Yayasan Spiritia Lembaran Informasi 680 INTERFERON DAN RIBAVIRIN Pengobatan Baku untuk Hepatitis C Pengobatan yang baku untuk hepatitis C (HCV) adalah gabungan interferon (IFN) dengan ribavirin (RBV), yang dipakai selama 48 minggu. Sayangnya, kombinasi ini menimbulkan efek samping yang berat dan tidak begitu efektif. Obat ini dibahas di bawah. INTERFERON Apa Interferon (IFN) Itu? IFN adalah protein yang dibuat oleh berbagai sel dari sistem kekebalan tubuh, termasuk sel darah putih. IFN dibuat sebagai tanggapan terhadap sel “asing” termasuk virus, bakteri, parasit, dan sel tumor. Nama “interferon” berasal dari kemampuan IFN untuk mengganggu perkalian sel asing. Selama infeksi apa pun, IFN dilepaskan dan meningkatkan tanggapan kekebalan tubuh. Tanggapan ini bertanggung jawab atas banyak efek samping IFN (lihat di bawah). Ada berbagai macam IFN, termasuk: alpha, beta, gamma dan lambda. Interferon sintetik (buatan manusia) telah dikembangkan dengan memakai teknologi DNA. Saat ini ada 12 jenis interferon dan ada lagi yang lebih sedang diteliti. Berbagai jenis interferon telah disetujui untuk mengobati penyakit yang berbeda. Penelitian terbaru telah tertuju pada penggunaan interferon untuk meningkatkan keberhasilan terapi lain, misalnya untuk mengobati kanker payudara. Bagaimana IFN Dipakai? IFN versi awal disuntikkan di bawah kulit tiga kali seminggu. Takaran umum adalah tiga juta unit internasional (MIU). IFN diberikan sebagai bubuk yang dilarutkan dalam air steril, atau dalam jarum suntik yang sudah diisi. Volume IFN yang ternyata disuntikkan sangat kecil, sekitar 0,5mL atau sepuluh tetes. Panjangnya jarum kurang lebih 1cm. Takaran umumnya didasarkan pada berat badan pasien. Pada 2001, FDA-AS menyetujui bentuk IFN yang baru. Interferon pegilasi (PEG-IFN) tertahan dalam tubuh lebih lama dan dapat disuntikkan hanya sekali seminggu. Pegilasi (pegylated) berarti mengikat serat polietilen glikol (PEG) pada sebuah molekul. PEG-IFN telah menjadi bentuk baku IFN untuk mengobati HCV. Interferon harus disimpan dalam kulkas tanpa menjadi beku. Apa Efek Samping IFN? IFN dapat menyebabkan kekurangan berbagai jenis sel darah. Kekurangan jenis sel darah putih yang disebut neutrofil (neutropenia) dapat mengurangi kemampuan untuk melawan infeksi. Kekurangan sel darah merah disebut anemia (lihat Lembaran Informasi (LI) 552). Penurunan trombosit (trombositopenia) bisa menyebabkan mudah berdarah dan lebam. Gejala mirip flu terjadi pada hampir separuh pasien setelah setiap suntikan interferon. Gejala termasuk kelelahan (lihat LI 551), demam, menggigil, sakit kepala, dan nyeri otot. Beberapa pasien mengembangkan diare (lihat LI 554). Untuk banyak orang, efek samping IFN menjadi semakin ringan setelah suntikan berkali-kali. Efek samping dapat ditangani dengan pereda rasa sakit sederhana seperti ibuprofen atau antihistamin. Depresi, kegelisahan dan rasa ingin bunuh diri telah dilaporkan. Ini mungkin disebabkan oleh IFN sendiri atau oleh penyakit yang diobati. Karena IFN disuntikkan, mantan pengguna narkoba suntikan (penasun) mungkin tidak nyaman memakai jarum suntik sendiri dan lebih memilih agar dosis diberikan oleh perawat. RIBAVIRIN Apa Ribavirin (RBV) Itu? RBV adalah obat antivirus yang ditemukan pada tahun 1970. Cara obat ini melawan dengan virus tidak dipahami dengan baik. RBV disetujui pada tahun 1985 dalam bentuk hirup untuk melawan bentuk influenza pada anak. RBV hanya efektif terhadap HCV dalam kombinasi dengan obat lain. Bagaimana RBV Dipakai? RBV dipakai sebagai tablet, kapsul, atau dalam bentuk sirop. Obat ini biasanya dipakai dua kali sehari dengan makan. Takaran baku tergantung pada genotipe HCV. Umumnya, takaran antara 800mg dan 1.400mg per hari. Isinya tablet 200mg. Pedoman pengobatan saat ini mengusulkan takaran RBV berdasarkan berat badan pasien. Apa Efek Samping RBV? Efek samping RBV yang paling umum adalah anemia. Efek ini biasanya muncul dalam empat minggu pertama pengobatan dan kemudian membaik. Anemia dapat memburukkan beberapa masalah jantung. RBV dapat menyebabkan cacat lahir. Pasien perempuan yang memakai RBV tidak boleh menjadi hamil selama pengobatan dan enam bulan setelah penggunaan RBV dihentikan. Hal ini juga berlaku untuk pasangan perempuan dari pasien laki-laki pengguna RBV. TERAPI KOMBINASI IFN/RBV Studi gabungan IFN dan RBV menunjukkan bahwa kombinasi ini lebih berhasil untuk mengobati HCV dibandingkan salah satunya dipakai sendiri. Kombinasi tersebut telah disetujui oleh FDA pada 1998, dan sekarang telah menjadi terapi HCV yang baku. Pengobatan dilanjutkan selama 12-48 minggu, tergantung pada genotipe HCV (lihat LI 674) dan hasil terapi yang diamati dengan pemantauan. Siapa Sebaiknya Memakai IFN/RBV? Kombinasi IFN dan RBV adalah satusatunya terapi saat ini disetujui oleh FDA-AS untuk mengobati HCV. Orang yang dites positif untuk HCV mungkin mengeluarkan HCV secara spontan (tanpa obat). Jika tidak, mereka dinyatakan terinfeksi kronis, dan sebaiknya mulai terapi IFN/RBV dalam waktu 12 minggu setelah infeksi. HCV lebih berat pada orang yang juga terinfeksi HIV. Ini disebut “koinfeksi.” Lihat LI 506 untuk informasi lebih lanjut mengenai infeksi HCV dan HIV bersamaan. Bagaimana IFN dan RBV Berinteraksi dengan ARV? RBV meningkatkan tingkat ddI (lihat LI 413) dan dapat menyebabkan efek samping yang gawat. Kedua obat ini tidak boleh dipakai bersamaan. AZT (lihat LI 411) dapat menyebabkan anemia dan sebaiknya tidak dipakai bersamaan dengan RBV. Garis Dasar Kombinasi IFN dan RBV adalah terapi HCV yang baku. Penggunaan terapi ini dapat sulit. Kurang lebih 15% pasien HCV berhenti terapi ini akibat beratnya efek samping. Untuk pasien koinfeksi HIV/HCV, proporsi yang lebih tinggi mengalami efek samping yang berat. Banyak obat lain sedang diteliti untuk mengobati HCV. Diperbarui 2 September 2014 berdasarkan FS 680 The AIDS InfoNet 19 Mei 2014 Diterbitkan oleh Yayasan Spiritia, Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Jakarta 10560. Tel: (021) 422-5163/8 E-mail: [email protected] Situs web: http://spiritia.or.id/ Semua informasi ini sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. Seri Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan The AIDS InfoNet. Lihat http:// www.aidsinfonet.org