BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat seperti meningkatnya konsumsi makanan cepat saji (fast food) dan minuman ringan (soft drink) yang mengandung lemak dan kadar gula yang tinggi dapat memacu peningkatan berat badan. Peningkatan yang disertai dengan kurangnya aktivitas fisik akan memacu timbulnya suatu penyakit, salah satunya Diabetes Mellitus (Anonim 2004). Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu istilah kedokteran untuk penyakit yang dikenal dengan nama penyakit gula, yaitu adanya cairan manis yang mengalir terus dalam darah. DM merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada individu yang ditandai dengan kadar glukosa dalam darah melebihi jumlah normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Penyakit ini bersifat menahun atau kronis (Dalimartha 1997). Tidak seperti penyakit lain yang biasanya menunjukkan gejala penyakit yang khas dan mudah dikenali, penyakit ini agak berbeda. Lebih dari 50% penderita tidak menyadari bahwa dia sudah mengidap penyakit ini. Mereka baru berkonsultasi kepada dokter apabila merasa berat badannya turun dastris, sering buang air kecil di malam hari, merasa haus yang berlebihan dan beberapa gejala lainnya. Bila tidak ditangani lebih dini dan tidak melakukan pengobatan, maka timbul berbagai macam komplikasi kronis yang sering berakibat fatal seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan, impotensia, dan koma yang dapat menyebabkan kematian. Dallimutthe (2004) menuliskan bahwa menurut laporan International Diabetes Federation (IDF) jumlah penderita DM telah meningkat secara mengkhawatirkan. Global Diabetes Statistic melaporkan bahwa pada tahun 2003 terdapat 194 juta jiwa di dunia menderita DM dan akan menjadi 333 juta jiwa pada tahun 2025. Prevalensi DM penduduk Indonesia berusia 15 tahun sekitar 1,2-2,3%. Penyebab terjadinya DM karena aktivitas insulin yang tak memadai baik karena sekresi insulin yang berkurang atau karena adanya resistensi insulin pada jaringan yang peka insulin (Suharmiati 2003). Penyakit ini dapat terjadi sekunder akibat defisiensi insulin, atau akibat respon abnormal jaringan perifer 2 terhadap insulin. Kasus-kasus DM sekunder misalnya akibat pankreatitis kronik atau pankreatektomi total. Gejala awal yang terlihat berupa poliuri, polidipsi dan polifagi, penglihatan kabur, penurunan berat badan, dan hiperglikemia. DM sering dijumpai pada manusia, namun tidak jarang pula penyakit ini dapat dijumpai pada spesies lain seperti anjing dan kucing. Pada hewan percobaan keadaan DM dapat ditimbulkan dengan pankreatomi atau dengan pemberian zat kimia. Zat kimia sebagai induktor (diabetogen) yang bisa digunakan yaitu aloksan, streptozotosin, diaksoda, adrenalin, glukagon, dan EDTA, yang diberikan secara parenteral (Suharmiati 2003). Pengobatan DM biasanya menggunakan insulin, tetapi karena harga insulin relatif mahal maka sebagian masyarakat mencari alternatif pengobatan lain yaitu dengan menggunakan bahan-bahan alami (Dalimartha 1997). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sambiloto dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah dan mengandung lakton, flavonoid, dan andrographolid (Wijayakusumah et al. 1994), serta saponin dan tannin (Syamsuhidayat & Hutapea 1991). Mekanisme kerja andrographolid dalam tubuh yaitu menimbulkan efek anti inflamasi dengan menstimulasi Adenocorticotrophic Hormone (ACTH) pada kelenjar hipofise anterior, selanjutnya ACTH akan merangsang korteks adrenal untuk membentuk kortisol yang memiliki efek anti inflamasi (Wenlong & Nie 1973). Zat andrographolid dari tanaman sambiloto diketahui dapat meningkatkan sistem kekebalan dengan menghasilkan sel darah putih serta mengaktifkan sistem limpa (Wibudi 2006). 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Efek hipoglikemia sambiloto terhadap perubahan gambaran histomorfologis hati, usus halus, dan limpa pada tikus hiperglikemia 2. Gambaran histomorfologis hati, usus halus, dan limpa pada tikus hiperglikemia: a. Dengan kadar gula darah yang masih tinggi setelah pemberian sambiloto b. Dengan kadar gula darah telah menurun setelah pemberian sambiloto