Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015 38 ANALISIS - E

advertisement
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
ANALISIS PERANAN JEJARINGSEBAGAI MEDIA PROMOSI DALAM
MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PRODUK UMKM
Wiwik Widiyanti
Akademi Sekretari dan Manajemen BSI Jakarta
JL Jatiwaringin Raya No. 18 Jakarta Timur
Email: [email protected]
ABSTRACT
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) is an early stage of large enterprises, so as to
increase the volume of sales of the products of UMKMs is needed proper marketing, one of which
is to do a proper promotion. Promotion of UMKMs use the jejaringvery helpful in introducing its
products, and sell them to consumers both at home and abroad. Not only that, the issue of the
budget for the promotion can be minimized, as there are many lamans that provide free
advertising for use.
Keyword: internet, promotion, sales, UMKM
I. PENDAHULUAN
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
adalah
salah
satu
motor
penggerak
perekonomian
di
negara
kita
yang
menyumbangkan sekitar 60% dari PDB
(Product
Domestic
Bruto)
dan
juga
memberikan kesempatan kerja pada banyak
masyarakat kita. Jadi, bisnis UKM (Usaha
Kecil Menengah) di Indonesia akan terus
berkembang dan memberikan peluang usaha
bagi mereka yang menyukai dunia wirausaha.
Para wirausahawan melakukan evaluasi
terhadap volume produk ukm tersebut. Hal
tersebut dilakukan untuk menjaga agar UMKM
tidak
mengalami
kerugian
bahkan
kebangkrutan.
Evaluasi
tersebut
juga
dimaksudkan agar untuk mencari kendalakendala yang ditemui sehingga volume
penjualan tidak maksimal didapatkan.
Tentunya banyak kendala yang pasti di
temui para wirausahawan salah satunya adalah
kendala promosi. Promosi berperan penting
dalam dunia usaha. Banyak UMKM yang
mempunyai produk bagus dan layak bersaing
di pasaran baik lokal maupun internasional,
karena tidak memperhatikan pentingnya
promosi maka produk dari UKM tersebut tidak
laku dipasaran, bahkan tidak dikenal oleh
masyarakat luas.
Maka dari itu, promosi sangat penting
bagi UMKM terutama UMKM pemula.
Semakin gencar promosi dilakukan maka
semakin banyak orang mengenal produk
UMKM tersebut, dan akhirnya semakin banyak
orang yang tertarik dan membeli produk
tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Mikro Kecil Menengah
38
Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.
99 tahun 1998 disebutkan bahwa Usaha Kecil
adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan
perlu dilindungi untuk mencegah dari
persaingan usaha yang tidak sehat.” Sedangkan
menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008, UMKM memiliki kriteria, sebagai
berikut :
1. Usaha Mikro yaitu usaha produktif
milik`orang perorangan atau badan usaha
milik perorangan yang memenuhi kriteria
yakni :
a. Memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah)
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria yakni :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan
usaha kecil atau usaha besar yang
memenuhi kriteria :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta`rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
menjelaskan bahwa usaha kecil merupakan
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5
orang samapai dengan 19 orang, sedangkan
usaha menengah merupakan usaha yang
memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai
dengan 99 orang.
Dari
berbagai
pendapat
diatas,
pengertian UMKM dilihat dari berbagai aspek,
baik dari segi kekayaan yang dimiliki pelaku,
jumlah tenaga kerja yang dimiliki atau dari segi
penjualan/omset pelaku UMKM.
2.2. Produk
Menurut
Kotler
dan
Armstrong
(2010:253), produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi
yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan. Secara konseptual produk adalah
pemahaman subyektif dari produsen atas
sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha
untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen,
sesuai dengan kompetensi dan kapasitas
organisasi serta daya beli pasar. Selain itu
produk dapat pula didefinisikan sebagai
persepsi konsumen yang dijabarkan oleh
produsen melalui hasil produksinya (Tjiptono,
2011:115).
Berdasarkan beberapa definisi diatas,
maka produk didefinisikan sebagai kumpulan
dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak
nyata, termasuk di dalamnya kemasan, warna,
harga, kualitas dan merek ditambah dengan
jasa dan reputasi penjualannya. Ada beberapa
atribut yang menyertai dan melengkapi produk
(karakteristik atribut produk) menurut Kotler
dan Armstrong (2010:255), yaitu
1. Merek (branding)
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda,
simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari
semua ini yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi produk atau jasa dari satu
atau
kelompok
penjual
dan
membedakannya dari produk pesaing.
Pemberian merek merupakan masalah
pokok dalam strategi produk. Pemberian
merek itu mahal dan memakan waktu, serta
dapat membuat produk itu berhasil atau
gagal. Nama merek yang baik dapat
menambah keberhasilan yang besar pada
produk (Kotler dan Armstrong, 2008).
2. Pengemasan (Packing)
Pengemasan (packing) adalah kegiatan
merancang dan membuat wadah atau
pembungkus suatu produk. Pengemasan
melibatkan merancang dan membuat wadah
atau pembungkus suatu produk.
3. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah
kemampuan
suatu
produk
untuk
melaksanakan fungsinya meliputi, daya
tahan keandalan, ketepatan kemudahan
operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai
lainnya. Untuk meningkatkan kualitas
produk perusahaan dapat menerapkan
program ”Total Quality Manajemen
(TQM)". Selain mengurangi kerusakan
produk, tujuan pokok kualitas total adalah
untuk meningkatkan nilai konsumen.
Sedangkan
menurut
Tjiptono
(2011:123), pada dasarnya tingkatan produk
dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Produk Inti (Core Product)
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk
pemecahan masalah yang dicari konsumen
ketika mereka membeli produk atau jasa.
2. Produk Aktual (Actual Product)
Seorang
perencana
produk
harus
menciptakan produk aktual (actual product)
disekitar produk inti. Karakteristik dari
produk aktual diantaranya, tingkat kualitas,
nama
merek,
kemasan
yang
dikombinasikan dengan cermat untuk
menyampaikan manfaat inti (Kotler dan
Armstrong, 2010:260).
3. Produk Tambahan
Produk tambahan harus diwujudkan dengan
menawarkan jasa pelayanan tambahan
untuk memuaskan konsumen, misalnya
dengan menanggapi dengan baik claim dari
konsumen dan melayani konsumen lewat
telepon jika konsumen mempunyai masalah
atau pertanyaan (Kotler dan Keller,
2010:170).
39
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
Menurut
Tjiptono
(2011:
130),
klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai
macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud
tidaknya, produk dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok utama yaitu barang dan
jasa. Ditinjau dari aspek daya tahannya,
terdapat dua macam barang, yaitu:
1. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable
Goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang
berwujud yang biasanya habis dikonsumsi
dalam satu atau beberapa kali pemakaian.
Contohnya adalah sabun, minuman dan
makanan ringan, kapur tulis, gula dan
garam.
2. Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Barang tahan lama merupakan barang
berwujud yang biasanya bisa bertahan lama
dengan
banyak
pemakaian
(umur
ekonomisnya untuk pemakaian normal
adalah satu tahun atau lebih). Contohnya
antara lain TV, lemari es, mobil, dan
komputer.
Selain berdasarkan daya tahannya,
produk pada umumnya juga diklasifikasikan
berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa
produk tersebut dikonsumsi. Berdasarkan
kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi
barang konsumen (costumer's goods) dan
barang industri (industrial's goods). Barang
konsumen adalah barang yang dikonsumsi
untuk kepentingan konsumen akhir sendiri
(individu dan rumah tangga), bukan untuk
tujuan bisnis. Umumnya barang konsumen
dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis
yaitu: (Tjiptono, 2011: 145)
1. Convinience Goods, merupakan barang
yang pada umumnya memiliki frekuensi
pembelian tinggi (sering beli), dibutuhkan
dalam
waktu
segera,
dan
hanya
memerlukan usaha yang minimum (sangat
kecil)
dalam
pembandingan
dan
pembeliannya. Contohnya sabun, pasta gigi,
baterai, makanan, minuman, majalah, surat
kabar, payung dan jas hujan.
2. Shopping Goods, adalah barang-barang
dalam proses pemilihan dan pembeliannya
dibandingkan oleh konsumen diantara
berbagai alternatif yang tersedia. Kriteria
perbandingan tersebut meliputi harga,
kualitas dan model masing-masing barang.
Contohnya alat-alat rumah tangga (TV,
mesin cuci, tape recorder), furniture
(mebel), dan pakaian.
3. Specially Goods adalah barang-barang yang
memiliki karakteristik dan identifikasi
merek yang unik di mana sekelompok
konsumen bersedia melakukan usaha
khusus untuk membelinya. Contohnya
40
adalah barang-barang mewah dengan merek
dan model spesifik.
4. Unsought Goods merupakan barang-barang
yang diketahui konsumen atau kalaupun
sudah diketahui tetapi pada umumnya
belum terpikirkan untuk membelinya.
Contohnya asuransi jiwa, batu nisan, tanah
kuburan
Menurut
Kotler
dan
Amstrong
(2010:265), kualitas adalah karakteristik dari
produk dalam kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan
dan bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin
dan A. Dale Timpe dalam Alma (2011: 98)
kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh
produk tersebut. Kualitas dalam pandangan
konsumen adalah hal yang mempunyai ruang
lingkup tersendiri yang berbeda dengan
kualitas dalam pandangan produsen saat
mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal
kualitas sebenarnya.
Menurut Kotler (2010:233), kualitas
didefinisikan sebagai keseluruhan ciri serta
sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada
kemampuan memenuhi kebutuhan yang
dinyatakan maupun yang tersirat. Sedangkan
menurut
Tjiptono
(2011:150),
kualitas
merupakan perpaduan antara sifat dan
karakteristik yang menentukan sejauh mana
keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan
pelanggan atau menilai sampai seberapa jauh
sifat dan karakteristik itu memenuhi
kebutuhannya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
merupakan suatu produk dan jasa yang melalui
beberapa
tahapan
proses
dengan
memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa
tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai suatu
produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan
jasa sesuai harapan tinggi dari pelanggan.
Untuk mencapai kualitas produk yang
diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi
kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga
agar produk yang
dihasilkan memenuhi
standar yang telah ditetapkan sehingga
konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan
terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar
yang tidak memperhatikan kualitas produk
yang ditawarkan akan menanggung tidak
loyalnya konsumen sehingga penjualan
produknya pun akan cenderung menurun. Jika
pemasar memperhatikan kualitas, bahkan
diperkuat dengan periklanan dan harga yang
wajar maka konsumen tidak akan berpikir
panjang untuk melakukan pembelian terhadap
produk. Arti dari kualitas produk adalah “the
ability of a product to perform its functions, it
includes the product’s overall durability,
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
reliability, precision, ease of operation and
repair, and other valued attributes” yang
artinya kemampuan sebuah produk dalam
memperagakan fungsinya, hal itu termasuk
keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan,
kemudahan pengoperasian dan reparasi produk
juga atribut produk lainnya (Kotler dan
Amstrong, 2010:278).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa kualitas produk
adalah keseluruhan barang dan jasa yang
berkaitan dengan keinginan konsumer yang
secara keunggulan produk sudah layak
diperjualkan sesuai harapan dari pelanggan.
Kualitas produk dibentuk oleh beberapa
indikator antara lain kemudahan penggunaan,
daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman
ukuran produk, dan lain-lain (Zeithalm dalam
Kotler, 2010:238).
Konsumen
senantiasa
melakukan
penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini
dapat dilihat dari kemampuan produk
menciptakan kualitas produk dengan segala
spesifikasinya sehingga dapat menarik minat
konsumen untuk melakukan pembelian
terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan
di atas dapat dikatakan bahwa kualitas yang
diberikan suatu produk dapat mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen terhadap
produk yang ditawarkan.
Menurut Tjiptono (2011:158), kualitas
mencerminkan semua dimensi penawaran
produk yang menghasilkan manfaat (benefits)
bagi pelanggan. Kualitas suatu produk baik
berupa barang atau jasa ditentukan melalui
dimensi-dimensinya.
Masih menurut Tjiptono (2011:170),
dimensi kualitas produk meliputi:
1. Performance
(kinerja),
berhubungan
dengan karakteristik operasi dasar dari
sebuah produk.
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa
lama
atau
umur
produk
yang
bersangkutan bertahan sebelum produk
tersebut harus diganti. Semakin besar
frekuensi pemakaian konsumen terhadap
produk maka semakin besar pula daya
produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian
dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana
karakteristik operasi dasar dari sebuah
produk memenuhi spesifikasi tertentu dari
konsumen atau tidak ditemukannya cacat
pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk
yang dirancang untuk menyempurnakan
fungsi produk atau menambah ketertarikan
konsumen terhadap produk.
5. Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas
bahwa produk akan bekerja dengan
memuaskan atau tidak dalam periode waktu
tertentu. Semakin kecil kemungkinan
terjadinya kerusakan maka produk tersebut
dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan
bagaimana penampilan produk.
7. Perceived quality (kesan kualitas), sering
dibilang merupakan hasil dari penggunaan
pengukuran yang dilakukan secara tidak
langsung karena terdapat kemungkinan
bahwa konsumen tidak mengerti atau
kekurangan informasi atas produk yang
bersangkutan.
8. Serviceability, meliputi kecepatan dan
kemudahan
untuk
direparasi,
serta
kompetensi dan keramahtamahan staf
layanan.
Sedangkan menurut Vincent Gaspersz
dalam Alma (2011: 125), dimensi-dimensi
kualitas produk terdiri dari:
1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik
operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan
(features), yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap.
3. Kehandalan
(reliability),
yaitu
kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal pakai.
4. Kesesuaian
dengan
spesifikasi
(conformance to specification), yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi
memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan (durability), yaitu berkaitan
dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan.
6. Serviceability,
meliputi
kecepatan,
kompetensi,
kenyamanan,
mudah
direparasi, penanganan keluhan yang
memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap
panca indera.
Berdasarkan dimensi-dimensi diatas,
dapat disimpulkan bahwa suatu dimensi
kualitas merupakan syarat agar suatu nilai dari
produk memungkinkan untuk bisa memuaskan
pelanggan sesuai harapan, adapun dimensi
kualitas produk meliputi kinerja, estetika,
keistimewaan,
kehandalan,
dan
juga
kesesuaian.
2.3. Volume Penjualan
Kemajuan suatu usaha merupakan
sesuatu yang luar biasa yang diperoleh
perusahaan atau usaha tersebut. Adanya
pemilihan promosi yang tepat dan diversifikasi
produk saat siklus produk merupakan hal yang
41
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
amat krusial untuk menentukan maju atau
mundurnya suatu usaha. Tidak lepas dari itu
semua, tingkat penjualan yang terjadi
merupakan titik kunci atau indikator suatu
usaha tersebut dapat bertahan atau tidaknya
dalam dunia usaha.
Menurut Swastha (2008: 8) penjualan
dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang
mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh
penjualan untuk mengajak orang lain agar
membeli barang atau jasa yang ditawarkan .
Swastha
dan
Irawan
(2008:58)
memaparkan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi penjualan, sebagai berikut:
1. Kondisi dan kemampuan penjual
Untuk mencapai sasaran penjualan yang
diharapkan, maka penjual harus memahami
masalah-masalah penting yang sangat
berkaitan dengan penjualan, yakni:
a. Jenis dan karakteristik barang yang
ditawarkan
b. Harga produk
c. Syarat penjualan
2. Kondisi pasar
Pasar sebagai suatu kelompok pembeli atau
pihak yang menjadi sasaran dalam
penjualan, kondisi pasar yang harus
diperhatikan adalah:
a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen,
pasar industri, pasar penjual, pasar
pemerintah, ataupun pasar internasional.
b. Kelompok pembeli atau segmen
pasarnya
c. Daya beli masyarakat
d. Frekuensi pembeliannya
e. Keinginan dan kebutuhannya
3. Modal
Agar kegiatan penjualan dalam suatu
perusahaan dapat berjalan dengan lancar
dan cepat, maka diperlukan sejumlah modal
untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan.
4. Kondisi organisasi perusahaan
Dalam
menangani
masalah-masalah
penjualan di dalam suatu perusahaan dapat
dilihat
dari
kondisi
organisasi
perusahaannya, apakah termasuk jenis
perusahaan besar atau kecil.
5. Faktor lain
Faktor-faktor
lain
yang
sering
mempengaruhi
penjualan,
seperti
periklanan, peragaan, kampanye, pemberian
hadiah, diskon, dan lain-lain.
2.4. Promosi
Promosi merupakan kegiatan terpenting,
yang berperan aktif dalam memperkenalkan,
memberitahukan dan mengingatkan kembali
manfaat suatu produk agar mendorong
konsumen unluk membeli produk yang
42
dipromosikan tersebut. Untuk mengadakan
promosi, setiap perusahaan harus dapat
menentukan dengan tepat alat promosi
manakah yang dipergunakan agar dapat
mencapai keberhasilan dalam penjualan.
Menurut
Swastha
dan
Irawan
(2008:147) menyatakan pengertian promosi
sebagai promosi adalah arus informasi atau
persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada
tindakan yang menciptakan pertukaran dalam
pemasaran.
Masih menurut Swastha dan Irawan
(2008:149),
kegiatan-kegiatan
dan
fungsipromosi tersebut antara lain:
1. Mendapatkan Perhatian (Attention)
2. Menaruh Minat (Interest)
3. Menimbulkan Keinginan (Desire)
4. Memperoleh Perlakuan (Action)
Adapun fungsi dari promosi yaitu:
1. Mencari dan mendapatkan perhatian dari
calon pembeli. Perhatian calon pembeli
harus diperoleh, karena merupakan titik
awal proses pengambilan keputusan di
dalam membeli suatu barang dan jasa.
2. Menciptakan dan menumbuhkan interest
pada diri calon pembeli. Perhatian yang
sudah diberikan oleh seseorang mungkin
akan dilanjutkan pada tahap berikutnya atau
mungkin berhenti. Yang dimaksudkan
dengan tahap berikutnya ini adalah
timbulnya rasa tertarik dan rasa tertarik ini
yang akan menjadi fungsi utama promosi.
3. Pengembangan rasa ingin tahu (desire)
calon pembeli untuk memiliki barang yang
ditawarkan. Hal ini merupakan kelanjutan
dari tahap sebelumnya. Setelah seseorang
tertarik pada sesuatu, maka timbul rasa
ingin memilikinya. Bagi calon pembeli
merasa mampu (dalam hal harga, cara
pemakaiannya, dan sebagainya), maka rasa
ingin memilikinya ini semakin besar dan
diikuti oleh suatu keputusan untuk
membeli.
Perusahaan-perusahaan
harus
mempertimbangkan beberapa faktor dalam
mengembangkan bauran promosi mereka, yaitu
jenis pasar produk tempat mereka berjualan,
apakah akan menggunakan strategi dorong atau
tarik, tingkat kesiapan konsumen untuk
melakukan pembelian, tahap produk dalam
siklus hidup produk, dan peringkat pangsa
pasar perusahaan. Tingkat pemanfaatan alat
promosi bervariasi antara pasar konsumen dan
industri.
Perusahaan
barang
konsumsi
mengeluarkan uang untuk promosi penjualan,
periklanan, penjualan personal, dan hubungan
masyarakat, sesuai urutannya.
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
Perusahaan
barang
industri
mengeluarkan uang untuk penjualan personal,
promosi penjualan, periklanan, dan hubungan
masyarakat, sesuai urutan tersebut. Secara
umum, penjualan personal lebih banyak
digunakan dalam penjualan produk yang rumit,
mahal, berisiko dan di pasar dengan jumlah
sedikit penjual besar (yaitu pasar industri).
Walau di pasar barang industri iklan kurang
digunakan dibandingkan kunjungan penjualan,
iklan masih memainkan peranan penting.
Tujuan utama dari promosi adalah
menginformasikan,
mempengaruhi
dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan
sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan
promosi tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Menginformasikan
(informing),
dapat
berupa:
a. Menginformasikan
business
pasar
mengenai keberadaan suatu produk
baru.
b. Memperkenalkan cara pemakaiah yang
baru dari suatu produk.
c. Menyampaikan perubahan harga kepada
pasar.
d. Menjelaskan cara kerja suatu produk.
e. Menginformasikan
jasa-jasa
yang
disediakan oleh perusahaan.
f. Meluruskan kesan yang keliru.
g. Mengurangi
ketakutan
atau
kekhawatiran pembeli.
h. Membangun citra perusahaan.
2. Membujuk pelanggan sasaran (persuading)
untuk:
a. Membentuk pilihan merek.
b. Mengalihkan pilihan ke merek tertentu.
c. Mengubah persepsi pelanggan terhadap
atribut produk
d. Mendorong pembeli untuk belanja saat
itu juga
e. Mendorong pembeli untuk menerima
kunjungan wiraniaga.
3. Mengingatkan (reminding), dapat terdiri
atas:
a. Mengingatkan pembeli bahwa produk
yang bersangkutan dibutuhkan dalam
waktu dekat.
b. Mengingatkan pembeli akan tempattempat
yang
menjual
produk
perusahaan.
c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun
tidak ada kampanye iklan.
d. Menjaga agar ingatan pertama pembeli
jatuh pada produk perusahaan. Misalnya
bila pembeli ingin membeli sabun
mandi diharapkan ingatan pertamanya
adalah merek “Lux”.
Jika ditinjau dari sudut pandang ilmu
ekonomi, maka tujuan dari promosi ini adalah
menggeser kurva permintaan akan produk
perusahaan ke kanan dan membuat permintaan
menjadi inelastic (dalam kasus harga naik) dan
elastis (dalam kasus harga turun)
Secara singkat promosi berkaitan
dengan upaya untuk mengarahkan seseorang
agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu
memahaminya, berubah sikap, menyukai,
yakin, kemudian akhirnya membeli dan selalu
ingat akan produk tersebut.
Strategi promosi berkaitan dengan
masalah-masalah perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian komunikasi persuasif dengan
pelanggan. Strategi promosi ini biasanya untuk
menentukan proporsi dari bauran promosi yang
ada. Strategi Bauran Promosi berupaya
memberikan distribusi yang optimal dari setiap
metode promosi. Tugas tersebut tidaklah
mudah mengingat efektivitas masing-masing
metode berbeda dan yang paling repot, setiap
metode kadang-kadang tumpang tindih
(overlap) dengan metode yang lain. Berikut ini
adalah faktor-faktor yang menentukan bauran
promosi:
1. Faktor
Produk
yaitu
dengan
mempertimbangkan karakteristik dan cara
produk itu dibeli, dikonsumsi, dan
dipersepsikan.
a. Apabila produk itu adalah produk
industri yang bersifat sangat teknis,
personal selling paling tepat untuk
mempromosikannya, karena penjual
harus
memberikan
penjelasanpenjelasan teknis dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan
pelanggan.
Sebaliknya untuk produk konsumen ada
beberapa
pendekatan.
Untuk
convenience
product
yang
sifat
distribusinya intensif, mass selling
adalah metode promosi yang efektif.
Untuk shopping product yang mana
pembeli harus memilih, perusahaan
harus menggunakan promosi penjualan.
Sedangkan untuk specialty product dan
unsought product, perusahaan harus
menggunakan personal selling.
b. Apabila pelanggan memandang risiko
pembelian
suatu
produk
tinggi,
penekanan promosi adalah pada
personal selling.
c. Untuk produk-produk yang tahan lama
(durable goods), karena lebih jarang
dibeli daripada produk-produk yang
tidak tahan lama (nondurable goods)
dan memerlukan komitmen tinggi
terhadap
sumber-sumber,
maka
43
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
personal selling lebih efektif daripada
iklan.
d. Untuk produk-produk yang dibeli dalam
jumlah kecil dan sering dibeli
(membutuhkan pengambilan keputusan
yang rutin), perusahaan harus lebih
memilih iklan daripada personal selling.
2. Faktor pasar
a. Pada tahap perkenalan, penekanan
utama untuk produk konsumen adalah
pada iklan, guna menginformasikan
keberadaan produk dan menciptakan
permintaan awal, yang didukung oleh
personal selling dan promosi penjualan.
Untuk produk industrial, hanya personal
selling yang cocok untuk tahap ini. Pada
tahap pertumbuhan, karena adanya
peningkatan permintaan dan masuknya
pesaing ke dalam industri, maka bagi
produk
konsumsi
metode-metode
promosinya harus digeser pada iklan
saja. Di lain pihak, iklan dan personal
selling digunakan untuk produk industri
pada tahap ini Pada tahap kedewasaan,
iklan dan promosi penjualan dibutuhkan
untuk membedakan produk perusahaan
(produk konsumen) dari milik pesaing
sedangkan personal selling semakin
intensif
dilakukan
untuk
mempromosikan produk industrial. Dan
pada
tahap
penurunan,
promosi
penjualan mungkin diperlukan untuk
memperlambat penurunan penjualan
produk.
b. Pada produk-produk tertentu, jika
pangsa pasarnya tinggi, perusahaan
harus menggunakan iklan dan personal
selling bersama-sama, karena pangsa
pasar
yang tinggi
menunjukkan
perusahaan melayani beberapa segmen
dan saluran distribusi ganda. Sebaliknya
jika pangsa pasarnya rendah, penekanan
hendaknya diberikan pada iklan atau
personal selling (tergantung pada
produknya).
c. Iklan lebih cocok digunakan di dalam
industri yang jumlah perusahaannya
sedikit. Hal ini dikarenakan iklan yang
besarbesaran dapat menjadi hambatan
masuk ke dalam industri, dan iklan yang
besar-besaran tersebut dapat digunakan
sebagai jaminan kualitas produk dan
mengurangi ketidakpastian pelanggan
terhadap produk baru.
d. Apabila persaingan sangat ketat, ketiga
metode promosi (personal selling, mass
selling, dan promosi penjualan)
dibutuhkan untuk mempertahankan
posisi
produk.
Sebaliknya
pada
44
persaingan yang terbatas, penekanan
promosi dapat hanya pada mass selling
atau personal selling saja.
e. Secara hipotesis iklan lebih tepat untuk
produk-produk
yang
memiliki
permintaan
laten.
Namun
jika
permintaan terbatas dan diharapkan
tidak bertambah, maka iklan hanya
merupakan suatu pemborosan.
3. Faktor pelanggan
Pelanggan rumah tangga lebih mudah
dipikat dengan iklan, karena untuk
mencapai mereka metode tersebut paling
murah, sedangkan jika sasaran yang dituju
adalah pelanggan industri, maka perusahaan
harus menggunakan personal selling agar
dapat memberi penjelasan-penjelasan dan
jasa-jasa tertentu yang berkaitan dengan
produk. Dalam hal sasarannya adalah
armada penjual, maka promosi penjualan
merupakan metode yang paling baik untuk
memotivasi mereka. Sementara itu jika
sasaran promosi adalah perantara, maka
personal selling dan mass selling berguna
bagi perusahaan untuk memberi informasi
dan bantuan agar dapat menjual produk
perusahaan dengan baik.
Dalam kaitannya dengan sasaran yang
dituju, ada empat strategi yang dapat
digunakan, yaitu:
a. Push strategy, yaitu aktivitas promosi
produsen kepada perantara (biasanya
dengan personal selling dan trade
promotion), dengan tujuan agar para
perantara itu memesan, kemudian
menjual, serta mempromosikan produk
yang dihasilkan produsen.
b. Pull strategy, yaitu aktivitas promosi
produsen kepada konsumen akhir
(biasanya dengan iklan dan consumer
promotion), dengan tujuan agar mereka
mencarinya pada para perantara, yang
pada gilirannya kemudian perantara
memesan produk yang dicari konsumen
kepada produsen.
c. Personal selling lebih baik digunakan
pada geografis pasar yang kecil dan
penduduknya padat. Sebaliknya jika
geografis pasar semakin luas dan
penduduknya jarang, iklanlah yang lebih
sesuai.
d. Tahap-tahap kesiapan pembeli. Pada
tahap-tahap awal kesiapan pembeli,
peranan mass selling lebih penting.
Sedangkan pada tahap-tahap akhir, sales
promotion dan personal selling harus
lebih dititikberatkan.
4. Faktor Anggaran
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
Jika perusahaan memiliki dana promosi
yang besar, maka peluangnya untuk
menggunakan iklan yang bersifat nasional
juga besar. Sebaliknya bila dana yang
tersedia terbatas, maka perusahaan dapat
memilih
personal
selling,
promosi
penjualan, atau Iklan bersama di dalam
wilayah lokal atau regional.
5. Faktor Bauran business Pemasaran
a. Harga yang tinggi sering dianggap
pelanggan berkorelasi positif dengan
kualitas yang juga tinggi. Dalam kasus
demikian, maka penggunaan iklan lebih
tepat
untuk
mengkomunikasikan
kualitas dari produk-produk yang
harganya mahal.
b. Jika pendistribusian dilakukan secara
langsung,
maka
karakteristiknya
mensyaratkan penggunaan personal
selling, sedangkan bila secara tidak
langsung, maka dibutuhkan iklan karena
terbatasnya jumlah armada penjual yang
dipakai.
c. Sebagaimana halnya dengan produk,
merek juga memiliki daur hidup. Pada
tahap perkenalan, suatu merek baru
memerlukan iklan yang gencar untuk
memperkenalkannya. Memasuki tahap
pertumbuhan,
iklan
harus
dikombinasikan
dengan
personal
selling. Setelah tahap ini segala aktivitas
promosi mulai menurun, sehingga pada
tahap kedewasaan pemasar dapat
menerapkan life-extension strategy,
harvest, atau memperkenalkan merek
baru lagi.
2.5. Media Internet
Jejaringdengan berbagai aplikasinya
seperti Web, VoIP, E-mail pada dasarnya
merupakan media yang digunakan untuk
mengefesiensikan
proses
komunikasi
(Prihatna, 2005:7).
Sedangkan menurut Sidharta (1996):
walaupun secara fisik jejaring adalah
interkoneksi antar jaringan komputer namun
secara umum Jejaringharus dipandang sebagai
sumber daya informasi. Isi jejaring adalah
informasi, dapat dibayangkan sebagai suatu
database atau perpustakaan multimedia yang
sangat besar dan lengkap. Bahkan jejaring
dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain
(maya) karena hampir seluruh aspek kehidupan
di dunia nyata ada diJejaringseperti bisnis,
hiburan, olah raga, politik dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa jejaringmerupakan hal
yang sangat berguna bagi kepentingan semua
masyarakat didunia ini dimana dengan
menggunakan internet, kita bisa mendapatkan
semua informasi yang kita butuhkan dan juga
dapat digunakan sebagai aplikasi dari kegiatan
bisnis, salah satunya adalah promosi.
III. METODOLOGI PENULISAN
Data yang digunakan dalam penulisan
ini adalah data sekunder yang diperoleh penulis
melalui berbagai literature yang digunakan dan
juga berbagai bahan jurnal yang dapat
dijadikan acuan dalam pembuatan penulisan
ini.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Seperti diketahui bahwa yang dimaksud
UMKM adalah suatu usaha yang dijalankan
dengan hasil penjualan maksimal Rp.
300.000.000 per tahun atau sama dengan Rp.
25.000.000 per bulan, artinya sebenarnya ada
banyak di sekeliling kita, usaha yang masih
termasuk UMKM.
Ada 3 jenis usaha yang bisa dilakukan
oleh UKM untuk menghasilkan laba. Ketiga
jenis usaha tersebut adalah:
1. Usaha
Manufakur
(Manufacturing
Business)
Yaitu suatu usaha yang mengubah barang
mentah menjadi produk jadi melalui proses
produksi
kemudian
dijual
kepada
konsumen. Adapun ciri-ciri usahaan
manufaktur adalah:
a. Kegiatannya memproses barang mentah
menjadi produk jadi.
b. Pendapatannya berasal dari penjualan
produk.
c. Terdapat harga pokok penjualan untuk
menentukan laba/rugi.
d. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead usaha
Ada banyak di sekeliling kita yang
termasuk usaha manufaktur. Berikut contoh
usaha manufaktur:
a. Konveksi yang mengolah kain menjadi
pakaian atau jilbab.
b. Katering
yang
mengolah
bahan
pertanian menjadi makanan
c. Kerajinan yang mengolah bahan mentah
menjadi hiasan
d. Dll.
Contoh-contoh tersebut banyak yang
penghasilannya masih termasuk dalam
katergori UKM yaitu sebesar maksimal Rp.
25.000.000 per bulan.
2. Usaha Dagang (Merchandising Business)
Adalah suatu usaha yang cara kerjanya
membeli barang dan dijual kembali kepada
pihak lain melalui transaksi yang bertujuan
untuk mendapatkan laba .
45
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
Ciri-ciri usaha dagang:
a. Pendapatan utamanya berasal dari
penjualan barang dagangan.
b. Biaya utamanya berasal dari harga
pokok barang yang terjual dan biaya
usaha lainnya.
c. Terdapat akun persediaan barang atau
barang dagangan.
d. Tidak merubah barang.
e. Menjual barang lebih tinggi dari harga
pembeliannya.
Contoh dari usaha dagang ini sangat
banyak, misalnya toko kelontong, toko
pakaian, PKL yang menjual barang jadi,
PKL yang menjual kue, dll
3. Usaha Jasa (Service Business)
Yakni usaha yang menghasilkan jasa, bukan
menghasilkan produk atau barang untuk
konsumen. Sebagai contoh adalah jasa
pengiriman
barang
atau
warung
jejaring(warnet) yang menyediakan alat dan
layanan kepada konsumen agar mereka bisa
browsing, searching, blogging atau yang
lainnya.
Ciri-ciri perusahaan jasa di antaranya
sebagai berikut.
a. Kegiatannya memberi pelayanan jasa
kepada masyarakat.
b. Pendapatannya berasal dari hasil
penjualan jasa kepada masyarakat.
c. Tidak terdapat perhitungan harga pokok
penjualan.
d. Laba atau rugi diperoleh dengan
membandingkan
besarnya
jumlah
pendapatan dengan jumlah beban.
Banyak para wirausahawan memulai
usahanya melalui pendirian UMKN sebelum
usahanya menjadi besar dan dikenal
masyarakat. Namun begitu ada beberapa
kelebihan dan kekurangan UMKM yang
ditemui para wirausahawan.
UMKM mempunyai kelebihan:
1. Inovasi dalam teknologi yang dengan
mudah terjadi dalam pengembangan
produk.
2. Hubungan kemanusian yang akrab di dalam
perusahaan kecil.
3. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan
diri terhadap kondisi pasar yang berubah
dengan cepat dibandingkan dengan
perusahaan yang berskala besar yang pada
umumnya birokratis.
4. Terdapat dinamisme manajerial dan
peranan kewirausahaan.
Adapun kelemahan yang dijumpai para
wirausahawan UMKM adalah:
1. Keterbatasan teknologi.
2. Keterbatasan Finansial.
46
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia
(SDM).
4. Masalah Bahan Baku.
5. Kesulitan pemasaran.
Masalah pemasaran memang menjadi
titik tombak penjualan. Ada banyak UMKM
yang mempunyai kualitas produk yang bagus
yang mampu bersaing di pasaran lokal bahkan
ada yang mampu bersaing di kancah
internasional. Namun dikarenakan kesulitan
dalam hal pemasaran menjadikan bisnis
UMKM tersebut jalan ditempat.
Seperti diketahui bahwa bauran
pemasaran meliputi 4p yaitu price (harga),
place (lokasi), product (produk) dan promotion
(promosi). Bauran pemasaran yang pertama
yaitu
harga
pada
UMKM
sangat
diperhitungkan berdasarkan Harga Pokok
Penjualan ditambah dengan keuntungan yang
akan diambil oleh para wirausahawan.
Biasanya untuk mengenalkan usaha mereka
pada awalnya mereka memilih mendapatkan
keuntungan yang sedikit terlebih dahulu, baru
kemudian
setelah
usahanya
dikenal
masyarakat, akan menaikkan keuntungan
sedikit demi sedikit. Bauran pemasaran yang
kedua adalah lokasi. Lokasi strategis sangatlah
dicari oleh wirausahawan. Dengan berbagai
pertimbahan, penentuan lokasi yang dianggap
strategispun ditentukan.
Bauran pemasaran yang ke tiga adalah
produk. Ada banyak hal yang harus diketahui
oleh para wirausahawan, antara lain mengenai
merek, pengemasan dan kualitas. Masyarakat
akan tertarik dengan merek yang gampang
diingat dan unik, misalnya “Rawon Setan”, “Es
Pocong”, dll. Merek yang unik dan gampang
diingat ini membuat orang ingin mencoba
membeli produknya, dan ketika dirasakan enak
atau nyaman dipakai, maka konsumen
tersebuat akan datang lagi, membeli bahkan
akan membawa konsumen lain pula.
Pengemasan produk juga harus diperhatikan.
Manakala calon konsumen melihat produk kita
yang dikemas dengan cantik dan menarik,
maka akan membuat calon kunsumen tersebuat
akan tertarik untuk membelinya. Kualitas
produk juga harus diperhatikan. Percuma saja
jika merek sudah unik dan gampang diingat
tetapi kualitas produknya tidak memenuhi
syarat, maka akan ditinggal oleh konsumen.
Kualitas produk harus memenuhi syarat
citarasa yang khas, yang enak dan nyaman
serta tahan lama jika produknya adalah
makanan, minuman.
Bauran pemasaran yang terakhir adalah
promosi. Ada banyak cara untuk melakukan
promosi, diantaranya adalah melalui:
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
1. Iklan (Advertising) merupakan bentuk
promosi yang biasanya memerlukan
anggaran karena menggunakan media,
seperti media cetak (koran, majalah, brosur,
pamflet, poster dll) , media elektronik
(laman, radio, televisi, dll), maupun media
souvenir.
2. Personal Selling merupakan suatu kegiatan
untuk mempromosikan suatu produk
dengan cara mendatangi ke tempat
konsumen berada yang termasuk dalam
target konsumen.
3. Sales Promotion merupakan suatu bentuk
promosi penjualan dengan menggunakan
berbagai jenis peralatan yang mempunyai
sifat
unik
seperti
kupon,
perlombaan,pemotongan harga, hadiah dan
lain-lain.
UMKM perlu menggunakan promosi
yang tepat untuk mengembangkan usahanya.
Tepat dalam hal ini adalah tepat sasaran dan
tepat anggaran finansialnya. Salah satu bentuk
promosi
yang
tepat
adalah
dengan
menggunakan media jejaringsebagai media
promosinya.
Media
jejaringmerupakan
media
promosi yang sangat tepat bagi UMKM untuk
memperkenalkan
prduknya,
mencari
pelanggan, dan mengembangkan usahanya
hingga ke mancanegara, karena jejaringbisa
menjangkau seluruh dunia. Jejaringyang
digunakan segala kalangan, dewasa ini sudah
sangat murah dan mudah penggunaannya,
misalnya dengan menggunakan laman. Fungsi
dari laman adalah disamping memberikan
informasi mengenai produk yang dijual secara
detail, bisa juga sebagai alat untuk menjual
produk UMKM, yang biasa disebut dengan ecommerce yang semua transakasi penjualan
dikerjakan dengan internet. Namun kelemahan
laman ini adalah membutuhkan anggaran untuk
membuat laman dan mengiklankannya agar
calon kosumen bisa berkunjung ke laman
UMKM tersebut. Bisa juga meminimalisir
anggaran pembuatan laman tersebut dengan
cara membuat sendiri lamannya dan
menggunakan search engine optimation agar
laman bisa masuk di halaman pertama google.
Namun hal itu perlu keahlian khusus, para
wirausahawan bisa belajar dari awal.
Ada cara lain selain membuat laman,
yaitu dengan memanfaatkan iklan tanpa bayar
yang banyak tersebar di internet, seperti
www.berniaga.com,
www.olx.co.id
,
www.jualo.com , www.yukbisnis.com , dll. Kita
hanya perlu membuka akun di web tersebut dan
memulai membuka toko online tanpa
dikenakan pembayaran. Media sosial seperti
facebook, twitter, path, dan lainnya juga bisa
digunakan sebagai sarana promosi tanpa bayar.
Facebook merupakan salah satu media
sosial yang paling banyak digunakan untuk
mempromosikan UMKM, bahkan juga sebagai
sarana penjualan. Cara menggunakan facebook
sebagai sarana promosi dan penjualan bisa
dengan mengunggah foto-foto produk UMKM
tersebut disertai keterangan lengkap, dan
mengikuti beberapa grup facebook untuk
memperbesar jaringan pertemanan di facebook.
Semakin banyak teman maka semakin banyak
orang yang melihat produk-produk kita. Maka
diharapkan penjualan akan semakin besar.
V. PENUTUP
Dari uraian tersebut diatas maka dapat
disimpulkan:
1. UMKM adalah merupakan suatu bentuk
usaha mandiri dan perorangan yang
mempunyai modal paling banyak Rp
50.000.000,00 dan mendapatkan hasil
penjualan paling besar Rp. 300.000.000,00
per tahun.
2. Produk-produk UMKM adalah produk yang
dihasilkan dari UMKM baik berupa jasa,
perdagangan maupun manufaktur.
3. Promosi sangat penting bagi UMKM agar
lebih dikenal masyarakat luas sehingga
UMKM menjadi berkembang pesat.
4. Promosi melalui media jejaringmerupakan
suatu promosi yang mempunyai anggaran
lebih sedikit dibanding melalui media cetak
ataupun yang lain, dan mempunyai banyak
kelebihan dan hasilnya bisa dirasakan
dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari, Alma. 2011. Manajemen Pemasaran
dan Pemasaran Jasa. Bandung :
Penerbit Alfabeta
Eddy Yunus Usman. 2013. Industrialisasi
Belum Sepenuhnya Menjadi Fokus
Dalam Pembangunan Daerah. Diambil
dari:
http://www.eddyyunuscenter.com/36263
7274 (tanggal 28 Mei 2015)
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2010.
Principles of Marketing (Edisi 13).
United States od America: Pearson.
Kotler, Philip. dan Kevin Lane Keller.2010.
Manajemen Pemasaran, Jilid 1 Edisi
Ketiga
belas.
Jakarta:
Penerbit
Erlangga.
47
Widya Cipta,Vol. VII, No.1 Maret 2015
Prihatna, Henky. 2005. Kiat praktis menjadi
web master professional. Jakarta:
PT.Elex Media Komputindo.
Sidharta, Lani.1996. JejaringInformasi Bebas
Hambatan. Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo.
Swasta, Basu dan Irawan. 2008. Manajemen
Pemasaran
Modern.
Yogyakarta:
Liberty.
Swastha, Basu. 2008. Manajemen Pemasaran.
Edisi Kedelapan. Cetakan Kedelapan.
Jakarta: Penerbit Liberty.
48
Tjiptono, Fandy. 2011. Manajemen & Strategi
Merek. Jakarta: Penerbit Andi
______________. 2015. UU RI No. 20
TAHUN
2008.
Diambil
dari:
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2
008/20TAHUN2008UU.htm (tanggal 23
Mei 2015)
______________. 2015. Kepres RI No. 99
tahun
1998.
Diambil
dari:
http://perpu.pacilegon.go.id/admin/keppres/index.php?
hal=34 (tanggal 01 juni 2015)
Download