15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin komposit

advertisement
15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Resin komposit merupakan material restorasi sewarna gigi yang pada awalnya
hanya digunakan sebagai bahan restorasi gigi anterior. Sampai saat ini resin komposit
terus berkembang baik dari segi estetik, pemakaian dan pemanipulasian untuk
memperbaiki ikatan resin komposit ke dentin.1,2 Namun masalah–masalah berupa
daya tahan terhadap stress yang rendah akibat penggunaan, sensitivitas pasca
penambalan, sulit mengadakan kontrol proksimal serta shrinkage yang tinggi akibat
polimerisasi tetap menjadi kelemahan terbesar dari resin komposit.3,4 Shrinkage saat
polimerisasi serta koefisien ekspansi termal yang tinggi menyebabkan kelemahan
klinis dan kegagalan dini pada resin komposit berupa kegagalan ikatan atau
perlekatan antara resin komposit dengan dentin dan water sorption sehingga
menyebabkan perubahan warna pada tepi restorasi, karies sekunder, hipersensitivitas
pasca restorasi, celah mikro dan patologi pulpa.4
Shrinkage yang terjadi selama polimerisasi merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi perlekatan resin komposit ke gigi sehingga restorasi mudah lepas dan
tidak dapat bertahan lama di dalam mulut.5 Ghulman (2011) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi stress yang terjadi pada resin komposit mencakup
shrinkage selama polimerisasi, modulus elastisitas, daya alir resin komposit dan
faktor konfigurasi kavitas. Sensi et al (2004) menyatakan bahwa resin komposit yang
mengalami shrinkage selama polimerisasi akan menghasilkan kekuatan yang berbeda
dengan kekuatan perlekatan, sehingga dapat mengganggu perlekatan terhadap
dinding kavitas.6
Universitas Sumatera Utara
16
Shrinkage akibat polimerisasi yang terjadi pada resin komposit menjadi
masalah yang cukup besar terutama pada restorasi klas II. Pada kavitas klas II
memiliki kavitas yang dalam dengan sisa enamel sangat sedikit dan melibatkan
margin servikal sehingga perlekatan dentin lebih sulit diperoleh. Keadaan ini
disebabkan oleh
materi spesifik dentin seperti struktur tubulus dan kelembaban
instrinsik. Pada keadaan ini, perlekatan diantara resin komposit dengan dentin pada
daerah servikal kavitas juga kurang baik.7 Pada disain kavitas klas II memiliki nilai
C-factor yang tinggi yaitu 4:2. C-factor merupakan perbandingan antara permukaan
resin komposit yang berikatan terhadap permukaan yang tidak berikatan, dimana
semakin tinggi nilai C-factor maka semakin besar peluang mengalami gangguan
perlekatan resin komposit akibat shrinkage polimerisasi.7,11
Salah satu cara untuk mengevaluasi kekuatan pelekatan bahan kedokteran gigi
adalah dengan uji kekuatan tarik pelekatan. Uji kekuatan tarik pelekatan juga dapat
digunakan untuk membantu membandingkan efektivitas suatu sistem bonding. Uji
kekuatan tarik pelekatan adalah besar gaya tarik yang dapat diterima jaringan gigi dan
restorasi hingga kedua komponen tersebut terlepas dan dengan melihat pola fraktur
yang terjadi pada restorasi. 12,13
Sistem adhesif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perlekatan
restorasi pada dentin. Dewasa ini sistem self-etch telah menjadi pilihan bagi para
dokter gigi, hal ini dikarenakan sistem adhesif self-etch memiliki beberapa kelebihan
antara lain relatif mudah dalam penggunaan, hemat waktu dalam pengaplikasian,
memiliki pH yang tidak terlalu rendah yaitu sekitar 1,8-2,5 serta memiliki kekuatan
ikatan 18-25 Mpa.14-15 Bahan adhesif self-etch mengandung monomer asam yang
digabungkan dengan monomer hidrofilik sehingga etsa dan primer bekerja secara
simultan. Sistem adhesif self-etch menggunakan asam primer untuk memodifikasi
smear layer, sehingga dapat mengurangi atau bahkan mencegah sensitivitas setelah
perawatan yang menjadi kelemahan resin komposit, hal ini juga akan meningkatkan
tensile bond strength pada restorasi dan dentin.16-18
Shrinkage
mengaplikasikan
polimerisasi
juga
dapat
diminimalisir
dengan
cara
resin komposit flowable. Beberapa penelitian menyarankan
Universitas Sumatera Utara
17
penggunaan lapisan perantara antara restorasi dan substrat (dibawah hybrid atau
resin komposit packable) yang berfungsi sebagai lapisan penyerap stress untuk
mengurangi shrinkage saat polimerisasi.8,12,13 Resin komposit flowable merupakan
bahan yang direkomendasikan sebagai pelapis karena memiliki viskositas yang
rendah dan elastisitas yang tinggi. Resin komposit flowable mengandung lebih
banyak resin dibandingkan komposit tradisional sehingga memiliki kekuatan ikat
lebih tinggi dibandingkan komposit konvensional.8 Kandungan filler dan modulus
elastisitas yang rendah pada resin komposit flowable membuat bahan ini dapat
menjadi stress breaker dalam menyerap stress shrinkage saat polimerisasi.10,11
Pada penelitian Radhika et al (2010) dikatakan bahwa komposit flowable
dengan viskositas yang rendah dapat digunakan sebagai liner. Penggunaan resin
komposit flowable ini akan menghasilkan adaptasi yang lebih baik sepanjang dinding
kavitas dan dapat bertindak sebagai stress breaker karena modulus elastisitas yang
rendah dan dengan demikian efek shrinkage akibat polimerisasi dapat dikurangi.8
Dalam penelitian Sauerzweig et al (2005) menyimpulkan bahwa penggunaan resin
komposit flowable meningkatkan adaptasi margin pada tepi restorasi klas II.17 Dalam
penelitian Goes et al (2003) menyatakan bahwa aplikasi dari resin komposit dengan
viskositas yang rendah dapat meningkatkan tensile bond strength.1
Dalam perkembangan resin komposit untuk mengurangi shrinkage saat
polimerisasi dan meningkatkan tensile bond strength resin komposit flowable
memperkenalkan generasi terbaru yaitu Stress Decreasing Resin (SDR). Stress
Decreasing
Resin
merupakan
resin
komposit
flowable
terbaru
yang
direkomendasikan sebagai pengganti dentin.9 SDR merupakan resin komposit
flowable yang mengandung fluoride dan didesain untuk digunakan sebagai basis pada
restorasi klas I dan II.19
Stress decreasing resin merupakan modifikasi dari resin urethane
dimetacrylate yang dapat mengurangi shrinkage polimerisasi sekitar 60-70 % jika
dibandingkan resin berbasis methacrylat.8 Kandungan urethane dimetacrylate pada
SDR merupakan monomer dengan viskositas rendah, molekul ini memiliki tiga cincin
yang terhubung pada bagian tengah sehingga dapat meningkatkan fleksibilitas
Universitas Sumatera Utara
18
monomer dan membantu mengurangi shrinkage.9 Selain itu SDR memiliki kelebihan
yaitu dapat diaplikasikan dalam satu lapisan dengan ketebalan mencapai 4 mm
dengan teknik insersi bulk system. Teknik insersi ini cocok pada restorasi klas II yang
memiliki kavitas dalam dan dengan viskositas yang rendah SDR dapat beradaptasi
dengan baik pada celah kavitas.8
Pada restorasi dengan ikatan yang lemah seperti klas II, stress polimerisasi
dapat menyebabkan kegagalan ikatan resin komposit dengan gigi (adhesive failure)
jika stress polimerisasi melebihi bond strength. Resin komposit konvensional terdiri
dari resin organik reaktif dan mineral filler. SDR berbeda dengan resin komposit
konvensional dimana SDR dapat mengurangi volume shrinkage sebesar 20% dan
hampir 80% mengurangi stress polimerisasi dibandingkan dengan resin komposit
konvensional.20 Dalam penelitian Illie et al (2011) yang melihat perbandingan antara
SDR dan resin komposit flowable konvensional dan diperoleh hasil bahwa SDR
menghasilkan stres dan shrinkage yang terendah.21
Dari uraian diatas diketahui bahwa resin komposit flowable dapat digunakan
sebagai basis yang dapat mengurangi shrinkage akibat polimerisasi sehingga dapat
meningkatkan tensile bond strength pada restorasi. Namum belum ada penelitian
untuk mengetahui pengaruh Stress decreasing resin (SDR) sebagai basis restorasi
klas II dengan bahan adhesif self etch one step dalam meningkatkan tensile bond
strength. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh stress decreasing resin (SDR) sebagai basis restorasi klas II dengan sistem
adhesif self etch one step dalam meningkatkan tensile bond strength.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat timbul permasalahan sebagai berikut :
1.
Apakah ada pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai basis
restorasi klas II dengan sistem adhesif self etch one step terhadap tensile bond
strength?
Universitas Sumatera Utara
19
2.
Apakah ada perbedaan pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR)
sebagai basis restorasi klas II dengan sistem adhesif self etch one step terhadap tensile
bond strength?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.
Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai basis restorasi klas
II dengan sistem adhesif self etch one step terhadap tensile bond strength.
2.
Perbedaan pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) sebagai basis
restorasi klas II dengan sistem adhesif self etch one step terhadap tensile bond
strength.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Sebagai dasar penelitian lebih lanjut tentang Stress decreasing resin
(SDR) sebagai basis pada restorasi klas II.
2.
Hasil ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tentang tensile
bond strength pada stress decreasing resin sebagai bahan basis.
3.
Sebagai pertimbangan dokter gigi dalam memilih bahan basis yang
tepat untuk restorasi.
4.
Sebagai dasar dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan gigi
masyarakat terutama di bidang konservasi gigi sehingga gigi dapat dipertahankan
lebih lama di rongga mulut.
Universitas Sumatera Utara
Download