PENGARUH FAKTOR MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: RAHMI RAHMAWATI NIM: 1112046100024 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M ABSTRAK Rahmi Rahmawati, 1112046100024, Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia. Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/2016 M). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor makroekonomi jangka pendek dan jangka panjang terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai proksi dari kinerja keuangan. Sedangkan variabel bebas adalah industrial production index (IPI), inflasi, BI rate, indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error Correction Models (VECM). Data yang digunakan dalam penelitian ini data runtun (time series) bulanan dari Januari 2010 – Desember 2015. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada jangka panjang Pengaruh Industrial Production Index (IPI), inflasi dan nilai tukar memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan Financial to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan BI rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan Financial to Deposit Ratio (FDR). Industrial Production Index (IPI), inflasi dan nilai tukar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Sedangkan BI rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Pengaruh jangka pendek dari variabel makroekonomi terhadap kinerja keuangan (ROA, FDR dan BOPO) tidak memperlihatkan hubungan yang signifikan. Kata kunci: Industrial Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Return on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), VECM. iv KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta Alam. Atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah keada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan juga sahabat-sabahatnya. Atas kehendak dan rahmat Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kondisi Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia” ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada: 1. Kedua orang tua penulis, bapak Ahmad Sudja’i dan ibu Iyah Akmaliyah yang selalu mendo’akan dan mendukung dalam kondisi apapun serta telah menjadi motivasi dan ambisi dalam hidup sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Nur Rianto Al Arif, M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. v 5. Bapak Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A., selaku penasehat akademik penulis yang telah membimbing selama masa perkuliahan. 6. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan banyak ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kakak-kakak ku yang selalu mendukung penulis dan memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan penelitian ini kakak-kakak ku teh Ina, aa Asep, teh Lia, mas Giyo dan adik penulis Neng Muti. 8. Bapak Aries Koentjoro yang telah membantu dan memberikan arahan untuk tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan serta mengingatkan untuk tetap optimis pada penelitian yang dilakukan. 9. Sahabat-sahabat Kost Kece ka Ella, Kartini dan teh Lia yang selalu menemani dan merawat di kostan selama kuliah, terimakasih selalu memberikan motivasi, berbagi cerita, memberikan suasana kekeluargaan, nasihat dan canda tawa. 10. Kepada sahabatku Rani K.D. terimakasih atas segala cerita, canda, emosi, nasihat dan selalu mengingatkan jika penulis banyak kesalahan yang diperbuat. 11. Kepada sahabat-sahabat Agashi (Deti, Lala, Ais, Ayu, Eva, Mulki, Nia, Iffa, Nada, Eka Sel, Mentari, Friska, Ifat) terimakasih sudah menemani, membantu dalam banyak hal dan membuat canda tawa. 12. Kepada sahabat-sahabatku Farida, Irfan (komeng), Mucus terimakasih selalu memberikan waktu luang untuk refreshing dan membuat canda tawa. 13. Teman-teman kelas Perbankan Syariah A terimakasih atas waktu dan kebersamaannya yang telah kita mulai sejak awal perkuliahaan. 14. Sahabat-sahabat Small Group Discussion (SGD) LiSEnSI 2012, ka Syifa, Dian, Ina, Liska terimakasih untuk motivasi, cerita, diskusi, canda dan Nasihat untuk terus maju dan memperbaiki diri serta berada di Jalan yang di Ridhoi Allah SWT. vi 15. Sahabat-sahabati seperjuangan Veteran 2012, Keluarga Komfaksyahum, Keluarga Besar Muamalat terimakasih untuk segala pengalaman yang telah dilalui bersama, kerjasama dan ilmu yang telah diberikan. Semoga semua yang sudah dilakukan bisa bermanfaat saat ini dan seterusnya. 16. Teman-teman seperjuangan di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Lingkar Studi Ekonomi Syariah UIN Jakarta 2013/2014 dan 2014/2015 terutama keluarga Keilmuan. MPL Lingkar Studi Ekonomi Syariah angkatan 2012. KBL (1 dan 2) UIN Jakarta terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu dan nasihat untuk selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT. 17. Teman-teman KKN EXPRESSO Mekarsari Kec. Jambe Kab. Tangerang – Banten terimakasih atas perhatian dan kerjasama, dan saling pengertian dalam menjalankan kegiatan KKN serta pengerjaan laporan KKN serta pengalaman berharga penuh dengan cerita yang belum di dapatkan sebelumnya. 18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua kebaikan yang diberikan Allah balas dengan berlipat ganda. vii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................................................. iii ABSTRAK ............................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................................ v DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................................................1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................15 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................................15 1. Pembatasan Masalah .......................................................................... 15 2. Perumusan Masalah............................................................................ 16 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................16 1. Tujuan Penelitian................................................................................ 16 2. Manfaat Penelitian.............................................................................. 16 E. Sistematika Penulisan ..............................................................................17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Perbankan Syariah ......................................................................19 1. Sejarah Perbankan Syariah ................................................................. 19 2. Pengertian Industri Perbankan Syariah .............................................. 22 3. Karakterisktik Perbankan Syariah ...................................................... 23 B. Laporan Keuangan Bank Syariah ............................................................25 viii C. Analisis Kinerja Keuangan ......................................................................28 D. Profitabilitas .............................................................................................32 E. Likuiditas .................................................................................................34 F. Efisiensi....................................................................................................37 G. Variabel Makroekonomi ..........................................................................39 1. Industrial Production Index (IPI) ....................................................... 39 2. Inflasi .................................................................................................. 40 3. BI Rate................................................................................................ 41 4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ............................................ 43 5. Nilai Tukar ......................................................................................... 44 H. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) ...............................................47 I. Kerangka Konsep ......................................................................................55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................56 B. Metode Pengumpulan Data ......................................................................56 C. Sumber Data ............................................................................................57 D. Variabel Penelitian ...................................................................................58 E. Metode Analisis .......................................................................................61 1. Uji Stasioneritas ................................................................................. 61 2. Uji Lag Optimal ................................................................................. 63 3. Uji Kointegrasi ................................................................................... 65 4. Uji Vector Error Correction Model (VECM) .................................... 66 F. Model Penelitian ......................................................................................68 G. Kerangka Penelitian .................................................................................72 H. Hipotesis Penelitian .................................................................................73 ix BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan .............................................................................75 B. Analisis Pengujian Statistik .....................................................................81 1. Uji Stasioneritas ................................................................................. 81 2. Uji Lag Optimal ................................................................................. 83 3. Uji Kointegrasi ................................................................................... 84 4. Uji VECM .......................................................................................... 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................106 B. Saran ......................................................................................................107 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109 LAMPIRAN ........................................................................................................ 114 x DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Indikator Pertumbuhan Bank Syariah ..................................................... 2 Tabel 1.2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah ............................... 4 Tabel 1.3 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ............ 6 Tabel 2.1 Review studi terdahulu .......................................................................... 47 Tabel 4.1 Data Return on Asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 75 Tabel 4.2 Data Financial to Deposit Ratio Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah................................................................................................................... 76 Tabel 4.3 Data Biaya Operasional Pendapatan Operasioal Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ......................................................................................... 77 Tabel 4.5 Pertumbuhan Industrial Production Index di Indonesia ....................... 78 Tabel 4.6 Pertumbuhan Inflasi di Indonesia ......................................................... 79 Tabel 4.7 Pertumbuhan BI Rate di Indonesia ....................................................... 79 Tabel 4.8 Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia .... 80 Tabel 4.9 Pertumbuhan Nilai Tukar di Indonesia ................................................. 80 Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level ................................. 81 Tabel 4.12 Uji stasioneritas ADF tingkat 1st difference ....................................... 83 Tabel 4.13 Hasil Penetapan Lag Optimal ............................................................. 84 Tabel 4.14 Hasil Uji Johansen Cointegration Test ............................................... 85 Tabel 4.15 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek ROA ............... 87 Tabel 4.16 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek FDR ................ 88 Tabel 4.17 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek BOPO ............. 89 Tabel 4.18 Nilai Impulse Respon Return on Asset (ROA) .................................... 91 Tabel 4.19 Nilai Impulse Respon Financial to Deposit Ratio (FDR) ................... 95 Tabel 4.20 Nilai Impulse Respon Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ................................................................................................................. 98 Tabel 4.21 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Return on Asset (ROA) 102 Tabel 4.22 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Financial to Deposit Ratio (FDR) .................................................................................................................. 103 Tabel 4.23 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ........................................................................ 104 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 55 Gambar 3.1 Kerangka Penelitian .......................................................................... 72 Grafik 4.1 Respon ROA terhadap guncangan makroekonomi.............................. 92 Grafik 4.2 Respon FDR terhadap guncangan makroekonomi .............................. 96 Grafik 4.3 Respon BOPO terhadap guncangan makroekonomi ......................... 101 xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem keuangan didominasi oleh Bank yang memegang 79 persen aset sektor keuangan (dibanding dengan 50 persen di Malaysia, sebagai contoh), sehingga menyisakan ruang yang sedikit bagi lembaga keuangan lainnya. Di sisi lain, perusahaan asuransi memegang sekitar 10 persen dari aset sektor keuangan dan kurang dari 3 persen dipegang oleh dana pensiun1. Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hasil tersebut menunjukan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai syariah. UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang 1 Survey Ekonomi Ouachita Economic Development Coorporation (OEDC) Indonesia, (Maret 2015), h. 11 1 2 secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil2. Menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan yang sesuai syariah, pemerintah telah memasukan kemungkinan tersebut dalam undang-undang yang baru. Telah diberlakukannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhan secara lebih cepat lagi. Dengan progress perkembangannya yang impresif yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65 persen pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan3. Tabel 1.1 Indikator Pertumbuhan Bank Syariah Miliar Rupiah (in Billion IDR) Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Aset 97,519 145,467 195,018 242,276 272,343 270,735 DPK 76,036 115,415 147,512 183,534 217,858 272,750 2 Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia, h. 4 3 Perbankan Syariah, “Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia”. Diakses: 13/06/2016 pada pukul 10:06 WIB. http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx 3 Pembiayaan 68,181 102,655 147,505 184,122 199,330 212,996 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Aset 2,738,745 3,520,417 4,698,952 5,833,488 6,573,331 7,739,270 DPK 1,603,778 2,095,333 2,937,802 3,666,174 4,028,415 4,801,888 Pembiayaan 2,060,457 2,675,930 3,553,520 4,433,492 5,004,909 5,765,171 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif cepat dapat dilihat pada indikator seperti aset, dana pihak ketiga serta volume pembiayaan yang terus mengalami peningkatan, sebagaimana yang dilihat pada Tabel 1.1 Jumlah Aset dari tahun ke tahun Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami peningkatan. Apabila dilihat dari dana pihak ketiga dan volume pembiayaan kedua indikator ini menunjukan pertumbuhan pada setiap tahunnya. Secara umum kondisi perekonomian yang masih belum membaik telah mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah (BUS, UUS dan BPRS) dengan pertumbuhan yang tidak setinggi pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, saat ini bank syariah besar melakukan proses konsolidasi internal yang telah turut mempengaruhi perkembangan perbankan syariah, di samping kendala dari faktor 4 internal perbankan syariah lainnya seperti kapasitas SDM, jaringan kantor dan infrastruktur lain.4 Tabel 1.2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015 11 11 11 11 12 12 1215 1401 1745 1998 2163 1990 Jumlah UUS 23 24 24 23 22 22 Jumlah Kantor Total Kantor BUS dan UUS 262 336 517 590 320 311 1477 1737 2262 2588 2483 2301 Bank Umum Syariah Jumlah Bank Jumlah Kantor Unit Usaha Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Jumlah Bank 150 155 158 163 163 163 Jumlah Kantor 286 364 401 402 429 446 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Perkembangan syariah dapat dilihat dari sisi jumlah Unit atau cabang dari Bank Syariah itu sendiri dan indikator keuangan. Pada Tabel 1.2 terlihat pertumbuhan yang positif dari jumlah Bank di Indonesia. Pada tahun 2010 Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah memiliki masing-masing 11 Bank untuk BUS, 23 UUS dan 150 untuk jumlah BPRS. Stagnan untuk jumlah Bank Umum Syariah pada tahun 2011 sampai 2013, akan tetapi untuk jumlah kantor dari BUS dan UUS itu sendiri selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 dan 4 Booklet Perbankan Indonesia 2016, Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan. (Otoritas Jasa Keuangan), h. 64 5 2015 jumlah BUS bertambah dari 11 Bank menjadi 12 Bank. Begitu pula dengan jumlah kantor dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah selalu meningkat, meskipun pada tahun 2013 sampai 2015 mengalami stagnan untuk jumlah Bank-bank tersebut. Maka pertumbuhan perbankan syariah yang dilihat dari indikator aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan memiliki trend yang sejalan dengan perkembangan jumlah bank syariah itu sendiri. Indikator lainnya dalam melihat pertumbuhan Perbankan Syariah dengan digunakannya ukuran kinerja keuangan untuk mengetahui peningkatan nilai perusahaan, dengan berbagai rasio keuangan misalknya: Capital Adequacy Ratio (CAR). Return on Asset (ROA), Non Performing Finance (NPF), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Analisis kinerja keuangan merupakan interpretasi laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan data numerik lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan. Tujuan dari analisis kinerja keuangan adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada saat tertentu, baik perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya sampai saat penilaian hingga membuat suatu prediksi mengenai keadaan perusahaan pada masa yang akan datang dengan melakukan analisis data keuangan dari tahun-tahun sebelumya guna mengevaluasi program kearah sasaran dan tujuan yang ditetapkan 6 oleh manajemen perusahaan, hingga diketahui kelebihan dan kekurangan bank yang bersangkutan5. Tabel 1.3 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015 CAR* 16.25 16.63 14.13 14.42 16.1 15.02 ROA 1.67 1.79 2.14 2 0.8 0.49 NPF 3.02 2.52 2.22 2.62 4.33 4.84 FDR 89.67 88.94 100 100.32 91.5 88.03 BOPO 80.54 78.41 74.97 78.21 79.28 97.01 Dalam Persentase *Hanya Data Bank Umum Syariah Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Secara faktual selama kurun waktu 2010 sampai 2015, ukuran kinerja keuangan yang dapat dilihat pada tabel 1.3 menunjukan kecenderungan meningkat. Secara sekilas kecukupan modal yang dilihat dari rasio CAR mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, pada tahun 2010 dan 2011 CAR ada pada kisaran 16 persen akan tetapi mengalami penuruan pada dua tahun berikutnya menjadi 14,13 persen di tahun 2012 dan 14,42 persen pada tahun 2013 kemudian meningkat kembali pada tahun 2014 menjadi 16, 1 persen dan turun kembali pada tahun 2015 menjadi 15, 02 persen. Pada penelitian yang dilakukan Kartika dan Syaichu menyatakan rasio kecukupan modal 5 Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”. (Skripsi Fakultas Syariah. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), h. 2-3 7 ini menunjukan kemampuan Bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan manajemen bank, rendahnya CAR menyebabkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas6. Adapun ukuran kinerja yang dilihat dari ROA mengalami peningkatan pada tahun 2010 sampai 2013, akan tetapi terjadi penurunan yang tajam di tahun 2014 yang hanya sebesar 0,8 persen dan di tahun 2015 sebesar 0,49 persen. ROA sendiri merefleksikan tingkat profit yang diperoleh Bank, menurut Yuhanah penurunan profit ini diduga akibat diberlakukannya aturan down payment (DP) dan finance to value (FTV) pada perbankan Syariah sehingga menurunkan profit perbankan syariah7. Meskipun demikian, tingkat gagal bayar Bank Syariah ini yang dilihat dari rasio Non Performing Finance (NPF) masih dibawah 5 persen dan ini berarti masih dibawah ketentuan minimal. Hal ini menunjukan bahwa bank syariah tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Dalam penelitian Yuhanah8 menyatakan hal tersebut terjadi karena adanya faktor 6 Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun 2006), h. 48. 7 Siti Yuhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016), h. 6 8 Siti Yuhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016), h. 2 8 makroekonomi global seperti menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah, melambatnya perekonomian Tiongkok dan faktor internal seperti menurunya konsumsi pasar domestik sehingga memperburuk perusahaan-perusahaan tanah air. Rasio pembiayaan yang dilihat dari nilai FDR mengalami fluktiatif dari tahun ke tahunnya, nlai FDR yang rendah padah tahun 2010 dan 2011 masing-masing 89,67 persen dan 88,94 persen kemudian mengalami peningkatan di tahun 2012 dan 2013 hingga mencapai kisaran nilai 100 persen, akan tetapi mengalami penurunan di tahun 2014 menjadi 91,5 persen dan di tahun 2015 kembali pada nilai 88,03 persen. Rendahnya FDR pada tahun 2015 menunjukan kurang efektifnya penyaluran pembiayaan pada Bank Syariah ini, sebaliknya jika FDR tinggi maka Bank Syariah tersebut mampu menyalurkan pembiayaan secara optimal. Indikator lain yang dapat dilihat untuk menilai apakah bank tersebut efisien atau tidak salah satunya dari rasio BOPO, nilai dari BOPO ini memperlihatkan perkembangan yang cukup baik secara sekilas. Nilai dari BOPO cenderung menurun dari tahun ke tahun selama tahun 2010 sampai dengan 2014 dengan tetap mempertahankan pada kisaran nilai 70 persen, meskipun pada tahun 2010 berada pada nilai 80,54 persen tetapi di tahun berikutnya terjadi penurunan nilai BOPO, hal ini menandakan kinerja Bank Syariah lebih baik dan efisien, akan tetapi terjadi kenaikan nilai yang cukup tinggi pada tahun 2015 menjadi 97,01 persen dari tahun sebelumnya di 2014 dengan nilai 79,28 persen. 9 Deskripsi diatas memunculkan pertanyaan tentang bagaimana sesungguhnya kondisi kinerja keuangan Bank Syariah di Indonesia. Rismon dan Henny Satyo 9 dalam penelitiannya menyatakan bahwa kinerja bank yang baik memiliki daya tarik sendiri kepada investor dan dapat mensejahterakan pemegang saham atas investasinya. Dalam tahap ini membuat investor-investor baru untuk membeli saham pada bank tersebut hingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Jika semakin banyak modal yang ditanam investor pada bank tersebut, maka akan semakin banyak juga pembiayaan yang dilakukan bank sehingga tingkat profit yang akan diperoleh bank akan tinggi juga tapi dengan tetap harus memperhatikan prinsip kehatia-hatian dalam menyalurkan pembiayaan tersebut. Kinerja perbankan sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang dimaksud dapat berupa daya saing masing-masing yang dimiliki, sedangkan faktor eksternal dapat berupa kondisi makro dan keuangan suatu Negara secara umum10. Faktor internal adalah karakteristik individu bank yang mempengaruhi kinerja bank. Faktor-faktor ini pada dasarnya dipengaruhi oleh keputusan internal manajemen dan dewan. 9 Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (eJournal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 15 - 32 10 Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April 2015), h. 380. 10 Penelitian yang dilakukan oleh Rismon dan Henny11 yang melakukan penilaian untuk melihat pengaruh faktor internal terhadap kinerja Bank yang diproyeksikan dengan rasio profitabilitas (ROA, ROE dan NIM) dengan menggunakan perhitungan CAMEL menunjukan bahwa terdapat korelasi positif secara keseluruhan antara rasio CAMEL (Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency. Liquidity) terhadap profitabilitas yang di proyeksikan oleh rasio ROA, ROE dan NIM, kecuali Asset Quality berpengaruh negatif terhadap ROA dan NIM kemudian Capital Adequacy terhadap ROE yang juga berpengaruh negatif. Adapun penelitian yang di lakukan oleh Suria dan Roza12 yang juga meneliti pengaruh faktor internal terhadap kinerja bank yang melihat dari profitabilitas dengan diproyeksikan oleh rasio ROA dan ROE, untuk Faktor internalnya sendiri melihat karakteristik bank dengan variabel CAMEL (Capital Adequacy, Asset Quality, Management Efficiency. Liquidity), penelitiannya menunjukan bahwa rasio CAMEL tersebut mempengaruhi terhadap kinerja Bank baik itu mempengaruhi secara positif maupun negatif. Jauh sebelum penelitian yang dilakukan Rismon dan Henny serta Suria dan Roza, penelitian sebelumnya telah meneliti mengenai faktor internal yang mempengaruhi 11 Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (eJournal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 15 - 32 12 Suria Rismawati S. dan Roza Hazli Z, “The Performance of Islamic Banks and Macroeconomic Conditions”, Journal, ISRA Intenational Journal of Islamic Finance. (Vol. 5, Issue 2, 2013), h. 83 – 98. 11 kinerja bank umum di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Kartika dan Saichyu 13 dengan melihat profitabilitas dari rasio ROA yang menunjukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposito Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan untuk Non Performing Loans (NPL) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan, kemudian untuk Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan sedangkan untuk Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Faktor makroekonomi merupakan salah satu faktor yang juga menyumbang pengaruh terhadap kinerja keuangan14. Menurut Ongore15 stabilitas kebijakan makroekonomi, produk domestic bruto, inflasi, suku bunga dan ketidakpastian politik juga merupakan variabel ekonomi makro lainnya yang mempengaruhi kinerja bank. Faktor makroekonomi merupakan salah satu faktor yang datag dari luar yang sifatnya diluar kekuasaan bank, sehingga kebijakan pemerintah secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kesehatan industri perbankan di Indonesia. 13 Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun 2006), h. 46 - 57 14 Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (eJournal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 16. 15 Ongore, V.O, “The Relationsip Between ownership structure and Firm Performance: An Empirical Analysis of Listed Companies in Kenya”. (Africal Journal of Bussines Manajement, 2011). 12 Adapun penelitian yang mengkaji mengenai pengaruh faktor eksternal yang merupakan faktor makroekonomi terhadap kinerja Bank, seperti penelitian yang dilakukan oleh Budi Santosa16 menyatakan bahwa korelasi antara variabel makro yang diantaranya Inflasi, SBI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (kurs) dan IHSG terhadap Return on Equity (ROE) memiliki korelasi yang kuat dan positif. Hal ini mengindikasikan bahwa jika naiknya inflasi, SBI, kurs dan IHSG akan meningkatkan ROE. Sebaliknya, korelasi variabel makro tersebut terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) korelasinya negatif, maksudnya disini jika naik/turnnya inflasi, SBI, kurs dan IHSG cenderung akan menurunkan kinerja LDR. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Aviliani dkk17 kondisi makro yang kondusif dapat memberikan lingkungan yang yang positif terhadap perkembangan perbankan itu sendiri. Sebaliknya, kondisi makro dan keuangan yang kurang stabil dapat mempengaruhi risiko pasar da risiko kredit perbankan yang pada gilirannya dapat berdampak pada kinerja bank. Layaknya suatu siklus, stabilitas sistem perbankan merupakan unsur terciptanya stabilitas sistem keuangan dan bermuara kembali pada stabilitas perekonomian suatu Negara. 16 Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007). (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), h. 2-3 17 Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April 2015), h. 380. 13 Perkembangan perekonomian suatu Negara dapat diukur dari pendapatan nasional, peetumbuhan ekonomi ataupun lainnya secara umum dianggap dapat berpengaruh secara positif terhadap kinerja perbankan. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi berasosiasi dengan semakin berkembangnya sektor perbankan sehingga persaingan antar bank semakin ketat dan akhirnya dapat menurunkan profitabilitas Bank. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Siew Chun dan Shaikh18 yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan oleh GDP dengan tingkat profitabilitas dan likuditas Bank. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rismon dan Henny19 yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari GDP dan Inflasi terhadap tingkat profitabilitas bank yang dilihat dari Rasio ROA, ROE dan NIM. Beberapa guncangan eksternal lain yang berasal dari luar negeri seperti krisis keuangan global yang diikuti beberapa rangkaian resesi di dunia dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja bank. Pengaruh tidak langsung dapat terjadi salah satunya jika guncangan tersebut berpengaruh terhadap kondisi 18 Shiew Chung Hong dan Shaikh Hamzah Abdul Razak. “The Impact of Nominal GDP and Inflation on The Financial Performance of Islamic Banks in Malaysia”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance (Vol. 11 No. 1. Jan – March 2015), h. 158 - 180 19 Rismon H dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Trisakti (eJournal) (Volume 2 Nomor 1 Februari 2015. ISSN: 2339-0824), h. 16. 14 makroekonomi Indonesia dan kemudian kondisi makro itulah yang berpengaruh terhadap kinerja bank20. Sebagaimana literatur empiris yang telah disajikan sebelumnya, kinerja bank dapat dispesifikasi sebagai fungsi dari kondisi internal dan eksternal bank. Variabel internal mengacu pada faktor spesifik (karakteristik) masing-masing bank, sementara variabel eksternal dapat mencakup kondisi makroekonomi. Kinerja bank yang baik secara individual maupun dalam suatu sistem diharapkan dapat meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian. Karena peran perbankan yang begitu besar, penting untuk dipastikan bahwa sistem keuangan dan perekonomian di suatu Negara juga berjalan dengan lancar dan efisien. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu diteliti lebih jauh mengenai pengaruh dari ketidakpastian kondisi makroekonomi terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melanjutkan penelitian yang kemudian dituangkan dalam skripsi dengan judul: “Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia”. 20 Aviliani, Hermanto dkk, “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Volume 17, Nomor 4, April 2015), h. 383 15 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Terjadi fluktuasi kinerja keuangan Bank Syariah di Indonesia (Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah) 2. Penurunan beberapa kinerja keuangan yang dilihat dari rasio keuangan, diantaranya menurunnya ROA pada tahun 2014 dan 2015 dari tahun-tahun sebelumnya. 3. Rasio Non Performing Finance (NPF) yang pada tahun 2014 dan 2015 meningkat dan hampir mencapai 5 persen. 4. Rasio Biaya Pendapatan Operasional Pendapatan Operasional yang meningkat di tahun 2015 dari tahun-tahun sebelumnya. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis sebelumnya, penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk meneliti masalah kinerja keuangan yang hanya melihat dari rasio Return on Asset (ROA), Non Performing Finance (NPF) dan Finance to Deposit Ratio (FDR) serta pengaruh faktor eksternal yang merupakan makroekonomi, diantaranya Industrial Production Index (IPI), BI Rate, Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar 16 terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan tidak melihat dari sisi lainnya. 2. Perumusan Masalah Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis merumuskan masalah penelitan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh dari kondisi makroekonomi terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis pengaruh jangka pendek dari kondisi makroekonomi terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. 2) Menganalisis pengaruh jangka panjang dari kondisi makroekonomi terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjawab masalah dalam penelitian ini, selain itu diharapkan juga dapat memberikan manfaat diantanya: a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti pribadi. 17 b. Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan. c. Penelitian ini dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pada bank syariah. d. Membantu memberikan saran dan masukan bagi bank syariah dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu setrategi baru, sehingga kinerja dari perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan. E. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar dapat memudahkan penulisan skripsi, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN TEORITIS Pada bab ini akan disajikan mengenai teori perbankan syariah, laporan keuangan dan rasio rasio yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut, pengukuran kinerja keuangan dan hubungan antara kondisi makroekonomi dengan kinerja keuangan 18 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, sumber data, variabel yang digunakan dalam penelitian, teknik pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi data penelitian mengenai pengaruh kondisi makroekonomi terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia pada periode tahun 2010 – 2015. BAB V : PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Perbankan Syariah 1. Sejarah Perbankan Syariah Upaya awal penerapan sistem profit-loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola jamaa’ah haji secara non-konvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di Desa Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir. Lembaga Islamic Rural Bank dengan Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan financial system dan ekonomi Islam1. Secara kolektif gagasan berdirinya bank syariah di tingkat Internasional muncul dalam konferensi Negara-negara Islam sedunia di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 21-27 April 1969 yang diikuti oleh 19 negara peserta. Konferensi tersebut memutuskan beberapa hal, yaitu2: 1) Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika tidak ia 1 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Teori dan Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 18 – 19. 2 Muh. Zuhri, Riba dalam Al-Quran dan MAsalah Perbankan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), h. 159. 19 20 termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram. 2) Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariah yang bersih dari sistem riba dalam waktu secepat mungkin 3) Sementara menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank yang menerapkan bunga diperbolehkan beroperasi, namun jika benar-benar dalam keadaan darurat. Pembentukan bank syariah semula banyak diragukan, antara lain karena3: 1) Banyak yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga adalah suatu hal yang tidak mungkin dan tidak lazim 2) Adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasionalnya, tapi dilain pihak bank Islam adalah suatu alternatif sistem ekonomi Islam Untuk lebih mempermudah berkembangnya bank syariah di Negara-negara muslim perlu ada usaha bersama diantara Negara muslim. Maka pada bulan Desember 1970, pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi, Pakistan, delegasi Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah. Pada sidang Menteri Luar Negeri OKI di Jeddah pada 1974 di setujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam atau Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar atau ekuivalen dengan 2 miliar SDR (special drawing right) IMF4. Indonesia sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sejak tahun 3 Tim Redaksi, Ensklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru, Van Hoeve, 1994), h. 233 4 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Teori dan Praktik. (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 21 21 1989-an mulai merintis usaha pendirian bank Islam guna memenuhi permintaan masyarakat yang membutuhkan alternatif jasa perbankan dengan syariat Islam. Setelah melalui proses panjang, atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya didirikanlah bank syariah pertama di Indonesia dengan nama Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991. Dengan didirikanya BMI ini, perbankan mulai dikenal oleh masyarkaat Indonesia. Namun, sejak beroperasi 1 Mei 1992, bank syariah belum mendapatkan perhatian optimal dalam tatanan perbankan nasional, sehingga pertumbuhannya terbilang cukup lambat5. Dalam periode 1992 sampai dengan 1998, terdapat hanya satu Bank Umum syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang terlah beroperasi. Pada tahun 1998, dikeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang hanya memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Pada tahun 1999 dikeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memerikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah. Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua perangkat perundang-undangan tersebut diberlakukan6. 5 Ida Syafrida dan Ahmad Abror, “Faktor-faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, (Vol. 10 No. 1, Juni 2011), h. 25 6 Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia, h. 4 22 2. Pengertian Industri Perbankan Syariah Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan7. Apabila dilihat dari segi definisi, menurut pasal 1 angka 1 UU No. 10 Tahun 1998 mengungkapkan bahwa istilah Bank berarti badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Dari Definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa bank merupakan perusahaan yang memperdagangkan utang piutang, baik yang berupa uang sendiri maupun uang masyarakat, dan memperedarkan uang tersebut untuk kepentingan umum8. Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sementara Unit Usaha Syariah menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 adalah unit kerja kantor dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor 7 Booklet Perbankan Syariah Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (Maret 2016), h. 13 8 Dr. Suwardi K. Lubis dan Farid Wadji, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h. 41 23 induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional yang berfungi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan unit usaha syariah. 3. Karakterisktik Perbankan Syariah Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah9: 1) Penghapusan Riba 2) Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi Islam 3) Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial dan bank investasi 4) Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap permohonan pembiayaan yang beroriantasi kepada penyertaan modal, karena bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyasi, ventura, bisnis atau industri. 5) Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha 6) Kerangka yang 9 dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Lencana Prenada Media Group, 2012), h. 67 24 likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen pasar uang antarbank syariah dan instrument bank sentral berbasis syariah. Menurut Sumitro10 terdapat beberapa ciri bank syariah yang membedakan dengan bank konvensional: 1) Beban biaya Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak 2) Penggunaan persentase Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, Karena persentase bersifat melekat pada sisa utang, meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir, sehingga yang dipergunakan adalah nisbah bagi hasil 3) Kontrak-kontrak pembiayaan proyek Di dalam Kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan dimuka Karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanya Allah semata. Tingkat keuntungan yang dipergunakan adalah tingkat keuntungan aktual, apabila tingkat keuntungan aktual lebih kecil daripada tingkat 10 Warkum Sumitro, Azaz-azaz Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI dan Takaful) di Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 20-21 25 keuntungan proyeksi maka yang dipergunakan adalah tingkat keuntungan aktual tersebut. 4) Penyerahan dana dianggap titipan (wadiah) Penyerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah, sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti 5) Dewan Pengawas Syariah (DPS) Terdapatnya Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur organisasi bank syariah yang bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu, manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasardasar muamalah Islam. Unsur Dewan Pengawas Syariah inilah hal utama yang membedakan struktur organisasi antara bank syariah dan bank konvensional 6) Fungsi kelembagaan Selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus, yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya. B. Laporan Keuangan Bank Syariah Berdasarkan peraturan Bank Sentral, setiap bank diwajibkan menyampaikan 26 laporan keuangan kepada bank sentral (yaitu Bank Indonesia) dan publik, setiap enam bulan, yang terdiri atas laporan inti dan laporan pelengkap11. Laporan inti terdiri dari Neraca dan perhitungan laba/rugi, sedangkan laporan pelengkap terdiri atas: 1) Laporan komitmen dan kontijensi 2) Laporan perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum 3) Laporan transaksi valuta asing dan derivatif 4) Laporan kualitas aktiva produktif dan derivatif 5) Perhitungan rasio keuangan 6) Pengurus bank dan pemilik bank Tidak berbeda dengan laporan keuangan pada bank konvensional, selayaknya organisasi bank syariah juga harus menyusun laporan keuangan pada akhir periode akuntansinya. Menurut PSAK No. 59 (2002), laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari atas komponen-komponen sebagai berikut: 1) Neraca Unsur neraca bank syariah meliputi aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat dan ekuitas. Yang membedakan dengan neraca jenis organisasi lain adalah pada “investasi tidak terikat”. Invetasi tidak terikat bukan merupakan kewajiban dan juga bukan ekuitas. Investasi tidak terikat adalah dana pihak ketiga yang dititipkan atau diserahkan kepada bank untuk dikelola tanpa ikatan dari penitip dana atau dikelola secara bebas sesuai syariah. 11 Herman Darmadi, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 31 – 32 27 2) Laporan laba/rugi 3) Laporan arus kas Laporan arus kas bank syariah disajikan sesuai dengan PSAK No. 2 mengenai laporan arus kas dan PSAK No. 31 mengenai akuntansi perbankan, dengan catatan menyesuaikan kegiatan dan transaksi bank syariah 4) Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas bank syariah disajikan sesuai dengan PSAK No. 1 mengenai penyajian laporan keuangan. Urutan penyajian dan deskripsi, bila perlu, dapat diubah sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan agar tercapai penyajian laporan keuangan secara wajar dengan memperhatikan PSAK terkait. 5) Laporan perubahan dana investasi terkait Investasi terkait adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terkait dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai manajer investasi berdasarkan mudharobah muqayadah atau sebagai agen investasi. Dalam hal bank bertindak sebagai manajer investasi dengan akad mudharobah muwayadah, bank mendapatkan keuntungan sebesar nisbah atas keuantungan investasi. Jika terjadi kerugian maka bank tidak memperoleh imbalan apapun. Apabila dalam investasi tersebut terdapat dana bank maka bank menanggung kerugian sebesar bagian dana yang diikutsertakan. 6) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, shadaqah Unsur dasar laporan sumber penggunaan dana zakat, infaq, shadaqah meliputi sumber dana selama suatu jangka waktu, serta saldo dana zakat, infaq dan 28 shadaqah pada tanggal tertentu. Sumber dana zakat, infaq, shadaqah berasal dari bank dan pihak lain yang diterima bank untuk disalurkan kepada yang berhak. 7) Laporan sumber dan penggunaan qardul hasan Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qardul hasan melipti sumber penggunaan dana qardul hasan selama jangka waktu tertentu dan saldo dana qardul hasan pada tanggal tertentu. Penggunaan dana qardul hasan meliputi pemberian pinjaman baru selama jangka waktu tertentu dan pengembalian dana qardul hasan temporer yang disediakan pihak lain. 8) Catatan atas laporan keuangan C. Analisis Kinerja Keuangan Menurut mulyadi12, pengukuran kinerja adalah suatu tingkatan keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kinerja itu sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisa kinerja keuangan, diantaranya adalah analisis rasio, proporsional, Du Pont System of Analysis dan EVA (Economic Value Added). Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai 12 Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. 2001, h. 419. 29 hubungan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknik analisis lainnya, keunggulannya sebagai berikut13: 1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan 2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit 3) Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lainnya 4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengii model-model pengambilan keputusan dan model prediksi 5) Menstandarisir ukuran (size) perusahaan 6) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik 7) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakkan prediksi di masa yang akan datang. Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item antara laporan keuangan (neraca dan laporan laba – rugi). Ada lima jenis rasio keuangan:14 1. Leverage ratios, memperlihatkan berapa hutang yang digunakan perusahaan. 13 Admad Rodoni dan Herni Ali, Manajemen Keuangan Modern (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), h. 24 – 25. 14 Drs. Lukas Setia Atmaja, Manajemen Keuangan. (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003), h. 415 30 2. Liquidity ratios, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban perusahaan yang jatuh tempo. 3. Efficiency atau turnover atau asset management ratios, mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. 4. Profitability ratios, mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. 5. Market value ratios, mempelihatkan bagaimana peusahaan dinilai oleh investor dipasar modal. Hingga saat ini analisis rasio keuangan bank syariah masih menggunakan aturan yang berlaku di bank konvensional. Analisis rasio keuangan bank syariah dilakukan dengan menganalisis posisi neraca dan laporan laba rugi.15 1. Rasio Likuiditas adalah ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, meliputi: a. Current Ratio, adalah kemampuan bank untuk membayar utang dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. b. Quick (Acid test) Ratio, adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih liquid c. Loan Deposit Ratio (LDR), adalah menunjukan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaan. 15 Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014), h. 252-254 31 2. Rasio aktivitas, adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio ini meliputi: a. Fixed Asset Turnover (FAT) adalah kemampuan aktivitas (efisiensi) dana yang tertanam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode tertentu dengan jumlah keseluruhan aktiva. b. Total Asset Turnover adalah rasio yang menunjukan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan bank dalam mengelola sumber dana dalam menghasilkan pendapatan (revenue) 3. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang menunjukan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank, yang meliputi: a. Profit margin, adalah gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan laba. b. Return on Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktifitas bank dalam mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan. 4. Rasio biaya adalah menunjukan tingkat efisiensi kinerja operasional bank. 32 D. Profitabilitas Pada penelitian yang dilakukan oleh Sylvia16 mengungkapkan bahwa tingkat profitabilitas merupakan hal penting bagi sebuah bank dan menjadi salah satu indikator untuk mengukur kinerja keuangan suatu bank, karena profitabilitas menjadi faktor penentu kelanjutan sebuah bank agar dapat terus berkembang secara berkelanjutan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan total aset maupun modal sendiri. Sasaran yang akan dicapai adalah laba perusahaan. Tujuan analisis profitabilitas yaitu untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang berhubungan dengan aset maupun modal. Tingkat profitabilitas biasanya dinyatakan dalam persentase menggunakan rasio, rasio profitabilitas merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan bank berdasarkan perhitungan rasio berdasarkan analisis kuantitatif yang menunjukan hubungan antar unsur dalam laporan laba rugi dan neraca. Salah satu rasio profitabilitas yang digunakan bank pada umumnya adalah Return on Asset (ROA). Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola asset yang dimilikinya. Rasio ini menjadi gambaran dari tingkat produktifitas yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik adalah sekitar 1,5 persen. Semakin 16 Sylvia Nur Indahsari, “Analisis Faktor Makroekonomi yang mempengaruhi profitabilitas Bank (studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.),” (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya, 2015), h. 6. 33 besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010): ROA Laba Sebelum Pajak 100 Rata rata Total Aktiva Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak, sedangkan rata-rata total aset merupakan rata-rata volume usaha atau aktiva. Perhitungan ROA terdiri dari17: 1) Menghitung Earning Before Tax (EBT) laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak 2) Menghitung keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. 17 Siti Yuhanah, “Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di Indonesia Periode September 2010 – September 2015”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 37 34 E. Likuiditas Menurut Santosa18 kinerja likuiditas, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan permohonan kredit atau pembiyaan dengan cepat. Pemenuhan kemampuan likuiditas bank dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dilema antara likuiditas dengan profitabilitas. Likuiditas yang tinggi mengakibatkan kas menganggur semakin tinggi, ini akan merugikan bank yang bersangkutan karena profitabilitasnya akan semakin rendah. Likuditas bersifat rentan dan dapat secara tiba-tiba terkuras dari suatu bank. Kesulitan likuditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain sehingga menimbulkan risiko sistematik. Kejutan (shock) dapat mendorong terciptanya spiral likuditas yang menyebabkan hilangnya likuditas dan terbentuknya krisis keuangan. Belajar dari historis, krisis perbankan yang terjadi selama ini terutama disebabkan oleh krisis likuditas bank yang menyebabkan terjadinya gagal bayar bank terhadap sebagain besar kewajibannya19. Likuiditas adalah faktor lain yang menentukan tingkat kinerja perbankan. Likuiditas mengacu pada kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, 18 Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”, (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), h. 28 – 29. 19 Zulkarnain Sitompul dkk, “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (Januari 2014), h. 248. 35 terutama dari deposan. Menurut Dang20 rasio keuangan yang paling umum yang mencerminkan posisi likuiditas bank adalah total kredit dibagi simpanan nasabah. Likuidity dicerminkan dalam rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut Kartika21 tingkat LDR menunjukan adanya risiko likuditas (liquidity risk) yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank. Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi bank dalam menyediakan alat-alat likuid untuk dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan kewajiban lain serta kemampuan memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadinya penangguhan. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank yang dapat dirumuskan sebagai berikut: LDR Jumlah Kredit yang Diberikan 100 Total Dana Pihak Ketiga KLBI Modal Inti LDR digunakan untuk untuk mengukur kemampuan melempar dana berdasarkan sumber tertentu. Semakin tinggi angka rasio LDR, maka semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut. karena sebagian besar dana bank tertanam pada pinjaman. Jika ada penarikan dana oleh deposan, bank bisa mengalami kesulitan. Di lain pihak, semakin tinggi angka ini, semakin besar profitabilitas bank tersebut, 20 Uyen Dang, “The CAMEL Rating System in Banking Supervision: a Case Study of Arcada” (University of Applied Sciences, International Bussiness). 21 Kartika W.S. dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. (Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun 2006), h. 49. 36 karena bank mampu melempar dana efektif22. Lebih banyak penelitian menggunakan objek konvensional, sehingga dalam menggitung rasio yang sering digunakan dengan istilah loan yaitu Loan to Deposito Ratio (LDR). Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan) namun pembiayaan atau financing23. Pada umumnya konsep yang sama ditunjukan pada bank syariah dalam menyebut likuiditas dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu seberapa besar dana pihak ketiga bank syariah dilepaskan untuk pembiayaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: FDR Total Pembiayaan 100 Total Dana Pihak Ketiga Bank Indonesia menyatakan suatu bank masih dianggap sehat jika rasio berada diantara 85 persen – 110 persen. Apabila FDR suatu bank berada diatas atau dibawah 85 persen – 110 persen, maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik. Menurut Mahdiyah 24 jika angka rasio FDR suatu bank berada pada angka 60% berarti 40% dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga 22 Mahmud M. Hanafi dkk, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2007), h. 333 23 Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. (Jakarta: Gema Insani Press. 2001), h. 170 24 Mahdiyah, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Kualitas Aset Produktif dan Rasio Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah Periode 2009-2013” (Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 25 - 25 37 dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Kemungkinan jika rasio FDR bank mencapai 110% berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) yang baik. F. Efisiensi Working paper Bank Indonesia25 yang menjelaskan mengenai efisiensi telah mendefinisikan efisiensi sebagai indikator yang menunjukan kemampuan manager dan staf perusahaan dalam menjaga tingkat kenaikan pendapatan laba diatas tingkat kenaikan biaya operasional. Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam memanfaatkan dana yang dimiliki dan biaya yang dilakukan untuk mengoperasikan dana tersebut. Pengukuran efisiensi menurut Bank Indonesia dilihat dari nilai Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Dalam penelitiannya Rahmat26 memaparkan bahwa semakin kecil nilai BOPO menunjukan semakin baik tingkat efisiensi bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat memiliki nilai BOPO kurang dari satu, sebaliknya bank yang kurang sehat nilai BOPO nya lebih dari satu. 25 Dadang Muljawan dkk, “Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”, (Working Paper Bank Indonesia. Desember 2014), h. 6-7 26 Rahmat Abdillah, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2008-2005)”, (Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015), h. 37-38. 38 Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Menurut Almilia dan Herdiningtyas27 semaki kecil rasio ini berarti semakin efisiensi biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bagi hasil dan total pendapatan operasional lainnya. Perhitungan adalah seperti berikut ini: BOPO Total Beban Operasional 100 Total Pendapatan Operasional BOPO menggambarkan beban bunga yang harus dibayar dan pendapatan bank. Beban bunga yang harus dibayar sangat tergantung dengan variabel makro, terutama BI Rate yang menjadi acuan penentuan baik bunga pinjaman maupun simpanan. Selain tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi BOPO tersebut, salah satu aspek yang juga dapat mempengaruhi yaitu aspek ketidakpastian, sumber aspek ketidakpastian ini merupakan tingginya tingkat inflasi yang terjadi. 27 Tiara Kusuma Hapsari, “Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM dan Rasio Konsetrasi terhadap ROA (studi empiris pada Bank Umum yang Listing di BEI 2005 – 2009)”, (Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2011), h. xxvii 39 G. Variabel Makroekonomi 1. Industrial Production Index (IPI) Rinal28 dalam penelitiannya menjelaskan mengenai teori makro yang menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari suku bunga dan pendapatan nasional. Besarnya pendapatan menunjukan sebarapa besar kemampuan (ability) seseorang untuk menabung. Apabila pendapatan masyarakat meningkat, maka Jumlah pendapatan yang bisa dibelanjakan akan meningkat. Jika konsumsi diasumsikan tetap atau peningkatannya relatif lebih kecil daripada peningkatan pendapatannya, maka akan semakin banyak jumlah dana yang bisa ditabungkan masyarakat di perbankan. Dalam penjelasan pada penelitian yang dilakukan oleh Sri29 Industiral Production Index (IPI) adalah sebuah indikator ekonomi yang mengukur produksi output riil. IPI sering digunakan sebagai representasi bagi pendapatan nasional untuk menggantikan ketiadaan data PDB bulanan. Sejalan dengan teori yang ada pada penelitian yang dilakukan oleh Aviliani30 mengungkapkan bahwa indeks produksi industri (IPI) sebagai proksi dari pendapatan nasional memiliki hubungan kuat dengan hampir semua indicator kinerja bank. 28 Rinal Satria Anugrah, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia”, (Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2006), h. 31. 29 Sri Wulan Fatmawati, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 9 30 Aviliani dkk. “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in Indonesia. Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan”, (Volume 17, Nomor 4, April 2015), h. 398. 40 2. Inflasi Inflasi adalah naiknya harga-harga komiditi secara umum yang disebabkan oleh tidak singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan uang dan sebagainya) dngan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat31. Inflasi merupakan presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu tahun tertentu. Atau dengan kata lain, adanya penurunan dari nilai mata uang yang berlaku. Menurut Sukirno32 terdapat tiga akibat penting dari inflasi yang terkait dengan investasi, yaitu: a. Inflasi menimbulkan penanaman modal secara spekulatif, dalam hal ini pemilik modal cenderung menggunakan uangnya untuk investasi yang bersifat spekulatif. Mereka menganggap membeli rumah atau menyimpan barang berharga lebih menguntungkan daripada investasi pada sektor produktif b. Tingkat bunga meningkat sehingga mengurangi investasi, untuk menghindati penurunan dari nilai modal yang dipinjamkan. Makin tinggi nilai inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunganya. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kemauan pemilik modal untuk mengembangkan sektor-sektor profuktif. Apabila dikaitkan dengan kinerja bank, maka dengan redahnya investasi maka akan menghambat likuditas bank, penyaluran dana jadi menurun dan secara otomatis profit juga akan lebih kecil jika dana yang disalurkan semakin sedikit. 31 Iskandar Putong, “Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri (A-SWOT- TSI)”. (Jurnal Ilmuan Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8 no. 2), h. 65 – 72. 32 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998). 41 c. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi suatu Negara di masa yang akan datang, dengan begitu investor akan berfikir lagi di Negara yang bersangkutan. Dari sisi supply, banyak proyek yang terancam tidak feasible gara-gara asumsi inflasinya terlalu tinggi, sehingga investasi tidak jadi dilakukan dan lapangan pekerjaan tidak jadi bertambah. Bahkan saat inflasi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi di Negara tetangga menjadikan tingkat bunga riil terancam negatif yang akan memberikan tekanan pada nilai rupiah terhadap uang asing, khususnya ditengah kabar meningkatnya suku bunga Fed Fund di Amerika33. Kecenderungan harga barang-barang yang semakin meningkat (inflasi) akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan. Secara teori, inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu institusi keuangan. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Budi34 yang menunjukan bahwa inflasi ini memiliki korelasi yang sangat kuat dan searah terhadap tingkat profitabilitas yang dilihat dari rasio Return on Equity (ROE). 3. BI Rate Suku bunga Bank Indonesia (BI Rate)35 adalah suku bunga acuan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai 33 Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2008), h. 373 34 Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007).” (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). 35 www.bi.go.id 42 otoritas moneter dan diumumkan kepada publik. Menurut Siamat36 BI Rate adalah suku Bunga yang diumumkan oleh BI secara periodik dengan tenor satu bulan untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter. Pada working paper Bank Indonesia37 menyebutkan bahwa tingkat suku bunga bank, baik suku bungan kredit maupun simpanan dapat memengarui tingkat efisiensi perbankan. Pengaruh ini dijelaskan oleh interest rate spread atau net interest margin. Tingginya interest rate spread mejadi indikasi inefisiensi pada sektor perbankan. Oleh karena itu, spread suku bunga perbankan yang tinggi dapat mengurangi potensial savers karena tingkat pengembalian yang rendah atas deposit dan meningkatkan biaya financial untuk borrowers, sehingga dapat mengurangi potensi pertumbuhan investasi dan ekonomi. Selain interest rate spread, net interest margin juga dapat digunakan sebagai salah satu proksi untuk mengukur tingkat efisiensi industri perbankan. Menurut Dwijayanti38 secara tidak langsung BI Rate mempengaruhi kinerja keuangan perbankan melalui suku bunga pokok perbankan. Karena apabila BI Rate naik, maka suku bunga simpanan dan pinjaman akan naik juga. Hal tersebut 36 Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan. Edisi Kelima (Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. 2005), h. 139. 37 Dadang Muljawan dkk, “Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit,” (Working Paper Bank Indonesia. Desember 2014), h. 16 38 Dwijayanti, Febrina dan Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003 – 2007”. Jurnal Karisma, (Vol. 3 (2): 87 – 89. 2009), h. 95. 43 mengakibatkan masyarakat lebih memilih menaruh uangnya di Bank dalam bentuk simpanan dengan ekspektasi mendapat bunga yang tinggi dari pada meminjam uang. Hal ini menyebabkan penurunan penyaluran kredit dan pendapatan bank dari sektor kredit akan berkurang sehingga menurunan profit. Sejalan dengan teori yang sudah ada dan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh aviliani39 secara umum suku bunga kebijakan (BI Rate) merupakan variabel makro yang direspon besar oleh mayoritas indikator kinerja bank. BI Rate merupakan instrument paling potensial yang dimiliki Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan sektor keuangan khususnya perbankan. 4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks harga saham gabungan menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham sampai pada tanggal tertentu, indeks harga saham gabungan merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek40. Pasar modal menjadi suatu yang penting di era globalisasi ini. Indonesia merupakan Negara yang pasar keuanganya sedang berkembang. Sebagai alternatif investasi, sumber dana melalui penjualan saham dan penerbitan obligasi serta sebagai 39 Aviliani dkk. “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in Indonesia. Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,” (Volume 17, Nomor 4, April 2015), h. 398. 40 Luna Haningsih, Pasar Modal: Indeks Harga Saham Pusat (Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB), Modul 11. 44 indikator makroekonomi. Menurut Sri41 investasi di Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan membaiknya indeks yang berkaitan dengan Indonesia yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Pasar saham dapat menyebabkan spekulasi jangka pendek yang bahkan dapat mendominasi perdagangan dan mendistrosi keputusan yang dibuat manager yang juga sering mempengaruhi kinerja jangka pendek42. Menurut Budi43 apabila harga saham meningkat, maka kemampuan perusahaan akan menghasilkan laba meningkat. Dengan kata lain peningkatan harga saham akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Tingginya harga saham tersebut akan menurunkan profitabilitas perusahaan karena persahaan dibebani biaya yang tinggi, akibatnya perusahaan harus mencari tambahan dana untuk menutupi kekurangan yaitu dengan mengajukan kredit kepada pihak perbankan. Jika semakin banyak dana yang tertanam pada pinjaman (kreditor), akan mengakibatkan penurunan kemampuan likuiditas bank. 5. Nilai Tukar Sekarang orang sering memperkatakan tentang globalisasi ekonomi, suatu konsep 41 Sri Wulan Fatmawati, “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)”. (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 1 42 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. (Jakarta: Erlagga. 2006), h. 337. 43 Budi Santosa, “Hubungan Variabel Makro ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007).” (Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), h. 64. 45 yang semakin popular dibahas dan dibicarakan orang dalam beberapa tahun belakangan ini. Pada dasarnya konsep ini menunjukan bahwa, secara ekonomi ketergantungan perkembangan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara kepada perkembangan ekonomi di Negara-negara lain semakin besar44. Gambaran mengenai hubungan ekonomi berlaku diantara satu Negara dengan berbagai Negara lainnya dapat dilihat dalam neraca pembayaran yang memberi informasi tentang nilai ekspor dan impor, transaksi jasa-jasa, aliran modal jangka pajang (penanaman modal asing) dan aliran modal jangka pendek. Besarnya ekspor dan impor dipengaruhi oleh perbandingan harga relatif antara produk domestik dengan harga pasar luar negeri untuk produk dengan spesifikasi yang sama. Harga relatif tersebut dipengaruhi oleh nilai tukar uang mata uang domestik dengan mata uang asing. Dengan demikian, kebijakan nilai tukar menjadi sangat penting untuk mendorong ekspor di satu sisi dengan menekan impor di sisi yang lain45. Pemerintah perlu memilih sistem nilai tukar yang paling cocok untuk diterapkan. Indonesia telah mengalami pengalaman menerapkan berbagai sistem. Indonesia lama menerapkan sistem nilai tukar tetap (fix exchange rate system), yaitu dengan mematok nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnnya pada nilai tertentu dan tidak 44 Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 15 45 Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: Penerbit PPM. 2006), h. 168 – 169. 46 boleh bergerak kalaupun bergerak rentangnya sangat kecil misalnya ± 1%. Pergerakan naik turun nilai tukar tersebut diizinkan untuk mengakomodasi tekanan terhadap mata uang46. Setalah lama dengan sistem mata uang tetap, sistem nilai tukar bergeser menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate). Dalam system ini nilai tukar dipatok pada nilai tertentu tapi diizinkan berfluktuasi dengan rentang yang lebih lebar, misalnya ± 5%. Sejak 14 Agustus 1997 Indonesia menerapkan sistem mengambang bebas (free floating exchange rate system), pada sistem ini nilai tukar dibiarkan bergerak naik turun sesuai dengan kondisi pemerintah dan penawaran mata uang seperti yang kita rasakan sekarang ini. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain bergerak setiap detik47. Pergerakan ini mempengaruhi kinerja ekonomi secara keseluruhan dan kinerja perusahaan secara mikro tanpa terkecuali pengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Apabila nilai mata uang dalam negeri lebih tinggi dari nilai mata uang asing, maka harga-harga barang impor menurun. Menurunnya harga barang-barang tersebut akan meningkatkan produktifitas pada sektor riil, mengingat Indonesia hampir pada semua aspek melakukan impor. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya perekonomian pada sektor riil, sehingga pengembalian dana sektor riil kepada bank 46 Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: Penerbit PPM. 2006), h. 169. 47 Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro (Jakarta: Penerbit PPM. 2006), h. 169 – 170. 47 akan meningkat pula maka terjadi kenaikan pada profitabilitas. Silvya48 dalam penelitiannya memberikan gambaran rasionalitas mengenai nilai tukar rupiah terhadap dollar dan hubungannya dengan kinerja keuangan, angka nilai tukar rupiah yang menurun atau disebut apresiasi menunjukan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar dan mengindikasikan adanya peningkatan perekonomian nasional karena perusahaan melakukan peningkatan ekspor. Sehingga laba perusahaan dan kemampuan fundamental perusahaan akan meningkat, selanjutnya perusahan dapat memperoleh kredit dari bank untuk mengembangkan usahanya atau kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan kredit di bank akan lancar dan kinerja keuangan bank yang dilihat dari tingkat profitabilitas juga akan meningkat. H. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu) Tabel 2.1 Review studi terdahulu No. 1. Peneliti Penulis: Rinal Anugrah Satria (Skripsi Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ilmu Ekonomi) Isi Perbedaan Tujuan: Menganalisis faktor-faktor yang mempengarui likuiditas (FDR) bank umum syariah di Indonesia dan besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut serta dapat merumuskan implikasi kebijakan yang dapat diambil bank Indonesia untuk mengatur faktor-faktor yang Penulis menganalisis kinerja keuangan yang dilihat dari rasio likuiditasnya yaitu Financial to Deposit Ratio (FDR) dengan periode 2001 – 2005. Kemudian metode pada penelitian ini menggunakan 48 Silvya Nur Indahsari, “Analisis Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk.),” (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya Malang), h. 8. 48 Judul: Analisis Faktorfaktor yang mempengaruhi likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia 2. mempengaruhi likuiditas BUS Ordinary Least Square (OLS). Metode Penelitian: Model regresi linear berganda (ordinary least square OLS) Hasil: Pada variabel NPF, nilai tukar, SWBI, suku bunga SBI, dan Tahun: 2006 Dummy fatwa hasilnya sesuai dengan hipotesis. Untuk variabl NPF dan Nilai tukar memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap FDR BUS. Adapun untuk variabel SWBI, suku bunga SBI dan Dummy fatwa memberikan pengaruh yang negatif terhadap FDR BUS. Sedangkan untuk variabel total aset menolak hipotesis yang hasilnya menunjukan variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap FDR BUS. Dan variabel yang sangat berpengaruh terhadap likuiditas (FDR) BUS adalah nilai tukar. Penulis: Tujuan: Budi Santosa Menjelaskan besar/kecilnya atau kuat lemahnya hubungan (Skripsi antara variabel makroekonomi Universitas Islam yang ditunjukan dengan inflasi, Negeri Sunan nilai tukar rupiah terhadap Kalijaga dollar AS/kura, tingkat Suku Yogyakarta) bunga SBI dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap kinerja keuangan Judul: Hubungan Variabel Return on Equity (ROE) dan Makroekonomi Loan to Deposito Ratio (LDR). Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Metode Penelitian: Bank Syariah Analisis korelasi kanonikal Penelitian ini menganalisis kinerja keuangan dari sisi profitabilitas dan likuiditasnya dengan melihat pada Return on Equity (ROE) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan satu sampel pada PT. Bank Syariah Mandiri. Metode yang digunakan adalah dengan analisi korelasi 49 3. Mandiri (Periode (canonical correlation Mei 2005 – analysis) Oktober 2007) Hasil: Secara Keseluruhan, hasil dari Tahun: 2009 peneltitian ini menujukan medukung hipotesis untuk model pertama yang artinya bahwa korelasi antara variabel makroekonomi yakni diantaranya Inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS/kura, tingkat Suku bunga SBI dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap kinerja keuangan Return on Equity (ROE) korelasinya sangat kuat dan searah. Adapun untuk model kedua menunjukan menolak hipotesis secara keseluruhan, yang artinya bahwa korelasinya menjukan negatif dan tidak searah dari variabel makroekonomi yakni diantaranya Inflasi, nilai tkar rupiah terhadap dollar AS/kura, tingkat Suku bunga SBI dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap kinerja keuangan Loan to Deposito Ratio (LDR). Penulis: Tujuan: Suria Rismawati Menganalisis tingkat Sanwari dan Roza sensitifitas bank syariah di Hazli Zakaria Malaysia terhadap kondisi makroekonomi yang terjadi. (ISRA International Metode Penelitian: Journal of Islamic Generalized Least Square Finance. Vol 5. (GLS) Issue 2. 2013) Kanonikal. Penelitian ini memfokuskan kinerja bank hanya pada tingkat profitabilitas saja dengan periode 2000 – 2009 adapun variabel makro yang digunakan diantaranya pajak, 50 Judul: The Perfomance of Islamic Banks and Macroeconomic Condition Tahun: 2013 4. Penulis: Silvia Hendrayanti (Skripsi Universitas Diponegoro Semarang, Fakultas Ekonomika Bisnis) tingkat suku bunga, Hasil: Dari penelitian ini memberikan inflasi dan GDP. hasil bahwa secara keseluruhan kebijakan pemerintah seperti pajak dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perbankan yang dilihat dari Rasio ROA dan ROE. Adapun faktor eksternal lainnya yaitu pertumbuhan ekonomi dan inflasi memberikan pengaruh terhadap kinerja perbankan, tetapi kinerja keuangan tidak begitu sangat tergantung terhadap kedua faktor tersebut. Tujuan: Menganalisis pengaruh Equity to Total Asset Ratio (EAR), BOPO, Loan o Asset Ratio (LAR), Firm Size, Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Volalitas ROA terhadap Return on Asset (ROA) dan Metode Penelitian: Generalized AutoRegresive Conditional Heteroscedasity in Judul: Analisis Pengaruh Mean (GARCH-M) Faktor Internal dan Eksternal terhadap Hasil: Profitabilitas Penelitian ini menunjukan Perbankan (studi bahwa Equity to Total Assets pada Bank Umum Ratio (EAR) memiliki di Indonesia pengaruh positif dan sginifikan Periode Januari terhadap (ROA), Biaya 2003 – Februari Operasional terhadap 2012) Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Asset Ratio (LAR) memiliki Tahun: 2013 pengaruh negatif dan Penelitian ini memfokuskan pada menganalisis kinerja yang melihat dari profitabilitas, dengan menggunakan metode GARCH-M. pada periode 2003 – 2012. 51 signifikan terhadap Return on Asset (ROA), pertumbuhan ekonomi dan inflasi memiliki koefisien regresi yang positif tetapi tidak signifikan terhadap Return on Asset (ROA) dan volalitas ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 5. Penulis: Tujuan: Sara Kanwal dan Menganalisis dampak Muhammad makroekonomi terhadap Nadeem profitabilitas bank umum di Pakistan pada periode 2001 – (European Journal 2011, dikarenakan bank umum of Bussines and di Pakistan memberikan Sosial Science, kontribusi yang sangat penting ISSN: 2235-767X) terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Judul: The Impact of Metode Penelitian: Macroeconomic Pearson Correlation and Variables on The Polled Ordinary Least Square Profitability of (POLS) Listed Commercial Banks in Pakistan Hasil: Penelitian ini menggunakan faktor eksternal yaitu inflasi, Tahun: 2013 GDP dan tingkat suku bunga, terhadap profitabilitas yaitu dengan melihat rasio ROA, ROE dan EM (Equity Multiplier). Dimana hasilnya menunjukan bahwa terdapat hasil yang positif dan signifikan dari tingkat suku bungan terhadap ROA, ROE dan EM. Sedangkan untuk GDP memberikan dampak yang positif tetapi tidak signifikan. Adapun tingkat Pada penelitian ini kinerja dilihat dari tingkat profitabilitasnya, dengan menggunakan rasio ROA, ROE dan EM. Adapun variabel makroekonomi yang digunakan yaitu inflasi, GDP dan tingkat suku bunga. Periode penelitian pada tahun 2001 – 2013. 52 6. Penulis: Dadang Muljawan, Januar Hafidz, Rieska Indah Astuti, Rini Oktapiani (Working Paper Bank Indonesia) Judul: Faktor-faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia serta Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit Tahun: 2014 inflasi menunjukan hubungan yang negatif terhadap ketiga rasio profitabilias tersebut. Tujuan: Mempelajari faktor-faktor yang dominan mempengaruhi tingkat efisiensi operasional bank dan mempelajari pola pembentukan suku bunga bank-bank komersial di Indonesia yang dikaitkan dengan struktur pasar perbankan. Metode Penelitian: Data Envelopment (DEA) Analysis Hasil: Dari penelitian ini memberikan hasil bahwa GDP secara signifikan berpengaruh positif (sesuai ekspektasi) terhadap tingkat efiensi operasional bank Umum Indonesia. Adapun inflasi berpengaruh positif (tidak sesuai ekspektasi) terhadap efisiensi operasional bank, volalitas suku bunga berpengaruh positif (tidak sesuai ekspektasi) dan signifikan terhadap efisiensi bank. Sementara itu LDR memiliki pengaruh positif (sesuai ekspektasi) dan signifikan terhadap tingkat efisiensi bank karena kenaikan kredit dapat meningkatkan pendapatan bank sekaligus dapat meningkatkan tingkat efisiensi bank (perhitungan BOPO). Penelitian ini menganalisis mengenai efisiensi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan periode tahun 2008 – 2013. 53 7. Penulis: Rismon Hamdi dan Henny Setyo Lestari Tujuan: Menganalisis pengaruh faktor internal bank yang diukur dengan capital adequacy ratio, asset quality, management (Jurnal Manajemen efficiency, liquidity dan faktor Trisakti ISSN: eksternal yang diukur dengan 2339-0824) inflation, dan gross domestic product. Judul: Pengaruh Faktor Metode Penelitian: Internal dan Multiple regression linear Eksternal Bank analysis dan pengujian Terhadap Kinerja hipotesis (testing hypothesis) Bank di Perusahaan Perbankan Di Hasil: Bursa Efek Terdapat tiga model dalam Indonesia penelitian tersebut, dimana model pertama melihat kinerja keuangan dari rasio ROA, Tahun: 2015 faktor eksternal (Inflasi dan GDP) mendukung hipotesis yang artinya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari faktor eksternal tersebut terhadap ROA. Adapun faktor internal (asset quality, management efficiency, liquidity) mendukung hipotesis yang artinya bahwa terdapat pengaruh signifikan dari ketiga faktor internal tersebut terhadap ROA, sedangkan untuk capital adequacy ratio menolak hipotesis yang artinya bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari capital adequacy ratio tersebut terhadap ROA. Dalam model kedua melihat kinerja keuangan dari rasio Pada penelitian ini kinerja keuangan melihat pada rasio Return on Asset (ROA) dan variabel yang mempengaruinya melihat pada faktor internal dan eksternal. Adapun faktor eksternalnya yaitu inflasi dan GDP dan faktor internalnya dengan meihat pada indikator CAMEL. Dengan periode dari tahun 2008 – 2012. 54 ROE dan model ketiga melihat dari rasio NIM. Adapun untuk faktor internal (Inflasi dan GDP) menolah hipotesis baik untuk model kedua maupun model ketiga yang artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari faktor eksternal tersebut terhadap ROE dan NIM. Adapun untuk faktor internal yang mendukung hipotesis diantaranya capital adequacy ratio, management efficiency, liquidit pada model kedua sedangkan asset quality menolak hipotesis. Untuk model ketiga sendiri tiga faktor internal mendukung hipotesis diantaranya (asset quality, management efficiency, liquidity) sedangkan capital adequacy ratio menolak hipotesis. 55 I. Kerangka Konsep Gambar 2.1 Kerangka Konsep Variabel Makroekonomi (X) Industrial Production Index (X1) Inflasi (X2) BI Rate (X3) Indeks Harga Saham Gabungan (X4) Nilai Tukar (X5) Kinerja Keuangan Perbankan Syariah (Y) ROA (Y1) FDR (Y2) BOPO (Y3) BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas pengaruh variabel eksternal yang merupakan kondisi makroekonomi di Indonesia diantaranya Industrial Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terhadap kinerja keuangan bank dengan melihat rasio profitabilitas yang dalam hal ini Return on Asset (ROA), likuiditas yang dilihat dari Financial to Deposit Ratio (FDR) dan rasio efisiensi yang melihat dari rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Ruang Lingkup industri perbankan syariah yang dianalisis pada penelitian ini hanya mencakup BUS dan UUS. Hal ini dikarenakan komposisi perbankan syariah masih di dominasi oleh BUS dan Unit Usaha Syariah (UUS) (±98%)1 maka dapat dianggap mewakili gambaran industri perbankan syariah di Indonesia. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan bulanan BUS dan UUS dari tahun 2010 sampai 2015. 1 Laporan Profil Industri Perbankan, 2015. Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis, (Otoritas Jasa Keuangan), h. 37 56 57 B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa carayaitu: 1. Studi kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur ilmiah, buku-buku, artikel dan jurnal yang terkait penelitian ini. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Data sekunder yang terkait penelitian ini diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah mulai dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2015 yang dapat dilihat dari laporan Publikasi Otoritas Jasa Keuangan. Sedangkan untuk laporan kondisi makroekonomi dapat dilihat dari situs Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dan situs-situs lainnya yang terkait dengan penelitian. C. Sumber Data Data merupakan bukti-bukti, fakta-fakta, sesuatu yang secara pasti diketahui atau serangkaian informasi yang ada disekitar kita. Selain itu, data juga dapat didefinisikan sebagai sekumpulan informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang 2 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi (Jakarta: Erlangga. 2003), h. 124. 58 merupakan data statistik berbentuk angka-angka. Menurut Muhammad3 data kuanitatif adalah data yang diukur dalam skala numeric (angka) yang dibedakan menjadi data interval dan data rasio. Penelitian kuantitatif dimaksudkan untuk melihat fenomena yang ada kemudian dibandingkan dengan teori yang dimiliki 4 Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan Januari 2010 – Desember 2015 yang merupakan data Return on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), yang diperoleh dari laporan statistik perbankan syariah Ototritas Jasa Keuangan (OJK). Sedangkan data Industrial Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar diperoleh dari Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi-instansi terkait dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. D. Variabel Penelitian Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus di operasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel5. Dalam pengertian lain 3 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 45. 4 Muhammad Idrus, Metode Peneitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 29 5 Sofyan Efendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survey. (Jakarta: LP3ED. 2012), h. 56. 59 dikatakan bahwa variabel adalah simbol atau konsep yang diasumsikan seperangkat nilai6. Dalam penelitian ini secara garis besar terdapat dua variabel yaitu variabel dependen dan independen. 1. Variabel terikat (Dependent Variabel) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri7. Variabel dependen ini merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah: a. Return on Asset (ROA) Merupakan salah satu rasio profitabiltitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit atas aktiva. b. Financial to Deposit Ratio (FDR) Merupakan rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya bank yang bersangkutan. c. Biaya Operassional Pendapatan Operasional (BOPO) Menurut kamus keuangan adaalah kelompok rasio yang mengujur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan suatu 6 Ely Rochaeti, Ratih Tresna dan Abdul Madjid Latief, Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana Media. 2007), h. 11 7 Dwi Priyanto, Paham Analisis Statistik data dengan SPSS (Jakarta: Mediakom. 2010), h. 8 60 terhadap lainnya. 2. Variabel Bebas (Independent Variabel) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri8. Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan-perubahan pada variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini berupa: a. Industrial Production Index (IPI) Industrial Production Index (IPI) adalah sebuah indikator ekonomi yang mengukur produksi output riil. IPI sering digunakan sebagai representasi bagi pendapatan nasional untuk menggantikan ketiadaan data PDB bulanan. Indeks yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks produksi industri besar dan sedang. b. Inflasi Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Besar kecilnya inflasi akan berpengaruh terhada kinerja keuangan sektor perbankan. c. BI Rate BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publick. Dalam penelitian ini, data BI Rate bersumber dari hasil publikasi oleh Bank Indonesia. 8 Dwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. (Jakarta: Mediakom, 2010), h. 8 61 d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek. Dalam hal ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. e. Nilai Tukar Kurs merupakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel independen adalah kurs rupiah terhadap dollar AS. E. Metode Analisis Penelitian ini mneggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk pengujian metode analisis dengan menggunakan Vector Eerror Correction Model (VECM). VECM adalah bentuk Vector Autoregressive (VAR) yang teretriksi. Retriksi diberikan karena data stasioner namun terkointegrasi9. Spesifikasi VECM meretriksi hubungan jangka panjang antara variabel yang ada agar konveren ke dalam hubungan kointegrsi namun tetap membiarkan perubahan-perubahan dinamis jangka pendek10. 9 Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu. (Bogor: PT Penerbit IPB Press. 2012), h. 165. 10 Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya (Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. 2009), h. 349 62 1. Uji Stasioneritas Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan data time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data (stasionery stochasting process). Data stasioner adalah data yang variansnya tidak terlalu besar dan punya kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Tujuan uji ini adalah agar nilai rata-rata stabil dan random errornya sama dengan nol. Andrian11 memaparkan data atau variabel yang stasioner pada tingkat level akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode standar. Sementara non stasioner akan berimplikasi pada bentuk VECM. Karena itulah pengujian stasioneritas memegang peranan penting dalam tahapan estimasi dengan menggunakan metode VAR. a. Uji akar unit (unit root test) Uji ini dilakukan unutk mengetahui apakah data stasioner atau tidak. Uji ini menggunakakn Augmented Dickey Fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau difference) hingga diperoleh suatu data yang stasioner. Hipotesis: H i k H ion ion Dengan mengikuti pernyataan bahwa: 1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka 11 An i n Tony P ko o, “An li i Hubung n P Pertumbuh n Ekonomi In on i ”, (Sk ip i Univ i g ng n In In on i . 2 diterima n ion l 9), h. 65. n FDI T h p 63 2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima Pada penelitian ini digunakan nilai kritis 5% yang mana tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi, cara yang cukup cepat dalam menentukan data yang sudah stasioner atau belum adalah dengan melihat probabilitasnya, apabila lebih kecil dari 0,05 maka data sudah stasioner. b. Uji derajat integrasi Pada data time series umumnya tidak stasioner pada level, sehingga harus diuji kembali pada derajat berapakah data menjadi stasioner. Uji ini dilakukan apabila data tidak stasioner pada level, uji ini mirip dengan uji akar unit dengan cara mendiferensiasi data pada tingkat tertentu hingga stasioner. Hipotesis: H H i k ion ion Dengan mengikuti pernyataan bahwa: 1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima 2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka diterima Jika nilai statistik ADF secara absolute lebih kecil dibandingkan nilai kritis MacKinnon, maka diterima. Dengan kata lain terdapat satu akar unit atau data tidak stasioner. Data time series yang belum stasioner pada tingkat level dapat dijadikan stasioner melalui proses differensiasi agar data menjadi stasioner. 64 2. Uji Lag Optimal Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah penentuan lag optimal. Hal ini dilakukan karena seringkali suatu peubah bereaksi terhadap peubah lainnya dalam suatu selang waktu (lag)12. Permasalah yang muncul apabila panjang lagnya terlalu kecil akan membuat model tersebut tidak dapat digunakan karena kurang mampu menjelaskan hubungannya dan sebaliknya jika panjang lag yang digunakan terlalu besar maka derajat bebasnya (degree of freedom) akan menjadi lebih besar sehingga tidak efisien lagi menjelaskan13. Untuk menentukan panjang lag optimal dapat digunakan beberapa kriteria yaitu dengan menggunakan Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), Final Prediction Error (FPE) dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ). Selanjutnya berikut adalah kriteria yang digunakan14: Ak ik In o m ion C i S hw z In o m ion C i -2 [T] 2(k T) ion (AIC) -2 [T] ion (SIC) H nn n-Quinn In o m ion C i (3.1) (3.2) ion (HQ) -2 [T] 2 [ log (T) T ] (3.3) Pengujian lag optimal berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR. Dalam penelitian ini digunakan semua kriteria informasi untuk 12 D Rizki Ku m n , “E k ivi K bij k n Mon P b nk n In on i y ng Oligopoli”, (Sk ip i In i u P 13 Andrian Tony P ko o, “An li i Hubung n P P umbuh n Ekonomi In on i ”, (Sk ip i Univ 14 i l m S uk u ni n Bogo . 2 g ng n In In on i . 2 P In u i 3), h 2 . n ion l n FDI T h p 9), h. 67. Shochrul R. Ajija dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 166. 65 menentukan lag optimal. Model diestimasi dengan lag yang berbeda-beda lalu dibandingkan nilai kriterianya. Lag optimal yang umumnya dipilih berdasarkan nilai kriteria yang terkecil. 3. Uji Kointegrasi Kestasioneran data melalui diferensiasi dinilai masih belum cukup apabila peneliti meneruskan uji VECM. Model harus memiliki kointegrasi atau hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Pendeteksian ini dapat dilakukan dengan Metode Johansen. Pengujian kointegrasi dalam penelitian ini dilaksanakan dengan derajat kepercayaan 5% dengan cara membandingkan trace statistic atau max eigen statistic dengan critical value-nya15. Hipotesis: H H p hubung n j ngk p nj ng n i k v i b l in p n n p hubung n j ngk p nj ng n nv i b l v i b l in p n n p n n nv i b l p n n Dengan mengikuti pernyataan bahwa: 1) Jika nilai trace statistic > nilai critical value maka H i im , mo l koin g i 2) Jika nilai trace statistic < nilai critical value maka H i im , mo l i k 15 koin g i Moch. Deddy Ariefianto, Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews. (Jakarta: Erlangga. 2012), h. 113. 66 Jika terdapat hubungan kointegrasi, model unrestricted VAR dapat diaplikasikan, tetapi bila terdapat hubungan kointegrasi antar variabel, Vector Error Correction Model (VECM) yang dipergunakan. 4. Uji Vector Error Correction Model (VECM) Kontov dan lingard dalam Shocrul16 VECM merupakan suatu model analisis ekonometria yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka pendek dari suatu variabel jangka panjangnya. Gujarati berpendapat VECM ini dinilai kurang cocok jika digunakan dalam menganalisis suatu kebijakan. Hal ini dikarenakan analisis VECM yang ateori dan terlalu menekankan pada forecasting atau peramalan pada suatu ekonometrika17. Dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka panjang. Menurut Firdaus dalam Syahfitri18 model VECM secara umum adalah sebagai berikut: y x x y- ∑ ki k y- (3.4) Dimana: y : vector yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian 16 Shochrul R, Ajija, dkk. Cara cerdas Menguasai Eviews. (Jakarta: Salemba Empat. 2011), h. 180 17 D mo N. Guj i, B i E onom i ’ 4 th Edition. (New York: Mgraw-Hill. 2003), h. 853 18 Ik Sy h i i, “An li i K Institut Pertanian Bogor. 2013), h. 25 i P b nk n nP umbuh n Ekonomi i In on i ” (Sk ip i 67 x : vector intercept x : vector koefisien regresi : time trend : koefisien speed of adjustment : vector kointegrasi yk : variabel in-level : matriks koefisien regresi k-1 : ordo VECM dari VAR k : lag : error term Apabila variabel-variabel tidak terkointegrasi pada stasioner atau ordo yang sama, maka VECM tidak dapat diterapkan. Sebagai gantinya peneliti dapat menggunakan VAR standar yang hasilnya identik dengan Ordinary Least Square (OLS). Pelaku dinamis VECM dapat dilihat dari respon dari setiap variabel terikat terhadap shock pada variabel tersebut mauun terhadap variabel bebas lainnya. Ada dua cara untuk melihat karakteristik dinamis VECM melalui Impuls Response Funtion (IRF) dan Variance Decompotion (VD). a. Impuls Response Funtion (IRF) Untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan tertentu makan digunakan metode Impuls Response Funtion (IRF). Analisis IRF data melacak respon dari variabel terkait di dalam sistem VECM karena adanya shock dari 68 variabel bebas pada persamaan variabel terikat dalam suatu sistem VECM. Misalnya variabel bebas mengalami kenaikan sebesar x maka akan mempengaruhi variabel terikat untuk saat ini atau masa depan. Menurut Sims dalam Shocrul19 IRF menggambarkan ekspektasi periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu variabel akibat inovasi dari variabel lain. Sehingga lamanya shock tergantung pada suatu variabel terhadap variabel lain hingga pengaruhnya hilang atau kembali pada titik keseimbangan dapat dilihat. b. Variance Decompotion (VD) Disebut juga forecast error Variance Decompotion, merupakan perangkat yang dapat menggambarkan relative pentingnya variabel-variabel bebas pada model VECM karena shock dan menjelaskan sebarapa kuat peranan variabel-variabel tertentu terhadap variabel lainnya. Analisis ini dilaksanakan dengan cara pemisahan variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-kompoen shock, dengan asumsi bahwa komponen-komponen tidak berkorelasi. Dalam metode ini dapat dilihat kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel mempengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang. F. Model Penelitian Adapun Model VAR dan VECM yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut: 19 Shochrul R, Ajija, dkk. Cara cerdas Menguasai Eviews. (Jakarta: Salemba Empat. 2011), h. 168 69 Model umum (3.5) ROA (IPI , INF , BIRATE , IHSG , KURS ) FDR (IPI , INF , BIRATE , IHSG , KURS ) BOPO (IPI , INF , BIRATE , IHSG , KURS ) Dimana: ROA : Return on Asset FDR : Financial to Deposit Ratio BOPO : Biaya Operasional Pendapatan Operasional IPI : Industrial Production Index INF : Inflasi BIRATE : BI rate IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan KURS : Nilai Tukar Dalam penelitian ini juga akan mengkaji hubungan antara kinerja keuangan perbankan yang dilihat dari Return on Asset (ROA), Financial To Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dengan kondisi makroekonomi diataranya Industrial Production Index (IPI), inflasi, BI rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar. Maka persamaan untuk tiga model umum pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Model pertama , IPI (3.6) 2 ,INF 2 3 BI RATE 3 4 IHSG 4 5 KURS 5 70 Keterangan: ROA_Y1 = Return on Asset/nilai profitabilitas ROA IPI_X1 = Industrial Production Index INF_X2 = Inflasi BIRATE_X3 = BI rate IHSG_X4 = Indeks Harga Saham Gabungan KURS_X5 = Nilai Tukar Model kedua (3.7) , IPI 2 ,INF 2 3 BI RATE 3 4 IHSG 4 5 KURS 5 Keterangan: FDR_Y2 = Financial to Deposit Ratio/nilai FDR IPI_X1 = Industrial Production Index INF_X2 = Inflasi BIRATE_X3 = BI rate IHSG_X4 = Indeks Harga Saham Gabungan KURS_X5 = Nilai Tukar Model ketiga (3.8) , IPI 2 ,INF 2 3 BI RATE 3 4 IHSG Keterangan: BOPO_Y3 = Biaya operasional pendapatan operasional IPI_X1 = Industrial Production Index 4 5 KURS 5 71 INF_X2 = Inflasi BIRATE_X3 = BI rate IHSG_X4 = Indeks Harga Saham Gabungan KURS_X5 = Nilai Tukar Selanjutnya untuk melihat isu persoalan jangka panjang terbentuk pengkombinasian antara model VAR struktural dengan Vector Error Correction Model (VECM) sehingga persamaan menjadi sebagai berikut: y x x y- ∑ ki k y- (3.9) Dimana: y : ROA , FDR , BOPO , IPI , INF , BI R x : vector intercept x : vector koefisien regresi : time trend : koefisien speed of adjustment : vector kointegrasi yk : variabel in-level : matriks koefisien regresi k-1 : ordo VECM dari VAR k : lag : error term , IHSG , Ku 72 G. Kerangka Penelitian Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Input data time series (Return on Asset, Financial to Deposit Ratio, Biaya Operasional Pendapatan Operasional, Industrial Production Index, BI Rate, Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan, Nilai Tukar) Uji Stasioneritas Lag Optimal st Stasioner 1 st Level/1 diff, tidak ada kointegrasi Vector Autoregressive (VAR) in Level/Var in 1st Difference Uji Kointegrasi (Johansen Jesselius) Stasioner 1st diff, ada kointegrasi Vector Error Correction Model (VECM) Tahapan Estimasi Model Impulse Respo Funtion (IRF) Variance Decompotion (VD) Kesimpulan 73 H. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi20. Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini, maka hipotesisnya adalah: 1. Pengaruh jangka pendek Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terhadap Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional. H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional. H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional. 2. Pengaruh jangka panjang Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terhadap Kinerja 20 Ety Rochaeti, Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Mitra Wacana Media. 2009), h. 108 74 Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional. H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional. H : Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional. 3. H : diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar tidak direspon oleh Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. 4. H : Diduga guncangan (shock) yang terjadi pada variabel Industrial Productio Indeks (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar direspon oleh Kinerja Keuangan dengan melihat rasio Retun on Asset (ROA), Financial to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Bab ini menganalisis data yang akan digunakan. Data yang digunakan berupa variabel-variabel return on asset, financial to deposit ratio, biaya operasional pendapatan operasional, industrial production index, inflasi, BI rate, indeks harga saham gabungan, nilai tukar dan harga minyak mentah dunia. Objek penelitian ini adalah bank umum syariah dan unit usaha syariah. Dengan lamanya penelitian dari periode Januari 2010 sampai dengan desember 2015. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software Eviews v.8.0. dan Microsoft Excel 2007, untuk mengolah data serta memperoleh hasil dari variabel-variabel yang akan diteliti. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik dan situs pendukung lainnya. Berikut penjabaran data-data yang digunakan: Tabel 4.1 Data Return on Asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah ROA (dalam persen) Month 2010 2011 2012 2013 2014 2015 January 1.65 2.26 1.36 2.52 0.08 1.93 February 1.76 1.81 1.79 2.29 0.13 1.94 75 76 March 2.13 1.97 1.83 2.39 1.16 2.39 April 2.06 1.9 1.79 2.29 1.09 2.42 May 1.25 1.84 1.99 2.07 1.13 2.4 June 1.66 1.84 2.05 2.1 1.12 2 July 1.67 1.86 2.05 2.02 1.05 2.05 August 1.63 1.81 2.04 2.01 0.93 2.14 September 1.77 1.8 2.07 2.04 0.97 2.15 October 1.79 1.75 2.11 1.94 0.92 2.22 November 1.83 1.78 2.09 1.96 0.87 2.15 December 1.67 1.79 2.14 2 0.8 1.81 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Secara profitabilitas, bank syariah cenderung stagnan di level yang cukup rendah, yang ditunjukan dengan ROA yang jauh di bawah industri perbankan. Dari tabel 4.1 diatas bahwa tercatat bahwa return on asset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tertinggi terjadi pada bulan Januari 2013 sebesar 2,52 persen namun peningkatan ini tidak diikuti bulan bulan selanjutnya. Kemudian return on asset terendah terjadi pada bulan Januari 2014 dengan nilai 0,08 persen ini merupakan penurunan yang cukup tajam dari tahun sebelumnya Desember 2013 dengan nilai 2,00 persen dan merupakan nilai terendah selama tahun penelitian. Tabel 4.2 Data Financial to Deposit Ratio Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Month January February March FDR (dalam persen) 2010 88.67 90.96 95.07 2011 91.97 95.16 93.22 2012 87.27 90.49 87.13 2013 100.63 102.17 102.62 2014 100.07 102.03 102.22 2015 110.4 109.73 111.72 77 April May June July August September October November December 95.57 96.65 96.08 95.32 98.86 95.4 94.76 95.45 89.67 95.17 94.88 94.93 94.18 98.39 94.97 95.24 94.4 88.94 95.39 103.08 95.5 109.5 97.95 102.08 99.43 109.63 98.59 104.43 100.8 109.25 99.91 104.83 99.89 110.02 101.03 102.53 98.99 109.25 102.1 103.27 99.71 107.71 100.84 103.03 98.99 107.01 101.19 102.58 94.62 108.92 100 100.32 91.5 104.88 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Menurut Bank Indonesia suatu bank masih dianggap sehat jika rasio FDR nya berada diantara 85 persen – 110 persen, pada tabel 4.2 terjadi kenaikan FDR tertinggi hingga mencapai 111,72 persen di tahun 2015 pada bulan maret, hal tersebut mengindikasikan bahwa bank belum dapat menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi (perantara) yang baik. Total pembiayaan yang diberikan lebih dari 110 persen yang artinya pembiayaan yang diberikan meelbihi dana yang dihimpun oleh bank. Tabel 4.3 Data Biaya Operasional Pendapatan Operasioal Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Month January February March April May June July BOPO (dalam persen) 2010 84.87 79.73 76.27 77.15 85.79 79.99 79.77 2011 75.75 79.56 77.63 78.78 79.05 78.13 77.13 2012 86.22 78.39 77.77 77.77 76.24 75.74 75.87 2013 70.43 72.06 72.95 73.95 76.87 76.18 76.13 2014 80.05 83.77 91.9 84.5 76.49 71.76 79.8 2015 82.51 82.28 78.76 79.97 79.79 82.06 81.43 78 August September October November December 80.36 79.1 78.94 77.7 80.54 77.65 77.54 78.03 77.92 78.41 75.89 77.87 81.2 80.37 75.44 77.98 82.39 80.06 75.04 79.06 75.61 79.96 75.29 78.59 93.5 79.99 74.75 78.21 79.28 83.41 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Kinerja intermediasi perbankan yang tertahan berdapak pada penurunan profitablitas dan efisiensi yang tercermin pada rasio ROA yang menurun pada tabel 4.1 dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang meningkat. Pada tabel 4.3 terlihat kenaikan rasio BOPO tertiggi pada tahun 2014 bulan November dengan nilai 93,5 persen dan terendah di bulan Januari 2014 dengan nilai 70,43 persen. Data selanjutnya yang akan ditampilkan adalah data makroekonomi pada periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2015, yakni sebagai berikut: Tabel 4.5 Pertumbuhan Industrial Production Index di Indonesia Month January February March April May June July (dalam persen) Indeks Produksi Bulanan Industri Besar dan Sedang 2010 96.59 97.28 101.37 101.44 100.90 104.72 100.93 2011 101.66 98.06 105.86 102.19 105.63 107.23 109.45 2012 102.76 105.63 102.46 103.38 108.31 109.79 111.41 2013 113.91 112.31 112.58 114.12 115.78 113.34 115.28 2014 117.32 116.60 116.80 117.25 120.16 120.22 117.05 2015 123.33 119.67 125.46 127.11 123.03 126.26 122.21 79 August September October November December 101.12 92.32 100.77 101.72 100.83 103.10 104.12 107.59 101.35 102.89 100.78 109.61 118.17 114.13 114.12 113.37 116.36 118.05 116.20 117.36 120.13 127.74 124.37 121.73 124.94 127.01 130.31 131.09 128.64 126.22 2010 Inflasi (dalam persen) 2011 2012 2013 2014 2015 January February March April May June July 3.72 3.81 3.43 3.91 4.16 5.05 6.22 7.02 6.84 6.65 6.16 5.98 5.54 4.61 3.65 3.56 3.97 4.50 4.45 4.53 4.56 4.57 5.31 5.90 5.57 5.47 5.90 8.61 8.22 7.75 7.32 7.25 7.32 6.70 4.53 6.96 6.29 6.38 6.79 7.15 7.26 7.26 August September October November December 6.44 5.80 5.67 6.33 6.96 4.79 4.61 4.42 4.15 3.79 4.58 4.31 4.61 4.32 4.30 8.79 8.40 8.32 8.37 8.38 3.99 4.53 4.83 6.23 8.36 7.18 6.83 6.25 4.89 3.35 2010 BI Rate (dalam persen) 2011 2012 2013 2014 2015 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 Tabel 4.6 Pertumbuhan Inflasi di Indonesia Month Tabel 4.7 Pertumbuhan BI Rate di Indonesia Month January February March April May June 6.00 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 6.00 80 July August September October November December 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.75 6.75 6.75 6.50 6.00 6.00 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 6.50 7.00 7.25 7.25 7.25 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.75 7.75 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 Tabel 4.8 Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia (dalam persen) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Month 2010 2011 2012 2013 2014 2015 January 2.61 3.41 3.94 4.45 4.42 5.29 February 2.55 3.47 3.99 4.80 4.62 5.45 March 2.97 3.68 4.12 4.94 4.77 5.52 April 2.80 3.82 4.18 5.03 4.84 5.09 May 2.91 3.84 3.83 5.07 4.89 5.22 June 3.07 3.89 3.96 4.82 4.88 4.91 July 3.07 4.13 4.14 4.61 5.09 4.80 August 3.08 3.84 4.06 4.20 5.14 4.51 September 3.50 3.55 4.26 4.32 5.14 4.22 October 3.64 3.79 4.35 4.51 5.09 4.46 November 3.53 3.72 4.28 4.26 5.15 4.45 December 3.70 3.82 4.32 4.27 5.23 4.59 Data diolah Tabel 4.9 Pertumbuhan Nilai Tukar di Indonesia 2010 Nilai Tukar (dalam persen) 2011 2012 2013 2014 2015 January 95.57 98.82 99.44 92.29 73.2 70.89 February 95.88 101.44 98.51 92.58 76.93 69.58 March 98.19 102.77 97.49 92.09 78.48 68.4 Month 81 April 99.31 104.39 97.39 92.06 77.61 69.18 May 97.49 104.84 93.57 91.31 77.08 67.75 June 98.54 104.11 94.41 90.14 74.78 67.13 July 99.98 105.2 94.36 87.08 77.22 66.39 August 98.99 104.34 93.62 81.93 76.38 63.81 September 100.29 101.44 93.35 77.07 73.29 61.06 October 100.25 101.3 93.08 79.67 74.08 65.62 November 99.3 97.6 93.18 74.73 73.38 64.67 December 99.54 98.7 92.55 73.43 71.95 64.88 B. Analisis Pengujian Statistik 1. Uji Stasioneritas Langkah pertama dalam melakukan analisis data time series yaitu uji stasioneritas dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diuji stasioner atau tidak. Uji stasioner data dapat dilakukan dengan menggunakan uji akar unit yaitu dengan menggunakan augemted dickey-fuller (ADF) pada derajat yang sama (level atau difference) senigga diperoleh suatu data yang stasioner. Pada penelitian ini menggunakan uji augemted dickey-fuller (ADF). Berikut adalah hasil uji stasioneritas dengan menggunakan augemted dickey-fuller (ADF) dari setiap data: Tabel 4.11 Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkat level ADF Statistik Variabel ket. t-statistic critical values 5% prob ROA -3.192560 -2.902953 0.0245 Stasioner FDR -2.665924 -2.902953 0.0851 Stasioner BOPO -5.586259 -2.902953 0.0000 Tidak Stasioner 82 Industrial Production Index -0.564950 -2.904198 0.8708 Tidak Stasioner Inflasi -2.802051 -2.903566 0.0631 Tidak Stasioner BI Rate -1.168273 -2.903566 0.6857 Tidak Stasioner IHSG -2.271200 -2.902953 0.1840 Tidak Stasioner Nilai Tukar 0.467618 -2.902953 0.9844 Tidak Stasioner Sumber: output eviews (data diolah) Berdasarkan tabel uji stasioneritas dengan uji ADF pada tigkat level diatas. Dengan menggunakan critical value 5% hanya nilai ADF t-statistik ROA dan BOPO yang lebih besar dari critical value nya dengan masing-masing nilai -3.192560 untuk ROA dan -5.586259 untuk BOPO sehingga dapat dikatakan stasioner kedua variabel tersebut karena lebih besar dari nilai critical value -2.902953. Sebaliknya variabel lainnya tidak stasioner dengan data sebagai berikut, nilai FDR t-statistic -2.665924 < critical value -2.902953 kemudian Industrial Production Index t-statistic -0.564950 < critical value -2.904198, untuk Inflasi t-statistic 2.802051 < critical value -2.903566, BI Rate t-statistic -1.168273 < critical value 2.903566, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) t-statistic -2.271200 < critical value -2.902953, Nilai Tukar t-statistic 0.467618 < critical value -2.902953 dan pada variabel Harga Minyak Mentah Dunia nilai t-statistic -0.870460 < critical value 2.903566. maka variabel Industrial Production Index, Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar dapat dikatakan tidak stasioner uji ADF pada tingkat Level. 83 Oleh karena itu perlu dilakukan proses 1st difference karena untuk mengetahui variabel lainnya stasioner atau tidak. Pada tabel berikut merupakan hasil uji stasioneritas ADF pada tingkat 1st difference. Tabel 4.12 Uji stasioneritas ADF tingkat 1st difference ADF Statistik Variabel ROA ket. t-statistic critical values 5% prob -9.398586 -2.903566 0.0000 Stasioner FDR -9.907723 -2.903566 0.0001 Stasioner BOPO -12.779420 -2.903566 0.0001 Stasioner Industrial Production Index -7.993599 -2.904848 0.0000 Stasioner Inflasi -5.446375 -2.903566 0.0000 Stasioner BI Rate -4.797646 -2.903566 0.0002 Stasioner IHSG -8.282740 -2.903566 0.0000 Stasioner Nilai Tukar -8.088535 -2.903566 0.0000 Stasioner Sumber: output eviews (data diolah) Asumsi uji ADF jika t-statistic < critical value = tidak stasioner, dan ADF tstatistic > critical value = stasioner. Dengan keterangan asumsi tersebut, maka dapat dinyatakan semua variabel penelitian diantaranya ROA, FDR, BOPO, Industrial Production Index (IPI), Inflasi, BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan dan Nilai Tukar dapat dinyatakan stasioner pada tingkat 1st difference karena semua nilai tstatistic > critical value. Maka penelitian dapat dilanjutkan dengan uji berikutnya. 2. Uji Lag Optimal Permasalahan yang terjadi pada uji stasioneritas adalah penentuan lag yang optimal. Pada pendekatan VAR maupun VECM sangat sensitif tehadap panjangnya lag yang digunakan. Penentuan panjangnya lag dimaksudkan untuk mengetahui 84 panjangnya periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun variabel endogen lainnya. Untuk menentukan panjang lag yang optimal dapat dilihat dari beberapa criteria yaitu: Final Prediction Error (FPI) Akaike Information Creterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC) dan Hanna-Quinn Information Criterion (HQ). hasil uji panjang lag optimal dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.13 Hasil Penetapan Lag Optimal Lag LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 3 4 5 NA 738.9524 106.1262 66.63577 109.8502* 78.74440 79.14429 0.002123* 0.002955 0.008496 0.005227 0.006431 29.91215 19.36598 19.57293 20.28223 19.03846 17.70664* 30.20830 22.32751* 25.19983 28.57450 29.99612 31.32967 30.02933 20.53786* 21.79951 23.56350 23.37443 23.09731 Pada tabel 4.13 dapat dilihat hasil uji lag tersebut memberikan rekomendasi lag yang berbeda-beda. Terlihat bahwa dengan criteria FPE, SC dan HQ kandidat yang disarankan adalah lag 1, dapat dilihat dari tanda bintang yang paling banyak. Dengan demikian lag optimal yang disarankan adalah lag 1. 3. Uji Kointegrasi Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi yaitu dimana semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat satu (1st 85 difference). Apabila ditemukan adanya kointegrasi, makan estimasi VECM dilakukan. Namun sebaliknya, apabila tidak ditemukan adanya kointegrasi, maka estimasi VAR in difference yang akan dilakukan. Uji kointegrasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Johansen dengan membandingkan nilai trace statistic dan nilai Max-Eigen statistic lebih besar dari nilai kritis 0,05 makan data terkointegrasi dan sebaliknya. Berikut hasil uji kointegrasi pada penelitian ini menggunakan uji kointegrasi Johansen Test. Tabel 4.14 Hasil Uji Johansen Cointegration Test Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 At most 2 At most 3 At most 4 At most 5 At most 6 At most 7 At most 8 0.585726 0.442350 0.373345 0.312884 0.235261 0.176009 0.152867 0.083971 0.018993 212.9719 151.2861 110.4044 77.68936 51.42173 32.64629 19.09463 7.481780 1.342262 197.3709 159.5297 125.6154 95.75366 69.81889 47.85613 29.79707 15.49471 3.841466 0.0066 0.1286 0.2886 0.4449 0.5751 0.5764 0.4861 0.5223 0.2466 Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) None * At most 1 At most 2 At most 3 Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** 0.585726 0.442350 0.373345 0.312884 61.68588 40.88162 32.71509 26.26763 58.43354 52.36261 46.23142 40.07757 0.0231 0.4419 0.6103 0.6842 86 At most 4 At most 5 At most 6 At most 7 At most 8 0.235261 0.176009 0.152867 0.083971 0.018993 18.77543 13.55167 11.61285 6.139517 1.342262 33.87687 27.58434 21.13162 14.26460 3.841466 0.8354 0.8523 0.5862 0.5954 0.2466 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Berdasarkan hasil uji kointegrasi yang telah dilakukan, pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis yaitu 212.9719 > 197.3709 pada tingkat keyakinan 5% kemudian nilai Max-Eigen statistic juga lebih besar dari nilai kritis yaitu 61.68588 > 58.43354. Nilai trace statistic dan nilai MaxEigen statistic menunjukan adanya 1 rank kointegrasi yang signifikan pada α = 5% yang ditunjukan oleh tanda asentrik (*). Hal ini mengindikasikan bahwa diantara pergerakan semuan variabel penelitian memiliki hubungan keseimbangan dalam jangka panjang. Dengan demikian, analisis selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan model VECM. 4. Uji VECM Setelah melakukan beberapa uji sebelumnya, maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah estimasi VECM (Vector Error Correction Model). Estimasi VECM dilakukan karena terdapat kointegrasi pada saat uji kointegrasi dilakukan untuk melihat analisis jangka panjang dan jangka pendek. Uji VECM dilakukan dengan Impulse Respose Function (IRF) dan Forecast Error Decompotion Variance 87 (FEDV) atau yang biasa dikenal dengan Variance Decompotion (VD). Maka hasil yang diperoleh adahal sebagai berikut: Tabel 4.15 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek ROA Variabel Koefisien t-statistik keterangan Jangka Pendek CointEq1 0.09126 -2.33660 - Industrial Production Index (-1) 0.01300 -1.23419 Tidak Signifikan Inflasi (-1) 0.07012 0.97526 Tidak Signifikan BI Rate (-1) 0.34180 -1.63701 Tidak Signifikan IHSG (-1) 0.27569 1.10163 Tidak Signifikan Nilai Tukar (-1) 0.02784 -0.43271 Tidak Signifikan Jangka Panjang Industrial Production Index (-1) -0.13294 -6.53290 Signifikan Inflasi (-1) -0.28557 -5.35211 Signifikan BI Rate (-1) 0.71444 5.24122 Signifikan IHSG (-1) 0.54942 3.28310 Signifikan Nilai Tukar (-1) -0.07112 -5.27100 Signifikan Sumber: Output Eviews 8 (data diolah) Diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,963683 maka dapat dilakukan analisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang, BI Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan pada Industrial Production Index, Inflasi dan Nilai Tukar dalam jangka panjang memiliki hubungan negatif dan signifikan tehadap ROA. Pada analisis jangka pendek ini variabel Industrial Production Index, Inflasi BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terdapat hubungan 88 dengan Return on Asset pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan hubungan yang terlihat positif tetapi tidak signifikan. Tabel 4.16 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek FDR Variabel Koefisien t-statistik keterangan Jangka Pendek CointEq1 0.06755 -1.67507 - Industrial Production Index (-1) 0.12771 -0.06772 Tidak Signifikan Inflasi (-1) 0.64928 1.72515 Tidak Signifikan BI Rate (-1) 3.21248 -0.34946 Tidak Signifikan IHSG (-1) 2.62678 1.45542 Tidak Signifikan Nilai Tukar (-1) 0.25733 0.00582 Tidak Signifikan Jangka Panjang Industrial Production Index (-1) -1.913776 -7.02510 Signifikan Inflasi (-1) -3.676891 -5.11319 Signifikan BI Rate (-1) 4.186701 2.27210 Signifikan IHSG (-1) 8.415306 3.79981 Signifikan Nilai Tukar (-1) -0.624506 -3.45941 Signifikan Sumber: Output Eviews 8 (data diolah) Diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,963683 maka dapat dilakukan analisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang, BI Rate dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan pada Industrial Production Index, Inflasi dan Nilai Tukar dalam jangka panjang memiliki hubungan yang negatif dan signifikan tehadap FDR pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pada analisis jangka pendek ini variabel Industrial Production Index, Inflasi BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terdapat hubungan 89 dengan Financing to Deposit Ratio pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, hubungan terlihat positif tetapi tidak signifikan. Tabel 4.17 Estimasi VECM Jangka Panjang dan Jangka Pendek BOPO Variabel Koefisien t-statistik keterangan Jangka Pendek CointEq1 0.03383 -0.38743 - Industrial Production Index (-1) 0.15534 -0.84338 Tidak Signifikan Inflasi (-1) 0.76047 -1.38521 Tidak Signifikan BI Rate (-1) 3.97082 0.75897 Tidak Signifikan IHSG (-1) 3.20142 -1.53685 Tidak Signifikan Nilai Tukar (-1) 0.31146 1.90259 Tidak Signifikan Jangka Panjang Industrial Production Index (-1) 4.607623 6.20734 Signifikan Inflasi (-1) 6.771608 3.44690 Signifikan BI Rate (-1) -1.837163 -0.36895 Tidak Signifikan IHSG (-1) -20.86969 -3.45756 Signifikan Nilai Tukar (-1) 2.367383 4.81255 Signifikan Sumber: Output Eviews 8 (data diolah) Diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,963683 maka dapat dilakukan analisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan tabel di atas dalam jangka panjang, Industrial Production Index (IPI), inflasi dan nilai tukar memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Sedangkan pada BI Rate dalam jangka panjang memiliki hubungan yang terlihat negatif dan tidak signifikan tehadap BOPO, adapun untuk variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam jangka panjang memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap BOPO pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. 90 Pada analisis jangka pendek ini variabel Industrial Production Index, Inflasi BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar terdapat hubungan dengan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan hubungan yang terlihat positif tetapi tidak signifikan. a. Impulse Respose Function (IRF) Perilaku dinamis dari model VECM dapat dilihat melalui respon dari setiap variabel terhadap kejutan dari variabel lainnya. Impulse Respose Function (IRF) memberikan gambaran bagaimana respon dari suatu variabel di masa mendatang jika terjadi gangguan pada suatu variabel lainnya. Dengan demikian, lamanya pengaruh dari gangguan (shock) suatu variabel terhadap variabel lain dampak pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat. Menurut Juanda dan Junaidi1 jika grafik impulse response menunjukan pergerakan yang semakin mendekati titik keseimbangan (convergence) atau kembali ke keseimbangan sebelumnya, ini berarti respon suatu peubah akibat suatu guncangan makin lama akan menghilang sehingga guncangan tersebut tidak meninggalkan pengaruh permanen terhadap peubah tersebut. Berikut hasil analisis impulse response function (IRF). 1 Bambang Juanda dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu (Bogor: IPB Press. 2012), h. 157 91 Tabel 4.18 Nilai Impulse Respon Return on Asset (ROA) Response of ROA: Period ROA IPI Inflasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.344874 0.270500 0.248382 0.246630 0.257425 0.259063 0.256834 0.256282 0.256533 0.256683 0.000000 0.060378 0.097232 0.076401 0.064247 0.067502 0.070045 0.070056 0.069552 0.069494 0.000000 0.047893 0.069753 0.070964 0.066818 0.064601 0.064256 0.064036 0.063731 0.063560 BI Rate IHSG Nilai Tukar 0.000000 0.000000 0.000000 -0.08488 0.038711 0.002579 -0.09489 0.049780 0.019764 -0.0865 0.052476 0.018000 -0.08578 0.050283 0.015012 -0.09015 0.051941 0.014357 -0.09194 0.052762 0.014769 -0.09185 0.052779 0.014914 -0.09169 0.052704 0.014794 -0.09177 0.052685 0.014729 Sumber: output eviews 8 (data diolah) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel return on asset (ROA) merespon shock yang diberikan variabel Industrial Production Index (IPI), Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar adalah positif diawal hingga akhir periode atau dapat dikatakan positif permanen. Sedangkan shock yang diberikan oleh variabel BI Rate adalah negatif permanen atau negatif di awal periode sampai akhir periode. Grafik 4.1 menunjukan bahwa kecenderungan variabel Industrial Production Index (IPI), Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berada diatas garis horizontal yang menunjukan bahwa variabel-variabel tersebut adalah berdampak positif. Sedangkan untuk variabel BI Rate berada dibawah garis horizontal yang artinya bahwa variabel-variabel tersebut memberikan dampak negatif. 92 Grafik 4.1 Respon ROA terhadap guncangan makroekonomi Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of ROA to ROA Response of ROA to IPI .4 .4 .3 .3 .2 .2 .1 .1 .0 .0 -.1 -.1 -.2 -.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of ROA to INFLASI 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 9 10 Response of ROA to BIRATE .4 .4 .3 .3 .2 .2 .1 .1 .0 .0 -.1 -.1 -.2 -.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of ROA to IHSG 3 4 5 6 7 8 Response of ROA to NILAITUKAR .4 .4 .3 .3 .2 .2 .1 .1 .0 .0 -.1 -.1 -.2 -.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 Dapat dilihat bahwa respon ROA terhadap guncangan yang diberikan oleh Industrial production index (IPI), pada periode ke-3 shock yang diberikan adalah sebesar 0,097232 yang berarti jika terjadi kenaikan pada IPI yang merupakan 93 indikator pengukur produksi output riil meningkat sebesar satu satuan akan mengakibatkan kenaikan pada return on asset 0,097%. Semakin tinggi IPI maka semakin tinggi pula ROA, hasil penelitian ini yang menunjukan guncangan pada IPI yang direspon positif ROA sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia (2013) yang menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi memberikan pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan dan sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Sara dan Nadeem (2013) di Pakistan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rismon dan Henny (2015) yang menunjukan bahwa gross domestic product memberikan pengaruh negatif terhadap ROA. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada bahwa besarnya output nasional merupakan tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Secara umum makin semakin besar pendapatan suatu Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonomi. Shock yang diberikan Inflasi terhadap ROA positif sebesar 0,070964 pada periode ke-4 yang artinya jika terjadi kenaikan pada inflasi maka akan meningkatkan ROA. Sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa jika inflasi diantisipasi penuh, maka tingkat suku bunga yang diberlakukan bank akan meningkat untuk meng-cover risiko inflasi sehingga peningkatan pendapatan lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan biaya, sehingga berdampak positif terhadap kinerja bank khususnya tingkat profitabilitas. Hasil sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Silvia 94 (2013), Rismon dan Henny (2015) bahwa inflasi memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA. Tetapi penelitian yang dilakukan di Pakistan menunjukan hal yang berbeda Sara dan Nadeem (2013) bahwa inflasi memberikan dampak yang negatif terhadap ROA. Sama halnya dengan respon positif yang diberikan IHSG, dimana shock yang diberikan oleh IHSG pada periode ke-8 sebesar 0.052779 yang artinya kenaikan IHSG sebesar satu satuan akan mengakibatkan kenaikan ROA sebesar 0,053%. Guncangan pada pasar saham dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif, jika antara kondisi pasar saham yang berkembang dengan kinerja bank saling melengkapi maka itu dapat memberikan dampak yang positif. hasil sejalan dengan penelitian Budi (2009) yang menunjukan bahwa korelasi IHSG terhadap kinerja keuangan pada profitabilitas adalah positif. Shock variabel nilai tukar yang diberikan adalah sebesar 0,019764 pada periode ke-3 yang berarti penguatan nilai tukar mata uang domestik akan meningkatkan ROA sebesar 0,20%. Penelitian ini sejalan dengan teori jika diasumsikan bank mengambil posisi terbuka disaat bank ada pada posisi membeli, keuntungan akan terjadi bila nilai mata uang lokal menguat (naik) dan nilai dollar rendah (menurun). Penelitian yang sudah dilakukan Budi (2009) menunjukan hasil yang serupa bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS positif. 95 Mengenai guncangan yang respon negatif permanen oleh return on asset diantaranya BI Rate jika dilihat pada hasil uji IRF periode ke-3 sebesar -0,09489 yang berarti jika terjadi kenaikan pada BI Rate maka akan menurunkan ROA sebesar 0,095%. Hasil penelitian ini didukung oleh temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2015) yang menyatakan bahwa BI Rate memberikan pengaruh yang negatif terhadap return on asset. Sejalan dengan teori yang ada bahwa tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi, apakah pemilik modal akan berinvestasi pada real asset ataukah pada financial asset, tingkat suku bunga akan mempengaruhi keberlangsungan usaha pihak bank dan lembaga keuangan lainnya. Tabel 4.19 Nilai Impulse Respon Financial to Deposit Ratio (FDR) Response of FDR: Period FDR IPI Inflasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3.243038 2.539387 2.291988 2.417454 2.502948 2.479306 2.482605 2.487605 2.485301 2.484466 0.000000 0.472170 0.405236 0.135607 0.151385 0.154493 0.142943 0.146526 0.150022 0.150192 0.000000 0.818657 0.894259 0.889576 0.909928 0.913302 0.903749 0.900561 0.899181 0.897941 Nilai Tukar 0.000000 0.000000 0.000000 -0.26578 0.605766 0.113868 -0.082 0.524369 0.103223 -0.01075 0.434943 0.098601 -0.04913 0.498087 0.111405 -0.06421 0.527656 0.107313 -0.06706 0.522790 0.105616 -0.07277 0.525170 0.106094 -0.07518 0.527064 0.105784 -0.07543 0.526233 0.105534 Sumber: output eviews 8 (data diolah) BI Rate IHSG Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Financial to Deposit Ratio (FDR) merespon shock yang diberikan variabel Industrial Production Index (IPI), Inflasi, 96 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar adalah positif diawal hingga akhir periode atau dapat dikatakan positif permanen. Sedangkan shock yang diberikan oleh variabel BI Rate adalah negative permanen atau negatif di awal periode sampai akhir periode. Grafik 4.2 Respon FDR terhadap guncangan makroekonomi Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of FDR to FDR Response of FDR to IPI 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of FDR to INFLASI 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 9 10 Response of FDR to BIRATE 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of FDR to IHSG 3 4 5 6 7 8 Response of FDR to NILAITUKAR 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 97 Grafik 4.2 menunjukan bahwa kecenderungan variabel Industrial Production Index (IPI), Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Tukar berada diatas garis horizontal yang menunjukan bahwa variabel-variabel tersebut adalah berdampak positif. Sedangkan untuk variabel BI Rate berada dibawah garis horizontal yang artinya bahwa variabel tersebut memberikan dampak negatif terhadap financial to deposit ratio. Mengenai respon FDR terhadap variabel yang memberikan respon positif permanen diantarnya industrial production index (IPI) adalah positif permanen, pada period k-2 shock yang diberikan adalah sebesar 0,472170 yang berarti jika terjadi kenaikan pada IPI yang merupakan indikator pengukur produksi output riil meningkat mengakibatkan kenaikan pada financial to deposit ratio 0,47%. Semakin tinggi IPI maka semakin tinggi juga FDR. Begitu juga dengan respon tehadap Inflasi, shock yang diberikan sebesar 0,913302 pada periode ke-6 yang artinya jika terjadi kenaikan pada inflasi maka akan meningkatkan FDR. Sama halnya dengan respon yang diberikan IHSG, dimana shock yang diberikan oleh IHSG pada periode ke-2 sebesar 0,605766 yang artinya kenaikan IHSG sebesar satu satuan akan mengakibatkan kenaikan FDR sebesar 0,605%. Shock yang diberikan variabel nilai tukar adalah sebesar 0,113868 pada periode ke-2 yang berarti penguatan nilai tukar mata uang domestik sebesar 1% akan meningkatkan FDR sebesar 0,114%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Rinal (2006) bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap FDR. 98 Adapun respon financial to deposit ratio terhadap guncangan (shock) BI rate negative permanen yang mana responnya sebesar -0,265777 pada periode ke-2 yang artinya jika terjadi kenaikan pada BI rate sebesar satu satuan maka hal itu akan menurunkan financial to deposit ratio sebesar 0,265%. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinal (2006) dan Budi (2009) yang menyatakan bahwa suku bunga memberikan dampak yang negatif terhadap FDR. Tabel 4.20 Nilai Impulse Respon Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Response of BOPO: Period BOPO IPI Inflasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3.873528 1.650935 1.778997 1.673461 1.680588 1.684044 1.702586 1.712489 1.719067 1.722598 0.000000 0.100802 0.988736 0.719445 0.77332 0.759233 0.741957 0.728307 0.722414 0.718682 0.000000 -0.15963 0.159434 0.291003 0.460041 0.556822 0.607909 0.632136 0.642365 0.645355 Nilai Tukar 0.000000 0.000000 0.000000 0.153218 -0.14092 0.893808 0.041377 -0.10616 0.49176 0.502153 -0.25164 0.495022 0.640806 -0.35818 0.49161 0.750745 -0.39909 0.49689 0.810863 -0.42553 0.49676 0.839375 -0.43816 0.500537 0.849557 -0.44258 0.50244 0.852737 -0.44365 0.503507 Sumber: output eviews 8 (data diolah) BI Rate IHSG Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) merespon shock yang diberikan variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah negatif diawal hingga akhir periode atau dapat dikatakan negatif permanen. 99 Jika melihat hasil IRF pada BOPO merespon positif secara permanen yang artinya dari awal periode hingga akhir periode bernilai positif terhadap guncangan variabel Industrial Production Index, BI rate dan Nilai Tukar. Adapun untuk variabel Inflasi hanya pada periode ke-2 yang memberikan guncangan negatif, untuk periode selanjutnya sampai akhir periode memberikan guncangan yang positif terhadap biaya operasional pendapatan operasional. Mengenai respon BOPO terhadap variabel yang memberikan guncangan positif permanen adalah BI rate, pada akhir periode memberikan respon terhadap BOPO sebesar 0,852737 berarti jika terjadi kenaikan pada BI rate sebesar satu satuan mengakibatkan kenaikan pada biaya operasional pendapatan operasional sebesar 0,85%. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dadang dkk (2014) bahwa BI Rate memberikan pengaruh yang positif terhadap BOPO. Teori mengatakan jika terjadi inflasi, otoritas moneter akan mengambil kebijakan dengan memainkan instrument moneter seperti menaikan tingkat suku bunga. Akibatnya bank konvensional akan menaikan tingkat suku bunga nya sehingga deposan yang memiliki mindset rational akan menarik dananya dari bank syariah dan memindahkannya ke bank konvensional, maka hal tersebut dapat meningkatkan BOPO. Guncangan variabel nilai tukar di respon positif dan permanen oleh BOPO, pada akhir periode sebesar 0,503507 yang artinya jika terjadi penguatan nilai tukar rupiah maka akan mengakibatkan kenaikan pada biaya operasional pendapatan operasional 100 sebesar 0,50%. Berbeda dengan IHSG yang memberikan shock pada BOPO dengan negatif permanen, shock yang diberikan pada akhir periode sebesar -0.443648 berarti jika terjadi kenaikan pada IHSG sebesar satu satuan maka akan menurunkan BOPO sebesar 0,44%. Inflasi memberikan shock yang di respon positif, tetapi pada periode ke-2 guncangan yang terjadi di respon negatif oleh BOPO. Jadi ketika terjadi guncangan pada inflasi di periode ke-2 sebesar -0.159631 maka akan mengakibatkan penuruan sebesar 0,16% terhadap BOPO. Grafik 4.3 menunjukan bahwa variabel Industrial Production Index, BI rate dan nilai tukar kecenderungan variabel tersebut berada diatas garis horizontal yang menunjukan bahwa variabel tersebut adalah berdampak positif. Sedangkan untuk variabel IHSG berada dibawah garis horizontal yang mengindikasikan bahwa variabel tersebut memberikan dampak yang negatif. Melihat pada grafik tersebut, beberapa variabel lainnya berada pada posisi yang fluktuatif. Pada satu periode berada dibawah garis horizontal sedangkan periode lainnya ada diatas garis horizontal seperti yang terjadi pada inflasi. 101 Grafik 4.3 Respon BOPO terhadap guncangan makroekonomi Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of BOPO to BOPO Response of BOPO to IPI 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of BOPO to INFLASI 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 Response of BOPO to BIRATE 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 Response of BOPO to IHSG 2 3 4 5 6 7 8 Response of BOPO to NILAITUKAR 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 b. Variance Decompotion (VD) Analisis Variance Decompotion (VD) atau analisis dekompsisi bermanfaat untuk menjelaskan kontribusi dari masing-masing variabel terhadap guncangan yang 102 ditimbulkannya terhadap variabel endogen utama yang diamati. Analisis ini digunakan untuk memprediksi seberapa besar kontribusi varians setiap variabel berpengaruh tehadap variabel lainnya pada saat ini dan periode kedepannya. Berikut ini hasil analisis Variance Decompotion untuk melihat pengaruh variabel makroekonomi yaitu industrial production index, inflasi, BI rate, indeks harga saham gabungan dan nilai tukar terhadap kinerja keuangan perbankan yang dilihat dari rasio return on asset, financial to deposit ratio dan biaya operasional pendapatan operasional. Tabel 4.21 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Return on Asset (ROA) Variance Decomposition of ROA: Period S.E. ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar 1 0.344874 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.456387 92.23146 1.750193 1.101204 3.458798 0.719439 0.003192 3 0.547801 84.57639 4.365259 2.385687 5.401291 1.325127 0.132383 4 0.621044 81.57434 4.909752 3.161832 6.142540 1.744954 0.187000 5 0.687584 80.56647 4.878521 3.523840 6.567605 1.958353 0.200227 6 0.749541 79.74365 4.916372 3.708186 6.973311 2.128177 0.205183 7 0.806601 78.99928 4.999512 3.836720 7.320873 2.265614 0.210708 8 0.859701 78.42843 5.065024 3.932220 7.585896 2.371279 0.215579 9 0.909678 78.00030 5.108365 4.002855 7.791173 2.453555 0.218992 10 0.957072 77.65934 5.142198 4.057262 7.958019 2.519600 0.221525 Sumber: output eviews 8 Tabel 4.21 diatas menjelasakan hasil uji VD dimana pada periode pertama return on asset dipengaruhi oleh return on asset itu sendiri. Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel lain mulai mempengaruhi ROA walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh return on asset itu sendiri. 103 BI rate memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel ROA, dimana awal periode pengaruhnya sebesar 3,45 persen dan terus meningkat sampai akhir periode pengaruhnya sebesar 7,96 persen terhadap pertumbuhan return on asset. Pengaruh yang paling kecil diberikan oleh variabel nilai tukar terhadap ROA sebesar 0,22 persen di akhir periode, adapaun untuk variabel lainnya yang dilihat dari uji variance decompotion mengenai variabel industrial production index berada diurutan ke-3 pengaruhnya terhadap return on asset sebesar 5,14 persen pada akhir periode. Selanjutnya untuk pengaruh inflasi berada pada urutan ke-4 terhadap return on asset, adapun variabel indeks harga saham gabungan memberikan pengaruh sebesar 2,52 persen dengan nilai tersebut pengaruhnya tidak terlalu besar terhadap return on asset. Tabel 4.22 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Financial to Deposit Ratio (FDR) Variance Decomposition of FDR: Period S.E. FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar 1 3.243038 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 3 4.280487 4.987617 92.59504 89.31785 1.216774 1.556342 3.657778 5.908820 0.385521 0.310981 2.002734 2.580426 0.070764 0.094953 4 5.633147 88.43682 1.278032 7.125988 0.244156 2.619064 0.105076 5 6 6.253898 6.812580 87.76974 87.20900 1.095509 0.974624 7.898530 8.453408 0.204265 0.181020 2.759262 2.925158 0.116984 0.123397 7 8 7.328131 7.811217 86.84694 86.57903 0.880363 0.810025 8.826745 9.097918 0.164820 0.153744 3.036995 3.124990 0.127417 0.130592 9 8.265482 86.36501 0.756379 9.308840 0.145583 3.197556 0.133012 10 8.695636 86.19503 0.713230 9.476977 0.139061 3.255258 0.134907 Sumber: output eviews 8 Tabel 4.22 diatas menjelasakan hasil uji VD dimana pada periode pertama financial to deposit ratio dipengaruhi oleh financial to deposit ratio itu sendiri. 104 Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel lain mulai mempengaruhi FDR walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh financial to deposit ratio tersebut. Inflasi memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel FDR, dimana awal periode pengaruhnya sebesar 3,66 persen dan terus meningkat sampai akhir periode pengaruhnya sebesar 9,47 persen terhadap pertumbuhan financial to deposit ratio. Pengaruh yang paling kecil diberikan oleh variabel nilai tukar terhadap FDR sebesar 0,07 persen, adapun untuk variabel lainnya yang dilihat dari uji variance decompotion mengenai variabel indeks harga saham gabungan berada diurutan ke-3 pengaruhnya terhadap financial to deposit ratio sebesar 3,25 persen pada akhir periode. Selanjutnya untuk pengaruh industrial production index berada pada urutan ke-4 terhadap financial to deposit ratio yang mana pada awal periode memberikan pengaruh sebesar 0,71 persen. Adapun variabel BI rate ada pada urutan ke-5 yang memberikan pengaruh sebesar 0,13 persen diakir periode terhadap FDR. Tabel 4.23 Hasil analisis Variance Decompotion (VD) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Variance Decomposition of BOPO: Period S.E. BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar 1 3.873528 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 4.671089 93.42044 0.426228 1.332314 1.173759 0.279233 3.051267 3 5.429712 93.48739 0.419749 1.736556 0.904636 0.239181 2.854564 4 6.105941 92.54541 0.455224 2.192017 1.013721 0.232407 3.140942 5 6.697598 92.16762 0.454820 2.365931 1.102203 0.278821 3.278436 6 7.251702 91.79279 0.532759 2.439198 1.201875 0.300330 3.404349 7 7.768622 91.50168 0.567514 2.463707 1.323094 0.332304 3.504142 8 8.252967 91.26987 0.600251 2.464736 1.428794 0.359701 3.585391 9 8.711835 91.08375 0.625674 2.456813 1.521639 0.383002 3.649820 105 10 9.147697 90.93122 0.644535 2.446716 1.601607 0.403213 3.703301 Sumber: output eviews 8 Tabel 4.23 diatas menjelasakan hasil uji VD dimana pada periode pertama biaya operasional pendapatan operasional dipengaruhi oleh biaya operasional pendapatan operasional itu sendiri. Namun seiring bertambahnya periode, variabel-variabel lain mulai mempengaruhi BOPO walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh biaya operasional pendapatan operasional tersebut. Nilai tukar memberikan pengaruh terbesar kedua setelah variabel BOPO, dimana awal periode pengaruhnya sebesar 3,05 persen dan meningkat sampai akhir periode pengaruhnya sebesar 3,70 persen terhadap pertumbuhan biaya operasioanal pendapatan operasional. Pengaruh yang paling kecil diberikan oleh variabel indeks harga saham gabungan yang nilainya hanya sebesar 0,40 persen pengaruhnya terhadap biaya operasional pendapatan operasional (BOPO), adapun untuk variabel lainnya yang dilihat dari uji variance decompotion diantaranya variabel inflasi berada diurutan ke-3 pengaruhnya terhadap biaya operasional pendapatan operasional sebesar 2,45 persen pada akhir periode. Selanjutnya untuk pengaruh BI rate berada pada urutan ke-4 terhadap biaya operasional pendapatan operasional dimana pengaruhnya sebesar 1,60 persen, adapun variabel IPI memberikan pengaruh yang rendah terhadap BOPO dengan ada pada urutan ke-5 sebesar 0,64 persen pengaruhnya terhadap biaya operasional pendapatan operasional (BOPO). BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan meneliti pengaruh guncangan makroekonomi terhadap kinerja keuangan yang dilihat dari return on asset, financial to deposit ratio dan biaya operasional pendapatan operasional untuk jangka pendek dan jangka panjang. Dengan menggunakan data time series dengan model vector error correction model (VECM) pada software eviews 8 maka didapatkan kesimpulan hasil penelitian ini, yakni: 1. Pengaruh jangka pendek kondisi makroekonomi (Industrial Production Index, inflasi, BI rate, Indeks Harga Saham Gabunga dan nilai tukar) terhadap kinerja keuangan yang melihat pada rasio profitabilitas (Return on Asset), likuiditas (Financial to Deposit Ratio) dan efisiensi (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) bersama-sama menunjukan hubungan yang positif tetapi tidak signifikan. 2. Pengaruh jangka panjang yang menggambarkan kondisi makroekonomi terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia secara umum menunjukan hubungan yang siginfikan. Adapun yang memberikan pengaruh positif adalah BI 106 Rate dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terhadap rasio profitabilitas dan likuiditas, variabel industrial production index, inflasi dan nilai tukar memberikan 107 107 pengaruh positif terhadap rasio efisiensi, variabel harga minyak mentah dunia yang berpengaruh positif terhadap rasio profitabilitas. Kemudian jika melihat hubungan negatif dan signifikan ditunjukan oleh variabel industrial production index, inflasi dan nilai tukar terhadap rasio profitabilitas (ROA) dan likuiditas (FDR) , variabel BI Rate dan IHSG terhadap rasio efisiensi (BOPO). 3. Pada hasil impulse response function, secara umum guncangan (shock) dari kondisi makroekonomi direspon oleh kinerja keuangan perbankan syariah yang dilihat dari rasio profitabilitas (ROA), likuiditas (FDR) dan efisiensi (BOPO) di Indonesia baik secara positif maupun negatif dengan lamanya shock yang diberikan permanen ataupun tidak permanen. Adapun dari hasil variance decompotion pada forecast yang dilakukan, indikator kinerja keuangan perbankan syariah tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, kemungkinan variabel lain yang di luar makroekonomi yang lebih berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. B. Saran Dari hasil penelitian ini dan pembahasan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal berikut: 108 1. Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia agar dapat terus menganalisis kinerja keuangan setiap periode dengan mengamati perkembangan kondisi perekonomian nasional dan internasional. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syaiah di Indonesia terus mengingkatkan kinerja keuangan dalam beberapa hal diantaranya tingkat profitabilitas, menjalankan tugas sebagai media intermediasi yang lebih baik lagi dalam penyaluran dana nya, meningkatkan tingkat efisiensi bank dan memperhatikan pergerakan kondisi makroekonomi pada saat membuat pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta perencanaan dimasa yang akan datang agar siap menghadapi resiko yang ditimbulkan dari guncangan kondisi makroekonomi di Indonesia maupun internasional. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan menambah periode penelitian dan menambahkan variabel internal yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia, memperbanyak jumlah sampel dengan menambahkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau melakukan studi komparasi dengan Perbankan Syariah di Negara lain. DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Rahmat. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas dan Likuiditas pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2008-2005)”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015. Ajija, Shochrul R dkk. Cara cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat. 2010. Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah: Teori dan Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Antonio, Syafii. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press. 2001. Anugrah, Rinal Satria. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. 2006. Ariefianto, Moch. Deddy. Ekonometrika: Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews. Jakarta: Erlangga, 2012. Atmaja, Lukas Setia, Manajemen Keuangan. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003. Aviliani dkk. “The Impact of Macroeconomic Condition on The Bank’s Performance in Indonesia”. Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17, Nomor 4, (April 2015). Hlm. 398. Bank Indonesia. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia (BI), 2002. Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. 2005. Dang, Uyen. “The CAMEL Rating System in Banking Supervision: a Case Study of Arcada University of Applied Sciences”. International Bussiness. Darmadi, Herman. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011. Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis. Laporan Profil Industri Perbankan. 2015. Otoritas Jasa Keuangan. Tahun 2015. 109 110 Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan. Booklet Perbankan Indonesia 2016. Otoritas Jasa Keuangan, 2016. Djohanputro, Bramantyo. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Jakarta: Penerbit PPM, 2006. Dwijayanti, Febrina dan Naomi. “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003 – 2007”. Jurnal Karisma, Vol. 3 (2): 87 – 89. 2009. Efendi, Sofyan dan Tukiran. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ED. 2012. Fadila, Jauhari Dwi Putra dkk. “Analisis Pergerakan Harga Internasional Minyak Bumi, CPO dan Kedelai dengan pendekatan VECM”. Proshiding PE 2014. Perdagangan, integrasi ekonomi, supply chain management, penyuluhan, komunikasi, transfer teknologi dan bioteknologi, 2014. hlm. 4. Fatmawati, Sri Wulan. “Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Harga Saham Syariah di Beberapa Negara Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. 2013. Gujarati, Damodar N. Basic Econometric’s 4th Edition. New York: Mgraw-Hill, 2003. Hamdi, Rismon dan Henny Setyo L, “Pengaruh Faktor Intenal dan Eksternal Bank terhadap Kinerja Bank di Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen Trisakti (e-Journal) Volume 2 Nomor 1 (Februari 2015). ISSN: 2339-0824, h. 15 – 32. Hanafi, Mahmud M. dkk. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007. Haningsih, Luna. “Pasar Modal: Indeks Harga Saham Pusat”. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB, Modul 11. Hapsari, Tiara Kusuma. “Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, GWM dan Rasio Konsetrasi terhadap ROA (studi empiris pada Bank Umum yang Listing di BEI 2005 – 2009)”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2011. Hong , Shiew Chung dan Shaikh Hamzah Abdul Razak. “The Impact of Nominal GDP and Inflation on The Financial Performance of Islamic Banks in 111 Malaysia”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 11 No. 1. (Jan – March). 2015. hlm. 158 – 180 Idrus, Muhammad. Metode Peneitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 2010. Indahsari, Silvya Nur. “Analisis Faktor Makroekonomi yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk.)”. Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya Malang, 2015. Indahsari, Sylvia Nur. “Analisis Faktor Makroekonomi yang mempengaruhi profitabilitas Bank (studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.)”. Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya. 2015. Juanda, Bambang dan Junaidi. Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2012. Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga, 2003. Kusmana, Dea Rizki. “Efektivitas Kebijakan Moneter dalam Struktur Pasar Industri Perbankan Indonesia yang Oligopoli”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, 2013. Laporan Perekonomian Indonesia, 2015. Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Refrormasi Struktural. ISSN 0522-2572. Bank Indonesia. Lubis, Suwardi K. dan Farid Wadji, Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2014. Mahdiyah. “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Kualitas Aset Produktif dan Rasio Likuiditas terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah Periode 20092013”. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015. Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008. Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2014. Muljawan, Dadang dkk. “Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia Serta Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit”. Working Paper Bank Indonesia, Desember 2014. Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat, 2001. 112 Ongore, V.O. “The Relationsip Between ownership structure and Firm Performance: An Empirical Analysis of Listed Companies in Kenya”. Africal Journal of Bussines Manajement, 2011. Otoritas Jasa Keuangan. Booklet Perbankan Syariah Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Maret 2016. Perbankan Syariah, Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia. Diakses: 13/06/2016 pada pukul 10:06 WIB. http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx Prakoso, Andrian Tony. “Analisis Hubungan Perdagangan Internasional dan FDI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2009. Priyanto, Dwi. Paham Analisis Statistik data dengan SPSS. Jakarta: Mediakom, 2010. Putong, Iskandar. “Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri (ASWOT-TSI)”. Jurnal Ilmuan Ekonomi dan Bisnis vol. 8 no. 2, hlm. 65 – 72. Rochaeti, Ely Ratih dkk. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007. Rochaeti, Ety Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009. Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014. Santosa, Budi. “Hubungan Variabel Makro Ekonomi terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode Mei 2005 – Oktober 2007)”. Skripsi Fakultas Syariah. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. Sanwari, Suria Rismawati dan Roza Hazli Z, “The Performance of Islamic Banks and Macroeconomic Conditions”, Journal, ISRA Intenational Journal of Islamic Finance, Vol. 5, Issue 2, 2013, h. 83 – 98. Wuryandani dkk, “Pengelolaan Dana dan Likuiditas Bank”, Bulletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Januari 2014. Vol. 16 No. 3, hlm. 248 – 276. Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Lencana Prenada Media Group, 2012. Sukirno, Sadono. Makroekonomi Modern, Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007. 113 Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1998. Sumitro, Warkum. Azaz-azaz Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI dan Takaful) di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1996. Survey Ekonomi Ouachita Economic Development Corporation (OEDC) Indonesia, Maret 2015. Syafrida, Ida dan Ahmad Abror. “Faktor-faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 10 No. 1, Juni 2011, hlm. 25 – 33. Syahfitri, Ika. “Analisis Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, 2013. Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Tim Redaksi, Ensklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru, Van Hoeve, 1994. Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga, 2006. W.S, Kartika dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. Volume 3, Nomor 2, (Juli, Tahun 2006), hlm. 46 - 58 Widarjono, Agus. Ekonometrika, Pengantar dan Aplikasinya. Jogjakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII, 2009. www.bi.go.id www.ojk.go.id www.bps.go.id www.worldbank.org Yuhanah, Siti. Pengaruh Struktur Pasar terhadap Profitabilitas Industri Perbankan Syariah di Indonesia Periode September 2010 – September 2015. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016. Zuhri, Muh. Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996. LAMPIRAN LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN DATA MAKROEKONOMI Year 2010 Month IPI (%) Inflasi (%) BI Rate (%) IHSG (billion of Rp) Indeks Kurs (%) X1 X2 X3 X4 X5 Jan 96.59 3.72 6.50 2.61 95.57 Feb 97.28 3.81 6.50 2.55 95.88 Mar 101.37 3.43 6.50 2.97 98.19 Apr 101.44 3.91 6.50 2.80 99.31 May 100.90 4.16 6.50 2.91 97.49 Jun 104.72 5.05 6.50 3.07 98.54 Jul 100.93 6.22 6.50 3.07 99.98 Aug 101.12 6.44 6.50 3.08 98.99 Sep 92.32 5.80 6.50 3.50 100.29 Oct 100.77 5.67 6.50 3.64 100.25 Nov 101.72 6.33 6.50 3.53 99.3 Dec 100.83 6.96 6.50 3.70 99.54 114 115 2011 2012 2013 2014 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr 101.66 98.06 105.86 102.19 105.63 107.23 109.45 103.1 104.12 107.59 101.35 102.89 102.76 105.63 102.46 103.38 108.31 109.79 111.41 100.78 109.61 118.17 114.13 114.12 113.91 112.31 112.58 114.12 115.78 113.34 115.28 113.37 116.36 118.05 116.2 117.36 117.32 116.6 116.8 117.25 7.02 6.84 6.65 6.16 5.98 5.54 4.61 4.79 4.61 4.42 4.15 3.79 3.65 3.56 3.97 4.5 4.45 4.53 4.56 4.58 4.31 4.61 4.32 4.3 4.57 5.31 5.9 5.57 5.47 5.9 8.61 8.79 8.4 8.32 8.37 8.38 8.22 7.75 7.32 7.25 6.5 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 6.5 6 6 6 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 5.75 6 6.5 7 7.25 7.25 7.25 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 3.41 3.47 3.68 3.82 3.84 3.89 4.13 3.84 3.55 3.79 3.72 3.82 3.94 3.99 4.12 4.18 3.83 3.96 4.14 4.06 4.26 4.35 4.28 4.32 4.45 4.8 4.94 5.03 5.07 4.82 4.61 4.2 4.32 4.51 4.26 4.27 4.42 4.62 4.77 4.84 98.82 101.44 102.77 104.39 104.84 104.11 105.2 104.34 101.44 101.3 97.6 98.7 99.44 98.51 97.49 97.39 93.57 94.41 94.36 93.62 93.35 93.08 93.18 92.55 92.29 92.58 92.09 92.06 91.31 90.14 87.08 81.93 77.07 79.67 74.73 73.43 73.2 76.93 78.48 77.61 116 2015 May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 120.16 120.22 117.05 120.13 127.74 124.37 121.73 124.94 7.32 6.7 4.53 3.99 4.53 4.83 6.23 8.36 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.75 7.75 4.89 4.88 5.09 5.14 5.14 5.09 5.15 5.23 77.08 74.78 77.22 76.38 73.29 74.08 73.38 71.95 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 123.33 119.67 125.46 127.11 123.03 126.26 122.21 127.01 130.31 131.09 128.64 126.22 6.96 6.29 6.38 6.79 7.15 7.26 7.26 7.18 6.83 6.25 4.89 3.35 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 5.29 5.45 5.52 5.09 5.22 4.91 4.8 4.51 4.22 4.46 4.45 4.59 70.89 69.58 68.4 69.18 67.75 67.13 66.39 63.81 61.06 65.62 64.67 64.88 LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN LAPORAN KEUANGAN INDUSTRI PERBANKAN (BUS DAN UUS) Year 2010 Month Return on Asset (%) Financial to Deposit Ratio (%) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (%) Y1 Y2 Y3 Jan 1.65 88.67 84.87 Feb 1.76 90.96 79.73 Mar 2.13 95.07 76.27 Apr 2.06 95.57 77.15 May 1.25 96.65 85.79 Jun 1.66 96.08 79.99 117 2011 2012 Jul 1.67 95.32 79.77 Aug 1.63 98.86 80.36 Sep 1.77 95.4 79.1 Oct 1.79 94.76 78.94 Nov 1.83 95.45 77.7 Dec 1.67 89.67 80.54 Jan 2.26 91.97 75.75 Feb 1.81 95.16 79.56 Mar 1.97 93.22 77.63 Apr 1.9 95.17 78.78 May 1.84 94.88 79.05 Jun 1.84 94.93 78.13 Jul 1.86 94.18 77.13 Aug 1.81 98.39 77.65 Sep 1.8 94.97 77.54 Oct 1.75 95.24 78.03 Nov 1.78 94.4 77.92 Dec 1.79 88.94 78.41 Jan 1.36 87.27 86.22 Feb 1.79 90.49 78.39 Mar 1.83 87.13 77.77 Apr 1.79 95.39 77.77 May 1.99 97.95 76.24 Jun 2.05 98.59 75.74 Jul 2.05 99.91 75.87 Aug 2.04 101.03 75.89 Sep 2.07 102.1 75.44 Oct 2.11 100.84 75.04 Nov 2.09 101.19 75.29 118 2013 2014 2015 Dec 2.14 100 74.75 Jan 2.52 100.63 70.43 Feb 2.29 102.17 72.06 Mar 2.39 102.62 72.95 Apr 2.29 103.08 73.95 May 2.07 102.08 76.87 Jun 2.1 104.43 76.18 Jul 2.02 104.83 76.13 Aug 2.01 102.53 77.87 Sep 2.04 103.27 77.98 Oct 1.94 103.03 79.06 Nov 1.96 102.58 78.59 Dec 2 100.32 78.21 Jan 0.08 100.07 80.05 Feb 0.13 102.03 83.77 Mar 1.16 102.22 91.9 Apr 1.09 95.5 84.5 May 1.13 99.43 76.49 Jun 1.12 100.8 71.76 Jul 1.05 99.89 79.8 Aug 0.93 98.99 81.2 Sep 0.97 99.71 82.39 Oct 0.92 98.99 75.61 Nov 0.87 94.62 93.5 Dec 0.8 91.5 79.28 Jan 1.93 110.4 82.51 Feb 1.94 109.73 82.28 Mar 2.39 111.72 78.76 119 Apr 2.42 109.5 79.97 May 2.4 109.63 79.79 Jun 2 109.25 82.06 Jul 2.05 110.02 81.43 Aug 2.14 109.25 80.37 Sep 2.15 107.71 80.06 Oct 2.22 107.01 79.96 Nov 2.15 108.92 79.99 Dec 1.81 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 104.88 83.41 LAMPIRAN 3 UJI STASIONER TINGKAT LEVEL Null Hypothesis: INDUSTRIALPRODUCTIONINDX has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -0.564950 -3.528515 -2.904198 -2.589562 0.8708 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -2.802051 -3.527045 -2.903566 -2.589227 0.0631 t-Statistic Prob.* *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: BIRATE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) 120 Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level -1.168273 -3.527045 -2.903566 -2.589227 0.6837 t-Statistic Prob.* -2.271200 -3.525618 -2.902953 -2.588902 0.1840 t-Statistic Prob.* 0.467618 -3.525618 -2.902953 -2.588902 0.9844 t-Statistic Prob.* -3.192560 -3.525618 -2.902953 -2.588902 0.0245 t-Statistic Prob.* -2.665924 -3.525618 -2.902953 -2.588902 0.0851 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: IHSG has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: NILAITUKAR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: ROA has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: FDR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level 121 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: BOPO has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -5.586259 -3.525618 -2.902953 -2.588902 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. TINGKAT 1ST DIFFERENCE Null Hypothesis: D(INDUSTRIALPRODUCTIONINDX) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -7.993599 -3.530030 -2.904848 -2.589907 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -5.446375 -3.527045 -2.903566 -2.589227 0.0000 t-Statistic Prob.* *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(BIRATE) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) 122 Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level -4.797646 -3.527045 -2.903566 -2.589227 0.0002 t-Statistic Prob.* -8.282740 -3.527045 -2.903566 -2.589227 0.0000 t-Statistic Prob.* -8.088535 -3.527045 -2.903566 -2.589227 0.0000 t-Statistic Prob.* -9.398586 -3.527045 -2.903566 -2.589227 0.0000 t-Statistic Prob.* *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(IHSG) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(NILAITUKAR) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) 123 Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level -9.907723 -3.527045 -2.903566 -2.589227 0.0001 t-Statistic Prob.* -12.77942 -3.527045 -2.903566 -2.589227 0.0001 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(BOPO) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=12) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level 124 LAMPIRAN 4 UJI LAG OPTIMAL VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: HARGAMINYAKMENTAHDUNIA IHSG BOPO BIRATE INDUSTRIALPRODUCTIONINDX NILAITUKAR INFLASI ROA FDR Exogenous variables: C Date: 08/10/16 Time: 12:47 Sample: 2010M01 2015M12 Included observations: 67 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -993.0569 NA 79.14429 29.91215 30.20830 30.02933 1 -558.7603 738.9524 0.002123* 19.36598 22.32751* 20.53786* 2 -484.6930 106.1262 0.002955 19.57293 25.19983 21.79951 3 -427.4546 66.63577 0.008496 20.28223 28.57450 23.56350 4 -304.7886 109.8502* 0.005227 19.03846 29.99612 23.37443 5 -179.1725 78.74440 0.006431 17.70664* 31.32967 23.09731 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion 125 LAMPIRAN 5 UJI KOINTEGRASI Date: 08/18/16 Time: 23:55 Sample (adjusted): 2010M03 2015M12 Included observations: 70 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: BIRATE HARGAMINYAKMENTAHDUNIA IHSG INDUSTRIALPRODUCTIONINDX INFLASI, NILAI TUKAR BOPO ROA FDR Lags interval (in first differences): 1 to 1 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Trace Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 At most 2 At most 3 At most 4 At most 5 At most 6 At most 7 At most 8 0.585726 0.442350 0.373345 0.312884 0.235261 0.176009 0.152867 0.083971 0.018993 212.9719 151.2861 110.4044 77.68936 51.42173 32.64629 19.09463 7.481780 1.342262 197.3709 159.5297 125.6154 95.75366 69.81889 47.85613 29.79707 15.49471 3.841466 0.0066 0.1286 0.2886 0.4449 0.5751 0.5764 0.4861 0.5223 0.2466 Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized No. of CE(s) Eigenvalue Max-Eigen Statistic 0.05 Critical Value Prob.** None * At most 1 At most 2 At most 3 At most 4 At most 5 At most 6 At most 7 At most 8 0.585726 0.442350 0.373345 0.312884 0.235261 0.176009 0.152867 0.083971 0.018993 61.68588 40.88162 32.71509 26.26763 18.77543 13.55167 11.61285 6.139517 1.342262 58.43354 52.36261 46.23142 40.07757 33.87687 27.58434 21.13162 14.26460 3.841466 0.0231 0.4419 0.6103 0.6842 0.8354 0.8523 0.5862 0.5954 0.2466 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values 126 LAMPIRAN 7 UJI ESTIMASI VECM ROA Vector Error Correction Estimates Date: 08/19/16 Time: 00:58 Sample (adjusted): 2010M03 2015M12 Included observations: 70 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 ROA(-1) 1.000000 BIRATE(-1) 0.714440 (0.13631) [ 5.24122] INDUSTRIALPRODUCTIO NINDX(-1) INFLASI(-1) -0.132944 (0.02035) [-6.53290] -0.285567 (0.05336) [-5.35211] 127 NILAITUKAR(-1) -0.071124 (0.01349) [-5.27100] IHSG(-1) 0.549415 (0.16735) [ 3.28310] C 8.241939 D(HARGAMINY D(INDUSTRIAL AKMENTAHDU PRODUCTIONI NIA) NDX) Error Correction: D(ROA) D(BIRATE) D(INFLASI) D(NILAITUKAR) D(IHSG) CointEq1 -0.213238 (0.09126) [-2.33660] -0.016798 (0.03054) [-0.55009] -0.084326 (0.04867) [-1.73258] 4.420606 (0.76688) [ 5.76439] 0.409496 (0.17841) [ 2.29525] -0.541881 (0.48017) [-1.12852] -0.050020 (0.05070) [-0.98662] D(ROA(-1)) -0.062746 (0.12428) [-0.50488] 0.062938 (0.04158) [ 1.51351] 0.056042 (0.06628) [ 0.84553] -2.446640 (1.04435) [-2.34274] 0.008900 (0.24296) [ 0.03663] -0.634424 (0.65390) [-0.97021] -0.010561 (0.06904) [-0.15297] D(BIRATE(-1)) -0.559533 (0.34180) [-1.63701] 0.469163 (0.11437) [ 4.10220] 0.056775 (0.18229) [ 0.31146] 5.372200 (2.87226) [ 1.87037] 0.457199 (0.66822) [ 0.68421] -2.133776 (1.79842) [-1.18647] -0.050593 (0.18988) [-0.26644] -0.016050 (0.01300) [-1.23419] -0.006535 (0.00435) [-1.50190] 0.002841 (0.00694) [ 0.40967] -0.188464 (0.10928) [-1.72459] 0.004970 (0.02542) [ 0.19549] 0.061494 (0.06842) [ 0.89872] -0.007189 (0.00722) [-0.99503] D(INFLASI(-1)) 0.068387 (0.07012) [ 0.97526] -6.96E-05 (0.02346) [-0.00297] -0.038231 (0.03740) [-1.02230] 0.249247 (0.58925) [ 0.42299] 0.463425 (0.13709) [ 3.38052] -0.715595 (0.36895) [-1.93953] -0.071018 (0.03896) [-1.82307] D(NILAITUKAR(-1)) -0.012045 (0.02784) -0.001954 (0.00931) -0.003768 (0.01485) 0.030629 (0.23391) 0.056022 (0.05442) -0.152569 (0.14646) -0.011312 (0.01546) D(INDUSTRIALPRODUCTI ONINDX(-1)) 128 [-0.43271] [-0.20978] [-0.25379] [ 0.13094] [ 1.02947] [-1.04170] [-0.73151] D(IHSG(-1)) 0.303707 (0.27569) [ 1.10163] -0.149288 (0.09225) [-1.61835] 0.119064 (0.14703) [ 0.80979] 0.439685 (2.31669) [ 0.18979] -0.035828 (0.53897) [-0.06647] 1.509431 (1.45056) [ 1.04059] 0.006072 (0.15315) [ 0.03965] C 0.002334 (0.04499) [ 0.05188] 0.013039 (0.01505) [ 0.86622] -0.018485 (0.02399) [-0.77046] 0.374568 (0.37804) [ 0.99081] -0.003040 (0.08795) [-0.03457] -0.515073 (0.23670) [-2.17602] 0.029865 (0.02499) [ 1.19500] 0.182810 0.075637 7.255231 0.344874 1.705752 -19.98866 0.828247 1.117340 0.000714 0.358707 0.342651 0.256441 0.812296 0.115396 3.974619 56.64781 -1.361366 -1.072274 0.014286 0.133824 0.189433 0.083129 2.063622 0.183929 1.781992 24.01544 -0.429013 -0.139920 -0.010143 0.192086 0.493032 0.426544 512.3276 2.898070 7.415397 -168.9921 5.085489 5.374581 0.413429 3.827005 0.213840 0.110737 27.72894 0.674220 2.074047 -66.91504 2.169001 2.458093 -0.006571 0.714968 0.163583 0.053889 200.8547 1.814580 1.491265 -136.2187 4.149107 4.438199 -0.442857 1.865542 0.082771 -0.037522 2.239093 0.191589 0.688080 21.15916 -0.347405 -0.058312 0.029143 0.188093 R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC Mean dependent S.D. dependent Determinant resid covariance (dof adj.) Determinant resid covariance Log likelihood Akaike information criterion Schwarz criterion FDR Vector Error Correction Estimates Date: 08/19/16 Time: 01:00 Sample (adjusted): 2010M03 2015M12 Included observations: 70 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] 8.59E-06 3.28E-06 -253.2928 9.236937 11.48543 129 Cointegrating Eq: CointEq1 FDR(-1) 1.000000 BIRATE(-1) 4.186701 (1.84265) [ 2.27210] INDUSTRIALPRODUCTIO NINDX(-1) -1.913776 (0.27242) [-7.02510] INFLASI(-1) -3.676891 (0.71910) [-5.11319] NILAITUKAR(-1) -0.624506 (0.18052) [-3.45941] IHSG(-1) 8.415306 (2.21466) [ 3.79981] C 99.79430 D(HARGAMINY D(INDUSTRIAL AKMENTAHDU PRODUCTIONI NIA) NDX) Error Correction: D(FDR) D(BIRATE) CointEq1 -0.113143 (0.06755) [-1.67507] 0.000741 (0.00239) [ 0.30974] -0.004347 (0.00388) [-1.12082] D(FDR(-1)) -0.082999 0.006957 0.005738 D(INFLASI) D(NILAITUKAR) D(IHSG) 0.351530 (0.05940) [ 5.91804] 0.047982 (0.01334) [ 3.59746] -0.039318 (0.03820) [-1.02940] -0.003467 (0.00399) [-0.86790] -0.287678 -0.025286 -0.041072 -0.002604 130 (0.12576) [-0.65997] (0.00446) [ 1.56157] (0.00722) [ 0.79465] (0.11060) [-2.60117] (0.02483) [-1.01822] (0.07112) [-0.57754] (0.00744) [-0.35011] -1.122618 (3.21248) [-0.34946] 0.472104 (0.11380) [ 4.14839] 0.029049 (0.18446) [ 0.15748] 7.104060 (2.82507) [ 2.51465] 0.579615 (0.63435) [ 0.91371] -2.267076 (1.81659) [-1.24798] -0.077108 (0.18997) [-0.40590] -0.008648 (0.12771) [-0.06772] -0.004097 (0.00452) [-0.90551] 0.003795 (0.00733) [ 0.51752] -0.124850 (0.11231) [-1.11167] 0.026963 (0.02522) [ 1.06921] 0.042953 (0.07222) [ 0.59478] -0.008166 (0.00755) [-1.08137] D(INFLASI(-1)) 1.120111 (0.64928) [ 1.72515] 0.009447 (0.02300) [ 0.41070] -0.025126 (0.03728) [-0.67395] -0.107757 (0.57098) [-0.18872] 0.463915 (0.12821) [ 3.61838] -0.683289 (0.36716) [-1.86103] -0.068664 (0.03839) [-1.78838] D(NILAITUKAR(-1)) 0.001497 (0.25733) [ 0.00582] 7.76E-05 (0.00912) [ 0.00852] -8.39E-05 (0.01478) [-0.00568] -0.084297 (0.22630) [-0.37251] 0.056103 (0.05081) [ 1.10410] -0.141789 (0.14551) [-0.97440] -0.009943 (0.01522) [-0.65339] D(IHSG(-1)) 3.823081 (2.62678) [ 1.45542] -0.161380 (0.09306) [-1.73424] 0.120815 (0.15083) [ 0.80101] -0.678282 (2.31001) [-0.29363] -0.298644 (0.51870) [-0.57576] 1.661765 (1.48539) [ 1.11874] 0.012252 (0.15533) [ 0.07888] C 0.136047 (0.42543) [ 0.31979] 0.011343 (0.01507) [ 0.75263] -0.018823 (0.02443) [-0.77054] 0.387324 (0.37412) [ 1.03528] 0.000432 (0.08401) [ 0.00514] -0.500826 (0.24057) [-2.08182] 0.031457 (0.02516) [ 1.25043] 0.172785 0.064298 641.5552 3.243038 1.592678 -176.8647 5.310420 5.599512 0.348447 0.262997 0.805134 0.114887 4.077804 56.95778 -1.370222 -1.081130 0.169176 0.060216 2.115193 0.186213 1.552636 23.15152 -0.404329 -0.115237 0.509041 0.444653 496.1491 2.851945 7.905835 -167.8690 5.053401 5.342493 0.290759 0.197744 25.01590 0.640388 3.125931 -63.31127 2.066036 2.355129 0.145705 0.033666 205.1480 1.833871 1.300484 -136.9590 4.170256 4.459348 0.081007 -0.039517 2.243399 0.191773 0.672124 21.09192 -0.345483 -0.056391 D(BIRATE(-1)) D(INDUSTRIALPRODUCTI ONINDX(-1)) R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC 131 Mean dependent S.D. dependent 0.198857 3.352612 Determinant resid covariance (dof adj.) Determinant resid covariance Log likelihood Akaike information criterion Schwarz criterion BOPO Vector Error Correction Estimates Date: 08/19/16 Time: 01:01 Sample (adjusted): 2010M03 2015M12 Included observations: 70 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq: CointEq1 BOPO(-1) 1.000000 BIRATE(-1) -1.837163 (4.97940) [-0.36895] INDUSTRIALPRODUCTIO NINDX(-1) INFLASI(-1) 4.607623 (0.74229) [ 6.20734] 6.771608 (1.96455) 0.014286 0.133824 0.000716 0.000273 -408.1023 13.66007 15.90856 -0.010143 0.192086 0.413429 3.827005 -0.006571 0.714968 -0.442857 1.865542 0.029143 0.188093 132 [ 3.44690] NILAITUKAR(-1) 2.367383 (0.49192) [ 4.81255] IHSG(-1) -20.86969 (6.03595) [-3.45756] C -710.7641 D(HARGAMINY D(INDUSTRIAL AKMENTAHDU PRODUCTIONI NIA) NDX) Error Correction: D(BOPO) D(BIRATE) CointEq1 -0.013107 (0.03383) [-0.38743] -0.000362 (0.00101) [-0.35685] 0.001429 (0.00164) [ 0.87283] D(BOPO(-1)) -0.493001 (0.11843) [-4.16286] -0.004061 (0.00355) [-1.14360] D(BIRATE(-1)) 3.013741 (3.97082) [ 0.75897] D(INDUSTRIALPRODUCTI ONINDX(-1)) D(INFLASI(-1)) D(INFLASI) D(NILAITUKAR) D(IHSG) -0.137005 (0.02618) [-5.23301] -0.014775 (0.00561) [-2.63402] 0.001874 (0.01618) [ 0.11578] -0.000605 (0.00169) [-0.35912] -0.000993 (0.00573) [-0.17324] 0.073514 (0.09165) [ 0.80213] 0.049738 (0.01964) [ 2.53301] -0.037010 (0.05666) [-0.65324] -0.002243 (0.00590) [-0.38027] 0.483996 (0.11907) [ 4.06494] 0.004349 (0.19213) [ 0.02263] 8.802505 (3.07293) [ 2.86453] 0.322268 (0.65837) [ 0.48949] -1.655326 (1.89961) [-0.87140] -0.023325 (0.19781) [-0.11792] -0.131007 (0.15534) [-0.84338] -0.005414 (0.00466) [-1.16235] 0.004239 (0.00752) [ 0.56406] -0.128665 (0.12021) [-1.07033] 0.028410 (0.02575) [ 1.10308] 0.065751 (0.07431) [ 0.88480] -0.004425 (0.00774) [-0.57188] -1.053411 -0.002837 -0.021746 -0.491645 0.445031 -0.594124 -0.058845 133 (0.76047) [-1.38521] (0.02280) [-0.12440] (0.03680) [-0.59099] (0.58851) [-0.83540] (0.12609) [ 3.52953] (0.36380) [-1.63309] (0.03788) [-1.55332] D(NILAITUKAR(-1)) 0.592591 (0.31146) [ 1.90259] 0.001111 (0.00934) [ 0.11896] -0.000134 (0.01507) [-0.00890] -0.036696 (0.24104) [-0.15224] 0.046915 (0.05164) [ 0.90848] -0.114169 (0.14900) [-0.76622] -0.006166 (0.01552) [-0.39737] D(IHSG(-1)) -4.920099 (3.20142) [-1.53685] -0.173153 (0.09600) [-1.80377] 0.118806 (0.15490) [ 0.76699] -1.389104 (2.47751) [-0.56069] -0.343267 (0.53080) [-0.64669] 1.506705 (1.53154) [ 0.98379] -0.025473 (0.15948) [-0.15972] C 0.429169 (0.50471) [ 0.85032] 0.014280 (0.01513) [ 0.94360] -0.017276 (0.02442) [-0.70744] 0.341387 (0.39059) [ 0.87404] -0.000949 (0.08368) [-0.01134] -0.521108 (0.24145) [-2.15824] 0.030371 (0.02514) [ 1.20797] 0.264303 0.167818 915.2576 3.873528 2.739322 -189.3006 5.665730 5.954822 0.052571 4.246173 0.334054 0.246716 0.822920 0.116149 3.824870 56.19303 -1.348372 -1.059280 0.014286 0.133824 0.158371 0.047993 2.142702 0.187420 1.434810 22.69926 -0.391407 -0.102315 -0.010143 0.192086 0.457599 0.386465 548.1350 2.997636 6.432868 -171.3566 5.153046 5.442139 0.413429 3.827005 0.286652 0.193098 25.16077 0.642240 3.064032 -63.51337 2.071811 2.360903 -0.006571 0.714968 0.127725 0.013329 209.4654 1.853068 1.116514 -137.6879 4.191083 4.480176 -0.442857 1.865542 0.069583 -0.052439 2.271287 0.192962 0.570248 20.65951 -0.333129 -0.044037 0.029143 0.188093 R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC Mean dependent S.D. dependent Determinant resid covariance (dof adj.) Determinant resid covariance Log likelihood Akaike information criterion Schwarz criterion 0.001024 0.000391 -420.6182 14.01766 16.26616 134 LAMPIRAN 8 UJI IMPULSE RESPONSE FUNCTION Tabel Return on Asset (ROA) Response of ROA: Period ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.344874 0.270500 0.248382 0.246630 0.257425 0.259063 0.256834 0.256282 0.256533 0.256683 0.000000 0.060378 0.097232 0.076401 0.064247 0.067502 0.070045 0.070056 0.069552 0.069494 0.000000 0.047893 0.069753 0.070964 0.066818 0.064601 0.064256 0.064036 0.063731 0.063560 0.000000 -0.08488 -0.09489 -0.0865 -0.08578 -0.09015 -0.09194 -0.09185 -0.09169 -0.09177 0.000000 0.038711 0.049780 0.052476 0.050283 0.051941 0.052762 0.052779 0.052704 0.052685 0.000000 0.002579 0.019764 0.018000 0.015012 0.014357 0.014769 0.014914 0.014794 0.014729 Tabel Financial to Deposit Ratio (FDR) Response of FDR: Period FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3.243038 2.539387 2.291988 2.417454 2.502948 2.479306 2.482605 2.487605 2.485301 2.484466 0.000000 0.472170 0.405236 0.135607 0.151385 0.154493 0.142943 0.146526 0.150022 0.150192 0.000000 0.818657 0.894259 0.889576 0.909928 0.913302 0.903749 0.900561 0.899181 0.897941 0.000000 -0.26578 -0.082 -0.01075 -0.04913 -0.06421 -0.06706 -0.07277 -0.07518 -0.07543 0.000000 0.605766 0.524369 0.434943 0.498087 0.527656 0.522790 0.525170 0.527064 0.526233 Nilai Tukar 0.000000 0.113868 0.103223 0.098601 0.111405 0.107313 0.105616 0.106094 0.105784 0.105534 135 Tabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Response of BOPO: Period BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3.873528 1.650935 1.778997 1.673461 1.680588 1.684044 1.702586 1.712489 1.719067 1.722598 0.000000 0.100802 0.988736 0.719445 0.77332 0.759233 0.741957 0.728307 0.722414 0.718682 0.000000 -0.15963 0.159434 0.291003 0.460041 0.556822 0.607909 0.632136 0.642365 0.645355 0.000000 0.153218 0.041377 0.502153 0.640806 0.750745 0.810863 0.839375 0.849557 0.852737 0.000000 -0.14092 -0.10616 -0.25164 -0.35818 -0.39909 -0.42553 -0.43816 -0.44258 -0.44365 Nilai Tukar 0.000000 0.893808 0.49176 0.495022 0.49161 0.49689 0.49676 0.500537 0.50244 0.503507 136 Return on Asset (ROA) Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of ROA to ROA Response of ROA to IPI .4 .4 .3 .3 .2 .2 .1 .1 .0 .0 -.1 -.1 -.2 -.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of ROA to INFLASI 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 9 10 Response of ROA to BIRATE .4 .4 .3 .3 .2 .2 .1 .1 .0 .0 -.1 -.1 -.2 -.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of ROA to IHSG 3 4 5 6 7 8 Response of ROA to NILAITUKAR .4 .4 .3 .3 .2 .2 .1 .1 .0 .0 -.1 -.1 -.2 -.2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 137 Financial to Deposit Ratio (FDR) Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of FDR to FDR Response of FDR to IPI 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of FDR to INFLASI 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 9 10 Response of FDR to BIRATE 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of FDR to IHSG 3 4 5 6 7 8 Response of FDR to NILAITUKAR 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 138 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of BOPO to BOPO Response of BOPO to IPI 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 2 Response of BOPO to INFLASI 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 Response of BOPO to BIRATE 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 10 Response of BOPO to IHSG 2 3 4 5 6 7 8 Response of BOPO to NILAITUKAR 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 139 LAMPIRAN 9 UJI VARIANCE DECOMPOTION Return on Asset (ROA) Variance Decomposition of ROA: Period S.E. ROA IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar 1 0.344874 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.456387 92.23146 1.750193 1.101204 3.458798 0.719439 0.003192 3 0.547801 84.57639 4.365259 2.385687 5.401291 1.325127 0.132383 4 0.621044 81.57434 4.909752 3.161832 6.142540 1.744954 0.187000 5 0.687584 80.56647 4.878521 3.523840 6.567605 1.958353 0.200227 6 0.749541 79.74365 4.916372 3.708186 6.973311 2.128177 0.205183 7 0.806601 78.99928 4.999512 3.836720 7.320873 2.265614 0.210708 8 0.859701 78.42843 5.065024 3.932220 7.585896 2.371279 0.215579 9 0.909678 78.00030 5.108365 4.002855 7.791173 2.453555 0.218992 10 0.957072 77.65934 5.142198 4.057262 7.958019 2.519600 0.221525 Financial to Deposit Ratio (FDR) Variance Decomposition of FDR: Period S.E. FDR IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar 1 2 3.243038 4.280487 100.0000 92.59504 0.000000 1.216774 0.000000 3.657778 0.000000 0.385521 0.000000 2.002734 0.000000 0.070764 3 4 4.987617 5.633147 89.31785 88.43682 1.556342 1.278032 5.908820 7.125988 0.310981 0.244156 2.580426 2.619064 0.094953 0.105076 5 6.253898 87.76974 1.095509 7.898530 0.204265 2.759262 0.116984 6 7 6.812580 7.328131 87.20900 86.84694 0.974624 0.880363 8.453408 8.826745 0.181020 0.164820 2.925158 3.036995 0.123397 0.127417 8 9 7.811217 8.265482 86.57903 86.36501 0.810025 0.756379 9.097918 9.308840 0.153744 0.145583 3.124990 3.197556 0.130592 0.133012 10 8.695636 86.19503 0.713230 9.476977 0.139061 3.255258 0.134907 140 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Variance Decomposition of BOPO: Period S.E. BOPO IPI Inflasi BI Rate IHSG Nilai Tukar 1 3.873528 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2 4.671089 93.42044 0.426228 1.332314 1.173759 0.279233 3.051267 3 5.429712 93.48739 0.419749 1.736556 0.904636 0.239181 2.854564 4 6.105941 92.54541 0.455224 2.192017 1.013721 0.232407 3.140942 5 6.697598 92.16762 0.454820 2.365931 1.102203 0.278821 3.278436 6 7.251702 91.79279 0.532759 2.439198 1.201875 0.300330 3.404349 7 7.768622 91.50168 0.567514 2.463707 1.323094 0.332304 3.504142 8 8.252967 91.26987 0.600251 2.464736 1.428794 0.359701 3.585391 9 8.711835 91.08375 0.625674 2.456813 1.521639 0.383002 3.649820 10 9.147697 90.93122 0.644535 2.446716 1.601607 0.403213 3.703301