BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1 Landasan Teoritis Definisi Pemasaran Pemasaran menurut Kotler (2000:11) adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pemasaran menurut Tjiptono (2005:2) sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional. Pemasaran menurut Sunarto (2006:4) adalah proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan laba. Dari definisi diatas dapat diterangkan bahwa arti pemasaran adalah jauh lebih luas daripada arti penjualan. Pemsaran mencakup usaha perusahaan dalam proses perencanaan, menentukan harga, menjalankan promosi, dan 9 distribusi produk yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan dalam mencapai kepuasan konsumen. Definisi diatas menjelaskan bahwa aktivitas pemasaran memiliki fokus utama kepada pasar atau konsumen. Secara sederhana proses pemasaran dapat digambarkan prosesnya seperti terlihat pada gambar 2.1. Merancan g strategi pemasaran yang digerakkan Memaha mi Pasar dan kebutuhan serta keinginan Membangun program pemasaran terintegrasi yang memberikan nilai Membangun hubungan yang menguntungkan dan menciptakan kepuasasn pelanggan Merangkap nilai dari pelanggan untuk menciptakan keuntungan dan ekuitas l Sumber: Kotler dan Armstrong (2008:6) Gambar 2.1 Model Sederhana Proses Pemasaran 2.1.2 Definisi Merek Keahlian yang sangat unik dari pemasar profesional adalah kemampuannya untuk menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan merek. Para pemasar mengatakan bahwa pemberian merek adalah seni dan bagian penting dalam pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:258), merek adalah nama, istilah tanda, lambang, atau simbol, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang 10 atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Menurut Sastradipoera (2001:105), merek adalah sepatah kata, tanda atau lambang, atau kombinasi dari kata, tanda dan lambang, yang mengidentifikasi barang atau jasa yang membedakannya dari penawaran para pesaing. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk persaing (Tjiptono, 2002:104). Merek sangat bermanfaat bagi konsumen dan produsen. Menurut Kotler (2003:38), bagi produsen merek berperan penting sebagai : a. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan. b. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. c. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga merek bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. d. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing. e. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang berbentuk dalam benak konsumen. f. Sumber financial returns terutama menyangkut pendapatan masa depan. 11 Sedangkan bagi konsumen, merek berfungsi sebagai identifikasi sumber produk, penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor tertentu, pengurangan resiko, penekanan biaya pencarian internal dan eksternal, janji ikatan khusus dengan produsen, alat simbolis yang memproyeksi citra diri dengan signal kualitas. 2.1.2.1 Citra Merek Kadang tidak dapat membedakan sesuatu secara jelas antara identitas dan citra. Untuk membedakannya, maka akan kita lihat pengertian masing-masing menurut Kotler (2007:259) “Identitas adalah berbagai cara yang diarahkan perusahaan untuk mengidentifikasikan dirinya atau memposisikan produknya”. Sedangkan citra (image), yaitu “Citra adalah presepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya”. Maka jelas jika citra merek adalah bagaimana suatu merek mempengaruhi presepsi, pandangan masyarakat atau konsumen terhadap perusahaan atau produknya. Menurut Poeradistra (2005:25), Citra merek positif dapat membantu agar konsumen lebih mudah mengingatnya sehingga mempermudah pengambilan keputusan ketika melakukan pembelian. Pengertian citra merek (Keller, 2003:166) bahwa: 1. Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen. 2. Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk. 12 Citra merek merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003:180). Komponen citra merek (brand image) terdiri atas tiga bagian, yaitu: 1. Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu barang atau jasa. 2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. 3. Citra produk (poduct image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa. Terdapat beberapa faktor-faktor pembentuk citra merek (Sciffman dan Kantuk dalam Farrah, 2005), sebagai berikut: 1. Kualitas atau mutu berkaitan dengan kualitas produk barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. 2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapatan atau kesepakatan yang dibemtuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi. 3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsidari suatu produk barang atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. 13 4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani. 5. Resiko, berkaitan dengan besar-kecilnya akibat untung-rugi yang mungkin dialamu oleh konsumen. 6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi-rendahnya atau banyaksedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. 7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan, dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu. 2.1.2.2 Konsep Citra Merek Menurut Hogan (dalam Pradipta, 2012:2003), citra merek merupakan asosiasi dari semua informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari merek yang dimaksud informasi ini didapat dari dua cara, yang pertama melalui pengalamana konsumen secara langsung yang terdiri dari kepuasan fungsional dan kepuasan emosional. Merek tersebut tidak Cuma dapat bekerja maksimal dan memberi performasi yang dijanjikan tapi juga harus dapat memahami kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang diinginkan oleh konsumen dan juga memenuhi kebutuha individual konsumen yang akan mengkontribusi atas hubungan dengan merek tersebut. Kedua persepsi yang dibentuk oleh perusahaan dari merek tersebut melalui berbagai macam bentuk komunikasi, seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat (public relations), logo, fasilitas retail, sikap karyawan dalam melayani pernjualan, dan performa pelayanan. Bagi banyak merek, media, dan lingkungan 14 dimana merek tersebut dijual dapat megkomunikasikan atribut-atribut yang berbeda. Setiap alat pencitraan ini dapat berperan dalam membina hubungan dengan konsumen. Penting demi kesuksesan sebuah merek, jika semua faktor ini dapat berjalan sejajar atau seimbang, ketika nantinya akan membentuk gambaran total dari merek tersebut. Gambaran inilah yang disebut citra merek atau reputasi merek, dan citra ini bisa berupa citra yang positif atau negatif atau bahkan diantaranya. Citra merek terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1. Product attributes (atribut produk) yang merupakan hal-hal yang berkaitan dengan merek tersebut sendiri, seperti kemasan, isi produk, harga, rasa, dan lain-lain. 2. Consumer benefits (keuntungan konsumen) yang merupakan kegunaan produk dari merek tersebut. 3. Brand personality (kepribadian merek) merupakan asosiasi yang mengenai kepribadian sebuah merek apabila merek tersebut adalah manusia Citra suatu merek dapat menentukan titik perbedaan yang mengindikasikan bagaimana suatu merek superior dibandingkan dengan alternatif merek lain dalam suatu kategori produk. Titik perbedaan suatu merek dapat diekspresikan melalui berbagai kelebihan merek, seperti: 1. Kelebihan fungsional yang mengklaim performasi superior atau keuntungn ekonomi, kenyamanan, penghematan uang dan efesiensi waktu, kesehatan, serta harga murah. 15 2. Kelebihan emosional untuk membuat konsumen percaya bahwa dengan menggunakan merek, ia akan menjadi penting, spesial, ataupun merasa senang. Merek menawarkan kesenangan, membantu atau meningkatkan citra diri dan status, dan hubungannya dengan orang lain. Kelebihan emosional menggeser fokus dari merek dan fungsi produknya ke pengguna dan perasaan yang didapat ketika menggunakan merek tersebut. Kelebihan ini berhubungan dengan mempertahankan keinginan dan kebutuhan dasar manusia, termasuk juga keinginan konsumen untuk mengekspresikan diri, pengembangan diri dan prestasi, serta determinasi diri. 2.1.3 Citra Perusahaan Suatu organisasi dapat mempunyai citra baik, buruk, dan bahkan tidak jelas. Citra adalah realitas, oleh karena itu program pengembangan dan perbaikan citra harus didasarkan pada realitas. Jika citra tidak sesuai dengan realitas dan kinerja perusahaan baik maka itu merupakan kesalahan perusahaan dalam berkomunikasi. Citra yang baik merupakan hasil dari perusahaan tersebut dalam memberikan pelayanan yang mampu memuaskan pelanggannya (Arafah, 2004:61) Menurut Sutisna (2003:83) citra sebagai total persepsi terhadap suatu objek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Menurut Kotler (2009:299) citra adalah kekuatan, artinya citra mempunyai kemampuan di luar perusahaan yang dihasilkan oleh perusahaan dan citra merupakan efek tunda bagi perusahaan, artinya cita dibentuk oleh 16 perusahaan tidak berpengaruh secara langsung terhadap perusahaan akan tetapi membutuhkan waktu yang relatif lama. Pengertian perusahaan menururt Dowling (1994) dalam Nguyen dan Leblanc (2006:63) “corporate image is the consumer’s response to the total offering and is defined as a sum the belief, ideas, and impression that a public has an organization.” Artinya citra perusahaan adalah respon konsumen pada keseluruhan penawaran yang diberikan perusahaan dan didefinisikan sebagai sejumlah kepercayaan, ide-ide, dan kesan masyarakat pada suatu organisasi. Menurut Davies et al (2001) dalam Nguyen dan Leblanc (2006:63) “corporate image is described as overall impression made on the minds of the public about organization. It is related to business name, architecture, variety of product/services, tradition, ideology, and to the impression of quality communicated by each employe interacting with the organization’s clients”. Artinya citra perusahaan merupakan keseluruhan kesan yang berhubungan dengan nama bisnis, arsitektur, variasi dari produk, tradisi, ideologi dan kesan pada kualitas komunikasi yang berinteraksi dengan klien organisasi. Hal ini mengindikasikan bahwa citra perusahaan tidak hanya menunjukkan kesan-kesan atribut individual, namun lebih kepada keseluruhan peran dan fungsi dari perusahaan. Dengan kata lain, citra perusahaan dapat dipersepsikan sebagai gambaran mental secara selektif. Karena keseluruhan kesan tentang karakteristik suatu perusahaan yang nantinya akan membentuk citra perusahaan di benak masyarakat. 17 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa citra merupakan hasil evalusi dalam diri seseorang berdasarkan pengertian, pemahaman terhadap suatu rangsangan yang telah diolah dan disimpan dalam benaknya merupakan suatu persepsi seseorang terhadap suatu objek dengan berbagai karakter, aktivitas serta bentuk fisik objek tersebut dalam mengambil keputusan. 2.1.4 Proses Keputusan Pembelian Perusahaan yang cerdik akan melakukan riset atau proses keputusan pembelian kategori produk mereka. Mereka bertanya kepada konsumen kapan pertama kali mereka mengenal kategori dan merek produk tersebut, serta seperti apa keyakinan merek mereka, seberapa besar mereka terlibat dengan produk yang bersangkutan, bagaimana mereka melakukan pemilihan merek, dan seberapa puas mereka setelah pembelian, Adapun langkah-langkah konsumen dalam melakukan proses pengambilan keputusa pembelian dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut: Pe ngenal an Pe ncarian inf Ev aluasi alt Ke putusa n Per ilaku pe Sumber: Setiadi (2003:16) Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Dari Gambar 2.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa tahaptahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan mebeli melewati lima tahap, yaitu: a. Pengenalan Masalah 18 b. Pencarian Informasi c. Evaluasi Alternatif d. Keputusan Pembelian e. Perilaku pembelian Adapun penjelasan dari tahap pembelian (Setiadi, 2003:16) tersebut yaitu: 1. Pengenalan masalah, adalah proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara yang nyata dan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal maupun eksternal. Dari pengalaman sebelumnya orang telah belajar, bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini. 2. Pencarian informasi, ialah dimana seorang konsumen mungkin terdorong kebutuhannya, atau juga mencari informasi lebih lanjut. Pencarian informasi ada dua jenis menurut tingkatannya: a. Perhatian yang meningkat yang ditandai denga pencarian informasi yang sedang-sedang saja. b. Pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber. Sementara informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu: a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan b. Sumber komersil: iklan wiraniaga, kemasan, panjangan di toko 19 c. Sumber publik: media masa, organisasi penentu, peringkat konsumen d. Sumber pengalaman: pengkajian, dan pemakaian produk. 3. Evaluasi alterntif adalah konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir. 4. Keputusan pembelian, adalah pada tahap evaluasi, konsumen menyusun merek-merek dalam himpunan serta membentuk nila pembelian. Biasanya ia akan memilih merek yang disukai tetapi ada pula faktor yang mempengaruhi seperti sikap orang lain dan faktor-faktor keadaan tidak terduga 5. Perilaku pembelian adalah perilaku sesudah pembelian terhadap suatu produk, diamana konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. a. Kepuasan sesudah pembelian. Konsumen mendasar harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataan yang mereka akan tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan mereka maka akan merasa puas. b. Tindakan sesudah pembelian. Penjualan perusahaan berasal dari dua kelompok yaitu pelanggan baru dan pelanggan ulang. Mempertahankan pelanggan lama adalah lebih penting dari pada menarik pelanggan baru. Oleh karena itu, perusahaan harus memerhatikan kepuasan pelanggan. Jika konsumen merasa puas ia akan memperlihatkan kemungkinan untuk membeli lagi produk tersebut. 20 2.2 Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, digunakan empat penelitian terdahulu sebagai bahan acuan yang dipilih karena memiliki kesamaan dalam variabel yang digunakan. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N Penulis/T Judul Hasil Variabel O ahun 1 . Akbar (2013) Penelitian Penelitian Analisis 1. Harga 2. Brand Image Pengaruh Harga, 3. Atribut Produk Brand Image, dan image, dan Atribut atribut Produk Varibel harga, brand Tehadap produk Keputusan mempunyai Pembelian pengaruh Handphone atau dan signifikan Smartphone Samsung positif Jenis Android terhadap keputusan pembelian handphone atau smartphone samsung 21 jenis android 2. Margiyanto (2013) Analisis Pengaruh 1. Citra Merek 2. Persepsi Citra Merek, Persepsi Harga 3. Kualitas Harga, Kualitas Produk 4. Promosi Produk, dan Promosi Variabel citra merek,presepsi harga, kualitas Terhadap Keputusan produk, dan Pembelian Blackberry promosi Di Kota Semarang mempunyai pengaruh positf dan signifikan terhadap keputusan pembelian blackberry di kota semarang 3. Mustiiroh (2013) Analisis Pengaruh 1. Iklan 2. Kepercayaa Iklan, Kepercayaan n Merek 3. Citra merek Merek, dan Citra l Merek pengaruh Terhadap 22 Variabe iklan memiliki Pengambilan positif dan Keputusan Pembelian signifikan Kartu IM3 terhadap variabel keputusan pembelian, kepercayaan merek dan citra merek berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian kartu IM3 23 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Lanjutan, N Penulis/T Judul Variabel Hasil O ahun Penelitian Penelitian 4. Rosim Pengaruh Variabel (2013) 1. Kualitas Produk Kualitas Produk, 2. Citra Perusahaan Citra Perusahaan, 3. Promosi 4. Desain Promosi, dan Desain kualitas produk, citra perusahaan, Terhadap Keputusan promosi, dan Pembelian desain Motor Sepeda Yamaha berpengaruh (Studi Kasus Pada positif Produk signifikan Motor Yamaha Mio Soul terhadap Pada keputusan Mahasiswa dan Universitas Islam pembelian Negeri Syarif sepeda motor Hidayatullah Jakarta) yamaha 2.3 Kerangka Konseptual Menurut Kotler (2007:259) citra merek adalah bagaimana suatu merek mempengaruhi presepsi, pandangan masyarakat atau konsumen terhadap perusahaan atau produknya. Citra merek positif dapat membantu agar konsumen lebih mudah mengingatnya sehingga mempermudah pengambilan keputusan ketika melakukan pembelian .Menciptakan kesan menjadi salah 24 satu karakteristik dasar dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek suatu produk menciptakan image dari produk itu sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk. Citra merek dikelola dengan baik akan menghasilkan konsekuensi yang positif, salah satunya meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian. Menurut Dowling (1994) dalam Nguyen dan Leblanc (2006:63), citra perusahaan merupakan keseluruhan kesan yang berhubungan dengan nama bisnis, arsitektur, variasi dari produk, tradisi, ideologi dan kesan pada kualitas komunikasi yang berinteraksi dengan klien organisasi. Citra perusahaan dapat dipersepsikan sebagai gambaran mental secara selektif, kaarena keseluruhan kesan tentang karakteristik suatu perusahaan yang nantinya akan membentuk citra perusahaan di benak masyarakat dan persepsi seseorang terhadap suatu objek dengan berbagai karakter, aktivitas serta bentuk fisik objek tersebut dalam mengambil keputusan. Perusahaan yang cerdik akan melakukan riset atau proses keputusan pembelian kategori produk mereka. Citra merek dan citra perusahaan yang baik dimata konsumen dibutuhkan perusahaan untuk menciptakan keputusan pembelian terhadap perusahaan. Perusahaan perlu untuk menjaga citra merek dan citra perusahaan karena ingin menjaga pelanggan yang merupakan sebuah usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. 25 Suatu organisasi dapat mempunyai citra baik, buruk, dan bahkan tidak jelas. Citra adalah realitas, oleh karena itu program pengembangan dan perbaikan citra harus didasarkan pada realitas. Jika citra tidak sesuai dengan realitas dan kinerja perusahaan baik maka itu merupakan kesalahan perusahaan dalam berkomunikasi. Citra Merek (X1) Keputusan Pembelian (Y) Citra Perusahaan (X2) Sumber: Kotler (2007:259), Dowling (dalam Nguyen dan Leblanc, 2006:63), Setiadi (2003:16) Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian 2.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka dari penelitian ini sebagai berikut: 26 1. Citra merek berpengaruh pembelian kartu IM3 pada positif dan signifikan terhadap keputusan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 2. Citra perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian kartu IM3 pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Citra merek dan citra perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian kartu IM3 pada Bisnis Universitas Sumatera Utara. 27 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan