Supervisi Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Etos Kerja Guru

advertisement
847
SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN ETOS KERJA GURU
Retno Indah Rahayu
Universitas Gresik
E-mail : [email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah agar dapat diketahui: 1) keberhasilan
pelaksanaan kegiatan supervisi Kepala sekolah di SDIT Ghilmani, 2) usaha
Kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani, 3)
dampak supervisi Kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT
Ghilmani. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
mengambil populasi sebanyak 26 orang dari guru SDIT Ghilmani. Adapun
jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif.
Sedangkan tehnik pengumpulan data dengan menggunakan metode angket,
interview dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh
hasil sebagai berikut: 1) Pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SDIT
Ghilmani adalah cukup dalam keberhasilannya, karena dari 26 responden
yang memilih jawaban a (selalu diperhatikan dan dilaksanakan) sebesar
69,23%. Ini berdasarkan acuan Arikunto bahwa 56% - 75% = Cukup, 2)
Peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani juga dikatakan cukup
meningkat, karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (sangat
sesuai dan mendukung profesi guru) sebesar 70,45%. Yang mana
berdasarkan acuan arikunto bahwa 56% - 75% = Cukup, 3) Dampak
pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di
SDIT Ghilmani terbilang cukup atau sedang.
Kata kunci: Supervisi, Etos kerja.
Abstract: The purpose of this research is in order to know: 1) the successful
implementation of supervision activities The principal in SDIT Ghilmani, 2)
The principal businesses in improving teachers 'work ethic in SDIT Ghilmani,
3) the impact of supervision of principal in the improvement of teachers' work
ethic in SDIT Ghilmani. This study uses a quantitative approach to take as
many as 26 people out of a population of teachers SDIT Ghilmani. The type
of data used is quantitative data and qualitative data. While the techniques of
data collection using questionnaires, interviews and documentation. Based
on the research results, the obtained results as follows: 1) The supervision of
the school principal in SDIT Ghilmani is enough in its success, because of
the 26 respondents who chose answer A (always be considered and
implemented) amounted to 69.23%. It is based on a reference Arikunto that
56% - 75% = Enough, 2) Improvement of teachers' work ethic in SDIT
Ghilmani also said to be quite an increase, because of the 26 respondents
who chose answer A (very appropriate and supportive of the teaching
profession) amounted to 70.45%. Which is based on the reference Arikunto
that 56% - 75% = Enough, 3) Impact of the implementation of the supervision
of the principal in an increase in teachers' work ethic is quite SDIT Ghilmani
or moderate. This can be evidenced from rxy value of 0.669.
Keywords: supervision, work ethic
848
Berkembangnya jaman sangat mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat,
apalagi memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas. Hal ini menyebabkan adanya
persaingan yang semakin ketat terutama di bidang ilmu dan teknologi. Di sini pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjawab segala kemajuan jaman
tersebut. Dengan demikian, dunia pendidikan di Indonesia harus selalu meningkatkan dan
berinovasi dalam berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya
manusia. Salah satu faktor yang berperan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia adalah melalui pembelajaran di sekolah.
Guru merupakan komponen penting dalam pembelajaran di sekolah karena guru
adalah seorang yang mengajar dan mendidik peserta didik di lingkungan sekolah.
Kegiatan mengajar dan mendidik tersebut memerlukan sikap dan tingkah laku serta
perbuatan yang professional. Oleh karena itu, guru perlu dibekali pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru. Pada
dasarnya peningkatan kualitas diri seseorang harus menjadi tanggungjawab diri pribadi,
jadi usaha peningkatan kualitas guru terletak pada diri guru untuk senantiasa dan terus
menerus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan sebagai pengajar
yang professional (Zamroni,2000).
Di samping itu perlu diingat, bahwa guru juga manusia biasa yang mempunyai
sifat lupa dan tidak bisa terlepas dari kesalahan. Ini menunjukkan seorang guru juga
manusia yang tetap membutuhkan bantuan orang lain untuk memperbaiki dirinya dalam
meningkatkan kualitas agar tercapai tujuan pendidikan. Menurut Jocobson (dalam
Sahertian, 2000) tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan dapat terlatih
dengan baik dan kualifaid (well training and well qualified). Hal ini juga dinyatakan oleh
Syah, bahwasanya guru belum melaksanakan tugasnya dengan baik karena rendahnya
tingkat kompetensi profesionalisme mereka, penguasaan materi dan metode mereka
masih di bawah standar sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti
di balitbang, Progress in Interternational Reading Literacy Study (PIRLS), Human
Development Index (HDI), bahwa kemampuan membaca anak Indonesia masih rendah ini
disebabkan faktor kemampuan guru.
Dengan demikian, guru perlu disupervisi secara terus menerus untuk memberikan
masukan kepada mereka agar menjadi guru yang professional dan selalu mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi. Di sini peranan kepala sekolah sebagai supervisor
internal sangat diperlukan oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sejalan dengan tanggung jawab kepala sebagai supervisor pendidikan, maka
kepala sekolah diharapkan harus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar
untuk memperbaiki kinerja guru (Winardi, 1995).
849
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini mengambil
populasi dari guru SDIT Ghilmani yang berjumlah 26 orang. Adapun jenis data yang
digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan tehnik pengumpulan data
dengan menggunakan metode angket, interview dan dokumentasi. Untuk menganalisa
data menggunakan rumus prosentase dengan menggunakan standar sebagai berikut:
76% - 100% = Baik, 56% - 75% = Cukup, 40% - 50% = Kurang baik, 40% - kebawah =
Tidak baik (Arikunto, 2002). Hal ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi
kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani. Sedangkan untuk
menguji dampak supervisi kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT
Ghilmani digunakan rumus product moment.
HASIL
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan
proses mengolah data atau yang sering disebut dengan analisis data. Analisis data
menurut Michael Quinn Patton yang diterjemahkan oleh Budi Puspo Priyadi (2006)
diartikan
sebagai
sebuah
proses
yang
membawa
bagaimana
data
diatur,
mengorganisasikan apa yang ada ke dalam sebuah pola, ketegori, dan unit deskripsi
dasar.
Pelaksanaan supervisi kepala sekolah dapat diketahui dari jawaban angket yang
penulis sebarkan kepada 26 guru yang tersusun dalam bentuk tabel. Berdasarkan tabel
dapat diketahui bahwa jawaban pelaksanaan supervisi kepala sekolah untuk alternativ
selalu diperhatikan dan dilaksanakan, dinyatakan olh responden sebanyak 100%, dan
kadang-kadang sebanyak 0%, sedangkan tidak diperhatikan sebanyak 0%
Tabel keadaan guru ketika kepala sekolah mengadakan supervisi menunjukkan
alternativ jawaban selalu siap 100%, dan kurang siap 0%, sedangkan tidak siap 0%. Tabel
kondisi guru mengajar ketika kepala sekolah melaksanakan supervisi terlihat 42%
menjawab tidak terganggu sama sekali, 58% menyatakan biasa-biasa saja. Adapun 0%
terganggu. Tabel kepala sekolah dapat membuat suatu keputusan sesuai dengan situasi
dan kondisi, untuk jawaban ya dinyatakan oleh responden sebanyak 69%, alternative
jawaban kadang-kadang dinyatakan responden sebanyak 31%. Sedangkan jawaban tidak
dapat sebanyak 0%.
Tabel tindakan kepala sekolah ketika menghadapi guru yang mempunyai masalah
dalam mengajar dinyatakan 96% untuk jawaban selalu membantu menyelesaikan
masalah. Yang menjawab kadang-kadang membantu menyelesaikan masalah sebanyak
4%. Sedang yang menjawab tidak membantu sebanyak 0%.
850
Perhatian kepala sekolah terhadap kebutuhan para guru ketika mengajar,
dinyatakan oleh responden sebanyak 100%, sedang untuk jawaban dipenuhi sesuai
kemampuan dan tidak dipenuhi sama sekali sebanyak 0%. Kepala sekolah membuat ideide untuk memajukan program sekolah terdapat 62% responden, yang menjawab kadangkadang ada 38%, sedang yang menjawab tidak punya ide 0%.
Guru selalu mengundang kepala sekolah untuk disupervisi sebanyak 8%
responden, dan responden yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 11%. 81%
menyatakan tidak pernah mengundang. Hubungan antara guru dan kepala sekolah
sangat harmonis dinyatakan 50% responden, dan yang menyatakan biasa-biasa saja
sebanyak 50%. Sedang yang menyatakan kurang harmonis sebanyak 0%. Kesiapan guru
untuk disupervisi, yaitu 77% guru menyatakan selalu siap disupervisi, dan 23% guru
menyatakan kurang siap, sedang yang menyatakan tidak siap 0%.
Beberapa pertanyaan tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah di atas
prosentase jawaban alternatif a dari keseluruhan sebanyak 70,4%, maka pelaksanaan
supervisi tersebut dinyatakan cukup berdasarkan acuan Arikunto, bahwa 56% - 75% =
cukup.
Analisis etos kerja guru di sini sebagaimana analisis pelaksanaan supervisi kepala
sekolah tersebut di atas. Responden yang menyatakan profesi guru yang dijalaninya
sekarang sesuai dengan cita-cita dan bakat yang diinginkannya sebanyak 85%, dan yang
menyatakan bahwa profesi guru yang dijalani sekarang sesuai dengan minat tetapi
kurang sesuai dengan kemampunnya sebanyak 11%, sedang yang menyatakan tidak
sesuai dengan minat dan bakatnya sebanyak 4%.
Sebanyak 92% responden menyatakan profesi guru dan jenjang pendidikan yang
telah ditempuh sangat sesuai dan mendukung profesinya, dan 8% responden
menyatakan profesi guru dan jenjang pendidikan yang telah ditempuh kurang sesuai dan
kurang mendukung, sedang untuk yang menyatakan tidak sesuai sama sekali 0%
responden.
Pernyataan tentang sangat terganggu apabila sarana dan prasarana proses
belajar kurang memadai direspon oleh 85% responden, 15% responden menyatakan
biasa-biasa saja dengan kurangnya sarana dan prasarana tersebut, dan 0% tidak ada
yang menyatakan tidak terganggu. Program sekolah yang pernah dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi guru dengan studi lanjut direspon sebanyak 8% responden,
peningkatan guru dengan pelatihan, seminar dan lokakarya sebanya 8% responden,
sedang selebihnya 84% responden menyatakan peningkatan guru dilakukan dengan
penataran guru bidang studi.
851
Responden yang menyatakan adanya pengaruh antara usaha peningkatan
kualitas guru terhadap aktifitas mengajarnya sebanyak 69%, dan yang menyatakan ada
pengaruh tetapi tidak merata sebanyak 31%, sedang yang menyatakan tidak ada
pengaruh sebanyak 0%. Sebanyak 92% responden menyatakan bahwa kepala sekolah
selalu menuntutproduktivitas kerja yang tinggi terhadap guru, sedang yang menyatakan
kadang-kadang ada 8%, selebihnya 0% pernyataan tidak pernah. Guru yang selalu
membuat persiapan sebelum mengajar sebanyak 81%, 19% guru kadang-kadang
membuat, dan 0% guru tidak membuat persiapan mengajar.
Pre test sebelum pelajaran dilakukan 35% guru, sedang guru yang melakukan pre
test kadang-kadang sebanyak 65%, selebihnya 0% tidak melakukan pre test. Guru yang
melakukan post test setelah pelajaran sebanyak 58%, dan 42% guru menyatakan
kadang-kadang, sedang yang tidak melakukan 0%. Komunikasi dua arah antara guru dan
peserta didik dilakukan 89% guru, dan menyatakan kadang-kadang ada 11% guru,
sedang yang 0% tidak pernah. Prosentase jawaban a dari keseluruhan pertanyaan yang
dijawab oleh 26 responden sebanyak 69.23%, maka etos kerja guru di SDIT Ghilmani
mengalami peningkatan yang cukup. Hal ini berdasarkan acuan Arikunto, standar 56% 75% = cukup.
Setelah data supervisi kepala sekolah dan etos kerja guru dilakukan, selanjutnya
menganalisa hubungan kedua variabel di atas dengan menggunakan
tabel koefisien
product moment. Dari perhitungan telah diperoleh nilai rxy sebesar 0,669, jika
dikonsultasikan dengan pedoman yang dikemukakan oleh Sudiono ternyata terletak
antara 0,40 – 0,70, maka berarti ada korelasi antara supervisi kepala sekolah dan etos
kerja guru. Begitu juga jika dikonsultasikan dengan nilai “r” product moment pada tabel
dengan melihat jumlah responden guru 24 orang pada taraf signifikansi 5% = 0,388 dan
1% = 0,496, maka diperoleh hasil lebih besar dari pada rt, baik pada taraf signifikansi 5%
dan 1%, berarti ada korelasi yang signifikan antara supervisi kepala sekolah dan etos
kerja guru.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan supervisi atau pengawasan di setiap organisasi memiliki peran yang
cukup penting. Made Pidarta (1992) berpendapat, bahwa supervisi pendidikan adalah
suatu proses pembimbingan dari pihak atasan kepada guru dan personalia untuk
menangani belajar para peserta didik dalam memperbaiki situasi belajar mengajar peserta
didik agar dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat.
Berbagai pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi adalah usaha untuk
membantu, membina dan membimbing serta mengarahkan seluruh staf sekolah agar
852
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar dengan lebih baik dan bertanggungjawab atas apa yang telah dilaksanakan
supervisor sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 104.
Pada lingkungan sekolah Kepala sekolah merupakan atasan yang memiliki peran
strategis dalam memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah
usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik. E. Mulyasa (2004),
“Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai
supervisor”. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan
hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang
dijumpai dalam proses pembelajaran, maka untuk memperbaiki kondisi demikian peran
supervisi kepala sekolah sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi
bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah
proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar
mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Kegiatan supervisi
kepala sekolah memiliki beragam fungsi. Supervisi kepala sekolah akan dapat terlaksana
dengan baik manakala fungsi-fungsinya mampu diterapkan dengan baik pula.
Sebagaimana yang diungkapkan Made Pidarta (1999), fungsi supervisi dibedakan
menjadi dua bagian besar yakni: Fungsi utama ialah membantu sekolah sekaligus
mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu
perkembangan individu para siswa dan Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam
membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak
dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta
mempelopori kemajuan masyarakat.
Fungsi dan tujuan, kedua hal tersebut cukup sulit untuk dibedakan, sebab
seringkali satu objek dapat diterangkan dari segi fungsi dan dapat pula dari segi tujuan.
Merujuk pendapat Made Pidarta (1999) bahwa “Supervisor sebagai fungsi, bila ia
dipandang sebagai bagian atau organ dari organisasi sekolah. Tetapi bila dipandang dari
apa yang ingin dicapai supervisi, maka hal itu merupakan tujuan supervisi”.
Kegiatan supervisi pendidikan bisa dimulai dari melakukan pengawasan.
Maksudnya pengawasan (dalam arti supervisi pendidikan) dilakukan dengan maksud
dapat menemukan hal-hal yang positif dan hal-hal yang negatif di dalam pelaksanaaan
pendidikan. Jadi bukan semata-mata mencari kesalahan belaka. Menurut Hendiyat
Soetopo
dan
Wasti
Soemanto
(1984),
“Tujuan
supervisi
pendidikan
adalah
memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik”. Lebih lanjut lagi
Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto (1984), menjabarkan tujuan konkrit dari supervisi
pendidikan secara nasional antara lain: 1) Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-
853
tujuan pendidikan, 2) Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid, 3)
Membantu guru dalam menggunakan alat pengajaran modern, metode-metode, dan
sumber-sumber pengalaman belajar, 4) Membantu guru dalam menilai kemajuan muridmurid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, 5) Membantu guru-guru baru di sekolah
sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, 6) Membantu guruguru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.
Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan serta
dilaksanakan oleh para supervisor pendidikan atau kepala sekolah dalam melaksanakan
kegiatan supervisi agar benar-benar efektif dalam usaha mencapai tujuannya. Seorang
kepala sekolah yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi harus
menciptakan hubungan yang harmonis, dilakukan secara berkesinambungan, bersifat
obyektif, harus demokrasi, harus integral dengan program pendidikan, dan harus
konstruktif. Memperhatikan teori tersebut pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SDIT
Ghilmani adalah cukup dalam keberhasilannya, karena dari 26 responden yang memilih
jawaban a (selalu diperhatikan dan dilaksanakan) sebesar 69,23%. Ini berdasarkan acuan
Arikunto bahwa 56% - 75% = Cukup.
Etos kerja adalah cara pandang yang diyakini oleh seseorang, bahwa pekerjaan
itu bukan memulyakan dirinya dan bukan menampakkan kemanusiaannya, akan tetapi
sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh yang mempunyai nilai ibadah yang sangat
luhur. Oleh karena itu, untuk melangsungkan kesempurnaan hidupnya manusia
membutuhkan konsumsi material, rohani dan akal. Khususnya untuk memenuhi
kebutuhan material, manusia perlu kerja karena Allah SWT telah memerintahkan dalam Al
Quran agar manusia selalu bekerja sebagaimana difirmankan dalam surat Al Jumah ayat
10:”Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan
carilah karunia Allah dan Ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”.
Fungsi etos kerja bagi manusia, yaitu: 1) dengan memperhatikan etos kerja
disertai dengan pendayagunaan akal, maka hal ini dapat memperingan beban tenaga
manusia yang terbatas namun mampu memilih prestasi yang sehebat mungkin, 2)
dengan etos kerja yang tinggi dapat meningkatkan produktifitas dan motivasi dirinya untuk
meraih kesuksesan dan kemajuan yang lebih baik.
Seseorang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap
dan tingkah lakunya yang berlandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam
bahwa bekerja itu merupakan ibadah. Adapun cir-ciri orang yang mempunyai etos kerja
adalah: 1) orang tersebut mempunyai jiwa kepemimpinan, 2) orang tersebut menghargai
waktu, 3) orang tersebut tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan, 4) orang tersebut
memiliki motivasi untuk mandiri, 5) orang tersebut ulet dan pantang menyerah. Ciri
854
tersebut terdapat pada peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani yang
cukup
meningkat, karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (sangat sesuai dan
mendukung profesi guru) sebesar 70,45%. Yang mana berdasarkan acuan arikunto
bahwa 56% - 75% = Cukup.
Tidak ada sekolah yang baik dan guru yang baik tanpa kepala sekolah yang baik.
Ungkapan ini menunjukkan urgensi peran kepala sekolah di lingkungan sekolah. Oleh
karena itu wajar bila kepala sekolah dikatakan sebagai “The key person” keberhasilan
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Namun juga tanpa mengesampingkan peran
yang kolaboratif para guru yang tergabung dalam sistem proses manajemen sekolah.
Karena tidak ada peserta didik yang tidak dapat dididik, yang ada adalah guru yang tidak
berhasil mendidik. Tidak ada guru yang tidak berhasil mendidik, yang ada adalah kepala
sekolah yang tidak mampu membuat guru berhasil mendidik. Dengan adanya kolaborasi
yang harmonis antara kepala sekolah, guru dan peserta didik, dampak pelaksanaan
supervisi kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani terbilang
cukup atau sedang. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai rxy sebesar 0,669. Besarnya rxy
tersebut menggunakan interprestasi secara sederhana terletak antara 0,40 – 0,70
menunjukkan korelasi yang cukup atau sedang. Begitu juga besarnya rxy = 0,669
berdasarkan tabel “r” product moment pada taraf signifikan 5% = 0,388 dan 1% = 0,496
atau (0,699 > 0,388 / 0,496). Dari hasil tersebut, kemudian dikonsultasikan kedalam tabel
interprestasi, maka nilai “r” hitung berada antara 0,40 – 0,70. Dengan demikian, nilai
angka menunjukkan cukup. rxy = 0,669 lebih dari rt = 0,444.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SDIT Ghilmani adalah cukup dalam
keberhasilannya, karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (selalu diperhatikan
dan dilaksanakan) sebesar 69,23%. Ini berdasarkan acuan Arikunto bahwa 56% - 75% =
Cukup.
Peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani juga dikatakan cukup meningkat,
karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (sangat sesuai dan mendukung profesi
guru) sebesar 70,45%. Yang mana berdasarkan acuan arikunto bahwa 56% - 75% =
Cukup. Dampak pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru
di SDIT Ghilmani terbilang cukup atau sedang. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai rxy
sebesar 0,669. Besarnya rxy tersebut menggunakan interprestasi secara sederhana
terletak antara 0,40 – 0,70 menunjukkan korelasi yang cukup atau sedang. Begitu juga
besarnya rxy = 0,669 berdasarkan tabel “r” product moment pada taraf signifikan 5% =
0,388 dan 1% = 0,496 atau (0,699 > 0,388 / 0,496). Dari hasil tersebut, kemudian
855
dikonsultasikan kedalam tabel interprestasi, maka nilai “r” hitung berada antara 0,40 –
0,70. Dengan demikian, nilai angka menunjukkan cukup. rxy = 0,669 lebih dari rt = 0,444.
Dari kesimpulan di atas disarankan kepada: 1) Kepala sekolah lebih meningkatkan
pelaksanaan supervisi kepada guru secara terprogram dan kontinu sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang dicita-citakan, 2) Guru dengan senang
hati menerima kepala sekolah ketika melakukan supervisi dan memberikan masukan
untuk peningkatan dan pengembangan kualitas kompetensi guru.
DAFTAR RUJUKAN
Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Munir, Mulkhan, Abdul, 1990. Ideologisasi Dakwah. Jakarta : Sippress.
Abdullah, Taufik, 1993. Agama Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, LP3ES.
Made Pidarta. 1995. Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar. Jakarta : Grasindo
Winardi. 1995. Manajemen Supervisi. Bandung:Mandar Maju.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sahertian, Piet. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
Pengembangan Sumber Daya manusia. Jakarta : Rineka Cipta.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta:Bigraf publishing.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian
keduabelas. Jakarta:PT. Rineka Cipta.
suatu
Pendekatan
Praktek.cet
Ngalim Purwanto. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam konteks Menyukseskan MBS
dan KBK. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th.
2003). Jakarta: Sinar Grafika.
Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. 2007. Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi untuk Calon
Kepala Sekolah/ Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Download