BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. Dalam Encylopedia of the Social Siencedikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Manajemen merupakan suatu usaha dalam pengelolaan fungsi-fungsi organisasi atau perusahaan. Menurut Stoner (2001:14) mengatakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.” Menurut Hasibuan (2007:10) : “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran Aktivitas pemasaran dalam perusahaan tentunya dipengaruhi oleh manajemen pemasarannya. Oleh karena itu maka manajemen perusahaan merupakan hal penting yang memiliki peranan yang kuat dalam mencapai tujuan. Sedangkan tugas dari manajemen pemasaran itu sendiri adalah melakukan perencanaan mengenai bagaimana mencari peluang pasar untuk melakukan pertukaran barang dan jasa dengan konsumen. Setelah itu, manajemen pemasaran mengimplementasikan rencana tersebut dengan cara melaksanakan strategi- strategi pemasaran untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan konsumen demi tercapainya tujuan perusahaan. Untuk dapat mengetahui lebih jauh mengenai manajemen pemasaran, berikut pendapat beberapa ahli tentang manajemen pemasaran: Menurut Kotler (2005:11) Manajemen Pemasaran sebagai seni dan ilmu untuk ,memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan, dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Definisi lain mengenai manajemen pemasaran menurut Alma (2004:130) : Manajemen pemasaran adalah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan. Jadi manajemen pemasaran merupakan proses penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program pemasaran, seni memilih pasar serta mempertahankan pelanggan untuk mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu pelaksanaan manajemen pemasaran ini harus dilakukan dengan sebaikbaiknya. 2.2.1. Pengertian Pemasaran Bagi suatu perusahaan, aktivitas pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting, karena aktivitas pemasaran diarahkan untuk menciptakan perputaran yang memungkinakan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Selain itu aktivitas pemasaran dilakukan untuk pencapaian tujuan perusahaan yang sesuai dengan harapan. Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pengertian pemasaran, maka penulis mengemukakan pendapat dari beberapa ahli, antara lain: Menurut Kotler dan Keller (2009:5) : “Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara besar mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.” Menurut Saladin (2007:1) : “Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.” Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa pemasaran merupakan aktivifitas yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan manusia melalui proses pertukaran serta aktivitas pemasaran tersebut merupakan suatu kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem, dimana aktifitas yang dimaksud adalah menciptakan, menawarkan, dan melakukan pertukaran dari nilai produk tersebut dengan pihak lain. 2.2.2. Pemasaran Jasa Banyaknya kebutuhan konsumen untuk membeli jasa, mendorong para pengusaha untuk menggunakan peluang yang ada tersebut sehingga mendorong timbulnya perhatian untuk mengembangkan usaha dalam bidang jasa. Adapun definisi jasa menurut Kotler dan Keller (2007:42) adalah “Setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu.” Definisi jasa menurut Zeithaml dan Bitner yang dikutip oleh Alma (2003:243) adalah “Suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk, dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan santai, dan sehat) bersifat tidak berwujud.” Menurut definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jasa adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang ditawarkan oleh produsen untuk memberikan manfaat atau kepuasan kepada konsumen yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan terhadap sesuatu. Jasa dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan mampu memberikan nilai tambah seperti kenikmatan, hiburan, santai dan sehat yang sifatnya tidak berwujud 2.2.3. Karakteristik Jasa Menurut Kotler (2006:224) jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannya dari barang, yaitu: 1. Tidak berwujud (intangibility) Jasa mempunyai sifat tidak berwujud krena tidak bisa dilihat, dirasa, didengar, diraba, atau dicium sebelum ada transaksi pembelian. 2. Tidak dapat dipisahkan (inseperability) Suatu bentuk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang atau mesin. 3. Berubah-ubah (variability) Jasa sebenarnya sangat mudah berubah-ubah karena jasa sangat bergantung pada siapa yang menyajikan, kapan dan dimana disajikan. 4. Daya tahan (Perishability) Daya tahan suatu jasa tidak akan menjad masalah jika permintaan selalu ada dan mantap karena menghasilkan jasa di muka dengan mudah. 2.2.4. Klasifikasi Jasa Penawaran suatu perusahaan kepada pasar biasanya mencakup beberapa jenis jasa. Komponen jasa ini merupakan bagian kecil atau bagian utama dari keseluruhan penawaran tersebut. Pada kenyataannya, suatu penawaran dapat bervariasi dari dua kutub ekstrim, yaitu murni berupa barang pada satu sisi dan jasa murni pada sisi lainnya. Menurut Tjiptono (2006:6) penawaran jasa dapat dibedakan menjadi lima kategori,yaitu: a. Produk fisik murni Penawaran semata-mata hanya terdiri atas produk fisik. Misalnya sabun mandi, pasta gigi, atau sabun cuci, tanpa ada jasa atau pelayanan yang menyertai produk tersebut. b. Produk fisik dengan jasa pendukung Pada kategori ini penawaran terdiri atas suatu produk fisik yang disertai dengan satu atau beberapa jasa untuk meningkatkan daya tarik pada konsumennya. Misalnya produsen mobil harus memberikan penawaran yang jauh lebih banyak daripada hanya sekedar jual mobil saja, yaitu meliputi jasa pengantaran, reparasi, pemasangan suku cadang dan sebagainya. c. Campuran (hybrid) Penawaran terdiri dari barang dan jasa yang sama besar porsinya. d. Jasa utama yang didukung dengan barang dan jasa minor Penawaran terdiri atas suatu jasa pokok bersama-sama dengan jasa tambahan (pelengkap) dan atau barang-barang pendukung. Contohnya penumpang pesawat yang membeli jasa transportasi. Selama menempuh perjalanan menuju tempat tujuannya, ada beberapa unsur produk fisik yang terlibat, seperti makanan dan minuman, majalah atau surat kabar yang disediakan, dan lain-lain. Jasa yang seperti ini memerlukan barang yang bersifat capital insentif (dalam hal ini pesawat) untuk realisasinya, tetapi penawaran utama adalah jasa. e. Jasa murni Penawaran hampir seluruhnya berupa jasa. Misalnya fisioterapi, konsultasi, psikologi, pemijitan dan lain-lain. 2.2.5. Macam-Macam Jasa Macam-macam jasa menurut Alma (2005 :246) dapat dikelompokkan sebagai berikut: a) Personalized services Jasa ini sangat bersifat personal, yang tidak dapat dipisahkan dari orang yang menghasilkan jasa tersebut. Oleh sebab itu pelayanan haruslah langsung ditangani sendiri oleh produsennya. Pemakaian perantara dalam hal ini tidak praktis. Saluran distribusinya sangat pendek, karena penjualan langsung adalah paling tepat. Personalized service dapat digolongkan lagi kedalam 3 golongan yaitu: Personal service (salon) Profesional service (dokter, notaris, pengacara, pendidikan) Business service (restoran) b) Financial services Financial service terdiri dari: Banking services (bank) Insurance services (asuransi) Invesment securities (lembaga penanaman modal) c) Public utility and transportation service Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara ilmiah. Misalnya perusahaan listrik, air minum. Cara pemakaiannya terdiri dari: Domestic consumer (konsumen lokal) Commercial and office (perkantoran dan perdagangan) Industrial users (industri) Maunicipalities (kota praja, pemda) Sedangkan dalam transportation service ialah meliputi angkutan kereta api, kendaraan umum, pesawat udara, dsb. Pelayanan di sini ditujukan kepada angkutan umum, untuk angkutan penumpang dan angkutan barang. d) Entertainment Orang yang mempunyai usaha ini biasanya memperoleh pendapatan besar karena bisa mempengaruhi masyarakat, melalui advertising. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah usahausaha dalam bidang olah raga, bioskop, gedung-gedung pertunjukan dan usaha-usaha pertunjukan lainnya. Metode marketing yang dipakainya adalah sistem penyaluran pelanggan dimana karcis dijual melalui loket-loket. Walaupun ada karcis yang dijual melalui perantara-perantara, tetapi ini hanya dalam keadaan yang luar biasa. e) Hotel services Hotel bukan merupakan suatu objek pariwisata melainkan merupakan salah satu sarana dibidang kepariwisataan, maka dalam hal ini hotel perlu mengadakan kegiatan bersama tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel biro, agar dapat menjadi daya tarik dari daerah bersangkutan. 2.3. PengertianBauran Pemasaran (Marketing Mix) Kotler and Keller (2009:48) mengemukakan definisi bauran pemasaran sebagai berikut : “Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan oleh produk, harga, tempat, dan promosi yang perusahaan kombinasikan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran.” Sedangkan menurut Alma (2007:163) mengemukakan definisi marketing mix sebagai berikut : “Bauran pemasaran adalah strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing agar dapat dicapai kondisi maksimal sehingga mendatangkan hasil yang paling memuaskan.” Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa marketing mix merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan komsumen. 2.3.1. Marketing Mix Manufaktur Mc Carthy (1975) memformulasikan konsep marketing mix 4p yang terdiri dari product, price, place and promotion. Dalam beberapa tahun konsep marketing mix ini banyak digunakan sebagai dasar dalam membuat rencana pemasaran. Berikut bauran pemasaran tradisional (4P): 1. Product Product (produk) berarti barang dan jasa yang dikombinasikan oleh perusahaan yang akan disampaikan kepada target market. Menurut Kotler dan Keller (2007:4) mendefinisikan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk dapat didefinisikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya yaitu: Non durable goods (barang yang tidak tahan lama) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Contoh : sabun, shampo. Durable goods (barang tahan lama) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali. Contoh : peralatan mesin, lemari es, dan pakaian. Service (jasa) adalah produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan dan mudah habis. Akibatnya produk ini biasanya memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian lebih tinggi. Contoh : jasa bank, perbaikan barang. 2. Price Price (harga) adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau pelanggan untuk mendapatkan suatu produk dari perusahaan. MenurutTjiptono(2008:465) menyatakan bahwa harga adalah jumlah uang (satuan moneter) atau aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk. 3. Place/Distribution Place (tempat/saluran distibusi) termasuk aktivitas dari perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan sampai ke tangan konsumen. Menurut Alma (2007:49), saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah lembaga yang saling terkait untuk menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi. Meskipun perantara pemasaran pada dasarnya merupakan faktor lingkungan yang berada di luar jangkauan perusahaan, seorang eksekutif perusahaan mempunyai runag gerak yang besar sekali pada waktu berhubungan dengan konsumen. Tanggung jawab perusahaan adalah (1) memilih dan mengelola saluran perdagangan mana yang dipakai menyalurkan produk agar dapat mencapai pasar yang tepat dalam waktu yang tepat pula, (2) mengembangkan sistem distribusi untuk pengiriman dan penanganan produk secara fisik melalui saluran ini. 4. Promotion Promotion (promosi) adalah aktifitas untuk mengkomunikasikan berbagai keunggulan yang dimiliki suatu produk dan mempengaruhi target market untuk membeli produk tersebut. Menurut Saladin (2003:171) mengungkapkan bahwa promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk dan mengingatkan tentang produk perusahaan. Dari keempat komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan faktor internal dari perusahaan, dimana perusahaan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dan mempengaruhi respon dari pasar sasaran. Sebenarnya perbedaan secara tegas antara barang dan jasa seringkali sukar dilakukan. Hal ini karena pembelian suatu barang seringkali disertai jasa-jasa tertentu, dan sebaliknya, pembelian suatu jasa seringkali melibatkan barang-barang yang melengkapinya. 2.3.2. Marketing Mix Jasa Sementara itu untuk memasarkan jasa perlu bauran pemasaran yang diperluas dengan penambahan unsur marketing mix, yaitu people, physical evidence and process, sehingga menjadi (7P). Zeithaml (2001:18-21) masingmasing dari tujuh unsur bauran pemasaran tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya dan mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik segmennya. Menurut Kotler dan Keller(2007:44). Empat elemen bauran pemasaran juga penting dalam pemasaran jasa. Akan tetapi, dalam pemasaran jasa ada elemen-elemen lain yang dapat dikontrol dan dikoordinasikan untuk keperluan komunikasi dan memuaskan konsumen jasa. Elemen-elemen tersebut adalah: 1. People Menurut Zeithaml and Bitner (2003:243), yang dimaksud dengan people adalah: “ All human actors who play a part in service delivery and this influence the buyer’s perception: namely, the firm’s personnel, the customer, and other customers in the service environment.” Semua manusia adalah pemeran yang berperan dalam penyampaian jasa dan ini berpengaruh terhadap persepsi pembeli, yakni : personil perusahaan, pelanggan dan pelanggan lain dalam lingkungan pelayanan. Elemen sumber daya manusia (people) ini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan, dan merupakan faktor yang memegang peran penting bagi semua organisasi. Jadi, disini melibatkan semua manusia yang berpartisipasi dalam penyampaian jasa. Dalam perusahaan jasa unsur manusia bukan hanya memainkan peran penting dalam bidang produksi atau operasional, tetapi juga melakukan hubungan kontak langsung dengan konsumen. Elemen sumber daya manusia (people) memiliki dua aspek, yaitu : Service Personnel Dalam organisasi jasa, service personnel biasanya memegang jabatan ganda, yaitu mengadakan organisasi jasa dan menjual jasa tersebut. Dengan pelayanan yang baik, cepat, ramah, teliti, dan akurat akan menciptakan kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan meningkatkan nama baik perusahaan. Customer Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara para pemasang iklan. Pemasang iklan dapat memberikan persepsi kepada para pemasang iklan lainnya tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya dari perusahaan. 2. Physical Evidence Menurut Zithaml and Bitner (2003:25), yang dimaksud dengan physical evidence adalah:“the environment in which the service is delivered and where firm and customer interact, and any tangible components that faciliate performance or communication of the service.” Sarana fisik (physical evidence) merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk di dalam sarana antara lain lingkungan, dalam hal ini bangunan, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan service yang diberikan seperti stiker, company profile, dan lain sebagainya. Selain itu atmosfer dari perusahaan yang menunjang seperti visual, aroma, suara, tata ruang, dan lain sebagainya. Sementara lovelock (2002:248) mengemukakan bahwa perusahaan melalui tenaga pemasarannya menggunakan 3 (tiga) cara dalam mengelola physical evidence yang strategis, yaitu: An attention – creating medium Perusahaan jasa melakukan diferensiasi dengan pesaing dan membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk menarik pelanggan dari target pasarnya. As a message – creating medium Perusahaan menggunakan simbol atau isyarat untuk mengkomunikasikan secara intensif kepada konsumen mengenai kekhususan kualitas dari produk jasa. An affecting – creating medium Perusahaan memiliki karakteristik, seperti baju seragam yang berwarna, bercorak dan desain untuk menciptakan sesuatu yang lain dari produk jasa yang ditawarkan. Menurut Zeithaml and Bitner (2003:324)physical evidence memiliki fungsi sebagai berikut : a) Package Seperti halnya fungsi kemasan barang, physical evidence juga berfungsi sebagai kemasan dan menggambarkan citra jasa yang ditawarkan perusahaan. Melalui physical evidence ini dapat diciptakan gambaran visual yang bersifat intangible, hali ini penting untuk menciptakan pengharapan bagi konsumen, terutama konsumen baru. b) Facilitator Physical evidence yang baik dapat menjadikan sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan bagi konsumen dan karyawan. c) Socializer Desain yang baik akan membantu karyawan dan konsumen dapat bersosialisasi antara satu pihak dengan pihak lain. d) Differentiator Dapat memberikan perbedaan bagi perusahaan jasa dari pesaingnya, misalnya melalui eksterior gedung yang khas, selain itu juga berfungsi sebagai: Menciptakan citra yang konsisten dan bisa dipahami dalam benak konsumen. Membantu konsumen memahami dan merasa nyaman. 3. Process Menurut Zeithaml and Bitner (2003:25) yang dimaksud dengan process adalah : “ the actual procedures, mechanism, and flow of activities by which the service is delivered the service delivery and operating systems.” Elemen proses ini mempunyai arti suatu upaya perusahaan dalam menjalankan dan melaksanakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Untuk perusahaan jasa, kerjasama antara marketing dan operasional sangat penting dalam elemen proses ini, terutama dalam melayani segala kebutuhan dan keinginan konsumen. Proses merupakan sesuatu yang dibeli konsumen dalam industri jasa, sehingga peran penting penanganan proses merupakan suatu kepentingan tertentu. Proses adalah dimana jasa diciptakan dan disampaikan kepada pelanggan sebagai faktor utama dalam bauran pemasaran jasa. 2.4. Perilaku Konsumen 2.4.1. Pengertian Perilaku Konsumen Sebelum merencanakan program-program pemasarannya, perusahaan perlu mengenal konsumen sasarannya dan tipe proses keputusan membeli yang mereka lalui. Di dalam proses pembelian mungkin akan melibatkan beberapa peserta yang memerankan peranan, seperti initiator, influencer, decider, buyer, dan user. Tugas para pemasar adalah mengenal para peserta di dalam proses pembelian produknya dan kadar pengaruh yang mereka berikan terhadap konsumen memahami tingkah laku tersebut. Definisi Perilaku Konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2007:5): Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu dan uang) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Menurut Kotler dan Amstrong (2001:158) :Perilaku konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir, perorangan dan rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi pribadi. Sedangkan menurut Tjiptono (2008:19) :Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut. Dari definisi diatas dapat disimpulkan yaitu perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga, perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk. 2.4.1.1. Karakteristik Perilaku Konsumen Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen Faktor-faktor ini meliputi: 1. Faktor Budaya Faktor budaya meliputi : Budaya Faktor budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Sub budaya Sub budaya merupakan bagian dari budaya yang meliputi : agama, kewarganegaraan, ras, dan daerah geografis. Kelas sosial Setiap kelompok masyarakat tentu saja memiliki pengelompokan bila dilihat berdasarkan kelas sosialnya. Kelas social digolongkan berdasarkan pekerjaan, pendidikan, pemasukan atau pendapatan dan faktor-faktor lain yang dapat dihubungkan. 2. Faktor Sosial Faktor social juga tentu saja mempengaruhi perilaku konsumen, factor social ini meliputi: Kelompok acuan Kelompok acuan memberikan ilham kepada seseorang mengenai perilaku dan gaya hidup baru, mempengaruhi sikap dan konsep diri konsumen. Keluarga Lingkungan di dalam keluarga mempengaruhi sikap seseorang. Setiap anggota keluarga memiliki pengaruh dalam tindakan pembelian. Peran dan status Peran dan status sangat mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian demi menjaga gengsi dan menunjukan keberadaan mereka di dalam masyarakat. 3. Faktor Pribadi Faktor-faktor pribadi juga tentu saja turut mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian sebuah produk seperti :gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. Faktor-faktor pribadi meliputi: Umur dan tahap siklus hidup Seiring dengan berjalannya waktu tentu saja membawa perubahan terhadap perilaku konsumen terhadap banyak hal, termasuk produk yang akan dibeli dan dikonsumsi. Pekerjaan Untuk kalangan dipengaruhi oleh pekerja tentu perilaku jenis pekerjaan mereka yang ada termasuk keputusan untuk membeli dan menggunakan sebuah produk. Situasi ekonomi Keadaan ekonomi sesorang tentu mempengaruhi perilaku pembelian. Besar kecilnya pendapatan turut menjadi pertimbangan dalam melakukan pembelian. Gaya hidup Gaya hidup menggambarkan sesuatu yang lebih dari kelas social atau kepribadian seseorang.Gaya hidup menunjukkan seluruh pola kegiatan dan interaksi seseorang di dunia. Kepribadian dan konsep diri Kepribadian biasanya dideskripsikan berdasarkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, dominasi, sosialitas, otonomi, sifat pertahanan, kemampuan beradaptasi, dan agresifitas. Kepribadian berguna dalam menganalisa perilaku konsumen untuk produk dan pilihan merek tertentu. 4. Faktor Psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi : Motivasi Mendapatkan kepuasan atas barang dan jasa merupakan motivasi terkuat yang dilandasi rasa butuh atas barang dan jasa. Persepsi Persepsi adalah proses menyeleksi, mengatur dan menginterprestasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti tentang dunia. Orang yang memperoleh rangsangan yang sama dapat membentuk persepsi yang berbeda-beda. Pembelajaran Pembelajaran terjadi karena saling pengaruh antara dorongan, simultant, tanggapan dan penguatan. Signifikan secara praktis teori pembelajaran bagi pemasaran adalah teori, itu bias membangun permintaan akan produk dengan mengaitkan permintaan tersebut dengan dorongan yang kuat dan memberikan penguatan yang positif. Keyakinan dan sikap Adanya sikap yakin setelah melakukan pertimbangan akan membawa konsumen untuk melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa. 2.4.2. Proses Keputusan Pembelian Dalam mempelajari proses keputusan pembelian, Kotler (2003 : 264) mengemukakan bahwa proses pembelian ini melalui lima tahap. Tahapan-tahapan proses membeli terdiri dari : 1. Pengenalan kebutuhan atau masalah (need recognition) Proses pembelian dimulai pada saat dimana pembeli mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu niat beli konsumen. 2. Pencarian Informasi (Information search) Konsumen yang tergugah akan kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak yang terbagi pada dua tingkat yaitu situasi perhatian yang menguat dan pencarian informasi secara aktif. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu : Sumber pribadi : keluarga, teman-teman, tetangga dan kenalan. Sumber niaga : periklanan, petugas penjualan, penjual. Sumber umum : media massa dan organisasi konsumen. Sumber pengalaman : pernah menangani, menguji, dan menggunakan produk. 3. Evaluasi Alternatif (evaluation of alternative) Setelah mencari informasi konsumen akan dihadapkan kepada sejumlah merek yang dapat dipilih. Pemilihan alternatif ini melalui suatu proses evaluasi sejumlah konsep tertentu akan membantu memahami proses ini, yaitu: Konsumen akan mempertimbangkan berbagai sifat produk Pemasar jangan memasukkan ciri-ciri yang menonjol dari suatu produk sebagai sesuatu yang paling penting. Pemasar harus lebih mempertimbangkan kegunaan ciri-ciri tersebut. Konsumen biasanya membangun seperangkat kepercayaan merek sesuai dengan ciri-cirinya. Konsumen diasumsikan memiliki sejumlah fungsi kegunaan atas setiap ciri. Fungsi kegunaan menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan dari suatu produk yang bervariasi pada tingkat yang berbeda untuk masing-masing ciri. Terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa pilihan merek melalui prosedur penilaian. Konsumen ternyata menerapkan prosedur penilaian yang berbeda untuk membuat suatu pilihan di antara sekian banyak ciri-ciri objek. 4. Keputusan Pembelian Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan mereka di antara beberapa merek yang bergabung dalam perangkat pilihan. Konsumen membentuk suatu minat terhadap merek yang paling disukai. 5. Perilaku Pasca Pembelian (post purchase behaviour) Setelah membeli suatu produk konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli, namun akan terus berlangsung hingga periode pasca pembelian. Ada beberapa hal yang harus pemasar perhatikan setelah produk terjual, yaitu : a. Kepuasan pasca pembelian Konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataanya yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapkan maka mereka merasa tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan puas. b. Tindakan pasca pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut. Pemasar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengurangi ketidakpuasan konsumen ini, salah satunya dengan membentuk komunikasi yang baik. c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan produk baru akan menurun, jika para konsumen membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan. 2.4.3. Jenis-Jenis Perilaku Pembelian Pengambilan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas kebutuhan dan keinginan. Pengambilan keputusan konsumen yang berbeda-beda, tergantung pada jenis keputusan pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek, seperti yang dikemukakan olehKotler (2005:221), yaitu: 1. Perilaku pembelian yang rumit Biasanya terjadi pada pembelian produk yang mahal, jarang dibeli, beresiko, konsumen tidak banyak tahu tentang atribut produk yang akan dibeli. Pemasar perlu menyusun strategi yang dapat membantu pembeli dalam mengenal atribut-atribut produk. Contoh : rumah, mobil, dan lain-lain 2. Perilaku pembelian pengurang ketidak nyamanan Konsumen menganggap setiap barang cenderung tidak memiliki perbedaan. Konsumen mempunyai pertimbangan harga, jika konsumen menemukan perbedaan mutu antar merek tersebut, dia mungkin akan memilih harga yang lebih tinggi. Tetapi jika konsumen menemukan perbedaan kecil dan mungkin akan membeli sematamata berdasarkan harga dan kenyamanan. Contoh : karpet, meubel, dan lain-lain. 3. Perilaku pembelian karena kebiasaan Produk murah dan sering dibeli bukan karena brand loyalty, tetapi karena kebiasaan dalam membeli produk tersebut. Pemasar menetapkan strategi harga dan sales promotion. Contoh :deterjen, gula, garam, dan lain-lain. 4. Perilaku pembelian yang mencari variasi Konsumen sering berganti merek bukan karena tidakpuas, tetapi karena bosan atau ingin mencoba sesuatu yang baru. Pemasar akan berusaha mendorong perilaku pembelian karena kebiasaan dengan cara mendominasi penjualan, menghindari kekurangan persediaan, dan iklan yang gencar. 2.4.4. Contoh : shampoo, mie instant, cokelat, dan lain-lain. Pengertian Sikap Konsumen Konsumen memiliki berbagai macam sikap terhadap produk, jasa, iklan, penjualan dan lain-lain. Sikap sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh keluarga, dan teman-teman, pemasaran langsung dan media massa. Adapun pengertian sikap konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2007:222) adalah sebagai berikut :Sikap adalah kecendurungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan menurut Saladin dan Oesman (2002:42) :Predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat mengarahkan tingkah laku individu. Ini berarti bahwa sikap yang berkaitan dengan perilaku membeli dibentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung mengenai produk, informasi secara lisan yang diperoleh dari orang lain atau melalui iklan baik media cetak maupun media elektronik, internet, pemasaran langsung dan juga berbagai promosi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Sebagai kecenderungan yang dipelajari, sikap memiliki kualitas motivasi yaitu mereka yang mendorong konsumen ke arah perilaku tertentu atau menarik konsumen dari perilaku tertentu. Karakteristik lain dari sikap adalah bahwa sikap yang relatif konsisten dengan perilaku yang dicerminkannya, tetapi walaupun mempunyai konsistensi sikap permanen, sikap dapat berubah, seperti terlihat pada gambar dibawah mengenai sikap terhadap iklan: Gambar 2.1 Konsepsi Hubungan berbagai Unsur Pada Model Sikap Terhadap Iklan Keterbukaan terhadap iklan Pertimbangan mengenai iklan Perasaan terhadap iklan Keyakinan pada merek Sikap terhadap iklan Sikap terhadap merek Sumber : Schiffman and Kanuk (2007 : 231) 2.4.5. Pembentukan sikap melalui model sikap tiga komponen Berikut adalah penjelasan mengenai pembentukan sikap melalui tiga komponen menurut Schiffman dan Kanuk (2007:225227) Komponen pertama dari model sikap tiga komponen adalah: Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan objek sikap dan informasi yang berkaitan dan berbagai sumber. Affektif adalah merupakan pernyataan ketertarikan emosi atau perasaan mengenai produk atau merek tertentu. Hal ini dapat berupa perasaan senang, tidak senang, bagus, jelek, ataupun pengalaman yang mengharapkan juga dimanisvestasi sebagai keadaan yang diliputi emosi (seperti rasa bahagia, kesedihan, rasa malu, kemarahan, dan keheranan) yang dapat meningkatkan atau memperkuat pengalaman tersebut dapat mempengaruhi apa yang timbul di pikiran dan bagaimana individu bertindak. Konasi adalah komponen yang berhubungan dengan kemungkinan atau kecenderungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau berperilaku dengan cara tertentu. Gambar 2.2 Gambaran Sederhana Model Sikap Tiga Komponen KONASI AFFEKTIF KOGNITIF Sumber : Schiffman dan Kanuk (2007 : 225) 2.5. Pembelian Ulang Pembelian ulang merupakan tindakan pasca pembelian yang disebabkan oleh adanya kepusaan yang dirasakan konsumen atas produk yang telah dibeli atau dikonsumsi sebelumnya. Apabila produk tersebut telah memenuhi harapan konsumen, maka ia akan membeli kembali produk tersebut, dan sebaliknya apabila tidak sesuai dengan harapan maka ia akan bereaksi sebelumnya. Menurut Schiffman&Kanuk (2004:506) Pembelian ulang biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan konsumen dan bahwa ia bersedia memakainya lagi dalam jumlah yang lebih besar. Menurut Ferdinand (2002:129) salah satu dimensi dari perilaku pembelian adalah niat membeli ulang. Berdasarkan teori-teori niat membeli ulang yang ada, beliau menyimpulkan bahwa niat beli ulang dapat dikenali atau didefinisikan melalui indicator-indicator sebagai berikut: Tabel 2.1 Indikator Niat Beli Ulang Niat Tradisional Niat ini menggambarkan perilaku seseorang yang berkeinginan untuk selalu membeli ulang produk yang telah dikonsumsi Niat Referensial Niat ini menggambarkan perilaku seseorang yang cenderung mereferensikan produk yang sudah dibelinya agar juga dibeli orang lain Niat Preferensial Niat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsinya. Preferensi ini hanya dapat diganti apabila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya Niat Eksploratif Niat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang dilangganinya Sumber :Dr.Augusty Ferdinand, Structural Equation ModellingdalampenelitianManajemen, 2002, hal 129 Menurut Macanlay dan Cook (1996:12), ada tiga komponen yang menjadi faktor-faktor penunjang seseorang melakukan pembelian ulang, yaitu: 4. Kualitas produk dan layanan yang dihasilkan 5. Cara memberikan layanan tersebut 6. Hubungan antar pribadi yang terbentuk melalui layanan tersebut Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen akan terjadi jika dipegang oleh faktor-faktor pelayanan yang positif, dan diharapkan akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan, sehingga diharapkan kesetiaan konsumen yang akan mendorong untuk melakukan pembelian ulang. 2.6. Hubungan antara Bauran Pemasaran dengan Niat MembeliUlang Dengan melihat uraian diatas, dapat dilihat bahwa pemilihan strategi bauran pemasaran yang tepat merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pemasaran yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan. Disamping itu, salah satu kiat untuk memenangkan pelanggan untuk jangka panjang adalah suatu perusahaan harus dapat memahami kebutuhan pembeli dan perilaku pembeli secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh pesaing, untuk itu perusahaan harus mampu mencari peluang-peluang pemasaran yang ada serta dapat memanfaatkan peluang yang ada tersebut dengan sebaikbaiknya agar dapat menjadi kekuatan dan keunggulan perusahaan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut Amin Widjaja (2007 : 3), bauran pemasaran berpengaruh terhadap niatmembeliualng, karena bauran pemasaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam bidang pemasaran untuk menciptakan pertukaran dalam mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan dalam hal ini adalah untuk memperoleh laba. Menurut Philip Kotler (2007:98), mengemukakan bahwa : “Bauran Pemasaran adalah campuran dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan dapat dipergunakan perusahaan untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran.” Masing-masing elemen bauran pemasaran memiliki peranan untuk memperkenalkan produk yang ditawarkan oleh perusahaan agar konsumen memiliki kesadaran, kepekaan dan pengetahuan akan produk tersebut. Melalui produk, perusahaan dapat menarik minat beli konsumen dengan menawarkan berbagai jenis produk, perusahaan pun harus memiliki ciri khas yang membuat konsumen ingin mencoba dan membeli produk tersebut. Melalui bukti fisik seperti bangunan perusahaan, karyawan yang ramah dan proses pengajuan kredit yang cepat. Setelah mengetahui semua elemen dari bauran pemasaran dilakukan dengan baik dan maksimal, diharapkan konsumen tertarik akan apa yang telah ditawarkan, selanjutnya konsumen akan mencari informasi mengenai produk yang sesuai dengan kebutuhannya, kemudian timbul keinginana dibenak konsumen untuk memiliki produk. Berdasarkan hasrat dan keinginan tersebut diharapkan konsumen mengambil tindakan mengajukan kredit agar mendapatkan produk yang diinginkan. Dengan demikian, perusahaan harus lebih sigap dalam menentukan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan kondisi perusahaan dan pasar sasaran untuk menghadapi persaingan pasar sehingga perusahaan mampu menciptakan suatu persepsi citra yang baik dan dapat memaksimalkan penjualan. Jika konsumen merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, maka kemungkinan besar hubungan tersebut akan berlanjut. Mereka akan mereferensikan kepada teman-temannya ataupun orang-orang bahwa perusahaan tersebut baik dalam menjalankan usahanya atau pun akan melakukan pemakaian jasa yang lebih besar lagi atau melakukan pembelian ulang sehingga ini dapat menguntungkan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Sehingga hubungan antara perusahaan dan konsumen ini akan bertahan lama, akan tetapi jika konsumen merasa tidak puas terhadap marketing mix jasa perusahaan maka konsumen tersebut akan meninggalkan perusahaan dan kemudian mencari perusahaan lain dan membandingkannya.