847 SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN ETOS KERJA GURU Retno Indah Rahayu Universitas Gresik E-mail : [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah agar dapat diketahui: 1) keberhasilan pelaksanaan kegiatan supervisi Kepala sekolah di SDIT Ghilmani, 2) usaha Kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani, 3) dampak supervisi Kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengambil populasi sebanyak 26 orang dari guru SDIT Ghilmani. Adapun jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan tehnik pengumpulan data dengan menggunakan metode angket, interview dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SDIT Ghilmani adalah cukup dalam keberhasilannya, karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (selalu diperhatikan dan dilaksanakan) sebesar 69,23%. Ini berdasarkan acuan Arikunto bahwa 56% - 75% = Cukup, 2) Peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani juga dikatakan cukup meningkat, karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (sangat sesuai dan mendukung profesi guru) sebesar 70,45%. Yang mana berdasarkan acuan arikunto bahwa 56% - 75% = Cukup, 3) Dampak pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani terbilang cukup atau sedang. Kata kunci: Supervisi, Etos kerja. Abstract: The purpose of this research is in order to know: 1) the successful implementation of supervision activities The principal in SDIT Ghilmani, 2) The principal businesses in improving teachers 'work ethic in SDIT Ghilmani, 3) the impact of supervision of principal in the improvement of teachers' work ethic in SDIT Ghilmani. This study uses a quantitative approach to take as many as 26 people out of a population of teachers SDIT Ghilmani. The type of data used is quantitative data and qualitative data. While the techniques of data collection using questionnaires, interviews and documentation. Based on the research results, the obtained results as follows: 1) The supervision of the school principal in SDIT Ghilmani is enough in its success, because of the 26 respondents who chose answer A (always be considered and implemented) amounted to 69.23%. It is based on a reference Arikunto that 56% - 75% = Enough, 2) Improvement of teachers' work ethic in SDIT Ghilmani also said to be quite an increase, because of the 26 respondents who chose answer A (very appropriate and supportive of the teaching profession) amounted to 70.45%. Which is based on the reference Arikunto that 56% - 75% = Enough, 3) Impact of the implementation of the supervision of the principal in an increase in teachers' work ethic is quite SDIT Ghilmani or moderate. This can be evidenced from rxy value of 0.669. Keywords: supervision, work ethic 848 Berkembangnya jaman sangat mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, apalagi memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas. Hal ini menyebabkan adanya persaingan yang semakin ketat terutama di bidang ilmu dan teknologi. Di sini pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjawab segala kemajuan jaman tersebut. Dengan demikian, dunia pendidikan di Indonesia harus selalu meningkatkan dan berinovasi dalam berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya manusia. Salah satu faktor yang berperan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pembelajaran di sekolah. Guru merupakan komponen penting dalam pembelajaran di sekolah karena guru adalah seorang yang mengajar dan mendidik peserta didik di lingkungan sekolah. Kegiatan mengajar dan mendidik tersebut memerlukan sikap dan tingkah laku serta perbuatan yang professional. Oleh karena itu, guru perlu dibekali pengetahuan dan ketrampilan yang memadai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru. Pada dasarnya peningkatan kualitas diri seseorang harus menjadi tanggungjawab diri pribadi, jadi usaha peningkatan kualitas guru terletak pada diri guru untuk senantiasa dan terus menerus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan sebagai pengajar yang professional (Zamroni,2000). Di samping itu perlu diingat, bahwa guru juga manusia biasa yang mempunyai sifat lupa dan tidak bisa terlepas dari kesalahan. Ini menunjukkan seorang guru juga manusia yang tetap membutuhkan bantuan orang lain untuk memperbaiki dirinya dalam meningkatkan kualitas agar tercapai tujuan pendidikan. Menurut Jocobson (dalam Sahertian, 2000) tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan dapat terlatih dengan baik dan kualifaid (well training and well qualified). Hal ini juga dinyatakan oleh Syah, bahwasanya guru belum melaksanakan tugasnya dengan baik karena rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme mereka, penguasaan materi dan metode mereka masih di bawah standar sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti di balitbang, Progress in Interternational Reading Literacy Study (PIRLS), Human Development Index (HDI), bahwa kemampuan membaca anak Indonesia masih rendah ini disebabkan faktor kemampuan guru. Dengan demikian, guru perlu disupervisi secara terus menerus untuk memberikan masukan kepada mereka agar menjadi guru yang professional dan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Di sini peranan kepala sekolah sebagai supervisor internal sangat diperlukan oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan. Sejalan dengan tanggung jawab kepala sebagai supervisor pendidikan, maka kepala sekolah diharapkan harus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar untuk memperbaiki kinerja guru (Winardi, 1995). 849 METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini mengambil populasi dari guru SDIT Ghilmani yang berjumlah 26 orang. Adapun jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan tehnik pengumpulan data dengan menggunakan metode angket, interview dan dokumentasi. Untuk menganalisa data menggunakan rumus prosentase dengan menggunakan standar sebagai berikut: 76% - 100% = Baik, 56% - 75% = Cukup, 40% - 50% = Kurang baik, 40% - kebawah = Tidak baik (Arikunto, 2002). Hal ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani. Sedangkan untuk menguji dampak supervisi kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani digunakan rumus product moment. HASIL Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan proses mengolah data atau yang sering disebut dengan analisis data. Analisis data menurut Michael Quinn Patton yang diterjemahkan oleh Budi Puspo Priyadi (2006) diartikan sebagai sebuah proses yang membawa bagaimana data diatur, mengorganisasikan apa yang ada ke dalam sebuah pola, ketegori, dan unit deskripsi dasar. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah dapat diketahui dari jawaban angket yang penulis sebarkan kepada 26 guru yang tersusun dalam bentuk tabel. Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa jawaban pelaksanaan supervisi kepala sekolah untuk alternativ selalu diperhatikan dan dilaksanakan, dinyatakan olh responden sebanyak 100%, dan kadang-kadang sebanyak 0%, sedangkan tidak diperhatikan sebanyak 0% Tabel keadaan guru ketika kepala sekolah mengadakan supervisi menunjukkan alternativ jawaban selalu siap 100%, dan kurang siap 0%, sedangkan tidak siap 0%. Tabel kondisi guru mengajar ketika kepala sekolah melaksanakan supervisi terlihat 42% menjawab tidak terganggu sama sekali, 58% menyatakan biasa-biasa saja. Adapun 0% terganggu. Tabel kepala sekolah dapat membuat suatu keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi, untuk jawaban ya dinyatakan oleh responden sebanyak 69%, alternative jawaban kadang-kadang dinyatakan responden sebanyak 31%. Sedangkan jawaban tidak dapat sebanyak 0%. Tabel tindakan kepala sekolah ketika menghadapi guru yang mempunyai masalah dalam mengajar dinyatakan 96% untuk jawaban selalu membantu menyelesaikan masalah. Yang menjawab kadang-kadang membantu menyelesaikan masalah sebanyak 4%. Sedang yang menjawab tidak membantu sebanyak 0%. 850 Perhatian kepala sekolah terhadap kebutuhan para guru ketika mengajar, dinyatakan oleh responden sebanyak 100%, sedang untuk jawaban dipenuhi sesuai kemampuan dan tidak dipenuhi sama sekali sebanyak 0%. Kepala sekolah membuat ideide untuk memajukan program sekolah terdapat 62% responden, yang menjawab kadangkadang ada 38%, sedang yang menjawab tidak punya ide 0%. Guru selalu mengundang kepala sekolah untuk disupervisi sebanyak 8% responden, dan responden yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 11%. 81% menyatakan tidak pernah mengundang. Hubungan antara guru dan kepala sekolah sangat harmonis dinyatakan 50% responden, dan yang menyatakan biasa-biasa saja sebanyak 50%. Sedang yang menyatakan kurang harmonis sebanyak 0%. Kesiapan guru untuk disupervisi, yaitu 77% guru menyatakan selalu siap disupervisi, dan 23% guru menyatakan kurang siap, sedang yang menyatakan tidak siap 0%. Beberapa pertanyaan tentang pelaksanaan supervisi kepala sekolah di atas prosentase jawaban alternatif a dari keseluruhan sebanyak 70,4%, maka pelaksanaan supervisi tersebut dinyatakan cukup berdasarkan acuan Arikunto, bahwa 56% - 75% = cukup. Analisis etos kerja guru di sini sebagaimana analisis pelaksanaan supervisi kepala sekolah tersebut di atas. Responden yang menyatakan profesi guru yang dijalaninya sekarang sesuai dengan cita-cita dan bakat yang diinginkannya sebanyak 85%, dan yang menyatakan bahwa profesi guru yang dijalani sekarang sesuai dengan minat tetapi kurang sesuai dengan kemampunnya sebanyak 11%, sedang yang menyatakan tidak sesuai dengan minat dan bakatnya sebanyak 4%. Sebanyak 92% responden menyatakan profesi guru dan jenjang pendidikan yang telah ditempuh sangat sesuai dan mendukung profesinya, dan 8% responden menyatakan profesi guru dan jenjang pendidikan yang telah ditempuh kurang sesuai dan kurang mendukung, sedang untuk yang menyatakan tidak sesuai sama sekali 0% responden. Pernyataan tentang sangat terganggu apabila sarana dan prasarana proses belajar kurang memadai direspon oleh 85% responden, 15% responden menyatakan biasa-biasa saja dengan kurangnya sarana dan prasarana tersebut, dan 0% tidak ada yang menyatakan tidak terganggu. Program sekolah yang pernah dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dengan studi lanjut direspon sebanyak 8% responden, peningkatan guru dengan pelatihan, seminar dan lokakarya sebanya 8% responden, sedang selebihnya 84% responden menyatakan peningkatan guru dilakukan dengan penataran guru bidang studi. 851 Responden yang menyatakan adanya pengaruh antara usaha peningkatan kualitas guru terhadap aktifitas mengajarnya sebanyak 69%, dan yang menyatakan ada pengaruh tetapi tidak merata sebanyak 31%, sedang yang menyatakan tidak ada pengaruh sebanyak 0%. Sebanyak 92% responden menyatakan bahwa kepala sekolah selalu menuntutproduktivitas kerja yang tinggi terhadap guru, sedang yang menyatakan kadang-kadang ada 8%, selebihnya 0% pernyataan tidak pernah. Guru yang selalu membuat persiapan sebelum mengajar sebanyak 81%, 19% guru kadang-kadang membuat, dan 0% guru tidak membuat persiapan mengajar. Pre test sebelum pelajaran dilakukan 35% guru, sedang guru yang melakukan pre test kadang-kadang sebanyak 65%, selebihnya 0% tidak melakukan pre test. Guru yang melakukan post test setelah pelajaran sebanyak 58%, dan 42% guru menyatakan kadang-kadang, sedang yang tidak melakukan 0%. Komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik dilakukan 89% guru, dan menyatakan kadang-kadang ada 11% guru, sedang yang 0% tidak pernah. Prosentase jawaban a dari keseluruhan pertanyaan yang dijawab oleh 26 responden sebanyak 69.23%, maka etos kerja guru di SDIT Ghilmani mengalami peningkatan yang cukup. Hal ini berdasarkan acuan Arikunto, standar 56% 75% = cukup. Setelah data supervisi kepala sekolah dan etos kerja guru dilakukan, selanjutnya menganalisa hubungan kedua variabel di atas dengan menggunakan tabel koefisien product moment. Dari perhitungan telah diperoleh nilai rxy sebesar 0,669, jika dikonsultasikan dengan pedoman yang dikemukakan oleh Sudiono ternyata terletak antara 0,40 – 0,70, maka berarti ada korelasi antara supervisi kepala sekolah dan etos kerja guru. Begitu juga jika dikonsultasikan dengan nilai “r” product moment pada tabel dengan melihat jumlah responden guru 24 orang pada taraf signifikansi 5% = 0,388 dan 1% = 0,496, maka diperoleh hasil lebih besar dari pada rt, baik pada taraf signifikansi 5% dan 1%, berarti ada korelasi yang signifikan antara supervisi kepala sekolah dan etos kerja guru. PEMBAHASAN Pelaksanaan supervisi atau pengawasan di setiap organisasi memiliki peran yang cukup penting. Made Pidarta (1992) berpendapat, bahwa supervisi pendidikan adalah suatu proses pembimbingan dari pihak atasan kepada guru dan personalia untuk menangani belajar para peserta didik dalam memperbaiki situasi belajar mengajar peserta didik agar dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Berbagai pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi adalah usaha untuk membantu, membina dan membimbing serta mengarahkan seluruh staf sekolah agar 852 mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih baik dan bertanggungjawab atas apa yang telah dilaksanakan supervisor sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 104. Pada lingkungan sekolah Kepala sekolah merupakan atasan yang memiliki peran strategis dalam memberi bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana belajar mengajar yang lebih baik. E. Mulyasa (2004), “Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor”. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang dijumpai dalam proses pembelajaran, maka untuk memperbaiki kondisi demikian peran supervisi kepala sekolah sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Kegiatan supervisi kepala sekolah memiliki beragam fungsi. Supervisi kepala sekolah akan dapat terlaksana dengan baik manakala fungsi-fungsinya mampu diterapkan dengan baik pula. Sebagaimana yang diungkapkan Made Pidarta (1999), fungsi supervisi dibedakan menjadi dua bagian besar yakni: Fungsi utama ialah membantu sekolah sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa dan Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat. Fungsi dan tujuan, kedua hal tersebut cukup sulit untuk dibedakan, sebab seringkali satu objek dapat diterangkan dari segi fungsi dan dapat pula dari segi tujuan. Merujuk pendapat Made Pidarta (1999) bahwa “Supervisor sebagai fungsi, bila ia dipandang sebagai bagian atau organ dari organisasi sekolah. Tetapi bila dipandang dari apa yang ingin dicapai supervisi, maka hal itu merupakan tujuan supervisi”. Kegiatan supervisi pendidikan bisa dimulai dari melakukan pengawasan. Maksudnya pengawasan (dalam arti supervisi pendidikan) dilakukan dengan maksud dapat menemukan hal-hal yang positif dan hal-hal yang negatif di dalam pelaksanaaan pendidikan. Jadi bukan semata-mata mencari kesalahan belaka. Menurut Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto (1984), “Tujuan supervisi pendidikan adalah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik”. Lebih lanjut lagi Hendiyat Soetopo dan Wasti Soemanto (1984), menjabarkan tujuan konkrit dari supervisi pendidikan secara nasional antara lain: 1) Membantu guru melihat dengan jelas tujuan- 853 tujuan pendidikan, 2) Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid, 3) Membantu guru dalam menggunakan alat pengajaran modern, metode-metode, dan sumber-sumber pengalaman belajar, 4) Membantu guru dalam menilai kemajuan muridmurid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, 5) Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, 6) Membantu guruguru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah. Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan serta dilaksanakan oleh para supervisor pendidikan atau kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi agar benar-benar efektif dalam usaha mencapai tujuannya. Seorang kepala sekolah yang berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi harus menciptakan hubungan yang harmonis, dilakukan secara berkesinambungan, bersifat obyektif, harus demokrasi, harus integral dengan program pendidikan, dan harus konstruktif. Memperhatikan teori tersebut pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SDIT Ghilmani adalah cukup dalam keberhasilannya, karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (selalu diperhatikan dan dilaksanakan) sebesar 69,23%. Ini berdasarkan acuan Arikunto bahwa 56% - 75% = Cukup. Etos kerja adalah cara pandang yang diyakini oleh seseorang, bahwa pekerjaan itu bukan memulyakan dirinya dan bukan menampakkan kemanusiaannya, akan tetapi sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh yang mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Oleh karena itu, untuk melangsungkan kesempurnaan hidupnya manusia membutuhkan konsumsi material, rohani dan akal. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan material, manusia perlu kerja karena Allah SWT telah memerintahkan dalam Al Quran agar manusia selalu bekerja sebagaimana difirmankan dalam surat Al Jumah ayat 10:”Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan Ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”. Fungsi etos kerja bagi manusia, yaitu: 1) dengan memperhatikan etos kerja disertai dengan pendayagunaan akal, maka hal ini dapat memperingan beban tenaga manusia yang terbatas namun mampu memilih prestasi yang sehebat mungkin, 2) dengan etos kerja yang tinggi dapat meningkatkan produktifitas dan motivasi dirinya untuk meraih kesuksesan dan kemajuan yang lebih baik. Seseorang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang berlandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan ibadah. Adapun cir-ciri orang yang mempunyai etos kerja adalah: 1) orang tersebut mempunyai jiwa kepemimpinan, 2) orang tersebut menghargai waktu, 3) orang tersebut tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan, 4) orang tersebut memiliki motivasi untuk mandiri, 5) orang tersebut ulet dan pantang menyerah. Ciri 854 tersebut terdapat pada peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani yang cukup meningkat, karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (sangat sesuai dan mendukung profesi guru) sebesar 70,45%. Yang mana berdasarkan acuan arikunto bahwa 56% - 75% = Cukup. Tidak ada sekolah yang baik dan guru yang baik tanpa kepala sekolah yang baik. Ungkapan ini menunjukkan urgensi peran kepala sekolah di lingkungan sekolah. Oleh karena itu wajar bila kepala sekolah dikatakan sebagai “The key person” keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Namun juga tanpa mengesampingkan peran yang kolaboratif para guru yang tergabung dalam sistem proses manajemen sekolah. Karena tidak ada peserta didik yang tidak dapat dididik, yang ada adalah guru yang tidak berhasil mendidik. Tidak ada guru yang tidak berhasil mendidik, yang ada adalah kepala sekolah yang tidak mampu membuat guru berhasil mendidik. Dengan adanya kolaborasi yang harmonis antara kepala sekolah, guru dan peserta didik, dampak pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani terbilang cukup atau sedang. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai rxy sebesar 0,669. Besarnya rxy tersebut menggunakan interprestasi secara sederhana terletak antara 0,40 – 0,70 menunjukkan korelasi yang cukup atau sedang. Begitu juga besarnya rxy = 0,669 berdasarkan tabel “r” product moment pada taraf signifikan 5% = 0,388 dan 1% = 0,496 atau (0,699 > 0,388 / 0,496). Dari hasil tersebut, kemudian dikonsultasikan kedalam tabel interprestasi, maka nilai “r” hitung berada antara 0,40 – 0,70. Dengan demikian, nilai angka menunjukkan cukup. rxy = 0,669 lebih dari rt = 0,444. KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SDIT Ghilmani adalah cukup dalam keberhasilannya, karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (selalu diperhatikan dan dilaksanakan) sebesar 69,23%. Ini berdasarkan acuan Arikunto bahwa 56% - 75% = Cukup. Peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani juga dikatakan cukup meningkat, karena dari 26 responden yang memilih jawaban a (sangat sesuai dan mendukung profesi guru) sebesar 70,45%. Yang mana berdasarkan acuan arikunto bahwa 56% - 75% = Cukup. Dampak pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam peningkatan etos kerja guru di SDIT Ghilmani terbilang cukup atau sedang. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai rxy sebesar 0,669. Besarnya rxy tersebut menggunakan interprestasi secara sederhana terletak antara 0,40 – 0,70 menunjukkan korelasi yang cukup atau sedang. Begitu juga besarnya rxy = 0,669 berdasarkan tabel “r” product moment pada taraf signifikan 5% = 0,388 dan 1% = 0,496 atau (0,699 > 0,388 / 0,496). Dari hasil tersebut, kemudian 855 dikonsultasikan kedalam tabel interprestasi, maka nilai “r” hitung berada antara 0,40 – 0,70. Dengan demikian, nilai angka menunjukkan cukup. rxy = 0,669 lebih dari rt = 0,444. Dari kesimpulan di atas disarankan kepada: 1) Kepala sekolah lebih meningkatkan pelaksanaan supervisi kepada guru secara terprogram dan kontinu sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan apa yang dicita-citakan, 2) Guru dengan senang hati menerima kepala sekolah ketika melakukan supervisi dan memberikan masukan untuk peningkatan dan pengembangan kualitas kompetensi guru. DAFTAR RUJUKAN Hendyat Soetopo & Wasty Soemanto. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Munir, Mulkhan, Abdul, 1990. Ideologisasi Dakwah. Jakarta : Sippress. Abdullah, Taufik, 1993. Agama Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, LP3ES. Made Pidarta. 1995. Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar. Jakarta : Grasindo Winardi. 1995. Manajemen Supervisi. Bandung:Mandar Maju. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sahertian, Piet. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka Pengembangan Sumber Daya manusia. Jakarta : Rineka Cipta. Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta:Bigraf publishing. Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian keduabelas. Jakarta:PT. Rineka Cipta. suatu Pendekatan Praktek.cet Ngalim Purwanto. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th. 2003). Jakarta: Sinar Grafika. Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007. Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi untuk Calon Kepala Sekolah/ Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.