Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN PMT PADA

advertisement
Makalah Seminar Kerja Praktek
PEMELIHARAAN PMT PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT. PLN (PERSERO)
P3B JB
APP SEMARANG BC SEMARANG
Farid Hermanto.1, Tejo Sukmadi.2
1Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK -Dalam sistem tenaga listrik, system proteksi bertujuan untuk mengamankan peralatan-peralatan
listrik maupun manusia yang berlokasi di sekitar gangguan (hubung singkat). Peralatan proteksi bekerja
mengisolir arus gangguan yang terjadi secepat mungkin dan seminimal mungkin agar tidak terjadi tingkat
kerusakan ataupun kerugian yang lebih besar.Salah satu peralatan yang termasuk di dalam sistem proteksi
adalah Pemutus Tenaga (PMT). Fungsi utama PMT adalah sebagai alat membuka / menutup suatu rangkaian
listrik dalam kondisi berbeban, serta dapat membuka / menutup saat terjadinya arus gangguan (hubung
singkat) pada jaringan / peralatan lain. Pada waktu pemutusan / menghubungkan daya listrik akan terjadi
busur api, yang terjadi pada kontak – kontak di dalam ruang pemutus. Pemadam busur api dapat dilakukan
oleh beberapa macam bahan peredam, diantaranya yaitu dengan minyak, udara, dan gas. Bahan peredam
busur api yang digunakan pada Gardu Induk 150 KV SRONDOL yaitu menggunakan bahan GAS SF6 (Sulphur
Hexafluoride). Dimana SF6 merupakan salah satu media pemadam busur api yang baik digunakan untuk rating
tegangan tinggi.Pemutus Tenaga merupakan peralatan vital yang terdapat pada Gardu Induk oleh karena itu
perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif dan terjadwal. Dengan demikian dapat meminimalisasi kerusakan
yang dapat mengakibatkan berkurangnya efisiensi penyaluran tenaga listrik baik ke pelanggan maupun ke
Gardu Induk lain melalui jaringan transmisi.
Kata kunci : Proteksi peralatan,Pemutus tenaga,media pemadam busur api SF6.
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
PLN sebagai Perusahaan Listrik Negara
berusaha untuk mensuplay energi listrik yang
ada dengan seoptimal mungkin seiring dengan
semakin meningkatnya konsumen energi
listrik. Agar dapat memanfaatkan energi listrik
yang ada serta menjaga kualitas sistem
penyaluran dan kerusakan peralatan, maka
diperlukan suatu sistem pengaman dan sistem
pemeliharaan instalasi gardu induk. Hal
tersebut harus memperhatikan aspek teknis,
ekonomis dan yang sesuai dengan kondisi
peralatan yang ada.
Suatu sistem hakekatnya adalah peranan
penting bagi peralatan dan manusia itu sendiri.
Pemeliharaan instalasi Gardu Induk pada
hakekatnya adalah untuk mendapatkan
kepastian atau jaminan bahwa sistem suatu
peralatan yang dipelihara akan berfungsi
secara optimal meningkatkan umur teknisnya
dan keamanan bagi personil. Salah satu
peralatan yang dipelihara adalah CB/PMT
pemutus Tenaga, yaitu salah satu peralatan
proteksi yang terpasang di Gardu Induk yang
berfungsi
untuk
memutuskan
dan
menghubungkan tenaga listrik dalam keadaan
berbeban. PMT dapat memutuskan hubungan
tenaga listrik dalam keadaan gangguan
maupun dalam keadaan berbeban, dan proses
ini harus dilakukan dengan cepat.
Pemutus tenaga atau CB Harus dijaga
keandalanya agar dapat melaksanakan tugas
sebagaimana mestinya,untuk itu perlu
diadakan adanya pemeliharaan yang bertujuan
untuk menjaga keandalan kerja dari PMT.
1.2 Tujuan
Mempelajari secara langsung mengenai sistem
sistem pengaman instalasi peralatan tegangan
tinggi terutama khususnya PMT/ Pemutus
Tenaga yang digunakan pada Gardu Induk 150
KV Srndol PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP
Semarang BC
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini
penulis membatasi tentang masalah pemakaian
dan pemeliharaan PMT/ Pemutus Tenaga.
Dengan meningkatnya beban karena laju
perkembangan ekonomi maka perlu diadakan
sistem pengaman instalasi dengan alat proteksi
yang memadai.
Pemutus Tenaga adalah alat yang terpasang di
Gardu
Induk
yang
berfungsi
untuk
memutuskan dan menghubungkan tenaga
listrik dalam keadaan berbeban. PMT dapat
memutuskan hubungan tenaga listrik dalam
keadaan gangguan maupun dalam keadaan
berbeban, dan proses ini harus dilakukan
dengan cepat.
Suatu pemutus tenaga harus mempunyai
beberapa syarat antara lain :
1. Mampu menyalurkan arus maksimum
system secara terus menerus sesuai kapasitas
nominalnya.
II. PROFIL PT PLN (PERSERO) P3B JB
APP SEMARANG BC SEMARANG
DAN PERALATAN GARDU INDUK
150 KV SRONDOL
2.1 Sejarah Singkat PT PLN (PERSERO)
P3B JB APP Semarang BC Semarang
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan
dalam keadaan berbeban maupun terhubung
singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada
PMT itu sendiri.
PT PLN (Persero) di Indonesia didirikan
berdasarkan
surat
keputusan
Presiden
Republik Indonesia No. 163/53 Tanggal 3
Oktober 1953 yang kemudian ditegaskan
dalam pasal 8 ayat 2 UU No.9 Tahun 1969.
Tujuan PLN dalam mengelola kelistrikan
Negara adalah seperti tercantum pada PP No.
18 tahun 1972, yaitu: “Ikut serta membangun
ekonomi dan ketahanan nasional sesuai
dengan
kebijakan
pemerintah
dalam
pengusahaan tenaga listrik dengan maksud
untuk
mempertinggi
derajat
manusia
Indonesia.”
Sesuai Keputusan Direksi PT PLN
(Persero) No. 257K/010/DIR/2000 tentang
pembentukan organisasi dan tata kerja Unit
Bisnis Strategi Penyaluran dan Pusat
Pengaturan beban Jawa–Bali tanggal 2
November 2000. Organisasi PT PLN (Persero)
P3B yang semula dibentuk berdasarkan surat
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.
0923.K/023 DIR 1995 tanggal 2 Oktober 1995
sebagai unit usaha laba (Profit Centre)
berubah menjadi unit pusat investasi
(Investmen Centre) Unit Bisnis Strategi
Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa–
Bali (P3B).
III. PEMUTUS TENAGA PADA GARDU
INDUK 150 KV SRONDOL
3.1 PENGERTIAN
Berdasarkan
IEV
(
International
Electrotchnical
Vocabulary)
441-14-20
disebutkan bahwa CB/ Circuit Breaker atau
pemutus tenaga/ PMT meupakan peralatan
saklar mekanis, yang mampu menutup,
mengalirkan, dan memutus arus beban dalam
kondisi normal serta abnormal / saat terjadi
gangguan seperti kondisi short circuit /
hubung singkat.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat
dengan kecepatan tinggi agar arus hubung
singkat tidak sampai merusak peralatan system
atau membuat system kehilangan kestabilan,
dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
3.2 PRINSIP KERJA PMT
Pada kondisi normal PMT dapat
dioperasikan lokal oleh operator untuk maksud
switching dan perawatan. Pada kondisi
abnormal/gangguan pada CT (Current
Transformer) akan membaca arus lebih yang
lewat apabila sudah di tentukan kemudian
relay akan mendeteksi gangguan dan menutup
rangkaian trip circuit, sehingga trip coil
energized, lalu mekanis penggerak PMT akan
dapat perintah buka dari relay dan beroperasi
membuka kontak – kontak PMT, maka
gangguan pun akan hilang. Mekanis penggerak
yang digunakan pada Gardu Induk 150 KV
SRONDOL ini adalah menggunakan mekanis
penggerak Spring(Pegas) dan ada beberapa
yang dikombinasikan dengan mekanis
penggerak pneumatic, dengan maksud hanya
sebagai penggerak pada pegas membuka atau
menutup.
Pada waktu pemutusan / menghubungkan
daya listrik akan terjadi busur api, yang terjadi
pada kontak – kontak di dalam ruang pemutus.
Pemadam busur api dapat dilakukan oleh
beberapa macam bahan peredam, diantaranya
yaitu dengan minyak, udara, dan gas. Bahan
peredam busur api yang digunakan pada Gardu
Induk 150 KV SRONDOL yaitu menggunakan
bahan GAS SF6 (Sulphur Hexafluoride).
3.3 FUNGSI PMT
Fungsi utama PMT adalah sebagai alat
membuka / menutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta dapat membuka
/ menutup saat terjadinya arus gangguan
(hubung singkat) pada jaringan / peralatan
lain.
Pada dasarnya PMT terdiri satu atau lebih
ruang pemutus yang terdapat satu unit kontak
tetap dan ketika terjadinya pemutusan /
menghubungkan arus daya listrik akan terjadi
busur api diantara kontak – kontak dalam
ruang pemutus.
3.4 KLASIFIKASI PMT
Klasifikasi PMT dapat dibagi atas
beberapa jenis, antara lain berdasarkan
tegangan rating/ nominal, jumlah mekanik
penggerak, media isolasi.
3.4.1 Berdasarkan besar/ kelas tegangan
- PMT tegangan rendah
Dengan range tegangan 0,1 s/d 1kV (SPLN
1.1995-3.3).
- PMT tegangan menengah
Dengan range tegangan 1 s/d 35kV (SPLN
1.1995-3.4).
Gambar 1 PMT Single Pole
- PMT three pole one drive
PMT jenis ini mempunyai satu penggerak
mekanik
untuk
tiga
fasa,
guna
menghubungkan satu fasa dengan fasa yang
lain dilengkapi dengan kopel mekanik.
Umumnya PMT ini dipasang pada bay trafo
dan bay kopel serta PMT 20kV untuk saluran
distribusi.
- PMT tegangan tinggi
Dengan range tegangan 35 s/d 245kV (SPLN
1.1995-3.5).
- PMT tegangan extra tinggi
Dengan range tegangan lebih besar dari
245kVAC (SPLN 1.1995-3.6).
3.4.2 Berdasarkan jumlah mekanik
penggerak/ tripping coil.
PMT dapat dibedakan menjadi:
- PMT single pole
PMT type ini mempunyai mekanik
penggerak pada masing- masing pole,
umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay
penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.
Gambar 2 PMT Three Pole
3.4.3
Berdasarkan media isolasi
Jenis PMT dapat dibedakan menjadi:
PMT gas SF6
-
PMT Minyak
-
PMT Udara Hembus (air blast)
-
PMT Hampa Udara (vacuum)
3.4.4 Berdasarkan proses pemadaman
busur api listrik diruang pemutus
Pada PMT SF6 dapat dibagi menjadi 2
jenis, yaitu:
- Tipe tekanan tunggal (single pressure
type)
PMT tipe tekanan tunggal terisi gas SF6
dengan tekanan kira-kira 5 Kg / cm2, selama
terjadi proses pemisahan kontak – kontak , gas
SF6 ditekan( fenomena thermal overpressure )
kedalam suatu tabung / cylinder yang
menempel pada kontak bergerak selanjutnya
saat terjadi pemutusan gas SF6 ditekan melalui
nozzle yang menimbulkan tenaga hembus /
tiupan dan tiupan ini yang memadamkan busur
api.
- Tipe tekanan ganda (double pressure
type)
PMT tipe tekanan ganda terisi gas SF6 dengan
sistim tekanan tinggi kira-kira 12 Kg / cm2
dan sistim tekanan rendah kira-kira 2 Kg /
cm2, pada waktu pemutusan busur api gas
SF6 dari sistim tekanan tinggi dialirkan
melalui nozzle ke sistim tekanan rendah. Gas
pada sistim tekanan rendah kemudian
dipompakan kembali ke sistim tekanan tinggi,
saat ini PMT SF6 tipe ini sudah tidak
diproduksi lagi.
3.5 PMT PADA G.I SRONDOL
Pada G.I srondol, PMT menggunakan
media pemadaman gas SF6. Gas SF6
berfungsi sebagai pemadam busur api listrik
yang terjadi di antara kontak – kontak pada
waktu membuka dan sebagai isolasi di antara
bagian – bagian yang bertegangan
dan
bagian yang bertegangan pada body.
Gas SF6 dalam keadaan murni adalah
lembam (inert) mempunyai stabilitas thermal
yang baik dan sebagai pemadam busur api
yang baik sekali juga sebagai isolasi yang
tinggi. Gas SF6 adalah salah satu senyawa
kimia yang stabil hingga suhu 500oC, lembab,
tidak berbau, tidak beracun, tidak mudah
menyala dan tidak berwarna.
Berat jenis gas SF6 sekitar 5 kali udara.
Ada tekanan yang sama, kemampuan
menstransfer panas sekitar 2 sampai dengan
2,5 kali udara dan dielektrik – strengthnya
sekitar 2,4 kali udara. Pada tekanan 3kg per
cm2 sama dengan dielektrik strength minyak,
sifat ini dimungkinnya jarak yang lebih pendek
yang memungkinkan ukuran yang lebih kecil
dari peralatan untuk besar kilovolt (kV) yang
sama.
Ada penurunan nilai gas dari gas setelah
periode pemadaman busur api, tapi sangat
sedikit dan tidak ada efek terhadap dielektrik
strengthnya dan kemampuan pemutusan.
Setelah proses pemadaman busur apai gas SF6
menjadi SF4, SF2 dan menyatu kembali saat
proses pendinginan dan membentuk gas SF6
semula. Sisa yang dihasilkan yang di bentuk
oleh busur api adalah metallic florida yang
terlihat dalam bentuk power keabuan – abuan
dan di hilangkan dengan filter yang
mengandung alumunia aktif (Al2O3).
Keuntungan Pemutus Tenaga (PMT) /
Circuit Breaker SF6 :
1. Kecepatan dan tekanan gas yang
rendah digunakan
untuk memperkecil
beberapa kecenderungan terhadap chopping
current (proses pemutus arus sebelum
mencapai titik nol) dan arus kapasitif dapat
diputuskan tanpa pelayanan kembali.
2. Peredaran gas merupakan siklus
tertutup yang dihubungkan dengan kecepatan
gas yang rendah memberikan operasi yang
cepat dan tidak ada aliran keatmosfir seperti
Air Blast Circuit Breaker.
3. Siklus gas tertutup memelihara bagian
dalam tetap kering sehingga tidak ada masalah
kelembaban.
4. Sifat pemadaman busur api dari gas
SF6 menghasilkan busur api sangat singkat
dan erosi kontak hanya sedikit. Kontak dapat
dilepas pada temperature yang tinggi tanpa
merugikan pemeliharaan kontak.
5. Tidak ada endapan karbon juga
tracking atau kegagalan isolasi dieliminir.
6. Interupter Chamber dari Circuit
breaker seluruhnya tertutup dari atmosfir, oleh
karena itu cocok digunakan dalam tambang
batu bara atau dibeberapa industry dimana
terdapat bahaya letupan.
7. Memberikan penyatuan dalam desain
dari high voltage metal-clad switchgear
dimana untuk pemecahan dari masalah polusi
atau kebutuhan gardu induk di daerah urban
atau tidak dimungkinkannya pembangunan
instalasi open type out door.
3.6
3.7.1
Pengoperasian PMT
Pembukaan Jaringan
PMT dioperasikan lebih dahulu lepas
(≠), baru kemudian pemisah – pemisahnya
lihat gambar 3.8
Sebelum pemisah dikeluarkan /
dioperasikan harus diperiksa apakah PMT
sudah terbuka sempurna (dilihat secara visual
atau dengan melihat penunjuk ampermeter
ketiga fasanya apakah sudah menunjukkan
nol).
3.7.2
Penutupan Jaringan
PMT dioperasikan setelah pemisah –
pemisah dimasukkan (//) lihat pada gambar 3.9
Setelah
PMT
dimasukkan
(//)
diperiksa
apakah
terjadi
kebocoran
isolasi(misalnya gas SF6) pada PMT.
2
4
Gambar 4 Diagram satu garis urutan
penutupan jaringan
4
Keterangan:
1. PMS Tanah
2. PMS Line
Gambar 3 Diagram satu garis urutan
pembukaan jaringan
3. PMT
Keterangan:
4. PMS Bus
1. PMT
// : CLOSE
2. PMS Line
≠ : OPEN
3. PMS Tanah
4. PMS Bus
// : CLOSE
≠ : OPEN
Urutan Pembukaan Jaringan :
a.
b.
c.
d.
PMT ≠
PMS Bus ≠
PMS Line ≠
PMS Tanah //
Urutan penutupan Jaringan :
a)
b)
c)
d)
PMS Tanah ≠ // : CLOSE
PMS Line //
PMS Bus //
PMT //
IV.
PEMELIHARAAN PMT PADA
GARDU INDUK 150 kV SRONDOL
d. Pemeliharaan
maintenance)
4.1
PROGRAM PEMELIHARAAN
4.4
4.1.1
Pengertian Pemeliharaan
4.4.1 Pengukuran Tahanan Isolasi
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan
yang sangat penting, karena pemeliharaan
terbaik akan memperpanjang umur peralatan
dan akan menjamin berfungsinya peralatan
dengan baik. Pemeliharaan yang telah
dilaksanakan tidak ada bekasnya namun dapat
di rasakan pengaruhnya.
4.1.2
Tujuan Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaannya adalah untuk
mempertahankan kondisi atau menjaga agar
peralatan menjadi tahan lama dan meyakinkan
bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya
gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan.
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik
tegangan tinggi adalah untuk menjamin
kontinuitas penyaluran tegangan tinggi dan
menjamin keandalan antara lain:
a. Untuk
meningkatkan
ketersediaan dan efisiensi.
keandalan
b. Untuk memperpanjang umur peralatan
sesuai dengan usia teknisnya.
c. Untuk mengurangi resiko terjadinya
kegagalan atau kerusakan peralatan.
d. Untuk meningkatkan keamanan peralatan.
e. Untuk mengurangi lama waktu pemadaman
akibat sering terjadinya gangguan.
4.3 PEMELIHARAAN PMT
Untuk mendapatkan operasi yang
optimal diperlukan pemeliharaan yang baik
terhadap peralatan. Berdasarkan FMEA /
FMECA tahun 2008, PLN melaksanakan dan
analisa terhadap efek modus gangguan yang
terjadi pada komponen peralatan sehingga
uraian kegiatan dalam review SE-032 dan
suplemennya
mengalami
perubahan,
pemeliharaan PMT terdiri dari:
a. Pemeliharaan preventive (Time base
maintenance)
b. Pemeliharaan Prediktif
maintenance)
c. Pemeliharaan
maintenance )
korektif
(Conditional
(
Corective
darurat
(Breakdown
PENGUKURAN PMT
Pengukuran tahanan isolasi PMT ini
dilakukan saat posisi close dan open. Besar
dari nilai tahanan isolasi PMT diharapkan
mencapai nilai yang sebesar – besarnya,
dimana tahanan isolasi satuannya MΩ (1 KV =
1 MΩ).
Tegangan yang digunakan untuk
mengukur besarnya tahanan isolasi PMT yaitu
dengan megger skala 5000 V.
Dengan Pengukuran :
1.
2.
3.
4.
Atas – Bawah (posisi close)
Atas – Tanah (posisi close)
Bawah – Tanah (posisi close)
Fasa – Tanah (posisi open)
4.4.2 Pengukuran Tahanan Kontak
Pengukuran Tahanan Kontak PMT ini
dilakukan saat posisi tertutup atau close.
Dengan menggunakan alat ukur micro
ohmmeter. Besar dari nilai tahanan kontak
PMT diharapkan mencapai nilai yang serendah
– rendahnya, hal ini didasarkan pada panduan
pemeliharaan
PMT
”United
States
Department of The Interior Bureu of
Reclamation” tahun 1999 yaitu tahanan
kontak maksimal adalah 50 µΩ.
Ketentuan arus yang digunakan untuk
mengukur besarnya tahanan kontak PMT yaitu
: 100 A, 200 A, 300 A. Tegangan yang
digunakan untuk mensuply alat ukur tahanan
kontak PMT yaitu 220 volt AC.
4.4.3 Pengukuran Keserempakan (Breaker
Analyzer)
Pengukuran breakeranalizer pada PMT
digunakan untuk mengukur kecepatan PMT
saat membuka atau menutup. Sedangkan
satuan yang digunakan adalah ms (mili sekon).
Jadi ketika PMT dilepas secara bersamaan
maka
akan
terlihat
keserempakannya.
Pengukuran Keserempakan dilakukan pada
PMT pada saat close dan pada saat open
4.4.4 Pengukuran Pentanahan
Pengukuran tahanan pentanahan pada
peralatan PMT yang diukur adalah sistem
tahanan pentanahannya, dengan cara ground
yang terdapat pada PMT dihubungkan alat ke
tanah dengan jarak 5 meter. Satuan yang
dipakai dalam pengukuran tahanan pentanahan
adalah ohm (Ω).
4.4.5 Hal – hal lain yang dilakukaan saat
pemeliharaan
Selain pengukuran dari nilai tahanan
isolasi, tahanan kontak, breakeranalizer, dan
tahanan pentanahan, hal lain yang perlu
dilakukan saat pemeliharaan PMT adalah :
1. Pemeriksaan motor PMT, dapatkah motor
PMT tersebut bekerja secara normal.
2. Pemeriksaan sistem tekanan busur api, dan
sistem
aksesoris
kelengkapan
sebagai
pendukung operasi dari PMT.
3. Pencatatan telah berapa kali PMT tersebut
melakukan pemutusan.
4. Pembersihan pada isolatornya.
V.
PENUTUP
Akhirnya setelah pelaksanaan kerja praktek di
PT PLN (Persero) APP Basecamp Semarang,
penulis telah lebih banyak mengetahui tentang
sistim transmisi gardu induk, khususnya gardu
induk 150 KV Srondol. Untuk akhir dari
laporan ini penulis member sedikit kesimpulan
dan saran.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang didapat selama praktek kerja di
Gardu Induk 150 KV Srondol, maka penulis
dapat menarik kesimpulan yaitu :
1. Gardu Induk adalah area yang terdiri dari
peralatan listrik tegangan tinggi yang
berfungsi sebagai stasiun transformasi daya
yang diserap dari stasiun transmisi atau stasiun
pembangkit.
2. Gardu Induk Less Attended Substation
Operation (LASO) yaitu pengoperasian GI
150kV yang memberdayakan petugas GI
seminimal mungkin tanpa mengurangi
keandalan operasi.
3. GI 150kV Srondol menggunakan konsep
LASO pola 3 yang membutuhkan SDM
sebanyak 3 orang petugas, yaitu 1 orang
sebagai supervisor dan 2 orang operator
sebagai petugas pemeliharaan dengan pola
waktu kerja dibagi menjadi 3 bagian, yaitu jam
07.30 – 16.00 (waktu 1), jam 16.00 – 22.00
(waktu 2), dan jam 22.00 – 07.30 (waktu 3).
4. Gardu Induk 150 kV LASO Srondol
merupakan jenis Gardu Induk pasangan luar
karena
peralatan
tegangan
tinggi
(Transformator, PMT, PMS, CT, PT dan
sebagainya) berada di luar gedung, sedangkan
perlatan kontrolnya berda di dalam gedung.
5. Di dalam Gardu Induk 150 KV Srondol
bahwa PMT (Pemutus Tenaga) berfungsi
sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta
mampu membuka atau menutup saat
terjadinya arus gangguan (hubung singkat)
pada jaringan atau peralatan lain.
6. Dari setiap pemutusan tenaga listrik dengan
tegangan dan arus operasi yang besar selalu
diikuti dengan terjadinya busur api. Besar
busur api tergantung pada besar arus yang
diputuskan, dan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pada kontak – kontak
pemutus tenaga, untuk itu busur api yang
terjadi harus dipadamkan dilengkapi dengan
komponen busur api dengan media – media
pemadaman tertentu.
7. Tipe pemutus tenaga dengan media gas SF6
mempunyai sifat pemadaman yang lebih baik
dibandingkan pemutus tenaga lainnya, karena
sifatnya yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mudah terbakar, dan tidak beracun.
8. Pemeliharaan
terhadap
PMT
suatu
kegiatan yang penting, karena pemeliharaan
yang baik akan memperpanjang umur
peralatan dan akan menjamin berfungsinya
peralat dengan baik. Pemeliharaan tersebut
dilakukan pada pengukuran tahanan isolasi,
tahanan kontak, breakeranalizer dan juga
tahanan pentanahan pada PMT.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan
sehubungan dengan hasil selama mengikuti
Praktek Kerja adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan
kegiatan
pemeliharaan
jaringan perlu dipertahankan sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan maupun
kualitas penyaluran tenaga listrik secara
keseluruhan.
2. Bila dilihat dari analisis, PMT memang
masih mampu melindungi peralatan dari
trip/hubung singkat, tetapi kemungkinan
kegagalan perlindungan masih terjadi, untuk
itu
disarankan
melakukan
pengecekan/pengujian terhadap PMT untuk
memastikan umur komponen lebih lama dan
unjuk kerja yang lebih baik, normal sesuai
dengan fungsinya.
3. Perlu penambahan fasilitas belajar yang
mendukung seperti buku-buku yang ada di
perpustakaan, laboratorium, dan komputer di
Gardu Induk 150 kV LASO Srondol.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Standar Perusahaan Umum Listrik Negara.
1995. SPLN 43-5-4. Jakarta: Perusahaan
Umum Listrik Negara.
[2] Standar Perusahaan Umum Listrik Negara.
1981. SPLN 39-1. Jakarta: Perusahaan Umum
Listrik Negara.
[3] Arismunandar, A. 1994. Teknik Tegangan
Tinggi. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
[4] Hutahuruk, T.S. 1985. Transmisi Daya
Listrik. Jakarta: Erlangga.
[5] Tobing, Bonggas L. 2003. Dasar Teknik
Pengujian Tegangan Tinggi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
[6] Gonen, Turan. 1988. Electric Power
Transmission System Engineering – Analysis
and Design. New York: Willy-Interscience
Publication.
[7] Naidu, M. S., Kamaraju, V. 1991. High
Voltage Engineering. New Delhi: Tata
McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
[8]http://www.scribd.com/doc/56452117/peme
liharaanpmt
BIODATA
Penulis yang lahir di
Wonogiri, 12 September
1987
mempunyai
riwayat pendidikan di
SDN Sidorejo Lor 07
Salatiga, SLTPN 01
Salatiga,
STM
Pembangunan Semarang
dan saat ini sedang
menjalankan studi strata 1 di Teknik Elektro
Universitas Diponegoro konsentrasi teknik
tenaga listrik.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Tejo Sukmadi
NIP 19611117 198803 1 001
Download