masalah kebal obat masalah dunia

advertisement
29-10-2017
1/2
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id
MASALAH KEBAL OBAT MASALAH DUNIA
DIPUBLIKASIKAN PADA : SENIN, 11 APRIL 2011 04:50:45, DIBACA : 53.095 KALI
Masalah kebal obat antimikroba (Antimicrobial Resistance) tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga sudah menjadi masalah dunia. Oleh karena itu masalah ini
diangkat menjadi tema Hari Kesehatan Sedunia (HKS) 2011, Antimicrobial Resistance and Its Global Spread. Indonesia mengangkat tema Gunakan Antibiotik
Secara Tepat Untuk Mencegah Kekebalan Kuman dengan harapan penggunaan antimikroba lebih rasional agar dampak resistensi tidak meluas.
Berbagai studi menemukan 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat, antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Di
negara berkembang hanya 30-50% penderita pneumonia mendapat terapi antibiotik secara tidak tepat.
Hal ini disampaikan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.Ph ketika membuka seminar Antimicrobial Resistence-Containment and Prevention
dalam memperingati puncak HKS tanggal 7 April 2011 di Jakarta.
Menurut Menkes, upaya pengendalian penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan seperti malaria, tuberkulosis, filariasis, kusta, dan frambusia,
digunakan antimikroba yang rasional dalam jenis dan jumlah yang cukup, sehingga tidak menimbulkan masalah resistensi yang tidak terkendali.
Mengutip data WHO, Menkes menambahkan, telah terjadi peningkatan 440.000 kasus baru akibat multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) setiap tahun dan
menyebabkan sekurang-kurangnya 150.000 kasus kematian per tahun.
Perkiraan WHO, pada tahun 2009, Indonesia menduduki peringkat ke-delapan dari 27 negara dengan beban MDR tinggi. Diperkirakan terdapat 12.209 pasien
MDR-TB di seluruh Indonesia pada tahun 2007 dan akan ada sekitar 6.395 pasien MDR-TB baru setiap tahunnya. Data tersebut menggambarkan besarnya
masalah yang timbul akibat resistensi antimikroba pada pengendalian salah satu penyakit menular di Indonesia, Pengendalian Penyakit Tuberkulosis terang
Menkes.
Menurut Menkes, resistensi antimikroba dapat memberikan dampak negatif yang bertingkat dalam upaya penanggulangan penyakit infeksi. Baik pada tingkat
individu, maupun di tingkat sarana pelayanan kesehatan dan masyarakat. Di tingkat individu, resistensi antimikroba dapat memperpanjang masa infeksi,
memperburuk kondisi klinis, serta penggunaan antimikroba tingkat lanjut yang lebih mahal dengan efek samping dan toksisitas yang lebih besar. Sedangkan di
tingkat sarana pelayanan kesehatan dan masyarakat, resistensi antimikroba menyebabkan potensi peningkatan jumlah pasien infeksi dan risiko terjadinya
pandemi resistensi antimikroba, ujar Menkes.
Dalam kesempatan itu Menkes menghimbau agar penanganan resistensi antimikroba mendapatkan perhatian dari berbagai sektor - tidak hanya sektor kesehatan
saja. Dengan adanya strategi nasional tentang pengendalian resistensi antimikroba terpadu, diharapkan akan tercipta upaya pengendalian resistensi antimikroba
yang lebih tajam.
1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2/2
29-10-2017
Bertepatan dengan Puncak Peringatan HKS, Menkes meluncurkan Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan dalam
penggunaan antibiotika bagi tenaga kesehatan di seluruh sarana pelayanan kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta. Akan tetapi, Kementerian
Kesehatan tetap menerima masukan dari berbagai sektor dalam perumusan strategi pengendalian resistensi antimikroba.
Untuk mencegah kebal kuman, Menkes memberikan tips penggunaan antibiotik yang benar, yaitu jangan sembarangan mengkonsumsi antibiotik. Menggunakan
antibiotik hanya dengan resep dokter, dengan dosis dan jangka waktu sesuai resep. Menanyakan pada dokter, obat mana yang mengandung antibiotik. Tidak
menggunakan atau membeli antibiotik berdasarkan resep sebelumnya. Karena salah menggunakan antibiotik menyebabkan obat menjadi tidak efektif lagi.
Sebaiknya batuk, pilek, dan diare tidak memerlukan antibiotik.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor
telepon: 021-52907416-9, faks: 5223002, 52921669, Call Center: 021-500567, 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail [email protected],
[email protected], kontak[at]depkes[dot]go[dot]id.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
- 2 -
Printed @ 29-10-2017 16:10
Download