pemberian terapi murotal terhadap penurunan tingkat kecemasan

advertisement
PEMBERIAN TERAPI MUROTAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
KECEMASAN PRA OPERASI FRAKTUR HUMERUS PADA
ASUHAN KEPERAWATAN TN. M DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
DISUSUN OLEH:
FAJAR JATMIKO
P.12 085
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
PEMBERIAN TERAPI MUROTAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
KECEMASAN PRA OPERASI FRAKTUR HUMERUS PADA
ASUHAN KEPERAWATAN TN. M DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH:
FAJAR JATMIKO
P.12 085
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian terapi murotal terhadap penurunan
tingkat kecemasan pra operasi fraktur humerus pada asuhan keperawatan tn.m
diruang flamboyan RSUD Sukoharjo”
Dalam penyusunan Karya TulisI lmiah ini Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M. Kep., selaku Ketua Program studi D
III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta serta selaku penguji I
yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,
inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi
sempurnanya karya tulis ilmiah ini.
2. Ibu Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M. Kep., selaku sekertaris program Studi
D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Bapak Ns. Fakhrudin Nasrul Sani., M.Kep, selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan
dengan cermat dan perasaan yang nyaman dalam bimbingan, sehingga
membantu penulis dalam penyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
v
4. Bapak Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku penguji II yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan
nyaman
dalam
membimbing
serta
memfasilitasi
demi
sempurnanya karya tulis ilmiah ini
5. Seluruh dosen dan staf Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. Terima kasih atas
segala kasih sayang selama ini, selalu memberikan semangat, do’a,
pengorbanan, bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga
putramu ini mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
6. RSUD Sukoharjo yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
pengelolaan kasus.
7. Bapak Agus, S.Kep.,Ns., sebagai pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan saat
pengambilan kasus di Rumah Sakit.
Semoga
karya
tulis
ilmiah
ini
dapat
bermanfaat
perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.Amin.
Wa’alaikumsalam. Wr. Wb
Surakarta,
Mei 2015
Penulis
vi
untuk
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................
3
C. Manfaat Penulis ........................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ..........................................................................
6
1. Konsep Fraktur ....................................................................
6
2. Asuhan Keperawatan Pre Operasi Fraktur Humerus ..........
15
3. Terapi murotal .....................................................................
25
4. Kecemasan ...........................................................................
26
B. Kerangka Teori .........................................................................
45
C. Kerangka Konsep .....................................................................
46
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset ...............................................................
47
B. Tempat dan Waktu ...................................................................
47
C. Media Alat yang Digunakan .....................................................
47
D. Prosedur Tindakan ....................................................................
47
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien .........................................................................
vii
48
BAB V
B. Pengkajian ................................................................................
48
C. Perumusan Masalah Keperawatan ............................................
54
D. Perencanaan Keperawatan ........................................................
54
E. Implementasi ............................................................................
56
F. Evaluasi ....................................................................................
58
PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................
59
B. Perumusan Masalah ..................................................................
62
C. Intervensi Keperawatan ............................................................
65
D. Implementasi Keperawatan ......................................................
68
E. Evaluasi ....................................................................................
70
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...............................................................................
72
B. Saran .........................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka teori .............................................................................
45
Gambar 2.2 Kerangka konsep .........................................................................
46
Gambar 3.1 Genogram ....................................................................................
49
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kerangka teori .................................................................................
x
42
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Jurnal Utama
3. Asuhan Keperawatan
4. Log book
5. Pendelegasian
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut
lengkap atau tidak lengkap. Fraktur humerus atau patah tulang paha
adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti
degenerasi tulang atau osteoporosis. Pada umumnya, keluhan utama pada
kasus fraktur humerus adalah nyeri yang hebat. Nyeri fraktur tersebut
bersifat tajam dan menusuk karena terjadinya spasme otot (Muttaqin,
2012).
Kecelakaan
lalulintas
sering
kali
terjadi
di
negara-negara
berkembang seperti di Indonesia. Menurut data kepolisian Republik
Indonesia tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kasus.
Kasus itu menyebabkan kematian pada 9.865 orang, 6.142 orang
mengalami luka berat dan 8.694 luka ringan dan diperkirakan tiap tahunya
akan mengalami peningkatan. Adapun trauma yang sering terjadi pada
kasus ini adalah trauma kepala, fraktur (patah tulang), dan trauma dada
(Sujudi, 2008).
1
2
Salah satu penatalaksanaan fraktur adalah dilakukannya tindakan
operasi atau pembedahan, yang dapat menimbulkan kecemasan pada
pasien dikarenakan pasien belum mengetahui apa yang akan terjadi saat
dilakukannya operasi dan akibat dilakukan tindakan tersebut (Rendy,
2012).
Kecemasan terjadi dihubungkan dengan adanya rasa nyeri,
kemungkinan cacat menjadi bergantung dengan orang lain dan mungkin
kematian. Kecemasan apabila tidak diatasi akan menimbulkan masalah
dan menganggu proses operasi berlangsung atau dapat pula terjadi
pembatalan operasi, kondisi ini memerlukan suatu upaya dalam
menurunkan kecemasan yang dapat dilakukan dengan mengajarkan pasien
tentang teknik relaksasi, misalnya;
relaksasi nafas dalam, mendengar
musik, dan masase. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan kendali
dan percaya diri serta mengurangi stres dan kecemasan yang dirasakan
(Stuart, 2007).
Saat ini banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk
menangani kecemasan, salah satunya adalah terapi musik dan terapi
murotal yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Terapi
musik berguna dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa
nyeri dan dapat membuat perasaan klien rileks (Kate and Mucci, 2002).
Hal ini telah dibuktikan dalamJournal of the American Medical
Association(1996) melaporkan tentang hasil studi bahwa setengah dari
ibu-ibu hamil yang mendengarkan musik selama kelahiran anaknya tidak
3
membutuhkan anestesi. Rangsangan musik meningkatkan pelepasan
endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan obat-obatan. Pelepasan
tersebut memberikan pula suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan
dapat mengurangi kecemasan (Campbell, 2001). Terapi murotal dapat
mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan oleh Al-Qadhi,
bahwa pengaruh Al-Quran dapat menurunkan ketegangan urat saraf
reflektif (Ramolda, 2009).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Sukoharjo ruang
Flamboyan, penulis memperoleh data hasil wawancara dengan salah satu
perawat bahwa kasus fraktur humerus selama 2014-2015 sejumlah 122
kejadian. Tetapi teori tentang pemberian terapi murotal ini belum
diterapkan oleh rumah sakit.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik
untuk mengaplikasikan tentang pemberian terapi murotal dan terapi musik
klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre oprasi fraktur
humerus.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mengaplikasikan tindakan pemberian terapi murotal dan terapi
musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada Tn.M
dengan pre oprasi fraktur humerus di RSUD Sukoharjo.
4
2. Tujuan kusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.M dengan pre
operasi fraktur humerus.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.M pre
operasi fraktur humerus.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada
Tn.M pre operasi fraktur humerus.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.M pre operasi
fraktur humerus.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.M pre operasi fraktur
humerus.
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi murotal
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada Tn. M dengan fraktur
humerus.
C. Manfaat penulis
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengalaman tentang konsep penyakit fraktur
humerus penatalaksanaannya dan aplikasi riset melalui proses
keperawatan pemberian terapi murotal terhadap penurunan tingkat
kecemasan pasien pre oprasi fraktur humerus.
5
2. Bagi profesi keperawatan
Mengembangkan metode pengelolaan terhadap penurunan tingkat
kecemasan pasien pre operasi dan mengembangkan ilmu keperawatan
dengan penelitian.
3. Bagi pendidik
Sebagai referensi dan wacana dalam pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang keperawatan medikal bedah dengan
penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.
4. Bagi rumah sakit
Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dalam
asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada pasien fraktur
humerus dengan kolaborasi pemberian terapi murotal terhadap
penurunan tingkat kecemasan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Fraktur
a. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadijika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan
oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan
bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer dan Bare, 2002).
Humerus (tulang pangkal lengan) mempunyai tulang panjang
seperti tongkat. Bagian yang mempunyai hubungan dengan bahu
bentuknya bundar membentuk kepala sendi disebut kaput humeri. Pada
kaput humeri ini terdapat tonjolan yang disebut tuberkel mayor dan
minor. Di sebelah bawah kaput humeri terdapat lekukan yang disebut
kolumna humeri. Pada bagian bawah terdapat taju (kapitulum,
epikondilus lateralis, dan epikondilus medialis). Di samping itu juga
mempunyai lekukan yang disebut fosa koronoid (bagian depan) dan
fosa olekrani bagian belakang. (Syifuddin, 2006)
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang
disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung
6
7
karena diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus .
(Syifuddin, 2006)
b. Klasifikasi fraktur
Frakture (patah tulang) adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas
tulang atau tulang rawan,baik yang bersifat total maupun sebagian.
Menurut Muttaqin (2008) Klasifikasi fraktur secara klinis :
1) Fraktur tertutup (simple fraktur)
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak
menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
2) Fraktur terbuka (compound fracture)
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak,dapatberbentuk from within (dari dalam)
atau from without (dari luar).
3) Fraktur dengan komplikasi ( complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan
komplikasi misalnya mal-union dan de-layedunion, non-union.
(Muttaqin, 2008)
c. Klasifikasi Fraktur Humerus
Patah tulang humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur
tulang humerus. Macam – macam patah tulang humerus :
8
1) Fraktur suprakondilar humeri
Fraktur suprakondilar humeri (transkondilar) merupakan fraktur
yang sangat sering terjadi pada anak-anak setelah fraktur antebraki.
Dua tipe suprakondilar humeri berdasarkan pergeseran fragmen
distal sebagai berikut :
a) Tipe posterior (tipe ekstensi)
Tipe eksistensi merupakan 99% dari seluruh jenis fraktur
suprakondilar humeri. Pada tipe ini fragmen distal bergeser
kearah posterior. Tipe ekstensi terjadi apabila klien mengalami
trauma saat siku dalam posisi hiperekstensi atau sedikit fleksi
serta pergelangan tangan dalam posisi dorso flexi.
b) Tipe anterior (tipe flexi)
Tipe anterior (tipe fleksi) hanya merupakan 1 - 2% dari seluruh
fraktur suprakondilar humeri. Tipe fleksi terjadi apabila klien
jatuh dan mengalami trauma langsung sendi siku pada humerus
distal.
2) Fraktur intrakondilar humerus
Bagian kodilus humerus sering juga mengalami fraktur akibat suatu
trauma. Gambaran klinis nyeri, pembengkakan, dan perdarahan
subcutan pada daerah sendi siku. Pada daerah tersebut ditemukan
nyeri tekan, gangguan pergerakan dan krepitasi. Fraktur kondilar
biasanya disertai dengan fraktur suprakondilar. ( Muttaqin, 2008).
9
d. Penyebab terjadinya fraktur
Trauma musculoskeletal yang dapat mengakibatkan fraktur adalah
sebagai berikut :
1) Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan.
Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak
ikut mengalami kerusakan.
2) Trauma tidak langsung
Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari dari
daerah
fraktur,
langsung,misalnya
trauma
jatuh
tersebut
dengan
disebut
tangan
trauma
tidak
ekstensi
dapat
menyebabkan fraktur clavikula, pada kedaaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh. (Muttaqin, 2008)
e. Manifestasi klinik
1) Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
dari tempatnya perubahan keseimbanagan dan rupture terjadi seperti:
rotasi pemendekan tulang, penekanan tulang.
2) Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi dalam
jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
10
3) Echimosis dari perdarahan subculaneous
4) Spasme otot spasme invoulunter dekat fraktur
5) Tenderness/keempukan
6) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot
7) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf /
perdarahan)
8) Pergerakan abnormal (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012 : 19-20)
f. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk pemeriksaan fraktur
humerus :
1) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan yang penting adalah “pencintraan” menggunakan sinar
rontgent (sinar-X). Untuk mendapatkan gambaran tiga dimensi dari
keadaaan dan kedudukan tulang yang sulit, memerlukan 2 proyeksi,
yaitu : AP atau PA.
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Kalsium serum dan fosfat serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang
b) Fosfatase alkali meningkat pada tulang yang rusak dan
menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang
Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH5), aspartat tranferase (AST),dan aldose meningkat pada tahap
penyembuhan tulang. (Muttaqin, 2008)
11
g. Komplikasi
Menurut Muttaqin (2008) komplikasi yang terjadi pada fraktur
jangka pendek bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tidak
tepat meliputi :
1) Kerusakan arteri: pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai
dengan tidak adanya nadi, CRT (capillary refill time) menurun,
sianosis pada bagian distal, hemtoma melebar, dan dingin pada
ekstermitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting,
perubahan
posisi
pada
yang
sakit,
tindakan
reduksi,
dan
pembedahan.
2) Sindrom
kompartemen:
sindrom
kompartemen
merupakan
komplikasi yang serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang,
saraf dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan
oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebanan
yang terlalu kuat.
3) Fat embolism syndrome :fat embolism syndrome adalah komplikasi
serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES
terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah
menjadi rendah. Hal tersebut ditandai dengan gangguan pernafasan,
takikardia, hipertensi, takipnea dan demam.
12
4) Infeksi: infeksi terjadi karena sistem pertahanan tubuh yang rusak
akibat trauma jaringan. Pada truma orthopedic infeksi dimulai pada
kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tetapi dapat juga terjadi karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti ORIF dan OREF serta plat.
5) Nekrosis avaskular: nekrosis avaskuler terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang.
Biasanya diawali dengan adanya iskemia.
6) Shock shock terjadi karena kehilangan banyak darah atau
meningkatnya
permeabilitas
kapiler
sehingga
menyebabkan
oksigenasi menurun.
h. Patofisiologi
Penyebab dari terjadinya fraktur antara lain karena adanya trauma
dan kelemahan abnormal pada tulang. Kebanyakan fraktur humerus ini
terjadi pada usia muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor
atau jatuh dari ketinggian. Biasanya klien ini mengalami trauma
multiple yang menyertainya. Kondisi degenerasi tulang (osteoporosis)
atau keganasan tulang lengan yang menyebabkan fraktur patologis
tanpa riwayat trauma. Kerusakan jaringan lunak disekitar fraktur
menimbulkan spasme otot sehingga menyebabkan nyeri yang sangat
hebat (Muttaqin, 2012)
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidakseimbangan. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang
13
akan menderita komplikasi antara lain: nyeri, iritasi kulit karena
penekanan, hilangnya kekuatan yang akan memunculkan masalah
keperawatan hambatan mobilitas fisik. (Muttaqin, 2008)
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur menurut Muttaqin (2008: 85) dibagi
menjadi 2 yaitu :
a) Penatalaksanaan konservatif
Penatalaksaan
konservatif
merupakan
penatalaksanaan
non
pembedahan agar imobilisasi pada patah tulang terpenuhi meliputi :
1) Proteksi (tanpa reduksi dan imobilisasi)
Proteksi fraktur terutama utuk mencegah trauma lebih lanjut dengan
cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat
pada anggota gerak bawah. Tindakan ini terutama di indikasikan
pada fraktur-fraktur yang tidak bergeser,
fraktur, falang,
metacarpal, atau fraktur klavikula pada anak. Indikasi lain yaitu
fraktur impaksi pada humerus proksimal, serta fraktur yang sudah
mengalami union secara klinis, tetapi belum mencapai konsolidasi
radiologis.
2) Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)
Imobilsasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan
sedikit imobilisasi. Biasanya menggunakan plaster of paris (gips)
atau dengan bermacam-macam bidai dari plastik atau metal. Metode
14
ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam
proses penyembuhan.
3) Reduksi tertutup
Dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan
gips.
4) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan couter traksi
Menurut muttaqin (2008) penatalaksaaan fraktur yang ke 2 yaitu
dengan
pembedahan.
Penatalaksaan
dengan
pembedahan
perlu
diperhatikan karena memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif
perioperatif
1) Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkuatan
dengan K-Wire.
2) Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal tulang
Operasi reduksi terbuka fiksasi internal/ORIF (open reduction
internal
fixation)
dan
operasi
reduksi
terbuka
fiksasi
eksternal/OREF (open reduction ekternal fixation)
b) Terapi rehabilitative
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan,
harus
segera
dimulai
melakukan
latihan-latihan
untuk
mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi dengan
latihan pergerakan ROM aktif (Active Range Of Motion) atau ROM
pasif (Passive Range Of Motion). (Muttaqin, 2008).
15
2. Asuhan Keperawatan Pre Operasi Fraktur Humerus
a. Pengkajian
Pada pengkajian fokus yang perlu di perhatikan pada pasien fraktur
merujuk pada teori menurut Muttaqin (2008) ada berbagai macam
meliputi:
1) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang,
pertolongan apa yang di dapatkan, apakah sudah berobat ke dukun
patah tulang. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang
lainya. Adanya trauma angulasi akan menimbulkan fraktur tipe
konversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan
menimbulkan tipe spiral.
2) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang atau menyebabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain itu,
klien
diabetes
dengan
luka
sangat
beresiko
mengalami
osteomielitis akut dan kronik serta penyakit diabetes menghambat
penyembuhan tulang.
3) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga seperti osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan
secara genetik.
16
4) Pola kesehatan fungsional pre op
a) Aktifitas/ Istirahat
Karena adanya nyeri post operasi gerak menjadi terbatas,
aktivitas berkurang.
b) Status sirkulasi
1. Hipertensi (kadang – kadang terlihat sebagai respon nyeri
atau ansietas atau hipotensi (kehilangan darah)
2. Takikardia (respon stress, hipovolemi)
3. Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,
pengisian kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena.
4. Pembangkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi
cedera.
5) Neurosensori
1. Hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot
2. Kebas/ kesemutan (parestesia)
3. Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi (bunyi
berderit) Spasme otot, terlihat kelemahan
atau hilang fungsi.
4. Agitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain)
6)
Nyeri/kenyamanan
1. Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
pada area jaringan/kerusakan tulang pada imobilisasi ), tidak
ada nyeri akibat kerusakan syaraf .
17
2. Spasme/kram otot setelah imobilisasi
7) Keamanan
1. Laserasi kulit, avulse jaringan, pendarahan, perubahan warna
2. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau
tiba-tiba).
8) Pola persepsi dan konsep diri pre op
Dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan
dan kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitasnya secara normal
dan pandangan terhadap dirinya yang salah.
9) Pola sensori dan kognitif pre op
Daya raba pasien fraktur berkurang terutama pada bagian
distal fraktur,
sedangkan indra yang lain dan kognitif tidak
mengalami gangguan. Selain itu juga timbul nyeri akibat fraktur
dan akbiat pemebedahan pemasangan ORIF, pengkajian nyeri
dengan P, Q, R, S, T pre op.
1) Pemeriksaan Fisik
Menurut Muttaqin (2008), ada dua macam pemeriksaan fisik yaitu
pemeriksaan secara umum (status general) untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal)
2) Keadaan umum pre operasi
Keadaan baik buruknya klien, tanda-tanda yang perlu dicatat
a) Kesadaran klien: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis yang
18
bergantung pada klien.
b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronis, ringan, sedang, berat.
c) Tanda-tanda vital tidak normal karena terdapat gangguan local, baik
fungsi maupun bentuk.
d) B1 (breathing)
Pada pemeriksaan sitem pernafasan tidak ada gangguan pada pasien
dengan fraktur humerus, vokal fremitus seimbang kanan dan kiri,
tidak terdapat suara nafas tambahan.
e) B2 (Blood)
Palpasi : denyut nadi meningkat
f) B3 (Bone)
Adanya fraktur pada humerus akan mengganggu secara lokal baik
fungsi motorik, sensorik maupun peredaran darah.
g) Pada sistem integument terdapat eritema, suhu di sekitar daerah
trauma meningkat, bengkak, edema, dan nyeri tekan. Perhatikan
adanya sindrom kompartemen pada lengan bagian distal fraktur
humerus tanda khas pada sindrom kompartemen pada fraktur
humerus adalah perfusi yang tidak baik pada bagian distal, seperti
pada jari-jari tangan, lengan bawah, pada sisi fraktur bengkak,
adanya keluhan nyeri pada lengan, dan timbul bula banyak yang
menutupi bagian bawah fraktur humerus. Apabila terjadi fraktur
terbuka ada tanda-tanda trauma jaringan lunak sampai kerusakan
integritas kulit. fraktur oblik spiral mengakibatkan pemendekan
19
batang humerus, kaji adanya tanda-tanda cedera dan kemungkinan
keterlibatan neurovaskuler. Kaji adanya nyeri tekan (tenderness) dan
krepitasi pada daerah lengan atas
h) Pada ekstermitas atas terjadi gangguan pergerakan (mobilitas) pada
daerah yang cedera. Pengkajian khusus ekstermitas pre dan post op
meliputi look, feel and moveInspeksi (look) : pada isnpeksi secara
umum perhatikan raut wajah klien (apakah terlihat kesakitan), warna
kulit dan tekstur kulit, jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf,
otot, tendon, ligamen, jaringan lemak, fasia, kelenjar limfe, tulang
dan sendi, jaringan parut, warna kemerahan atau kebiruan (livide)
atau hiperpigmentasi, benjolan, pembengkakan, cekungan atau
abnormalitas, posisi dan bentuk dari ekstermitas (deformitas).
(1) Palpasi (feel) yang perlu diperhatikan pada palpasi yaitu : suhu
kulit, denyut arteri teraba atau tidak, palpasi jaringan lunak untuk
mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot, keadaan membran
sinovia, penebalan jaringan senovia, adanya cairan di dalam atau
diluar sendi, adanya pebengkakan, nyeri tekan apakah ada nyeri
setempat atau nyeri alih (referred pain), perhatikan bentuk tulang,
ada tidaknya penonjolan atau adanya gangguan.
(2) Pergerakkan (move): perhatikan gerakan sendi secara aktif
maupun pasif, apakah pergerakkan menimbulkan rasa sakit,
apakah pergerakkan disertai dengan krepitasi, pemeriksan
stabilitas sendi terutama, apakah pergerakan disertai dengan
20
krepitas, pemeriksaan stabilitas sendi, pemeriksaan ROM (Range
Of Motion), pemeriksaan batas gerakan sendi aktif maupun pasif.
3) Diagnosa keperawatan
Menurut Nursalam (2009), diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau
resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah,
dan mengubah.
Merurut Nursalam (2009), diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan pre operasi fraktur humerus adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik .
b. Ansietas berhubungan dengan gejala terkait penyakit.
c. Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
gangguan
neuromskular, nyeri.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, trauma.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
4) Intervensi Keperawatan
Menurut Nursalam (2009), perencanaan meliputi pengembangan
strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalahmasalah yang telah diidentifikasi pada diagnosa keperawatan.
1) Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
21
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan
mengubah.
2) Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai untuk untuk mengatasi masalah
keperawatan. Penentuan tujuan pada perencanaan dari proses
keperawatan adalah sebagai arah dalam membuat rencana tindakan
dari masing-masing diagnosa keperawatan.
3) Kriteria hasil dilakukan untuk memberi petunjuk bahwa tujuan telah
dicapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam membuat kriteria hasil adalah berfokus pada
klien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan diukur, ada batas waktu,
realistik, ditemukan oleh perawat dan klien (Setiadi, 2012)
4) Perencanaan
asuhan
keperawatan
post
operasi
berdasarkan
(Wilkinson 2009) antara lain:
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
(1) Tujuan : nyeri akut dapat teratasi
(2) Kriteria hasil:
(a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
(b) Melaporkan
nyeri
berkurang
menejemen nyeri
(c) Mampu mengenali nyeri
dengan
menggunakan
22
(d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
(3) Intervensi :
(a) Lakukan pengkajan nyeri secara komprehensi, termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
(b) Observasi breaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
(c) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
(d) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri sperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
(e) Ajarkan tentang teknik non farmakologi dengan terapi
musik.
(f) Berikan analgetik untuk mengurang nyeri
b) Ansietas berhubungan dengan gejala terkait penyakit.
(1) Tujuan : ansietas dapat berkurang
(2) Kriteria hasil:
(a) Mampu mengontrol kecemasan
(b) Status lingkungan yang nyaman
(c) Mengontrol nyeri
(d) Kualitas tidur dan istirahat adekuat
(e) Status kenyamanan meningkat
(3) Intervensi :
(a) Gunakan pendekatan yang menenangkan
(b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku klien
23
(c) Pahami prespektif klien terhadap situasi stress
(d) Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut
(e) Dorong keluarga untuk menemani anak
(f) Bantuk lien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
(g) Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksai
(h) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
c) Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
gangguan
neuromuskular, nyeri.
(1) Tujuan : mobilitas fisik dapat teratasi
(2) Kriteria hasil:
(a) Klien meningkat dalam aktivitas fisik
(b) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
(c) Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
(3)Intervensi :
(a) Monitor tanda-tanda vital/sesudah latihan dan lihat respon
klien saat latihan
(b) Konsultasikan dengan
terapi
fisik
tentang
rencanan
ambulasi sesuai dengan kebutuhan
(c) Ajarkan klien tentang teknik ambulasi
(d) Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
(e) Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
24
latihan secara mandiri sesuai kemampuan
(f) Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi
aktivitas dan latihan klien
(g) Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
(h) Berikan alat bantu jika klien memerlukan
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, trauma.
(1) Tujuan : gangguan citra tubuh dapat teratasi
(2) Kriteria hasil:
(a) Body image positif
(b) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
(c) Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungi tubuh
(d) Mempertahankan interaksi sosial
(3) Intervensi :
(a) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
tubuhnya
(b) Monitor frekuensi mengkritik dirinya
(c) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
proknosis penyakit
(d) Dorong klien mengungkapkan perasaan
25
3. Terapi Murotal
a. Pengertian
Terapi murotal adalah terapi bacaan Al-Quran yang merupakan terapi
religi dimana seseorang di bacakan ayat-ayat Al-Quran selama
beberapa menit atau jam sehingga memberikan dampak positif bagi
tubuh seseorang (Gusmiran,2005)
b. Manfaat terapi murotal
Menurut Gusmiran (2005) Al-Quran memiliki banyak manfaat bagi
pembaca maupun pendengar salah satunya terhdap perkembangan
kognitif yaitu dapat mempertajam ingatan dan pemikiran yang
cemerlang.
c. Mekanisme pemberian terapi murotal
Pelaksanaan terapi musik meliputi assesment yaitu observasi
menyeluruh tentang keadaan pasien, dilanjutkan ke rencana perlakuan
yaitu meningkatkan ketrampilan musiknya, menambah pengetahuan
tentang komunitas musik, dan mengatasi masalah dengan musik
dilakukan dengan bertahap. Dilanjutkan ke tahap pencatatan yaitu
mendokumentasikan hasil aplikasi terapi musik, dan melanjutkan ke
tahap evaluasi yaitu menyiapkan kesimpulan akhir dari proses
perlakuan dan membuat rekomendasi untuk ditindaklanjuti .
( Djohan, 2006)
26
4. Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan
ketakutan
atau
kekhawatiran
yang
mendalam
dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai kenyataan,
kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian normal (Hawari, 2013). Kecemasan adalah perasaan yang
menetap berupa ketakutan atau kecemasan yang merupakan respon
terhadap kecemasan yang akan datang. Hal tersebut dapat merupakan
perasaan yang ditekan kedalam bawah alam sadar bila terjadi
peningkatan akan adanya bahaya dari dalam. Kecemasan bukanlah
suatu penyakit melainkan suatu gejala. Kecemasan sering kali
berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwaperistiwa atau situasi-situasi khusus dapat mempercepat munculnya
kecemasan tetapi setelah terbentuk pola dasar yang menunjukkan
reaksi rasa cemas pada pengalaman hidup seseorang (Ibrahim, 2012).
b. Tanda dan gejala kecemasan
Menurut Hawari (2008), keluhan-keluhan yang sering dikemukan
oleh orang yang mengalami ansietas antara lain:
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung.
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
27
3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala.
c. Tingkat Kecemasan
Menurut Asmadi (2008), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4,
antara lain:
1) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi,
mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku
sesuai situasi.
Kecemasan ringan mempunyai karakteristik :
a) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
b) Kewaspadaan meningkat.
c) Persepsi terhadap lingkungan meningkat.
28
d) Dapat
menjadi
motivasi
posotif
untuk
belajar
dan
menghasilkan kreatifitas.
e) Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka
berekrut, serta bibir bergetar.
f) Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah
secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan.
g) Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor
halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.
2) Kecemasan sedang
Kecemasan
sedang
memungkinkan
seseorang
untuk
memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan
yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang
terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan
denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi
menyempit,
mampu
untuk
belajar
namun
tidak
optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus
pada
rangsangan
yang
tidak
menambah
ansietas,
tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
mudah
29
Kecemasan sedang mempunyai karakteristik :
a) Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan
tekanan
darah
meningkat,
mulut
kering,
anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih.
b) Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting
dna mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit,
dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.
c) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat
lebih tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan
perasaan tidak aman.
3) Kecemasan berat
Kecemasan
berat sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak
dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing,
sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing,
diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara
efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk
menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung,
disorientasi.
30
Kecemasan berat mempunyai karakteristik :
a) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan
mengabaikan hal yang lain.
b) Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala,penglihatan kabur, serta tampak
tegang.
c) Respon kognitif : tidak mampu berpikir berat lagidan
membutuhkan banyak pengarahan / tuntunan, serta lapang
persepsi menyempit.
d) Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan
komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).
4) Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror
karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah
bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan
inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana,
berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
Panik mempunyai karakteristik :
a) Respons fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi,
sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi
motorik.
31
b) Respons kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis,
persepsi
terhadap
lingkungan
mengalami
distorsi,
dan
ketidakmampuan memahami situasi
c) Respons prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah,
ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri
(aktifitas motorik tidak menentu), perasaan terancamm serta
dapat berbuat sesuatu yang membahayakan dii sendiri dan atau
orang lain.
d. Tahapan Kecemasan
Kecemasan diidentifikasikan menjadi 4 tingkat yaitu, ringan,
sedang, berat dan panik (Stuart 2007). Semakin tinggi tingkat
kecemasan individu maka akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis.
Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian
intelektual terhadap bahaya. Kecemasan merupakan masalah psikiatri
yang paling sering terjadi, tahapan tingkat kecemasan akan dijelaskan
sebagai berikut :
1) Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari; cemas menyebabkan individu menjadi
waspada.
menajamkan
indera
dan
meningkatkan
lapang
persepsinya.
2) Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus
pada suatu hal dan mempersempit lapang persepsi individu.
32
Individu menjadi tidak perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area.
3) Kecemasan berat, mengurangi lapang persepsi individu. Individu
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
tentang hal lain.Semua perilaku ditujukan untuk rnengurangi
ketegangan, individu perlu banyak arahan untuk berfokus pada area
lain.
4) Tingkat panik (sangat berat) dari kecemasan berhubungan dengan
terperangah, kelakuian, danteror. Hal yang rinci terpecah dari
proporsi, karena mengalarni kehilangan kendali. Individu yang
mencapai tingkat ini tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan
menimbulkan
peningkatan
aktivitas
motorik,
menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang,dan kehilangan pemikiran yang rasional.
e. Etiologi Kecemasan
Kecemasan disebabkan faktor patofisiologis maupun faktor
situasional (Sutrimo 2012), Penyebab kecemasan tidak spesifik
bahkantidak diketahui oleh individu.Perasaan cemas diekspresikan
secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku, dapat
jugadiekspresikan secara tidak langung melalui timbulnya gejala
danmekanisme koping sebagai upaya melawan kecemasan (Stuart
2007).
33
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart (2007) dan
Tomb (2004), antara lain:
1) Faktor predisposisi
a) Teori psikoanalisis
Pandangan teori psikoanalisis memaparkan bahwa cemas
merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan Impuls primitif, sedangkan super ego mencerminka
hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut
dan fungsi kecemasan untuk meningkatkan ego bahwa ada
bahaya.
b) Teori interpersonal
Teori interpersonal menyatakan bahwa cemas timbul dari
perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan
interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah rentan
mengalami kecemasan yang berat.
c) Teori perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa cemas merupakan
produk frutasi. Frustasi merupakan segala sesuatu yang
34
menggangu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dan dikarakteristikkan sebagai suatu dorongan yang
dipelajari untuk menghindari kepedihan. Teori pembelajaran
menyakini individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada
ketakutan
kecemasan
memandang
yang
berlebihan
pada
kehidupan
cemas
sebagai
lebih
sering
menunjukkan
selanjutnya.Teori
pertentangan
konflik
antara
dua
kepentingan yang berlawanan. Kecemasan terjadi karena
adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan :
konflik menimbulkan kecemasan, dan cemas menimbulkan
perasaan tak berdaya, yang pada gilirannyameningkatkan
konflik yang dirasakan.
d) Teori kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan cemas
terjadi didalam keluarga.Gangguan kecemasan juga tumpang
tindih antara gangguan kecemasan dan depresi.
Setiap perubahan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan
keadaan stres disebut stresor.Stres yang dialami seseorang dapat
menimbulkan kecemasan (Ibrahim 2012). Faktor predisposisi yang
dapat menimbulkan kecemasan antara lain faktor genetik, faktor
organik dan faktor psikologi.
35
2) Faktor presipitasi
Pengalaman cemas setiap individu bervariasi bergantung
pada situasi dan hubungan interpersonal. Ada dua faktor presipitasi
yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart (2007) dan
Tomb(2004), yaitu :
a) Faktor eksternal
(1) Ancaman integritas diri
Meliputi ketidakmampuan fisiotogis atau gangguan
terhadap
kebutuhan
dasar
(penyakit,
trauma
fisik,
pembedahan yang akan dilakukan).
(2) Ancaman sistem diri
Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga
diri, hubungan interpersorial, kehilangan, dan perubahan
status dan peran.
b) Faktor internal
(1) Potential stressor
Stresor
menyebabkan
psikososial
merupakan
perubahan
dalam
keadaan
kehidupan
yang
sehingga
individu dituntut untuk beradaptasi.
(2) Maturitas
Kematangan
kepribadian
inidividu
akan
mempengaruhi kecemasan yang dihadapinya. Kepribadian
individu yang lebih matur maka lebih sukar mengalami
36
gangguan akibat kecemasan, karena individu
mempunyai
daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.
(3) Pendidikan
Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan
maka individu semakin mudah berpikir rasional dan
menangkap informasi baru. Kemampuan analisis akan
mempermudah individu dalam menguraikan masalah baru.
(4) Respon koping
Mekanisme
koping
mengalami
kecemasan.
kecemasan
secara
digunakan
seseorang
Ketidakmampuan
konstruktif
merupakan
saat
mengatasi
penyebab
terjadinya perilaku patologis.
(5) Status sosial ekonomi
Status
sosial
ekonomi
yang
rendah
pada
seseorangakan menyebabkan individu mudah mengalami
kecemasan.
(6) Keadaan fisik
Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah
mengalami kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami
akan mempermudah individu mengalami kecemasan.
37
(7) Tipe kepribadian
Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah
mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang
dengan
tipe
kepribadian
B.
Individu
dengan
tipe
kepribadian A memiliki ciri-ciri Individu yang tidak sabar,
kompetitif, ambisius, ingin serba sempuma, merasa diburuburu waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang. mudah
tersinggung dan mengakibatkan otot-otot mudah tegang.
Individu dengan tipe kepribadian B memiliki ciri-ciri yang
berlawanan dengan tipe kepribadian A. Tipe kepribadian B
merupakan individu yang penyebar, tenang, teliti dan
rutinitas.
(8) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih
mudah mengalami kecemasan dibandingkan di lingkungan
yang sudah dikenalnya.
(9) Dukungan sosial
Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber
kopingindividu. Dukungan sosial dari kehadiranorang lain
membantu seseorang mengurangi kecemasan sedangkan
lingkungan mempengaruhi area berfikir individu.
38
(10) Usia
Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu
dengan usia yang lebih tua.
(11) Jenis kelamin
Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering
dialami wanita dari pada pria.
Dampak negatif dari kecemasan merupakan rasa
khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata
maupun potential. Keadaan cemas akan membuat individu
menghabiskan tenaganya, menimbulkan rasa gelisah, dan
menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat
dalam situasi interpersonal maupun hubungan sosial
(Videbeck 2008).
f. Penatalaksanaan Kecemasan
Aspek klinik menyatakan bahwa kecemasan dapat dijumpai pada
orang yang menderita stres normal, pada orang yang menderita sakit
fisik berat lama dan kronik, dan pada orang dengan gangguan psikiatri
berat. Kecemasan yang berkepanjangan menjadi patologis dan
menghasilkan berbagai gejala hiperaktivitas otonom pada sistem
muskulosketetal,
kardiovaskuler.
Gastrointestinal
bahkan
genitourinarius. Respon kecemasan yang berkepanjangan dinamakan
gangguan kecemasan (Sutrimo 2012). Penyembuhan gangguan
39
kecemasan dapat dilakukan dengan cara farmakologis maupun non
farmakologis menurut Maramis (2004) yaitu sebagai berikut:
1) Farmakologis
Terapi farmakologis yang diberikan untuk menurunkan
kecemasan terdiri dart obat anxiolytic dan psikoterapi. Anxiolytic
mempunyai keunggulan efek terapeutik dalam menurunkan tanda
dan gejala kecemasan
tetapi
mempunyai
kerugian resiko
adiksi.Obat anxiolytic diberikan sampai 2 minggu pengobatan,
kemudian dilakukan psikoterapi yang dimulai pada awal minggu
kedua. Saat psikoterapi diberikan, obat anxiolytic masih tetap
diberikan tetapi secara bertahap diturunkan dosisnya(tapering off
sampai minggu ke empat pengobatan). Jenis obat yang digunakan
sebagai agen anxiolytic yaitu golongan benzodiazepin.nonbenzodiazepin, anti-depresan: trisiklik, monoamine, Oxidase
inhibitor (MAOI), Seratonin Reuptake Inhibitor(SRI), specific
Serotenin Reuptake Inhibitor (SSRI) (Sutrimo 2012). Pengobatan
farmakologi anxiolytic mempunyai efek klinik tranquilaizer dan
neroleptika (Maramis 2004).
2) Non farmakologis
Terapi nonfarmakologis untuk menurunkan kecemasan
dilakukan dengan psikoterapi. Psikoterapi yang digunakan untuk
gangguan kecemasan merupakan psikoterapi berorientasi insight,
terapi
perilaku,
terapi
kognitifatau
psikoterapi
provokasi
40
kecemasan jangka pendek (Sutrimo 2012).Menurut Dongoes
(2002) menurunkan stressor yang dapat memperberat kecemasan
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a) Menurunkan kecemasan dengan teknik distraksi yang memblok
persepsi nyeri dalam korteksserebral.
b) Relaksasi musik murotal dapat menurunkan respon kecemasan,
rasa takut, tegang dan nyeri. Teknik relaksasi terdapat dalam
berbagai jenis yaitu latihan nafas dalam,visualisasi dan guide
imagery, biofeedback, meditasi, teknik relaksasi autogenic,
relaksasi otot progresif dan sebagainya.
c) Pendidikan kesehatan membantu pasien dengan gangguan
kecemasan untuk mempertahankan kontrol diri dan membantu
membangun sikap positif sehingga mampu menurunkan
ketergantungan terhadap medikasi.
d) Memberikan
bimbingan
pada
klien
dengan
gangguan
kecemasan untuk membuat pilihan perawatan diri sehingga
memungkinkan klien terlibat dalam aktivitas pengalihan.
Bimbingan
yang
diberikan
dapat
berupa
bimbingan
fisikmaupun mental.
e) Dukungan keluarga meningkatkan mekanisme koping dalam
menurunkan stres dan kecemasan.
Penatalaksanaan keperawatan mandiri berdasarkan Nursing
lntervention Classification (NIC) yang dianjurkan untuk tindakan
41
menurunkan kecemasan yaitu penurunan kecemasan, teknik
menenangkan, pengembangan mekanisme koping, pendampingan
pasien, kehadiran perawat dan konseling lewat telepon. NIC untuk
diagnose kecemasan juga dianjurkan dalam kategori intervensilain
yaitu konseling, pedoman antisipasi, terapi seni. Terapi autogenik,
manajemen sikap, distraksi, humor, hipnotis, meditasi. terapi
musik, terapi otot progresif. Bimbingan imajinasi, relaksasi
pendidikan kesehatan dan kunjungan tenaga kesehatan (McCloskey
&Bulechek2008).
g. Cara Mengukur Kecemasan
Untuk mengukur kecemasan menggunakan alat ukur HRS-A
(Hamilton Rating scale). Masing-masing gejala diberi penilaian angka
(skor) antara 0-4 dengan penilaian sebagai berikut:
1) Nilai 0 : tidak ada gejala (keluhan)
2) Nilai 1 : gejala ringan
3) Nilai 2 : gejala sedang
4) Nilai 3 : gejala berat
5) Niali 4 : gejala berat sekali
Masing-masing nilai angka (skor) dari 14 kelompok gejala
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui
derajat kecemasan seseorang, yaitu :
42
Total nilai (skor) =
1. Kuarang dari 14
: tidak ada kecemasan
2. 14 – 20
: kecemasan ringan
3. 21 – 27
: kecemasan sedang
4. 28 – 41
: kecemasan berat
5. 42 – 56
: kecemasan panik
Tabel 2.1. Alat Ukur HRS-A (Hamilton Rating Scale For Anxiety)
No Gejala kecemasan
Nilai Angka (Skor)
1
0
Perasaan kecemasan
a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2
Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3
Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain
c. Ditinggal sendiri
4
Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi
1
2
3
4
43
buruk)
5
Gaguan kecerdasan
a. Sukar kosentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6
Perasaan depresi (murung)
a. Hilangya minat
b. Sedih
c. Bangun dini hari
d. Perasaan berubah-ubah
7
Gejala somatik/fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri di otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8
Gejala somatik/fisik (sensorik)
a. Tinitus (telinga berdenging)
b. Penglihatan kabur
c. Muka merahatau pucat
d. Merasa lemas
9
Gejala kardiovaskular
pembuluh darah)
(jantung
dan
a. Takikardia (denyut antung cepat)
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
10
Gejala respiratory (pernafasan)
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek /sesak
11
Gejala gastrointestinal
44
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
d. Nyeri sebelum atau sesudah makan
e. Rasa penuh dan kembung
f. Buang air
konstipasi
12
besar
lembek
Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering buang air seni
b. Tidak dapat menahan air seni
13
Gejala autonomy
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala terasa berat
14
Tingkah laku
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Keutkening
e. Muka tegang
f. Otot tegang/mengeras
atau
45
B. Kerangka Teori
Faktor penyebab
fraktur humerus
Deformitas, bengkak, spasme otot, nyeri
kehilangan sensasi, pergerakan abnormal
konservatif
pembedahan
Kecemasan meningkat
nyeri
Terapi murotal
Suara murotal
Masuk ketelinga
Kepasrahan
kepada tuhan
Gendang telinga
bergetar
Otak dalam
gelombang alpha
Cairan ditelinga bergetar
Sel rambut dalam
kokhlearis bergetar
Frek 7-14 Hz
Saraf kokhlearis
Otak
Stres menurun
Imajinasi indah
dalam otak
Perasaan nyaman
Korteks limbik
hipokampus
amigdala
Formatio kuralis
Saraf otonom
Saraf parasimpatis
Kecemasan
menurun
Stres menurun
Saraf simpatis
Relaksasi organ-organ
Gambar 2.1 Kerangka teori
(Faradisi, 2012)
46
C. Kerangka Konsep
Ansietas berhubungan
dengan ancaman status
kesehatan
Pemberian terapi murotal
Gambar 2.2 Kerangka konsep
47
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset
Subjek aplikasi riset ini adalah pasien dengan Fraktur Humerus yang dirawat
diruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.
B. Tempat dan Waktu
Aplikasi riset ini dilakukan di bangsal flamboyan pada tanggal 11 Maret
2015, pengaplikasian ini hanya satu hari karena pasien harus segera
dilaksanakan tindakan operasi.
C. Media Alat yang Digunakan
Dalam aplikasi riset ini yang digunakan adalah musik, handphone, dan jam
tangan
D. Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan yang akan dilakukan pada aplikasi riset tentang pemberian
terapi musik untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
fraktur humerus, pemberian terapi murotal dan terapi musik klasik diberikan
dua kali sebelum operasi dilakukan dan dilakukan dalam satu hari hanya satu
kali.
47
48
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Pasien merupakan seorang laki-laki yang berusia 65 tahun dengan
inisial Tn. M beragama islam, berpendidikan SD yang beralamat di
Bulakrejo Sukoharjo, dengan diagnosa medis fraktur humerus. Selama
pasien dirumah sakit yang bertanggung jawab atas nama Tn. M adalah Tn.
M yang berusia 40 tahun, pekerjaan swasta bertempat tinggal di Bulakrejo
Sukoharjo, hubungan dengan pasien adalah sebagai anak.
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 11 Maret 2015 jam 13.45
WIB dengan metode autoanamnesa dan alloonamnesa. Keluhan utama
yang dirasakan pasien adalah nyeri pada bagian lengan kanan, seperti
ditusuk-tusuk, dengan riwayat kesehatan sekarang Tn. M mengatakan
jatuh dari atap rumah pada jam 07.00 WIB, pasien bawa ke IGD oleh
keluarga, di IGD pasien disarankan untuk rontgen dan didapatkan hasil ada
fraktur humerus dibagian kanan pada tanggal 9 Maret 2015.pasien
mendapat terapi infus RL 20 tpm,ketorolac 30 mg. Pasien pada jam 10 di
bawa ke bangsal untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
48
49
Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan 10 tahun yang lalu
pasien pernah dirawat dirumah sakit karena pasien mengalami kecelakaan
dan dilakukan operasi pada kaki sebelah kanan dengan fraktur.
Riwayat penyakit keluarga, klien merupakan anak pertama dari
empat bersaudara dan seorang ayah yang memiliki anak tiga laki-laki dan
satu perempuan. Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menurun
seperti hipertensi, diabetes militus, dan asma.
Genogram:
Tn. M
65 Th
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
: garis keturunan
:tinggal satu rumah
Gambar 3.1 Genogram
50
Riwayat kesehatan lingkungan, keluarga pasien mengatakan
lingkungan keluarga pasien tampak bersih dan begitu juga dengan rumah
pasien tampak bersih dan nyaman untuk ditempati.
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan
bahwa kesehatan itu penting dan harus selalu dijaga, dalam melakukan
aktivitasnya pasien akan lebih berhati-hati agar tidak jatuh lagi dan patah
tulang.
Polanutrisi dan metabolisme sebelum sakit pasien mengatakan
makan 3X sehari dengan 1 porsi habis dengan jenis nasi,sayur,lauk,air
putih dan teh, tidak ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan makan
3x sehari dengan 1 porsi habis, dengan jenis makanan yang disajikan dari
RS dan tidak ada keluhan.Pasien mengatakan minum sebelum sakit
sebanyak 3000ml per hari, selama sakit pasien mengatakan minum
sebanyak 1600 ml perhari.
Pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAK 4-6 kali
sehari dengan warna kuning berbau amoniak kurang lebih 250cc, BAB 1
kali dengan resistensi lunak berwarna kuning kecoklatan dan tidak ada
keluhan. Selama sakit mengatakan BAK 3-5 kali sehari dengan warna
kuning kurang lebih 200cc, pasien mengatakan selama masuk RS sampai
dia dioperasi belum BAB dan tidak ada keluhan.
Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit pasien mengatakan makan
atau minum dengan mandiri, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat
tidur, berpindah dan ambulasi dilakukan secara mandiri. Selama sakit
51
pasien mengatakan makan atau minum dan berpakaian dibantu oleh
keluarganya, dan aktivitas yang lain seperti toileting, mobilitas ditempat
tidur, berpindah, ambulasi dilakukan secara mandiri.
Pola istirahat tidur sebelum sakit pasien mampu tidur kurang lebih
7-8 jam, tidur nyenyak, bangun tidur terlihat segar dan selama sakit pasien
tidur kurang dari 6 jam. Pasien mengatakan tidur pada jam 21.00 dan
sering terbangun karena merasa nyeri.
Pola kognitif perseptual sebelum sakit pasien mengatakan dapat
berbicara dengan jelas dan lancar, dapat melakukan aktivitas secara
mandiri dan pasien tidak menggunakan alat bantu pengelihatan maupun
pendengaran, selama sakit pasien mengatakan nyeri pada lengan kanan,
nyeri saat digunakan untuk bergerak atau mengangkat lengan, terasa nyeri
seperti tertusuk-tusuk, nyeri terasa pada bagian lengan bagian kanan atas,
skala nyeri 5 dari 10, dan nyeri terasa terus menerus, pasien mengatakan
merasa takut untuk dioperasi dan takut apabila terjadi apa-apa pada saat
operasi.
Pola persepsi konsep diri sebelum sakit pasien mengatakan dirinya
adalah seorang kepala keluarga dan memiliki 1 orang istri. Selama sakit
pasien mengatakan selalu diperhatikan oleh keluarganya walaupun dalam
keadaan sakit selalu ditunggu.
Pola hubungan dan peran pasien mengatakan hubungan dengan
keluarga dan masyarakat baik.
52
Pola seksualitas dan reproduksi pasien mengatakan seorang bapak
yang memiliki 4 orang anak yang kini sudah berrumah tangga sendiri dan
memiliki 1 orang istri.
Pola mekanisme koping pasien mengatakan ketika ada masalah
saat pre operasi fraktur humerus, pasien mengatakan takut akan dilakukan
operasi pada tangan kanan kepada keluarganya dan saat ditanya perawat
pasien terlihat takut dan cemas.
Hasil pemeriksaan fisik dari keadaan atau penampilan dengan
kesadaran pasien composmentis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
sebagai berikut, tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali
per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36,5°C, bentuk kepala
mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe dengan rambut
berwarna hitam. Hasil pemeriksaan muka dari mata palpebra tidak ada
oedema, konjungtiva tidak anemis,sclera tidak iterik, pupil isokor,
diameter kaki simetris, reflek cahaya baik dan tidak menggunakan alat
bantu pengelihatan. Pemeriksaan hidung tidak ada sekret dan tidak ada
polip, pemeriksaan mulut dengan hasil mukosa lermbab dan tidak ada
stomatitis. Hasil pemeriksaan gigi sedikit kotor dan berlubang, hasil
pemeriksaan telinga dengan pendengaran baik dan tidak ada serumen.
Pemeriksaan pada leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
Pemeriksaan dada : inspeksi didapatkan hasil bentuk dada simetris,
pengembangan paru simetris dan tidak ada jejas, palpasi vocal fremitus
53
kanan kiri sama, saat di perkusi sonor tidak ada pelebaran dan saat di
auskultasi bunyi jantung BJ I-II regular.
Pemeriksaan abdomen tidak ada jejas atau bekas luka dan bentuk
perut datar pada saat di inspeksi, pada saat di auskultasi bising usus 15 kali
per menit, terdengar bunyi thympani pada saat di perkusi, tidak ada nyeri
tekan dan tidak ada pelebaran hati dan ginjal pada saat di palpasi.
Pada saat pemeriksaan ekstermitas atas, kekuatan otot kanan: 1
kiri:5, ROMtangan kanan tidak bisa digerakan/tangan kiri normal, capilary
refile lebih dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang. Ekstermitas
bawah kekuatan otot kanan kiri: 5, ROM kanan kiri: 5, capilary refile
normal kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, perabaan
akral dingin.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 11 maret 2015 didapatkan
hasileritrosit 3,75 ribu/uL normal(450-590), hemoglobin 11,3 g/dl
normal(13,5-17,5), leukosit 7,4 ribu/uL normal(4,5-11,0), hematokrit
32,2% normal(33-45), MCV 85,9 fL normal(80,0-96,0), MCH 30,1 pg
normal(28,0-33,0), MCHC 35,1 g/dl normal(33,0-36,0), trombosit 159
ribu/Ul normal(150-450), RDW-CV 12,7%, PDW 9,4 fl normal(25-65), PLCR 20,9%, NRBC 0,00%, neutrofil 72,7% normal(29,00-72,00), limfosit
17,6% normal(36,00-52,00), monosit 7,20% normal(0,00-5,00), eosinofil
2,20%, basofil 0,30% normal(0,00-1,00), IG 0,70%, gula darah sewaktu 93
mg/dl, ureum 30,8 mg/dl normal(<50), creatinin 1,18 mg/dl normal(0,81,3). Terapi yang didapat selama di bangsal pada tanggal 11 maret 2015
54
antara lain cairan ringer lactat 20 tetes per menit, ketorolac 30 mg per 8
jam, cefazolin 1g per 8 jam.
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Setelah dilakukan analisa terhadap data pengkajian dipereoleh data
subjektif antara lain pasien mengatakan nyeri pada tangan kanan seperti
ditusuk-tusuk, skala 5, nyeri datang hilang timbul durasi sekitar 1-2 menit,
nyeri datang ketika beraktivitas. Data obyektif yang diperoleh pasien
tampak meringis kesakitan, menahan sakit. Hasil rontgen terdapat fraktur
humerus pada lengan kanan pasien. Pemeriksaan tekanan darah 130/80
mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per
menit, suhu 36,5°C. Berdasarkan analisa data diagnosa keperawatan yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
Hasil analisa data yang lain didapatkan hasil data subjektif antara
lain pasien mengatakan takut dioperasi dan takut apabila terjadi apa-apa
pada saat operasi. Data objektif yang diperoleh pasien tampak gelisah,
panik dan cemas, serta pasien tampak menahan sakit, skala kecemasan
tingkat 3 (berat). Berdasarkan analisa data diagnosa keperawatan ansietas
berhubungan dengan ancaman status kesehatan.
D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 11 maret 2015
penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan
55
asuhan keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik dengan tujuan nyeri dapat teratasi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil
skala nyeri berkurang menjadi 3, pasien sudah tidak tampak gelisah, sudah
tidak tampak ekspresi nyeri pada wajah.
Intervensi yang dilakukan yaitu observasi karakteristik nyeri
dengan rasional untuk mengetahui karakteristik nyeri, atur posisi yang
nyaman dengan rasional untuk memberikan kenyamanan pada pasien,
observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui keadaan
umum pasien, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional
untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter pemberian obat
analgesik dengan rasional untuk mengurangi nyeri.
Perencanaan dari masalah keperawatam yang kedua pada tanggal
11 maret 2015 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa ansietas
berhubungan dengan ancaman status kesehatan dengan tujuan kecemasan
berkurang dengan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam cemas berkurang, pasien tidak tampak bingung dengan
criteria hasil, dapat mengungkapkan gejala cemas, dapat mengungkapkan
dan menunjukan teknik untuk mengontrol cemas, vital sign dalam batas
normal, postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukan berkurangnya kecemasan..
56
Intervensi yang akan dilakukan adalah kaji tingkat kecemasan
dengan rasional untuk memberikan waktu kepada pasien untuk
mengutarakan perasaannya, berikan pasien dorongan emosional dengan
rasional dukungan yang baik dapat memberikan semangat yang tinggi
untuk menerima keadaan dengan sabar dan lapang dada, berikan terapi
murotal dengan rasional untuk mengurangi kecemasan pada paisen.
E. Implementasi
Tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan utama berdasarkan rencana tindakan tersebut maka dilakukan
tindakan keperawatan pada tanggal 11 maret 2015 sebagai tindak lanjut
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. M diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik, ansietas berhubungan dengan
ancaman status kesehatan dan gangguan pola tidur berhubungan dengan
ansietas. Dilakukan implementasi yaitu pengkajian pada pasien kelolaan,
jam 14.00 mengobservasi karateristik nyeri didapatkan hasil respon
subjektif pasien mengatakan nyeri, nyeri terasa ditusuk-tusuk, nyeri
dibagian lengan tangan kanan, skala nyeri 5,nyeri hilang timbul. Respon
objektif pasien tampak menahan sakit, tampak meringis dan gelisah.
Tindakan keperawatan pada jam 14.15 kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat analgesik, pasien bersedia untuk diinjeksi dan obat
masuk lewat iv injeksi ketorolac 3 kali sehari. Mengkaji skala nyeri pasien
57
mengatakan nyeri di tangan kanan skala nyeri 5, nyeri terasa saat
beraktivitas.
Tindakan keperawatan pada jam 19.30 mengobservasi kecemasan
pasien, pasien mengatakan cemas dan mengatakan takut bila dilakukan
operasi, pasien tampak cemas, gelisah dan skala kecemasan pasien: 3.
Setelah mengobservasi kecemasan pasien pada jam 19.45 memberikan
terapi musik pasien mengatakan mau untuk mendengarkan musik murotal,
suka pada musik murotal yang diberikan dan menikmatinya, pasien
tampak rileks, sala kecemasan pasien: 2. Tindakan keperawatan pada jam
20.15 memberikan posisi nyaman kepada pasien, pasien bersedia untuk
merubah posisinya dan pasien tampak merasa lebih nyaman.
Tindakan keperawatan pada jam 07.15 mengobservasi karateristik
nyeri dan kecemasan pasien, pasien mengatakan nyeri ditangan kanan,
nyeri seperti ditusuk-tusuk.Skala nyeri 5,nyeri hilang timbul. Pasien masih
kelihatan menahan nyeri. Pasien mengatakan masih cemas dan takut akan
dioperasi, pasien tampak cemas,gelisah skala kecemasan pasien: 3
Tindakan keperawatan pada jam 07.30 memberikan terapi musik
murotal
untuk
mengurangi
kecemasan,
pasien
mengatakan
mau
mendengarkan musik murotal yang diberikan,pasien tampak suka dan
menikmati musiknya, pasien tampak rileks dan skala kecemasan menjadi:
2.
58
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 11-12 maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien
mengtakan nyeri berkurang, skala nyeri 4, nyeri seperti tertusuk-tusuk, dari
data objektif pasien tampak sedikit rileks, masalah teratasi sebagian nyeri
berkurang menjadi 4, pasien tampak sedikit rileks, pertahankan intervensi
observasi karakteristik nyeri untuk mengetahui karakteristik nyeri, atur
posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat analgesik untuk mengurangi nyeri.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 11-12 maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien
mengtakan pasien sudah tidak takut untuk dioperasi. Data objektif pasien
sudah tidak tampak cemas, pasien tampak rileks, masalah ansietas tertatasi,
hentikan intervensi.
59
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Tn. T
dengan pre operasi di Ruang flamboyan RSUD Sukoharjo. Pembahasan pada bab
ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori
dengan kasus. Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan
dasar manusia melalui tahap, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan, dimulai
perawat dengan menerapkan pengetahuan. Pengakajian keperawatan adalah
proses sistematis dari pengumpulan, verikasi dan komunikasi data tentang
klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah pengumpulan data
yaitu pengumpulan data primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
(Potter dan Perry, 2005)
Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengakajian identitas pasien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga dan 11 fungsi gordon serta pemeriksaan fisik head to toe.
Serta pengakajian khusus pada ekstermitas yang mengalami fraktur dengan
look, feel, move. (Potter dan Perry, 2005)
59
60
Data yang didapatkan penulis dari pengkajian keluhan utama, klien
mengatakan takut diopersi, kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik
(menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan jiwa
(psychiatric disoder). Secara klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa
kelompok, yaitu : gangguan cemas (anxiety disoder), gangguan cemas
menyeluruh (generalized anxiety disoder / GAD), gangguan panik, gangguan
phobik, dan gangguan obsesif-kompulsif.
Keluhan utama yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian pasien
mengatakan nyeri dan lemah pada tangan kanan. Hasil pembacaan rontgen
oleh dokter jaga di IGD terjadi fraktur proximal humerus dextra.
Fracture (patah tulang) adalah suatu kondisi hilangnya kontinuitas
tulang,tulang
rawan,baik
yang
bersifat
total
maupun
sebagian
(Muttaqin,2008). Manifestasi klinis pada fraktur Deformitasmenyebabkan
fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan,edema
muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi dalam jaringanyang
berdekatan dengan fraktur, echimosis dari perdarahan subculaneous, spasme
otot, spasme invoulunter dekat fraktur, tenderness/keempukan, Nyeri
disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur di daerah yang berdekatan, pergerakan abnormal, Krepitasi.
(Jitowiyono dan Kristiyanasari,2012)
Data yang mendukung keluhan utama klien nyeri pada tangan yaitu
pola fungsi kognitif dan perceptual dengan melakukan pengkajian nyeri
menggunakan P, Q, R, S , T (Provoking, Quality, Region, Scale, Time) pasien
61
mengatakan merasakan nyeri pada lengan kanan, P : nyeri saat digunakan
untuk bergerak/mengangkat lengan, Q: terasa nyeri seperti tertusuk-tusuk, R:
nyeri terasa pada bagian lengan bagian kanan atas, S: skala nyeri 5 dari 10, dan
T: nyeri terasa terus menerus.
Pengkajian fokus yang penulis uraikan adalah tentang pengkajian pada
fraktur yaitu dengan mengggunakan look, feel dan move untuk pemeriksaan
fisik pada pasien dengan fraktur. (Muttaqin, 2008)
Pemeriksaan ekstermitas kanan atas sebelum operasi dari hasil
pengamatan (look) terdapat luka lebam pada bagian lengan, terdapat edema
pada lengan atas, lengan bawah dan jari-jari tangan, capilarry refille > 2 detik,
ada perubahan bentuk tulang, luka tertutup dan terbalut elastic perban bersih,
tidak ada tanda-tanda lesi pada nervus radialis. Feel pasien mengatakan nyeri
pada lengan kanan atas kanan, skala nyeri 5, nyeri bila digunakan untuk
bergerak, tangan terasa kaku. Move (pergerakan) pergerakan sendi shoulder
terbatas, pergerakan sedi siku terbatas belum mampu menekuk secara
sempurna, pergerakan sendi pergelangan tangan masih lemah, kekuatan otot 1
kontraksi halus dapat dirasakan bila otot diraba.
Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil sebagai berikut,
tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali per menit,
frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36,5°C.
Pada pengkajian Pola kognitif perseptual sebelum sakit pasien mengatakan
dapat berbicara dengan jelas dan lancar, dapat melakukan aktivitas secara
mandiri dan pasien tidak menggunakan alat bantu pengelihatan maupun
62
pendengaran, selama sakit pasien mengatakan nyeri pada lengan kanan, pasien
mengatakan merasa takut untuk dioperasi dan takut apabila terjadi apa-apa
pada saat operasi.
B. Perumusan Masalah
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan potensial
klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature yang
berkaitan, catatan medis klien. (Potter dan Perry, 2005)
Hasil pengkajian dan pengelompokkan data penulis menemukan beberapa
masalah kesehatan dan memfokuskan pada fungsi kesehatan fungsional yang
membutuhkan dukungan dan bantuan pemulihan sesuai dengan kebutuhan
hirarki maslow. (Potter dan Perry, 2005) dari hasil pengkajian dan analisa
data penulis mengangkat diagnosa, yaitu :
Diagnosa pertama yang penulis rumuskan adalah nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa. Menurut international for the study of pain nyeri akut adalah awitan
yang tiba- tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan. (NANDA,
2012).
63
Batasan karakteristik nyeri akut terjadi perubahan tekanan darah,
perubahan
frekuensi
jantung,
perubahan
frekuensi
pernapasan,
mengekpresikan perilaku gelisah, waspada iritabilitas, sikap melindungi area
nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, fokus pada diri sendiri,
gangguan tidur. (NANDA, 2012)
Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut mencakup
data obyektif, data subyektif dan hasil pemeriksaan. Data subyektif pasien
mengatakan nyeri pada lengan kanan,P : nyeri saat digunakan untuk
bergerak/mengangkat lengan,Q: terasa nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri
terasa pada bagian lengan bagian kanan atas, S: skala nyeri 5 dari 10, dan T:
nyeri terasa terus menerus. Data objektif pasien tampak meringis kesakitan,
terdapat edema dan lebam pada lengan atas.
Batasan karateristik menyebutkan pada nyeri terjadi perubahan tekanan
darah, perubahan frekuensi jantung dan frekuensi pernafasan, didalam analisa
data penulis tidak mencantumkan perubahan nadi, respiratory rate dan
tekanan darah karena kurangnya ketelitian penulis tidak mendokumentasikan
dan memasukknnya dalam analisa data.
Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berdasarkan hirarki
kebutuhan menurut maslow yaitu masuk dalam kebutuhan tingkat kedua
mencakup kebutuhan keamanan dan keselamatan (fisik dan psikologis) yang
merupakan kebutuhan paling dasar kedua yang harus diprioritaskan. (Potter
dan Perry, 2005).
64
Diagnosa kedua yang diangkat penulis yaitu ansietas berhubungan
dengan ancaman status kesehatan. Ansietas adalah perasaan tidak nyaman
atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu): perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA,
2012).
Pada kasus Tn. M kecemasan disebabkan karena ketakutan menghadapi
operasi ditandai dengan pasien tegang dan gelisah. Tanda dari kecemasan
adalah adanya respon fisiologis, respon perilaku,kognitif dan afektif yaitu
salah satunya pasien tegang, gelisah, frekuensi nadi tidak teratur dan cepat
serta pernafasan cepat (Stuart, 2007). Penulis mengambil etiologi ancaman
pada status kesehatan karena dari data pasien, pasien akan dilakukan operasi.
Tindakan pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi semua pasien.
Berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan membahayakan bagi
pasien (Faradisi, 2012).
Perumusan masalah keperawatan diambil penulis adalah ansietas yang
telah disesuaikan dengan diagnosa NANDA. Penulis mencantumkan masalah
ansietas dengan alasan mengacu pada data pengkajian yaitu data subjektif
antara lain pasien mengatakan takut dioperasi, pasien mengatakan takut
dengan penyakitnya. Data objektif yang diperoleh yaitu pasien tampak
65
gelisah, pasien tampak cemas, pasien tampak panik total score 40, skala
kecemasan 3 yaitu berat, pasien tidak bisa tidur atau insomnia.
Batasan karakteristik untuk diagnosa keperawatan ansietas yaitu perilaku:
penurunan produktivitas, gerakan yang irevelan, gelisah, melihat sepintas,
insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan kekawatiran karena
perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai, tampak waspada,
afektif, gugup, senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidak
nyamanan, bingung, menyesal, ragu, khawatir, tidak percaya diri (NANDA,
2012:). Data yang ditemukan penulis sudah sesuai dengan batasan karateristik
dari (NANDA, 2012). Sehingga diagnosa yang diangkat sudah tepat.
Pada askep yang disusun penulis diagnosa yang dimunculkan berbunyi
gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan seharusnya diagnosa
yang diterapkan pada pasien yaitu ansietas berhubungan dengan ancaman
status kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan
Proses keperawatan yang dilakukan setelah merumuskan diagnosa
keperawatan yang spesifik, perawat menggunakan ketrampilan berpikir kritis
untuk menetapkan prioritas dignosa dengan membuat membuat peringkat
dalam urutan kepentingannya. Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi
urutan intervensi keperawatan.Intervensi keperawatan adalah tindakan yang
dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini
66
ke tingkat kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Potter
dan Perry, 2005).
Setelah mengkaji mendiagnosa dan menetapkan prioritas tentang
kebutuhan perawatan kesehatan klien, penulis merumuskan tujuan dan
hasil.Tujuan tidak hanya memenuhi kebutahan klien tetapi juga harus
mencakup pencegahan dan rehabilitasi. Tujuan yang penulis susun sesuai
dengan teori yang ada pada buku fundamental keperawatan Potter dan Perry
(2005) mengacu pada 7 faktor : berpusat pada klien, faktor tunggal
menunjukkan hanya satu respon klien, faktor yang dapat diamati perubahan
yang dapat diamati dapat terjadi dalam temuan fisiologis, tingkat pengetahuan
klien dan perilaku, faktor yang dapat diukur, faktor batasan waktu serta tujuan
dan hasil yang diharapkan menunjukkan kapan respon yang diharapkan harus
terjadi, faktor mutual, faktor realistik tujuan dan hasil yang diharapkan
singkat dan realistik. Berdasarkan diagnosa yang telah penulis rumuskan
dengan menyesuaikannya dengan prioritas permasalahan, penulis menyusun
intervensi sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka pre operasi
fraktur humerus proximal dextra
Setelah di lakukan tindakan keperawatn 1 x 24 jam diharapkan
nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil : pasien mampu mengidentifikasi
aktifitas yang meningkatkan nyeri pasien tampak nyaman dan rileks, skala
nyeri turun dari skala 5 menjadi skala 3, tanda-tanda vital dalam rentang
normal ( TD : 120/80 mmHg, nadi : 80 kali/menit, respiratoy rate : 18
67
kali/menit, suhu : 36,5ºC ). Dengan intervensi yang penulis rumuskan
menggunakan ONEC (observation, nursing intervention, education,
collaboration). Intervensi yang dilakukan yaitu observasi karakteristik
nyeri untuk mengetahui karakteristik nyeri, atur posisi yang nyaman untuk
memberikan posisi yang nyaman pada pasien, observasi tanda-tanda vital
untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter pemberian
obat analgesik untuk mengurangi nyeri.
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan
Setelah dilakaukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
kecemasan dapat teratasi dengan kriteria hasil identifikasi pola kecemasan
yang efektif, mencari informasi terkait dengan penyakit pengobatan,
menggunakan perilaku untuk menurunkan cemas, menurunkan perasaan
negatif. Dengan intervensi yang penulis rumuskan menggunakan ONEC
(observation, nursing intervention, education, collaboration). Intervensi
yang akan dilakukan adalah kaji tingkat kecemasan dengan rasional untuk
memberikan waktu kepada pasien untuk mengutarakan perasaannya,
berikan pasien dorongan emosional dengan rasional dukungan yang baik
dapat memberikan semangat yang tinggi untuk menerima keadaan dengan
sabar dan lapang dada, berikan terapi murotal untuk mengurangi
kecemasan pada paisen.
Pemberian terapi murotal ditambahkan dalam perencanaan sebagai
terapi non farmakologi untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien
68
pra operasi fraktur humerus.Manfaat pemberian terapi murotal adalah
untuk mempertajam ingatan dan mengurangi kecemasan (Setiadi, 2012).
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah komponen dari proses keperawatan
yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter and Perry, 2005).
Untuk diagnosa pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik : luka pre operasi fraktur humerus proximal dextra implementasi
yang dilakukan penulis adalah mengatur posisi yang nyaman untuk
mengurangi nyeri, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri, kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik untuk
mengurangi nyeri.
Untuk diagnosa yang kedua adalah ansietas berhubungan dengan
ancaman
status
kesehatan,
implementasi
yang
dilakukan
penulis
adalahmengkaji tingkat kecemasan dengan rasional untuk memberikan waktu
kepada pasien untuk mengutarakan perasaannya, memberikan pasien
dorongan emosional dengan rasional dukungan yang baik dapat memberikan
semangat yang tinggi untuk menerima keadaan dengan sabar dan lapang dada,
memberikan terapi murotal untuk mengurangi kecemasan pada paisen.
Kecemasan adalah gangguan perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
69
mengalami gangguan dalam menilai kenyataan, kepribadian masih tetap utuh
atau tidak mengalami keretakan kepribadian normal (Hawari, 2013). Untuk
mengurangi kecemasan terapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini
telah dibukikan oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad al
Khadi, direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and Research
di Florida, Amerika Serikat.
Terapi religi dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibukikan
oleh berbagai ahli seperti yang telah dilakukan Ahmad al Khadi, direktur
utama Islamic Medicine Institute for Education and Research di Florida,
Amerika Serikat. Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika,
wilayah missuori AS, Ahmad Al-Qadhi melakukan presentasi tentang hasil
penelitianya dengan tema pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif
fisiologi dan psikologi. Hasil penelitian tersebut menunjukan hasil positif
bahwa mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh yang signifikan
dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif dan hasil ini tercatat dan
terukur secara kuantitas Penelitian ini merupakan penelitian Quasi
eksperiment.
Berdasarkan jurnal yang dipakai oleh penulis dengan judul
“Efektivitas terapi murotal terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre
operasi”, terapi murotal memiliki aspek yang sangat diperlukan dalam
mengatasi kecemasan, secara garis besar terapi murotal memiliki dua poin
yang penting dalam menurunkan kecemasan yaitu memiliki irama yang indah
dan juga secara psikologis dapat memotivasi dan memberikan dorongan
70
semangat dalam menghadapi suatu masalah. Dalam keadaan ini otak berada
pada gelombang alpha, merupakan gelombang otak pada frekuensi 7-14HZ.
Ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dan dapat menyingkirkan
stres dan menurunkan kecemasan(Faradasi, 2012).
Hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh penulis yaitu
pemberian terapi murotal untuk mengurangi tingkat kecemasan pre operasi
fraktur humerus pada asuhan keperawatan Tn. M dengan fraktur humerus di
ruang Flamboyan RSUD SUKOHARJO.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan keperawatan
dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2006).
Evaluasi yang dilakukan penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan
SOAP, Subjective, Objective, Analisa, Planning (Dermawan, 2012).
Pada hari rabu, tanggal 12 Maret 2015 pada jam 08.00 WIB pada
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka
pre operasi fraktur humerus proximal dextradilakukan evaluasi keperawatan
dengan data subjektif pasien mengtakan nyeri berkurang, skala nyeri 4, nyeri
seperti tertusuk-tusuk, dari data objektif pasien tampak sedikit rileks, masalah
teratasi sebagian nyeri berkurang menjadi 4, pasien tampak sedikit rileks,
pertahankan intervensi observasi karakteristik nyeri untuk mengetahui
71
karakteristik nyeri, atur posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri,
kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik untuk mengurangi nyeri.
Pada hari rabu, tanggal 12 Maret 2015 pada jam 08.10 WIB pada
diagnosa ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan, dilakukan
evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien mengtakan pasien sudah
tidak takut untuk dioperasi. Data objektif pasien sudah tidak tampak cemas,
pasien tampak rileks, masalah ansietas tertatasi, hentikan intervensi.
Pada hari rabu, tanggal 12 Maret 2015 pada jam 08.15 WIB pada
diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas,
dilakukan
evaluasi keperawatan dengan data subjektif pasien mengatakan nyeri
berkurang, dan badan terasa lemas data objektif pasien tidur kurang kurang
dari 6 jam, tampak pengunjung hanya 1 orang yang menunggu pasien, pasien
tampak sedikit rileks. Masalah teratasi sebagian , pengunjung dapat dibatasi,
pasien tampak rileks, pertahankan intervensi kaji ulang pola tidur pasien
rasionalisasi untuk mengetahui kualitas tidur pasien, ciptakan atau berikan
lingkungan yang nyaman rasionalisasi agar pasien dapat tidur dengan nyaman,
identitas atau mencari faktor penyebab rasionalisasi untuk mengetahui apa
yang menjadikan pasien tidak bisa tidur.
Evaluasi akhir menunjukkan bahwa aplikasi pemberian terapi murotal
dapat mengurangi kecemasan pada pasien pre operasi fraktur humerus,
dibuktikan dengan pasien mengtakan pasien sudah tidak takut untuk dioperasi,
pasien sudah tidak tampak cemas, pasien tampak rileks.
72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat disusun dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian terhadap Tn. M dengan fraktur humerus
didapatkan adanya keluhan nyeri pada lengan kanan, merasa takut akan
dilakukan operasi, cemas, kawatir apabila terjadi sesuatu yang buruk pada
dirinya, pasien sulit untuk tidur karena merasa nyeri, takut akan dilakukan
oeprasi dan sering terbangun.
2. Rumusan Masalah
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. M dengan fraktur humerus
diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik, ansietas berhubungan dengan ancaman status
kesehatan dan gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat disusun pada kondisi Tn. M dengan fraktur
humerus adalah mengkaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital,
memberikan relaksasi nafas dalam, mengkaji tingkat kecemasan,
pemberian terapi murotal, kaji pola tidur pasien, dan berikan lingkungan
yang tenang dan nyaman.
72
73
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada Tn. M dengan fraktur humerus
adalah mengkaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, memberikan
relaksasi nafas dalam, mengkaji tingkat kecemasan, memberikan terapi
murotal.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Tn. M dengan fraktur humerus selama 1x24 jam
mengelola, serta setelah berkalaborasi dengan tim kesehatan lainnya
didapatkan hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum
tercapai, maka nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik pada Tn.
T teratasi sebagian, skala nyeri 4, pasien tampak rileks. Intervensi
dilanjutkan, observasi karakteristik nyeri, atur posisi yang nyaman,
kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik.Pada diagnosa
ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan dapat teratasi
dengan kriteria hasil pasien mengatakan sudah tidak takut untuk
dioperasi, pasien tampak rileks.
6. Analisa Aplikasi Jurnal dengan Kasus
Dari hasil pemberian terapi murotal untuk mengurangi tingkat
kecemasan. Setelah dilakukan tindakan tersebut dapat di evaluasi bahwa
tanda-tanda kecemasan yang terjadi pada Tn. M menurun.Menunjukkan
bahwa aplikasi pemberian terapi murotal dapat mengurangi tingkat
kecemasan.
74
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan frakur
humerus penulis akan meemberikan usulan dan masukan yang positif
khususnya dibidang kesehatan antara lain:
1. Bagi penulis
Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien fraktur
humerus dengan pemberian terapi murotal diharapan penulis dapat lebih
mengetahui cara menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang professional,
terampil, inovatif dan bermutu dalam memberikan asukan keperawatan
secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan
dan memepertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan
maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayan asuhan
keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien dengan kecemasan
pre operasi
4. Bagi Keluarga dan Pasien
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan fraktur
humerus diharapkan pasien dan keluarga mampu merawat anggota
75
keluarga yang mengalami kecemasan saat pre operasi untuk mencegah
terjadinya gangguan psikologis dengan memberikan terapi murotal.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika : Jakarta.
Campbell, D, (2001a). Efek Mozart, bagi Anak, Meningkatkan Daya Pikir,
Kesehatan dan Kreativitas Anak Melalui Musik penerjemah Widodo.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Djohan. 2006. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Galaupress: Yogyakarta.
Faradasi, F, 2012. Efektifitas Tearapi Murotal dan Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. STIKes Muhammadiyah Pekajan Pekalongan
Indonesia. Di akses pada tanggal : 15 Februari 2015.
Gusmian, 2005. Ruqyah Terapi Religi Sesuai Sunnah Rosulullah SWT. Jakarta:
Pustaka Marwa.
Hawari H. Dadang, IQ, EQ, CQ,dan SQ “Kriteria Sumber Daya Manusia
(Pemimpin) Berkualitas”, Badai Penerbit. 2003. Jakarta.
Hawari, D, 2013. Dimensi Religi dalam Praktik Psikiatri dan Psikologi. Jakarta:
Balai Penerbit UI
Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Agnensindo:
Bandung.
Jitowiyono, S Dan Kristiyanasari, W. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi
Dengan Pendekatan Nanda, Nic, Noc. Yogyakarta : Mulya Medika.
Maramis, WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press:
Surabaya.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Musculoskeletal. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Musculoskeletal. Jakarta : EGC.
NANDA. 2012. Diagnosa keperawatan. Jakarta : EGC.
76
77
Nursalam, 2009. Konsep Dan Penerapan
Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba
Metodologi
Penelitian Ilmu
Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol I Edisi 4. EGC.
Jakarta.
Ramolda, P, 2009. Pengaruh Al-Quran pada Manusia dalam Perspektif Pisiologi
dan Psikologi. http://www.theedc.com. Tanggal akses 15 april 2015.
Rendi. C,M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Dalam, Cataatn
Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta.
Smeltzer S & Bare B, G. 2002. Buku ajar kepererawatan jiwa Ed. 5.
EGC: Jakarta.
Stuart, WG, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC: Jakarta.
Stuart, WG, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC: Jakarta.
Sujudi, A, 2008. Berita Kecelakaan di Jalan . http://pusdinakes.or.id. Tanggal
akses 23 April 2015.
Sutrimo, A. 2012. Pengaruh Guided Imagery and Music (GIM) Terhadap
Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectiocaesarea di RSUD Banyumas. S1.
Keperawatan FK Universitas Jenderal Soedriman purwokerto.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Mahasiswa Keperawan. Jakarta : EGC.
Tomb, DA. 2004. Buku Saku Psikiatri. EGC: Jakarta.
Videbeck SI. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.
Wijarnarko, Nugroho, 2007. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan di Ruang ICU-ICCU Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus. Skripsi, Semarang : UNDIP.
Download