BAB 1 - Repository UNISBA

advertisement
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Bank
Karakteristik bank menggambarkan kondisi internal pada suatu bank, kondisi
internal
tersebut
dapat
mencakup
faktor-faktor
internal
yang
dapat
menggambarkan kinerja dan efisiensi yang terdapat disuatu bank itu sendiri .
Karakteristik bank dapat dilihat dari segi financial maupun non financial.
(Pasiouras dan Zopounidis : 2008)
2.1.1 Return On Average Asset (ROAA)
Istilah kinerja atau performance sering dikaitkan dengan kondisi keuangan
perusahaan. Menurut Sukhemi (2007) mengemukakan bahwa “kinerja dapat
diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu
yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut”. Kinerja menjadi hal
penting yang harus dicapai setiap perusahaan karena mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Menurut
Jumingan (2006), Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan
dalam kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek
pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi,
maupun aspek sumber daya manusianya.
33
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja adalah suatu bentuk
prestasi pencapaian perusahaan dalam kegiatan operasional di berbagai aspek
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan pengertian
kinerja keuangan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: Jumingan (2006)
menyatakan kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun
penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas, dan profitabilitas. Gibson (2011, h303) menyatakan
“return on average assets measures the firm’s ability to utilize its assets to create
profits by comparing profits with the assets that generate the profits”.
Sependapat dengan Gibson, Prihadi (2008) mengemukakan ROAA bertujuan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aset untuk
memperoleh laba dan mengukur hasil total untuk seluruh kreditor dan pemegang
saham selaku penyedia sumber dana. Dengan kata lain, Rasio ini menunjukkan
tingkat pengembalian laba bersih terhadap penggunaan keseluruhan jumlah aset
serta dinyatakan dalam bentuk persen (%). Dalam perhitungan rasio ini, total aset
yang digunakan adalah rata-rata dari suatu total aset (awal tahun dan akhir
tahun) selarna periode perhitungan. Ini dikarenakan penggunaan rata-rata total
asset dapat rnemberi nilai tarnbah bagi investor untuk rnengetahui pertumbuhan,
penurunan atau faktor signifikan lainnya dalam suatu bisnis. Semakin tinggi
persentase rasio ini semakin baik penggunaan aset secara efisien untuk
memperoleh keuntungan bersih dalam kegiatan operasional perusahaan.
34
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Hal ini selanjutnya meningkatkan daya tarik perusahaan yang menjadikan
perusahaan
tersebut
makin
diminati
investor,karena
tingkat
perolehan
pengembalian atas investasi aset akan semakin besar. Menurut Darsono dan
Ashari (2005) untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dengan ROAA, dapat
dilakukan dengan membandingkan rasio ROAA tersebut dengan tingkat
pengembalian rata-rata pada industri yang sama. Jika perolehan persentase ROAA
perusahaan lebih tinggi dibanding rasio rata-rata maka perusahaan dianggap baik
karena menandakan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari aset yang
diinvestasikan. Sebaliknya, semakin rendah persentase rasio ini dari rasio rata-rata
maka daya tarik investor semakin menurun karena membuat tingkat perolehan
pengembalian atas investasi aset akan semakin kecil. Cara untuk menilai kinerja
keuangan suatu perusahaan adalah bermacam –macam dan tergantung pada laba
dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang
lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan yaitu laba yang berasal dari
operasioanal atau usaha, atau laba netto setelah pajak diperbandingkan dengan
keseluruhan aktiva berwujud atau yang akan diperbandingkan itu laba neto sudah
pajak dengan modal sendiri. Dengan adanya bermacam – macam cara penilaian
profitabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan kalau ada beberapa
perusahaan yang berbeda – beda dalam cara menghitung profitabilitasnya. Pokok
terpenting adalah profitabilitas mana yang akan dipergunakan sebagai alat
mengukur kinerja keuangan dalam perusahaan yang bersangkutan.
35
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Return on Average Asset (ROAA) merupakan salah satu cara menghitung
kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan laba bersih yang diperoleh
perusahaan dengan total asset perusahaan. ROAA merefleksikan seberapa banyak
perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan
pada perusahaan. Sehingga alasan penulis menggunakan ROAA untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan karena rasio ROAA ini dalam analisis keuangan
mempunyai arti yang sangat penting yaitu merupakan salah satu teknik yang
bersifat menyeluruh (comprehensive). Analisis rasio ROAA merupakan teknik
analisis yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan.
Keuntungan bank merupakan kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh
perusahaan. Keuntungan bank menunjukan kemampuan bank dalam mengelola
asset-asetnya untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan merupakan tujuan
utama yang ingin dicapai oleh sebuah bisnis. Melalui keuntungan, bank dapat
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan operasionalnya. Keuntungan
bank juga dapat berasal dari simpanan masyarakat berupa giro, tabungan dan
deposito.Keuntungan bank dapat diperoleh dari selisih antar bunga yang diberikan
kepada penyimpan dengan bunga yang diterima dari peminjam. Keuntungan bank
dapat diukur melalui Return On Average Asset. Pengukuran ini digunakan untuk
menganalisis kemampuan manajemen bank didalam mengelola asetnya guna
memperoleh keuntungan.
36
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Cost ( Biaya Bank)
Pengertian efisiensi itu sendiri telah didefinisikan oleh banyak pakar ekonomi
dan manajemen, diantara adalah pengertian Efisiensi menurut Malayu S.P
Hasibuan yaitu
“Perbandingan terbaik antara input (masukan ) dan output (hasil), antara
keuntungan dengan biaya (antara hasil pelaksanaan dengan sumber yang
digunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan
sumber yang terbatas” (1994 ; 07)
Biaya adalah salah satu aspek yang dapat mempengaruhi laba. Jika biaya lebih
besar dari pada pendapatan maka perusahaan akan mengalami kerugian, tetapi jika
biaya lebih kecil dari pendapatan maka perusahaan akan mengalami untung.
Menurut Mulyadi menjelaskan pengertian biaya sebagai berikut:
“Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu. Dalam arti sempit Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber
ekonomi untuk memperoleh aktiva.” (2000:8)
Farrel (1957) telah mengemukakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan terdiri
dari dua komponen, yaitu:
1. technical efficiency
Technical efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai
tingkat output yang maksimal pada tingkat input tertentu.
2. allocative efficiency.
Sedangkan allocative efficiency menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memilih kombinasi input yang optimal pada tingkat harga dan teknologi
tertentu.
37
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Selanjutnya kedua pengukuran ini dapat dikombinasikan untuk menghasilkan
suatu pengukuran yang lebih luas yang dikenal dengan “total economic
efficiency,” atau cost efficiency bila yang menjadi perhatian adalah cost bukan
produksi. Menurut Pasiouras dan Zopounidis (2008) menjelaskan bahwa biaya
bank menunjukan kemampuan bank didalam mengelola pengeluaran seefisien
mungkin untuk menggunakan asset bank dalam memperoleh keuntungan.
Sedangkan Weygant et al (2005) menyatakan bahwa biaya adalah nilai yang
ditukarkan atas sesuatu yang diperoleh . Menurut Jacob ( 2009) biaya terdiri dari :
1.Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan suatu biaya yang konstan tidak tergantung pada suatu
tingkat output tertentu. Contohnya biaya sewa, pajak, gaji karyawan.
2.Biaya Variabel
Biaya variable merupakan biaya yang berubah secara langsung apabila terjadi
perubahan tingkat output. Contohnya biaya tenaga kerja.
Yi-Kai Chen (2001) dalam penelitiannya mengenai efisiensi lembaga
perbankan memberikan konsep efisiensi yang agak berbeda dari yang telah
dikemukakan di atas. Menurut peneliti ini, efisiensi lembaga perbankan dapat
dipecah menjadi empat macam efisiensi yaitu :
1.Scale Efficiency
Scale efficiency adalah pengukuran tingkat efisiensi berkaitan dengan skala
usaha bank yang biasanya digambarkan oleh jumlah assetnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Humphrey (1990) mengungkapkan bahwa kurva average cost
38
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
industri perbankan berbentuk U-shape agak datar dimana kelompok bank
berskala medium terlihat sedikit lebih efisien dibandingkan dengan kelompok
bank berskala besar dan beskala kecil. Walaupun demikian, penelitian ini tidak
dapat menunjukkan secara tepat titik terendah dari kurva U-shape tersebut
sebagai titik efisiennya (the scale efficient point).
2.Scope Efficiency
Scope efficiency mengukur tingkat efisiensi bank berkaitan dengan ruang
lingkup (scope) usaha bank. Efisiensi diukur berdasarkan tingkat scope of
economies. Jika terdapat scope of economies berarti bank yang mempunyai
produk beragam (multiple products) lebih efisien dari pada bank spesialis.
Sebaliknya, dalam keadaan terdapat scope diseconomies maka bank spesialis
beroperasi secara lebih efisien dibandingkan dengan bank dengan multiple
products.
3.Pure Technical Scope efficiency
Mengukur tingkat efisiensi bank berkaitan dengan ruang lingkup (scope)
usaha bank. Efisiensi diukur berdasarkan tingkat scope of economies. Jika
terdapat scope of economies berarti bank yang mempunyai produk beragam
(multiple products) lebih efisien dari pada bank spesialis. Sebaliknya, dalam
keadaan terdapat scope diseconomies maka bank spesialis beroperasi secara
lebih efisien dibandingkan dengan bank dengan multiple products.
39
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Didalam biaya (cost)
ini dimaksudkan untuk suatu perusahaan agar dapat
mengefisieniskan biaya yang dikeluarkan demi memperoleh keuntungan sesuai
yang diharapkan. Keuntungan yang maksimal dapat dilakukan dengan cara
menerapkan system yang bagus dan rencana yang matang. Biaya yang
dikeluarkan secara matang dan efisien dapat di gunakan untuk mengembangkan
perusahaan itu sendiri agar menjadi lebih baik lagi dan lebih maju agar dapat
memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yang menggunakan jasa
perbankan di Indonesia.
2.1.3 Market Power
Ekonomi industri mempelajari kebijakan perusahaan dalam menghadapi
persaingan dan konsumen (termasuk dalam menentukan harga, iklan, serta
penelitian dan pengembangan produk). Jumlah dan ukuran distribusi penjualan
dapat mempengaruhi harga yang diukur dengan kekuatan pasar (market power).
Market power adalah kemampuan perusahaan untuk mempengaruhi harga pasar
dan atau mengalahkan pesaing (Douglas F. Greer, Industrial Organizattion and
Public Policy, 1992). Market power adalah suatu ukuran kinerja yang
menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga di
atas biaya marjinal (Church dan Ware, 2000). Jika dikaitkan dengan bentuk
struktur pasar, perusahaan di pasar persaingan sempurna tidak memiliki market
power, sedangkan perusahaan di pasar monopoli memiliki tingkat market power
yang paling besar.
40
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin kompetitif sebuah
pasar berarti semakin rendah market power yang ada, dan sebaliknya semakin
pasar tidak kompetitif, market power yang ada di pasar tersebut akan
menunjukkan tingkatan yang semakin tinggi. Analisa mengenai tingkat
persaingan yang terjadi di suatu pasar dengan menggunakan ukuran market power
telah menjadi fokus utama dalam kajian ekonomi industri, termasuk di dalamnya
analisa tingkat persaingan di industri perbankan. Sebagai sebuah industri yang
berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang memiliki kelebihan
dana (surplus spending unit) dengan pihak yang memerlukan dana, maka peran
perbankan sangat vital dalam menunjang proses pembangunan. Jika terjadi
distorsi pada fungsi industri perbankan, sehingga memunculkan kinerja yang
inefisien, maka proses mediasi antara pihak yang memerlukan dana dengan
pemilik dana akan mengalami hambatan. Dengan adanya hambatan tersebut, maka
dana yang ada tidak dapat digunakan untuk membiayai proyek-proyek
pembangunan.
Melihat pentingnya fungsi perbankan bagi perkembangan perekonomian,
pemerintah akan berusaha menjaga agar industri perbankan tetap dapat
menjalankan fungsi mediasi yang diembannya. Berbagai kebijakan akan
dikeluarkan pemerintah untuk meningkatkan efisiensi di industri perbankan.
Industri perbankan Indonesia mulai mengalami perkembangan yang signifikan
sejak dikeluarkannya paket deregulasi kebijakan pada tahun 1983, yang disebut
Cole dan Slade (1996) sebagai Fase Reformasi 1983, yang kemudian dilanjutkan
dengan Fase Pembebasan Hambatan Masuk pada tahun 1988, dengan paket
41
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
kebijakan yang terkenal dengan istilah PAKTO 88. Dampak dari berbagai
deregulasi tersebut adalah meningkatnya fungsi mediasi perbankan yang
tercermin dari peningkatan nilai dana pihak ketiga yang dihimpun dan
peningkatan nilai kredit yang disalurkan.
Deregulasi tersebut juga diyakini berhasil meningkatkan efisiensi industri
perbankan yang ditandai dengan menurunnya tingkat konsentrasi di industry
perbankan. Penurunan tingkat konsentrasi di suatu pasar akan berdampak positif
terhadap efisiensi pasar didasarkan atas pandangan dari pendekatan StructureConduct-Performance (SCP), dimana baik buruknya kinerja suatu pasar sangat
tergantung pada bentuk struktur pasar yang terjadi. Semakin terkonsentrasi pasar
maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga di atas biaya
marjinal, yang berarti
market power yang diperoleh akan semakin tinggi.
Tingginya market power tersebut diindikasikan sebagai semakin rendahnya
tingkat persaingan. Kompetisi sering dihubungkan dengan situasi persaingan
beberapa pihak dalam memperebutkan sesuatu. Kompetisi juga sering dikaitkan
dengan market power meskipun sebenarnya kedua hal ini berbeda.
Market power mengacu pada perilaku perusahaan secara individual dalam
mengatur strategi harga sementara persaingan lebih berkaitan dengan interaksi
anggota pasar atau lebih bersifat agregat (de Rozas, 2007). Chandler (1938)
berpendapat bahwa persaingan di dalam industri perbankan bukan persaingan
sempurna melainkan monopoli yang kemudian ditambah dengan kolusi untuk
mengatur kompetisi harga dan non-harga. Alhadeff (1951) mendukung pernyataan
Chandler dengan menyatakan bahwa bank tidak mungkin berada dalam situasi
42
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
yang benar-benar bersaing karena dalam situasi persaingan murni bank baru
terancam akan bangkrut dan hal ini akan membahayakan perekonomian secara
makro karena keruntuhan sebuah bank dapat menular ke bank-bank lain.
Persaingan antar bank bisa terjadi karena perebutan sumber daya yang
produktif, misalnya pada deposito, tabungan, dan penyaluran kredit yang
merupakan sumber pendapatan. Kompetisi non-harga antar bank bisa berbentuk
hadiah dan promosi untuk menarik nasabah sebanyak-banyaknya. Kompetisi juga
dapat berbentuk produk dan jenis layanan baru yang didukung oleh perkembangan
teknologi yang mampu menekan biaya produksi dan distribusi. Beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa pasar perbankan yang lebih terkonsentrasi dan
memiliki tingkat kompetisi yang rendah, memiliki buffer dalam menghadapi
kerentanan; ini membuat perbankan lebih stabil. Pada sisi lain, kondisi seperti ini
juga memberikan insentif pengambilan resiko yang berlebihan.
Terdapat dua pandangan yang berlawanan tentang hubungan antara tingkat
kompetisi perbankan yang tinggi dan kesehatan perbankan; pertama pandangan
tradisional yang menyatakan bahwa kompetisi perbankan yang tinggi akan
meningkatkan suplai kredit bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan.
Pendapat ini juga didukung oleh Claessens Kompetisi Industri Perbankan
Indonesia dan Laeven (2003) yang menemukan bahwa kompetisi yang tinggi di
sektor keuangan dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi, kualitas produk
keuangan, dan tingkat inovasi. Peningkatan kompetisi juga diharapkan dapat
menekan biaya jasa intermediasi menjadi lebih efisien karena waktu yang
43
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dibutuhkan untuk mengurus kredit jauh lebih singkat dan akhirnya akan
meningkatkan pendapatan bank (di Patti dan Dell’ariccia, 2004).
Sebaliknya, suku bunga yang tinggi akan mengurangi investasi untuk riset dan
pengembangan, sehingga inovasi akan terhambat dan produktivitas perusahaan
pada akhirnya menurun (Cetorelli,2001). Lindgren, Garcia, dan Saal (1996)
menyebutkan bahwa pasar perbankan yang kompetitif akan memanfaatkan
kekuatannya sendiri untuk mereduksi bank-bank yang lemah sekaligus
mendorong keberadaan bank-bank sehat.
2.1.4 Firm Size
Machfoedz (1994) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai suatu skala
dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara,
antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya
ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yaitu perusahaan besar (large
firm), perusahaan menengah (medium size) dan perusahaan kecil (small firm).
Menurut Sitepu dan Siregar (2007) variabel ukuran perusahaan (Size) diukur
dengan menggunakan logartima natural (Ln) dari total assets, yaitu untuk
menyeimbangkan hasil total aktiva dengan variabel lainnya agar hasilnya tidak
bias, dikarenakan total aktiva memiliki jumlah yang besar. Alasan lainnya karena
besarnya total assets masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai
selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim.
44
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data total
assets perlu di Ln kan (Syafitri, 2011). Ukuran perusahaan dapat digunakan untuk
mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan (firm size) dapat
diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai
perusahaan ataupun hasil nilai aktiva dari suatu perusahaan (Bambang, 2001).
Ukuran perusahaan (size) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan
rata-rata total aktiva. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan
menggunakan total aktiva. Menurut Gitman dalam Raida (2010) dari segi
kemauan dan prestise investor secara alternatif akan lebih menyakini pada perusahaan yang berukuran besar untuk menanamkan dananya daripada perusahaan
yang berukuran kecil. Suatu bank yang menunjukan besar atau kecilnya suatu
perusahaan dapat dilihat dari total asetnya. Bank dengan kualitas aset yang baik
dapat dikatakan bahwa bank dapat terhindar dari prediksi kondisi bermasalah.
Semakin besar bank maka akan semakin meningkatkan kepercayaan dikalangan
investor maupun nasabah. Besarnya tingkat kepercayaan nasabah akan
menghindarkan bank dari kondisi bermasalah, karena nasabah maupun investor
akan memberikan kepercayaan dengan menanamkan investasi di bank tersebut
sehingga peluang mengalami kondisi bermasalah semakin rendah dengan
besarnya kepercayaan nasabah terhadap bank. Aktiva merupakan tolok ukur
besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai
aktiva yang besar pula nilainya
45
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
.Secara teoritis
(certainty)
perusahaan
yang
lebih
besar
mempunyai
yang lebih besar daripada perusahaan kecil
kepastian
sehingga
akan
mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan.
Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin
terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu. Setiap perusahaan berusaha
untuk memperbesar ukuran dalam rangka memperbanyak asset yang dimiliki oleh
perusahaan.
2.1.5 Capital Strength
Menurut
Riyanto
(2001)
struktur
modal
adalah
perimbangan
atau
perbandingan utang dengan modal sendiri. Keputusan struktur modal berkaitan
dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar,
sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber pendanaan di dalam suatu
perusahaan dibagi menjadi dua kategori yaitu :
1.Pendanaan Internal
Pendanaan internal dapat diperoleh dari sumber laba ditahan dan depresiasi
2.Pendanaan Eksternal
Pendanaan eksternal dapat diperoleh para kreditor atau yang disebut dengan
utang dari pemilik, peserta, atau pengambil bagian dalam perusahaan atau yang
disebut sebagai modal.
46
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Proporsi atau bauran dari penggunaan modal sendiri dan utang dalam memenuhi
kebutuhan dana perusahaan disebut struktur modal perusahaan.
Dalam keputusan pembelanjaan ini akan ditentukan perimbangan yang optimal
dari berbagai sumber dana yang akan digunakan. Yang dimaksud dengan struktur
pendanaan adalah perimbangan antara utang dengan modal sendiri (saham).
Berbagai macam faktor mempengaruhi struktur modal yaitu perusahaan yang
mengikuti balanced theory dan perusahaan yang mengikuti pecking order theory.
Pecking order theory adalah salah satu teori yang mendasari keputusan pendanaan
perusahaan. Myers (1984) dalam Husnan (1996) mengemukakan argumentasi
mengenai adanya kecenderungan suatu perusahaan untuk menentukan pemilihan
sumber pendanaan yang berdasarkan pada pecking order theory. Myers (1984)
berpendapat bahwa keputusan pendanaan berdasarkan pecking order theory yang
dikemukakan pada tahun 1961 mengikuti urutan pendanaan sebagai berikut:
 Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal.
 Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen terhadap peluang
investasi.
Bila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan akan memilih sumber dana dari
utang karena dipandang lebih aman dari penerbitan ekuitas baru sebagai pilihan
terakhir sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan investasi. Pecking order
theory adalah salah satu teori yang mendasarkan pada asimetri informasi. Asimetri
informasi akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi
akses pada sumber pendanaan dari luar. Myers dan Majluf (1984) dalam Husnan
47
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
(1996) menunjukkan bahwa dengan adanya asimetri informasi, investor biasanya
akan menginterprestasikan sebagai berita buruk apabila perusahaan mendanai
investasinya dengan menerbitkan ekuitas.
Menurut Husnan (1998), teori struktur modal menjelaskan apakah ada
pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, seandainya
keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Dengan kata lain,
jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan utang atau sebaliknya
apakah harga saham akan berubah. Tetapi kalau dengan merubah struktur dananya
ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur pendanaan yang
terbaik.Kecukupan
modal
menunjukkan
kemampuan
bank
dalam
mempertahankan modal yang memadai dan kemampuan manajemen bank dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul
yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Kuncoro, 2006).
Menurut Mishkin (2008), modal bank digunakan untuk melindungi bank dari
kemungkinan penurunan nilai aset, yang dapat mendorong bank menjadi insolven,
yaitu bank memiliki kewajiban yang lebih besar daripada asetnya. Menurut Vives
(dalam Pasiouras dan Zopounidis, 2008), modal bank menjadi titik utama dari
peraturan bank sebagai tren umum untuk memperkenalkan kompetisi di
perbankan dan untuk memeriksa pengambilan risiko (risk-taking) dengan
persyaratan modal dan pengawasan yang tepat. Besarnya modal suatu bank akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Kecukupan
modal diukur dengan perbandingan modal dengan total asset (the ratio of capital
to total assets). Rasio modal bank terhadap asset merupakan rasio modal bank dan
48
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
cadangan terhadap total asset. International Monetary Fund (2010) menjelaskan
bahwa:
“Capital and reserves include funds contributed by owners, retained earnings,
general and special reserves, provisions, and valuation adjustments. Capital
includes tier 1 capital (paid-up shares and common stock), which is a common
feature in all countries' banking systems, and total regulatory capital, which
includes several specified types of subordinated debt instruments that need not be
repaid if the funds are required to maintain minimum capital levels (these
comprise tier 2 and tier 3 capital). Total assets include all nonfinancial and
financial assets.”
Yang berarti Modal dan cadangan mencakup dana disumbangkan oleh
pemilik, laba ditahan, cadangan umum dan khusus, ketentuan, dan penyesuaian
valuasi. Modal meliputi modal tier 1 (saham yang disetor dan saham biasa), yang
merupakan fitur umum dalam sistem perbankan semua negara, dan jumlah modal
peraturan, yang mencakup beberapa jenis tertentu instrumen hutang subordinasi
yang tidak perlu dibayar jika dana diperlukan untuk mempertahankan tingkat
modal minimum. Jumlah aktiva mencakup semua aset non finansial dan
keuangan.
2.1.6 Loan Activity
Menurut Pasiouras dan Zopounidis (2008) loan activity mengindikasikan
kemampuan bank didalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan
total asset yang dimiliki. Hanna Roades (1987) menyatakan bahwa tingginya
tingkat rasio dari loan activity terjadi karena adanya penetrasi pasar yangkuat dan
dilakukan menarik oleh nasabah.Sedangkan rendahnya aktivitas pemberian
pinjaman yang dilakukan bank dapat mengindikasi bahwa bank melakukan
49
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
kegiatan pemberian pinjaman kepada masyarakat dalam rangka untuk
meningkatkan pendapatan bank.
Hal ini karena diharapkan dengan memberikan pinjaman kepada nasabah,
bank akan menerima bunga dari hasil pemberian biaya tersebut. Semakin tinggi
rasio dari kegiatan pemberian pinjaman yang diberikan kepada masyarakat
semakin rendah tingkat likuiditas yang dimiliki oleh bank karena jumlah asset
yang digunakan untuk membiayai kredit semakin besar. Bagi bank, kredit adalah
aset yang akan menghasilkan pendapatan sehingga porsinya sangat dominan.
Dalam kondisi normal kredit bank merupakan 70% - 80% dari total aset sebuah
bank. Besarnya porsi kredit yang disalurkan perbankan dalam aktiva bank
menunjukkan pentingnya peranan kredit dalam rangka menghasilkan pendapatan
bunga. Oleh karena itu, pengelolaan kredit menjadi prioritas utama dalam
pengelolaan bank (Setyari,2007). Kredit yang disalurkan oleh sistem perbankan
pada umumnya ditujukan untuk tiga penggunaan (Manurung, 2004) yaitu :
 Kredit Modal Kerja (KMK)
Diberikan untuk tujuan komersial, yaitu membuat perusahaan mampu
menjalankan usahanya sekalipun arus kas masuk untuk sementara masih lebih
kecil daripada arus kas keluar.
 Kredit Investasi
Diberikan kepada debitur agar dapat membeli barang-barang modal dan jasa,
yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, relokasi,
dan pendirian usaha baru.
50
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
 Kredit Konsumtif
Consumer loan yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
dana bagi debitur yang ingin membeli barang atau kebutuhan-kebutuhan
konsumtif
Bagi investor sebuah bank yang memiliki loan activity yang tinggi berarti
banyak dana yang dapat disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk prekreditan.
Sehingga bank dapat memperoleh keuntungan melalui dari bunga bank itu sendiri.
Laba yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan konsumen kepada bank
tersebut, karena laba yang tinggi dapat meningkatkan profitabilitas dan ukuran
perusahaan perbankan itu sendiri. Dan sebaliknya jika laba yang dihasilkan rendah
oleh bank itu sendiri rendah maka bank akan mengalami penurunan profitabilitas
dan kepercayaan konsumen dapat menurun.Persaingan bisnis dalam dunia
perbankan yang semakin ketat menuntut bank untuk selalu meningkatkan
kinerjanya agar dapat memperoleh laba. Bank dalam usaha untuk meningkatkan
kinerjanya memerlukan informasi baik secara internal maupun eksternal.
2.1.7 Liquidity
Menurut Joseph E. Burns, Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu
bank untuk menghimpun sejumla tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam
jangka waktu tertentu. Pernyataan tersebut sependapat dengan Oliver G. Wood, Jr
yang menyatakan bahwa Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi
semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo
dan memenuhi permintaan kredit tanpa penundaan.
51
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tak berbeda jauh, Wiliam M. Glavin menyatakan bahwa Likuiditas berarti
memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban.
Manajemen likuiditas melibatkan perkiraan permintaan dana oleh masyarakat dan
penyediaan cadangan untuk memenuhi semua kebutuhan (DuaneB.Graddy).
Manajemen likuiditas melibatkan perkiraan sumber dana dan penyediaan kas
secara terus menerus baik kebutuhan jangka pendek atau musiman maupun
kebutuhan jangka panjang. (Oliver G. Wood, Jr). Secara umum, pengertian
likuditas adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan
segera dan dengan biaya yang sesuai, dimana fungsi dari likuditas secara umum
untuk menjalankan transaksi bisnisnya sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana
yang mendesak, dan memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan
memberikan fleksibilitas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek . Dari sudut aktiva
likuiditas adalah kemampuan mengubah seluruh asset menjadi bentuk tunai atau
cash.
Likuiditas bank menurut Josep E. Burns terdiri dari tiga unsur yaitu jumlah
dana, biaya dana, dan waktu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas bank. Josep menambahkan, semakin besar jumlah dana yang dapat
diperoleh suatu bank dalam waktu tertentu, untuk memenuhi likuiditasnya, dan
dengan biaya yang telah ditetapkan, semakin likuid bank tersebut. Semakin cepat
bank memperoleh sebuah dana dengan biaya tertentu. Semakin tinggi pula
likuiditas bank yang bersangkutan.
52
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Masalahnya adalah bagaimana bank dapat memenuhi kebutuhan penarikan
dana oleh nasabah pada saat simpanannya jatuh tempo atau pada saat diminta.
Sementara pada waktu yang sama bank harus pula menggunakan dana tersebut
dengan mengalokasikannya ke dalam berbagai bentuk invesasi untuk memperoleh
laba guna membayar biaya-biaya dana tersebut dan biaya operasional lainnya.
Masalah ini akan tetap menjadi suatu masalah klasik dalam pengelolaan aktivapasiva suatu bank yaitu konflik antar likuiditas disuatu pihak dan profitabilitas.
Konsep likuiditas meurut Oliver G. Wood, Jr., University of South Carolina
bahwa suatu bank dianggap likuid apabila bank memenuhi kategori ini :
 Memegang sejumlah alat likuid , cash asset , yang terdiri dari uang kas,
rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank lainnya yang sama
dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan.
 Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid sebagaimana disebutkan
diatas akan tetapi bank tersebut memiliki surat-surat berharga berkualitas
tinggi yng dapat segera di tukar atau dialihkan menjadi uang tanpa
mengalami kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun pada waktu setelah
jatuh tempo.
 Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui
penciptaan hutang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto , call money,
penjualan surat berharga.
Bila kita tinjau, maka secara umum dapat dikatakan bahwa sumber-sumber
likuiditas perbankan dapat digolongkan dari dua bagian baik itu dari sisi kiri
ataupun sisi kanan dari neraca tertimbang.
53
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Stored liquidity secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses yang alami
dalam artian adalah sifat alami dari bank dan fungsi-fungsi investasi adalah untuk
melemparkan kas untuk mendapatkan pembayaran bunga, pembayaran pokok
pinjaman dan asset dana yang jatuh tempo. Bila ditinjau dari aspek lain, maka
sumber likuiditas bank adalah cadangan likuiditas yang terdiri dari primery
reserve dan secoundary reserve. Primary reserve terdiri dari kas dan saldo
rekenong Koran pada bank Indonesia (yang juga menampung ratio reserve
requirement 2%), sedangkan secoundary reserve terdiri dari rekening Koran pada
bank lain serta money market instrument (Sertifikat Bank Indonesia, Bank
Acceptance, deposito pada bank lain yang akan jatuh tempo, dan dokumen tagihan
jangka pendek). Dalam likuiditas terdapat dua resiko yaitu resiko ketika kelebihan
dana dimana dana yang ada dalam bank banyak yang idle, hal ini akan
menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. Kedua resiko ketika
kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan
kewajiban jangka pendek tidak ada. Dan juga akan mendapat pinalti dari bank
sentral. Kedua keadaan ini tidak diharapkan oleh bank karena akan mengganggu
kinerja keuangan dan kepercayaan masyarkat terhadap bank tersebut. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ketika bank mengharapkan keuntungan yang maksimal akan
beresiko pada tingkat likuiditas yang rendah atau ketika likuiditas tinggi berarti
tingkat keuntungan tidak maksimal. Pengeleloan likuiditas sangat penting bagi
bank terutama untuk mengatasi resiko likuiditas yang disebabkan oleh dua hal
diatas.
54
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menjaga agar resiko likuiditas ini tidak terjadi kebijakan manajemen
likuiditas yang dapat dilakukan antara lain dengan menjaga asset jangka pendek,
seperti kas.
2.1.8 Growth
Misi perusahaan yaitu merefleksikan tujuan untuk bertahan hidup,
memperoleh laba, dan berkembang lebih besar. Tanpa mampu bertahan
hidup,perusahaan tidak memiliki kesempatan memperoleh laba dan tumbuh serta
berkembang. Setelah perusahaan mampu bertahan hidup, perusahaan diharapkan
memiliki kesempatan memperoleh laba dalam jangka panjang. Salah satu cara
untuk mengukur pertumbuhan perusahaan adalah dengan melihat pertumbuhan
asetnya. Suatu perusahaan dapat dikatakan bangkrut jika nilai buku kewajibannya
jauh lebih besar dari asset sehingga ekuitasnya menjadi negatif (Iwan, 2003).
Pertumbuhan aset perusahaan menunjukkan pertumbuhan kekuatan perusahaan
dalam
industri
dan
mengidentifikasikan
kemampuan
perusahaan
dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan dengan negative growth
mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan (Fanny
dan Saputra, 2005). Menurut Brigham (2001), perusahaan yang mempunyai
tingkat pertumbuhan tinggi lebih cenderung menggunakan sumber dana dari luar.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak pada
modal eksternal daripada perusahaan yang lebih lambat pertumbuhannya.
55
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Namun, menurut Noronha et al. dalam Mayangsari (2007), perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan tinggi akan cenderung menahan labanya untuk
kepentingan reinvestasi dan mengurangi pembayaran dividen. Berkurangnya
pembayarandividen ini akan meningkatkan modal sendiri sehingga perusahaan
tidak perlu menambah dana dari luar. Asset merupakan aktiva yang digunakan
untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin
besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang
diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar
terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor)
terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar daripada modal
sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke
dalam perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Robert
Ang,1997). Teori free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986)
menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih
tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian besar dana yang ada
digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NPV yang positif.
Manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih
menyukai untuk menginvestasi kan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan
kinerja yang lebih baik dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan
(Charitou dan Vafeas, 1998). Menurut teori residual dividend, perusahaan akan
membayar dividennya jika hanya tidak memiliki kesempatan investasi yang
menguntungkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
negatif antara pertumbuhan dan pembayaran dividen.
56
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan aset merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam keputusan
hutang. Biasanya biaya emisi perusahaan akan lebih besar dari biaya penerbitan
surat hutang. Dengan demikian, perusahaan yang tingkat pertumbuhannya lebih
tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang, sehingga ada hubungan
positif antar growth dan debt ratio. Perusahaan yang mempunyai tingkat
pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan sumber dana dari luar. Perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak ,mengandalkan modal
eksternal daripada perusahaan yang lambat pertumbuhannya. Meningkatkan
pertumbuhan suatu perusahaan menunjukan tingkat kesuksesan dari suatu
perusahaan.
2.2 Karakteristik Pasar
Karakteristik pasar perbankan dapar menggambarkan kondisi perbankan yang
ada di Indonesia. Selain menggambarkan kondisi perbankan karakteristik pasar
dapat digunakan untuk menilai kinerja perbankan, Pasiouras dan Zopounidis
(2008). Karakteristik pasar perlu di teliti karena di setiap Negara mempunyai
karakteristik pasar yang berbeda-beda. Karakteristik pasar mencakup konsentrasi
pasar, keuntungan pasar dan tingkat pertumbuhan pasar di perbankan.
2.2.1 Market Concentration
Market concentration merupakan suatu konsep dari suatu konsentrasi industry
dimana hanya ada beberapa perusahaan pilihan yang melakukan system
pendistrubusian produk.
57
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dengan kata lain proses pendistribusian produk ke konsumen sangat penting
hubungannya dengan konsentrasi pasar yang akan dilakukan oleh perusahaan.
Market concentration sangat erat hubungannya dengan market share dari
perusahaan-perusahaan yang ada di dalam suatu industry. Hal ini dikarenakan
konsentrasi pasar sangat erat hubungannya dengan market share yang ada di
dalam suatu perusahaan karena besarnya market share dapat mempengaruhi
tingkat profitabilitas yang tinggi. Semakin besarnya market share yang dikuasai
oleh perusahaan-perusahan relative terhadap pasar total maka dapat dikatakan
bahwa industry tersebut memiliki kosentrasi pasar yang tinggi. Dan dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersbut mampu bersaing secara sehat.
Pangsa pasar adalah seberapa besar suatu perusahaan menguasi pasar yang di
perhitungkan dengan persen. Pangsa pasar dalam praktik bisnis merupakan
tujuan/motivasi perusahaan. Perusahaan dengan pangsa pasar yang lebih baik
akan menikmati keuntungan dan penjualan produk dan kenaikan harga sahamnya
(Wihana, 2008:45). Pangsa pasar merupakan indikator dalam menentukan tingkat
kekuatan pasar suatu perusahaan . pangsa pasar merupakan perbandingan antara
penjualan suatu perusahaan dengan total penjualan dalam suatu industri. Pangsa
pasar dapat diukur melalui rasio besar asset terhadap total asset dalam perusahaan.
Semakin tinggi pangsa pasar suatu perusahaan maka semakin tinggi kekuatan
pasar yang dimilikinya. Hal tersebut meninbulkan pengaruh pada perilaku
perusahaan
dan
perilaku
perusahaan
pesaing.
Pengukuran
konsentrasi
membutuhkan metode-metode yang dapat dijadikan indikator persaingan dalam
pasar.
58
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Metode ini menggunakan beberapa variable seperti pangsa pasar, rasio, dan
bentuk indeks lainnya yang dapat menunjukan derajat konsentrasi dalam suatu
pasar. Jacobson dan O`Callaghan (1996:53) menjabarkan metode konsentrasi
sebagai berikut :
1. CRN atau N firm concentration
2. Indeks Herfindahl dan Indeks Herfindahl-Hirschman
2.2.2
Market Profitability
Menurut Cristensen dan Montgomery (1981) tingkat keuntungan potensial
rata-rata dari pasar yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui seberapa
besar peluang suatu perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dipasar. Setiap
perusahaan didalam suatu industy pasti memiliki tingkat keuntungan yang
berbeda-beda tergantunga dari pangsa pasar perusahaan itu sendiri.Menurut Porter
(2009) terdapat lima factor yang dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan
yaitu :
1.Buyer Power
Buyer power merupakan suatu competitive force yang tergantung pada
kemampuan pembeli untuk melakukan penawaran untuk memperoleh
kelonggaran harga dan fasilitas lainnya. Karena setiap konsumen memiliki
tingkat kemampuan pembelian yang berbeda-beda.
59
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.Supplier Power
Supplier power adalah kemampuan supplier untuk mengkondisikan
penjualan dari item-item yang mereka supply. Supplier harus memiliki
keuletan dan ketekunan dalam memdistribukan produk yang di tawarkan.
3.Barriers to Entry
Ada banyak factor-factor yang mempengaruhi ancaman-ancaman suatu
perusahaan. Perusahaan harus dapat dan mampu mengatasi ancaman –
ancaman dari luar perusahaan. Ancaman dari perusahaan baru yang masuk
dalam industry dan dapat menampilkan suatu tekanan persaingan signifikan
yang ada. Untuk itu perusahaan haruslah mampu mengatasi ancaman yang
ada dengan cara memiliki brand yang kuat di pasar, dan tak lupa memiliki
modal yang kuat dengan tujuan tetap menjaga kelangsungan suatu
perusahaan.
4.Threat of Subtitute Product
Di dalam perusahaan suatu industry harus memikirkan kemungkinan
tekanan persaingan yang dilakukan oleh perusahaan dalam industry yang
berbeda dimana hal ini dapat memberikan pilihan bagi konsumen untuk
mensubsitusikan barang dan jasa.
Maksudnya adalah suatu perusahaan
haruslah memiliki beberapa produk guna mensiasati adanya persaingan yang
ada di pasar.
60
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5.Rivaly Among Firms in the Industry
Berkaitan dengan usaha yang dilakukan para pesaing untuk meningkatkan
kemampuan dan stategi mereka dalam rangka memperbaiki posisi pasar,
kekuatan posisi pasar terhadap konsumen dan memperoleh peningkatan
pendapatan.
2.2.3 Market Growth
Sales growth ratio atau rasio pertumbuhan penjualan yang mengukur seberapa
baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya
maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston & Copeland, 1992).
Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat
bertahan dalam kondisi persaingan. Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba
perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau
trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat
menentukan perusahaan untuk tetap survive. Sementara perusahaan dengan rasio
pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba
sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan,
perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Menurut Fabozzi (2000: 881), pertumbuhan penjualan merupakan
perubahan penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan
yang diatas rata- rata bagi suatu perusahaan pada umumnya didasarkan pada
pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu
61
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
beroperasi. Perusahaan dapat mencapai tingkat pertumbuhan diatas rata – rata
dengan jalan meningkatkan pangsa pasar dari permintaan industri keseluruhan.
Analisis dalam menghitung pertumbuhan penjualan dilakukan dengan menghitung
tingkat pertumbuhan penjualan tahun majemuk pada saat mempelajari tren jangka
panjang dalam hal penjualan dan variabel – variabel lain. Tingkat pertumbuhan
tahun majemuk merupakan tingkat yang jika diterapkan setiap tahun selama kurun
waktu tertentu pada saldo awal akan menyebabkan neraca berkembang sehingga
mencapai nilai akhir yang maksimal. Peningkatan pangsa pasar harus sejalan
dengan strategi pemasaran yang tepat dan perusahaan selalu melakukan inovasi,
hal ini bermakna bahwa dengan strategi yang tepat dapat meningkatkan
pertumbuhan penjualan melalui pengembangan produk yang diminati konsumen.
Menurut
Christensen
dan
Montgomery
(1891)
menyatakan
tingkat
pertumbuhan pasar di gunakan untuk meramalkan keadaan pertumbuhan pasar
dimasa mendatang. Salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari tingkat
pertumbuhan pasar adalah menggunakan informasi demografi dan tingkat
penjualan produk. Karena dengan menggunakan tingkat informasi demografi
perusahaan dapat mengetahui jenis kelamin konsumen , usia , pendidikannya serta
pekerjaannya. Hal ini digunakan guna memberikan analisis mengenai produk
yang di tawarkan. Suatu tingkat pertumbuhan pasar dapat diprediksi dengan
menggunakan kurva penyebaran produk. Dimana kurva penyebaran produk
tersebut dapat digunakan untuk memperlihatkan bauran produk yang ada dipasar
sehingga menunjukan besarnya tingkat pertumbuhan pasar.
62
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Kapital
Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat
produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat keuntungan
dalam ekonomi pasar. Pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat
melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah
dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan pribadi.
2.3.1 Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan
sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain
yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Menurut Husnan
(2005:29), “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal
(yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari
prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan
berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”.
Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk
berinvestasi. Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor
telah menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari
hasil penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh
seberapa besar penyertaan yang di tanamkan dalam perusahaan tersebut
(Darmadji, 2001). Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi
63
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan
sebagian pemilik perusahaan, sehingga mereka berhak atas sebagian dari laba
perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas
bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan
dipenuhi. Saham dibagi menjadi dua yaitu Dividen an Capital Gain.
2.3.1.1 Capital Gain
Pengertian capital gain (loss) di kemukakan oleh Eduardus tandelin
(2004:185) menyatakan bahwa capital gain (loss) adalah perubahan harga
sekuritas (bisa saham maupun surat utang jangka panjang) yang bisa memberikan
keuntungan ataupun kerugian bagi investor. Sedangkan menurut Robert Ang
(2003:67) mendefinisikan capital gain (loos) adalah sebagai berikut:
“Capital gain merupakan keuntungan yang di dapatkan oleh investor dari
selisih antara harga beli dan harga jual, namun sebaliknya capital loos adalah
kerugian yang diderita karena harga penjualan lebih kecil dari harga pembelian”
Berdasarkan pernyataan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa jika
seorang investor menjual sahamnya lebih tinggi daripada harga pada waktu beli.
Maka investor tersebut mendapatkan gain (untung) sedangkan jika investor
menjual sahamnya dibawah harga pada waktu beli berarti investor tersebut
mengalami kerugian (loss).
64
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1.2 Dividen
Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan
untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang saham biasa
mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat
dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen
(Jogiyanto, 1998). Deviden adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan
kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki. Deviden akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha
akan menghasilkan cukup uang untuk membagi deviden tersebut dan apabila
dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan deviden
(Sartono, 2001). Dividen merupakan pembayaran yang diberikan kepada pemilik
perusahaan atau pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan di dalam
perusahaan. Dalam hubunganya dengan jumlah pajak yang dibayarkan, maka
pembayaran dividen berbeda dengan pembayaran bunga karena dividen tidak
dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan (Syamsuddin,
2011). Jenis-jenis dividen diantaranya ada 3 yaitu :
1.Stock Dividen
Stock Dividend adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu
sendiri (M. Munandar 1983). Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai
dividen tersebut disebut saham bonus.
65
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham
yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat
berupa saham yang jenis sama maupun yang jenis berbeda
2. Script Dividen
Script Dividend adalah suatu surat tanda kesediaan membayar sejumlah
uang tertentu yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham
sebagai dividen. Surat ini berbunga sampai dengan dibayarkan uang tersebut
kepada yang berhak. Script dividen seperti ini biasa dibuat apabila pada waktu
para pemegang saham mengambil keputusan tentang pembagian laba dimana
perusahaan belum (tidak) mempunyai persediaan uang Cash yang cukup untuk
membayar dividen cash (Arief Suaidi 1994).
3.Propert Dividen
Property Dividend adalah dividen yang di berikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk barang-barang (tidak berupa uang tunai ataupun (modal)
saham perusahaan). Contoh dividen barang adalah dividen berupa persediaan
atau saham yang merupakan investasi perusahaan pada perusahaan lain.
Pembagian dividen berupa barang sudah barang tentu lebih sulit dibanding
pembagian dividen uang. Perusahaan melakukannya karena uang tunai
perusahaan tertanam dalam investasi saham perusahaan lain atau persediaan
dan penjualan investasi atau persediaan terutama bila jumlah cukup banyak
akan menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan turun sehingga
merugikan perusahaan dan pemegang saham sendiri (Arief Suaidi 1994)
66
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm
adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm)
(Salvatore 2005).Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi
suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama
perusahaan. Menurut Husnan (2004) nilai perusahaan merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Sedangkan menurut Keown (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas
surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai perusahaan
adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2004). Untuk mencapai nilai
perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para
profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Pada
dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan.
Jika perusahaan berjalan lancar maka nilai saham perusahaan akan semakin
meningkat, namun nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak
berpengaruh.
Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan
dari ekuitasnya. Selain itu, nilai pasar dapat menjadi ukuran nilai perusahaan.
Penilaian nilai perusahaan tidak hanya mengacu pada nilai nominal.
67
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menurutnya kondisi perusahaan mengalami banyak perubahan setiap waktu
secara signifikan. Sebelum krisis nilai perusahaan dan nominalnya cukup tinggi.
Tetapi setelah krisis kondisi perusahaan merosot sementara nilai nominalnya
tetap. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja
perusahaan juga baik.
2.4.1 Tobin’s Q
Tobin’s Q adalah sebuah rasio dirancang oleh James Tobin dari Universitas
Yale, pemenang Nobel di bidang ekonomi, yang hipotesis bahwa nilai pasar
gabungan dari semua perusahaan di pasar saham harus sekitar sama dengan biaya
penggantian mereka. Rasio Q dihitungf sebagai nilai pasar perusahaan dibagi
dengan nilai penggantian aset perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan:
(nilai pasar saham + nilai buku hutang)/total aset.
Tobin’s Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan membandingkan
nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar di pasar keuangan dengan nilai
penggantian aset (asset replacement value) perusahaan. Salah satu versi Tobin’s Q
yang dimodifikasi dan disederhanakan oleh Chung & Pruitt (1994) terhadap
rumus yang dibuat oleh Lindenberg & Ross (1981) dalam Wolfe (2003) adalah:
q = (MVS + D) / TA
68
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dimana :
q = Tobin’s Q
MVS =Market value of all outstanding shares, i.e. the firm’s Stock Price
*Outstanding Shares.
D =Total Debt
TA =Firm’s Assets
Rumus untuk pengukuran rasio ini ditulis ulang menjadi:
Tobin’s Q Ratio = ( Closing Price x Total Kewajiban )
Total Asset
Jika nilai pasar semata-mata merefleksikan asset yang tercatat suatu
perusahaan maka Tobin’s Q akan sama dengan 1. Jika Tobin’s Q > 1, maka nilai
pasar lebih besar dari nilai asset perusahaan yang tercatat.Hal ini menandakan
bahwa saham overvalued. Apabila Tobin’s Q < 1, nilai pasarnya lebih kecil dari
nilai tercatat asset perusahaan. Ini menandakan bahwa saham undervalued.
2.5 Pengaruh Variabel Independent terhadap Variabel Dependent
2.5.1 Pengaruh Return On Average Asset terhadap Nilai Perusahaan
Kinerja sebuah perbankan sangat tergantung kepada pihak manajemen
dalam mengelola asset-asetnya secara efektif dan efisien. Tetapi didalam
mengelola asetnya pihak manajemen terkadang suka mendapat kendala yaitu
69
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
komunikasi antar anggota di dalam manajemen itu sendiri. Karena di dalam
pihak manajemen terdiri dari beberapa orang banyak yang terkadang tidak
satu tujuan dalam melaksanakan dan meningkatkan keuntungan. Oleh karena
itu perbedaan pendapat dan komunikasi menjadi factor yang menghambat
perusahaan untuk meningkatkan keuntungan yang maksimal.
2.4.2 Pengaruh Cost terhadap Nilai Perusahan
Pengelolaan manajemen perbankan yang baik tidak hanya dilakukan
dengan mengelola asset-asetnya. Hal yang lain yang harus di perhitungkan
adalah mengenai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. Biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelola pengeluaran seefisien
mungkin untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Biaya berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan Karena dengan kita mengefisiensikan biaya
pengeluaran suatu perusahaan kita juga dapat memaksimalkan nilai
perusahaan.
2.4.3 Pengaruh Market Power terhadap Nilai Perusahaan
Dijaman era globalisasi saat ini banyak persaingan-persaingan perbankan
di Indonesia. Pihak luar pun mulai menginvestasikan bank-bank asing di
Indonesia. Market power berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, Oleh
karena itu persaingan semakin ketat di dunia perbankan, dan bank dalam negri
diminta untuk memperkuat posisi di pasar perbankan dengan cara
70
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
meningkatkan market share atau pangsa pasar yang ada karena bank yang
memiliki pangsa pasar yang kuat dapat bersaing secara efektif.
2.4.4 Pengaruh Size terhadap Nilai Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi suatu nilai perusahaan. Karena,
ukuran bank yang besar berarti perusahaan tersebut memiliki asset yang besar
untuk menjalakan operasional perusahaan. Asset berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan sehingga asetnya yang besar akan mempengaruhi nilai
perusahaan kepada konsumen perbankan dan tingkat kepercayaan konsumen
terhadap bank tersebut akan meningkat.
2.4.5 Pengaruh Capital Strength terhadap Nilai Perusahaan
Disuatu bisnis perbankan tentunya modal menjadi bagian yang terpenting.
Karena tanpa adanya modal suatu bisnis apalagi didunia perbankan tidak akan
berjalan dengan baik. Bank yang mempunyai modal besar tentunya akan
memiliki keinginan untuk memperbesar dan memperkuat modalnya. Bank
yang memiliki kelamahan financial akan mengalami keterpurukan bagi nilai
perusahaan tersebut. Capital strength berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan, Oleh karena itu kecukupan modal dalam suatu bisnis sangatlah
penting guna mempertahankan nilai perusahaan.
71
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4.6 Pengaruh Loan Activity terhadap Nilai Perusahaan
Dalam rangka meningkatan keuntungan bank melakukan
kegiatan
pemberian pinjaman kepada masyarakat. Pemberian kredit dilakukan karena
dari pemberian kredit akan mengahasilkan bunga yang merupakan keuntungan
bagi perusahaan.Pemberian kredit yang diberikan kepada masyarakat
menggunakan total asset yang dimiliki oleh bank itu sendiri. Loan activity
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, karena itu, dengan semakin
besarnya pemberian kredit kepada konsumen akan meningkatkan nilai
perusaahaan.
2.4.7 Pengaruh Liquidity terhadap Nilai Perusahaan
Likuiditas bank merupakaan kemampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya jangka pendek. Dengan kata lain likuiditas adalah kemampuan
bank dalam memenuhi dana. Sebuah bank harusnya memiliki manajemen
likuiditas agar dapat meminimalisir risiko-risiko likuiditas. Likuiditas
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan karena jika perusahaan tidak
mampu membayar kewajibannya maka perusahaan tersebut masuk ke dalam
perusahaan tidak liquid. Dan akan memperburuk citra perusahaan.
2.4.8 Pengaruh Growth terhadap Nilai Perusahaan
Kondisi perekonomian Indonesia yang telah mengalami masa krisis lambat
laun sudah mulai berubah dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi. Sekarang
kondisi perbankan di Indonesia sudah semakin membaik.
72
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan kondisi perbankan salah
satunya adalah dengan cara meningkatkan asset yang ada. Pertumbuhan
perbankan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan karena jika nilai asset
bertambah disuatu perusahaan makan perusahaan dapat meningkatkan profit
dan mampu menghadapi pesaing
2.4.9 Pengaruh Market Concentration terhadap Nilai Perusahaan
Didalam suatu bisnis dalam menggembangakan produk yang dihasilkan
tentunya menjadi tugas yang paling penting, serta dapat mengatur kosentrasi
pasar dan pangsa pasar yang ada. Dalam hal ini kosentrasi pasar berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan karena semakin besar pangsa pasar yang
dimiliki perusahan dapat meningkatkan nilai perusahaan bahwa perusahaan
tersebut mampu bersaing secara sehat.
2.4.10 Pengaruh Market Profitability terhadap Nilai Perusahaan
Peluang untuk menghasilkan keuntungan dimiliki oleh semua perusahaan,
ada perusahaan yang memanfaatkan dan mensiatsati peluang ini ada juga yang
tidak. Tetapi tidak semua perusahaan dapat memanfaatkan peluang untuk
mencari keuntungan. Dengan cara mengetahui seberapa peluang yang di
dipasar perusahan dapat memaksimalkan keuntungan. Oleh karena itu
keuntungan pasar berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
73
repository.unisba.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4.11 Pengaruh Market Growth terhadap Nilai Perusahaan
Dengan adanya tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat meningkatkan
kemampuan bank dalam bersaing. Hal ini dilakukan dalam rangka
memperoleh keuntungan potensial dari adanya tingkat pertumbuhan disini
sehingga membuat banyak pihak tertarik untuk menanamkan modalnya di
bisnis perbankan. Oleh karena itu pertumbuhan pasar berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
74
repository.unisba.ac.id
Download