berbunyi gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan seharusnya diagnosa yang diterapkan pada pasien yaitu ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan. C. Intervensi Keperawatan Proses keperawatan yang dilakukan setelah merumuskan diagnosa keperawatan yang spesifik, perawat menggunakan ketrampilan berpikir kritis untuk menetapkan prioritas dignosa dengan membuat membuat peringkat dalam urutan kepentingannya. Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan.Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini 66 ke tingkat kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Potter dan Perry, 2005). Setelah mengkaji mendiagnosa dan menetapkan prioritas tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien, penulis merumuskan tujuan dan hasil.Tujuan tidak hanya memenuhi kebutahan klien tetapi juga harus mencakup pencegahan dan rehabilitasi. Tujuan yang penulis susun sesuai dengan teori yang ada pada buku fundamental keperawatan Potter dan Perry (2005) mengacu pada 7 faktor : berpusat pada klien, faktor tunggal menunjukkan hanya satu respon klien, faktor yang dapat diamati perubahan yang dapat diamati dapat terjadi dalam temuan fisiologis, tingkat pengetahuan klien dan perilaku, faktor yang dapat diukur, faktor batasan waktu serta tujuan dan hasil yang diharapkan menunjukkan kapan respon yang diharapkan harus terjadi, faktor mutual, faktor realistik tujuan dan hasil yang diharapkan singkat dan realistik. Berdasarkan diagnosa yang telah penulis rumuskan dengan menyesuaikannya dengan prioritas permasalahan, penulis menyusun intervensi sebagai berikut : 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka pre operasi fraktur humerus proximal dextra Setelah di lakukan tindakan keperawatn 1 x 24 jam diharapkan nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil : pasien mampu mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan nyeri pasien tampak nyaman dan rileks, skala nyeri turun dari skala 5 menjadi skala 3, tanda-tanda vital dalam rentang normal ( TD : 120/80 mmHg, nadi : 80 kali/menit, respiratoy rate : 18 67 kali/menit, suhu : 36,5ºC ). Dengan intervensi yang penulis rumuskan menggunakan ONEC (observation, nursing intervention, education, collaboration). Intervensi yang dilakukan yaitu observasi karakteristik nyeri untuk mengetahui karakteristik nyeri, atur posisi yang nyaman untuk memberikan posisi yang nyaman pada pasien, observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik untuk mengurangi nyeri. 2. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan Setelah dilakaukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kecemasan dapat teratasi dengan kriteria hasil identifikasi pola kecemasan yang efektif, mencari informasi terkait dengan penyakit pengobatan, menggunakan perilaku untuk menurunkan cemas, menurunkan perasaan negatif. Dengan intervensi yang penulis rumuskan menggunakan ONEC (observation, nursing intervention, education, collaboration). Intervensi yang akan dilakukan adalah kaji tingkat kecemasan dengan rasional untuk memberikan waktu kepada pasien untuk mengutarakan perasaannya, berikan pasien dorongan emosional dengan rasional dukungan yang baik dapat memberikan semangat yang tinggi untuk menerima keadaan dengan sabar dan lapang dada, berikan terapi murotal untuk mengurangi kecemasan pada paisen. Pemberian terapi murotal ditambahkan dalam perencanaan sebagai terapi non farmakologi untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien 68 pra operasi fraktur humerus.Manfaat pemberian terapi murotal adalah untuk mempertajam ingatan dan mengurangi kecemasan (Setiadi, 2012). D. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter and Perry, 2005). Untuk diagnosa pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka pre operasi fraktur humerus proximal dextra implementasi yang dilakukan penulis adalah mengatur posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik untuk mengurangi nyeri. Untuk diagnosa yang kedua adalah ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan, implementasi yang dilakukan penulis adalahmengkaji tingkat kecemasan dengan rasional untuk memberikan waktu kepada pasien untuk mengutarakan perasaannya, memberikan pasien dorongan emosional dengan rasional dukungan yang baik dapat memberikan semangat yang tinggi untuk menerima keadaan dengan sabar dan lapang dada, memberikan terapi murotal untuk mengurangi kecemasan pada paisen. Kecemasan adalah gangguan perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak 69 mengalami gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian normal (Hawari, 2013). Untuk mengurangi kecemasan terapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibukikan oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad al Khadi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika Serikat. Terapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibukikan oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad al Khadi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika Serikat. Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika, wilayah missuori AS, Ahmad Al-Qadhi melakukan presentasi tentang hasil penelitianya dengan tema pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil positif bahwa mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitas Penelitian ini merupakan penelitian Quasi eksperiment. Berdasarkan jurnal yang dipakai oleh penulis dengan judul “Efektivitas terapi murotal terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi”, terapi murotal memiliki aspek yang sangat diperlukan dalam mengatasi kecemasan, secara garis besar terapi murotal memiliki dua poin yang penting dalam menurunkan kecemasan yaitu memiliki irama yang indah dan juga secara psikologis dapat memotivasi dan memberikan dorongan 70 semangat dalam menghadapi suatu masalah. Dalam keadaan ini otak berada pada gelombang alpha, merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14HZ. Ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dan dapat menyingkirkan stres dan menurunkan kecemasan(Faradasi, 2012). Hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh penulis yaitu pemberian terapi murotal untuk mengurangi tingkat kecemasan pre operasi fraktur humerus pada asuhan keperawatan Tn. M dengan fraktur humerus di ruang Flamboyan RSUD SUKOHARJO. E. Evaluasi Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2006). Evaluasi yang dilakukan penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP, Subjective, Objective, Analisa, Planning (Dermawan, 2012). Pada hari rabu, tanggal 12 Maret 2015 pada jam 08.00 WIB pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka pre operasi fraktur humerus proximal dextradilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien mengtakan nyeri berkurang, skala nyeri 4, nyeri seperti tertusuk-tusuk, dari data objektif pasien tampak sedikit rileks, masalah teratasi sebagian nyeri berkurang menjadi 4, pasien tampak sedikit rileks, pertahankan intervensi observasi karakteristik nyeri untuk mengetahui 71 karakteristik nyeri, atur posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik untuk mengurangi nyeri. Pada hari rabu, tanggal 12 Maret 2015 pada jam 08.10 WIB pada diagnosa ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan, dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien mengtakan pasien sudah tidak takut untuk dioperasi. Data objektif pasien sudah tidak tampak cemas, pasien tampak rileks, masalah ansietas tertatasi, hentikan intervensi. Pada hari rabu, tanggal 12 Maret 2015 pada jam 08.15 WIB pada diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas, dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang, dan badan terasa lemas data objektif pasien tidur kurang kurang dari 6 jam, tampak pengunjung hanya 1 orang yang menunggu pasien, pasien tampak sedikit rileks. Masalah teratasi sebagian , pengunjung dapat dibatasi, pasien tampak rileks, pertahankan intervensi kaji ulang pola tidur pasien rasionalisasi untuk mengetahui kualitas tidur pasien, ciptakan atau berikan lingkungan yang nyaman rasionalisasi agar pasien dapat tidur dengan nyaman, identitas atau mencari faktor penyebab rasionalisasi untuk mengetahui apa yang menjadikan pasien tidak bisa tidur. Evaluasi akhir menunjukkan bahwa aplikasi pemberian terapi murotal dapat mengurangi kecemasan pada pasien pre operasi fraktur humerus, dibuktikan dengan pasien mengtakan pasien sudah tidak takut untuk dioperasi, pasien sudah tidak tampak cemas, pasien tampak rileks. 72 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat disusun dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. Pengkajian Hasil pengkajian terhadap Tn. M dengan fraktur humerus didapatkan adanya keluhan nyeri pada lengan kanan, merasa takut akan dilakukan operasi, cemas, kawatir apabila terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya, pasien sulit untuk tidur karena merasa nyeri, takut akan dilakukan oeprasi dan sering terbangun. 2. Rumusan Masalah Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. M dengan fraktur humerus diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan dan gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas. 3. Intervensi Keperawatan Intervensi yang dapat disusun pada kondisi Tn. M dengan fraktur humerus adalah mengkaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, memberikan relaksasi nafas dalam, mengkaji tingkat kecemasan, pemberian terapi murotal, kaji pola tidur pasien, dan berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. 72 73 4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan pada Tn. M dengan fraktur humerus adalah mengkaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, memberikan relaksasi nafas dalam, mengkaji tingkat kecemasan, memberikan terapi murotal. 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi Tn. M dengan fraktur humerus selama 1x24 jam mengelola, serta setelah berkalaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik pada Tn. T teratasi sebagian, skala nyeri 4, pasien tampak rileks. Intervensi dilanjutkan, observasi karakteristik nyeri, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik.Pada diagnosa ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien mengatakan sudah tidak takut untuk dioperasi, pasien tampak rileks. 6. Analisa Aplikasi Jurnal dengan Kasus Dari hasil pemberian terapi murotal untuk mengurangi tingkat kecemasan. Setelah dilakukan tindakan tersebut dapat di evaluasi bahwa tanda-tanda kecemasan yang terjadi pada Tn. M menurun.Menunjukkan bahwa aplikasi pemberian terapi murotal dapat mengurangi tingkat kecemasan. 74 B. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan frakur humerus penulis akan meemberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain: 1. Bagi penulis Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien fraktur humerus dengan pemberian terapi murotal diharapan penulis dapat lebih mengetahui cara menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi. 2. Bagi Institusi Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang professional, terampil, inovatif dan bermutu dalam memberikan asukan keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan. 3. Bagi Rumah Sakit Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan memepertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien dengan kecemasan pre operasi 4. Bagi Keluarga dan Pasien Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan fraktur humerus diharapkan pasien dan keluarga mampu merawat anggota 75 keluarga yang mengalami kecemasan saat pre operasi untuk mencegah terjadinya gangguan psikologis dengan memberikan terapi murotal. DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika : Jakarta. Campbell, D, (2001a). Efek Mozart, bagi Anak, Meningkatkan Daya Pikir, Kesehatan dan Kreativitas Anak Melalui Musik penerjemah Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Djohan. 2006. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Galaupress: Yogyakarta. Faradasi, F, 2012. Efektifitas Tearapi Murotal dan Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan. STIKes Muhammadiyah Pekajan Pekalongan Indonesia. Di akses pada tanggal : 15 Februari 2015. Gusmian, 2005. Ruqyah Terapi Religi Sesuai Sunnah Rosulullah SWT. Jakarta: Pustaka Marwa. Hawari H. Dadang, IQ, EQ, CQ,dan SQ “Kriteria Sumber Daya Manusia (Pemimpin) Berkualitas”, Badai Penerbit. 2003. Jakarta. Hawari, D, 2013. Dimensi Religi dalam Praktik Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Balai Penerbit UI Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Agnensindo: Bandung. Jitowiyono, S Dan Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi Dengan Pendekatan Nanda, Nic, Noc. Yogyakarta : Mulya Medika. Maramis, WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press: Surabaya. Muttaqin, Arif. 2008. Buku asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta : EGC. Muttaqin, Arif. 2012. Buku asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal. Jakarta : EGC. NANDA. 2012. Diagnosa keperawatan. Jakarta : EGC. 76 77 Nursalam, 2009. Konsep Dan Penerapan Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba Metodologi Penelitian Ilmu Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol I Edisi 4. EGC. Jakarta. Ramolda, P, 2009. Pengaruh Al-Quran pada Manusia dalam Perspektif Pisiologi dan Psikologi. http://www.theedc.com. Tanggal akses 15 april 2015. Rendi. C,M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Dalam, Cataatn Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta. Smeltzer S & Bare B, G. 2002. Buku ajar kepererawatan jiwa Ed. 5. EGC: Jakarta. Stuart, WG, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC: Jakarta. Stuart, WG, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC: Jakarta. Sujudi, A, 2008. Berita Kecelakaan di Jalan . http://pusdinakes.or.id. Tanggal akses 23 April 2015. Sutrimo, A. 2012. Pengaruh Guided Imagery and Music (GIM) Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectiocaesarea di RSUD Banyumas. S1. Keperawatan FK Universitas Jenderal Soedriman purwokerto. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Mahasiswa Keperawan. Jakarta : EGC. Tomb, DA. 2004. Buku Saku Psikiatri. EGC: Jakarta. Videbeck SI. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta. Wijarnarko, Nugroho, 2007. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan di Ruang ICU-ICCU Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Skripsi, Semarang : UNDIP.